Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TEKNOLOGI MINYAK IKAN


“Minyak Ikan dan Perannya Terhadap Kesehatan”

OLEH :

NAMA : RINTO LEXTRIO

NIM : Q1B1 17 086

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur keoada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan penulis

kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa

pertolongan-Nya tentu penulis tidak sanggup menyelesakan makalah ini dengan baik.

Penulis juga mengucapakan syukur atas limpahan kesehatan dari pada-Nya, baik itu

berupa sehat fisik jasmani dan rohani maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu

menyelesaikan pembuatan makalah Teknlogi Minyak Ikan dengan judul “Peran

Minyak Ikan Terhadap Kesehatan”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan

masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis

mengharapakan kritikan serta saran dari pembaca untuk untuk makalah ini, supaya

makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila

terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-

besarnya.

Demikian, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua terkusus

mahasiswa Tekologi Hasil Perikanan. Terima kasih.

Kendari, Oktober 2020

Penulis

Rinto Lextrio
DAFTAR ISI

Judul ………………………………………………………………………… i

Kata Pengantar ……………………………………………………………. ii

Daftar Isi …………………………………………………………………... iii

Bab I. Pendahuluan …………………………………………………………

1.1 Latar Belakang ………….……………………………………………

1.2 Tujuan ………………………………………………………………..

1.3 Manfaat ………………………………………………………………

Bab II. Pembahasan ………………………………………………………......

2.1 Minyak Ikan …………………………………………………………

2.2 Peran Minyak Ikan Terhadap Kesehatan ……………………………

Bab III. Penutup .………………………………………………………………

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………..

3.2 Saran ………………………………………………………………….

Daftar Pustaka …………………………………………………………………


BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara maritim dengan ratusan pulau yang membentang dari ujung

barat hingga ujung timur, Indonesia yang memiliki luas laut 3.257.483 km² menjadi

negara yang potensial dalam memproduksi ikan laut. Menurut data BPS, sampai

dengan tahun 2007, Indonesia mampu memproduksi ikan laut sebanyak 5,04 juta ton

dengan pertumbuhan rata-rata 170 ribu ton per tahun. (Bijogneo, 2010). Hal ini secara

tidak langsung telah memposisikan Indonesia menjadi salah satu produsen perikanan

terbesar di dunia dengan berbagai macam hasil-hasil ikannya. Salah satu hasil

perikanan yang sangat berpotensi adalah Ikan tuna (Thunus albacares) Indonesia

memiliki potensi yang sangat besar dalam ekspor tuna. Berdasarkan data

Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia tercatat pada tahun 2009 hingga 2013

terus meningkat. Tahun 2009 ekspor tuna mencapai US$ 352 juta dengan volume

131.550 ton, tahun 2010 mencapai US$ 383 juta dengan volume 122.450 ton, tahun

2011 mencapai US$ 498 juta dengan volume 141.774 ton, tahun 2012 mencapai US$

749 juta dengan volume 201.160 ton, dan di tahun 2013 mencapai US$ 764 juta

dengan volume 209.072 ton. Sedangkan di tahun 2014 nilai ekspor tuna bisa

mencapai US$ 895 juta.

Dalam industri pengolahan ikan tuna, pada umumnya bagian yang dipakai

hanyalah dagingnya saja sedangkan bagian kepala, tulang, dan isi perutnya hanya

dimanfaatkan dengan nilai guna yang sangat rendah, seperti pakan ternak atau bahkan

hanya dibuang sebagai limbah yang tidak berguna, sehingga dapat kita bayangkan
banyaknya limbah yang akan dihasilkan nantinya. PT. Dempo Andalas Samudera

adalah salah satu perusahaan di Sumatera Barat yang mengekspor ikan tuna ke Miami

dan Jepang dalam bentuk fillet. Menurut data dari PPS (Pelabuhan Perikanan

Samudra) Bungus, Dempo dalam sebulan rata-rata menghasilkan 21 – 30 ton ikan

tuna dengan produksi limbah yang dihasilkan sebanyak 420 – 1050 kg/bulan yang

terdiri dari kepala, sirip, tulang, insang, jeroan dan kulit.

Ikan merupakan salah satu sumber protein, lemak, dan mineral dalam diet

manusia. Lemak ikan memiliki asam lemak yang beragam, mulai dari 4-24 atom

karbon dan 0-6 ikatan rangkap. Asam lemak ikan terdiri atas asam lemak jenuh (15-

45%), asam lemak tak jenuh tunggal (1-25%) dan asam lemak tak jenuh ganda (15-

55%). Ikan laut merupakan salah satu sumber makanan yang kaya akan asam lemak

tak jenuh.

Lemak ikan mengandung EPA dan DHA yang tinggi masing-masing sejumlah

11-15% dan 2-7%. Komposisi asam lemak tak jenuh ganda tergantung pada berbagai

faktor. Asam lemak jenuh termasuk komponen C12 sampai C24 dan beberapa dengan

rantai cabang telah ditemukan. Di antara asam lemak tak jenuh tunggal dan ganda

ditemukan dalam jumlah yang bervariasi. Lebih dari 40 asam lemak yang berbeda

telah ditemukan dalam lemak ikan. Hasil penelitian Ilza et al. (2007), komponen

lemak ikan kerapu mengandung 14 jenis asam lemak jenuh mulai dari atom C4

sampai C24 dengan sub total 45,26 % serta mengandung 16 jenis asam lemak tidak

jenuh yang memiliki atom C15 sampai C24 yang terdiri dari 3 jenis asam lemak tidak

jenuh tunggal (0,58%) dan 13 asam lemak tidak jenuh ganda (54,16%) dengan sub
total asam lemak tidak jenuh 54,74%. Kandungan asam lemak omega 3 ikan kerapu

adalah 5,38% dan omega 6 15%.

Kandungan lemak ikan telah dipelajari dalam jangka waktu yang lama

terutama lemak perut dan bagian ikan lainnya yang dapat dimakan seperti otot. Hasil

penelitian Ilza et al. (2007) didapatkan nisbah omega 3 dengan omega 6 ikan kerapu

1: 2,8. Penelitian sesudahnya menunjukan bahwa lemak perut dibuang ketika ikan

jambal siam akan diolah atau disiapkan untuk dikonsumsi dan memiliki nilai gizi dan

efek kesehatan yang baik terutama karena kandungan EPA dan DHA. Nisbah omega

3 dengan omega 6 lemak perut ikan jambal siam adalah 1 : 6,8 (Ilza 2012). Minyak

ikan yang harganya murah dapat diperoleh dari lemak perut ikan jambal siam.

Standar WHO tentang nisbah omega 3 dengan omega 6 1:5 dapat dikombinasikan

dengan lemak ikan kerapu yang memiliki nisbah 1: 2,8 (Ilza et al. 2008, Ilza dan

Syahrul 2009). Berdasarkan hasil uji kesukaan diketahui bahwa dosis pemberian

minyak ikan kombinasi 30 mg/hari, 40 mg/hari, dan 50 mg/hari pada bubur bayi

sangat disukai konsumen.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengatahui apa itu minyak

ikan dan perannya bagi kesehatan.

1.3 Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat

mengetahui fungsi dan peranan minyak ikan bagi kesehatan.


BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Minyak Ikan

Minyak ikan adalah sumber omega-3, khususnya EPA (Eicosapentaenoic

acid) dan DHA (Docosahexaenoic acid) (Newton 1996). Asam lemak tersebut

memainkan peranan penting bagi kesehatan manusia. Kebutuhan minyak ikan dunia

meningkat dari waktu ke waktu untuk berbagai keperluan, yaitu untuk konsumsi

manusia atau edible (14%), industri (5%), dan akuakultur (81%) (Pike 2005).

Penggunaan minyak ikan di seluruh dunia pada tahun 2011 mencapai 1 juta ton.

Kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi minyak ikan yang kaya asam

lemak omega-3 berimplikasi pada permintaan minyak ikan untuk keperluan industri

pangan dan farmaseutikal (Hjaltason et al. 2006). Penggunaan minyak ikan dunia dari

tahun 2005 hingga 2011 didominasi oleh pemanfaatannya di bidang akuakultur dan

juga konsumsi manusia.

Permintaan minyak ikan yang semakin meningkat menjadi tantangan

produsen untuk memproduksi minyak ikan yang berkualitas. Pengujian kualitas

minyak ikan ditentukan oleh beberapa parameter meliputi pengujian parameter

oksidasi yaitu asam lemak bebas (FFA), nilai peroksida (PV), nilai anisidin (AnV),

dan total oksidasi (totoks). Minyak ikan yang berkualitas berdasarkan International

Fish Oil Standards (IFOS) ditentukan dengan nilai parameter oksidasi baik primer

maupun sekunder. Parameter oksidasi meliputi nilai peroksida (PV) ≤ 5,00 meq/kg,

nilai anisidin ≤ 20,00 meq/kg, total oksidasi ≤ 26,00 meq/kg dan bilangan asam

lemak bebas ≤ 1,50 % (IFOS 2014).


Suseno dan Jacoeb (2017) mengungkapkan beberapa permasalahan dan

tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan produk minyak ikan di dalam negeri

sebagai bahan pangan dan suplemen makanan serta industri yaitu: (1) produksi

minyak ikan laut sangat tergantung hasil tangkapan; (2) minyak ikan yang diproduksi

dalam negeri masih berupa minyak ikan kasar yang berasal dari hasil samping

pengalengan dan penepungan, sehingga kualitasnya belum memenuhi standar pangan;

(3) SNI minyak ikan untuk pangan dan suplemen makanan masih dalam proses

menunggu penetapan di BSN, sehingga belum siap untuk dijadikan acuan; (4)

produsen minyak ikan di dalam negeri belum mengenal uji oksidasi sekunder yaitu p-

Anisidin yang menjadi salah satu parameter mutu pada standar IFOS (Internasional

Fish Oil Standar); (5) minyak ikan konsumsi untuk suplemen makanan semuanya

berasal dari impor, kecuali minyak ikan cucut, sedangkan Indonesia mengekspor

minyak kasar; (6) minyak ikan impor yang dikomersialkan belum semua sesuai

dengan standar IFOS; (7) teknologi dan fasilitas peralatan produksi dan pemurnian

minyak ikan masih terbatas dan perlu terus dikembangkan dan (8) belum menjadi

program utama pemerintah. Minyak ikan komersial dalam bentuk softgel 18 dari 19

sampel memiliki nilai peroksida yang tidak sesuai dengan standar IFOS, parameter

(FFA) menunjukkan 2 dari 19 melebihi ambang batas nilai asam lemak bebas (FFA).

Beberapa sampel minyak ikan dalam penelitian yang dilakukan juga tidak memiliki

kandungan omega-3 yang tinggi atau tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

Yulistiani (2013) melaporkan bahwa sebanyak 5 sampel minyak ikan dalam negeri

hanya memenuhi parameter FFA dan anisidin sesuai standar IFOS.


Minyak ikan yang berkualitas adalah minyak ikan yang kaya akan asam lemak yang

bermanfaat bagi kesehatan. Omega-3 merupakan salah satu asam lemak tak jenuh

yang esensial bagi tubuh dan dibutuhkan terutama bagi penderita kolesterol tinggi.

EPA dan DHA merupakan jenis omega-3 yang paling dominan pada minyak ikan.

EPA dan DHA ini tidak diproduksi oleh ikan, melainkan oleh tumbuhan laut seperti

alga. Kandungan EPA dan DHA dalam ikan disebabkan karena ikan tersebut

mengkonsumsi alga yang mengandung kedua asam lemak tersebut (Haris, 2004).

Konsumsi EPA dan DHA dalam jangka waktu panjang terbukti berdampak positif

terhadap penderita penyakit jantung koroner, yaitu mampu menurunkan resiko

kematian mendadak hingga 45 % jika dibandingkan terhadap penderita yang tidak

mengkonsumsi EPA dan DHA (Haris, 2004).

Kandungan lemak ikan telah dipelajari dalam jangka waktu yang lama

terutama lemak perut dan bagian ikan lainnya yang dapat dimakan seperti otot. Hasil

penelitian Ilza et al. (2007) didapatkan nisbah omega 3 dengan omega 6 ikan kerapu

1: 2,8. Penelitian sesudahnya menunjukan bahwa lemak perut dibuang ketika ikan

jambal siam akan diolah atau disiapkan untuk dikonsumsi dan memiliki nilai gizi dan

efek kesehatan yang baik terutama karena kandungan EPA dan DHA. Nisbah omega

3 dengan omega 6 lemak perut ikan jambal siam adalah 1 : 6,8 (Ilza 2012). Minyak

ikan yang harganya murah dapat diperoleh dari lemak perut ikan jambal siam.

Standar WHO tentang nisbah omega 3 dengan omega 6 1:5 dapat dikombinasikan

dengan lemak ikan kerapu yang memiliki nisbah 1: 2,8 (Ilza et al. 2008, Ilza dan

Syahrul 2009). Berdasarkan hasil uji kesukaan diketahui bahwa dosis pemberian
minyak ikan kombinasi 30 mg/hari, 40 mg/hari, dan 50 mg/hari pada bubur bayi

sangat disukai konsumen. Keberadaan asam lemak bebas bisa dijadikan indikator

awal terjadinya kerusakan lemak. Hasil penelitian tentang kandungan asam lemak

bebas yang terdapat dalam minyak ikan kombinasi adalah 0,20 mL/100 L.

Kandungan asam lemak bebas berada di bawah limit maksimum untuk asam lemak

bebas yaitu 1,5 mL/100 L (FDA dalam Ilza et al. 2007). Angka asam lemak bebas

minyak ikan kombinasi yang kecil menunjukan kualitas minyak ikan yang tinggi dan

aman diberikan kepada bayi.

2.2 Peran Minyak IkanTerhadap Kesehatan

a. Peran minyak ikan bagi kesehatan bayi

Sosialisasi penambahan minyak ikan kombinasi dilakukan pada bayi yang

sedang makan bubur yaitu bayi yang berumur 10 – 12 bulan. Sosialisasi dilakukan

pada 10 orang bayi yang berat badannya sangat kurang dari standar WHO, 10 orang

bayi yang berat badannya kurang dari standar WHO, dan 10 orang bayi yang berat

badannya sesuai dengan standar WHO. Selanjutnya dilakukan penimbangan bayi

setiap minggu selama 8 minggu supaya ibunya mengetahui perkembangan berat

badan bayinya. Di samping itu juga diamati perkembangan psikomotorik bayi.

Selanjutnya kepada ibu bayi diberi tahu bahwa asam lemak omega 3 dan omega 6

sangat dibutuhkan untuk meningkatkan berat badan dan perkembangan psikomotorik

bayi. Asam lemak omega 3, EPA, dan DHA yang terkandung dalam minyak perut

ikan jambal siam dan ikan kerapu dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan

tersebut. Kandungan omega 6 minyak perut ikan jambal siam lebih tinggi dan omega
3 lebih rendah dan harganya relatif murah, sebaliknya pada ikan kerapu kandungan

omega 3 lebih tinggi daripada omega 6 dan harganya relatif mahal. Pasokan minyak

ikan sebagai sumber omega 3, EPA, dan DHA harus dikonsumsi dalam jumlah rasio

yang seimbang. Perbandingan konsumsi omega 3 : omega 6 yaitu 1 : 5. Oleh sebab

itu dalam penelitian ini dilakukan kombinasi minyak perut ikan jambal siam dan ikan

kerapu untuk memenuhi standar 1 : 5 sekaligus untuk memperoleh harga yang lebih

murah. Hwang et al. (2004), Hastarini et al. (2012) mengemukakan bahwa lemak

perut ikan jenis catfish termasuk ikan jambal siam merupakan sumber lemak yang

potensial dengan kandungan omega 3 yang lebih tinggi dibandingkan kandungan

omega 3 ikan air tawar lainnya. Hasil penelitian Young (2011) menemukan

kandungan asam lemak omega 6 yang lebih tinggi dibandingkan omega 3 pada ikan

nila. Sebaliknya hasil penelitian Sukarsa (2004) menemukan jenis-jenis ikan laut

mengandung asam lemak omega 3 yang lebih tinggi dari omega 6.

Penyebab yang mempengaruhi perkembangan motorik bayi yaitu faktor

genetik, kekurangan gizi, pengasuhan serta latar belakang budaya. Kekurangan gizi

(bayi yang berat badannya sangat kurang dari standar WHO) dapat berpengaruh

terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan motorik bayi. Bayi akan mengalami

keterlambatan pada perkembangan fungsi motorik seperti dapat mengurangi motivasi

dan keingintahuan serta dapat menurunkan aktivitas dan kemampuan eksplorasi bayi.

Semakin rendah berat badan bayi maka semakin tinggi keterlambatan perkembangan

moriknyany. Husaini (2003) bahwa bayi dengan status gizi buruk cendrung lebih

banyak terhambat perkembangan motorik kasarnya (25%) dan 8 kali lebih besar
kemungkinan terhambat perkembangan motorik kasarnya dibandingkan anak yang

berstatus gizi normal.

Kekurangan gizi pada bayi dapat dipenuhi dengan penambahan minyak ikan

kombinasi yang mengandung asam lemak omega 3 dan omega 6 yang telah terbukti

dapat meningkatkan 93,4% berat badan dan perkembangan psikomotorik bayi umur

10-12 bulan. Estiasih dan Ahmadi (2012) menyatakan bahwa asam lemak omega 3

dan omega 6 yang berasal dari hasil samping ikan lemuru merupakan nutrisi yang

penting dalam tumbuh kembang bayi. Hasil penelitian Lamid et al. (1999), Lamid et

al. (2002), dan Sinclair et al. (2007) menyatakan bahwa asam lemak omega 3 dan

omega 6 yang ditambahkan pada balita bergizi buruk dapat meningkatkan berat badan

dan psikomotorik anak.

Pemberian minyak ikan kombinasi disesuaikan dengan berat badan awal bayi.

Bayi yang berat badan awalnya sangat kurang dari standar WHO diberikan dosis 50

mg/hari, kurang dari standar WHO diberikan dosis 40 mg/hari, dan sesuai dengan

standar WHO diberikan dosis 30 mg/hari. Rata-rata pertambahan berat badan bayi per

minggu pada umur 10–12 bulan yang sesuai dengan berat badan awalnya dapat

dilihat pada Tabel 1–3. Pertambahan berat badan bayi yang sangat kurang berat badan

awalnya dari standar WHO dengan pemberian minyak ikan kombinasi 50 mg/hari,

pertambahan berat badannya bisa mencapai 90 -107 g/ minggu (Tabel 1). Kecepatan

pertambahan berat badan proposional sesuai berat badan awalnya, makin rendah berat

badan awal makin rendah pertambahan berat badannya. Jika pertambahan berat badan

berada dalam batas-batas skala 100 g/minggu berarti bayi tumbuh sehat.
Asam lemak omega 3 dalam tubuh manusia dapat dikonversi menjadi asam

lemak omega 3 lainnya, tetapi asam lemak omega 3 tidak dapat dikonversi menjadi

asam lemak omega 6 dan sebaliknya. Akan tetapi keberadaan asam lemak omega 3

pada manusia berpengaruh terhadap konsentrasi omega 6 dan sebaliknya.

Keseimbangan rasio antara omega 6 dan omega 3 diperlukan agar terjadi

keseimbangan fisiologi pada manusia yang akan mempengaruhi pertumbuhan

termasuk pertambahan berat badan (Lauritzen et al. 2001, Salem et al. 2001, Soccol

dan Oetterer 2003).

Pertambahan berat badan bayi per minggu yang berat badan awalnya kurang

dari standar WHO dengan pemberian minyak ikan kombinasi 40 mg/hari,

pertambahannya bisa mencapai 110-120 g/ minggu (Tabel 2). Kecepatan

pertambahan berat badan ini proporsional sesuai berat badan awalnya, makin rendah

berat badan awal makin rendah pertambahan berat badannya. Jika pertambahan berat

badan berada dalam batas-batas skala 100 g/minggu berarti bayi tumbuh sehat.

Pemberian lemak ikan kombinasi 40 mg/hari dapat menaikan berat badan >100 g per

minggu. Berarti minyak ikan kombinasi dengan dosis 40 mg/hari dapat menambah

berat badan bayi umur 10 – 12 di atas 100 g per minggu (bagi bayi yang berat

awalnya kurang dari standar WHO).

Asam lemak yang sangat dibutuhkan oleh jaringan tubuh bayi untuk

membantu perkembangan pergerakan/motorik adalah asam lemak omega 3 dan


omega 6. Beberapa manfaat omega 3 didukung dan bahkan hanya bisa muncul oleh

keberadaan omega-6. Peran omega 6 menjadi penting karena sifatnya yang

mendukung fungsi omega 3. Soetomo (2008) menyatakan bahwa asam lemak omega

3 dan omega 6 berperan sebagai prekursor atau bahan baku senyawa eikosanoid yaitu

senyawa yang sangat reaktif. Senyawa eikosanoid yang dihasilkan oleh lemak omega

3 dan omega 6 sering berbeda, bahkan dapat berlawanan. Dengan demikian, karena

asam lemak omega 3 dan omega 6 berkompetisi sebagai prekursor eikosanoid dan

juga berbeda peran biologisnya, maka keseimbangan antara kedua asam lemak

tersebut dalam makanan bayi sehari-hari sangat penting. Newton (1996), Harris et al.

(2006), dan Diana (2013) mengemukakan bahwa peran omega 3 bekerja sinergis dan

didukung oleh keberadaan omega 6.

Cook (1991), Lamid et al. (2002), dan Helland et al. (2003) menyatakan

bahwa organ-organ penting yang membantu arah dan kontrol pergerakan seperti

retina dan sistim saraf pusat terutama disusun oleh lemak. Selanjutnya Neuringer,

2000, Fewtrell et al. 2002, dan Sign, 2005 juga menyatakan bahwa organ-organ

penting seperti retina dan sistim saraf pusat terutama disusun oleh lemak. Vanderhoof

et al. 2000, Soetomo, 2008, dan Sun et al. 2008 menambahkan bahwa DHA adalah

komponen terbesar dari longchain polyunsaturated fatty acids (LC-PUFA) yang

berperan dalam membangun myelin yaitu sarung pembungkus saraf yang membantu

rangsangan saraf elektris di otak agar dapat bergerak lebih cepat (membantu

pergerakan/motorik). Hasil penelitian Muthayya (2009), Mutthayya et al. (2009), dan

McNamara (2010) mengemukakan ada hubungan DHA dengan perkembangan otak,


syaraf dan mata. Dengan adanya DHA, jaringan saraf dapat mengantarkan

rangsangan saraf ke otak dengan baik dan komunikasi sel-sel otak menjadi lebih

efektif untuk membantu perkembangan motorik bayi (Haag, 2003, Stanke et al. 2008,

Wu et al. 2010, dan Bradbury 2011).

b. Peran nutrisi omega 3 bagi ibu hamil

Nutrisi wanita hamil sebelum dan selama kehamilan memainkan peran

penting dalam kesehatan reproduksi dan mengoptimalkan hasil kehamilan.4 Gizi ibu

yang tidak seimbang dan metabolisme yang buruk dapat berdampak pada hasil

kehamilan yang buruk seperti gangguan hipertensi dalam kehamilan, diabetes

kehamilan, kelahiran prematur, kematian neonatal, dan berat bayi lahir rendah.5

Suplai nutrisi ibu yang optimal memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan plasenta janin.6 Mikronutrien seperti asam folat, vitamin D, zat besi,

kalsium dan asam lemak omega-3 mengatur perkembangan plasenta dan kinerja

fungsional.

Asam lemak omega-3 termasuk dalam kelompok asam lemak esensial, karena

tubuh tidak dapat menghasilkan sendiri dan hanya bisa di dapat dari makanan yang

dikonsumsi sehari-hari.13 Omega-3 LCPUFA rantai panjang, termasuk EPA dan

DHA adalah suatu lemak makanan yang memiliki berbagai manfaat. Omega-3

memiliki peranan yang sangat penting dalam tubuh terutama dalam membran sel,

proses antiinfalamasi, dan viskositas membran sel.14 EPA dan DHA penting untuk

perkembangan janin dan proses penuaan yang sehat, selain itu EPA dan DHA

merupakan prekursor dari beberapa metabolit yang merupakan mediator lipid yang
kuat dan dipertimbangkan oleh banyak peneliti dalam pencegahan berbagai atau

pengobatan beberapa penyakit. Asam lemak omega-3 merupakan turunan dari

prekursor pendahulunya, yakni asam lemak esensial linoleat dan linolenat. Asam

lemak esensial tidak bisa dibentuk dalam tubuh dan harus dipenuhi langsung dari

makanan. Kemudian prekursor itu masuk dalam proses pemanjangan dan pemecahan

yang menghasilkan tiga bentuk asam lemak penting, terutama alpha-linoleic Acid

(ALA), Eicosopentaenoic Acid (EPA), dan Docosohexaenoic Acid (DHA). Sumber

makanan utama dari omega-3 LCPUFA adalah ikan dan makanan laut.9 Fungsi

omega-3 paling baik apabila berinteraksi dengan omega-6 LCPUFA, turunan dari

Linoleat Acid (LA), Arakidonat Acid (AA) menjadi paling signifikan.10 Omega-3

asam lemak tak jenuh rantai ganda panjang memainkan peran penting dalam

implantasi, plasentasi, dan perkembangan lebih lanjut dari kehamilan normal.11 Studi

telah dikaitkan LCPUFA ini dengan pengembangan plasenta melalui peran mereka

dalam mengatur stres oksidatif, angiogenesis dan peradangan yang pada gilirannya

dapat mempengaruhi transfer pembuluh darah ke janin. Menurut Muskiet dkk (2006)

bahwa peningkatan asupan lemak tak jenuh rantai ganda panjang selama kehamilan

meningkatkan masa gestasi dan ukuran kelahiran.

Induk dari asam lemak omega-3 adalah alpha linolenic acid (ALA). ALA

dengan bantuan enzim delta-6-desaturase dapat berubah menjadi asam stearidonik


kemudian oleh enzim delta-5-desaturase dikonversi tubuh menjadi Eicosapentaenoic

Acid (EPA) dan oleh enzim delta-4-desaturase dirubah menjadi Docosahexaenoic

Acid (DHA). DHA atau yang dikenal sebagai omega-3. Proses pembuatan DHA

maupun AA difasilitasi oleh enzim desaturase dan elongase. Aktivitas kedua enzim

ini masih sangat kurang pada bayi prematur bahkan ada bayi aterm sampai usia 4-6

bulan. Karenanya penambahan DHA dan AA pada bayi prematur sangat dianjurkan

dengan dosis yang mengacupada kandungan asam lemak dalam ASI. Aktivitas enzim

pemanjangan atau pemecahan dipengaruhi oleh asam lemak yang terdapat pada

makanan. Minyak ikan yang mengandung banyak DHA akan menghambat aktivitas

enzim tersebut sehingga dapat menghambat pembentukan AA.

Rekomendasi WHO kebutuhan omega3 dalam tubuh untuk setiap orang yaitu

0,3 - 0,5 gr/hari (EPA + DHA), termasuk asam lemak tak jenuh yaitu omega-3, EPA,

DHA, omega-6, AA, omega-9. Asam lemak esensial sangat penting bagi

pertumbuhan dan perkembangan normal janin dan bayi, juga untuk perkembangan

otak dan penglihatan.16 Selama kehamilan kebutuhan asam lemak meningkat sejalan

dengan kebutuhan janin yang mengalami pertumbuhan. Selama kehamilan terjadi

penurunan DHA setelah 18 minggu kehamilan sementara indeks status DHA

fungsional dalam darah ibu meningkat sehingga menghasilkan status DHA neonatal

yang berkurang. Perubahan hal tersebut paling menonjol pada trimester ketiga, ketika

janin cepat menumpuk LCPUFA di otak dan retina. Suplementasi 400 mg DHA dapat

membatasi penurunan tersebut tapi tidak mencegah penurunan tersebut.


Preeklampsia pada kehamilan dapat bermanifestasi sejak pertengahan

kehamilan, ada 2 teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu plasentasi yang abnormal

dan reaksi maternal.9 Plasentasi normal dan abnormal. Selama perkembangan

normal, plasentasi sitotrofoblas akan menginvasi arteri spiral maternal. Akibatnya

pembuluh darah yang kapasitas alirannya kecil akan bertransformasi menjadi

kapasitas kapiler besar. Selanjutnya akan kehilangan lapisan endotel dan jaringan

muskolelastik. Perubahan-perubahan dalam arsitektur ini memungkinkan terjadinya

peningkatan aliran darah. Pada preekalampsia, invasi sitotrofoblas yang dangkal.

Invansi tidak mencapai arteri dan bahkan menginvasi beberapa arteri tapi tidak

menghasilkan transformasi yang cukup. Dengan demikian, aliran darah plasenta akan

meningkat sebagai respons terhadap peningkatan kebutuhan janin, tetapi hasil

plasentasi yang abnormal akan terjadi iskemia. Penyebab plasentasi abnormal tidak

jelas. Pada umumnya asam lemak dan LCPUFA memainkan banyak peran pada tahap

kehamilan. Selama implantasi, asam lemak dan LCPUFA diperlukan sebagai

komponen struktural dan pengatur fungsional untuk proses pertumbuhan yang

normal. AA dan turunan prostaglandinnya penting sebagai mediator permeabilitas

pembuluh darah dan invasi sitotrofoblas.

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Minyak ikan adalah sumber omega-3, khususnya EPA (Eicosapentaenoic

acid) dan DHA (Docosahexaenoic acid). Asam lemak tersebut memainkan peranan

penting bagi kesehatan manusia. Kebutuhan minyak ikan dunia meningkat dari waktu

ke waktu untuk berbagai keperluan, yaitu untuk konsumsi manusia atau edible (14%),

industri (5%), dan akuakultur (81%). Penggunaan minyak ikan di seluruh dunia pada

tahun 2011 mencapai 1 juta ton. Kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi

minyak ikan yang kaya asam lemak omega-3 berimplikasi pada permintaan minyak

ikan untuk keperluan industri pangan dan farmaseutikal. Penggunaan minyak ikan

dunia dari tahun 2005 hingga 2011 didominasi oleh pemanfaatannya di bidang

akuakultur dan juga konsumsi manusia.

Suplementasi asam lemak omega-3 bermanfaat dalam mengurangi peradangan

dan meningkatkan angiogenesis dalam model tikus yang mengalami hipertensi pada

kehamilan. Studi lebih lanjut perlu diterapkan pada manusia untuk menguji

keampuhan mengurangi risiko perkembangan hipertensi pada kehamilan. Signifikansi

klinis dari studi yang dilakukan tidak jelas, jumlah percobaan yang berkualitas tinggi

terbatas untuk menarik kesimpulan tentang kegunaan nutrisi mengubah jalannya

preeklampsia. Untuk memastikan efek menguntungkan dari asam lemak tak jenuh

dengan vitamin D untuk mengurangi risiko preeklampsia, penting untuk dilakukan

studi prospektif dari pra-kehamilan sampai persalinan dan pemeriksaan asosiasi

nutrisi ini dengan tingkat keparahan preeklampsia.

3.2 Saran
Dalam kita mempelajari mata kuliah Teknologi Minyak Ikan kita harus

memahami fungsi dan peranan minyak ikan itu sendiri terhadapa kesehatan baik itu

pada ibu hamil, bayi maupun orang dewasa. Dengan demikian kita akan lebih ingin

lagi mencari referensi yang luas tentang cakupan minyak ikan secara luas.

DAFTAR PUSTAKA
Association of Official Analytical Chemists (AOAC). 1995. Official Methods of
Analysis of AOAC International. Maryland.
Cook HW. 1991. Brain metabolism of alpha-linaolenic acid during development.
Nutrition 7:440–446.
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau, 2009. Laporan Tahunan Budidaya Ikan
Air Tawar. Pekanbaru.
Estiasih T, Ahmadi . 2012. Pembuatan trigliserida kaya asam lemak omega 3 dari
minyak hasil samping pengalengan ikan lemuru (Sardinella longiceps). Ilza
M, Leksono T, Edison. 2007. Isolasi dan identifikasi komponen asam lemak ikan
kerapu (Cromileptes sp.). Jurnal Perikanan dan Kelautan 12(2):82-87 Jurnal
Teknologi Pertanian 5(3):116-128.
Gunawan ER, Suhendra D, Handayani SS, Kurniawati L, Murniati, Nurhidayanti,
2014. Analisis kandungan asam lemak omega 3 dan omega 6 pada bagian
kepala dan badan ikan lele (Clarias Sp) melalui reaksi enzimatis.
[Prosiding Seminar Nasional Kimia]. Jurusan MIPA Universitas Negeri
Surabaya. D 1-8
Harris WS, Assaad B, Poston WC. 2006. Tissue Omega-6/Omega-3 fatty acid ratio
and risk for coronary artery disease. Journal Cardiol 98:19–26.
Hastarini E, Fardiaz D, Irianto HE, Budijanto S. 2012. Karakteristik minyak ikan dari
limbah pengolahan filet ikan patin siam (Pangasius hypophtalmus) dan
patin jambal (Pangasius djambal). Agritec 32(4):403-410

Ilza M, Leksono T, Edison. 2007. Isolasi dan identifikasi komponen asam lemak ikan
kerapu (Cromileptes sp.). Jurnal Perikanan dan Kelautan 12(2):82-87
Ilza M, Syahrul. 2009. Keunggulan ikan kerapu (Cromileptes sp.) sebagai pangan
multifungsi. Prosiding Seminar Nasional Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
Lamid A, Mulyati S, Karyadi L, Komari, Prastowo SM, Budiyanto S. 1999. Profil
Asam Lemak omega 3, Omega 6, Perkembangan Mental dan Psikomotor
Anak KEP Berat dan Gizi baik. PGM 22:21-28.
Lamid A, Suwarti S, Sihadi, Karyadi L, Matulessy P, Komari. 2002. Pengaruh
docosahexanoic acid (DHA) pada tumbuh kembang anak balita gizi buruk
yang dirawat jalan. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan XIII(3): 234-
238.
Proboningsih J. 2004. Perbedaan Perkembangan (Motorik Kasar, Motorik Halus,
Bahasa, dan Kepribadian) Pada Anak Usia 12-18 bulan Antara Status Gizi
Kurang dan Status Gizi Normal. Digital Unair.
http//digilib.unair.ac.id/go.pihp. [Diakses tanggal 1 Juli 2009].
Soetomo. 2008. Penambahan DHA dan AA pada Makanan Bayi, Peran dan
Manfaatnya. http://www.google.com. [Diakses tanggal 27 Agustus 2009].
Standar Nasional Indonesia, 2006. Cara Uji Mikrobiologi – Bagian 1: Penentuan
Coliform dan Escherichia coli pada Produk Perikanan. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.
SunGiovanni JP, Berkey CS, Dwyer JT, Colditz GA. 2000. Dietary essential fatty
acids, long-chain polyunsaturated fatty acids, and visual resolution acuity
in healthy fullterm infants: a systematic review. Early Hum Dev 57:165–
188.

Anda mungkin juga menyukai