DISUSUN OLEH:
C202 22 019
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
LANDASAN TEORI
A. Kompensasi
a) Pengertian kompensasi
Kompensasi merupakan kontra prestasi terhadap penggunaan tenaga atau jasa yang telah
diberikan oleh tenaga kerja. Kompensasi merupakan jumlah paket yang ditawarkan
organisasi kepada pekerja sebagai imbalan atas penggunaan tenaga kerjanya. Werther dan
Davis (1996:379) mendefinisikan kompensasi sebagai apa yang diterima pekerja sebagai
tukaran atas kontribusinya kepada organisasi.
Didalam kompensasi terdapat sistem insentif yang menghubungkan kompensasi dengan
kinerja. Dengan kompensasi kepada pekerja diberikan penghargaan berdasarkan kinerja dan
bukan berdasarkan senioritas atau jumlah jam kerja (Werther dan Davis: 408).
Menurut Andrew E. Sikula (1981:283) kompensasi merupakam proses administrasi upah
atau gaji melibatkan pertibangan atau keseimbangan perhitungan. Kompensasi merupakan
sesuatu yang dipertimbangkan sebagai sesuatu yang sebanding.
Drs. Malayu S.P. Hasibuan menyatakan bahwa kompensasi adalah semua pendapatan
yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai
imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan. kompensasi merupakan upah yang
didefinisikan sebagai balas jasa yang adil dan layak diberikan kepada para pekerja atas jasa-
jasanya dalam mencapai tujuan organisasi (Edwin B. Flipo).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompensasi
adalah imbalan yang diterima karyawan sebagai bentuk penghargan atas usaha yang telah dia
kerjakan baik itu berupa kompensasi finansial maupun kompensasi nonfinansial.
b) Tujuan Kompensasi
Tujuan pemberian kompensasi antara lain adalah sebagai ikatan kerja sama, kepuasan
kerja, pengadaan efektif, motivasi stabilitas karyawan, disiplin, serta pengaruh serikat buruh
dan pemerintah.
1) Ikatan kerja sama
Dengan pemberian kompensasi terjalin ikatan kerja sama formal antara majikan
dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik,
sedangkan pengusaha/majikan wajib membayar kompensasi sesuai dengan perjanjian
yang disepakati.
2) Kepuasan kerja
Denagan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik,
status sosial dan egoistiknya sehingga memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya.
3) Pengadaan Efektif
Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang qualified
untuk perusahaan akan lebih mudah.
4) Motivasi
Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah memotivasi
bawahannya.
5) Stabilitas karyawan
Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal konsistensi
yang kompentatif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena turn over relatif
kecil.
6) Disiplin
Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan semakin baik.
Mereka akan menyadari serta mentaati peraturan-peraturan yang berlaku.
7) Pengaruh serikat buruh
Dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat dihindarkan dan
karyawan akan berkonsentrasi pada pekerjaannya.
8) Pengaruh pemerintah
Jika program kompensasi sesuai dengan undang-undang perburuhan yang berlaku
(seperti batas upah minimum) maka intervensi pemerintah dapat dihindarkan.
c) Asas Kompensasi
Program kompensasi balas jasa harus ditetapkan atas asas adil dan layak serta dengan
memperhatikan undang-undang perburuhan yang berlaku. Prinsip adil dan layak harus
mendapatkan perhatian dengan sebaik-baiknya supaya balas jasa yang diberikan merangsang
gairah dan kepuasan kerja karyawan.
1) Asas adil
Besarnya kompensasi yang dibayar kepada setiap karyawan harus disesuaikan dengan
prestasi kerja, jenis pekerjaan, risiko pekerjaan, tanggung jawab, jabatan pekerja dan
memenuhi semua persyaratan internal konsistensi. Jadi adil bukan berarti setiap
karyawan menerima kompensasi yang sama besarnya. Asas adil harus menjadi dasar
penilaian, perlakukan dan pemberian hadiah atau hukuman bagi setiap karyawan.
Dengan asas adil akan tercipta suasana kerja sama yang baik, semangat kerja, disiplin,
loyalitas dan stabilisasi karyawan akan lebih baik.
2) Asas layak dan wajar
Kompensasi yang diterima karyawan dapat memenuhi kebutuhan pada tingkat
normatif yang ideal. Tolak ukur layak adalah relatif, penetapan besarnya kompensasi
didasarkan atas batas upah minimum pemerintah dan eksternal konsistensi yang
berlaku. Manajer personalia diharuskan selalu memantau dan meyesuaikan
kompensasi dengan eksternal konsistensi yang sedang berlaku. Hal ini pentingsupaya
semangat kerja dan karyawan yang qualified tidak berhenti, tuntutan serikat buru
dikurangi dan lain-lain.
d) Jenis-Jenis Kompensasi
Menurut Gary Dessler dalam Indriyatni (2009) kompensasi mempunyai tiga komponen
sebagai berikut:
1) Pembayaran uang secara kangsung (direct financial payment) dalam bentuk gaji dan
gaji intensif atau bonus/komisi.
2) Pembayaran tidak lansung (indirect payment) dalam bentuk tunjangan dan asuransi.
3) Ganjaran non finansial (nonfinancial rewards) seperti jam kerja yang luwes dan
kantor yang bergengsi.
Menurut Mangkunegara (2011:85-86) kompensasi pada umumnya dapat dibedakan
menjadi dua bentuk, yaitu:
1) Kompensasi lansung, merupakan kompensasi yang langsung dirasahkan oleh
penerimanya, yakni berupa gaji, tunjangan dan insentif merupakan hak karyawan dan
kewajiban perusahaan untuk membayarnya.
- Gaji adalah balas jasa yang dibayar secara periodik kepada karyawan tetap serta
mempunyai jaminan yang pasti.
- Tunjangan adalah kompensasi yang diberikan perusahaan kepada para
karyawannya, karena karyawannya tersebut dinggap telah ikut berpartisipasi
dengan baik dalam mencapai tujuan perusahaan.
- Insentif adalah kompensasi yang diberikan kepada karyawan tertentu, karena
keberhasilan prestasinya di atas standar atau mencapai target.
2) Kompensasi tidak langsung merupakan kompensasi yang tidak dapat dirasahkan
secara langsung oleh karyawan, yakni benefit dan services (tunjangan pelayanan).
benefit dan services adalah kompensasi tambahan yang diberikan berdasarkan
kebijaksanaan perusahaan terhadap semua karyawan dalam usaha meningkatkan
kesejahteraan mereka. Seperti uang pension, olahraga dan darma wisata (family
gathering).
f) Metode Kompensasi
1) Metode Tunggal
Metode tunggal adalah suatu metode yang dalam penetapan gaji pokok hanya
didasarkan atas ijazah terakhir dari pendidikan formal yang dimiliki karyawan. Jadi,
tingkat golongan dan gaji pokok sesorang hanya ditetapkan atas ijazah terakhir yang
dijadikan standarnya. Misalnya pegawai negeri ijazah formal S-1, maka gologannya
ialah III-A, dengan gaji pokoknya adalah gaji pokok gologan III-A, untuk setiap
departemen sama.
2) Metode Jamak
Metode jamak yaitu, suatu metode yang dalam gaji pokok didasarkan atas beberapa
pertimbangan seperti ijazah, sifat pekerjaan, pendidikan informal, bahkan hubugan
keluarga ikut menentukan besarnya gaji pokok seseorang. Jadi standar gaji pokok yang
pasti tidak ada. Ini terdapat pada perusahaan-perusahaan swasta yang didalamnya masih
sering terdapat diskriminasi.
B. Kepuasan Kerja
a. Pengertian Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja sebagai sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, selisi antara
banyaknya ganjaran yang diterima seorang pekerja dan banyaknya imbalan yang mereka
yakini harus diterima (Robbins, 1996). Menurut Berry (1998) mendefinisikan kepuasan kerja
sebagai sikap kerja yang meliputi elemen kognitif, afektif dan perilaku yang memberi
pengaruh pada sejumlah perilaku kerja. Handoko (2002) mengatakan bahwa kepuasan kerja
merupakan kerja merupakan keadaan emosional yang menyenangkan para karyawannya
memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap
pekerjaannya.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah sikap atau
perasaan karyawan terhadap aspek-aspek yang menyenangkan atau tidak menyenangkan
mengenai pekerjaan pekerjaan yang sesuai dengan penilaian masing-masing pekerja.
b. Aspek-aspek Kepuasan Kerja
Menurut Robbins, lima aspek kepuasan kerja adalah sebagai berikut:
1) Kerja yang secara mentak menantang
Karyawan cenderung menyukai pekerjaan yang memberi kesempatan kepada mereka
untuk menggunakan keterampilan, kemampuan, serta menawarkan tugas kebebasan dan
umpan balik mengenai usaha keras mereka mengerjakan tugas tersebut.
2) Ganjaran yang pantas
Para karyawan menginginkan pemberian upah dan kebijakan promosi yang adil serta
sesuai dengan harapan mereka.
3) Kondisi kerja yang mendukung
Berbagai studi menunjukkan bahwa karyawan lebih menyukai lingkungan kerja yang
tidak berbahaya. oleh karena itu, temperatur, cahaya, kebisingan, dan factor lingkungan
lain harus diperhitungkan dalam pencapaian kepuasan kerja.
4) Rekan kerja yang mendukung
Karyawan akan mendapatkan lebih dari pada sekadar uang atau prestasi yang berwujud
dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan
interaksi sosial.
5) Kesesuaian kepribadian
Pada hakikatnya, orang yang tipe kepribadian sesuai dengan pekerjaan yang mereka pilih
menunjukkan bakat kemampuan yang tetap untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan.
C. Kinerja
a. Pengertian kinerja
Kinerja dalam Bahasa inggris disebut dengan job performance atau actual performance
atau level of performance, yang merupakan tingkat keberhasilan pegawai dalam
meyelesaikan pekerjaannya. Menurut Mathis dan Jackson (2001) menyatakan bahwa kinerja
pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pegawai dalam
mengemban pekerjaannya. Rivai dan Sagala (2009) dalam Priansa (2018) meyatakan bahwa
kinerja adalah perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang
dihasilkan oleh pegawai sesuai dengan perannya dalam organisasi.
c. Pengukuran Kinerja
Mondy, Noe, Premeaux (1999) menyatakan bahwa pengukuran kinerja dapat dilakukan
dengan menggunakan dimensi:
1. Kuantitas pekerjaan
Kuantitas pekerjaan berhubungan dengan volume pekerjaan dan produktivitas kerja yang
dihasilkan oleh pegawai dalam kurun waktu tertentu.
2. Kualitas pekerjaan
Kualitas pekerjaan berhubungan dengan pertimbangan ketelitian, presisi, kerapian dan
kelengkapan didalam melengkapi tugas-tugas yag ada di dalam organisasi.
3. Kemandirian
Kemandirian berkenaan dengan pertimbangan derajat kemampuan pegawai untuk
bekerja dan mengemban tugas secara mandiri dengan meminimalisir bantuan orang lain.
Kemandirian juga menggambarkan kedalaman komitmen yang dimiliki oleh pegawai.
4. Inisiatif
Inisiatif berkenaan dengan pertimbangan kemandirian, fleksibilitas, berfikir dan
kesediaan untuk menerima tanggungjawab.
5. Adaptabilitas
Adaptabilitas berkenaan dengan kemampuan untuk beradaptasi, mempertimbangkan
kemampuan untuk bereaksi terhadap mengubah kebutuhan dan kondisi-kondisi.
6. Kerjasama
Kerjasama berkaitan dengan pertimbangan kemampuanuntuk bekerjasama dan atau
dengan orang lain. Mencakup lembur dengan sepenuh hati.
c. Penilaian Kinerja
Armstrong (2009) menyatakan bahwa pada umumnya skema manajemen kinerja disusun
dengan menggunakan peringkat dan ditetapkan setelah dilaksanakan penilaian kinerja.
Peringkat tersebut menunjukkan kualitas kinerja atau kompetensi yang ditampilkan pegawai
dengan memilih tingkat pada skalayang paling dekat dengan pandangan penilai tentang
seberapa baik kinerja pegawai. Rivai dan Sagala (2009) dalam Priansa (2018) menyatakan
bahwa penilain kinerja mengacu pada suatu sistm formal dan terstruktur yang digunakan
untuk mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan,
perilaku, dan hasil termasuk tingkat ketidakhadiran. Dengan demikian kinerja merupakan
hasil kerja pegawai dalam lingkup tanggungjawabnya. Pegawai memerlukan umpan balik
atas hasil kerja mereka sebagai panduan bagi perilaku mereka dimasa yag akan datang.