PAPER BIOKIMIA
Disusun Oleh :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan paper biokimia ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya
hingga akhir zaman.
Paper biokimia yang berjudul Kandungan Gizi Ikan Laut dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Biokimia Program Studi Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Dr. Kiki Haetami, selaku dosen penanggung jawab mata kuliah Biokimia
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada kandungan gizi yang terkandung pada ikan laut?
2. Apakah faktor yang mempengaruhi kandungan gizi?
3. Bagaimana kandungan gizi tersebut bisa dimanfaatkan?
1
2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kandungan gizi yang terdapat pada komoditas ikan laut.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keberadaan kandungan
tersebut secara biokimia.
3. Untuk mengetahui cara pemanfaatan secara optimal pada komoditas ikan
laut.
BAB II
PEMBAHASAN
lemak esensial pada minyak ikan yang tinggi meliputi asam linoleat, linolenat, dan
arakhidonat. Aasam lemak esensial itu disebut asam lemak tidak jenuh karena
banyak mengandung ikatan rangkap (85%) sedangkan sisanya (15%) terdiri atas
asam lemak yang jenuh (Rasyid 2003). Salah satu contoh ikan laut yang banyak
mengandung minyak ikan adalah ikan lemuru. Ikan lemuru merupakan salah satu
jenis ikan tropis yang mengandung komponen asam lemak omega-3 dalam jumlah
yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan ikan lemuru di alam banyak memakan
plankton-plankton maupun mikro alga yang banyak memproduksi komponen
asam lemak omega-3. Ikan lemuru mengandung 13,7% EPA, 8,9 DHA, dan 26,8
% total omega-3 dari total minyak (Estiasih & Ahmadi 2012). Menurut Kompiang
et al. (1981) dari ikan lemuru sebanyak 100 kg akan diperoleh minyak ikan
lemuru sebanyak 20 kg. Minyak ikan memiliki ikatan asam lemak tak jenuh
(PUFA) yang lurus dari C18 hingga C22 yang mempunyai 1-6 ikatan rangkap.
Berikut struktur kimia PUFA omega 3 dan omega 6.
merah) sampai 68,355% (daging putih), lemak berkisar antara 1,8% (daging
putih) sampai 5,6% (daging merah), kadar abu berkisar antara 2,493% (daging
putih) sampai 3,290% (daging merah) dan kadar air berkisar antara 7,934%
(daging merah) sampai 12,164% (daging putih). Kadar protein daging putih
(68,355%) lebih tinggi dari pada daging merah (54,196%), hal ini disebabkan
karena komposisi protein pada daging putih ikan tuna lebih tinggi dari pada
daging merahnya yaitu sekitar 30,92 %. Kadar lemak pada daging merah ikan
tongkol sebesar 5,6 % dan lebih tinggi dibandingkan lemak pada daging putihnya
sebesar 1,8%. Hal ini disebabkan bahwa daging merah kaya akan lemak, oksigen,
mengandung mioglobin dan hemoglobin yang bersifat prooksidan.
Sebelumnya perlu diketahui, daging ikan dibagi menjadi 3 tipe, yaitu daging
yang bergaris melintang/lurik, daging yang polos, dan otot jantung. Daging ikan
hampir pada umumnya terdiri dari daging bergarid melintang yang terbentuk oleh
serabut-serabut daging. Daging ikan bergaris melintang menurut warnanya terbagi
menjadi dua jenis daging, yaitu daging ikan putih dan daging ikan berwarna
merah. Warna merah pada daging ikan dibebkan karena adanya gurat sisi
(Paternal line) yang padat akan syaraf. Syaraf tersebut dilapisi oleh lemak yang
dialiri pembuluh-pembuluh darah yang dimana bagian tersebut banyak
mengandung lemak dan mioglobin. Perbedaan warna pada ikan disebabkan
adanya kandungan pigmen daging atau dikenal dengan miglobin. Perbedaan
warna daging disebabkan oleh perbedaan konsentrasi dari pigmen myoglobin (3/4
bagian dari total pigmen merah daging), sisanya hemoglobin dari darah. Namun,
jika daging terlalu lama terkena oksigen warna merah terang akan berubah
menjadi coklat (KKP 2019)
Kadar abu pada ikan tongkol hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
tertinggi diperoleh pada daging merah sebesar 3,290% dan terendah pada daging
putih sebesar 2,493%. Karena kandungan kadar abu pada daging putih ikan
tongkol yaitu 1,5%. Tingginya kadar abu pada daging merah mungkin disebabkan
karena terdapat banyak mineral yang terbawa oleh mioglobin dan tersimpan
dalam daging merah. Kadar air tertinggi diperoleh pada daging putih sebesar
12,164% dan terendah pada daging merah sebesar 7,934%. Tingginya kadar air
6
pada daging putih mungkin disebabkan karena pada daging putih terdapat
kandungan protein yang tinggi. Begitu juga kadar air mempunyai hubungan
terbalik dengan lemak, semakin rendah lemak maka semakin tinggi kadar airnya.
2. Ikan Teri
Ikan teri menjadi salah satu ikan favorit yang banyak digemari oleh
masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan. Ikan ini tentunya memiliki berbagai
macam kandungan gizi di dalamnya. Dilakukan pengujian kadar air yang
memperoleh nilai sebesar 69,9% dan kadar lemak sebesar 5,09%. Asam-asam
lemak yang terkandung dalam ikan terdiri atas asam lemak jenuh (15-25%), asam
lemak tak jenuh tunggal (35- 60%) dan asam lemak tak jenuh majemuk (24-40%)
(Berge dkk., 2005).
Berdasarkan hasil data yang dianalisis kandungan kadar asam lemak yang
tertinggi terdapat pada asam palmitat diikuti oleh asam oleat, EPA, asam sterat,
DHA, asam linoleat, asam miristat, asam linolenat dan asam palmitoleat. Hal ini
sesuai dengan Oksuz dkk. (2013) yang menunjukkan bahwa asam palmitat yang
terkandung dalam ikan teri memiliki nilai kadar asam yang tinggi. Berdasarkan
data penelitian didapatkan nilai asam lemak tak jenuh pada ikan teri sebesar 54,18
% dan lemak jenuh sebesar 45,83 %. Minyak ikan esterifikasi asam lemak metil
ester memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yaitu EPA dan DHA. Hasil
analisis kandungan EPA dalam ikan teri sebesar 14,36%, sedangkan kandungan
DHA sebesar 6,31%. Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang sangat
diperlukan oleh tubuh dan tidak dapat dibiosintesis oleh tubuh, tetapi hanya dapat
diperoleh lewat makanan sama halnya dengan mineral maupun vitamin (Estiasih,
2009).
3. Ikan Bandeng
Menurut Jurnal “Analisis Kandungan Gizi Pada Ikan Bandeng”. Pada
ikan bandeng air tawar lebih banyak mengandung kadar air (75,857%),
sedangkan ikan bandeng air payau banyak mengandung protein (24,175%) dan
lemak (0,853%). Menurut Hafiludin dan Haryo (2011) mengemukakan bahwa
7
ikan bandeng air tawar mempunyai kandungan protein (15,38%), 0,45%, air
(79,42%) dan abu (0,86%). Sedangkan menurut Swastawati dan Sumardianto
(2004) bahwa ikan bandeng segar mempunyai kandungan proksimat air (75,03%),
abu (1.35%), protein (20.30%), lemak (0.61%). Menurut Stanby (1963) ikan dapat
digolongkan beberapa kelas berdasarkan komposisi lemak dan proteinnya, salah
satunya yaitu ikan dengan kadar lemak rendah-dan protein tinggi, jika
mengandung kadar lemak <5% dan kadar protein >20%. Ikan bandeng hasil
penelitian ini bisa digolongkan sengai ikan dengan kadar lemak rendah dan
protein tinggi yaitu dengan kadar lemak 0,721-0,853% dan kadar protein sebesar
20,496-24,175%.
1. Perbedaan Spesies
Perbedaan spesies ikan memberikan pengaruh yang nyata terhadap rendemen,
kadar air, kadar protein, kadar lemak, dan viskositas HPI. Profil asam amino
terbanyak adalah asam glutamat terutama pada HPI cucut. Secara umum, HPI nila
merupakan HPI yang terbaik apabila ditinjau dari rendemen, kadar protein, kadar
air, dan viskositas; HPI bandeng merupakan HPI yang terbaik apabila ditinjau dari
kadar lemak; sedangkan HPI cucut mempunyai kandungan asam amino yang lebih
besar apabila dibandingkan dengan HPI nila dan HPI bandeng.
Welfrido et al. 2007 menjelaskan bahwa habitat, umur dan cara budidaya
ikan bandeng berpengaruh terhadap hasil akhir (bobot) ikan bandeng yang
akhirnya juga berpengaruh juga pada prosentase rendemennya.
Komposisi Proksimat
Ikan Bandeng Komposisi kimia setiap ikan berbeda-beda tergantung pada jenis
ikan, antar individu dalam spesies, dan antar bagian tubuh dari satu individu ikan.
Perbedaan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu umur, laju
metabolisme, pergerakan ikan, makanan, serta masa reproduksi. Selain itu
perbedaan komposisi kimia daging juga tergantung dari umur, habitat dan
kebiasaan makan. Komposisi kimia daging ikan umumnya terdiri dari kadar air
70-85%; protein 15-25%; lemak 1-10%; karbohidrat 0,1-1% dan mineral 1-1,5%.
Secara umum, setiap jenis ikan dapat diolah menjadi produk tepung ikan.
Namun jika dinilai dari nilai ekonomisnya, maka akan terjadi seleksi mengenai
jenis ikan yang cocok dan cukup ekonomis jika digunakan sebagai bahan baku
pembuatan tepung ikan. Permasalahan lain yang ikut menentukan kualitas tepung
ikan kaitannya adalah kadar lemak. Kadar lemak ikan jika terlalu tinggi akan
berpengaruh buruk terhadap kualitas tepung ikan. Tepung ikan yang mengandung
protein hewani yang tinggi, merupakan salah satu bahan baku yang sangat
baik digunakan dalam penyusunan formulasi makanan ternak dan makanan
ikan. Bila ditinjau dari sisi kualitasnya sampai saat ini tepung ikan
masih sulit untuk mencari substitusinya.
sehari-hari. Ikan bandeng juga mengandung asam amino essensial yang tertinggi
yaitu leusin 0,782% (ikan bandeng air tawar) dan 0,671% (air payau).
Kebutuhan asam lemak esensial untuk ikan laut dipengaruhi oleh suhu dan
salinitas perairan. Asam lemak esensial yang sangat dibutuhkan yaitu asam
eikosapentanoat (EPA) (20:4n–6) dan asam dokosaheksaenoat (DHA) (22:6n–3)
juga asam arakidonat (AA) (20:4n–6). Biasanya asam lemak tidak jenuh disintesis
dari asam lemak C-18. EPA dan DHA dibutuhkan untuk fungsi membran sel,
sedangkan DHA sangat penting untuk membran sel dari jaringan saraf dan sebagai
prekursor untuk pembentukan eikosanoat yaitu beberapa macam hormon.
Kekurangan asam lemak esensial akan menyebabkan gangguan pada kesehatan
ikan termasuk di dalamnya berkurangnya fekunditas dan kemampuan membentuk
embrio, kematian larva dan pertumbuhan abnormal, tingkah laku yang abnormal
dan menurunnya fungsi membran pada suhu yang rendah, pigmentasi yang salah,
penglihatan yang cacat, ketidakmampuan untuk makan pada intensitas cahaya
yang rendah. Kebutuhan asam lemak esensial bagi spesis ikan laut berkisar antara
0,5-2% dari berat pakan kering (Pangkey, 2011).
Lemak Omega 3
11
Ikan laut, seperti salmon, sarden, dan ikan teri, kaya akan kandungan asam lemak
omega3 yang dibutuhkan anak-anak untuk perkembangan dan pembentukan
otaknya, membantu meredakan gejala depresi dan demensia pada lansia, serta
baik untuk menjaga kesehatan otak.
Vitamin D
Ikan laut merupakan salah satu sumber vitamin D dan kalsium yang dapat
mendukung kesehatan tulang dan mencegah penyakit tertentu.
12
BAB III
KESIMPULAN
1. Kandungan gizi ikan laut sangat variatif sekali diantaranya adalah, yaitu
protein dan asam-asam lemak esensial yang sangat berguna bagi
kesehatan. Ikan merupakan sumber alami asam lemak omega 3 yaitu
eicosapentaenoic acid (EPA) dan decosa hexaenoic acid (DHA) yang
berfungsi untuk mencegah aterosklerosis. Omega 3 juga dapat
menurunkan kadar trigliserida dalam darah, kadar kolesterol hati dan
jantung. Kadar asam lemak omega 3 dalam beberapa jenis ikan laut di
perairan Indonesia berkisar antara 0,1-0,5 g/100 g daging ikan.
2. Perbedaan spesies ikan memberikan pengaruh yang nyata terhadap
rendemen, kadar air, kadar protein, kadar lemak, dan viskositas HPI. Hal
ini dipengaruhi oleh spesies dan habitatnya yang berbeda.
3. Komoditas ikan laut memeberikan banyak manfaat terhadap manusia
terutama pada aspek kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Hafiludin. 2015. Analisis Kandungan Gizi Pada Ikan Bandeng Yang Berasal Dari
Habitat Yang Berbeda. Jurnal Kelautan. 8(1) : 37-43
Nur Alim Natsir., Shofia Latifa, 2018. Analisis Kandungan Protein Total Ikan
Kakap Merah dan Ikan Kerapu Bebek. Jurnal Biology Science &
Education. Vol 7, No. 1 : 49-55
Sari., Permata, Julius Pontoh dan Meiske S. Sangi. 2018. KOMPOSISI KIMIA
ASAM-ASAM LEMAK PADA DAGING IKAN TERI (Stophelorus sp.).
Jurnal Chem. Prog. Vol. 11. No. 2 : 63-68.