Anda di halaman 1dari 4

Nama : Euis Siti Maisya

Nim : 2108105067
Semester/Kelas : 6/B
Mata Kuliah : Kewirausahaan
TUGAS RESUME
 Ramai Kabar PHK, Survei BI Ungkap Kinerja Manufaktur Pada Akhir Tahun
Pada kuartal IV/2023, di tengah berita tentang pemutusan hubungan kerja (PHK),
sektor industri pengolahan menunjukkan tanda-tanda melemah meskipun tetap dalam fase
ekspansi. Prompt Manufacturing Index - Bank Indonesia (PMI-BI) pada periode tersebut
mencatat angka 51,2%, mengalami penurunan dari 52,93% pada kuartal sebelumnya.
Menurut pernyataan Asisten Gubernur, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia,
Erwin Haryono, pada Kamis (18/1/2024), komponen pembentuk PMI-BI menunjukkan
peningkatan volume persediaan barang jadi, sementara volume produksi dan total pesanan
masih dalam fase ekspansi. Volume produksi pada kuartal IV/2023 mencapai 52,19%,
mengalami penurunan dari 56,3% pada kuartal sebelumnya. Sementara itu, volume
persediaan barang jadi meningkat menjadi 54,22% dari 53,88% sebelumnya.
Peningkatan ini didorong oleh industri-industri seperti kulit, barang dari kulit dan
alas kaki, barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik, peralatan listrik, dan
industri furnitur. Namun, penggunaan tenaga kerja menurun menjadi 48,57%, dari 49,34%
pada kuartal sebelumnya, terutama di sektor kertas, percetakan, reproduksi media rekaman,
dan logam dasar. Meskipun demikian, beberapa sektor masih mencatatkan kinerja positif,
seperti industri pengolahan tembakau, barang galian bukan logam, dan mesin serta
perlengkapannya. Mayoritas sub lapangan usaha masih berada pada fase ekspansi, dengan
industri alat angkutan, mesin dan perlengkapan, serta kulit, barang dari kulit, dan alas kaki
menjadi yang tertinggi. Perkembangan PMI-BI sejalan dengan Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) BI yang juga mencatat fase ekspansi dengan nilai Saldo Bersih Tertimbang
(SBT) sebesar 1,0%. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada gejolak dalam penggunaan
tenaga kerja dan penurunan dalam beberapa sektor, sebagian besar industri pengolahan
masih mempertahankan pertumbuhan yang sehat pada kuartal IV/2023.
 Erick Thohir Warning, 15 Profesi Ini Segera Punah Diganti AI
Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) menjadi sorotan sebagai ancaman
potensial terhadap profesi manusia di masa depan, dengan kemampuannya menggantikan
beberapa pekerjaan. Menteri BUMN, Erick Thohir, menekankan pentingnya kreativitas
generasi muda dalam menghadapi perubahan ekonomi, khususnya terkait tantangan AI.
Erick menyatakan bahwa kehadiran AI berpotensi menghilangkan sejumlah posisi dan
profesi, dengan perkiraan hingga 85 juta lapangan pekerjaan yang dapat hilang. Data dari
World Economic Forum (WEF) dan laporan Future of Work menegaskan bahwa revolusi
teknologi, terutama AI dan otomasi, akan mengubah lanskap pekerjaan secara signifikan
dalam beberapa tahun ke depan.
Riset dalam laporan yang sama memperkirakan bahwa sekitar 23% tenaga kerja
global akan mengalami perubahan total, dengan beberapa profesi menghilang dan lainnya
muncul. Industri seperti media, hiburan, dan olahraga diprediksi akan mengalami
transformasi besar, di mana sekitar 32% pekerjaan dalam industri tersebut dapat lenyap atau
menyajikan profesi baru. Selain itu, sejumlah sektor lain juga diantisipasi mengalami
pergeseran yang signifikan, termasuk pemerintahan, komunikasi digital, teknologi
informasi, real estat, layanan keuangan, serta transportasi dan rantai pasok.
WEF juga merilis daftar 15 pekerjaan yang berpotensi menghilang dalam rentang
waktu 2023-2027, memperlihatkan dampak konkret dari kemajuan AI dan teknologi
terhadap lapangan kerja. Dalam konteks ini, adaptasi dan inovasi menjadi kunci bagi
generasi muda dalam menghadapi perubahan ekonomi dan teknologi yang sedang terjadi. 15
daftar pekerjaannya yaitu, teller bank, petugas pos, kasir dan loket, data entry, sekretaris dan
administrasi, staff pencatat stok (stock-keeping), staff akuntasi, pembukaan, dan payroll,
legislator dan pejabat pemerintahan, staff statistic, asuransi, dan keuangan, sales door to
door, pedagang kaki lima, dan penjual koran, satpam, manajer kredit dan pinjaman,
penyelidik dan pemeriksa klaim, penguji software, serta relationship manager.
 AI Jadi Tantangan Untuk Dunia Kerja, Pendidikan Vokasi Perlu Dibenahi
Dalam persiapan menuju Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2024, semua
kandidat menegaskan komitmen mereka untuk membuka lapangan pekerjaan bagi seluruh
rakyat Indonesia. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan kehadiran kecerdasan
buatan (AI), kompetensi dan daya saing para pencari kerja menjadi sangat penting.
Pemerintah merespons tantangan ini dengan menerapkan pendekatan Man Power Approach,
dengan fokus pada peningkatan pendidikan vokasi dari tingkat SMK hingga S1. Pendidikan
vokasi di Indonesia perlu meningkatkan kualitas dan daya saingnya agar menghasilkan
lulusan yang relevan dan adaptif terhadap perubahan dinamis dalam dunia kerja, yang
semakin dipengaruhi oleh kemajuan teknologi.
Para ahli memperingatkan bahwa perkembangan teknologi berpotensi menggantikan
pekerjaan rutin, dan diperkirakan dalam sepuluh tahun mendatang, setengah dari pekerjaan
saat ini akan diotomatisasi. Ini menimbulkan tantangan baru terkait perubahan profil
pekerjaan, ketidakstabilan keterampilan, dan kebutuhan akan pelatihan ulang serta
peningkatan keterampilan tenaga kerja. Saat ini, masyarakat memasuki era Industri 4.0, di
mana revolusi digital menjadi ciri khas utamanya. Industri ini terkoneksi secara digital dan
mengadopsi teknologi maju seperti 3D printing, robotika, kecerdasan buatan, rekayasa
genetika, teknologi nano, dan mobil otomatis. Namun, kekhawatiran muncul bahwa
teknologi ini dapat mengurangi penyerapan tenaga kerja dan mengganggu bisnis
konvensional karena pergeseran gaya kerja tradisional ke gaya baru. Pemerintah dan
masyarakat perlu bersama-sama beradaptasi dan mengantisipasi perubahan yang terjadi,
serta mengambil langkah-langkah strategis untuk memastikan bahwa tenaga kerja Indonesia
siap menghadapi tantangan dan peluang yang ditawarkan oleh era Industri 4.0.
Revolusi Industri 4.0 menandai era baru dengan kemajuan teknologi yang pesat,
khususnya dalam bidang kecerdasan buatan (AI), yang secara signifikan memengaruhi
berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia kerja. Menurut laporan World Economic Forum
2023, kemajuan AI dapat mengganggu pasar tenaga kerja dengan beberapa sektor
mengalami perubahan drastis. Indonesia merespons Revolusi Industri 4.0 dengan program
Making Indonesia 4.0 yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya
manusia melalui pendekatan yang menghubungkan pendidikan dengan industri. Kerjasama
antara Kementerian Perindustrian dengan kementerian dan lembaga terkait lainnya, seperti
Bappenas, Kementerian BUMN, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, serta Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menjadi kunci
dalam pelaksanaan inisiatif ini. Pemerintah juga berusaha meningkatkan kualitas pendidikan
vokasi melalui kebijakan revitalisasi SMK dan pendidikan vokasi lainnya, seperti kursus
dan pelatihan vokasi. Meskipun demikian, implementasi program revitalisasi pendidikan
vokasi masih menghadapi tantangan yang signifikan.
Menurut data BPS tahun 2023, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada lulusan
SMK masih tinggi, mencapai 9,60 persen, melebihi tingkat pengangguran lulusan SMA,
Diploma/Akademi, dan Universitas. Oleh karena itu, diperlukan kajian dan evaluasi yang
komprehensif terhadap implementasi kebijakan revitalisasi pendidikan vokasi guna
meningkatkan efektivitas dan dampak nyata kebijakan ini dalam meningkatkan daya saing
lulusan vokasi di Indonesia. Pendekatan yang holistik dan kolaboratif antara pemerintah,
industri, dan lembaga pendidikan menjadi kunci dalam menghadapi tantangan dan
memastikan bahwa lulusan vokasi memiliki keterampilan yang relevan dan kompetitif di era
Revolusi Industri 4.0.
 RI Butuh Talenta Digital, Peserta Kartu Prakerja Bisa Asah Skill
Program Kartu Prakerja 2024 menawarkan pelatihan konten video dan media sosial
sebagai respons terhadap meningkatnya kebutuhan akan talenta digital di Indonesia.
Pemerintah Indonesia menargetkan untuk mencetak sembilan juta talenta digital hingga
tahun 2030, sejalan dengan proyeksi potensi ekonomi digital yang akan mencapai USD
303,4 miliar pada tahun tersebut. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo)
bekerja sama dengan Rumah Siap Kerja untuk mengoptimalkan potensi dan merespons
kebutuhan akan talenta digital. Rumah Siap Kerja memperkenalkan pelatihan keterampilan
di era digital, khususnya untuk wirausahawan dan profesional melalui Program Kartu
Prakerja. Program ini memberikan kesempatan bagi pesertanya untuk mencapai kesuksesan
sebagai wirausahawan atau profesional, dengan fokus pada kemandirian finansial dan
perbaikan kesejahteraan. Melalui program ini, Rumah Siap Kerja membuka kelas-kelas
program bagi peserta Kartu Prakerja, dengan menawarkan berbagai bidang minat seperti
industri digital konten, kewirausahaan digital, dan pertanian modern. Para alumni Prakerja
memberikan testimoni tentang manfaat program ini dalam mengikuti perkembangan zaman,
meningkatkan keterampilan, dan memanfaatkan peluang baru, khususnya dalam konten
video online di platform media sosial seperti TikTok dan YouTube.
 Minim SDM, Peluang Kerja di Sektor Ini Terbuka Lebar Lho!
Pada awal tahun 2024, Digital marketing menjadi salah satu pekerjaan yang sangat
dicari dengan tingkat kebutuhan yang tinggi di Indonesia. Menurut riset Asosiasi Digital
Marketing Indonesia (Digimind), Januari 2024 mencatat sekitar 14.845 lowongan pekerjaan
untuk posisi digital marketing. Namun demikian, tingginya kebutuhan ini tidak diimbangi
dengan pasokan tenaga kerja yang siap pakai. Berdasarkan riset Digimind, jumlah
kebutuhan tenaga kerja untuk digital marketing berada di posisi ketiga dari keseluruhan
lowongan pekerjaan yang terpantau pada Januari 2024, setelah tenaga marketing (30.462
lowongan) dan akunting (14.949 lowongan). Meskipun demikian, hanya 3% dari seluruh
kampus di Indonesia yang mengajarkan digital marketing, sehingga pasokan tenaga kerja
digital marketing masih kurang. Dian, seorang perwakilan dari Asosiasi Digital Marketing
Indonesia, mengungkapkan bahwa lebih dari 60% penduduk Indonesia sudah melek
internet, dan 80% dari mereka telah melakukan transaksi digital untuk barang dan jasa.
Namun, pasokan tenaga kerja digital marketing belum cukup tersedia hingga saat ini.
Bahkan, banyak perusahaan yang membutuhkan tenaga digital marketing dalam jumlah
besar.
Pada tahun 2023, digital marketing menempati posisi pertama dalam jumlah
lowongan pekerjaan berdasarkan riset yang dilakukan oleh asosiasi tersebut. Namun,
kurangnya jumlah lembaga pendidikan yang mengajarkan digital marketing menjadi
hambatan tersendiri.Dian berharap bahwa pemerintah, terlepas dari siapapun presiden yang
terpilih, akan lebih memperhatikan kebutuhan tenaga digital marketing sebagai solusi untuk
mengurangi angka pengangguran. Asosiasi Digital Marketing Indonesia terus melakukan
gerakan melek digital ke tengah masyarakat dengan berkolaborasi dengan pelaku digital
marketing, UMKM, swasta, dan pemerintah agar berdampak secara global. Dukungan
politik juga dianggap penting, terutama dalam masa pemilu, agar kebutuhan akan tenaga
kerja digital marketing dapat diperhatikan dengan serius.

Anda mungkin juga menyukai