Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS IMPLEMENTASI SDGs POIN 8 DALAM MENGHADAPI TANTANGAN

KETENAGAKERJAAN DI SEKTOR MANUFAKTUR BATAM

Yorriezka Asta Pebriani


Univeristas Maritim Raja Ali Haji Ilmu Hubungan International

Email : yoriskaasta3@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini menganalisis implementasi SDGs Poin 8 untuk meningkatkan pertumbuhan


ekonomi inklusif, lapangan kerja yang layak, dan perlindungan sosial di sektor manufaktur
Batam. SDG 8 merupakan tujuan dari Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan yang
ditetapkan oleh PBB.Penelitian ini mengidentifikasi delapan target SDG 8 yang harus dicapai
hingga 2030, termasuk pertumbuhan ekonomi inklusif, produktivitas, penciptaan lapangan kerja
yang layak, pengurangan pengangguran dan pekerja informal, serta perlindungan sosial dan
keselamatan kerja. Namun, sektor manufaktur Batam menghadapi tantangan kompleks seperti
jumlah pekerja perantau yang tinggi, pengangguran, dan ketimpangan ekonomi.Penelitian ini
juga menganalisis dampak kenaikan Upah Minimum sebesar 10% melalui Permenaker Nomor
18 Tahun 2022. Meskipun kenaikan upah minimum dapat meningkatkan penghasilan, daya beli,
dan kesejahteraan pekerja, dampak negatifnya berupa pengurangan pekerjaan dan penurunan
permintaan tenaga kerja terutama pada sektor yang terdampak langsung.Untuk mengumpulkan
data peneliti menggunakan metode interview atau wawancara kepada Instansi yang berhubungan
.Penelitian ini menyimpulkan bahwa implementasi SDGs Poin 8 dalam menghadapi tantangan
ketenagakerjaan di sektor manufaktur Batam masih menghadapi kendala untuk mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan. Terdapat kesenjangan antara tujuan SDGs 8 untuk pekerjaan layak
dan perbaikan ekonomi dengan kondisi di Batam, di mana pekerja tidak mendapatkan gaji setara
pemegang saham dan ketimpangan ekonomi semakin memburuk.Untuk mengatasi tantangan ini,
diperlukan upaya strategis dan kebijakan inklusif dan berkelanjutan dalam pengembangan sektor
manufaktur Batam. Hal ini termasuk pengembangan keahlian tenaga kerja, peningkatan
produktivitas dan inovasi, perlindungan sosial yang lebih baik, serta kebijakan yang memastikan
kesetaraan dalam pembagian hasil ekonomi. Dengan demikian, implementasi SDGs Poin 8 dapat
menjadi lebih efektif dalam menghadapi tantangan ketenagakerjaan di sektor manufaktur Batam.

Kata Kunci : SDGs,Tenaga Kerja,Manufaktur,UM

Abstract

This study analyzes the implementation of SDGs Point 8 to increase economic growth of
inclusive, proper job opportunities, and social protection in the Batam manufacturing sector.
SDG 8 is the aim of the 2030 Sustainable Development set by United Nations. This study
identified eight SDG 8 targets to be achieved by 2030, including inclusive economic growth,
productivity, decent employment creation, reduced unemployment reduction and informal
workers, as well as social and work safety. However, Batam's manufacturing sector faces
complex challenges such as high numbers of migrant workers, unemployment, and economic
inequality.
This study also analyzed the impact of the increase in Minimum Wage by 10% through
Permenaker Number 18 of 2022. Although the increase in minimum wages can increase income,
purchasing power, and well-being of workers, the negative impacts are in the form of reducing
labor and decline in labor demand, especially in direct-affected sectors. To collect data from the
researcher using the interview method or interview with the agency related to the agency. This
research concluded that the implementation of SDGs Points 8 in dealing with labor challenges
in the Batam manufacturing sector is still facing obstacles to achieve sustainable development
goals. There is a gap between the goal of SDGs 8 for decent job and economic repair with
conditions in Batam, where workers do not earn equal pay for shareholders and economic
inequality deteriorates. To tackle this challenge, strategic and sustainable efforts are needed in
the development of the Batam manufacturing sector. This includes the development of labor
expertise, increasing productivity and innovation, better social protection, and policies that
ensure equality in the distribution of economic results. Thus, the implementation of SDGs Point
8 can become more effective in dealing with labor challenges in the Batam manufacturing sector.

Keywords : SDGs,Labor,Manufactur,UM

Pendahuluan

Pengembangan sektor manufaktur merupakan salah satu aspek penting dalam mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan. Tujuan ke-8 dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang
ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi
yang inklusif dan berkelanjutan, lapangan kerja yang layak dan produktif, serta perlindungan
sosial bagi semua orang. Dalam konteks ini, penelitian ini akan menganalisis implementasi
SDGs Poin 8 dalam menghadapi tantangan ketenagakerjaan yang dihadapi oleh sektor
manufaktur di Batam.Pentingnya analisis ini terletak pada kompleksitas tantangan
ketenagakerjaan yang dihadapi oleh sektor manufaktur di Batam. Batam, yang dikenal sebagai
"daerah rantauan," menarik banyak perantau yang mencari pekerjaan di wilayah ini. Namun,
banyak di antara mereka yang mengalami pengangguran. Tantangan ini memberikan tekanan
pada sektor manufaktur Batam untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi inklusif dan
menciptakan lapangan kerja yang layak dan produktif, sesuai dengan tujuan SDGs Poin 8.

Dalam konteks ini, penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk menganalisis implementasi
SDGs Poin 8 dalam menghadapi tantangan ketenagakerjaan di sektor manufaktur. Sebagai
contoh, penelitian oleh Jones et al. (2018) mengidentifikasi perlunya meningkatkan produktivitas
dan inovasi dalam sektor manufaktur untuk menciptakan lapangan kerja yang layak dan
berkelanjutan. Studi ini menyoroti pentingnya kebijakan yang inklusif dan berkelanjutan dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif.Selain itu, penelitian oleh Smith et al. (2019)
fokus pada perlindungan sosial bagi pekerja di sektor manufaktur. Studi ini menunjukkan bahwa
perlindungan sosial yang memadai, seperti jaminan sosial dan keselamatan kerja, penting untuk
menciptakan lingkungan kerja yang aman dan produktif. Penelitian ini memberikan pandangan
yang penting tentang bagaimana perlindungan sosial dapat menjadi bagian integral dari
implementasi SDGs Poin 8.

Meskipun penelitian-penelitian tersebut memberikan kontribusi penting dalam memahami


implementasi SDGs Poin 8 dalam menghadapi tantangan ketenagakerjaan di sektor manufaktur,
masih terdapat kebutuhan untuk menganalisis konteks khusus di Batam. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan pengetahuan ini dengan melakukan analisis
mendalam tentang implementasi SDGs Poin 8 dalam menghadapi tantangan ketenagakerjaan di
sektor manufaktur Batam.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode wawancara dengan individu yang bekerja di instansi Dinas
Ketenagakerjaan Batam. Metode wawancara dipilih untuk mendapatkan wawasan langsung dari
para pemangku kepentingan terkait implementasi SDGs Poin 8 dalam menghadapi tantangan
ketenagakerjaan di sektor manufaktur Batam. Pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan tujuan
penelitian dan konsep implementasi SDGs Poin 8. Pertanyaan-pertanyaan ini mencakup aspek-
aspek seperti pertumbuhan ekonomi inklusif, lapangan kerja yang layak dan produktif,
perlindungan sosial, serta tantangan dan peluang yang dihadapi oleh sektor manufaktur Batam.
Wawancara dilakukan secara melalui zoom, karena tergantung pada ketersediaan dan preferensi
responden. Data yang dikumpulkan melalui wawancara dianalisis secara kualitatif. Transkrip
wawancara dan catatan lapangan dianalisis dengan memperhatikan tema-tema utama yang
muncul terkait implementasi SDGs Poin 8 dan tantangan ketenagakerjaan di sektor manufaktur
Batam. Analisis dilakukan dengan pendekatan induktif untuk mengidentifikasi pola-pola dan
temuan yang relevan.

Pembahasan

Batam merupakan salah satu kota yang memiliki sektor industri manufaktur yang cukup besar di
Indonesia.Terdapat beberapa jenis industri manufaktur di Batam,seperti elektronik,otomotif,dan
bahan kimia.Karena sektor industri manufaktur di Batam cukup besar maka ketenagakerjaan di
kota ini cukup penting. Untuk mencapai tujuan dari SDGs 8 ini akan tidak sesuai di daerah
manufaktur seperti batam,banyaknya tenaga kerja yang datang ke Batam akan membuat
pertambahan pengangguran. banyak orang mencari pekerjaan di Batam adalah persaingan yang
semakin ketat dalam mencari pekerjaan. Seiring dengan bertambahnya jumlah pencari kerja,
jumlah lapangan kerja yang tersedia mungkin tidak sebanding, sehingga dapat menyebabkan
tingkat pengangguran yang tinggi.

Selain itu, dengan banyaknya orang yang bermigrasi ke Batam untuk mencari pekerjaan, dapat
terjadi tekanan pada infrastruktur kota, seperti akomodasi, transportasi, dan layanan publik
lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan biaya hidup yang lebih tinggi dan penurunan kualitas hidup
bagi masyarakat yang sudah tinggal di Batam sebelumnya.Dalam jangka panjang, jika tidak
diimbangi dengan pertumbuhan industri dan investasi yang cukup, meningkatnya jumlah pencari
kerja di Batam juga dapat menyebabkan terjadinya masalah sosial, seperti kemiskinan,
kriminalitas, dan konflik antar kelompok sosial. Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk
mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi di Batam dengan memperkuat sektor industri, investasi,
dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sehingga dapat menghasilkan lapangan kerja
yang lebih banyak dan berkelanjutan bagi masyarakat.Salah satu contohnya sudah banyak
dilakukan pengurangan tenaga kerja di PT besar yang ada di Kota Batam.Membuat kemiskinan
di Batam semakin meningkat.
Adanya kenaikan UM membuat pelaku usaha akan memilih pekerja dengan kriteria
terbaik,bagaimana bisa mewujudkan SDGs 8 untuk pekerjaan layak bagi semua jika masalah
ketenagakerjaan semakin meningkat?
Tabel 1
Kenaikan UMK di Batam

Tahun Nominal (Rupiah)


2020 4.130.279
2021 4.150.930
2022 4.186.359

Sumber : Badan Pusat Statistik Kepri

Kenaikan upah di sektor industri di Batam dapat memiliki dampak positif dan negatif tergantung
pada berbagai faktor, seperti ukuran kenaikan upah, sektor industri yang terdampak, dan kondisi
ekonomi secara keseluruhan.Dampak positif dari kenaikan upah di sektor industri dapat
meningkatkan daya beli masyarakat, memperbaiki kondisi kesejahteraan pekerja dan
keluarganya, serta meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja. Kenaikan upah yang cukup
dapat meningkatkan motivasi kerja pekerja, mengurangi tingkat absensi, dan meningkatkan
kinerja organisasi.

Namun, di sisi lain, kenaikan upah yang signifikan juga dapat menyebabkan biaya produksi yang
lebih tinggi dan mempengaruhi daya saing produk industri di Batam. Hal ini dapat menyebabkan
penurunan permintaan dan penurunan jumlah pekerjaan di sektor industri, sehingga
menyebabkan pengangguran dan penurunan perekonomian di daerah tersebut.Oleh karena itu,
perlu dilakukan kajian yang cermat dan pemantauan yang ketat dalam menentukan kebijakan
kenaikan upah, termasuk menilai dampaknya pada sektor industri dan perekonomian secara
keseluruhan, serta mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan perusahaan dalam
memberikan kenaikan upah yang adil dan berkelanjutan bagi para pekerjanya.Pemerintah dengan
membuat kebijakan kenaikan Upah Minimum sebesar 10% untuk perbaikan ekonomi dan taraf
hidup pekerja hanya memperburuk perekonomian apalagi seperti daerah manufaktur Batam.

Apabila upah yang dibayarkan oleh perusahaan lebih mahal maka biaya yang akan dikeluarkan
perusahaan akan lebih mahal, oleh karena itu perusahaan akan mengurangi penggunaan tenaga
kerja. Begitu juga sebaliknya, jika upah yang dibayarkan perusahaan tidak mahal, maka
perusahaan mampu untuk mempekerjakan karyawan dengan lebih banyak karena biaya yang
dikeluarkan perusahaan tidak begitu besar.Semakin meningkatnya upah tenaga kerja, maka akan
menyebabkan semakin sedikitnya permintaan tenaga kerja. Sehingga hal ini mengakibatkan
semakin meningkatnya jumlah pengangguran.Apabila upah yang dibayarkan oleh perusahaan
lebih mahal maka biaya yang akan dikeluarkan perusahaan akan lebih mahal, oleh karena itu
perusahaan akan mengurangi penggunaan tenaga kerja. Begitu juga sebaliknya, jika upah yang
dibayarkan perusahaan tidak mahal, maka perusahaan mampu untuk mempekerjakan karyawan
dengan lebih banyak karena biaya yang dikeluarkan perusahaan tidak begitu besar.Semakin
meningkatnya upah tenaga kerja, maka akan menyebabkan semakin sedikitnya permintaan
tenaga kerja. Sehingga hal ini mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah pengangguran.
Tabel 2
Jumlah pengangguran di Kota Batam

Tingkat Pengangguran Terbuka (Persen)


Wilayah
2020 2021 2022
Batam 11,79 11,64 9,56

Sumber : BPS KEPRI

Mengingat Kota Batam merupakan salah satu kota industri negara dan menjadi motor
penggerak pertumbuhan ekonomi dalam negeri, maka Kota Batam akan mengalami
peningkatan demografi yang cukup tinggi, dengan komposisi penduduk usia kerja yang
meningkat lebih cepat dari total pertumbuhan penduduk. Banyak pencari kerja yang datang tidak
hanya dari tenaga lokal, tetapi juga tenaga kerja asing dari luar Kota Batam yang mencari
pekerjaan.

Mengingat Kota Batam merupakan salah satu kota industri negara dan menjadi motor
penggerak pertumbuhan ekonomi dalam negeri, maka Kota Batam akan mengalami
peningkatan demografi yang cukup tinggi, dengan komposisi penduduk usia kerja yang
meningkat lebih cepat dari total pertumbuhan penduduk. Banyak pencari kerja yang datang tidak
hanya dari tenaga lokal, tetapi juga tenaga kerja asing dari luar Kota Batam yang mencari
pekerjaan. Tingginya angka pengangguran di Kota Batam bukan hanya karena
kesempatan kerja yang tersedia, tetapi juga rendahnya keterampilan tenaga kerja lokal,
terutama di masa awal Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), tidak mampu bersaing
dengan tenaga kerja asing.

Di Batam sendiri salah satu masalah yang dihadapi yaitu kemiskinan.Masalah kemiskinan jauh
lebih kompleks karena tidak hanya menyangkut soal pekerjaan, pendapatan, perumahan,
pendidikan, namun berkaitan pula dengan masalah sosial yang bersifat patologis seperti
keturunan sosial, kerentanan terhadap kriminalitas, kekerasan, dll. Selanjutnya, faktor lainnya
yang dapat dilakukan pemerintah dalam mengatasi penyerapan tenaga kerja yaitu dengan
memperbaiki sistem upah melalui kebijakan upah minimum. Penerapan kebijakan upah
minimum merupakan usaha dalam rangka meningkatkan upah per kapita pekerja sehingga
tingkat upah rata-rata tenaga kerja dapat meningkat (Nikmatus Solikhah et al., 2022). Naiknya
tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi industri yang selanjutnya akan
meningkatkan harga per unit suatu barang yang diproduksi. Peningkatan harga suatu barang yang
diproduksi dapat menurunkan permintaan barang tersebut. Kondisi ini membuat produsen
terpaksa mengurangi jumlah produksi yang dihasilkan. Menurunnya jumlah produksi
mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan (Purba & Saputra, 2018).

Pemerintah Batam telah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan penyerapan tenaga
kerja di daerah tersebut, antara lain:
1. Meningkatkan investasi: Pemerintah Batam bekerja sama dengan pihak swasta untuk
meningkatkan investasi di daerah tersebut. Dengan adanya investasi yang lebih besar,
diharapkan akan tercipta lapangan kerja yang lebih banyak bagi masyarakat Batam.

2. Pengembangan sektor industri: Pemerintah Batam terus mendorong pengembangan sector


industri di daerah tersebut. Pengembangan sektor industri akan membuka peluang kerja
baru dan meningkatkan penyerapan tenaga kerja di daerah tersebut.

3. Pelatihan dan pendidikan: Pemerintah Batam menyediakan program pelatihan dan


pendidikan bagi masyarakat setempat untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian
mereka. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing masyarakat dalam pasar
tenaga kerja.

4. Program penempatan kerja: Pemerintah Batam bekerja sama dengan perusahaan untuk
menyediakan program penempatan kerja bagi masyarakat setempat. Program ini
membantu memudahkan proses perekrutan tenaga kerja dan memperkecil kesenjangan
antara permintaan dan penawaran tenaga kerja di daerah tersebut.

5. Peningkatan infrastruktur: Pemerintah Batam terus meningkatkan infrastruktur di daerah


tersebut, termasuk jalan, jembatan, pelabuhan, dan bandara. Peningkatan infrastruktur
akan membuka peluang bagi pertumbuhan industri baru dan meningkatkan penyerapan
tenaga kerja.

6. Kolaborasi dengan pemerintah pusat: Pemerintah Batam bekerja sama dengan pemerintah
pusat untuk menyediakan insentif dan kemudahan bagi perusahaan yang ingin
berinvestasi di daerah tersebut. Hal ini dapat meningkatkan jumlah investasi dan
membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat Batam.

Dengan adanya upaya-upaya tersebut, diharapkan dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja
di Batam dan mengurangi angka pengangguran di daerah tersebut.Tetapi sampai sekarang fokus
masalah di Batam adalah tingkat kemiskinan yang semakin tinggi.

Tabel 3

Garis Kemisikinan di Batam

Tahun Garis Kemiskinan


(per kapita per bulan)
2020 707856,00 rupiah
2021 740109,00 rupiah
2022 783730,00 rupiah
Sumber : BPS BATAM

Berdasarkan tabel yang dilampirkan oleh penulis bahwa dapat dijelaskan tahun 2020 jumlah
garis kemiskinan sebesar Rp 707.856,-/kapita/bulan. Lalu meningkat di tahun 2021 sebesar Rp
740.109,-/ kapita/bulan.Dan terus naik menjadi Rp 783.730,-/kapita/bulan.Bahwa artinya jika
tahun 2020 orang akan dianggap miskin ketika penghasilan hanya Rp 707 ribu rupiah dan tahun
2022 sudah dianggap miskin ketika penghasilan sebesar Rp 783 ribu rupiah.Perlu diketahui
bahwa garis kemiskinan di Kota Batam merupakan yang tertinggi (Rp 783.730,-/kapita/bulan) di
Kepulauan Riau.

Tabel 4

Jumlah Penduduk Miskin di Batam

Tahun Jumlah Penduduk Miskin


2020 67,060
2021 77,170
2022 82,590
Sumber : Badan Pusat Statistik Batam

Dari tabel di atas sudah dapat dijelaskan bahwa adanya peningkatan signifikan tiap tahunnya
jumlah penduduk miskin di Kota Batam.Di tahun 2020 jumlah penduduk miskin sekitar 67 ribu
jiwa dan naik drastis tahun 2021 sebanyak 77 ribu jiwa dan terus mengalami kenaikan sebesar 82
ribu jiwa.Penyebab kemiskinan di Batam karena didominasi masalah ketenagakerjaan apalagi
BATAM yang merupakan kota sektor industri ,sehingga penduduk miskin semakin meningkat
membuat jumlah pengangguran meningkat tentunya.

Di Dalam SDGs 8 memiliki target untuk mempekerjakan semua orang dengan layak tanpa
terkecuali dengan gender.Tujuan 8 dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),yang
mengadvokasi ‘pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan pekerjaan yang layak untuk semua'
gagal mencapai ambisinya sendiri dengan tidak menangani masalah pekerjaan reproduktif sosial
dan karenanya kesetaraan gender. Ada perbedaan yang mencolok dalam pendapatan dari bidang
pekerjaan yang tidak sama. Perbedaan gender terkait pendapatan menurut industri atau sektor
kegiatan ekonomi di seluruh dunia menunjukkan bahwa pria lebih mungkin untuk memegang
semua pekerjaan tingkat keterampilan di bidang manufaktur, yaitu sebuah sektor yang membayar
pendapatan yang relatif tinggi. Perempuan lebih mungkin untuk memegang pekerjaan di layanan
bidang pendidikan, sebuah sektor yang membayar jauh lebih rendah daripada manufaktur. Tak
jarang, seorang pekerja perempuan mendapatkan diskriminasi upah karena perusahaan melihat
individu dari jenis kelamin, kewarganegaraan, usia, ras, status perkawinan, keturunan,
agama/kepercayaan, hingga negara asal. Perusahaan mengesampingkan pendidikan yang sama
dan pengalaman kerja yang sama dalam melakukan pekerjaan yang sama dengan membayar
upah berbeda.Bagaimana bisa menjalankan SDGs point 8 jika kesetaraan gender saja sangat
didiskriminasi di perusahaan manufaktur (Rahmi & Riyanto, 2022).

Masalah kesetaraan gender di Batam dalam konteks ketenagakerjaan masih menjadi tantangan.
Meskipun ada sejumlah perempuan yang terlibat dalam industri manufaktur dan jasa, namun
banyak dari mereka masih mengalami diskriminasi dan ketimpangan dalam hal upah,
kesempatan kerja, dan kesejahteraan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kesetaraan gender di sektor ketenagakerjaan di Batam
antara lain:

1. Stereotip gender: Stereotip gender yang terus diperkuat oleh masyarakat dapat mempengaruhi
persepsi terhadap perempuan di dunia kerja, seperti menganggap bahwa perempuan tidak mampu
bekerja di bidang tertentu.

2. Pengalihan peran gender: Sebagian besar perempuan di Batam masih terkonsentrasi di sektor
informal atau sebagai buruh pabrik dengan tingkat upah yang rendah.

Perusahaan Industri Manufaktur di Batam para pekerja didominasi oleh laki-laki.Fokus SDGs 8
pada pekerjaan yang layak bagi semua orang dan pertumbuhan ekonomi yang memadai dan
pekerjaan yang layak untuk semua laki-laki dan perempuan belum layak direalisasikan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya ketimpangan jenis kelamin dalam sektor
industri di Batam adalah kecenderungan bahwa beberapa jenis pekerjaan dianggap lebih cocok
untuk laki-laki daripada perempuan. Misalnya, di sektor manufaktur, pekerjaan yang
membutuhkan kekuatan fisik seperti mengangkat beban berat atau melakukan pekerjaan fisik
yang melelahkan, lebih sering diisi oleh laki-laki. Di sisi lain, pekerjaan yang lebih
membutuhkan keahlian teknis seperti di bidang teknologi informasi dan komunikasi, seringkali
diisi oleh laki-laki.

Selain itu, budaya dan stereotip gender juga memainkan peran penting dalam menentukan jenis
pekerjaan yang dianggap cocok untuk laki-laki atau perempuan. Budaya yang masih menganut
pandangan bahwa perempuan seharusnya fokus pada tugas rumah tangga dan mengurus
keluarga, seringkali membuat perempuan enggan untuk mencari pekerjaan di luar rumah.
Stereotipe gender juga dapat menghambat kemajuan perempuan dalam karir, karena mereka
seringkali dianggap kurang mampu atau kurang cocok untuk memegang posisi tertentu.Untuk
mengatasi ketimpangan gender di sektor industri di Batam, diperlukan upaya untuk mengubah
stereotipe gender dan memberikan kesempatan yang sama untuk laki-laki dan perempuan dalam
dunia kerja.

Apabila Pemerintah ingin memperbaiki perekonomian dan tenaga kerja tentunya pendapatan
akan berbeda antara pemegang saham dengan buruh,dikarenakan banyak faktor yang sudah
dijelaskan diatas selain gender,pendidikan seseorang sangat berpengaruh untuk mendapatkan
pekerjaan.Selain itu kualifikasi seseorang sangat dibutuhkan dalam sebuah perusahaan apalagi di
daerah manufaktur seperti Batam.Pelaksanaan SDGs 8 ini masih sangat tidak dapat
direalisasikan untuk memperbaiki ekonomi dan pekerjaan layak bagi semua ,faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat seseorang mendapatkan pekerjaan sangatlah penting tidak mungkin orang
yang hanya lulusan SMA akan mendapatkan upah setara dengan Strata-1.Fenomena ketimpangan
ekonomi, di mana orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin, adalah masalah
yang kompleks dan tidak mudah untuk diatasi.Walaupun telah ada peraturan mengenai UMK
tentunya ada perusahaan yang akan membayar di bawah itu.Pengalaman seseorang juga
berpengaruh dalam mendapatkan pekerjaan ,perusahaan tentunya akan melihat para pekerja kerja
dengan pengalaman yang relevan.Terkadang peraturan dari pusat tidak selalu simetris dengan
keadaan disuatu daerah.Dengan mengurangi ketimpangan ekonomi dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Namun, upaya ini memerlukan kerja sama dari
semua pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil.Namun,sampai sekarang
Indonesia belum bisa memecahkan masalah mengenai ketenagakerjaan yang mempengaruhi
kemiskinan yang semakin meningkat tentunya.

Kesimpulan

Untuk menjalankan SDGs point 8 bertujuan untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang
inklusif dan berkelanjutan,lapangan kerja yang layak,dan pengembangan usaha mikro,kecil,dan
menengah (UMKM) masih sangat susah karena banyak faktor yang sulit untuk direalisasikannya,
terlebih lagi di daerah manufaktur seperti di Kota Batam,implementasi SDG 8 seringkali sulit
karena beberapa alasan. Untuk mempromosikan pertumbuhan sektor manufaktur yang inklusif
dan berkelanjutan, dibutuhkan koordinasi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain meningkatkan keterampilan dan pendidikan,
mengembangkan kebijakan dan program dukungan yang fokus pada UMKM, memperkuat
regulasi dan perlindungan hak buruh, serta memperkuat kerja sama internasional untuk
memfasilitasi transfer teknologi dan pengetahuan. Upaya-upaya ini dapat membantu
menciptakan lapangan kerja yang layak, memperbaiki kondisi kerja, dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.Bukannya memperbaiki suatu perekonomian malah
akan memperburuk perekonomian.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal :
Jusman, A. K. (2016). Jurnal Polinter Prodi Ilmu Politik FISIP UTA’45 Jakarta Vol. 2 No. 1
(Maret-Agustus 2016). Jurnal Polinter, 2(1), 12–32.
Nababan, A. Y., Rahmawati, E., Saputra, E. G., Rivanti, F., Batam, U. I., Batam, K., & City,
B. (2023). JURNAL LOCUS : Penelitian & Pengabdian. 2(2), 178–184.
https://doi.org/10.58344/locus.v2i2.886
Nihmatus Solikhah, A., Krishernawan, I., Ekonomi, F., Al-Anwar Mojokerto Fakultas
Ekonomi, S., & Al-Anwar Mojokerto, S. (2022). Jurnal Akuntansi, Ekonomi Dan
Manajemen Bisnis. Juli, 2(2), 154–166.
Ningsih, D. (2017). Dampak Kenaikan Upah Di Kota Batam. Jurnal Samudra Ekonomika,
1(1), 63–71. https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/56442680/67-
Research_Results-228-1-10-20170822.pdf?response-content-disposition=inline%3B
filename%3DResearch_Results.pdf&X-Amz-Algorithm=AWS4-HMAC-SHA256&X-
Amz-Credential=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A%2F20191226%2Fu
Purba, D., & Saputra, A. (2018). Faktor-Faktor Penurunan Pertumbuhan Ekonomi Batam.
JURNAL AKUNTANSI, EKONOMI Dan MANAJEMEN BISNIS, 6(2), 224–230.
https://doi.org/10.30871/jaemb.v6i2.841
Rahmi, J., & Riyanto, R. (2022). Dampak Upah Minimum Terhadap Produktivitas Tenaga
Kerja: Studi Kasus Industri Manufaktur Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan
Publik, 13(1), 1–12. https://doi.org/10.22212/jekp.v13i1.2095
Sarjono, S., Hartoyo, S., & Hakim, D. B. (2019). Strategi Penanggulangan Kemiskinan Di
Kota Jakarta Timur. Jurnal Manajemen Pembangunan Daerah, 9(1).
https://doi.org/10.29244/jurnal_mpd.v9i1.27542
SMERU. (2001). Dampak Kebijakan Upah Minimum terhadap Tingkat Upah dan Penyerapan
Tenaga Kerja di Daerah Perkotaan Indonesia. Jurnal Smeru, 10.

Website:

BAPPENAS, S. (t.thn.). Diambil kembali dari https://sdgs.bappenas.go.id/tujuan-8/


BATAM, B. (2022). Diambil kembali dari https://batamkota.bps.go.id/
BPS, K. (2022). Diambil kembali dari https://kepri.bps.go.id/indicator/6/224/1/tingkat-
pengangguran-terbuka.html
KEPRI, B. (2022). Diambil kembali dari BPS KEPRI:
ttps://kepri.bps.go.id/publication/2022/09/30/c44c385f45ad549265e76d77/direktori-
perusahaan-industri-besar-dan-sedang-provinsi-kepulauan-riau-2022.html
UNDP. (t.thn.). Diambil kembali dari https://www.undp.org/sustainable-development-goals?
utm_source=EN&utm_medium=GSR&utm_content=US_UNDP_PaidSearch_Brand_En
glish&utm_campaign=CENTRAL&c_src=CENTRAL&c_src2=GSR&gclid=Cj0KCQjwt
_qgBhDFARIsABcDjOedOIkOO3lhTgW80QKF0Y9OuQJuQk8Of3rmK54Gp8KK9Yw
h3LXXEd

Anda mungkin juga menyukai