Anda di halaman 1dari 9

Makalah Mata Kuliah Perencanaan Hutan Medan, September 2021

PENERAPAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS


(AHP) UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

Dosen Penanggungjawab :
Prof. Rahmawaty S.Hut., M.Si., Ph.D.

Disusun Oleh:
Muhammad Syawal Akbar 191201007
Irma Amelia 191201088
Ultari Manalu 191201126
Johan Abimael Januari Hutabarat 191201138

Kelompok 8
MNH 5

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Mata Kuliah
Perencanaan Hutan ini dengan baik yang berjudul ”Penerapan Metode Analytic
Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pedukung Keputusan” ini dimaksudkan
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perencanaan Hutan pada Program Studi
Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab Mata
Kuliah Manajemen Hutan, Ibu Prof. Rahmawaty S.Hut., M.Si., Ph.D. karena telah
memberikan materi dengan baik dan yang telah memberikan bimbingan dan
arahan selama penulis mengikuti kegiatan mata kuliah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam
upaya untuk memperbaiki isi makalahini akan sangat penulis hargai. Semoga
tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Medan, September 2021

Penulis
PENERAPAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS
(AHP) UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

1. LATAR BELAKANG
Dalam pengambilan suatu keputusan terdapat banyak alternatif pilihan atau
tindakan sehingga manusia dipaksa untuk memilih salah satu diantara alternatif-
alternatif tersebut yang merupakan hasil keputusan yang terbaik. Pengusulan dan
Penetapan Hutan Konservasi di Indonesia dilakukan melalui serangkaian proses
yang disebut pengukuhan kawasan hutan. Dalam proses pengukuhan hutan
konservasi, penetapan dilakukan dengan memperhatikan berbagai pertimbangan
dan peran serta dari pemerintah daerah maupun pemangku kepentingan yang
terkait. Agar para pengambil keputusan dapat melakukan banyak komputasi
dengan cepat dan biaya rendah maka sangat diperlukan sistem pendukung
keputusan yang terkomputerisasi.
Sistem pendukung keputusan dengan menggunakan model AHP dapat
memberikan solusi dari suatu situasi yang kompleks, dengan memberikan bobot
dan prioritas terhadap kriteria atau usulan. Dalam membangun sistem pendukung
keputusan tersebut, metode Analytic Hierarchy Prosess (AHP) juga dapat
digunakan untuk menentukan prioritas kriteria dengan membuat matriks
perbandingan berpasangan, membuat matriks nilai kriteria hingga akhirnya
diperoleh nilai total yang digunakan sebagai dasar untuk merangking kriteria
hutan konservasi.

2. MASALAH
Adanya kepastian status kawasan hutan menjadi prasyarat penting bagi
terwujudnya tata kelola hutan yang baik. Namun dengan adanya kesalahan
prosedur penetapan kawasan hutan di masa lalu yang hingga saat ini belum
diperbaiki, menjadi salah satu kendala besar untuk mewujudkan kepastian
kawasan hutan tersebut. Dalam prakteknya pengukuhan kawasan hutan di
Indonesia seringkali ditujukan untuk menetapkan hak negara atas kawasan hutan
tertentu yang memisahkannya dengan lahan milik masyarakat. Dengan kata lain,
mekanisme pengukuhan kawasan hutan telah dipandang dan digunakan sebagai
instrumen untuk menetapkan hak kepemilikan (property right) kawasan hutan
daripada sebagai instrumen untuk penataan fungsi kawasan hutan.
Kawasan-kawasan hutan yang sudah tidak memiliki fungsi tidak dapat
dilakukan perubahan sebagaimana mestinya, di lain pihak pemerintah tidak
mampu mempertahankan kawasan hutan sesuai dengan fungsinya. Oleh karena
itu, diperlukan penyesuaian kriteria-kriteria terhadap ekosistem hutan untuk
menetapkan kawasan hutan berdasarkan fungsi dan dampak terhadap kawasan di
luar hutan untuk menjamin keberlanjutan pembangunan dengan memperhatikan
ekosistem wilayah.
Kekeliruan dalam menetapkan kriteria kawasan hutan yang tidak sesuai
dengan ekosistem hutan mengakibatkan pada ketidak harmonisan sistem
keseimbangan wilayah, sebagai contoh bahwa kawasan hutan produksi masih
tetap sebagai hutan produksi namun sudah tidak mampu untuk berproduksi.

3. PEMIKIRAN PEMECAHAN MASALAH


Tercapainya suatu tujuan pengukuhan kawasan hutan konservasi secara
optimal harus dibarengi dengan memperhatikan berbagai aspek seperti peran
serta dari pemerintah daerah serta stakeholders yang terkait, pemecahan masalah
dengan pihak ketiga di dalam kawasan hutan, pertimbangan terkait potensi
keanekaragaman dan potensi ekosistemnya. Untuk menilai layak tidaknya suatu
keputusan harus juga didukung oleh scientific judgement yang sesuai dengan
kriteria - kriteria kawasan hutan konservasi tersebut. Banyaknya faktor yang harus
dipertimbangkan dalam penentuan kawasan hutan konservasi bukanlah hal yang
mudah dilakukan, apalagi jika dilakukan secara manual dan dalam waktu yang
sedikit maka akan banyak ditemukan kesalahan-kesalahan human error yang
tentunya tidak dapat dihindari.
Oleh karena itu, untuk menjawab dan meminimalisir kesalahan yang
terjadi serta ingin pengukuhan kawasan hutan konsenvarsi berjalan sesuai dengan
yang diinginkan maka perlu dilakukan pendukung keputusan yang baik yaitu
dengan memilih dan menetapkan satu alternatif pilihan terbaik dari beragam
alternatif yang ditawarkan. Agar para pengambil keputusan dapat melakukan
komputasi dengan cepat dan baik serta mengeluarkan biaya yang rendah maka
metode analytic hierarchy prosess (AHP) merupakan solusi pemecahan masalah
ini.

4. STRATEGI PEMECAHAN MASALAH


Dari permasalahan “Menentukan Kawasan Hutan Konservasi” ini, untuk
stategi pemecahan masalah terbaik adalah dengan menggunakan metode Analytic
Hierarchy Process (AHP). Analytic Hierarchy Prosess (AHP) merupakan
pendekatan dasar untuk pengambilan keputusan. Dalam proses ini, pembuat
keputusan menggunakan Pairwise Comparison yang digunakan untuk
membentuk seluruh prioritas untuk mengetahui ranking dari alternatif.
Implementasi sistem AHP yang akan dibangun berbasis web yang akan
memudahkan dalam penggunaanya. Alasan digunakannya metode AHP dalam
menentukan kawasan hutan konservasi adalah karena metode AHP dalam
penerapannya merupakan metode yang cepat dan biaya rendah.
Dengan digunakannya metode AHP sebagai strategi pemecahan masalah
penentuan kawasan hutan konservasi, pastinya ada tahapan penggunaan metode
AHP yang harus diterapkan, yaitu mulai dari menyusun hierarki dari
permasalahan yang dihadapi (menentukan tujuan, alternatif keputusan, dan
kriterianya), membuat matriks perbandingan berpasangan, membuat matriks nilai
kriteria hingga akhirnya diperoleh nilai total yang digunakan sebagai dasar untuk
merangking kriteria hutan konservasi. Dari adanya nilai total tiap kriteria, maka
kriteria dengan nilai paling besarlah yang akan dipilih dan ditetapkan nantinya.
Jadi, dalam penentuan kawasan hutan konservasi, penggunaan metode AHP
dalam pengambilan keputusan merupakan langkah yang tepat karena dalam
pembuatan keputusannya menggunakan hierarki atupun pembanding yang
digunakan untuk membentuk seluruh prioritas untuk mengetahui alternatif
terbaik.

5. RENCANA TINDAK LANJUT


Dengan meningkatnya kebutuhan lahan dari berbagai sektor seperti
pertanian, agroforestry, perumahan, infrastruktur dan lainnya tentu menggunakan
kawasan hutan yang sudah tidak memiliki fungsi yang telah ditetapkan melalui
UU Nomor 41 tahun 1999. Peningkatan kebutuhan lahan menyebabkan kurang
efektifnya penataan kawasan-kawasan hutan yang tidak berhasil dipertahankan
sebagaimana fungsinya. Oleh karenanya butuh suatu sistem dan fungsi penataan
kawasan hutan agar pembangunan tetap ada namun tata wilayah hutan juga masih
terjaga. Keliru sedikit saja menyebabkan dampak yang besar seperti kawasan
konservasi yang tidak bisa lagi mempertahankan fungsi konservasi yang berimbas
pada fauna dan flora yang ada di dalamnya.
Dalam menentukan kawasan hutan konservasi diperlukan proses yang
rumit dan panjang terlebih dalam rangkaian kegiatan penunjukan, penataan batas,
dan penetapan kawasannya sendiri. Metode AHP dalam sistem pendukung
keputusan penentuan kriteria hutan konservasi harus di terapkan oleh pemerintah
dalam hal ini dinas kehutanan untuk menentukan kawasan hutan konservasi di
masa yang akan datang. Metode AHP memiliki peran penting dalam pengambilan
keputusan karena dengan metode ini kriteria hutan konservasi disusun dalam
sebuah hierarki dan diberi bobot masing-masing dengan perbandingan
berpasangan. Manfaat dari penggunaan metode AHP dalam melakukan penentuan
batas hutan konservasi harusnya sudah diterima oleh para pihak terkait dalam
membantu proses penentuan batas hutan, bukan tidak mungkin nantinya metode
AHP diterapkan untuk menyelesaikan masalah sistematis yang berada di lingkup
kehutanan sehingga nantinya hutan Indonesia dapat tertata dengan baik.

6. KESIMPULAN DAN SARAN


Metode AHP dalam memaksimalkan sistem pendukung keputusan bisa
menjadi dasar pengambilan keputusan dalam menentukan batasan-batasan
kawasan hutan konservasi yang bisa dipertanggungjawabkan. Peran dari metode
AHP dalam penentuan kawasan hutan konservasi adalah melalui analisis kriteria
dan alternatif digunakan untuk menentukan kriteria hutan konservasi yang
nantinya dipilih sesuai bobotnya masing-masing. Namun penggunaan metode
AHP dan sistem pendukung keputusan dalam penentuan kawasan hutan
konservasi dikembalikan kepada instansi terkait dalam penggunaan dan
pengelolaannya.
Kelebihan penggunaan metode AHP dalam pengukuhan kawasan hutan
ialah, metode ini membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi
suatu model yang fleksibel, AHP juga memecahkan masalah kompleks melalui
pendekatan sistem dan analisa yang landasannya terintegrasi, Struktur yang
hierarki cenderung mengelompokkan elemen-elemen sistem yang rumit ke level-
level yang lebih mudah, dan yang menjadi paling panting adalah metode ini
mempertimbangkan prioritas relatif dari faktor-faktor dari sistem yang telah
dibangun. Metode dalam pengambilan keputusan diawali dengan menyusun
hierarki dari permasalahan, dan menentukan prioritas elemen.
Saran yang dimaksimalkan adalah sebelum menentukan batas kawasan
hutan konservasi adalah penggunaan metode AHP dalam penentuan pengambilan
keputusan, dengan adanya metode ini permasalahan kompleks bisa
disederhanakan sehingga tata kawasan hutan Indonesia bisa lebih baik lagi dan
permasalahan sektor kehutanan bisa dikurangi
DAFTAR PUSTAKA

Munthafa A, Mubarok H. 2017. Penerapan Metode Analythical Hierarchy


Process Dalam Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Mahasiswa
Berprestasi. Jurnal Siliwangi, 3 (2): 191-195.

Zulkarnain. 2013. Analisis Penetapan Kriteria Kawasan Hutan. Jurnal Agrifor, 12


(2): 230-235.

Suyatno. Rancang Bangun Sistem Pendukung Keputusan Untuk Pemilihan


Gagasan dengan Metode Analytic Hierarchy Prosess (AHP). Semarang.
UNDIP.

Suwarno E, Abdul WS. 2017. Identifikasi Hambatan Pengukuhan Kawasan Hutan


di Provinsi Riau. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan.,14(1) : 17-30.
BIODATA

Muhammad Syawal Akbar, lahir di Lubuk Pakam, 5 Januari


2001. Pada tahun 2019 menyelesaikan pendidikan di SMAN 1
Tualang, Siak, Riau. Setelah tamat lalu melanjutkan pendidikan ke
perguruan tinggi, aktif kuliah sebagai mahasiswa semester 5 di
Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas
Sumatera Utara. Pernah mengikuti kegiatan Praktik Pengenalan
Ekosistem Hutan (P2EH) di kawasan Hutan Kota Balai Wilayah
Sungai II Sumatera Utara.
Irma Amelia, lahir di desa Hutadangka, Kec. Kotanopan, Kab.
Mandailing Natal pada tanggal 17 Maret 2001. Pada tahun 2019
menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 2 Plus
Panyabungan di Mandailing Natal. Setelah tamat lalu melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi saat ini aktif sebagai mahasiswa
semester 5 di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan,
Universitas Sumatera Utara. Pernah mengikuti Praktik Pengenalan
Ekosistem Hutan di Taman Nasional Batang Gadis Resort 5
Alahankae
Ultari Manalu, lahir di Tarutung, Kab. Tapanuli Utara pada
tanggal 17 Agustus 2000. Pada tahun 2018 menyelesaikan
pendidikan SMA di SMA Negeri 3 Tarutung. Saat ini aktif sebagai
mahasiswa semester V di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara (USU). Pernah mengikuti
Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Taman Hutan Raya Bukit
Barisan Tongkoh Sumatera Utara.
Johan Abimael Januari Hutabarat, lahir di Tanah Jawa, 08
Januari 2000. Pada tahun 2018 menyelesaikan pendidikan di SMA
Swasta Kampus Nomensen Pematang Siantar. Saat ini aktif sebagai
mahasiswa semester V di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara (USU). Pernah mengikuti
Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Hutan Rintis 7 Balimbingan
Tanah Jawa Simalungun Sumatera Utara (2021).

Anda mungkin juga menyukai