Alexandra Itsaura
Farrel Rifqi
Ghaza Shadiqalham
Rizki Naufal
Nadine Fara
BAB I
PENDAHULUAN
Pemilihan masalah penelitian dilakukan dengan cara yaitu observasi yaitu menganalisis
terkait nutrisi ikan serta menyimpulkannya. Observasi dapat dilakukan melalui internet,
jurnal, ataupun artikel yang ditemukan dan tersedia tentang manfaat ikan bagi kesehatan
manusia serta memberikan kesimpulan mengenai penelitian ini.
1.6.2.1 Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam proses selanjutnya
dalam menindaklanjuti hasil penelitian ini. Menjadi sarana rencana ke depannya
guna memajukan penelitian mengenai nutrisi daging ikan bagi manusia.
1.6.2.1 Masyarakat
Memberikan pengetahuan mengenai pengolahan produk makanan berbasis daging
ikan yang tepat sehingga nutrisinya dapat dimanfaatkan secara maksimal. Selain
itu menjadi bahan pertimbangan terkait usaha makanan berbasis daging ikan di
masyarakat
1.7 Hipotesis
Mengapa tingkat konsumsi ikan di Indonesia rendah?
Pengelolaan daging ikan cukup sulit dan tidak bervariasi sehingga rendahnya minat
masyarakat Indonesia dalam mengonsumsi daging ikan
Bagaimana mengonsumsi ikan dapat berdampak langsung pada kesehatan manusia?
Daging ikan memiliki nutrisi omega 3 dan protein yang tinggi sehingga sangat
berdampak bagi kesehatan manusia. Omega 3 dikenal dengan nutrisi yang baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak
Apakah ada perbedaan gizi dan nutrisi antara ikan air tawar dengan ikan air laut?
Ada, karena perbedaan habitat juga akan memengaruhi kandungan gizi dan nutrisi ikan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada umumnya masyarakat mengambil daging ikan untuk kebutuhan konsumsi. Daging
ikan tersusun atas sel-sel berukuran kecil yang membentuk serat-serat otot dan tersusun bersama-
sama dengan jaringan penghubung. Berdasarkan warna daging, ikan dapat dibedakan menjadi
dua yaitu daging ikan berwarna putih dan daging berwarna merah. Tiap jenisnya memiliki
kandungan yang berbeda. Daging berwarna putih mengandung kadar protein yang lebih tinggi
dan kadar lemak yang lebih rendah dibandingkan dengan daging merah. Pada beberapa bagian
daging merah memiliki jaringan lemak lebih tinggi untuk melindungi jaringan tubuh lainnya.
Ikan pada umumnya berfungsi sebagai sumber protein dalam komposisi makanan.
Kandungan protein daging ikan dan nilai gizi proteinnya setara dengan hewan darat (misalnya
daging ayam dan daging sapi). Protein ikan bernilai gizi tinggi karena mudah dicerna dan
digunakan oleh tubuh. Di samping itu, ikan juga banyak mengandung vitamin dan mineral yang
diperlukan tubuh manusia. Kandungan protein ikan bervariasi antara 16-20 %, mineral 1,5 %,
serta lemak tergantung pada jenis ikan dan kadarnya bervariasi antara 2-25 %.
Komposisi kimia daging ikan secara rata-rata adalah : kadar protein 15 – 24%, kadar
lemak 0,1 – 22%, karbohidrat 1– 3%, senyawa anorganik 0,8 – 2%, dan kadar air 66 – 84%.
Angka protein pada ikan lebih tinggi daripada daging sapi yaitu hanya sekitar 16%-22% .
Komposisi protein ayam juga hampir mirip dengan kadar protein daging sapi.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki banyak jenis ekosistem
bahari dan laut serta potensi kelautan. Meskipun pemanfaatan dan pemberdayaan ikan di
Indonesia relatif tinggi tetapi budaya konsumsi ikan di Indonesia masih tergolong rendah jika
dibanding negara lainnya. Negara Jepang total luas wilayahnya 85% dari pulau Sumatera
memiliki tingkat konsumsi ikan yang jauh lebih tinggi daripada Indonesia yaitu 140 kg per kpita
per tahun. Selain Jepang, Malaysia dan Korea memiliki tingkat konsumsi ikan masing masing
sebesar 70 dan 80 kg per kapita per tahun.
Walaupun perkembangan pengelolaan ikan sudah berkembang pesat, Indonesia masih
belum memanfaatkannya secara maksimal. Sumber pangan dari perariran laut maupun air tawar
masih belum dikenal dan dikonsumsi secara luas dan merata bagi masyarakat Indonesia. Hasil
penelitian mengatakan bahwa daging sapi dan ayam jauh lebih favorit daripada mengonsumsi
daging ikan.
Salah satu penelitian menarik yang dilakukan mengenai angka konsumsi ikan di
Indonesia membuktikan bahwa tingkat konsumsi ikan bergantung dengan suku dan etnis.
Sebagai contoh suku Bugis dan suku Sunda. Suku Sunda mengonsumsi ikan sebagai angka
kecukupan energi keseharian mereka mencapai angka 7,2% sedangkan Bugis 15,9%. Hal ini
memberikan suatu indikator bahwa konsumsi ikan juga bergantung dari geografis wilayah
tempat tinggal masyarakat. Suku yang berbeda dengan tempat tinggal yang berbeda memiliki
tingkat konsumsi yang berbeda.
Angka penyediaan pangan ikan dan konsumsinya didata oleh kementrian perikanan dan
kelautan setiap tahunnya. Dari tahun ke tahun di Indonesia memang menunjukkan peningkatan.
Pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 7,85% sedangkan
kenaikkan dalam jangka 1 tahun yaitu 2013 sampai 2014 sebesar 8,44%. Angka konsumsi ikan
juga sangat bervariasi dari wilayah ke wilayah. Menurut data Kementrian Kelautan dan
Perikanan, tingkat konsumsi ikan di pulau jawa tercatat 32 kg per kapita per tahunnya.
Sementara di Sumatera dan Kalimantan mendapat nilai lebih tinggi yaitu 33-43 kg per kapita per
tahun. Konsumsi ikan tertinggi berada di Indonesia bagian timur yaitu 40 kg per kapita per tahun
Akan tetapi, angka penyediaan ikan selalu melebihi angka konsumsi ikan setiap tahunnya.
Daging ikan termasuk daging yang mudah rusak. Daging ikan memerlukan perlakuan
khusus untuk mempertahankan kualitas daging. Salah satu kelemahan pemasaran ikan di
Indonesia adalah rendahnya kemampuan produsen terkait mempertahankan kualitas ikan
sebelum dan sesudah distribusi. Oleh karena itu banyak ikan yang rusak di tengah perjalanan
distribusi sehingga distribusi ikan tidak tepat sasaran.