Anda di halaman 1dari 12

NAMA : Nani Suryani

NIM : D1A191763

KELAS : 4 C Farmasi Reguler Sore

MATKUL : Farmasi Bahari

TUGAS !

Meringkas jurnal tentang peptida laut:

1. Bacalah abstrak
2. Pahami
3. Identifikasi
4. Buatlah catatan ketika membaca
5. Tulislah deskripsi singkat
6. Tulis nama peneliti, nama jurnal, waktu dan tempat dilaksanakan penelitian.

JAWAB :

1. Nama jurnal : Senyawa Fungsional dari Ikan Aplikasinya Dalam Pangan


Nama Peneiti : E. Susanto, A.S. Fahmi
Waktu dan tempat : Dikirim 4/5/2012, diterima 10/10/2012. Penulis adalah dari
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Diponegoro, Semarang, Indonesia.

Abstrak : Ikan kaya akan senyawa-senyawa fungsional yang


bermanfaat bagi kesehatan manusia. Senyawa fungsional dari ikan yang telah
dimanfaatkan dalam produk pangan fungsional antara lain ω3 PUFA, protein dan
peptida, vitamin, mineral, karotennoid dan taurin. Pada review ini menjelaskan secara
detail senyawa fungsional dari ikan, aktivitas senyawa fungsional, penggunaannya
sebagai bahan pada produk pangan fungsional serta tren pengembangannya di masa
depan.Kata kunci:ikan, senyawa fungsional, pangan fungsional

1
Identifikasi :

APLIKASI DALAM PANGAN

Senyawa-senyawa fungsional yang terdapat pada ikan di atas telah banyak


diaplikasikan dalam pangan, baik makanan maupun minuman. Meningkatnya
kesadaran konsumen terhadap kesehatan, membuat mereka mulai menkonsumsi
pangan fungsional. Pangan fungsional tersebut sebagian diantaranya memanfaatkan
senyawa fungsional dari ikan dan hewan laut lainnya.

n-3 LC PUFA sangat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Keberadaannya dalam ikan
dan minyak ikan telah digunakan sebagai bahan pangan fungsional. Misalnya minyak
ikan dapat digunakan sebagai ingredient pangan fungsional karena memberikan efek
untuk mencegah timbulnya penyakit cardiovaskuler.Saat ini minyak ikan yang
mengandung n-3 LC PUFA difortifikasikan dalam berbagai produk antara lain
margarin,produk susu, sosis, daging and french onion dip, bread, mayonnaise, salad,
es krim, susu dan susu formula(de Roos,2004; Jacobsen,2004).

Omega-3 juga dimanfaatkan dalam pembuatan telur ayam yang kaya akan omega-3,
produk hewani kaya omega-3 antara lain susu lemak, dan telur bebek. Pengkayaan
tersebut dilakukan dengan cara mencampurkan omega-3 pada pakan hewan dan
tepung ikan. Alternatif pengkayaan tersebut dapat digunakan untuk menambah asupan
omega-3 pada konsumen yang tidak menyukai ikan laut (de Roos,
2004;Jacobsen,2004).

Deskripsi : Laut kaya akan sumber daya biotik dan abiotik. Sumber daya
biotik di lautan lebih banyak dari pada di daratan karena luas lautan yang mencapai
70% dari luas bumi (Venugopal,2010). Lingkungan lautan dikenal kaya akan
keanekaragaman sumber daya hayati yang mempunyai potensi yang besar untuk
aplikasi bioteknologi, obat-obatan dan pangan (Larsen et&al., 2011; Venugopal,
2010). Menurut data FAO tahun 2008, pada tahun 2006 sekitar 110 juta ton ikan baik
dari laut maupun budidaya masuk di pasaran dunia dan dikonsumsi oleh 2,9 miliar
orang dengan animal & protein & intake sedikitnya 15 %. Hal tersebut menujukkan
potensi yang besar dari ikan sebagai sumber protein hewani. Diperkirakan saat ini
jumlah organisme yang hidup di lautan mencapai 13.000 spesies ikan, 50.000 spesies
moluska dan 1.000 spesies chephalopoda (Venugopal, 2010). Organisme lautan

2
termasuk ikan dan invertebrata laut mengandung senyawa nutrisi dan fungsional yang
baik untuk kesehatan (Larsen et& al., 2011). Senyawa-senyawa tersebut antara lain
protein, lemak, vitamin, mineral, karotenoid, omega-3, taurine, dll (Soccol and
Oetterer, 2003;Venugopal, 2010; Kadam and Prabhasankar, 2010; Larsenet&al.,
2011). Senyawa fungsional pada ikan banyak dimanfaatkan dalam pangan fungsional
dalam bentuk makanan dan minuman.

Pada review ini akan diifokuskan pada jenis dan sumber senyawa fungsional dari
ikan, manfaat senyawa-senyawa tersebut, aplikasinya pada produk pangan dan tren
pemanfaatan senyawa fungsional dari ikan. Senyawa fungsional dari ikan yang
dibahas antara lain ωG3 (PUFA), protein dan peptida dari ikan, taurine, vitamin Adan'
D,mineral (Ca,Se), dan karotenoid.

IKAN DAN KESEHATAN

Banyak manusia mulai sadar bahwa ada hubungan antara makanan dan kesehatan.
Manusia telah mengetahui bahwa ikan merupakan hewan yang mempunyai nutrisi
tinggi dan dikenal sebagai sumber protein, lemak dengan omega-3 yang bermanfaat
untuk menurunkan resiko cardiovascular disease (CvD), mineral, dll (Kadam and
Prabhasankar, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi ikan dapat
melindungi manusia dari penyakit yang disebabkan karena perubahan gaya hidup di
banyak negara industri di dunia (Larsenet&al.,2011). Ikan diketahui sangat
bermanfaat bagi ibu-ibu hamil, bayi dalam kandungan dan bayi.

Makan ikan 2-3 kali dalam seminggu dapat menjaga kesehatan anak-anak dan wanita
serta keluarga secara keseluruhan. Ikan memberi kontribusi terhadap 180 kcal per
orang per hari bagi energi dalam makanan (Venugopal,2010).

SENYAWA FUNGSIONAL DARI IKAN

Seperti dijelaskan di atas ikan mengandung berbagai senyawa yang bermanfaat bagi
kesehatan antara lain protein, lemak dengan omega 3, vitamin, mineral, taurine dsb.
Protein yang mengandung asam amino mempunyai daya cerna yang tinggi dan
berkualitas tinggi, peptida dari organ pencernaan ikan bermanfaat bagi kesehatan,
demikian juga vitamin dan mineral (Larsen et& al., 2011).

3
Asam lemak Omega 3 (ω 3 (PUFA))

Ikan dikenal sebagai penghasil asam lemak ωG3 . Asam lemak ωG3 terutama EPA
dan DHA banyak ditemukan pada ikan yang berlemak antara lain ikan herring,
makerel, sardin dan salmon (Gunstone1996 dalam Sijtsma,2004). Daging ikan-ikan
tersebut biasanya mengandung lemak yang tinggi. Komposisi asam lemak dari ikan,
organisme laut pada umumnyarendah Saturated Fatty Acid (SFA). SFA mempunyai
hubungan yang erat dengan timbulnya penyakit CvD. Senyawa yang bermanfaat bagi

Kesehatan adalah n-3-PUFA, khususnya EPA dan DHA. Sumber terbesar asam lemak
ω-3/ n-3-PUFA ditemukan diikan laut dari pada hewan lainnya, selain ikan, tiram juga
merupakan sumber ω -3. Ikan air tawar diketahui hanya sedikit mengandung ω-3.
Jumlah asam lemak di Ikan berkisar antara 8 hingga 12% EPA dan 10 hingga 20%
DHA (Badolato et& al., 1994). Sementara ikan yang hidup di perairan Inggris
(perairan sub tropis) lebih kaya akan kandungan PUFA dibandingkan dengan perairan
iklim tropis, seperti Brasil (Wang et& al., 1990 in Soccol and Oetterer,2003).

Protein dan Peptida dari ikan

Ikan merupakan hewan laut yang kaya akan protein. Menurut Venugopal (2010),
menyatakan bahwa jumlah kandungan protein pada daging ikan mencapai 17-22%,
dengan rata-rata 19%, sementara tuna yang dimasak mengandung protein sebesar
30%. Fungsi protein tersebut antara lain digunakan sebagai pembangun struktur utama
Dalam sel, enzim dalam membran, hormon dan alat pembawa. Dilihat dari sisi
nutrisi, protein merupakan sumber energi dan asam amino, yang penting untuk
pertumbuhan dan perbaikan sel. Selama ini ikan dikenal sebagai sumber protein yang
murah. Protein dari ikan merupakan sumber yang bagus dari sisi fungsional dan
nutrisi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi manusia. Sifat fungsional protein
didefinisikan sebagai karakteristik fisiko-kimia dan perhitungan perubahan dalam
sistem makanan selama persiapan, proses, penyimpanan, dan konsumsi
(Venugopal,2010). Selain sebagai sumber protein, ikan merupakan sumber bioaktif
peptida.Senyawa biaooktif peptida banyak ditemukan pada daging ikan dari berbagai
macam spesies (Kadam and Prabhasankar, 2010). Venugopal (2010), menambahkan
bahwa limbah pengolahan ikan dan ikan ekonomis rendah merupakan sumber terbaik
senyawa biokatif peptida. Sumber terbaik peptida pada ikan laut terdapat pada ikan
sardin (Sardina& pilchardus) yang mengandung fraksi lipipeptic dan peptidic.
4
Mineral

Mineral merupakan senyawa organik yang tersimpan dalam makanan. Mineral dibagi
menjadi beberapa senyawa antara lain mayor mineral dan trace elemen. Mayor
mineral dalam tubuh manusia tersedia lebih dari 5 g termasuk diantaranya adalah Ca,
F, K, S, Na, Cl, dan Mg.Dan banyak lagi trace mineral yang ada lama tubuh manusia.
Jumlah mineral yang ada pada ikan seperti K, Ca, Mg dan P dan mikromineral seperti'
Se, F, I, Co,dan Mn secara keseluruhan mencapai 0.6–1.5% dari berat basah. Fe, Zn
dan Se merupakan trace mineral yang kaya di ikan (Venugopal,2010).

Kerang umumnya kaya akan mineral dua kali lebih banyak dibandingkan dengan ikan
pada umumnya. Kerang kaya akan Zn, Fe, dan Cu. Sedangkan udang banyak
mengandung Ca dari pada ikan dan daging. Sementara ikan segar banyak
mengandung Na. Na pada produk olahan dan produk ikan (beku, kaleng, asap, dan
asin) pada umumnya tinggi berkisar antara 300 hingga 900mg/100g (Venugopal,
2010).
Vitamin A

Minyak ikan dari laut kaya akan vitamin A,D, dan E. Vitamin A banyak terdapat pada
hati minyak ikan. sementara hati ikan Halibut dan Cod kaya akan vitamin A dan D.
Ikan sardine mengandung 4500 IU vitamin A and up to 500 IU vitamin D tiap 100g
daging. Dengan rata-rata125 μg/g ikan. Vitamin A banyak ditemukan dipsesies ikan
kecil (Venugopal, 2010).

Vitamin dan mineral

Hewan laut banyak mengandung vitamin dan mineral. Organisme lautan banyak
mengandung vitamin A dan D. Selain banyak mengandung vitamin, organisme lautan
juga kaya akan mineral. Mineral penting lebih banyak terdapat pada dari hewan laut
bila dibandingkan dari organisme darat. Selain itu limbah hasil perikanan merupakan
sumber mineral yang bagus karena kandungan mineral yang tinggi (Venugopal,
2010).

KESIMPULAN

Ikan mengandung senyawa fungsional yang bermanfaat bagi kesehatan. Senyawa


fungsional dari ikan telah banyak dimanfaatkan pada produk pangan fungsional

5
termasuk makanan dan minuman.Selain itu, juga dimanfaatkan dalam produksi
budidaya ikan dan pemeliharaan hewan ternak untuk meningkatkan sifat fungsional
produknya. Beberapa tahun mendatang, pemanfaatan senyawa fungsional dari ikan
pada produk pangan akan semakin meningkat menyusul peluang pasar pangan
fungsional menjanjikan di tahun-tahun mendatang.

Sumber : http://journal.ift.or.id/files/Susanto%201495102.pdf

6
2. Nama jurnal :
PENGGUNAAN EKSTRAK KASAR SPONS LAUT UNTUK
MENINGKATKAN RESISTENSI IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
TERHADAP INFEKSI (Streptococcus agalactiae)
(The Use Of Marine Sponge Crude Extract To Improve The Resistance Of
Tilapia Fish (Oreochromis niloticus) To Streptococcus agalactiae Infections)
Nama Peneiti : Shifa Aubriana Schram, Reiny A. Tumbol, Reni L. Kreckhoff
Waktu dan tempat : Persiapan pakan uji dilakukan di Laboratorium Kesehatan
Ikan, Lingkungan dan Toksikologi untuk persiapan pakan uji. Pemeliharaan ikan
dilakukan di Laboratorium Teknologi Akuakultur dan untuk kegiatan ekstraksi spons
laut dilakukan di Laboratorium Bioekologi dan Farmasitika Laut Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi Manado.Pengambilan sampel Spons
diambil diPantai Malalayang, Manado. Waktu pelaksanaan penelitian ini berlangsung
dari bulan Oktober sampai Desember 2018.
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penggunaan ekstrak kasar spons
laut terhadap resistensi ikan nila dalam menghadapi serangan Streptococcus
agalactiae, mengidentifikasi spons yang digunakan, serta mengukur pengaruh serta
menetapkan dosis pemberian ekstrak kasar spons untuk meningkatkan sistem imun
dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ikan nila. Spons yang digunakan dalam
penelitian adalah spons Cribrochalina sp.yang diambil dari perairan Malalayang. Ikan
uji diambil dari Balai Budidaya Air Tawar Tatelu, Provinsi Sulawesi Utara. Ikan
diaklimatisasi selama seminggu. Setelah diaklimatisasi ikan diberi pakan yang
ditambahkan dengan ekstrak kasar spons sebagai perlakuan dengan konsentrasi
berbeda yaitu 0 g, 20 g, 40 g dan 60 g/kg pakan selama 14 hari sebanyak 5%/berat
tubuh/hari dengan frekuensi pemberian pakan dua kali sehari yaitu jam 10.00 pagi dan
jam 17.00 sore. Setelah diberi perlakuan, ikan diuji tantang dengan bakteri S.
agalactiae. Data yang dikumpulkan terdiri dari kelangsunganhidup ikan nila. Total
leukosit sebagai parameter imun dan pertumbuhan mutlak. Hasil penelitian
mendapatkan bahwa penambahan ekstrak kasar spons Cribrochalina sp. ke dalam
pakan mampu meningkatkan total leukosit dan pertumbuhan ikan nila (p<0.05).

7
Dimana hasil terbaik dicapai pada ikan yang diberi pakan dengan penambahan ekstrak
kasar spons sebanyak 40 g/kg pakan. Kelangsungan hidup ikan nila yang diberi pakan
perlakuan yang diuji tantang dengan bakteri patogen menunjukkan hasil yang paling
baik (tingkat kelangsungan hidup 100%) dibandingkan dengan kontrol (75%).
Sebagai kesimpulan bahwa pemberian pakan dengan ekstrak kasar spons
Cribrochalina sp. berpotensi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan
pertumbuhan pada ikan nila.
Kata Kunci: Ekstrak kasar, Spons laut, Cribrochalina sp., Tilapia, Resistensi,
Streptococcus agalactiae
Identifikasi :
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari empat
perlakuan dan masingmasing perlakuan memiliki 3 ulangan. Dengan demikian jumlah
unit percobaan yang terdapat dalam penelitian ini adalah 12 unit (4x3). Sebagai
perlakuan adalah ekstrak spons dengan dosis berbeda, yaitu:

Perlakuan Dosis
A Pakan + 0 g ekstrak kasar spons laut
B Pakan + 20 g ekstrak kasar spons laut
C Pakan + 40 g ekstrak kasar spons laut
D Pakan + 60 g ekstrak kasar spons laut
Organisme Uji
Hewan uji yang digunakan adalah ikan nila sebanyak 120 ekor, berukuran panjang
berkisar 5 – 8 cm/ekor. Ikan uji diperoleh dari Balai Benih Air Tawar (BBAT) Tateli
Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara.
Ekstrak kasar spons yang digunakan adalah spons Cribrochalina sp. Sampel spons
diambil dari Perairan Pantai Malalayang, Manado pada kedalaman 6– 10 m.
Identifikasi Sampel
Pengambilan sampel dilakukan di Perairan Pantai Malalayang pada kedalaman 6 – 10
m menggunakan alat selam. Selanjutnya, sampel yang diambil dimasukkan dalam
kantung plastik yang dilengkapi dengan penutup, kemudian dimasukan kedalam cool
box dan di bawa ke Laboratorium Penyakit Ikan, Lingkungan dan Toksikologi.
Pengidentifikasian sampel spons dilakukan dengan melihat bentuk, warna dan struktur
spons. Jenis spons ditentukan dengan pencarian melalui situs www.spongeguide.org.
Ekstraksi dan Evaporasi

8
Proses ekstraksi sampel dmulai dengan memotong spons berbentuk kubus/dadu
ukuran 1x1 cm dan dimaserasi dalam larutan etanl 96% selama 24 jam dengan
perbandingan 1:2. Selanjutnya disaring dengan menggunakan kertas Whattman untuk
mendapatkan ekstrak spons. Ekstrak etanol sampel spons sebanyak 1 liter diuapkan
dengan Rotary vacuum evaporator pada suhu 40 0C hingga diperoleh esktrak kasar
(berbentuk pasta).
Kultur Streptococcus agalactiae
Bakteri Streptococcus agalactiae dikultur terlebih dahulu sebelum digunakan dengan
menggunakan media Blood Agar. Media Blood Agar dibuat dengan cara menimbang
bubuk Blood Agar sebanyak 4 g dan dilarutkan dengan 100 mL aquades dalam botol
schoot. Larutan kemudian dimasak di atas api bunsen sambil digoyang goyang agar
merata sampai mendidih dan berubah warna menjadi bening. Setelah mendidih,
larutan diangkat dan dipindahkan dalam autoclave untuk disterilkan. Kultur bakteri
dilakukan dengan cara menggores jarum ose yang dipanaskan diatas api bunsen.
Bakteri diambil menggunakan jarum ose dan di gores secara aseptik pada permukaan
media kemudian di inkubasi dalam inkubator pada suhu 28 0C selama 24 jam. Bakteri
yang sudah tumbuh di simpan dalam lemari pendingin dan siap digunakan.
Persiapan Pakan Uji
Pakan yang digunakan adalahpelet komersil FF-999. Pertama-tama,pakan tersebut
ditimbang sesuai dosispemberian pakan yang ditentukan yaitu5% dari bobot biomassa
ikan.Selanjutnya, ekstrak spons ditimbangsesuai dosis yang ditetapkan yakni
0(perlakuan A), 20 (perlakuan B), 40(perlakuan C) dan 60 g/Kg pakan(perlakuan D).
Penimbangan dilakukan menggunakan timbangan digital. Setelah ditimbang, esktrak
spons dimasukkan ke dalam wadah tabung yang sebelumnya telah diisi dengan
aquades sampai 25 mL. Larutan spons 25 mL telah diuji cukup untuk menutupi
permukaan pelet sebanyak 1 Kg Tabung berisi larutan spons selanjutnyadikocok
hingga ekstrak spons tersuspensi secara merata dalam air, kemudian dimasukkan
kedalam sprayer dan disemprotkan secara merata pada pakan.
Prosedur Penelitian
Sebelum penelitian dilakukan, ikan yang diambil dari BBAT dimasukkan dalam
akuarium berukuran 60x40x40 cm untuk diaklimatisasi selama satu minggu. Selama
aklimatisasi ikan diberi pakan pellet komersil yang diberikan dua kali sehari yaitu
pagi jam 10.00 dan sore jam 17.00. Selama proses aklimatisasi kualitas air
dipertahankan kestabilannya dengan melakukan penyiponan dan pergantian air untuk
9
mengeluarkan kotoran dan sisa pakan dari dasar akuarium. Setelah proses aklimatisasi
selesai, ikan dipindahkan ke dalam 12 akuarium kaca masing-masing berukuran
30x40x40 cm dengan kepadatan 10 ikan/akuarium. Selama periode penelitian, ikan
diberi pakan perlakuan yang sudah disiapkan sebelumnya dengan dosis 5%/bb/hari
dengan frekuensi pemberian pakan dua kali sehari yaitu pagi jam 10.00 dan sore jam
17.00. Pemberian pakan perlakuan pada hewan uji berlangsung selama 2 minggu.
Kualitas air selama masa percobaan dijaga agar tetap berada dalam kondisi yang
baik/terkontrol dengan cara melakukan pergantian air, menggunakan aerator dan
resirkulasi air. Ikan ditimbang 2 kali untuk diketahui pertambahan beratnya.
Penimbangan dilakukan pada minggu pertama dan minggu kedua setelah ikan
diberikan pakan dengan ekstrak kasar spons. Setelah 14 hari, selanjutnya 6 ekor ikan
dari tiap perlakuan diambil untuk dilakukan uji tantang selama 1 minggu. Uji tantang
dilakukan dengan cara dipping (perendaman). Ikan nila direndam dalam 1 liter air
yang telah dicanpurkan dengan 1x106 cfu/mL S.agalactiae (Aryanto, 2011, Rodkhum
et al., 2015, Taukhid et al., 2018, Sukenda et al., 2018). Perendaman dilakukan selama
3 jam.Selanjutnya, ikan yang dianggap sudah terinfeksi bakteri dipindahkan kedalam
akuarium. Pengamatan resistensi ikan dilakukan setiap hari selama 7 hari. Resistensi
diamati setelah ikan diuji tantang dengan bakteri patogen. Selama periode uji tantang
ikan diberi pakan tanpa penambahan ekstrak kasar spons sebanyak 5%/bb/hari dan
diberikan dua kali sehari jam 10.00 dan 17.00.
Deskripsi : Spons merupakan biota laut potensial untuk menghasilkan
senyawa bioaktif. Telah dilaporkan bahwa sebagian senyawa yang diisolasi dari spons
mempunyai aktivitas antimikroba yang tinggi sehingga dapat dijadikan sebagai bahan
maupun obat antibakteri, antikanker dan antiparasit (Amir dan Budiyanto, 1996).
Spons merupakan salah satu komponen biota penyusun terumbu karang yang
penyebarannya cukup luas. Terdapat 15.000 spesies spons di seluruh dunia dan sekitar
45% senyawa bioaktif ditemukan pada spons (Alexander et al.,2014). Spons laut
memiliki potensi bioaktif yang sangat besar. Selama 50 tahun terakhir telah banyak
kandungan bioaktif yang telah ditemukan. Kandungan bioaktif tersebut dikelompokan
menjadi beberapa kelompok besar yaitu antiiflammantory, antitumor, antivirus,
antimalaria, antibiotik, dan antifouling. Spons telah dimanfaatkan dalam bidang
farmasi karena sejak dulu berpotensi sebagai obat karena kandungan senyawa bioaktif
yang ada didalamnya.Usaha budidaya ikan yang telah berkembang pesat
menyebabkan beberapa masalah akibat dari kegiatanbudidaya intensif. Adanya
10
penyebaran penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kualitas air adanya degradasi
mutu lingkungan ini membukakesempatan bagi patogen yang disebabkan oleh virus,
bakteri, jamur maupun parasit untuk menginfeksi ikan yang akan menyebabkan
penyakit. Serangan penyakit dapat mengganggu kualitas ikan yang dibudidaya bahkan
mampu menurunkan nilai produksi yang pada akhirnya mengakibatkan kerugian
ekonomi. Salah satu penyakit bakterial yang menyerang ikan nila adalah penyakit
Streptococcucis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus agalactiae. Ikan nila
(Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan konsumsi air tawar yang
banyak digemari oleh konsumen. Usaha budidaya ikan nila telah berkembang pesat,
karena pertumbuhan ikan nila yang cepat dan mudah dipelihara.
HASIL & PEMBAHASAN
Spons laut yang digunakan dalam penelitian adalah jenis Cribrochalina sp.
Identifikasi jenis spons yang didapat dilakukan di website www.spongeguide.org
dengan mencocokkan ciri-ciri dari spons yang digunakan.
Berdasarkan hasil analisis ragam pertumbuhan ikan nila setelah 14 hari diberi pakan
dengan penambahan ekstrak kasar spons diperoleh nilai signifikansi (sig.) sebesar
0,039 menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa
pertumbuhan mutlak ikan nila pada perlakuan A, B dan D berbeda nyata dengan C
namun di antara ketiga perlakuan tersebut tidak terdapat perbedaan nyata.
pertumbuhan ikan nila dicapai pada perlakuan C (penambahan ekstrak kasar spons 40
g/kg pakan).
KESIMPULAN
1. Jenis spons yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cribrochalina sp.
2. Pemberian ekstrak kasar spons Cribrochalina sp. Dapat meningkatkan resistensi
ikan nila terhadap infeksi bakteri Streptococcus agalactiae.
3. Pemberian ekstrak kasar spons dalam pakan memberikan pengaruh yang baik
terhadap pertumbuhan dan sistem imun ikan nila.
4. Dosis ekstrak kasar spons Cribrchaliina sp. yang efektif secara optimal dalam
meningkatkan pertumbuhan ikan nila dicapai pada perlakuan C (penambahan
ekstrak kasar spons 40 g/kg pakan).

Sumber :

11
https://media.neliti.com/media/publications/295664-the-use-of-marine-sponge-
crude-extract-t-036173cc.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai