NIM : 206000101111005
Mata Kuliah : Rekayasa Lingkungan
Dosen Pengampu : Dr. rer.nat. Abdurrouf, S.Si., M.Si
Dari uraian mengenai penerapan biopori dengan segala manfaatnya dan dari
tinjauan biaya yang tidak terlalu besar, maka yang selanjutnya perlu diperhatikan adalah
memperhitungkan kinerja LRB yang dibuat, yang dapat dipengaruhi oleh faktor jumlah LRB
yang dibutuhkan dalam area luasan tertentu, kedalaman LRB, tipe tanah tempat pembuatan
LRB, jenis sampah organik di dalam LRB, lama pengomposan.
1. Jumlah Lubang Resapan Biopori (LRB) yang Dibutuhkan pada suatu Luasan
Tertentu (Metode (1)):
Untuk menentukan jumlah lubang resapan biopori yang ideal pada suatu area,
dilakukan analisis mencari intensitas hujan, luas bidang kedap, dan laju resapan air per
lubang pada persamaan berikut:
𝒎𝒎
𝒊𝒏𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒉𝒖𝒋𝒂𝒏 ( ) ×𝑳𝒖𝒂𝒔 𝒃𝒊𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒆𝒅𝒂𝒑 (𝒎𝟐
𝒋𝒂𝒎
Jumlah LRB = 𝒍𝒊𝒕𝒆𝒓
𝒍𝒂𝒋𝒖 𝒑𝒆𝒓𝒆𝒔𝒂𝒑𝒂𝒏 𝒂𝒊𝒓 𝒑𝒆𝒓 𝒍𝒖𝒃𝒂𝒏𝒈 ( )
𝒋𝒂𝒎
Studi Kasus Menghitung Jumlah Lubang Resapan Biopori (LRB) pada Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Data pertama yang dibutuhkan dalam perhitungan adalah data Curah Hujan. Adapun
data curah hujan yang diperoleh dari BMKG Bandung selama 5 tahun (2008-2012)
adalah sebagai berikut:
Data berikutnya yang dibutuhkan adalah data luas Gedung Dinas Pendidikan
Data diperoleh dari denah Gedung Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, diperoleh:
Luas tanah keseluruhan = 27.600 m2
Luas seluruh bangunan = 26.204 m2
Tota luas taman utama = 866 m2
mm
390 ( ) ×26.204m2
jam
Jumlah LRB = liter = 56.775 LRB
180 ( )
jam
2. Jumlah LRB pada Lahan Terbuka (metode 2) dan Pengaruh Jenis Sampah
Organik serta Umur Sampah (Lama Pengomposannya) dalam LRB terhadap Laju
Infiltrasi
Analisis data yang digunakan meliputi kegiatan-kegiatan menganalisis data penentuan
jumlah lubang resapan biopori, debit baniir rencana, dan pemilihan jenis distribusi
curah hujan.
mm
intensitas hujan ( ) ×Luas bidang kedap (m2
jam
Jumlah LRB = liter
laju peresapan air per lubang ( )
jam
Penentuan debit banjir rencana dilakukan dengan cara menganalisis debit Q limpasan
menggunakan persamaan:
Q = 0,2778.C.I.A
Keterangan : Q = debit limpasan (m3/detik)
C = koefisien pengaliran limpasan
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = luas daerah pengaliran
Pemilihan jenis distribusi curah hujan akan ditentukan dengan mencocokkan parame.
ter statistik dengan syarat masing-masing distribusi Tabel parameter statistik untuk
penentuan jenis distribusi dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3. Parameter statistik untuk menentukan Jenis Distribusi
No. Distribusi Persyaratan
1 Normal (x±s)=68,27%
(x±2s)=95,44%
Cs ~ 0
Ck ~ 3
2 Log Normal Cs = 1,1502
Ck = 5,4412
3 Gumbel Cs = 1,14
Ck = 5,4
4 Log Pearson III Selain dari nilai di atas
Sumber: Ikhsan, et.al., (2017)
Untuk menghitung aliran permukaan air hujan koefisien limpasan (C) perlu diketahui
luas lokasi dan jenis penggunaan lahan pada suatu daerah untuk dapat
memperkirakan persentase jenis pengunaan lahan pada suatu lokasi. Adapun contoh
penggunaan lahan pada suatu lokasi (penggunaan lahan pada Fakultas Teknik
Universitas Teuku Umar Aceh, disajikan pada tabel berikut:
Bila ditinjau dari persentase penggunaan lahan yang ada pada tabel di atas, dapat
dilihat bahwa penggunaan lahan terbesar lebih ke lahan berumput, yaitu mencapai
45%.
Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis curah hujan, Oleh karena itu
dibutuhkan data curah hujan dalam kurun waktu tertentu. Data curah hujan yang
digunakan merupakan data curah hujan dari BMKG.
Setelah mendapatkan nilai koefisien limpasan yang dihitung berdasarkan tata guna
lahan dan nilai intensitas hujan, selanjutnya menghitung debit (Q) dengan
menggunakan rumus Q = 0,278. C. I. A. yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
mm
21.094 ( ) ×582 m2
jam
Jumlah LRB = liter = 68 LRB
180 ( )
jam
Dari pengamatan yang didapat, yang tertuang pada tabel di atas, maka pada minggu
pertama untuk LRB sampah sisa sayur laju infiltrasinya adalah 0,0063 liter/detik, LRB
dengan sampah sisa sabut kelapa 0,0067 liter/detik, dan sampah kulit buah 0,0071
liter/detik. Pada minggu kedua, laju infiltrasi LRB sampah sisa sayur 0,0055 liter/detik,
LRB sabut kelapa 0,0048 liter/detik, dan LRB kulit buah 0,0067 liter/detik. Pada minggu
ke tiga, LRB sisa sayur laju infiltrasinya 0,0038 liter/detik, LRB sabut kelapa 0,0029
liter/detik, dan LRB kulit buah 0,0063 liter/detik. Berikut ditampilkan grafik
perbandingan laju infiltrasi pada ketiga LRB pada lokasi 1 dengan jenis sampah
organik yang berbeda serta umur sampah (lama pengomposan)
Sumber: Ikhsan, et.al., (2017)
Grafik 1. Grafik Perbandingan Laju Infiltrasi LRB pada Lokasi 1 berdasarkan Umur
Sampah dan Jenis Sampah Organik
Dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa laju infiltrasi terbesar adalah pada LRB
kulit buah dengan umur sampah (lama pengomposan) 7 hari dengan laju infiltrasi
0,0071 liter/detik.
Analisis LRB pada lokasi 2
Tabel 9. Perbandingan Laju Infiltrasi LRB pada Lokasi 2
Waktu LRB sisa sayur LRB Sabut Kelapa LRB Kulit Buah
(liter/detik) (liter/detik) (liter/detik)
7 hari 0,0065 0,0066 0,0075
14 hari 0,0062 0,0056 0,0063
21 hari 0,0048 0,0040 0,0062
Sumber: Ikhsan, et.al., (2017)
Dari pengamatan yang didapat, yang tertuang pada tabel di atas, maka pada minggu
pertama untuk LRB sampah sisa sayur laju infiltrasinya adalah 0,0065 liter/detik, LRB
dengan sampah sisa sabut kelapa 0,0066 liter/detik, dan sampah kulit buah 0,0075
liter/detik. Pada minggu kedua, laju infiltrasi LRB sampah sisa sayur 0,0062 liter/detik,
LRB sabut kelapa 0,0056 liter/detik, dan LRB kulit buah 0,0063 liter/detik. Pada minggu
ke tiga, LRB sisa sayur laju infiltrasinya 0,0048 liter/detik, LRB sabut kelapa 0,0040
liter/detik, dan LRB kulit buah 0,0062 liter/detik. Berikut ditampilkan grafik
perbandingan laju infiltrasi pada ketiga LRB pada lokasi 2 dengan jenis sampah
organik yang berbeda serta umur sampah (lama pengomposan)
Tabel 10. Perbandingan Lokasi Penelitian, Jumlah, Ukuran, dan Kedalaman LRB
No. Lokasi Jumlah Ukuran
1 Penelitian terdahulu (Khairunisa, 10 buah Diameter = 10 cm
et.al., 2014): Kedalaman= 90 cm
Lokasi 1 (Biopori 1)
Kampus 1 Universitas
Muhammadiyah Surakarta
2 Penelitian yang dilakukan 10 buah Diameter = 10 cm
(Apreliana, 2019): Kedalaman= 40 cm
Lokasi 2 (Biopori 2)
SDN 03 Madiun Lor Kota Madiun
Keterangan:
10 LRB pada penelitian terdahulu telah mengalami pengomposan selama 1,5 tahun. Sedangkan lubang
pada penelitian sekarang berjumlah 10, terdapat 4 lubang yang mengalami pengomposan selama setahun
dan 6 lubang belum pernah dilakukan pengomposan.
Sumber: Apreliana, (2019)
Dari eksprimen yang dilakukan, didapatkan hasil perbandingan laju infilrasi pada lokasi
1 dan lokasi 2 yang disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 11. Perbandingan Laju Infiltrasi Biopori pada Lokasi 1 dan Lokasi 2
LRB Biopori Lokasi 1 Biopori Lokasi 2
(ml/menit) (ml/menit)
LRB 1 1282 1034
LRB 2 990 987
LRB 3 926 65,9
LRB 4 2777,8 55,3
LRB 5 301,1 57,7
LRB 6 202,8 78,1
LRB 7 1428,5 62,5
LRB 8 786 786
LRB 9 2765 546
LRB 10 204,4 210
Rata-rata 1166,36 388,25
Standard Deviasi 946,96 410,51
Maximum 2777,8 1034
Minimum 202,8 55,3
Sumber: hasil Olahan Apreliana, (2019)
Dari data pada tabel di atas, selanjutnya dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas
dan dihasilkan data sebagaimana pada tabel di bawah ini
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan hasil signifikan sebesar 0,072, dikarenakan hasil
signifikansi 0,072>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok kelas berasal
dari populasi yang homogen (sama).
Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Statistik
Non-Parametrik dengan Uji Man-Whiney dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : hasil biopori penelitian terdahulu (jurnal) dengan biopori penelitian
sekarang tidak berbeda secara signifikan
Ha : hasil biopori penelitian terdahulu (jurnal) dengan biopori penelitian
sekarang berbeda secara signifikan
Dengan ketentuan:
Jika signifikansi > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak
Jika signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima
Berdasarkan pengolahan data, didapatkan hasil uji kesamaan dua rata rata dengan uji
man-whiney sebagai berikut:
Bila ditinjau dari sifat tipe tanah, tanah berpasir (regosol) mempunyai porositas
yang besar sehingga laju peresapan air lebih cepat.
5. Pengaruh Jenis Sampah Organik dan Lama Waktu Pengomposan terhadap Laju
Infiltrasi Lubang Resapan Biopori
Febrianti (2021) melakukan penelitian tentang pengaruh jenis sampah organik
dan Lama Waktu Pengomposan terhadap Laju Infiltrasi Lubang Resapan Biopori
dengan desain penelitian sebagai berikut:
a. Analisis Laju Infiltrasi
Uji resapan air dilakukan dengan pembuatan 4 (empat) lubang resapan biopori
dengan tiap lubang resapan biopori diisi sampah organik jenis berbeda. Lubang
pertama diisi sampah kulit buah, lubang kedua diisi sampah sisa sayur, lubang
ketiga diisi sampah daun, dan lubang keempat diisi dengan sampah kayu lapuk.
Untuk mengukur laju infiltrasi menggunakan Rumus Metode Horton. Adapaun
persamaan Model Horton secara sistematis, yaitu:
F =fc+ (f0-fc). e-kt
Keterangan : F = laju infiltrasi (mm/menit)
f0 = laju infiltrasi awal (mm/menit)
fc = laju infiltrasi konstant (mm/menit)
k = konstanta
t = waktu (menit)
Data yang telah didapat melalui hasil pengukuran laju infiltrasi di lapangan
menggunakan single ring infiltrometer dengan mistar dan stopwatch yang
dilakukan pada 4 titik biopori dimana titik-titik tersebut dapat mewakili laju infiltrasi
pada lokasi penelitian yang akan diteliti menggunakan Metode Kurva Horton. Dari
hasil perhitungan. Berikut ditampilkan nilai Log (f0-fc) dari titik biopori 1
Tabel 16. Titik 1 (LRB dengan sampah kulit buah untuk nilai Log (f0-fc)
t t penurunan f0 fc f0-fc Log (f0-fc)
menit jam (cm) (cm/jam) (cm/jam) (cm/jam)
10 0,17 13,64 81,84 10,32 71,52 1,8544
20 0,33 9,13 54,78 10,26 44,52 1,6486
30 0,50 6,52 39,12 10,2 28,92 1,4612
40 0,67 5,11 30,66 10,32 20,34 1,3084
50 0,83 3,75 22,5 10,32 12,18 1,0856
60 1 2,44 14,64 10,32 4,32 0,6355
70 1,17 1,72 10,32 10,32 0 0
80 1,33 1,71 10,32 10,32 0 0
90 1,50 1,7 10,32 10,32 0 0
Sumber: Hasil perhitungan, Febrianti (2021)
Kemudian, dibuat grafik Log (f0-fc) terhadap waktu (t/jam), didapat grafik sebagai
berikut:
Berdasarkan grafik di atas dengan regresi linear diperoleh nilai kemiringan (m)
sebesar -0,592. Selanjutnya nilai m diperoleh dari hasil y yang muncul pada grafik,
kemudian untuk mendapatkan nilai k dihitung dengan persamaan:
m = -0,592
1
m = -k.loge
1
k.Log e = -m
-1
= -0,592
k.Log e = 1,68918
k.Log 2,718 = 1,68918
k (0,4342) = 1,68918
k = 3,89032
Dari nilai k di atas, maka laju infiltrasi terhadap waktu dapat dihitung dengan
memasukkan nilai k, pada persamaan:
f (t) = c+ (f0-fc). e-3,89032t
f (t) = 10,2+ (81,6-10,2). e-3,89032 x 0,17
f (t) = 47,06 cm/jam
Adapun hasil perhitungan lainnya direkap pada tabel berikut
Tabel 17. Hasil Perhitungan Laju Infiltrasi pada titik 1 dengan biopori
t fo fc ft
e
jam (cm/jam) (cm/jam) (cm/jam)
0,17 81,84 10,32 2,718 47,06
0,33 54,78 10,26 2,718 22,50
0,50 39,12 10,2 2,718 14,34
0,67 30,66 10,32 2,718 11,82
0,83 22,5 10,32 2,718 10,80
1,00 14,64 10,32 2,718 10,41
1,17 10,32 10,32 2,718 10,32
1,33 10,32 10,32 2,718 10,32
1,50 10,32 10,32 2,718 10,32
Sumber: Hasil perhitungan, Febrianti (2021)
Kemudian dibuat grafik waktu (t) terhadap laju infiltrasi seperti berikut ini:
Berdasarkan grafik di atas, pengukuran laju infiltrasi pada titik I dengan biopori
menunjukkan mulai konstan pada waktu setelah 70 menit dengan laju infiltrasi
sebesar 10,32 cm/jam.
Perhitungan dengan Langkah-langkah sebagaimana tersebut di atas, juga
dilakukan terhadap titik biopori lainnya. Setelah selesai dilakukan perhitungan
pada semua titik, maka dilakukan Analisa perbedaan laju infiltrasi. Adapun hasil
laju infiltrasi titik biopori dengan sampah organik yang berbeda, nilainya pun
berbeda sebagaimana dituangkan dalam diagram di bawah ini:
Gambar 6. Diagram Laju Infiltrasi setelah adanya Biopori
Sumber: Hasil Analisa, Febrianti (2021)
Berdasarkan diagram di atas menunjukkan bahwa dalam laju peresapan air tanah
untuk semua jenis sampah berbeda. Hal ini disebabkan karena jumlah air yang
meresap tergantung dari proses pembentukan biopori di setiap jenis sampah.
Hasil laju infiltrasi biopori pada interval 10 menit pertama adallah 47,06 cm/jam
untuk sampah kulit buah, 37,59 cm/jam untuk sampah sisa sayur, 35,19 cm/jam
untuk sampah daun, dan 25,37 cm/jam untuk sampah kayu lapuk. Sedangkan
hasil rata-rata laju infiltrasi biopori selama 90 menit pengukuran di keempat lubang
biopori setelah penguraian sampah selama 10 minggu adalah 16,35 cm/jam untuk
sampah kulit buah, 13,53 cm/jam untuk sampah sisa sayur, 12,44 cm/jam untuk
sampah daun dan 9,72 cm/jam untuk sampah jenis kayu lapuk. Dengan demikian,
lubang resapan biopori dengan sampah kulit buah mempunyai laju infiltrasi paling
tinggi.
b. Lama Waktu Pengomposan
Masing-masing jenis sampah (sampah kulit buah, sisa sayur, daun, dan
kayu lapuk) dimasukkan ke dalam lubang biopori yang berbeda. Proses
pengomposan sampah dalam lubang resapan biopori tidak dilakukan perlakuan,
artinya tidak ada penambahan bahan aktif untuk mempercepat proses
pengomposan. Pengomposan dilakukan selama 10 minggu. Hal ini berdasarkan
pada penelitian terdahulu waktu pengomposan pada LRB tanpa aktivator berkisar
65-75 hari dengan penggunaan bahan baku berupa campuran sampah makanan
dan sampah organik dari halaman.
Selama 10 minggu dilakukan pengukuran terhadap kompos yang dilakukan
selama 7 hari sekali. Adapun parameter yang diukur adalah suhu, pH. Pada akhir
pengomposan, dilakukan pengamatan terhadap warna kompos, bau, tekstur
kompos dan dilakukan pula pengujian di laboratorium, yang meliputi parameter
kadar air dan rasio C/N. Setelah itu, membandingkan semua hasil pengukuran,
pengamatan, dan pengujian yang telah dilakukan dengan SNI 19-7030-2004
(terkait kematangan kompos) dan Permentan. Adapun kualitas hasil kompos dari
4 sampel sampah pada biopori disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 18. Perbandingan Kualitas Kompos Dalam Biopori dengan SNI 19-7030-2004
dan Permentan No.70 tahun 2011
RERENSI:
Apreliana, N.S. 2019. Analisis Perbedaan Kedalaman Lubang Biopori Terhadap Laju Resapan
(Infiltrasi) pada Peneliti Terdahulu dan di SDN 03 Madiun Lor, Kec. Mangunharjo, Kota
Madiun: Skripsi. Prodi Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia. Madiun
Febrianti, K.D. 2021. Pengaruh Jenis Sampah Organik dan Lama Waktu Pengomposannya terhadap
Laju Infiltrasi Biopori: Skripsi. Prodi Teknik Lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Sunan Ampel. Surabaya
Ikhsan, M., dan Refiyanni, M. 2017. “Analisis Jumlah Lubang Resapan Biopori pada Lahan Terbuka
Kampus Fakultas Teknik Universitas Teuku Umar”. dalam Jurnal Teknik Sipil Universitas Teuku
Umar. Vol.3, No.2, Hal: 64-72
Pandeirot, L.A., Kalangi, J.I., dan Thomas, A..2019. “Laju Resapan Biopori pada Beberapa Tipe
Tanah”. Vol.1, No.3 Diakses melalui https:ejournal.unsrat.ac.id pada tanggal 28 April 2021
Qaedi, A., Arafiq, W., dan Utama, P.P. 2013.”Karya Tulis Perencanaan dan Perhitungan Kebutuhan
Lubang Resapan Biopori di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Diakses melalui
https://docplayer.info/67479922-Perencanaan-dan-perhitungan-kebutuhan-lubang-resapan-
biopori-di-dinas-pendidikan-provinsi-jawa-barat.html pada tanggal 28 April 2021
Samadikun, B.P. 2019. “Penerapan Biopori untuk Meningkatkan Peresapan Air Hujan di Kawasan
Perumahan”. dalam Jurnal Presipitasi. Vol.16, No.3, Hal: 126-132