Anda di halaman 1dari 9

OUTLINE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN


KEJADIAN HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MENINTING

A. latar Belakang
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh infeksi virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus) yang menyerang sistem
kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan
penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh
sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai
macam penyakit lain yang disebut dengan AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome). AIDS adalah
sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi dari virus HIV. Orang yang telah di diagnosa
terinfeksi positif oleh virus HIV dan AIDS maka
orang tersebut disebut dengan ODHA (Orang Dengan
HIV/AIDS) (Kementerian Kesehatan RI, 2017).
HIV dapat berkembang menjadi Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS), yang menyerang
sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penderita
mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat
mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
Penyakit ini memiliki periode jendela dan fase
asimtomatik yang relatif panjang sehingga
menyebabkan penyakit ini di masa awal terinfeksi
menjadi sulit dideteksi. Penyakit ini ditularkan
melalui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui
proses hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan
jarum suntik yang terkontaminasi secara bergantian,
dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan
melalui plasenta dan kegiatan menyusui (Listina,
2020).
Kasus HIV terus menjadi masalah kesehatan
masyarakat global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mencatat, ada sekitar 38,4 juta orang hidup dengan
HIV (Human Immunodeficiency Virus) di seluruh dunia
pada 2021. Dari jumlah itu, mayoritas berasal dari
wilayah Afrika, yakni 25,6 juta kasus (WHO, 2021).
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN)
dalam laporan tahunannya yang bertajuk Indonesia
Drug Report 2023, sepanjang tahun 2022
terdapat 62.827 kasus Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
di Indonesia. Yang mana terdapat 9.872 kasus AIDS
dan 52.955 kasus HIV (BNN, 2023).
Di era globalisasi ini, HIV/AIDS menjadi
penyakit yang sangat membunuh baik di kalangan
remaja maupun orang dewasa. Perilaku seks bebas juga
pengunaan obat-obatan terlarang menjadi faktor utama
masifnya penularan penyakit ini. Adapun golongan
umur yang paling tinggi jumlah kasus AIDS nya yaitu
pada golongan umur 30 hingga 39 tahun. Pada 2022,
golongan umur tersebut memiliki jumlah kasus AIDS
sebanyak 3.125 kasus. Pada golongan umur lain yang
tidak kalah banyaknya kasus AIDS yaitu pada golongan
umur 20 hingga 29 tahun. Yang mana jumlah kasusnya
sebanyak 2.990 kasus AID sepanjang tahun 2022 (BNN,
2023)
Selain itu laki-laki mendominasi kasus AIDS di
Indonesia. Adapun jumlah kasus AIDS pada laki-laki
mencapai 7.375 kasus, atau setara 74,48% dari total
kasus AIDS di Indonesia. Sementara, kasus AID
perempuan sebesar 2.521 kasus. Serta gender yang
tidak diketahui sebanyak 5 kasus. Mayoritas kasus
HIV dan AIDS di Indonesia pada 2022 ditularkan
melalui hubungan homoseksual yaitu sebanyak 17.983
kasus. Faktor risiko penularan terbesar berikutnya
adalah melalui hubungan heteroseksual yaitu 12.072
kasus (BNN, 2023).
Menurut data yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan Provinsi NTB tahun 2022 menunjukkan bahwa
pada tahun 2021 lalu jumlah kasus HIV/AIDS ada
sebanyak 243 kasus. Kemudian tahun 2022 terdapat
sebanyak 91 kasus. Berdasarkan hal tersebut dapat
dilihat bahwa angka kejadian HIV/AIDS dari tahun
2021 sampai dengan tahun 2022 di Provinsi Nusa
Tenggara Barat mengalami penurunan yang signifikan
(Dinas Kesehtan Provinsi NTB, 2022).
Berdasarkan jumlah kasus tersebut, untuk kasus
HIV berasal dari Kota Mataram sebanyak 5 kasus,
Lombok Barat 3 kasus, Lombok Tengah 3 kasus, Lombok
Timur 12 kasus, Sumbawa Barat 4 kasus, Dompu 6
kasus, Bima 2 kasus, dan Kota Bima sebanyak 2 kasus.
Sedangkan kasus AIDS berasal dari Kota Mataram
sebanyak 8 kasus, Lombok Barat 4 kasus, Lombok
Tengah 7 kasus, Lombok Timur 7 kasus, Sumbawa 5
kasus, Dompu 4 kasus, Bima 2 kasus, Kota Bima 4
kasus. Dari jumlah kasus yang ditemukan tersebut,
yang terinfeksi atau terjangkit HIV/AIDS hingga saat
ini masih didominasi oleh usia produktif antara usia
25 sampai 40 tahun. Usia produktif yang paling
tinggi kasus positif HIV/AIDS, antara usia 25 sampai
40 tahun (Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2022)
Untuk mencegah kejadian HIV diperlukan perilaku
pencegahan yang dibentuk melalui pengetahuan dan
sikap masyarakat terhadap HIV/AIDS. Pengetahuan
diartikan sebagai hasil dari tahu yang terbentuk
setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap
suatu obyek tertentu. Sikap adalah respon tertutup
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai bentuk penghayatan
terhadap objek. Pengetahuan atau ranah kognitif dan
sikap sangat penting dalam menentukan perilaku
seseorang (Notoatmodjo, 2018).
Beberapa peneliti sudah melakukan penelitian
tentang pengetahuan dan sikap mengenai HIV/AIDS,
diantaranya Susilowati yang menemukan bahwa terdapat
hubungan tingkat pengetahuan terhadap kejadian HIV
di Kota Semarang. Kemudian, penelitian Aisyah dan
Fitria tahun 2019 menemukan bahwa pengetahuan
tentang HIV/AIDS berhubungan dengan pencegahan
HIV/AIDS pada siswa SMA Negeri 1 Montasik Kabupaten
Aceh Besar. Selain itu, Listina dan Baharza pada
penelitian terhadap LSL pada tahun 2018 mengemukakan
terdapat hubungan pengetahuan dan sikap terhadap
upaya pencegahan HIV/AIDS.
Dari survei awal pada tanggal 5 November di
Puskesmas Meninting Kabupaten Lombok Barat dari 10
wanita usia subur yang datang melakukan pemeriksaan
HIV/AIDS diketahui bahwa 7 wanita usia subur
diantaranya mengatakan belum memahami dengan baik
tentang HIV/AIDS sehingga cenderung memiliki sikap
yang kurang baik sedangkan 3 wanita usia subur
lainnya mengatakan sudah mengerti tentang HIV/AIDS.
Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan
dan sikap wanita usia subur dengan kejadian HIV/AIDS
di Wilayah Kerja Puskesmas Meninting.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “Bagaimanakah hubungan pengetahuan dan
sikap wanita usia subur dengan kejadian HIV/AIDS di
Wilayah Kerja Puskesmas Meninting”?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
sikap wanita usia subur dengan kejadian HIV/AIDS
di Wilayah Kerja Puskesmas Meninting.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan wanita usia subur
tentang HIV/AIDS di Wilayah Kerja Puskesmas
Meninting.
b. Mengidentifikasi sikap wanita usia subur
tentang HIV/AIDS di Wilayah Kerja Puskesmas
Meninting.
c. Menganalisis hubungan pengetahuan wanita usia
subur dengan kejadian HIV/AIDS di Wilayah Kerja
Puskesmas Meninting.
d. Menganalisis hubungan sikap wanita usia subur
dengan kejadian HIV/AIDS di Wilayah Kerja
Puskesmas Meninting.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Sebagai sumber pengetahuan bagi peneliti yang
akan datang dan dapat menjadi acuan dalam
penelitian selanjutnya.
2. Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan asuhan
keperawatan kepada wanita usia subur yang
melakukan pemeriksaan HIV/AIDS.
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan
dasar dalam pengembangan ilmu keperawatan
selanjutnya melalui berbagai penelitian terkait
seperti faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian HIV/AIDS pada wanita usia subur.
E. Hipotesisi Penelitian
Ha : Ada hubungan pengetahuan dan sikap wanita usia
subur dengan kejadian HIV/AIDS di Wilayah Kerja
Puskesmas Meninting.
H0 : Tidak ada hubungan pengetahuan dan sikap
wanita usia subur dengan kejadian HIV/AIDS di
Wilayah Kerja Puskesmas Meninting.
F. Metode Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah wanita usia
subur yang memeriksakan kesehatannya di Puskesmas
Meninting.
2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Dalam
Penelitian
a. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah semua wanita usia
subur yang datang memeriksakan kesehatannya di
Puskesmas Meninting.
b. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah wanita usia subur
yang datang memeriksakan kesehatannya di
Puskesmas Meninting yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi.
c. Teknik Sampling
Dalam penelitian ini, teknik sampling yang
digunakan menggunakan total sampling.
3. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen yang
digunakan dalam mengumpulkan data adalah
kuesioner, lembar wawancara dan register. untuk
mengukur pengetahuan wanita usia subur tentang
HIV/AIDS menggunakan kuesioner sedangkan untuk
mengukur sikap wanita usia subur tentang HIV/AIDS
yaitu menggunakan kuesioner sedangkan untuk
mengukur kejadian HIV/AIDS menggunakan catatan
rekam medik atau register.
4. Identifikasi Variabel Penelitian
a. Variabel Independen (variabel bebas) :
yang menjadi variabel independen adalah
pengetahuan dan sikap wanita usia subur.
b. Variabel Dependen (variabel terikat) :
yang menjadi variabel dependen adalah kejadian
HIV/AIDS.
5. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional yaitu variabel sebab dan akibat yang
terjadi pada objek penelitian diukur atau
dikumpulkan secara simultan (Notoatmodjo, 2018).
untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap
wanita usia subur dengan kejadian HIV/AIDS di
Wilayah Kerja Puskesmas Meninting.
6. Skala Data
a. Variabel Independen (Variabel Bebas) :
Instrumen untuk mengukur pengetahuan
wanita usia subur tentang HIV/AIDS yaitu
kuesioner. pertanyaan untuk tindakan sebanyak
15 soal dengan bentuk pertanyaan tertutup yang
terdiri dari pilihan jawaban : ya, dan tidak .
jika menjawab ya maka skor 2, jika menjawab
tidak maka skor 1. jadi semakin tinggi jumlah
skor maka semakin baik pengetahuan wanita usia
subur tentang HIV/AIDS sehingga skala data yang
digunakan yaitu skala data ordinal.
Instrumen untuk mengukur sikap wanita usia
subur tentang HIV/AIDS yaitu kuesioner.
pertanyaan untuk tindakan sebanyak 15 soal
dengan bentuk pertanyaan tertutup yang terdiri
dari pilihan jawaban : SS (sangat setuju), S
(setuju), TS (Tidak setuju) dan STS (sangat
tidak setuju). Jika menjawab SS (Sangat Setuju)
maka diberi skor 4, jika menjawab S (Setuju)
maka diberi skor 3, jika menjawab TS (Tidak
Setuju) maka diberi skor 2 dan jika menjawab
STS (Sangat Tidak Setuju) maka diberi skor 1.
Jadi semakin tinggi jumlah skor maka semakin
baik sikap yang ditunjukkan oleh wanita usia
subur tentang HIV/AIDS sehingga skala data yang
digunakan yaitu skala data ordinal.
b. Variabel Dependen (Variabel Terikat) :
Instrumen untuk mengukur kejadian HIV/AIDS
yaitu register. Instrumen kejadian HIV/AIDS
dalam penelitian ini menggunakan skala data
norminal.
7. Analisa Data
Berdasarkan skala data yang digunakan dalam
penelitian maka jenis analisa data yang dipakai
dalam penelitian ini adalah chi-square. statistik
ini digunakan oleh peneliti untuk menguji hubungan
antara dua variabel, yaitu pengetahuan dan sikap
wanita usia subur dengan kejadian HIV/AIDS yang
diuji dengan menggunakan uji statistik chi-square
dengan derajat kepercayaan 95%. pedoman dalam
menerima hipotesis adalah apabila nilai
probabilitas (p) < 0,05 maka h0 ditolak dan ha
diterima, apabila (p) > 0,05 h0 gagal ditolak dan
ha ditolak.

Anda mungkin juga menyukai