Anda di halaman 1dari 9

REFERAT

Volvulus

Disusun Oleh:
Jason Christopher A (2215051)
Beckty Miraz Baliandu (2115244)
Sopia Kristi Br. Ginting (2215038)
Fhebi Meliyanti RS (2215029)
Elisabeth Tiara Maharani (2215049)

Pembimbing:
dr. Selonan Susang Obeng, SP.B-KBD, FinacS

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
RUMAH SAKIT IMMANUEL
BANDUNG
2023
DAFTAR ISI
REFERAT...................................................................................................................................................................................1
VOLVULUS...................................................................................................................................................................................................... 1
BAB I............................................................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................................................4
2.1 DEFINISI.............................................................................................................................................................................4
2.3 FAKTOR RISIKO.............................................................................................................................................................4
2.4 ETIOLOGI.......................................................................................................................................................................5
2.5 PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI...................................................................................................................5
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN PENATALAKSANAAN...........................................................................5
3.0 PROGNOSIS.......................................................................................................................................................................7

2
BAB I

PENDAHULUAN

Volvulus didefinisikan sebgai gangguan pada saluran cerna dimana usus terpelintir dan
menyebabkan obstruksi atau sumbatan pada usus, menyebabkan sumbatan usus. Volvulus paling
sering terjadi pada sigmoid, yaitu hampir 8% dari seluruh kasus sumbatan usus. Volvulus juga
paling sering terjadi pada usia dekade ketiga sampai ke tujuh kehidupan dan pada orang kurus
dan , meningkatkan risiko terjadinya volvulus Kejadian ini berkaitan dengan malrotasi usus,
perbesaran kolon, mesenteri yang panjang, Hirschprung.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kondisi volvulus adalah foto polos
abdomen, CT scan, kolon in loop, atau pemeriksaan laboratorium seperti hitung darah lengkap
dan biokimia serum. Volvulus dapat ditangani dengan operasi, sebelum operasi diberikan
resusitasi dan antibiotik spektrum luas. Operasi yang paling direkomendasikan adalah reseksi
usus.
Terdapat sebuah kasus yang terjadi yang bisa menjadi salah satu contoh dari kasus volvulus.
Seorang pasien dengan inisial Ny.E usia 80 tahun datang ke poli bedah digestif pada bulan
Desember 2023 dengan keluhan utama nyeri melilit pada perut yang dirasakan sejak Agustus
2023. Nyeri dirasakan hilang timbul 2-3 hari sekali bersamaan dengan rasa ingin buang air
besar. Saat perut terasa melilit, terlihat pergerakan usus pada dinding perut dan terdengar jelas
suara usus. BAB 2-3 hari sekali dan terasa sulit. Pasien konsumsi pereda nyeri, asam mefenamat,
jika nyeri muncul. Terdapat penurunan nafsu makan akibat sakit yang dirasakan dan penurunan
berat badan. Sebelumnya pasien sudah melakukan CT Scan bulan November atas saran dari
dokter bedah umum dengan hasil multiple cholelithiasis dan nephrolithiasis kanan. Dokter bedah
digestif menyarankan untuk melakukan pemeriksaan colon in loop dan didapatkan hasil
Redundansi kolon desendens dan sigmoid. Cholelitiasis multiple. Tidak tampak malignansi.
Pasase kontrak baik. Penatalaksanaan yang disarankan oleh dokter adalah tindakan operatif
dengan reseksi usus dengan segala faktor risiko yang ada karena usia.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Volvulus adalah gangguan pada saluran cerna dimana usus terpelintir dan menyebabkan
obstruksi atau sumbatan pada usus, menyebabkan sumbatan usus.
Gejalanya termasuk pembengkakan perut, nyeri, muntah, sembelit, dan tinja berdarah. Gejala
bisa muncul secara perlahan-lahan atau tiba-tiba. Mesenteri menjadi sangat terbelit sehingga
pasokan darah terputus, mengakibatkan usus mengalami iskemia. 1

2.2 Epidemiologi

1. Volvulus kolon menyumbang hampir 2% dari seluruh kasus sumbatan usus yang masuk
di Amerika Serikat antara tahun 2002-2010.
2. Volvulus sigmoid, yang menyumbang 8% dari semua sumbatan usus, terjadi antara
dekade ketiga dan ketujuh kehidupan.
3. Lebih sering terjadi pada pria lanjut usia, orang Afrika-Amerika, orang dewasa dengan
sembelit kronis, dan gangguan neuropsikiatrik terkait.
4. Di sisi lain, volvulus sekum lebih umum terjadi pada wanita muda 1

2.3 Faktor Risiko

1. Faktor risiko untuk volvulus meliputi malrotasi usus,


2. Penyakit Hirschsprung,
3. Perbesaran kolon,
4. Kehamilan

4
5. Tingkat kejadian volvulus yang lebih tinggi juga terjadi di antara pasien yang dirawat di
rumah sakit dengan gangguan neuropsikiatrik seperti penyakit Parkinson, multiple
sclerosis, dll.
6. Diet tinggi serat, sembelit kronis 1

2.4 Etiologi

1. Volvulus terkait dengan malrotasi usus, perbesaran kolon, mesenteri yang panjang,
penyakit Hirschsprung, kehamilan, adhesi di perut, dan sembelit kronis.
2. Volvulus sekum bisa terjadi karena fiksasi dorsal mesenteri yang tidak lengkap pada
kolon kanan atau sekum atau karena mesenteri yang terlalu panjang.
3. Volvulus sigmoid lebih umum terjadi pada individu dengan gangguan neuropsikiatrik,
multiple sclerosis, dan penyakit Parkinson.
4. Diet tinggi serat menyebabkan kelebihan beban pada kolon sigmoid, menyebabkannya
melingkar pada mesenteri. 1

2.5 Patogenesis dan Patofisiologi

2.8 Pemeriksaan Penunjang dan Penatalaksanaan

The first investigation to be performed is a plain radiograph of the abdomen (Foto polos
abdomen). Specific signs including "bent inner tube" or a "coffee bean" merupakan ciri khas
volvulus sigmoid. Hal ini mengacu pada tampilan loop tertutup berisi udara pada usus besar
yang membentuk volvulus yang memperlihatkan dinding dalam yang tebal dan dinding luar
yang tipis. Foto polos abdomen pasien dengan volvulus cecal menunjukkan distensi usus
kecil dan usus besar. Demonstrasi "bird's beak" pada titik di mana usus besar berputar
membentuk volvulus merupakan ciri-ciri volvulus sigmoid.
Computed tomography (CT) pada perut dan panggul umumnya tidak diindikasikan pada
pasien dengan volvulus kolo tetapi bila dilakukan, perpindahan usus buntu ke atas dengan
obstruksi usus besar dan kecil menunjukkan adanya volvulus sekum. Mirip dengan volvulus
kolon, pada anak-anak dengan volvulus usus tengah, gambaran radiologisnya meliputi

5
kurangnya gas di seluruh usus dengan sedikit tersebarnya tingkat udara-cairan pada
radiografi polos, dan letak persimpangan duodenojejunal (DJ) yang tidak normal dengan usus
kecil melingkar seluruhnya di sisi kanan. perut pada seri gastrointestinal atas.
Pemeriksaan laboratorium termasuk hitung darah lengkap (CBC) dan biokimia serum
mungkin menunjukkan pergeseran ke kiri dengan leukositosis dan kelainan elektrolit, namun
hal ini tidak spesifik.

Dalam semua kasus volvulus, pasien perlu diresusitasi dan diberikan antibiotic spektrum
luas sebelum operasi. Pemantauan tanda-tanda vital termasuk pengukuran keluaran urin
harus dilakukan secara berkala. Beberapa dokter juga menganjurkan merawat pasien dalam
posisi menyamping kiri untuk menghindari kompresi pada vena cava.
Perawatan awal untuk volvulus sigmoid adalah sigmoidoskop yang dapat membantu
dalam menegakkan diagnosis volvulus sigmoid. Spiraling pada mukosa dan kesulitan untuk
melewati ruang lingkup di luar lokasi obstruksi merupakan gambaran klasik volvulus
sigmoid pada sigmoidoskopi.
Untuk perawatan endoskopi, dilakukan penyisipan endoskopi secara perlahan tepat di
bawah lokasi torsi dan insuflasi udara. Jika tidak berhasil, ujung endoskopi dapat digunakan
untuk mengikuti mukosa yang terpuntir dan mencapai puncak. Sebagai alternatif, rectal tube
soft rubber dapat dimasukkan untuk detorsi dan dekompresi. Tingkat keberhasilan reduksi
sigmoidoskopik berkisar antara 50-100%. Untuk mencegah kekambuhan dini, rectal tube
soft rubber dipasang setelah reduksi endoskopi. Karena tingkat kekambuhan yang tinggi,
disarankan untuk melakukan reseksi usus dalam waktu dua hari.
Kontraindikasi terhadap reduksi endoskopi meliputi dugaan gangren usus yang
bermanifestasi sebagai demam, hematokezia persisten, dan gambaran sepsis; dan perforasi
peritonitis.

2.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari volvulus adalah nekrosis usus yang dapat memicu
terjadinya sepsis, perforasi kolon sehingga dapat menyebabkan peritonitis, dan penurunana
supalai darah dan oksigen ke usus akibat obstruksi yang ditimbulkan sehingga dapat
menyebabkan gangren usus dan dapat menyebabkan syok sepsis dapat penderita10.

6
3.0 Prognosis

Prognosis pasien ditentukan berdasarakan keparahan, lokasi, manifestasi klinis dan usia
penderita. Prognosis dapat dibagi menjadi prognosis yang baik yaitu pada pasien yang
terdiagnosis lebih awal dan dilakukan operasi atau non -operatif seperti kolonskopi yang sukses
dilakukan, guarded prognosis jika volvulus menyebabkan kerusakan jaringan yang signifikan
tetapi dapat diatasi dengan operasi dan tidak terjadi komplikasi, atau prognosis buruk jika
bolvulus tidak segera ditangani dengan baik sehingga menyebabkan gangren atau perforasi atau
peritonistis11.

3.1 Kesimpulan

 Volvulus adalah kondisi medis darurat yang terjadi ketika bagian dari usus melilit atau
terjepit, menyebabkan gangguan aliran darah dan dapat mengakibatkan kerusakan
jaringan usus atau bahkan kematian jika tidak diobati dengan cepat. Berikut ini beberapa
poin rinci mengenai volvulus:
 Penyebab Volvulus umumnya terjadi ketika usus besar atau usus halus melilit atau
terjepit, seringkali di daerah di mana usus tidak terikat dengan baik di dalam perut.
 Diagnosis, pemeriksaan fisik, anamnesis medis, dan pemeriksaan pencitraan seperti CT
scan atau X-ray untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan darah juga bisa dilakukan
untuk memeriksa tanda-tanda infeksi atau ketidakseimbangan elektrolit.
 Pengobatan: Penanganan volvulus sering kali memerlukan tindakan bedah segera.
Tujuannya adalah untuk mengembalikan usus ke posisi normal dan mengatasi kerusakan
jaringan yang mungkin terjadi. Pembedahan dapat berupa detorsi (pengembalian usus ke
posisi semula) atau dalam kasus yang parah, bagian dari usus yang terganggu mungkin
perlu dihapus.
 Prognosis: Prognosis pasien volvulus sangat tergantung pada seberapa cepat diagnosis
ditegakkan dan perawatan diberikan. Jika ditangani dengan cepat, pasien dapat pulih
sepenuhnya. Namun, jika terjadi kerusakan jaringan atau penanganan terlambat, bisa
terjadi komplikasi serius atau bahkan kematian.
 Pentingnya Perhatian Medis Segera: Volvulus adalah kondisi medis darurat yang
memerlukan perhatian medis segera. Jika mengalami gejala yang mencurigakan, segera
cari bantuan medis untuk evaluasi dan pengobatan yang tepat.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Le CK, Nahirniak P, Anand S, et al. Volvulus. [Updated 2022 Sep 12]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441836/
2. Abdelmaseeh TA, Azmat CE, Oliver TI. Postoperative Fever. [Updated 2023 Jun 4]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482299/
3. Hyder, J. A., Wakeam, E., Arora, V., Hevelone, N. D., Lipsitz, S. R., & Nguyen, L. L.
(2015). Investigating the “Rule of W,” a Mnemonic for Teaching on Postoperative
Complications. Journal of Surgical Education, 72(3), 430–437.
doi:10.1016/j.jsurg.2014.11.004
4. K. Maday, J. Hurt, P. Harrelson et al. (2016). Evaluating postoperative fever. Journal of
the American Academy of Physician Assistants.
doi:10.1097/01.JAA.0000496951.72463.de
5. "Postoperative Care" ACS/ASE Medical Student Core Curriculum (2017)
6. Sherwood L. Introduction to Human Physiology 8th edition. United States: Brooks/Cole,
Cengage Learning. 2013. Page 683-684
7. Dinarello CA, Gelfand JA. Fever and hyperthermia. In: Harrison’s principles of internal
medicine. 16th ed. McGrawHill: 2005. p. 104
8. Human albumin administration in critically ill patients: Systematic review of randomised
controlled trials. Cochrane Injuries Group Albumin Reviewers. Br Med J 1998;317:235-
40.
9. Grodzinsky E, Märtha Sund-Levander. Understanding fever and body temperature : a
cross-disciplinary approach to clinical practice. Cham, Switzerland: Palgrave Macmillan;
2020.
10. Brunicardi F, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Matthews JB, Pollock RE.
Schwartz's Principles of Surgery. 10th ed. New York, NY: McGraw-Hill Education;
2014.
11. Goyal RK, Gupta VK, Singh AK, Sharma RK, Goyal R. Volvulus of sigmoid colon: a
case report. J Postgrad Med. 2013;59(2):133-134. doi:10.4103/0022-3859.114174

8
9

Anda mungkin juga menyukai