Anda di halaman 1dari 174

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN AKHLAK DAN UPAYA

MENGATASINYA STUDI KASUS DI MADRASAH ALIYAH


AL-BADRI KOTOK GUMUKSARI KALISAT
KABUPATEN JEMBER

TESIS

Oleh:

MOHAMMAD MUSLEH
NIM. 0849316016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA IAIN JEMBER
SEPTEMBER 2019

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


PROBLEMATIKA PENDIDIKAN AKHLAK DAN UPAYA
MENGATASINYA STUDI KASUS DI MADRASAH ALIYAH
AL-BADRI KOTOK GUMUKSARI KALISAT
KABUPATEN JEMBER

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd)

Oleh:

MOHAMMAD MUSLEH
NIM. 0849316016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA IAIN JEMBER
SEPTEMBER 2019

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id
digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id
ABSTRAK
Musleh, Mohammad, 2019. Problematika Pendidikan Ahlak dan Upaya
Mengatasinya Studi Kasus Di Madrasah Aliyah AL-Badri Kotok
Gumuksari Kalisat Kabupaten Jember. Pembimbing I: Dr. H. Abd.
Muis,M,M. pembimbing II: Dr. M. Hadi Purnomo,M.Pd.
Kata Kunci: Problematika Pendidikan Ahlak dan Upaya mengatasinya.
Madrasah Aliyah AL-Badri merupakan lembaga yang memiliki perbedaan
dengan sekolah atau Madrasah pada umumnya karena: 1) semenjak pertama kali
di dirikan Madrasah Aliyah AL-Badri atas dasar dukungan dan kebutuhan
masyarakat dan dilakukan dengan jalan istihoroh. 2) lembaga Madrasah Aliyah
AL-Badri ini berdiri di bawah naugan pesantren sehingga kurikulumnyapun
banyak mengadopsi dari pesantren seperti: mata pelajaran aqidah ahklah, asawaja,
al-qur’an al-hadist, inilah yang menjadi corak tersendiri di lemabag sekolah atau
madrasah Aliyah AL-Badri.
Sementara fokus penelitian ini ada dua yaitu: 1) Bagaimana problematika
pendidikan akhlak di Madrasah Aliyah Al-Badri. 2) Bagaimana upaya yang
ditempuh oleh Madrasah untuk mengatasi problematika pendidikan akhlak di
Madrasah Aliyah Al-Badri. Tujuan dalam peneltian ini ada dua yaitu: 1)
Mendeskripsikan Problematika pendidikan akhlak di Madrasah Aliyah Al-Badri.
2) Mendeskripsikan upaya pendidikan akhlak di Madrasah Aliyah Al-Badri serta
tindakan yang ditempuh madrasah untuk mengatasi problematika pendidikan
akhlak di Madrasah Aliyah Al-Badri.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif, sehingga dalam menganalisis data penulis menggunakan
metode deskriptif kualitatif. Adapun metode pengumpulan data penulis
menggunakan pengamatan berperan serta (observasi), metode wawancara, dan
metode dokumentasi.
Dari hasil penelitian di temukan beberapa problematika pendidikan akhlak
di Madrasah Aliyah AL-Badri yaitu : 1) mengkonsumsi minuman keras 2)
menerima gambar dan tulisan yang tak senonoh 3) sikap guru yang tidak disiplin
4) sikap guru yang berperilaku buruk. Sedangkan upaya yang di lakukan untuk
mengatasi problematika pendidikan akhlak di Madarasah Aliyah AL-Badri ada
beberapa upaya yang menjadi keunikan Madarasah Aliyah Al-Badri yaitu: 1)
kegiatan pembacaan kitab kuning yang membahas tentang akhlak 2) kegiatan
keagamaan yang mencakup sholat dhuha bersama, istigosah bersama, rutinitas
sholawat bersama. 3) kegiatan ektrakurikuler yang di laksanakan setiap satu
minggu satu kali di antaranya kegiatan Tartil Al-Qur’an, pembelajaran kitab
kuning, marching band, kepramukaan, pelatihan pembuatan tata boga, palatiahan
seni yang mencakup seni musik, seni tari, seni lukis, serta pelatihan pembuatan
karya ilmiah.

iv

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


ABSTRACT

Musleh, Mohammad, 2019. The Ahlaq Education Problems and Their Solutions:
Case Study in Madrasah Aliyah AL-Badri Kotok Gumuksari Kalisat
Jember Regency. Advisor I: Dr. H. Abd. Muis,M,M. Advisor II: Dr. M.
Hadi Purnomo,M.Pd.
Key Terms: ahlaq education problems and their solutions
Madrasah Aliyah (MA) AL-Badri has several differences from other schools
or islamic schools in terms of: 1) It was built based on the societies’ support and
need, and preceeded with istihoroh. 2) It was run under the law of islamic
boarding school, so it also influences the curriculum such as: subject of aqidah
ahklah, asawaja, al-qur’an al-hadist, this is the distinction of MA Al-Badri.
The focus of the study consists of: 1) How are the ahlaq education problems
in MA Al-Badri? 2) How are the efforts taken by MA Al-Badri to solve the
problems? The aims of the study are namely: 1) To describe the ahlaq education
problems in MA Al-Badri. 2) To describe the efforts taken by MA AL-Badri to
solve the problems.
The study applied qualitative research approach by using descriptive
research design, so that the data were analyzed with qualitative descriptive
method. Meanwhile, the data collection methods implemented were observation,
interview and documentation.
The research findings show that several ahlaq education problems in MA
Al-Badri, namely: 1) The wrong social intercourse which caused: a) bad attitude
b) alcohol consumption. 2) The use of handphone which caused: a) cheating on
the examination b) exposure of bad picture, hoax and hate speech c) disrespect to
the teachers. 3) The teachers: a) indiscipline teachers b) teachers’ bad attitude.
Meanwhile, the efforts to solve those problems taken by MA Al-Badri were
namely: 1) Kitab Kuning reciting to discuss about ahlaq 2) Religious activities
which included dhuha prayer, istigosah, sholawat reciting 3) The program of
extracurricular for once a week which included tartil Al-Qur’an, Kitab Kuning
reciting, marching band, scouts, culinary, arts; music, dance, painting; and
scientific writing.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


‫ملخص البحث‬

‫مصلح‪ ،‬حممد‪ .9102 .‬مشكلة تربية األخالق واجلهود املبذولة للتغلب علىيها دراسة احلالة يف املدرسة العالية‬
‫اإلسالمية البدري كوطوك غوموكساري كاليسات مجرب‪ .‬حتت االشراف‪ )0( :‬الدكتور احلاح عبد املعيس‬
‫املاجستري‪ ،‬و(‪ )9‬الدكتور هادي بورنومو املاجستري‪.‬‬

‫الكلمات الرئيسية‪ :‬مشكلة تربية األخالق واجلهود املبذولة للتغلب علىيها‬


‫كانت املدرسة العالية اإلسالمية البدري لديها العديد من االختالفات من املدارس اإلسالمية األخرى من‬
‫حيث‪ )0( :‬منذ تأسيس هذه املدرسة اليت تعتمد على أساس دعم اجملتمع واحتياجاته وتقام هذه املدرسة من‬
‫خالل استخارة‪ ،‬و(‪ )9‬كانت املدرسة العالية اإلسالمية البدري تقف حتت إشراف املعهد حيث يعتمد كثريا‬
‫املنهج الدراسي فيها على املعهد اإلسالمي مثل‪ :‬درس العقيدة واألخالق‪ ،‬درس أهل السنة واجلماعة‪ ،‬درس القرآن‬
‫واحلديث‪ ،‬وهذا هو الذي يكون من خصائص هذه املدرسة‪.‬‬
‫أما حمور هذا البحث فهو‪ )0( :‬كيف هي مشكلة تربية األخالق يف املدرسة العالية اإلسالمية البدري؟‬
‫و(‪ )9‬كيف يكون اجلهود اليت بذلتها املدرسة العالية اإلسالمية البدري حلل املشكلة؟ ويهدف هذا البحث إىل‬
‫كشف فيما يلي‪ )0( :‬وصف مشكلة تربية األخالق يف املدرسة العالية اإلسالمية البدري‪ ،‬و(‪ )9‬وصف اجلهود‬
‫اليت بذلتها املدرسة العالية اإلسالمية البدري حلل هذه املشكلة وكذلك احملاولة من قبل املدرسة (املدرس) حلل هذه‬
‫املشكلة‪.‬‬

‫واستخدم الباحث يف هذا البحث منهج البحث الكيفي مع استخدام تصميم البحث الوصفي‪ ،‬حبيث مت‬
‫حتليل البيانات من خالل الطريقة الوصفية الكيفية‪ .‬أما طريقة مجع البيانات اليت استخدمها الباحث فهي املالحظة‬
‫التشاركية‪ ،‬وطريقة املقابلة والتوثيق‪.‬‬

‫أما النتائج اليت حصل عليها الباحث فهي‪ )0(: :‬الدوافع اليت تؤدي إىل العالقة االجتماعية اخلاطئة اليت‬
‫تسبب يف‪( :‬أ) السلوك السيئ و(ب) شرب اخلمر‪ )9( .‬استخدام اهلاتف الذي تسبب يف‪( :‬أ) الغش يف‬
‫االمتحان‪ ،‬و(ب) التعرض للصور السيئة واخلداع وخطاب الكراهية‪ ،‬و(ج) عدم االحارام حنو املعلمني‪ .‬و(‪)3‬‬
‫دوافع املدرسني وهي‪( :‬أ) املدرس غري املنتظم‪ ،‬و(ب) موقف املدرس السيئ‪ .‬أما اجلهود املبذولة اليت قام هبا‬
‫املدرسني حلل تلك املشكالت يف املدرسة العالية اإلسالمية البدري فهي‪ )0( :‬برنامج قراءة كتب الاراث اليت‬
‫تبحث حول األخالق‪ )9( ،‬األنشطة الدينية اليت تشتمل على إقامة صالة الضحى‪ ،‬واإلستغاثة محاعة‪ ،‬وقراءة‬
‫صلوات النيب باجلماعة‪ ،‬و(‪ )3‬الربنامج اإلضايف ملرة واحدة يف األسبوع الذي تشتمل على قراءة القرآن‪ ،‬وقراءة‬
‫كتب الاراث‪ ،‬والفرقة املسرية‪ ،‬والكشافة‪ ،‬وتدريب الفنون اجلميلة الذي تشتمل على املوسيقى والرقص والرسم‪.‬‬
‫والكتابة العلمية‪.‬‬

‫‪vi‬‬

‫— ‪digilib.iain-jember.ac.id‬‬ ‫— ‪digilib.iain-jember.ac.id‬‬ ‫— ‪digilib.iain-jember.ac.id‬‬ ‫— ‪digilib.iain-jember.ac.id‬‬ ‫— ‪digilib.iain-jember.ac.id‬‬ ‫‪digilib.iain-jember.ac.id‬‬


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat allah SWT, yang senantiasa

melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelasaikan tugas dan kewajiban akdemik dalam bentuk tesis.

Sholawat serta salam somoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad

SAW sebagai pembawa kabar gembira pada umat yang bertaqwa.

Disamping itu dengan selesainya penulisan tesis ini izinkanlah penulis

menghaturkan penghargaan dan rasa hormat serta rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM. sebagai Rektor IAIN Jember yang telah

memberi ijin dan bimbingan yang bermanfaat.

2. Prof. Dr. H. Abd. Halim Soebahar, M. Ag. sebagai Direktur Pascasarjana IAIN

Jember yang telah memberikan ijin dalam penyusunan tesis.

3. Dr. Dyah Nawangsari, M.Ag., M. Pd. sebagai Ketua Prodi Pendidikan Agama

Islam yang telah memberikan arahan dalam penyusunan tesis.

4. Dr. H. Abd. Muis, M,M sebagai dosen pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga penelitian ini berjalan

dengan lancar sampai selesai.

5. Dr. H. M. Hadi Purnomo, M,Pd sebagai pembimbing II yang telah banyak

memberikan waktu, tenaga dan bimbingan demi kelancaran penyusunan tesis

ini.

vii

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


6. Civitas akademika IAIN Jember yang telah membekali ilmu pengetahuan

kepada penulis.

7. Kepala Sekolah MA AL-Badri yang telah bersedia memberikn ijin untuk

melaksanakan penelitian di MA AL-Badri.

8. Bapak dan Ibu guru yang telah berkenan berkerjasama dan memberikan data

dan informasi penelitian dalam penyusunan tesis ini.

9. Teman-teman seperjuangan Pascasarjana IAIN Jember tahun angkatan 2016

yang selalu memberikan motivasi dan dukungan sehingga terselesaikannya

tesis ini.

10. KH. Hafizd Habibullah dan KH. Mahfudz Habibullah yang selalu

memberikan motivasi dan dukungan sehingga terselesaikannya tesis ini.

Disadari sepenuhnya bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan, semoga penyusunan tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan pembaca pada umumya.

Jember, 18 September 2019

Mohammad Musleh
0849316016

viii

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... . vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... . ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ . xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
DAFTAR PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ........................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Konteks Penelitian ..................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian........................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
E. Definisi Istilah ............................................................................ 9
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 16
A. Penelitian Terdahulu .................................................................. 16
B. Kajian Teori ............................................................................... 22
1. Problematika Pendidikan Akhlak............................................ 22
a. Pengertian Pendidikan Akhlak .............................................. 22
b. Dasar dan Tujuan Pendidikan Akhlak ................................... 28
c. Problematika Pendidikan Akhlak .......................................... 34
2. Upaya Mengatasi Problematika Pendidikan Akhlak ........... 54
a. Faktor Pergaulan Yang Salah ................................................ 54
b. Faktor Technologi Handpond ................................................ 62
c. Faktor Guru ............................................................................ 66

ix

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 71
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................ 71
B. Lokasi Penelitian........................................................................ 72
C. Kehadiran Peneliti...................................................................... 72
D. Subyek Penelitian ....................................................................... 73
E. Tehnik Pengumpulan data .......................................................... 75
F. Analisis Data .............................................................................. 80
G. Keabsahan Data ......................................................................... 82
H. Tahapan-Tahapan Penelitian ...................................................... 84
I. Sistematika Pembahasan .............................................................. 86

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA PENELITIAN ................... 88


A. Paparan dan Analisis Data ..................................................... 88
1. Problematika Pendidikan Akhlak Di Madrasah Aliyah
AL-Badri........ .............................................................. 88
a. Faktor Pergaulan yang salah ................................................ 89
b. Faktor Handpond ................................................................. 95
c. Faktor Guru .......................................................................... 101
2. Upaya Mengatasi Problematikan Pendidikan akhlak
Di Madrasah Aliyah AL-Badri ........................................... 107
a. Faktor Pergaulan yang salah ................................................ 107
b. Faktor Handpond ................................................................. 118
c. Faktor Guru ......................................................................... 128
B. Temuan Penelitian ..................................................................... 132
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. 154
Problematika Pendidikan Akhlak Di Madrasah Aliyah
AL-Badri ............................................................................................. 154
B. Upaya Mengatasi Problematika Pendidikan Akhlak
Di Madrasah Aliyah AL-Badri ................................................... 170

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


BAB VI PENUTUP ...................................................................................... 186
A. Kesimpulan ................................................................................ 186
B. Saran .......................................................................................... 193
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 195
Pernyataan Keaslian
Lampiran
Riwayat Hidup

xi

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 19


Tabel 4. 2 Problematika Pendidikan Akhlak Di Madrasah Aliyah AL-Badri . 151
Tabel 2.3 Upaya Mengatasi Problematika Pendidikan Akhlak Di Madrasah
Aliyah AL Badri ............................................................................................. 151

xii

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


DAFTAR GAMBAR

Gambar 4. 1 Proses wawancara dengan Guru BP .......................................... 91


Gambar 4.2 Wawancara dengan Guru Akidah Akhlak ................................. 91
Gambar 4.3 wawancara dengan Kepala Madrasah ...................................... 93
Gambar 4.4 pelaksanaan Observasi ............................................................. 96
Gambar 4.5 wawancara dengan kepala madrasah.......................................... 105
Gambar 4.6 wawancara dengan kepala madrasah.......................................... 104
Gambar 4.7 wawancara dengan waka kurikulum ......................................... 107
Gambar 4.8 wawancara dengan siswi Madrasah ......................................... 109
Gambar 4.9 pemberian sangsi moral dan fisik ............................................... 109
Gambar 4.10 kerjasama guru dengan orang tua ............................................ 110
Gambar 4.11 pembinaan siswa-siswi bermasalah .......................................... 110
Gambar 4.12 pembinaan setiap hari di luar kelas ......................................... 111
Gambar 4. 13 wawancara dengan ketua OSIM ............................................... 111
Gambar 4. 14 Pelatihan PBB Koramil di lapangan Kotok Gumuksari ............ 112
Gambar 4. 15 Kegiatan rutin sholat dhuha bersama ....................................... 112
Gambar 4. 16 Kegiatan pembacaan surat yasin bersama ................................. 116
Gambar 4. 17 Pemberian sangsi disiplin Membersihkan lingkungan
Madrasah .......................................................................................................... 116
Gambar 4. 18 Pemberian sangsi disiplin membersihkan jading ...................... 116
Gambar 4. 19 Pemanggilan orang tua oleh kepala madrasah .......................... 120
Gambar 4. 20 Wawancara dengan wali kelas XI ............................................. 122
Gambar 4. 21 Pelaksanaan sidak di kelas XII IPA .......................................... 122
Gambar 4. 22 Pelaksanaan pemeriksaan handpond ......................................... 122
Gambar 4. 23 Penyitaan barang handpond ...................................................... 123
Gambar 4. 24 Pemanggilan orang tua .............................................................. 126
Gambar 4. 25 Kegiatan ektrakurikuler pembelajaran kitab kuning ................. 126
Gambar 4. 26 Kegiatan ektrakurikuler Qiro’atu Qur’an .................................. 129
Gambar 4. 27 Wawancara dengan kepala madrasah MA AL-Badri ................ 130
Gambar 4. 28 Pemberian teguran kepada dewan guru yang tidak disiplin ...... 130
Gambar 4. 29 Wawancara dengan wakur ....................................................... 130
xiii

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian


Lampiran 2 Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian
Lampiran 3 Jurnal Penelitian
Lampiran 4 Matrik Penelitian
Lampiran 5 Dokumentasi Kegiatan wawancara di MA AL-Badri
Lampiran 6 Bukti bebas Plagiasi
Lampiran 7 Riwayat Hidup

xiv

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


PEDOMAN TRANSLITERASI
Vokal Tunggal Vokal Panjang

‫ا‬ a ‫ط‬ ‫ا‬ Â/â

‫ب‬ b ‫ظ‬ zh ‫و‬ Û/û

‫ت‬ t ‫ع‬ ‘ ‫ي‬ Î/î

‫ث‬ ts ‫غ‬ gh

‫ج‬ j ‫ف‬ f Vokal Pendek

‫ح‬ ‫ق‬ q - a

‫خ‬ kh ‫ك‬ k - i

‫د‬ d ‫ل‬ l - u

‫ذ‬ dz ‫م‬ m Vokal Ganda

‫ر‬ r ‫ن‬ n ّ‫ي‬ yy

‫ز‬ z ‫و‬ w ّ‫و‬ Ww

‫س‬ S ‫ه‬ h

‫ش‬ sy ‫ء‬ ّ‘ Diftong

‫ص‬ sh ‫ي‬ y ّ‫و‬ Aw

‫ض‬ dl ّ‫ى‬ Ay

xv

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


BAB I

PENDAHULUAN

A. Kontek Penelitian

Islam iadalahi agama.i yang imemberikanimakna yang isangati

pentingiuntuk kehidupan manusia.Islam imemilik asaspokoki yang menjadii

pedoman ibagi kehidupan manusia yaitu Al-Qur'an dan Al-Hadits yang di

dalamnyaimenguraikanidengani jelasitentangi morali atauiiakhlaki dalam

kegiatani manusia.iAkhlaki dalam iIslam imerupakani salahi satui aspeki

yangi sangat penting.i

Intii darii ajarani Islam iialah mengadakan bimbingan bagi kehidupani

mentali dani jiwai manusia, isebabi dalami bidangi inilahi terletaki hakikati

manusia.Akhlak pada dasarnya imelekati pada idiri seseorangi bersatui

dengani perilakui ataui perbuatan.i 1 i Hali ini idapati dilihat idari iposisi

iakhlak iyang iolehi Nabi iMuhammad iSAW idijadikan sebagaii dasari

untukiimembanguni suatu ibangsa dan negara. Akhlakimerupakan tujuan

utama diutusnya Nabi Muhammad Saw sebagaimana disebutkan dalam haditsi

:2

‫ حدثنا عبد هللا العزيز بن محمد عن محمد بن‬:‫عبد هللا حدثني ابي حدثنا سعيد بن منصور قال‬
‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫عجالن عن القعقاع بن حكيم عن ابي صالح عن ابي هريرة قال‬
)‫انما بعثت التمم صالح االخالق ( رواه احمد بن حنبل‬
Artinya: iAbdullahi telah menceritakan kepada ikita, itelah imenceritakan
kepadakui Abi, itelahi menceritakani kepadai kitai Saidi bin
Manshur, iberkata : itelah imenceritakani kepadai kitai

1
Syarifah habibah, jurnal pesona dasar vol.1 No.4, oktober 2015, 73
2
Imam Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Ahmad Abu Hambal, Juz II, (Beirut: Darul
Kutub, 1413 H), 504.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


2

AbduliAziziibin iMuhammad darii Muhammadi bini Ajlan dari


iQa’qa’ ibini Hakim idarii Abi iShalehi darii Abi iHurairah
iberkataiiRasulullah bersabda : bahwasanya saya hanyalahdiutus
untuki menyempurnakani akhlakiiyang ibaik. (Hr. imam ahmad
Binhambal)
Dalam hal ini Mikdad Yaljin dalam ulasannya terhadap hadits ini:

“kita tahu bahwa kata rangkai “innama” (sesungguhnya) dalam ilmu

balaghah dianggap sebagai kata rangkai pembatas, jadi Rasulullah Saw

membatasi tujuan risalahnya pada akhlak, kemudian katai“liutammima”

(untuk menyempurnakan)adalah kata yang penting juga sebab Rasulullah

Saw menyebutkan dalam hadits yang lain bahwa beliau datang untuk

menyempurnakan risalah samawiyah yang terdahulu.3

Dari hadits di atas dapat dipahami bahwa tujuan utama diutusnya Nabi

Muhammad Saw hanyalah untuk membangun akhlak yang mulia atau

menciptakan manusia-manusia yang memiliki perilaku yang baik dan jujur.

Menurut iZuhairini bahwa akhlak merupakan bentuk proyeksi daripada

amalan ihsan, yaitu sebagai puncak kesempurnaan dari keimanan dan

keislaman seseorang.4 Dengan kata lain bahwa takwa dan akhlak sangat erat

kaitannya karena hakikat kemanusiaan yang tertinggi dihadapan Allah adalah

karena taqwanya, sedangkan di hadapan sesama manusiaadalah karena

akhlaknya. Untuk itu setiap manusia dituntut untuk menjadikan dirinya dan

lingkungannya sebagai individu dan lingkungan yang imemegang teguh

akhlak yang mulia.

3
Omar Mohammad Al-Toumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1979), 317.
4
Zuhairini, dkk.,51

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


3

Namun saat ini, pendidikan agama terlalu berat muatannya pada

konsep ritual (individu) belum menyentuh pada konsep sosial (akhlak) antar

sesama. Maka tidak mengherankan jika sejumlah perilaku menyimpang

pelajar seperti tawuran antar pelajar, pemakaian narkoba, juga perilaku

indispliner pelajar lainnya masih banyak di jumpai, fakta ini harus di respon

oleh semua pihak secara serius sesuai kapasitas dan kemampuannya masing-

masing, termasuk peran serta seluruh masyarakat untuk terlibat aktif dalam

menanamkaninilai-nilai agama kepada peserta didik.5

Pemberian pendidikan, khususnya pendidikan akhlak adalah sangat

penting bagi pembentukan sikap dan akhlak anak, agar menjadi anak yangbaik

karena pembentukan moral yang tinggiadalah tujuan utama dari pendidikan

Islam.6 berikutnya akhlak dalam pandangan agama Islam ialah suatu ilmu yang

dipelajari di dalamnya tentang tingkahlaku manusia, atau sikap hidup manusia

(the human conduct) dalam pergaulan hidup.7

Adapun pentingnya dipelajari “sikap hidup” manusia tersebut karena

manusia iadalah termasuk makhluk sosial atau makhluk berpolitik. Manusia

tidak bisa hidup menyendiri tanpa bantuan manusia yang lain. Oleh karena itu

tingkah laku atau sikap manusia dalam pergaulan hidup menimbulkan suatu

norma atau akibat yang dapat menguntungkan atau merugikan. Norma-norma

5
Badriah, “Pendidikan Agama Islam Belum Mencapai Tujuan” dalam www.yahoo.com TEMPO
Interaktif 24 November 2014.
6
M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Djohar Bustami, Aghani,
dan Johar Bahri, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), 24.
7
Zuhairini, dkk., ibid.51

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


4

di dalam akhlak disebut hukum budi yang bertugas menjelaskan imana yang

benar dan mana yang salah.8

Dalam rangka pemberian pendidikan akhlak semua menjadi tanggung

jawab setiap umat islam secara kafah. Sedangkan orang tua merupakan orang

yang pertama yang wajibbertanggungjawab dalam pemberian pendidikan

akhlak terhadap anaknya.

Imam Al-Ghazali mengemukakan tentang kewajiban orang tua, yaitu:

mengasuh dan mengajarnya, harus mendidik, dengan akhlak atau moral yang

tinggi serta imenjaganya dari lingkungan yang tidak baik.”9

Pernyataan al-Ghazali di atas dimaksudkan bahwa orang tua sebagai

orang yang ipaling dekat dan paling banyak berkumpul dengan anak memiliki

tugas dan kewajiban untuk menjadikan anaknya sebagaiorang yang bermoral

baik atau orang yang berakhlak mulia. Orang tua harus memberikan teladan,

memilihkan teman dan lingkungan yang baik bagi anaknya sehingga anak

dapat tumbuh dengan baik jasmani dan rohaninya. Dalam hal ini termasuk

juga memilihkan Madrasah yang baik.

Dalam kaitannya dengan persoalan pemberian pendidikan akhlak

kepada anak di madrasah, orang tua tidak boleh lepas tangan begitu saja sebab

masalah yang dihadapi tidaklah mudah disebabkan keterbatasan waktu yang

tersedia. Oleh sebab itu diperlukan kerjasama antara guru dan orang tua di

samping diperlukan adanya guru yang profesional yang dapat memberikan

pengetahuan dan pendidikan akhlak yang baik. Dalam hal ini yang paling
8
Zuhairini, dkk., 51.
9
M. Athiyah Al-Abrasyi,9.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


5

berperan adalah guru agama atau guru di bidang studi akhlak, sehingga

dengan keprofesionalannya ia dapat memecahkan dan mengatasi problematika

pendidikan akhlak pada anak.

Dalam proses pemberian pendidikan akhlak di sekolah, seringkali

ditemukan problem-problem ini tidak hanya bersumber pada anak didik saja

akan tetapi beberapa faktor lain ikut mempengaruhinya, misalnya factor

lingkungan, guru, orang tua, teman sepermainan, media elektronik dan

sebagainya.

Diantara contohnya adalah apabila orang tua anak ketika di rumah

mempunyai kebiasaan berkata kasar atau jorok, sedang di sekolah anak

dibiasakan berkata halus dan sopan, maka akan terjadi kontradiksi yang

mempengaruhi perkembangan anak.

Demikian juga media elektronik (televisi, film) yang menayangkan

gambar-gambar atau film yang tidak pantas dilihat oleh anak-anak yang sangat

berpengaruh dalam kehidupan dan perilaku anak sehari-hari. Kenyataan di

atas dapat dijadikan salah satu faktor terjadinya problem dalam pembetukan

akhlak anak.

Persoalannya sekarang adalah bagaimana madrasah dapat memberikan

pendidikan akhlak di madrasah dengan baik dalam waktu yang terbatas

tersebut sementara tantangan dan faktor-faktor yang dapat merusak akhlak

cukup banyak. Berdasarkan alasan itulah penulis terdorong untuk meneliti:

“Problematika Pendidikan Akhlak dan Upaya Mengatasinya Studi

Kasus di Madrasah AliyahAl-Badri Kotok Kalisat Kabupaten Jember”.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


6

B. Fokus Penelitian

Bertitik tolak dari Konteks penelitian di atas maka permasalahan yang

akan dibahas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana problematika pendidikan Akhlak di Madrasah Aliyah Al-

Badri?

2. Bagaimana upaya mengatasi problematika pendidikan Akhlak di Madrasah

Aliyah Al-Badri?

C. TujuanPenelitian

Sesuai dengan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui :

1. Mendeskripsikan Problematika pendidikan akhlak di Madrasah Aliyah Al-

Badri.

2. Mendeskripsikan upaya mengatasi problematika pendidikan Akhlak di

Madrasah Aliyah Al-Badri.

D. ManfaatPenelitian

1. Bagi Lembaga

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan dapat dijadikan

wacana untuk menambah pengetahuan khususnya itentang pendidikan

akhlak.

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dorongan kepada

masyarakat untuk berperan menciptakan suatu lingkungan yang bermoral,

sekaligus dapat dijadikan ibahan acuan bagi penelitian yang lain.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


7

3. Bagi guru bidang studi AqidahAkhlak

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan

informasi yang positif dalam meningkatkan pendidikan akhlak untuk

diaktualisasikanipada siswa-siswanya.

4. Bagi perguruan tinggi

Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil

kebijaksanaan yang lebih baik di masa yang akan datang. Terutama untuk

memberikan masukan dan tambahan informasi serta menyampaikan saran

yang mungkin bermanfaat ibagi fakultas tarbiyah, mengenai masalah yang

di hadapi dibidang pendidikan akhlak.

Pentingnya penelitian ini di lakukan adalah sekurang-kurangnya

ada empat sebab yang melatarbelakangii mengapa penelitian itu perlu

dilakukan, yaitu: (1) Kesadaran keterbatasan pengetahuan, pemahaman,

dan kemampuan (2) Pemenuhan rasa ingin tahu; (3) Pemecahan

masalah; dan (4) Pemenuhan pengembangan diri.

Pertama, penelitian didasarkan atas kesadaran keterbatasan

pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan. Manusia tinggal di

lingkungan masyarakat yang sangat luas. Dalam kehidupan yang sangat

luas tersebut banyak hal yang kita tidak ketahui, tidak jelas, tidak paham

sehingga menimbulkan kebingungan, karena pengetahuan, pemahaman

idan kemampuan manusia yang sangat terbatas, dibandingkan dengan

lingkungannya yang begitu luas. Bahkan iketidaktahuan, ketidakpahaman,

dan ketidakjelasan iterhadap sesuatu dalam kehidupannya, seringkali

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


8

menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan rasa terancam. Kesadaran atas

keterbatasan pengetahuan, pemahaman khususnya terkait Problematika

pendidikan akhlak yang ada di Madrasah Aliyah AL-Badri.

Kedua, penelitian dilakukan karena didorong oleh pemenuhan

kebutuhan rasa ingin tahu. Manusia memiliki dorongan atau naluri ingin

mengetahui tentang sesuatu di luar dirinya.iPengetahuan dan pemahaman

tentang sesuatu, menimbulkan rasa ingin tahu baru yang lebih luas, lebih

tinggi, lebih menyeluruh. Dorongan ingin tahu disalurkan untuk

menambah dan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman. Contohnya,

manusia selalu bertanya, apa itu, bagaimana itu, mengapa begitu, dan

sebagainya. Bagi ikebanyakan orang, jawaban-jawaban sepintas dan

sederhana mungkin sudah memberikan kepuasan, tetapibagi orang-orang

tertentu, para ilmuwan, peneliti, dan mungkin juga para pemimpin,

dibutuhkan jawaban yang lebih mendalam, lebih rinci dan lebih

ikomprehensif. Sementara dalam penelitian ini peneliti ada rasa ingin tau

lebih terkait problematika pendidikan akhlak di Madrasah Aliyah AL-

Badri, oleh karena itu peneliti imelakukan penelitian ini.

Ketiga, penelitian dilakukan untuk pemecahan masalah. Manusia di

dalamikehidupannya selalu dihadapkan kepada masalah, tantangan,

ancaman, dan bahkan kesulitan, baik di dalam dirinya, keluarganya,

masyarakat sekitarnya serta di lingkungan kerjanya.Pemecahan masalah

melalui penelitian.iPemecahan masalah dalam penelitian dilakukan secara

objektif, sistematis, menggunakan metode dan mengikuti prosedur, serta

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


9

berpegang pada prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah pengumpulan,

pengolahan data, dan pembuktian secara ilmiah. Oleh karena itu peneliti

melakukan penelitian ini dengan maksud agar bisa menemukan solusi atau

bisa memecahkan masalah yang terjadi terkait problematika pendidikan

akhlak di Madrasah Aliyah AL-Badri.

Keempat, pemenuhan pengembangan diri. Manusia merasa tidak

puas dengan apa yangtelah dicapai, dikuasai, dan dimilikinya. .Manusia

selalu .ingin yang .lebih. baik, .lebih sempurna, lebih memberikan

kemudahan, .selalu. ingin .menambah .dan .meningkatkan .“kekayaan”

.dan fasilitas .hidupnya. .Keinginan .manusia. yang.selalu.ingin.lebih.baik.

itu, ada.yang.dicapai. dalam .waktu.relatif.singkat. dengan .ruang .lingkup

yang. lebih. sempit. maupun. membutuhkan.waktu. yang cukup lama.

dengan.ruang. lingkup .yang. lebih.luas. dan.komplek. melalui. penelitian.

.Jadi. dengan diadakannya penelitian ini peneliti bermaksud ingin

mengembangkan kemampuan peneliti dalam hal penelitian secara spesifik

yang berhubungan erat dengan problematika pendidikan akhlak di

Madrasah Aliyah AL-Badri.

E. Definisi Istilah

Sebelum penulis menguraikan isi tesis, maka akan diawali dahulu

denganmemberi penjelasan pengertian berbagai istilah yang ada dari judul

tesis. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman interpretasi isi

keseluruhan tesis.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


10

Adapun definisi istilahnya seperti tercantum sebagai berikut:

1. Problematika Pendidikan Ahlak

a. Problematika
10
Problem adalah imasalah, persoalan. Masalahialah kesenjangan

antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam realita kenyataan, antara

apa yang diperlukan dan apaiyang tersedia, dan antara harapan dan

kenyataan. 11 Adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa

yang ada dalam realita di lapangan menjadi fokus dari kegiatan penelitian ini.

Jadi yang dimaksud problematika dalam penulisan tesis ini adalah

permasalahan-permasalahan yang terkait pendidikan Aklak di Madrasah

Aliyah AL-Badri.

Problematika adalah berbagai persoalan yang di hadapi oleh individu

maupun masyarakat yang mana antara harapan dan kenyataan tidak sesuai.

Dalam dunia pendidikan problematika yang menonjol ialah penyimpangan

tingkah laku peserta didik, dari apa yang mereka dapatkan di Madrasah tidak

isepenuhnya di laksanakan, misal pendidikan akhlak yang di terapkan di

Madrasah seakan-akan hanya formalitas dalam lingkungan Madrasah saja

dan sekolah itu tidak diterapkan d alam kehidupan sehari-hari.

b. Pendidikan

Pendidikan pada dasarnya ialah usaha secara sadar yang diarahkan

untuk mematangkan potensi fitrah manusia, agar supaya setelah tercapai

10
Hasan Alwi, et.al., Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 3-cet. 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 2002),
896.
11
Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Bandung: Citapustaka Media, 2007), 94.
Lihat juga Effi Aswita, Metode Penelitian Pendidikan (Medan: Unimed Press, 2012),7.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


11

kematangan itu, ia mampun memerankan diri sesuai dengan amanah yang

disandangnya, serta mampu mempertanggungjawabkan kepada Sang

Pencipta.

Kematangan yang dimaksudkan disini ialah sebagai gambaran dari

tingkat perkembangan optimal yang dicapai oleh setiap potensi ifitrah

manusia.12

Menurut Suparlan Suhartono Pendidikan merupakan proses perubahan

menuju pencerdasan, pendewasaan, serta pengamatan diri. cerdas dalam hal

perkembangan jiwa dan matang dalam hal berperilaku, dewasa dalam hal

perkembangan ibadan.13

c. Akhlak

Sedangkan pengertian akhlak menurut Ahmad Amin ialah kebiasaan

kehendak. Ini berarti kehendak itu bila dibiasakan akan sesuatu maka

kebiasaannya itu di sebut akhlak. Contohnya bila kehendak itu dibiasakan

memberi, maka ikebiasaan itu ialah akhlak dermawan, bila kehendak itu di

biasakan tepat waktu, maka kebiasaan itu adalah disipin dan berbagai contoh

lain sebagainya.

Setelah dipaparkan secara terpisah pengertian pendidikan dan

pengertian akhlak, maka dapat ditarik kesimpuan bahwa pendidikan akhlak

ialah pendidikan mengenaii dasar-dasar akhlak dan keutamaan tabiat,

perangai yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh peserta didik

semenjak masa analisa sampai menjadi seorang mukallaf, seseorang yang

12
Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada, 2001), 51.
13
Suparlan Suharsona, Filsafat Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2006), Cet.II, 80

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


12

telah siap mengarungi lautan kehidupan. Ia tumbuh dan berkembang dengan,

terdidik untuk selalu kuat, dan ingat bersandar berpijak pada landasan iman

kepada Allah, meminta pertolongan dan berserah diri kepada Allah , maka ia

akan memiliki potensi dan respon yang instingtif di dalam menerimai setiap

keutamaan dan kemuliaan. Di samping dari itu mereka terbiasa melakukan

akhlak imulia.14

Atau suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk

memberi pembimbingan, baik jasmani maupun rohani, melalui penanaman

nilai-nilai Islam, latihan moral, fisik serta menghasilkan perubahan ke arah

yang baik, yang nantinya dapat dilaksanakandi dalam kehidupan sehari-hari,

dengan kebiasaan bertingkah laku, berpikir dan berbudi pekerti yang luhur

menuju terbentuknya insan yang berakhlak al-karimah, di mana dapat

menghasilkan perbuatan atau pengalaman dengan mudah tanpa harus

direnungkan dan disengaja atau tanpa adanya pertimbangan dan pemikiran,

yakni bukan karena paksaan dari orang lain, adanya tekanan, atau bahkan

pengaruh-pengaruh yang indah dan perbuatan itu harus stabil dilakukan

berulang-ulang dalam bentuk yang sering sehingga bisa menjadi ikebiasaan.

Jadi kesimpulan dari pengertian problematika pendidikan akhlak di

atas adalah bermacam-macam masalah yang muncul sehubungan dengan

mendidik akhlak ipeserta didik yang mana antara harapan dan kenyataan tidak

sesuai.

14
Raharjo, dkk., Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer, (Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), 63.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


13

2. Upaya

Upaya menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) diartikan

sebagai usaha kegiatan yang mengarahkan tenaga, pikiran untuk mencapai

tujuan. Upaya juga berarti usaha, akal, ikhtiar untuk mencapai suatu maksud,

memecahkan ipersoalan mencari jalan keluar. 15 Menurut Tim Penyusunan

Departemen Pendidikan Nasional “upaya adalah usaha, akal atau ikhtiar

untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar,

dan sebagainya.

Poerwadarminta mengatakan bahwa upaya adalah usaha untuk

menyampaikan maksud, akal dan ikhtisar. Peter Salim dan Yeni Salim

mengatakan upaya adalah “bagian yang dimainkan oleh guru atau bagian dari

tugas utama yang harus dilaksanakan.16

Menurut Peter Salim dan Yeni Salim Upaya diartikan sebagai bagian

yang dimainkan oleh orang atau bagian idari tugas utama yang harus

dilaksanakan. 17 Dari pengertian tersebut dapat diambil garis besar bahwa

upaya adalah sesuatu hal yang dilakukan seseorang dalam mencapai

suatuitujuan tertentu.

15
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 1250
16
Peter Salim dan Yeni Salim, (2005) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Modern English
Press, 1187.
17
Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Modern English Press,
2002), 1187

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


14

Sedangkan pengertian dari Problematika pendidikan akhlak adalah

persoalan-persoalan atau permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh

dunia pendidikan, khususnya terkait dengan akhlak.18

Jadi dari beberapa pengertian Problematika iPendidikan Akhlak dan

Upaya mengatasinya di sini adalah berbagai masalah yang muncul terkait

dengan pendidikan akhlak serta bagaimana cara mengatasinya agar bisa

tercapai suatu tujuan tertentu.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah mamahami dan memperdalam masalah-

masalah yang akan dibahas, maka penulis akan menyajikan sistematika tesis

sebagaiberikut:

Bab pertama ; Pendahuluan, pada bab ini berisi konteks penelitian,

penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

sistematika pembahasan.

Bab kedua ; Pendidikan akhlak dan problematikanya, pada bab ini

memuat landasan teori yang terdiri dari dua sub bab yaitu: Sub bab pertama:

Problematika Pendidikan Akhlak, yaitu pengertian pendidikan akhlak, fungsi

dan tujuan pendidikan akhlak, dasar-dasar pelaksanaan pendidikan akhlak,

materi pendidikan akhlak dan macam-macam problematika pendidikan

akhlak.Sub bab kedua: upaya mengatasi Problematika Pendidikan Akhlak.

18
Mochtar Buchori. 1994. Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia. Yogyakarka: Tiara
Wacana Yogya, 46-47

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


15

Bab ketiga adalah Metode Penelitian. Pada bab ini terdiri dari

Pendekatan dan jenis penelitian, Kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber

data, metode pengumpulan data dan tahap-tahap penelitian

Bab keempat adalah Paparan data dan temuan hasil penelitian, Pada bab

ini terdiri dari tiga sub bab, yaitu: Sub bab pertama: tentang problematika

pendididkan akhlak di Madrasah Aliyah AL-Badri meliputi faktor pergaulan

yang salah, faktor tekhnologi faktor guru. Sub bab kedua: Upaya mengatasi

problematika Pendidikan Akhlak di Madrasah Aliyah Al-Badri, Sub bab

ketiga, membahas temuan hasil penelitian.

Bab kelima,ialah pembahasan dari hasil penelitian, pada bab ini,

pembahasan hasil penelitian, membahas hasil penelitian yang berisi diskusi

hasil penelitia. Bahasan hasil penelitian ini digunakan untuk membandingkan

dengan teori-teori yang sudah dibahas.

Bab ke enam, penutup yang berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam

melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang

digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian

terdahulu, penulis tidak menemukanpenelitian dengan judul yang sama seperti

judul penelitian penulis. Namun penulis mengangkat beberapa penelitian

sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis.

Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa tesis terkait dengan

penelitian yang dilakukan penulis.

1. Abdullah, 2012. Tesis. Judul “Problematika Pendidik dan Peserta Didik

dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Biau

Kabupaten Buol”. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam

problema pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran pendidikan agama

Islam, dan menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambat serta

merumuskan upaya mengatasi problematika pembelajaran pendidikan agama

Islam di SMA Negeri2 Biau Kabupaten Buol.

Sementara Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan kualitatif,

selanjutnya instrumen penelitian yang lakukan oleh peneliti sendiri dengan

menggunakan pendekatan pedagogis, psikologis, sosiologis dan filosofis.

Metode pengumpulan data yaitu, observasi, wawancara, dokumentasi, dan

trianggulasi, dengan sumber data primer adalah guru agama Islam dan peserta

16

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


17

didik. Adapun data sekundernya berupa data pendukung dari berbagai

literatur dan dokumen. Analisis data yang digunakaniyakni analisis data

kualitatif yang deskriftifkan dengan langkah reduksi data, penyajian data,

verfikasi data dan pengabsahan data dan penarikan kesimpulan secara

induktif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidik dan peserta didik

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 2 Biau

mengalami beberapa problema, yakni kompetensi pedagogik berupa

perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran dan pelaksanaan evaluasi

belum sepenuhnya dimiliki dan diterapkan oleh pendidik dalam

pembelajaran, rendahnya minat pendidiki dalam pengembangan diri untuk

meningkatkan pengetahuan di bidang ilmu keguruan, belum sepadan

pendapatan ekonomi pendidik dengan tugas guru yang emban, modul dan

media pembelajaran sangat terbatas. Hal lain yang paling mengganggu

konsentrasi pendidik dalam melakukan pembelajaran adalah intervensi

pemerintah daerah yang sudah melampaui abang batas kewenangan.

Problema peserta didik dalam pembelajaran adalah; rendahnya motivasi diri

untuk mengikuti pembelajaran mata pelajaran PAI, pemahaman terhadap

mata pelajaran PAI masihi relatif rendah, pengaruh informasi dan

komunikasi, serta kurangnya dukungan orang tua peserta didik.

2. Mastur,2012. Tesis. Judul “Problematika Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam pada SMA Negeri 1 Tolitoli Utara Kabupaten Tolitoli.” Tesis ini

membahas problematika pembelajaran pendidikan agama Islam pada SMA

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


18

Negeri 1 Tolitoli Utara berkaitan dengan guru, metode, media pembelajaran

dan minat anak didik dalam belajar.Lokasi penelitian adalah di SMA Negeri 1

Tolitoli Utara yang terletak di desa Laulalang kecamatan Tolitoli Utara, jenis

penelitian yang di gunakan adalah kualitatif naturalistik. Sementara Hasil

penelitian ini menggambarkan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan agama

Islam pada SMA Negeri 1 iTolitoli Utara kategori baik dalam hal, kualifikasi

pendidikan guru PAI S1 Keagamaan, dan dalam pelaksanaan pembelajaran

terlebih dahulu menyiapkan perangkat pembelajaran, namun dalam hal

penerapan metode dan pemanfatan teknologi pendidikan masih perlu

ditingkatkan.

3. Zulkarnain (03 PEKI 667), Tesis (2005)dengan judul “Problema

Pembelajaran Bahasa Arab di SMA Muhammadiyah I Medan”. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui problema pembelajaran Bahasa Arab

dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi problema pembelajaran Bahasa

Arab di SMA Muhammadiyah I Medan. Metode penelitiannya kualitatif.

Sampelnya adalah seluruh siswa kelas 3 SMA Muhammadiyah I Medan yang

berjumlah 86 orang, 1 orang guru Bahasa Arab dan kepala sekolah SMA

Muhammadiyah I Medan. Temuan penelitiannya adalah latar belakang

pendidikan siswa kebanyakan dari SMP dan ada yang belum mengenal

Bahasa Arab, belum pernah belajar di Madrasah atau SMP Muhammadiyah

sehingga menjadi problema dalam pembelajarani Bahasa Arab, siswa merasa

Bahasa Arab kurang penting dan upaya penanggulangan pembelajaran

Bahasa Arab adalah guru menugaskan siswa untuk menghapal kosa kata yang

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


19

telah diajarkan dan menganjurkan agar punya buku pelajaran Bahasa Arab.

2. 1 Tabel Penelitian Terdahulu

Nama peneliti Judul penelitian Hasil penelitian


Abdullah, 2012. “Problematika pendidik dan peserta didik
Pendidik dan Peserta dalam pembelajaran
Didik dalam pendidikan agama Islam
Pembelajaran di SMA Negeri 2 Biau
Pendidikan Agama mengalami beberapa
Islam di SMA problema, yakni
Negeri 2 Biau kompetensi pedagogik
Kabupaten Buol”. berupa perencanaan
pembelajaran, proses
pembelajaran dan
pelaksanaan evaluasi
belum sepenuhnya
dimiliki dan diterapkan
oleh pendidik dalam
pembelajaran, rendahnya
minat pendidik dalam
pengembangan diri untuk
meningkatkan
pengetahuan di bidang
ilmu keguruan, belum
sepadan pendapatan
ekonomi pendidik dengan
tugas guru yang emban,
modul dan media
pembelajaran sangat
terbatas. Hal lain yang
paling mengganggu
konsentrasi pendidik
dalam melakukan
pembelajaran adalah
intervensi pemerintah
daerah yang sudah
melampaui abang batas
kewenangan. Problema
peserta didik dalam
pembelajaran adalah;
rendahnya motivasi diri
untuk mengikuti
pembelajaran mata
pelajaran PAI,
pemahaman terhadap mata

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


20

pelajaran PAI masih


relatif rendah, pengaruh
informasi dan komunikasi,
serta kurangnya dukungan
orang tua peserta didik.

Mastur, 2012 Problematika Menggambarkan


Pembelajaran pelaksanaan pembelajaran
Pendidikan Agama Pendidikan agama Islam
Islam pada SMA pada SMA Negeri 1
Negeri 1 Tolitoli Tolitoli Utara kategori
Utara Kabupaten baik dalam hal, kualifikasi
Tolitoli. pendidikan guru PAI S1
Keagamaan, dan dalam
pelaksanaan pembelajaran
terlebih dahulu
menyiapkan perangkat
pembelajaran, namun
dalam hal penerapan
metode dan pemanfaatan
teknologi pendidikan
masih perlu ditingkatkan.

Zulkarnain, 2005 “Problema latar belakang pendidikan


Pembelajaran siswa kebanyakan dari SMP
Bahasa Arab di dan ada yang belum
SMA mengenal Bahasa Arab,
Muhammadiyah I belum pernah belajar di
Madrasah atau SMP
Medan”.
Muhammadiyah sehingga
menjadi problema dalam
pembelajaran Bahasa Arab,
siswa merasa Bahasa Arab
kurang penting dan upaya
penanggulangan
pembelajaran Bahasa Arab
adalah guru menugaskan
siswa untuk menghapal kosa
kata yang telah diajarkan dan
menganjurkan agar punya
buku pelajaran Bahasa Arab.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


21

Tabel 2.2
Perbandingan Penelitian Terdahulu
dengan Penelitian Sekarang

NO PENELI JUDUL PERSAMAAN PERBEDAAN


TI
1 Abdullah, “Problemat 1. Dalam
ika 1. Hanya
problematika
Pendidik menghususkan
pendidikan
dan Peserta problematika
2. Dalam upaya
Didik pendidikan
mengatasinya
dalam 3. Jenis penelitian 2. Adanya factor
Pembelajar pendukung dan
kualitatif
an penghambat
4. Analisis data
Pendidikan
Agama yang
3. menggunakan
Islam di digunakan
pendekatan
SMA yakni analisis pedagogis,
Negeri 2 data kualitatif psikologis,
Biau yang sosiologis dan
Kabupaten deskriftifkan filosofis
Buol”. dengan
langkah 4. Metode
reduksi data, pengumpulan data
penyajian data, yaitu, observasi,
verfikasi data wawancara,
dokumentasi, dan
dan
trianggulasi
pengabsahan
data dan
penarikan
kesimpulan
secara induktif

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


22

2 Mastur, Problematika 1. pengumpulan


Pembelajaran data di 1. membahas
Pendidikan lapangan problematika
Agama Islam menggunakan pembelajaran
pada SMA observasi, pendidikan agama
Negeri 1 wawancara, Islam
Tolitoli Utara dan 2. jenis penelitian
Kabupaten dokumentasi kualitatif naturalist
Tolitoli. 2. Data yang
dikumpulkan 3. pendekatan
di analisis dan pedagogik,
diverifikasi psikologis, dan
lalu menarik sosiologis
kesimpulan
yang bersifat
induktif.

3 zulkarnain Problema 1. upaya yang 1. Problema


Pembelajara dilakukan Pembelajaran Bahasa
n Bahasa untuk Arab di SMA
Arab di mengatasi 2. Sampelnya
SMA problema adalah
Muhammadi pembelajara seluruh
yah I n siswa kelas
Medan”.
3 SMA
Muhamma
diyah

B. Kajian teori

1. Problematika pendidikan Akhlak

a. Pengertian pendidikan akhlak

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang diarahkan

untuk mematangkan potensi fitrah manusia, agar setelah tercapai

kematangan itu, ia mampun memerankan diri sesuai dengan amarah yang

disandangnya, serta mampu mempertanggung jawabkan pelaksanaan

kepada Sang Pencipta. Kematangan di sini dimaksudkan sebagai

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


23

gambaran dari tingkat perkembangan optimal yang dicapai oleh setiap

potensi fitrah manusia.17Menurut Suparlan Suhartono Pendidikan adalah

merupakan sistem proses perubahan menuju pendewasaan, pencerdasan,

dan pengamatan diri. Dewasa dalam hal perkembangan badan, cerdas

dalam hal perkembanganjiwa dan matang dalam halberperilaku.18

Menurut Undang-undang RI Nomer 20 tahun 2013 Pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaranagar peserta didik secara aktif

mengembangkanpotensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masarakat, bangsa dan

Negara.19

Sementara itu, Binti Maunah menjelaskan pendidikan adalah usaha

sadar yang dilakukan, melalui kegiatan bimbingan pengajaran, atau

latihan, yang berlangsung di sekolah dan diluar sekolah sepanjang hayat,

untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan perananan

dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.20

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulakan bahwa

pengertian pendidikan adalah proses bimbingan secara sadar dan terencana

untuk menuju proses perubahan sikap dan tingkah laku menuju proses

17
Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada, 2001), 17l51.
18
Suparlan Suharsona, Filsafat Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2006), Cet.II, 80
19
Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003, System Pendidikan Nasional (Bandung: Citra
Umbara, 2003), 72
20
Binti Maunah, Landasan Pendidikan. (Yogyakarta: Teras, 2009)

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


24

perubahan sikap dan tingkah laku menuju pendewasaan yang dilakukan

sepanjang hayat.

Sedangkan kata akhlak merupakan kata yangmenunjukkan budi

pekerti ciri khas Islam. Akhlak merupakan bentuk jama’ dari khuluk,

artinya perangai, tabiat, rasa malu dan adat kebiasaan. Menurut Quraish

Shihab yang dikutip oleh Zainudin, “kata akhlak walaupun terambil dari

bahsa Arab ( yang bisa berartikan tabiat, peragai, kebiasaan bahkan

agama), namun kata seperti itu tidak ditemukan idi dalam al-Qur‟an.

Abudin nata yang dikutip oleh Zainudin menyebutkan. Dari sudut

kebagsaan, berasal dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar (bentuk

infinitive) dari kata “akhlaqa, yahliqi, ikhlaqan”, sesuai dengan

timbangan (wazan) tsulasi masjid”af’ala, yuf’ilu if’alan”, yang berarti

“alsajiyah”(peragai), ath-thabi’ah”(kelakuan) tabiat, watak dasar), “al-

adat‟ (kebiasaan, kelaziman), “al maru’ah’(peradaban yang baik), dan

“aldin”(agama). Namun akar kata “akhlak” dari “akhlaqa’ seperti yang

tersebut diatas tampaknya kurang pas, sebab isim masdar dari kata

“akhlaqa” bukan “ikhlaq”. Berkaitan dengan ini maka timbul pendapat

yang mengatakan bahwa secarai linguistic kata “akhlak” merupakan ism

jamid atau ismi ghair mustaq yaitu isim yang tidak memiliki akar kata,

melainkan kata tersebut memang sudah demikian. Kata “akhlaq” adalah

jamak dari kata “khilqun atau “khulqun”, yang artinya sama dengan arti

akhlaq sebagaiman telah disebutkan diatas. Pengertian akhlak secara

estimologis berasal dari kata “khuluq” dan jamaknya “akhlak” yang berarti

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


25

budi pekerti, etika, moral. Secara etimologis, akhlak berarti character,

deposition dan moral constitution. Al –Ghazali berpendapat bahwa

manusia memiliki citra rahiriah yang disebut dengan khalq, dan citra

batiniah yang disebut khulq. Khalq merupakan citra fisik manusia, sedang

khulq merupakan citra psikis manusia .berdasarkan kategori ini maka

khulq secara etimologi meiliki gambaran atau kondisi kejiwaan seseorang

tanpa melibatkan unsur lahirnya.

Menurut Ibn Maskawaih, sebagaimana yang dikutip oleh

Zahruddin AR dan Hasanudin Sinaga, memberikan arti akhlak adalah”

keadaan jiwa seseorang yang mendorognya untuk melakukan

perbuatanperbuatan tanpa melalui pikiran (lebih dulu)”. Bachtiar Afandi,

sebagaimana yang dikutip oleh Isngandi, menyatakan bahwa”akhlak

adalah ukuran segala perbuatan manusia utuk membedakan antara yang

baik dan yang tidak baik, benar dan tidak benar, halal dan haram.”

Menurut Al-Ghazali yang dikutip oleh Zainudin lebih lanjut menjelaskan

bahwa khulq adalah “suatu kondisi (hai’ah) dalam jiwa (nafs) yang suci

(rasikhah), dari kondisi itulah tumbuh suatu aktifitas mudah dan gampang

tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.”

Sedangkan Ibnu Maskawaih mendefinisikan khulq dengan suatu kondisi

(hal) jiwa (nafs) yang menyebabkan suatu aktifitas dengan tanpa

dipikirkan atau dipertimbangkan terlebih dahulu.21

21
Zainudin, (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2014), 25-28

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


26

Dari beberapa keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak

adalah peragai manusia yang mendorong dirinya untuk membedakan

melakukan perbuatan yang baik maupun buruk tanpa memerlukan

pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.

Sedangkan Pendidikan akhlak merupakan suatu proses mendidik,

memelihara, membentuk dan memberikan latihan mengenai akhlak dan

kecerdasan berfikir yang baik yang bersifat formal maupun informal yang

didasarkan pada ajaran-ajaran Islam. Dan pada system pendidikan Islam

ini khusus memberikan pendidikan tentang akhlak dan moral yang

bagaimana yang seharusnya dimiliki oleh seorang muslim agar dapat

mencerminkan kepribadian seorang muslim.22Islam memandang bahwa

pendidikan akhlak sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, bahkan

Islam menegaskan akhlak merupakan misinya yang paling utama.

Rasulullah saw. Banyak berdoa kepada Allah agar dirinya dihiasi akhlak

dan peragai yang mulia.

Menurut Abdullah Nashih Ulwan : Pendidikan Akhlak (moral)

adalah pendidikan mengenai dasar-dasar moral dan keutamaan peragai,

tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa

anak-anak sampai menjadi seseorang mukallaf, pemuda yang mengarungi

lautan kehidupan.23

Pendidikan akhlak adalah suatu pendidikan yang didalamnya

terkandung nilai-nilai budi pekerti, baik yang bersumber dari ajaran agama
22
Mahjudin, Kuliah Akhlak-Tasawuf, (Jakarta: Penerbit Kalam Mulia, 1991), .5
23
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Jilid 1, Semarang: CV Asyifa
1988), 174

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


27

maupun dari kebudayaan manusia.iBudi pekerti mencakup pengertian

watak, sikap, sifat, moral yang tercermin dalam tingkah laku baik dan

buruk yang terukur oleh norma-norma sopan santun, tata karma dan adat

istiadat, sedangkan akhlak diukur dengan menggunakan norma-norma

agama.24

Pendidikan akhlak dapat diartikan usaha sungguh-sungguh untuk

mengubah akhlak buruk menjadi akhlak baik. Dapat diartikan bahwa

akhlak itu dinamis, tidak statis.Terus mengarah kepada kemajuan dari

yang tidak baikmenjadi baik.25

Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulakan bahwa

pendidikan akhlak adalah suatu usaha yang dilakukan dengan proses

secara sadar dan terencana yang berupa bimbingan atau bantuan kepada

peserta didik yang didalamnya terkandung nilai-nilai budi pekerti dan

mengarah pada kemajuan dari yang tidak ibaik menjadi baik.

b. Dasar pendidikan akhlak dan tujuan pendidikan akhlak

1) Dasar pendidikan akhlak

a) Al-qur’an

Dalam agama Islam, landasan normatif akhlak manusia adalah al-

Quran dan as-Sunah. Di antaranya adalah firman Allah s.w.t., yaitu:

24
Ahmad, Implementasi Akhlak Qur’ani, (Bandung: PT Telekomunikasi Indonesia, 2002), 34
25
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) 274

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


28







Artinya: Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil,
“janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada
kedua orangtua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan
bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat dan
tunaikanlah zakat.”Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari),
kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi)
pembangkang.”(Alqur’an Surah al-Baqarah/2:83).

Maksud ayat di atas menurut Wahbah az-Zuhaili Jika seseorang

berbicara maka hendaklah ia berkata yang baik, dan senantiasa

membiasakan lisannya mengeluarkan hal-hala yang baik; karena

sesungguhnya ungkapan baik yang selalu mengiasi diri seseorang adalah

adab yang tinggi derajatnya, Allah telah mewajibkan hal ini kepada ummat

manusia seluruh : perhatikanlah ayat

memerintahkan kita untuk berkata baik kepada manusia tanpa

membedakan diantara mereka jenis kelamin, kewarganegaraan, warna

danagamanya.26

Dilain ayat yang terurai di atas, ada ayat yang menjadi landasan

untuk senantiasa berakhlak baik, yaitu surat al-Qalam ayat 4.



26
Referensi: https://tafsirweb.com/473-surat-al-baqarah-ayat-83.html

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


29

Dan sesungguhnya, engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti


yang luhur.” (Alqur’an Surah al-Qalam/68:4).

Akhir surah sebelumnya, berbicara tentang dua kelompok yang

saling bertolak belakang.satu dibinasakan dan satu diselamatkan. Di awal

surah ini dijelaskan sifat siapa yang akan mendapat keselamatan dan siapa

yang akan mendapat azab. Nùn. Demi pena yang biasa digunakan untuk

menulis oleh malaikat atau oleh siapa pun, dan juga demi apa yang mereka

tuliskan. Dengan karunia tuhanmu yang berupa risalah dan nubuwah,

engkau, wahai Nabi Muhammad sekali-kali bukanlah orang gila

sebagaimana yang dituduhkan oleh kaum musyrik.Dan sesungguhnya

berkat perjuangan dan kesabaranmu engkau pasti mendapat pahala yang

besar yang tidak putus-putusnya.Dan sesungguhnya engkau benar-benar

berbudi pekerti yang luhur. Karena tuhanmu yang mendidikmu dengan

akhlak al-Qur’an.27

b) Al Hadist

َ‫َلَّااللَّ ُه َعلَ ْي‬


َ ‫وُللَّ ِه‬ ُ َ‫س َح َّدثَنِيأَبِي َع ْن َجدِّي َع ْنأَبِي ُه َر ْي َرةَََقَال‬
ُ ‫سِِلَ َر‬
ُ ُ َ ‫َح َّدثَنَاأَبُو ُك َر ْيبٍ ُم َح َّم ُد ْبنُا ْل َع ََل ِء َح َّدثَنَا َع ْبدُاللَّ ِه ْبنُإِ ْد ِري‬

‫ارفَقَ َاُ ْلفَ ُم َوا ْلفَ ْر ُجقَا‬ َ ‫ُِِلَ َع ْنأ َ ْكثَ ِر َمايُد ِْخ َُللنَّا‬
َ َّ‫ُالن‬ َُ ‫سنُا ْل‬
ُ ‫خلُقِ َو‬ َ ‫ُلَّ َم َع ْنأ َ ْكثَ ِر َمايُ ْد ِخ َُللنَّا‬
ْ ‫ُا ْل َجنَّةَفَقَالَتَ ْق َوااللَّ ِه َو ُح‬ َ ‫ِه َو‬

َ‫س ُه َوا ْبنُيَ ِزي َد ْبنِ َع ْب ِدال َّر ْح َمنِ ْاَلَ ْو ِدي‬
َ ‫يح َغ ِريبٌ َو َع ْبدُاللَّ ِه ْبنُإِ ْد ِري‬ َ ٌ‫اح ِديث‬
ٌ ‫َ ِح‬ َ ‫ََلَبُو ِعي‬
َ ‫سا َه َذ‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad bin Al


Ala`, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris, telah
menceritakan kepadaku bapakku dari kakekku dari Abu Hurairah ia
berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya tentang
sesuatu yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, maka
beliau pun menjawab: “Takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia.”
Dan beliau juga ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan
orang ke dalam neraka, maka beliau menjawab: “Mulut dan kemaluan.”
27
https://quran.kemenag.go.id/index.php/tafsir/1/68/4. Selasa 25 juni 2019.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


30

Abu Isa berkata; Ini adalah hadis shahih gharib. Abdullah bin Idris
adalah Ibnu Yazid bin Abdurrahman Al Audi.i(H.R Tirmidzi)28

Hadis sahih yang diriwayatkan Imam Tirmidzi menempatkan

pendidikan akhlak sebagai pendidikan yang utama dan penting bagi setiap

muslim. Pendidikan akhlak yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw

diantaranya : rendah hati, berkasih sayang dengan sesama manusia, tidak

kikir, tidak sombong, ipengendalian emosi dan menjaga ucapan.

Keutamaan akhlak menjadi modal dasar dalam pergaulan sosial

setiap individu. Sedangkan pergaulan sosial merupakan kebutuhan setiap

manusia. Dalam Musnad Ahmad, Nabi Muhammad Saw memberikan

ilustrasi kehidupan ideal manusia, yaitu bergaul seperti lebah. Kehidupan

lebah adalah kehidupan sosial yang teratur, saling menghargai, saling

menghormati dan saling berkasih sayang.

Al Qur'an dan Hadits sebagai syari’at telah memberikan dasar yang

mendasari ajaran akhlak. Dari sumber tersebut jelas bahwa akhlak

bertujuan mendidik pribadi manusia supaya menjadi sumber kebaikan

dalam kehidupan masyarakatnya dan tidak menjadi pintu keburukan

meskipun terhadap seseorang, ia juga bertujuan menegakkan keadilan dan

menciptakan imasalah bagi semua pihak.

c) Dasar Peraturan Pemerintah

Dasar yang berasal dari peraturan-peraturan pemerintah, baik

secara langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan dasar dalam

28
http://localhost:81/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=hadist&kunci=mulut%20dan%20ke
maluan&imam=tirmidzi

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


31

pelaksanaan pendidikan dan pembinaan akhlak. Adapun dasar pendidikan

akhlak adalah dasar yang bersifat operasional, yaitu dasar yang secara

langsung mengatur tentang pelaksanaan pendidikan termasuk pendidikan

akhlak adalah UU Sisdiknas bab II 11 pasal 4 dinyatakanbahwa:

“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa


dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YME dan berbudi
pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan idan
kebangsaan:”29

2) Tujuan pendidikan akhlak

Tujuan merupakan suasana ideal yang ingin diwujudkan.Dalam

tujuan pendidikan, suasana ideal itu tampak pada tujuan akhir. Tujuan

akhir biasanya dirumuskan secara padat dan singkat, seperti terbentuknya

kepribadian muslim, kematangan dan integritas pribadi.30

Al Gulayani mengatakan bahwa pendidikan akhlak bertujuan

membentuk jiwa anak didik menjadi bermoral, berjiwa bersih, berkemauan

keras, bercita-cita besar, tahu akan arti kewajiban dan pelaksanaannya,

menghormati hak-hak orang lain, tahu membedakan mana yang baik dan

buruk, memilih keutamaan karena cinta keutamaan, menghindari suatu

perbuatan yang tercela karena memang hal itu tercela dan selalu ingat

kepada Allah setiap melakukan pekerjaan.31

29
Nursalim, dkk., Metodologi Pendidikan Agama Islam, Buku Kedua, (Jakarta: Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam, 2002),. 5.
30
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al Ma’arif, 1989), 49.
31
Darmuin (ed.), Pemikiran Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 1999), 121.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


32

Menurut M. Ali Hasan, tujuan pendidikan akhlak adalah agar

setiap orang berbudi pekerti (berakhlak), tingkah laku (tabiat), berperangai

atau beradat istiadat yang baik yang sesuai idengan ajaran Islam.32

Kemudian menurut Barnawie Umarie, tujuan pendidikan akhlak

adalah agar tercipta hubungan yang baik dan harmonis antara sesama

manusia dengan sesama makhluk.33

Menurut Amin Syukur tujuan diajarkannya akhlak adalah: a)

Terwujudnya taqwa terhadap Allah. b) Kemuliaan jiwa c) Cinta terhadap

kebenaran dan keadilan secara teguh dalam tiap ipribadi muslim.34

Secara umum, dapat diklasifikasikan tujuan pendidikan akhlak

sebagai berikut:

a. Mengajarkan kepada manusia agar dapat hidup bermasyarakat tanpa

merasa disakiti dan menyakiti kepada orangi lain.

b. Untuk menentukan batas antara yang baik dan buruk, antara yang terpuji

dan yang tercela.

c. Membentuk orang-orang yang beramal baik, keras kemauan, sopan bicara

dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan perangai, bersifat bijaksana,

sopan dan beradab,ikhlas, jujur dan suci.35

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, tujuan pendidikan akhlak

adalah terciptanya kesempurnaan akhlak dari masing-masing individu,

32
M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), 11.
33
Barnawie Umarie, Materi Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1978), 2.
34
Amin Syukur, Pengantar Studi Akhlak, (Semarang: Duta Grafika, 1987), 76.
35
M. Athiyah al Ibrasyi, Dasar-Dasar Pendidikan Islam, terj. Bustain al Ghani, dkk., (Jakarta:
Bulan Bintang, 1993), 104.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


33

baik akhlak kepada Allah SWT, Rasulullah, sesama manusia, diri sendiri,

lingkungan danterhadap mahluk lainnya.

Adapun secara spesifik pendidikan akhlak bertujuan:

a. Menumbuhkan pembentukan kebiasaan berakhlak mulia dan beradat

kebiasaan yang baik.

b. Memantapkan rasa keagamaan pada siswa, membiasakan diri berpegang

pada akhlakmulia dan membenci akhlak yang rendah.

c. Membiasakan sisa bersikap rela, optimis, percaya diri, emosi, tahan

menderita dan sabar.

d. Membimbing siswa ke arah sikap yang sehat dan dapat membantu mereka

berinteraksi sosial yang baik, mencintai kebaikan untuk orang lain, suka

menolong, sayang kepada yang lemah, dan menghargai orang lain.

e. Membiasakan siswa bersopan santun dalam berbicara dan bergaul baik di

sekolah maupun di luar sekolah.

f. Selalu tekun beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah dan

bermuamalahyang baik.36

c. Problematika pendidikan akhlak

adapun arti dari problematika menurut Nur kholif hasim

berpendapat: (1). Problematika adalah mengandung masalah. (2)

problematika dari kata problem adalah masalah sosial dan belum

iterjawab.37Sedang penulis berpendapat bahwa problematika merupakan

36
Chatib Thoha, Saifudin zuhri,dkk., metodologi pengajaran Agama, (fakultas tarbiyah,
yogyakarta: pustaka pelajar, 1999), 136.
37
Nur Khoif Hasim. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakata: Balai pustaka, 1991, 229.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


34

kata yang berasal dari istilah ilmiah, yang artinya sama dengan masalah,

dan masalah dalam pengertianya adalah tidak sesuai antara harapan dan

kenyataan. Sedangkan pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia

untuk membinakepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarkat

dan kebudayaan. dan akhlak ialah kebiasan atau kehendak.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahama bahwa

problematika pendidikan akhlak adalah segala kendala yang dihadapi

siswa untuk mencapai suatu usaha yang dilakukan dalam menanamkan

keyakinan dari lubuk hati, guna mencapai tingkah laku yang baik dan

terarah serta menjadikan sebagai suatu kebiasaan baik menurut akal

maupun syara’.

Oleh karena itu, pendidikan tidak hanya di bebani tugas

mencerdaskan anak didik dari segi kognitif saja, akan tetapi kecerdasan

dari segi afektif dan psikomotorik dan tugas ini harus sangat diperhatikan.

Dalam hal ini beban pendidikan yang berkaitan dengan kecerdasan afektif

siswa adalah upaya membina moral (akhlak) peserta didik. Moral yang

diharapkan adalah moral yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan

yang disandarkan pada keyakinan beragama. Akan tetapi untuk

mewujudkan hal tersebut dewasa ini tampaknya banyakkendala yang harus

dihadapi.

munculnya isu kemerosotan martabat manusia (dehumanisasi)

yangmuncul akhir-akhir ini, dapat diduga akibat krisis moral. Krisis moral

terjadiantara lain akibat tidak imbangnya kemajuan IPTEKS di era

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


35

globalisasi. Dengan demikian, sentuhan aspek moral atau akhlak dan budi

pekerti menjadi sangat kurang. Demikian pula, sentuhan agama yang

salahsatu cabang kecilnya adalah akhlak atau budi pekerti menjadi sangat

tipis dan tandus. Padahal roda zaman terus berputar dan berjalan, budaya

terus berkembang, teknologi berlari pesat, dan arus informasi global bagai

tidak terbatas dan tidak terbendung lagi.38

Di era globalisasi ini yang disertai dinamika pertumbuhan budaya

dan pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi lebih melahirkan persaingan

dalam berbagai hal, baik itu dalam bidang ideologi, ekonomi, maupun

kemasyarakatan. Pokok persoalan yang mendasar adalah terletak pada

inovasi kebudayaan setidaknya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,

seperti: materialisme, hedonisme, dan lain sebagainya yang sedikit

banyakmempengaruhi nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.Perubahan

tersebut dapat menggeser bahkan menggantikan tata nilai tiap masyarakat,

sehingga menimbulkan perubahan sosial (social change). Dengan

perubahan itu timbulsuatu permasalahan-permasalahan baru, utamanya

dalam dunia pendidikan akhlak.

Hasil teknologi yang menjadi sorotan atau kambing hitam pada

masakini yang berkaitan dengan pendidikan akhlak (moral) diantaranya

adalah televisi, film dan media massa. Banyaknya tulisan-tulisan, bacaan-

bacaan, lukisan-lukisan, siaran-siaran, kesenian-kesenian, permainan-

permainan yangseolah-olah mendorong anak mudah kejurang kemerosotan

38Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi pekerti dalam perspektif perubahan, Jakarta:Bumi
Aksara, 2007, h, 160.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


36

moral. Dari berbagai hasil teknologi tersebut baik secara langsung maupun

tidak langsung berpengaruh besar dalam perubahan tingkah laku atau

perkembangan watakdan jiwa anak. Hal ini menjadikan problem dalam

mengantisipasinya dari tiga penanggung jawab pendidikan (rumah,

sekolah, masyarakat) secara berkesinambungan dan terpadu.

Zakiyah Daradjat menyatakan bahwaPendidikan agama adalah

unsur terpenting dalam pendidikan moral dan pembangunan mental,

karena itu pendidikan agama harus dilaksanakan secar intensif di rumah,

sekolah dan masyarakat.39

Di samping beberapa problematika di atas, problematika yang

berasal dari keluarga juga merupakan problem yang sangat mendukung

kemerosotan moral. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sudarsono:

Oleh karena sejak kecil anak dibesarkan oleh keluarga dan untuk
seterusnya, sebagian besar waktunya adalah di dalam keluarga, maka
sepantasnyalah kalau kemungkinan timbulnya deliquency itu sebagian
besar juga berasal dari ikeluarga.40

Apabila pola asuh terhadap anak dalam rumah tangga yang tidak

sesuai, hal ini akan berpengaruh terhadap perkembangan anak. Menurut

ahli-ahli kriminologi, baik dari madzhab psikoanalistik maupun madzhab

sosiologi, kedua madzhab tersebut sependapat bahwa lingkungan

kehidupan keluarga merupakan faktor pembentuk dan paling berpengaruh

bagi perkembangan mental, fisik, dan penyesuaian sosial anak dan remaja.

39
Zakiyah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Toko Gunung
Agung,1996, 65.
40
Sudarsono, op. cit., 20.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


37

Berbagai penjelasan problema pendidikan akhlak di atas dapat

disimpulkan yaitu sebagai berikut:

a. Pengajaran guru hanya berorintasi mencerdaskan anak didik dari segi

kognitif saja, akan tetapi kecerdasan dari segi afektif dan psikomotorik

masih kurang.

b. Krisis moral terjadiantara lain akibat tidak imbangnya kemajuan IPTEK

di eraglobalisasi.

c. Hasil teknologi yang menjadi sorotan atau kambing hitam pada masakini

yang berkaitan dengan pendidikan akhlak (moral) diantaranya

adalahtelevisi, film dan media massa.

d. yang berasal dari keluarga juga yaitu pola asuh anak yang tidak sesuai.

Kelemahan yang muncul dalam rangka upaya memecahkan atau

menanggulangi masalah kemerosotan moral budi pekerti anak diantaranya

sebagai berikut :

1. Pada tataran pemerintah, baru hanya sebatas membuat peraturan, belum

sampai pada upaya optimal dalam menanggulangi kemerosotan moral dan

budi pekerti anak.

2. Kondisi ekonomi di Indonesia yang terpuruk imenimbulkan krisis disegala

bidang termasuk bidang pendidikan.

3. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia juga memberi dampak yang

cukup signifikan dalam tuntutan ekonomi keluarga sehingga para orang

tua walaupun mengerti tentang pentingnya menanamkan nilai-nilai moral

dan budi pekerti pada anak, tetapi kurang bisa menerapkan pada anak.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


38

4. Era globalisasi sangat berpengaruh pada pergeseran nilai-nilai dan budi

pekerti anak. Hal ini diiringi oleh kemajuan teknologi informatika yang

bergerak maju dalam hitungan detik. Pada era ini, kejadian dibelahan

dunia yang satu akan dapat langsung diikuti dan diketahui oleh belahan

dunia lainnya. Anak menjadi demikian kritis atas nilai-nilai moral yang

diajarkan oleh keluarga atau yang diperlihatkan oleh para elit birokrat atau

pemerintahnya.

5. Teladan para birokrat atau elit politik terasa demikian kurang. Nilai-nilai

moral yang mereka pertunjukkan di depan mata anak-anak bangsa

sedemikian riskan dan fulgar diketahui oleh anak tersebut kondisi ini

menjadi titik lemah yang cukup fatal bagi usaha para pendidik, baik

disekolah maupun dirumah untuk menanamkan nilai-nilai moral atau budi

pekerti yangagung.

Situasi demikian itu jelas tidak menguntungkan bagi

perkembangan anak. Anak bagaikan ayam yang kehilangan induknya

berkembang tanpa pengawasan orang tua. Bahkan adanya kecenderungan

dari orang tua yang hanya memperhatikan pemenuhan kebutuhan anak

yang bersifat jasmani/ biologis semata dan mengesampingkan segi

rohaninya (kasih sayang, pengertian), besar pula pengaruhnya bagi

perkembangananak.

Di lingkungan sekolah pendidikan pada kenyataannya

dipraktekkan sebagai pengajaran yang sifatnya verbalistik. Pendidikan

yang terjadi di sekolah formal adalah dikte, diktat, hafalan, tanya jawab,

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


39

dan sejenisnya yang ujung-ujungnya hafalan anak di tagih melalui evaluasi

tes tertulis. Kalau kenyataannya seperti itu berarti anak didik baru mampu

menjadi penerima informasi belum menunjukkan bukti telah menghayati

nilai-nilai Islam yang diajarkan. Pendidikan akhlak seharusnya bukan

sekedar untuk menghafal,namun merupakan upaya atau proses, dalam

mendidik murid untuk memahami, mengetahui sekaligus menghayati dan

mengamalkan nilai-nilai Islam dengan cara membiasakan anak

mempraktekkan ajaran Islam dalam kesehariannya. Ajaran Islam sejatinya

untuk diamalkan bukan sekedar dihafal, bahkan lebih dari itu mestinya

sampai pada kepekaan akan amaliah Islam itu sendiri sehingga mereka

mampu berbuat baik dan menghindari berbuat jahat.41

Situasi dan kondisi lingkungan masyarakat, keluarga, sekolah

sebagaimana dipaparkan sebelumnya, tentu akan sangat rentan bagi

tumbuhnya perilaku agresif dan menyimpang di kalangan siswa. Hampir

setiap hari kita dapat saksikan dalam realitas sosial banyak perilaku

menyimpang yang dilakukan oleh siswa, seperti menurunnya moral dan

tatakrama sosial dalam praktik kehidupan sekolah, maupun masyarakat,

yang pada dasarnya tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya lokal

yang dianut masyarakatsetempat.

Melihat fenomena tersebut masih banyak problem yang harus

diselesaikan meliputi metode dan pendekatan untuk menyampaikan esensi

dan klasifikasi ajaran Islam yang harus di utamakan. Ajaran Islam harus

41
A. Qodri A. Azizy, Pendidikan (Agama) untuk Membangun Etika Sosial, Semarang :Aneka Ilmu,
2003, Cet. II, 64-65.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


40

mencerminkan perilaku keseharian dan kepribadian sekaligus

spiritualisme dalam hubungan antara manusia dan khalik-Nya.

Lebih lanjut lagi imenurut Azyumardi Azra ada tujuh

permasalahan problematika pendidikan Akhlak di sekolah yang krusial

untuk segera ditangani,42yaitu :

1) Arah pendidikan telah kehilangan objektivitasnya

sekolah dan lingkungannya tidak lagi merupakan tempat peserta didik

melatih diri untuk berbuat sesuatu berdasarkan Akhlak dan budi pekerti.

dengan kata lain terdapat kecenderungan ketidakpedulian terhadap nilai dan

moral yang dipraktekan peserta didik; terdapat keengganan di lingkungan guru

untuk menegur peserta didik yang melakukan perbuatan amoral dan asusila.

Khususnya di perkotaan, banyak guru yang merasa kurang memilki wibawa

yang memadai untuk menegur anak didiknya, karena mungkin dari tingkat

sosial-ekonomis lebih tinggi daripada gurunya.

2) Proses pendewasaan diri tidak berlangsung baik di lingkungan sekolah atau

Madrasah.

Lembaga pendidikan kita umumnya cenderung lupa pada fungsinya

sebagai tempat sosialisasi dan pembudayaan peserta didik. Padahal sekolah

selain berfungsi pokok untuk mengisi kognitif, afektif, dan psikomotorik

peserta didik, juga bertugas untuk mempersiapkan mereka meningkatkan

42
Azyumardi Azra, Pendidikan Akhlak dan Budi Pekerti: Membangun Kembali Anak Bangsa.
Makalah dalam Konvensi Nasional Pendidikan Tahun 2000, (Jakarta; Universitas Negeri, 2000)

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


41

kemampuan merespon dan imemecahkan masalah dirinya sendiri maupun

orang lain, yang berarti pendewasaan diri.

3) Proses ipendidikan di sekolah atau Madrasah sangat membelenggu peserta

didik, bahkan juga para guru. Hal ini bukan hanya karena formalisme

sekolah, bukan hanya dalam hal administrasi, tetapi juga dalam PBM yang

cenderung sangat ketat, juga karena beban kurikulum yang sangat berat.

4) Beban kurikulum yang demikian berat, lebih parah lagi hampir sepenuhnya

diorientasikan pada pengembangan ranah kognitif belaka, dan itu pun

disampaikan melalui delivery system. Sedangkan ranah afeksi dan

psikomotorik tidak mendapat perhatian untuk pengembangan sebaik-baiknya.

5) Meskipun ada materi yang dapat menumbuhkan rasa afeksi seperti mata

pelajaranagama, umumnya disampaikan dalam bentuk verbalisme, yang juga

disertai dengan rote-memorizing. Akibatnya mata pelajaran agama

cenderungdiketahui dan dihafalkan.

6) Pada saat yang sama para peserta didik dihadapkan pada nilai-nilai yang

sering bertentangan. Pada satu pihak mereka belajar pendidikan agama untuk

bertingkahlaku yang baik, jujur, hemat, rajin, disiplin, dan sebagainya, tetapi

pada saat yang sama ternyata banyak orang di lingkungan sekolah justru

melakukan hal-hal dii luar itu, termasuk di kalangan sekolah sendiri.

7) Selain itu para peserta didik juga mengalami kesulitan dalam mencari contoh

teladan yang baik idiilingkungannya.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


42

Selain dari yang sudah di jelaskan di atas ada beberapa faktor yang

dapat merusak akhlak siswa diantaranya yaitu:

a. Pergaulan yang salah

Pergaulan adalah kontak langsung antara satu individu dengan

individu lain, atau atara pendidik dan anak didik. Pergaulan sesama siswa

yang menjadi topik pada pembahasan ini memerlukan perhatian lebih, agar

antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya dapat berinteraksi dengan

baik. Dalam hal ini Pergaulan sesama siswa diartikan sebagai interaksi serta

pengaruh timbal balik antar sesama siswa dalam mencapai suatu tujuan.43

Pergaulan teman-teman yang ada disekeliling siswa, misalnya teman

sekelas sangat besar pengaruhnya terhadap diri siswa itu sendiri, karena

teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.

Jika teman-teman di sekeliling siswa “selalu menunjukan sikap dan prilaku

yang simpatik, dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin

khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi menjadi

daya dorong yang positifi bagi kegiatan belajar siswa.44

Teman bergaul memang bukan satu-satunya komponen yang

mempengaruhi semangat belajar siswa di sekolah. Masih banyak lagi hal- hal

yang mempengaruhi belajar siswa di sekolah seperti guru, tenaga

administrasi, lingkungan sekolah sendiri dan lain-lain. Tetapi keberadaan

teman-teman yang berada disekeliling siswa lebih menarik perhatian siswa

dari pada yang lainnya. Teman bergaul yang tidak baik akan sangat fatal
43
Abdullah Idi, Loc., Cit., 83.
44
Muhibbin Syah, Psikologi Umum Dengan Pendekatan Baru, Bandung, Remaja Rosda Karya,
1999. 137

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


43

akibatnya bagi siswa. Tidak jarang ditemukan siswa bolos sekolah, berkelahi,

tidak mengerjakan tugas sekolah atau bahkan sampai putus sekolah karena

pengaruh teman-teman. Hal ini dikarenakan “pengaruh-pengaruh dari teman

bergaul siswa ilebih cepat masuk kedalam jiwanya dari pada yangkita duga.

Demikian juga lingkungan sekolah, siswa saling berinteraksi, baik dalam

kelas, maupun diluar kelas.45 Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik

bagi siswa, begitu juga sebaliknya, teman gaul yang jelek pastii

mempengaruhi yang bersifat buruk juga.” 46

Teman bergaul yang tidak baik sangat besar ancamannya bagi siswa.

Teman bergaul yang tidak baik misalnya yang suka bergadang, ngeluyur,

pecandu rokok, film, minum-minuman, lebih-lebih teman bergaul lain jenis

yang amoral, pemabuk dan lain-lainnya, pasti akan menyesatkan siswa

keambang bahaya dan pastilah belajarnya jadi berantakan.47

Itulah sebabnya, pergaulan siswa itu harus terus menerus dikontrol

untuk menjaga agar tidak mendapatkan pengaruh yang jelek dari

pergaualannya. Pengontrolan itu hendaknya dilakukan secara bijaksana,

supaya tidak mendapatkan akibat sampingan, yang kurang kita

perhitungkan.Dalam sebuah hadits Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam

menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman dalam sabda beliau:.

Artinya :”Diriwatkan dari Muhammad bin Ala’ dari Buraidi dari Abi
Burdah Abi Musa Radiaallahu’anhu dari Nabi SAW berkata: “Permisalan
teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi
dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu
minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan
45
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial,Jakarta, Balai Pustaka, 2002. 14
46
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial,Jakarta, Balai Pustaka, 2002. 18
47
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial,Jakarta, Balai Pustaka, 2002. 71.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


44

kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan


pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun
tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari
5534 dan Muslim 2628).48

Imam Muslim rahimahullah mencantumkan hadits di atas dalam bab

anjuran untuk berteman dengan orang shalih dan menjauhi teman yang buruk.

Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa dalam hadits ini terdapat

permisalan teman yang shalih dengan seorang penjual minyak wangi dan

teman yang jelek dengan seorang pandai besi. Hadits ini juga menunjukkan

keutamaan bergaul dengan teman shalih dan orang baik yang memiliki akhlak

yang mulia, sikap wara’, ilmu, dan adab.Sekaligus juga terdapat larangan

bergaul dengan orang yang buruk, ahli bid’ah, dan orang-orang yang

mempunyai sikap tercela lainnya.

Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah mengatakan : “Hadits ini


menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang dapat merusak
agama maupun dunia kita. Hadits ini juga mendorong seseorang agar bergaul
dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat idalam agama dan
dunia.” .49

Pergaulan juga mempunyai peranan yang sangat penting dan

mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam merusak akhlak peserta didik

sebagaimana ungkapan Asy-Syaihk Al-Zarnuji di dalam kitab Ta’lim Al-

Muta’allim Thoriq Al-Ta’allum mengatakan dalam sya’irnya:

‫عنَالمرءَُتساءلَوابَرََقرانهَ=َفكلََقرانَباالمقارنَيقتدى‬

Artinya: jika kalian ingin tau tentang seseorang maka cukuplah kau
lihat teman akrabnya, karena setiap teman bias di lihat dari temannya karena
48
Abu Abdullah Bin Ismail Bin Ibrahim Al-Bukhori, Shahih Bukhori 1-3, Kairo,
Darubnulhaitsamira, 2004. 666
49
http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/pengaruh-teman-bergaul.html

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


45

sesungguhnya teman itu mengikuti siapa dia berteman.50

Jika di pahami sya’ir diatas yaitu bahwa jika ingin mengetahui

seseorang apakah dia orang baik atau bukan maka tak usah untuk bertanya

kepada orangnya ataupun kepada orang lain tapi cukuplah kau lihat dengan

siapa dia berteman maka dengan mengetahui teman mereka maka kita akan

mudah mengetahui orang itu karena sesungguhnya teman itu mempunyai

pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan seseorang jika temannya baik

maka kebaikan itu akan mengalir jika buruk maka keburukan itu juga akan

mengalir. Sebagaiamana perkataan Asy-Syaikh Al-Zarnuji di dalam

Sya’irnya menyampaikan:

َ‫َُتَحبَالكسَلنَفىَحاَُتهَ=َكمَصالحَبفسادَاخرَيفسد‬

Artinya: janganlah kalian bergaul dengan seseorang yang pemalas di


dalam segala hal baik dalam waktunya maupun dalam perilakunya,
banyak orang yang baik karena kerusakan satu orang maka rusaklah
orang baik tersebut.”51

Pengertian dari sya’ir diatas yaitu bahwa kita di larang untuk

berteman dengan orang yang pemalas, baik dia malas dalam melakukan

sesuatu ataupun dia malas di segala waktu untuk melakukan sesuatu yang

bermanfaat karena begitu banyak orang yang awalnya baik dan rajin namun

mereka bias menjadi malas dan bersikap buruk karena sebab dari berteman

dengan orang yang buruk dan malas. Sebagaimana di lanjutkan oleh sya’ir

50
Asy-Syaikh Al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’allim Thariq Al-Ta’allum, (Surabaya:Al-Haramain,
2002), 15.
51
Asy-Syaikh Al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’allim Thariq Al-Ta’allum, (Surabaya:Al-Haramain,
2002), 16.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


46

sesudahnya yang berbunyi:

َ‫عدوالبليدَالىَالجليدَُريعةَ=َكاالجمرَيوضعَفىَالرمادَفيحمد‬
Artinya: adapun bermusuhnya orang yang bodoh dengan orang yang
pandai sangatlah cepat layaknya bara api yang di tancapkan ke tanah
maka cepatlah kematiannya”.52

Maksud dari sya;ir di atas yaitu bahwa orang yang pandai dengan

orang yang bodoh merupakan dua kekutan yang saling bermusuhan artinya

saling mempengaruhi selayaknya api yang di masukkan ke dalam tanah maka

api itu akan mati seketika tanpa menuggu waktu lama, demikian pula dari

pergaulan jika kita bergaul dengan orang baik maka kebaikan itu akan cepat

menular sebaliknya jika kita bergaul dengan dengan orang yang buruk maka

keburukan itu akan cepat menular pada diri kita.

b. Tehnologi Handpond

Teknologi berasal dari kata Yunani techno yang artinya keterampilan atau

seni, dari kata inilah diturunkan kata teknik dan teknologi. Teknik artinya cara

atau metode untuk memperoleh keterampilan dalam bidang tertentu sedangkan

teknologi mempunyaiarti; (1) penerapan ilmu untuk petunjuk praktis, (2) cabang

ilmu tentang penerapan tersebut dalam praktek dan industri, dan (3) kumpulan

cara untuk memenuhi obyek dari kebudayaan.53

Teknologi saat ini juga memudahkan dalam proses komunikasi baik pada

jarak yang dekat maupun jarak yang jauh sehingga komunikasi lebih efektif.

Teknologi mengambil peranan penting dalam berkomunikasi. Menurut ‟Brien

52
Asy-Syaikh Al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’allim Thariq Al-Ta’allum, (Surabaya:Al-Haramain,
2002), 16.
53
Ansita dkk., Teknologi Industri Media dan Perubahan Sosial, (Malang: Program Studi Magister
Sosiologi Pascasarjana UMM, 2010),85.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


47

perilaku manusia sosioteknologi terdiri dari lima komponan perilaku manusia dan

teknologi dalam berinteraksi meliputi: (1) struktur masyarakat, (2) sistem dan

teknologi informasi, (3) masyarakat dan budaya, (4) strategi komunikasi, dan (5)

proses sosial.54

Media teknologi komunikasi merupakan perangkat teknologi (hardware

maupun software) yang dipergunakan untuk mendukung proses informasi dan

komunikasi. Fasilitas media teknologi komunikasi memudahkan orang untuk

saling berinteraksi, meskipun dipisahkan oleh jarak geografis, tetapi dengan

bantuan media interaksi idapat dilaksanakan dengan mudah.55

Perkembangan teknologi komunikasi saat ini begitu cepat, setiap hari pasti

selalu ada informasi terbaru tentang perkembangan tersebut. Sebagai contohnya

adalah berkembangnya berbagai macam jenis telepon, dari jenis telepon kabel

sampai jenis nirkabel, seperti Handy Talky (HT), telepon seluler (ponsel), dan

PDA.

Saat ini handphone merupakan benda elektronik dan paling banyak

dipakai dan menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Handphone mampu

memperpendek jarak yang jauh, sehingga dapat saling berkomunikasi pada saat

bersamaan. Handphone membantu komunikasi antar individu dan bahkan antar

kelompok dengan berbagai fasilitas layanan yang disediakan oleh jasa

telekomunikasi. Keberadaan handphone kini sudah mengalahkan telepon kabel.

Teknologi seluler selalu berkembang terus dan tidak pernah akan berhenti disatu

54
Ansita dkk., Teknologi Industri Media dan Perubahan Sosial, (Malang: Program Studi Magister
Sosiologi Pascasarjana UMM, 2010), 111.
55
Ansita dkk., Teknologi Industri Media dan Perubahan Sosial, (Malang: Program Studi Magister
Sosiologi Pascasarjana UMM, 2010), 116

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


48

titik. Teknologi berkaitan erat dengan desain dan kualitas suatu produk sehingga

masyarakat tidak akan jenuh dengan teknologi yang isemakin canggih.

Namun ada beberapa dampak negatif handphone, adapun dampak

negatifnya adalah :

a. Membuat peserta didik malas belajar

Anak-anak yang sudah kecanduan handphone, maka setiap saatnya

hanya bermain handphone saja. Mereka tidak lagi berfikir pada hal yang lain.

Bagi mereka handphone merupakan teman setia yang setiap ke mana-mana

selalu dibawa, rasanya tidak lengkap tanpa handphone di genggamannya. Pada

saat belajar di rumah, peserta didik mendampingi buku dengan handphone.

Pada awalnya mendengarkan musik atau mp3 untuk menciptakan suasana

belajar yang nyaman akan tetapi ketika bunyi telepon atau sms (short messege

service)maka buku itu ditinggalkan peserta didik berpaling ke handphone.

Mereka malas belajar dan lebih senang teleponan, smsan dan bermain game.

Keberadaan handphone memanng sangat penting bagi kehidupan di zaman era

globalisasi seperti sekarang ini. Tapi jika ternyata handphone disalahgunakan

maka akan berdampak negatif. Seperti handphone yang semestinya belum

diberikan kepada peserta didik tetapi sudah diberikan, kalau memang jika

peserta didik bisa memanfaatkan sesuai fungsinya maka itu sangat baik tapi

tidak sedikit peserta didik yang menyalahgunakan handphone dari fungsinya

dan pada akhirnya handphone tersebut dapat mengganggu proses belajar

sehingga dapat menurunkan prestasi belajar mereka.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


49

b. Mengganggu konsentasi belajar peserta didik

Konsentrasi adalah tingkat perhatian kita terhadap sesuatu, dalam

konteks belajar berarti tingkat perhatian peserta didik terpusat terhadap segala

penjelasan atau bimbingan yang diberikan guru. Seharusnya ketika seorang

guru sedang memberikan materi pelajaran seluruh perhatian peserta didik

harus terfokus kepada penjelasan guru tersebut. Akan tetapi sering sekali

handphone yang mereka punya menjadi salah satu penyebab konsentrasi

peseta didik menurun, bagaimana tidak ketika seorang guru sedang

menjelaskan pelajaran peserta didik lebih asyik memainkan handphone seperti

smsan dengan temannya, main games, bahkan update status di jejaring sosial

facebook dan lain sebagainya. Akibat dari itu semua saat evaluasi atau

ulangan, peserta didik tidak bisa menjawab soal akhirnya mendapat nilai yang

buruk, dan hal itulah yang menyebabkan proses belajar gagal.56

c. Mengganggu perkembangan anak diantaranya:

1) Fitur-fitur yang tersedia di handphone seperti : kamera, games, gambar, dan

fasilitas yang lain, mudah mengalihkani perhatian peserta didik dalam

menerima pelajaran di sekolah (kelas).

2) Peserta didik mudah disibukkan dengan memanggil/ menerima panggilan,

sms, miscall dari teman mereka bahkan dari keluarga mereka sendiri.

3) Dengan handphone dapat untuk melakukan kecurangan dalam ulangan.

4) Dengan handphone peserta didik dapat mudah mengirim/ menerima baik

tulisan maupun gambar yang tidak baik dan tidak selayaknya dikonsumsi

56
Bunga Kehidupan, Pengaruh Handphone terhadap Pelajar,www.bbawor.blogspot.com, Jakarta
(diakses tgal 18 Februari 2018).

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


50

pelajar. Kalau hal tersebut dibiarkan, maka peserta didik akan dewasa sebelum

waktunya, dan peserta didik yang kita hadapi imerupakan peserta didik yang

taat dan patuh pada permainan teknologii handphone. 57

d. Sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan perilaku.

Jika tidak ada kontrol dari guru dan orang tua. Alat komunikasi

handphone bisa digunakan untuk menyebarkan gambar-gambar yang

mengandung unsur negatif yang tidak layak dilihat seorang pelajar dan pada

akhirnya sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan prilaku mereka.

e. Pemborosan

Dengan mempunyai alat komunikasi handphone, maka pengeluaran

kita akan bertambah, apalagi kalau handphone hanya digunakan untuk hal-hal

yang tidak bermanfaat maka hanya akan menjadi pemborosan. Dengan

anggaran orang tua yang serba minim ipara peserta didik memaksa orang

tuanya untuk dapat dibelikan handphone. Belum lagi para pelajar setelah itu

harus meminta uang kepada orang tua untuk membeli pulsa setiap bulan

bahkan setiap hari.58Kebanyakan pelajar sekarang itu tidak mempunyai buku

dengan alasan tidak punya uang, tetapi idibalik itu kalau urusan “membeli

pulsa” tidak ada kata “tidak punya uang.

57
Beatus Mendelson Laka, “Dampak Penggunaan handphone terhadap perilaku belajar peserta
didik”. Jurnal Paedagogika dan Dinamika Pendidikan Vol 7, No 2 (Agustus 2012), 19.
58
Uswatun, Dampak Positif dan Negatif HP bagi Pelajar,
http://www.edukasi.kompasiana.com(diakses tanggal 18 Februari 2018)

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


51

c. Guru

Di dalam masyarakat, dari terbelakang sapai yang paling maju guru

memegang peran penting hampir tampa kecuali. Guru merupakan suatu

diantara pembentukan-pembentukan utama calon warga masarakat.59

Secar leksikal guru di artikan sebagi “orang yang pekerjaanya atau

mata pencahriannya mengajar”. Dalam sederhana guru adalah orang yang

memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Sedangkan dalam UU RI

No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menegaskan bahwa

pendidikan merupakan tenega perofesional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

pembimbingan, pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada

masarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi.60

Menurut Zakiah Darajat guru adalah pendidik perfesional karena

secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian

tanggung jawabnya pendidikan yang telah dipikul dipundaki para orang tua.61

Mereka ini tatkala meyerahkan anaknya ke sekolahan, sekaligus berarti

pelimpahan sebagai tanggung jawab pendidikan anak kepada guru, hal itu

menunjukan pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya

kepada sembarang sekolah karena tidak sembarang orang imenjabat guru.

Dalam islam guru adalah perofesi yang sangat mulia, karena pendidikan

adalah salah satu tema sentral Islam. Nabi Muhamad sendiri sering di sebut

sebagai “pendidik manusia”, seorang guru seharusnya bukan hanya sekedar

59Akhyak, Profil Pendidikan Sukses, (Surabaya : Elkaf, 2005), 1


60 Akhyak, Profil Pendidikan Sukses, (Surabaya : Elkaf, 2005), 1
61 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,2006), 39

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


52

tenaga pengajar, tetapi sekaligus pendidik. Karena itu dalam Islam, seorang

menjadi guru bukan karena ia telah memenuhi kualifikasi keilmuan dan akademis

saja, tetapi lebih penting lagi harus terpuji akhlaknya. Dengan demikian, seorang

guru bukan hanya mengajar ilmu-ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih penting pula

membentuk watak dan pribadi anak didiknya dengan akhlak dan ajaranajaran

islam.

Guru bukan hanya sekedar memberi ilmu pengetahuan kepada anak

didiknya, tetapi merupakan sumber ilmu moral. Yang akan membentuk seluruh

pribadi anak didiknya, menjadi manusia yang berakhlak mulia, karena itu

eksistensi guru saja mengajar tetapi sekaligus mempraktekkan ajaran-ajaran dan

nilai-nilai pendidikan Islam.62Guru berpengaruh dalam proses belajar mengajar.

Oleh karena itu harus betul-betul membawa siswanya kepada tujuan yang ingin

dicapai. Guru harus menguasai anak didiknya, guru harus berpandangan luas dan

karakter bagi guru harus memiliki kewibawaan. Guru yang mempunyai

kewibawaan berarti memiliki kesungguhan yaitu suatu kekuatan yang dapat

memberi kesan dan pengaruh terhadap apa yang telah dilakukan, setiap seorang

yang akan menjadi seorang guru harus mempunyai keperibadian dan akhlakul

karimah, di samping punya kepribadian dan akhlakul karimah yang sesuai dengan

ajaran Islam, guru agama kususnya guru akidah akhlak lebih dituntut lebih

mempunyai akhlak mulia/ akhlakul karimah.

Guru merupakan orang yang pertama yang mempunyai pengaruh yang

sangat besar terhadap perilaku peserta didik oleh karena itu seorang guru harus

62
Akhyak, Profil pendidik, 2.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


53

mempunyai sikap yang baik dan perilaku yang baik agar supaya menjadi contoh

dan bias di tiru oleh peserta didik hal ini sesuai dengan perkataan Asy-Syaikh Al-

Zarnuji dalam kitab Ta’lim Al-Muta’allim Thariq Al-Ta’allum sebagai berikut:

‫فينبغى ان يختار االعلم و االورع واالسن‬

Artinya: Sangat pantas bagi pencari ilmu untuk memilih seorang guru
yaitu 1) yang lebih alim 2) yang lebih wara’ 3) yang lebih tua.63

Maksud dari perkataan Asy-Syaikh Al-Zarnuji di atas adalah bahwa

seorang pencari ilmu agar supaya tidak sembarangan dalam memilih guru karena

bila salah dalam memilih guru maka apa yang menjadi cita-citanya tidak akan

tercapai yaitu bahwa seorang guru yang harus di pilih adalah. Pertama, seorang

guru harus orang yang jauh lebih pandai, lebih pintar, lebih menguasai pada

bidang ilmudan lebih tau segalanya dari peserta didik. Bagaimana bisa mungkin

pesesrta didik akan bertambah lebih pandai jika gurunya tidak mempunyai

pengetahuan yang luas. Kedua.Seorang guru harus lebih wara’ yaitu lebih bisa

menjaga dari sesuatu yang di larang oleh agama baik perkataannya maupun dalam

tindakannya. Artinya jika seorang guru tidak bias menjaga dari sesuatu yang di

larang oleh agama baik apa yang di lakukannya maupun yang di ucapkannya oleh

karena itu seorang guru harus bisa menjaga dari segala tindakan ataupun sikap

yang tidak pantas dan perkataan yang tidak baik, bagaimana mungkin peserta

didik bisa berperilaku yang sopan dan berkata yang baik jika guru tidak mampu

meberikan contoh perilaku dan perkataan yang baik. Ketiga, seorang guru lebih

tua usianya dari seorang murid karena ini juga mempunyai pengaruh yang besar

63
Asy-Syaikh Al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’allim Thariq Al-Ta’allum, (Surabaya:Al-Haramain,
2002), 13.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


54

terhadap peserta didik dalam artian jika seorang guru sudah lebih tua secara umur

dan lebih matang daripada peserta didik maka di harapkan mereka jauh lebih

matang secara akal dan lebih berpengalaman sehingga apabila ada sebuah

permasalahan yang di hadapi peserta didik di harapkan guru bisa mengatasinya.

Disamping dari itu semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang

sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran disekolah. Guru sangat berperan

dalam membentuk perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan

hidupnya secara optimal. Keyakinan ini muncul karena manusia mahluk lemah,

yang dalam perkembanganya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir

bahkan pada saat meninggal. Semua itu menunjukan bahwa setiap orang

membutuhkan orang lain dalam perkembanganya, demikian halnya peserta didik,

ketika orang tuai mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh

harapan terhadap guruh, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.64

Suparlan menyebutkan seperti yang di kutip iNgainun Naim peran dan

fungsi guru secara anonim drngan EMASLIMDEF (educator, manager,

administrator, supervisor, leader, inovator, motivator, dinamissator, evaluator, dan

fasilitator). 65

Agar guru dapat mencapai hasil maksimal dalam menjalankan perannya

dalam pembelajaran, terdapat beberapa hal yang mempengaruhinya.

pertama, dari segi kualifikasi, guru perlu mempunyai kelayakan akademik

yang tidak di buktikan dengan igelar dan ijasah, tetapi harus di tempuh oleh

kualitas yang unggul dan prefesional.


64
E. Mulyasa, Menjadi guru prefesional Menciptakan Pembelajaran yang Kreatif dan
menyenangkan,(PT Remaja Rosdakarya : 2008), hal. 35
65
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif,(Yogyakarta :Pustaka Pustaka, 2009), hal. 33

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


55

Kedua, dari segi kepribadian guru iharus mempunnyai kepribadian tinggi,

yang di landasi dengan akhlak mulia. Guru bukan hanya menyampaikan ilmu,

tetapi juga imenjadi suri tauladan bagi murid dan masyarakat.

Ketiga, dari segi pembelajaran, guru perlu memahami ilmu teori dan

peraktek pendidikan dan kurikulum, sehingga mampu mendesain pembelajaran

dengan baik, mampu mengimplementasikan program pembelajaran dengan seni

pembelajaran yang efektif, mampu mengefaluasi pembelajaran secara potensial,

dan sebagai titik akhirnya adalah mampu menghantarkan pembelajaran siswa

dengan isukses.

keempat , dari segi sosial, guru sebagai pendidik perlu memiliki kepekaan

sosial dalam mengadapi fenomena sosial sekitarnya, karena guru adalah salah satu

elemen masyarakat yang memiliki sumber daya yang berbeda kualitasnya di

banding dengan elemen masyarakat iyang lain.

Kelima, dari segi religius, guru perlu memiliki komitmen keagaman yang

tinggi, yang di manifestasikan secara cerdas dan kereatif dalam kehudupannya.

Religius ini akan memperkukuh terhadap karakteristik dan iexsistensi dirinya.

Keenam, dari segi pisikologi, guru perlu memiliki kemampuan mengenal

perkembangan ijiwa anak baik dalam maupun aspek intelektual, emosional, dan

juga spritual. Pengembangan secara proposional terhadap ketiga aspek kecerdasan

tersebut perlu mendapat perhatian oleh guru secara maksimal.

Ketujuh, dari segi strategik, guru perlu memperkaya diri dengan metode,

pendekatan, dan tehnik pembelajaran yang lebih memiliki kehandalan dalam

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


56

menghantarkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.66

2. Upaya mengatasi problematika pendidikan akhlak

Dalam kamus etismologi kata Upaya memiliki arti yaitu yang

didekati atau pendekatan untuk mencapai suatu tujuan.67Sedangkan dibuku

lain menjelaskan bahwa pengertian upaya yaitu suatu usaha, akal atau ikhtiar

untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, dan mencari jalan

keluar.68Dalam hal ini upaya yang dimaksud oleh peneliti yaitu usaha sekolah

dalam meningkatkan akhlak peserta didik. Namun ada beberapa problematika

pendidikan akhlak yang ada di sekolah ataupun Madrasah diantarnya 1) factor

pergaulan yang salah 2) factor tekhnologi Handpond 3) factor guru. Oleh

karena itu ada beberapa bentuk upaya untuk menagatasi problematika

pendidikan akhlak tersebut di antaranya:

a. Factor pergaulan yang salah

1. Sikap yang kurang baik

Al Ghazali menolak pendapat orang yang mengatakan bahwa akhlak

tidak dapat berubah karena tabiat itu tidak bisa berubah dengan

mengemukakan dua argumen :

Pertama,Al khuluq adalah bentuk batin sebagaimana al khalqu adalah

bentuk dhahir. Fisik yang dhahih itu tidak mampu dirubah; yang pendek tidak

mampu menjadikan dirinya panjang, yang panjang tidak bisa menjadikan

66
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif,(Yogyakarta :Pustaka Pustaka, 2009), 34-35.
67Muhammad Ngajenan, Kamus Etismologi Bahasa Indonesia, (Semarang: Dahara Prize, 1990),
177.
68
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1988),. 995.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


57

dirinya pendek, dan yang jelek pun tidak mampu memperbagus rupanya,

begitu pula dengan batin yang jelek, ia berjalan sebagaimana yang dhahir;

tidak bisa dirubah dan iberubah.

Kedua,mereka mengatakan, kebaikan akhlak itu hanya melenyapkan

syahwat dan emosi. iKami sudah mencoba berulangkali dengan perjuangan

yang panjang, dan kami tahu bahwa itu termasuk tuntutan dari tabiat, maka ia

tidak akan terputus dari anak adam. Menyibukkan diri dengan hal ini hanya

membuang-buang waktu tanpa manfaat. Yang dituntut adalah memutus

perhatian hati kepada bagian-bagian yang disegerakan (dunia), tetapi

wujudnya tidak mungkin ada (mustahil).

Kemudian al Ghazali membantah pendapat mereka dengan

mengatakan:

“Seandainya akhlak tidak mengalami perubahan, maka wasiat,


nasehat, dan ipendidikan tidak berarti apa-apa. Dan Rasulullah
Shallallâhu ‘alaihi wa sallam tidak akan pernah bersabda, “Hassinû
akhlâqakum, perbaikilah akhlak-akhlak kalian.”Al Ghazali
melanjutkan, “Bagaimana hal itu dipungkiri pada akhlak manusia,
padahal perbaikan akhlak pada hewan saja dapat terjadi. Sebab, al
bazi (sejenis burung predator) dapat diubah dari hewan yang liar
menjadi hewan yang jinak. Anjing yang rakus juga bisa dididik,
menahan diri dan beretika. Begitu pula dengan kuda dari hewan liar
menjadi hewan yang jinak dan patuh. Semua ini imerupakan contoh
iperubahanakhlak.”69

maka kata al Ghazali “Memang kita itidak bisa melenyapkan dan

memaksakan hilangnya emosi dan syahwat secara total hingga tidak

membekas sama sekali; kita tidak akan mampu. Tetapi kalau kita

69.
Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali, Ihya’ ‘Ulûmiddîn, 60.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


58

mengekangdan mengendalikankeduanya dengan riyadhah dan mujahadah,

kita mampumelakukannya.”70

Al Ghazali berpendapat bahwa tujuan mujahadah dan riyadhatun

nafs di dalam mendidik akhlak bukan mengekang instink yang ada pada

dasar biologis manusia, semisal syahwat dan emosi, serta melenyapkan

dan menghapus keduanya secara total. Tetapi tujuan mujahadah dan

pendidikan akhlak adalah mengendalikan dan mendorongnya ke arah yang

normal. Syahwat dan emosi merupakan kebutuhan yang penting dan

bermanfaat bagi manusia. Al Ghazali mengungkapkan:

“Jika syahwat makanan terputus, maka manusia akan mati; jika


syahwat seksual mati, maka proses berketurunan akan terputus; dan jika
emosi tidak ada secara total, maka manusia tidak dapat membela dirinya
dari sesuatu yang imenghancurkan, hingga akibatnya ia akan hancur.”71

Jadi, menurut Al Ghazali, akhlak mengalami perubahan; atau

dengan kata lain, akhlak dapat diperoleh imelalui proses ibelajar dan dapat

pula diubah melalui proses belajar.72 Yaitu, dengan mendorong jiwa untuk

melakukan perbuatan-perbuatan yang dituntut oleh akhlak yang dimaksud.

70.
Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali, ibid, 60.
71.
Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali, ibid, 61.
72
Sekalipun demikian, al Ghazali tidak memungkiri adanya pengaruh bawaan. Pasalnya, dia
menjelaskan bahwa akhlak yang baik disebabkan oleh kekuatan akal dan kesempurnaan hikmah
yang normal; juga karena kekuatan emosi dan syahwat yang normal; serta ketaatannya terhadap
akal dan syariat sekaligus. Normalitas ini didapatkan melalui dua jalan, yaitu
: Pertama, kemurahan ilahi dan kesempurnaan fitri, dimana manusia diciptakan dan diberi
kesempurnaan akal dan akhlak yang baik serta cukup untuk menguasai syahwat dan emosi, bahkan
keduanya dicipta dengan seimbang dan tunduk kepada akal dan syariat sehingga ia menjadi tahu
tanpa melalui proses pengajaran dan terdidik tanpa perlu pendidikan. Kedua, akhlak tersebut
diperoleh melalui mujahadah (mendekatkan diri kepada Allah) dan riyâdhatun nafs (olah batin);
maksud saya, membawa jiwa untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dituntut akhlak yang
seharusnya. Misalnya, orang yang ingin memperoleh akhlak kedermawanan, maka caranya dengan
membiasakan diri melakukan perbuatan derma, yaitu mengeluarkan harta. Ia harus menuntut diri
melakukan hal itu dengan konsisten dan bersungguh-sungguh, sehingga watak dermawan itu
menjadi miliknya dan ia mampu melakukannya dengan mudah. Ibid, 62.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


59

Maka barangsiapa –misalnya- yang ingin mendapatkan akhlak dermawan,

maka ia harus berusaha untuk berlaku derma dengan mengeluarkan

hartanya sehingga itu menjadi ikarakternya.73

Sekalipun manusia dikaruniai akal yang menjadi sarana untuk

berpikir dan merenung tentang tujuan hidup di dunia, tetapi tetap saja ada

di antara mereka yang lebih memperturutkan hawa nafsunya sehingga

lambat dalam menerima kebenaran dan nasehat. Perilakunya pun

terkadang jauh lebih hina daripada binatang ternak. Ini adalah fakta dan

diakui oleh siapa saja. itak terkecuali, al Ghazali.

Sedangkan teori tentang metode untuk mendidik akhlak, al Ghazali

mempermisalkan kasus sehat dan sakitnya badan sebagai contoh untuk

menjelaskan sehat dan sakitnya jiwa. Beliau mengatakan:

“Sesungguhnya kesehatan badan ada pada normalitas kondisinya,


dan sakit badan bersumber dari kecenderungan kondisi badan untuk
menjauhi normalitas. Demikian pula, normalitas pada akhlak merupakan
kesehatan jiwa, dan kecenderungan untuk menjauhi normalitas adalah
penyakit atau gangguan.”74

Maka, Al-Ghazali menawarkan Pertama,Mujâhadah dan

Riyâdhatun Nafs75sebagai cara untuk mengobatinya :

73
Zaki Mubarak, al Akhlâq ‘indal Ghazâlî, Cet. I, 1408 H/ 1988 M, Darul Jîl, Beirut,156.
74
Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali, 65.
75
Kiranya, kita pun harus ber-mujahadah untuk memperbaiki akhlak-akhlak kita. Ibnu Mubarak,
sebagaimana yang diabadikan oleh Ibnul Jauzi di dalam kitab monumentalnya, Shifatus Shafwah,
pernah memberikan nasehat yang berbunyi, “Innash shâlihîna fîmâ madhâ kânat anfusuhum
tuwâtîhim ‘alal khairi ‘afwan, wa inna anfusanâ lâ takâdu tuwâtînâ illâ ‘ala karhin fa yanbaghî
lanâ an nakrahahâ,“Sesungguhnya orang-orang shalih sebelum kita terbiasa melakukan kebaikan
dengan sukarela, sedangkan jiwa-jiwa kita hampir tidak bisa terbiasa berbuat kebaikan kecuali
dengan dipaksa, maka kita pun harus memaksanya.” (lih. Ibnul Jauzi, Shifatus Shafwah, ditahqiq
dan dita’liq oleh Mahmud Fakhuri dan Dr. Muhammad Rawwas al Qal’ahji, Darul Ma’rifah,
Lebanon-Beirut, Cetakan tanpa tahun, Juz IV, hlm. 145, dan Ibnul Jauzi, Ensiklopedi

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


60

Maksud dari mujâhadah dan riyâdhatun nafs dalam mendidik

akhlak, menurut al Ghazali adalah mendorong jiwa untuk melakukan

amalan-amalan yang dituntut oleh akhlak yang dituntut. 76 maknanya, cara

untuk memperbaiki jiwa adalah dengan menghilangkan berbagai kenistaan

dan akhlak buruknya, serta meraih keutamaan dan akhlak-akhlak yang

baik, sebagaimana cara untuk imengobati anggota badan yang sakit adalah

dengan menghilangkan penyakit dan mengusahakan kesembuhannya.Al

Ghazali mengemukakan:

“Kondisi badan yang umum adalah yang normal. Perut terancam


bahaya karena makanan-makanan, keinginan-keinginan dan berbagai
kondisi. Demikian pula, semua anak kecil dilahirkan dalam keadaan fitri,
tetapi kedua orang tuanya yang menjadikannya Nashrani, Yahudi atau
Majusi. –Atau dengan kata lain, melalui proses pembiasaan dan
pendidikan, maka kenistaan-kenistaan diperoleh. Badan pada mulanya
tidak diciptakan dalam keadaan kurang sempurna, tetapi ia menjadi
sempurna dan kuat melalui proses pertumbuhan dan pemeliharaan dengan
makanan. Demikia pula jiwa, ia diciptakan dalam keadaan kurang, yang
bisa mengalami kesempurnaan. Jiwa mengalami kesempurnaan melalui
proses pendidikan dan pengajaran akhlak serta santapan ilmu. Jika
mengubah kenormalan badan yang sakit hanya dapat diatasi dengan
lawannya –misalnya, panas dengan dingin atau sebaliknya, dingin dengan
panas—begitu pula akhlak buruk yang merupakan penyakit hati juga dapat
diobati dengan lawannya. Oleh karena itu, penyakit kebodohan diobati
dengan belajar, penyakit bakhil diobati dengan berusaha dermawan,
penyakit sombong diobati dengan sikap rendah hati, dan penyakit rakus
diobati dengan mengurangi iselera makan.”77

Setelah itu, al Ghazali memperingatkan bahwa mengobati hati atau

jiwa itu lebih utama daripada mengobati badan yang sakit. Karenanya

sakitnya badan hanya akan berujung kepada kematian sementara sakitnya

hati –wal ‘iyadhu billah- akan mengekal isetelah mati selama-lamanya.

Hikmah, Penyusun : Ibnu Abdil Bari, Cet. I, Agustus 2011, Pustaka Arafah, Solo, hikmah nomor
501, 296).
76
Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali, 62.
77
Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali, 65.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


61

Tetapi, bila perilaku sudah menjadi karakter dan mengakar kuat di

dalam jiwa, maka harus digunakan metode tadrij (bertahap) yaitu dengan

memindahkan si individu dari akhlak yang buruk menuju akhlak lain yang

lebih ringan, dan terus seperti itu hingga akhirnya ia terbebas dari akhlak

buruk yang harus dihilangkan. Cara seperti ini, menurut al Ghazali, dapat

diterapkan pada semua akhlak buruk. Misalnya, jika seseorang melihat

kerakusan menguasai dirinya, maka ia harus berpuasa dan mengurangi

makan. Setelah itu, ia harus memaksakan diri menyediakan makanan yang

enak dan memberikannya kepada orang lain dan ia sendiri tidak boleh

memakannya, sehingga jiwanya kuat menghadapi hal itu. Alhasil,

kesabaran menjadi ikebiasaan dan kerakusan akan imenghilang.78

Kedua, dengan memilih pergaulan yang baik dalam hal ini Al-

Ghazali memberi cara memilih teman di dalam kitab Bidayah Al-hidayah

yaitu:

‫االولى العقل فال خير فى صحبة االحمق الثانية حسن الخلق فال تسحب من‬

‫ساء خلقه الثالثة الصالح فال تصحب فاسقا مصرا على معصية كبيرة الرابعة ال‬

‫تصحب حريصا فصحبة الحريص على الدنيا سم قتيل الخامسة الصدق فال تصحب‬

‫كذابا فانك منه على غرور‬

Artinya: Pertama, Carilah teman yang berakal sehat maka tidak


sangat tidak baik jika kita berteman dengan orang yang bodoh. Kedua,
baik perangainya maka janganlah kalian bergaul dengan orang yang
buruk perangainya.Ketiga, carilah teman yang baik maka janganlah
kalian bergaul dengan orang yang fasiq, orang yang menetapi dalam hal
ma’siat yang besar kepada Allah SWT.Keempat, janganlah kalian bergaul
dengan orang yang tama’ pada dunia, karena sesungghuhnya orang yang

78
Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali, ibid,66.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


62

tama’ pada dunia maka mereka racun yang mematikan.Kelima,


bergaullah dengan orang yang jujur maka janagnlah berteman dengan
orang yang suka berbohong karena sesungguhnya dari sifat bohong kau
akan tertipu”.79

3. Mengkonsumsi Minuman keras

Mengacu pada beberapa permasalahan di atas, ada beberapa upaya

yang perlu dilakukan terhadap remaja, terutama remaja menengah ke bawah.

Pertama, pemberian edukasi secara masifterkait bahaya miras oplosan,

yaitu bisa melalui media massa seperti TV, dalam bentuk iklan atau dalam

acara yang diminati remaja, bisa juga dengan melibatkan tokoh masyarakat,

tokoh agama, serta tokoh dalam komunitas remaja.

Kedua, penguatan fungsi keluargamisalnya dengan menghidupkan

program semacam PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga). Edukasi

mengenai keberfungsian keluarga dapat diberikan kepada orang tua, terutama

ibu, melalui program tersebut.

Ketiga, pengupayaan untuk menutup peluang bagi pengaruh negatif

masuk dalam kehidupan remaja.Keinginan remaja untuk diakui dan dilihat

hebat bisa diarahkan pada kegiatan positif. Faisal (2017) menemukan bahwa

keberadaan ruang publik, khususnya di daerah rural, dapat menambah

pengaruh positif bagi kehidupan remaja menengah ke bawah. Ruang publik

dapat dimanfaatkan remaja untuk berkegiatan positif, seperti olahraga. Upaya

lain adalah dengan menghidupkan kegiatan karang taruna dan kegiatan

keagamaan di daerah rural. Budaya sosial positif di kalangan remaja dapat

dibangun melalui kegiatan-kegiatan tersebut.

79
Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali,, Bidayah Al-Hidayah, hlm. 125-128.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


63

Keempat, pengupayaan untuk meningkatkan persepsi keterancaman

remaja terhadap miras oplosan, yaitu dengan melakukan razia tempattempat

nongkrong remaja secara rutin dan penegasan sanksi terhadap mereka yang

mengonsumsi miras oplosan.

Kelima, pengupayaan untuk mempersulit remaja mengakses miras

oplosan, yaitu dengan membatasi ruang gerak pembuat, pengedar, dan penjual

miras oplosan. Upaya konkrit yang bisa dilakukan, yaitu melakukan razia

tempat-tempat penjualan miras oplosan secara rutin, penegasan sanksi terhadap

pembuat, pengedar, dan penjual miras oplosan, serta memperketat pengawasan

penjualan alkohol. Kelima upaya ini, apabila dilakukan dengan konsisten, akan

dapat memperkecil faktor perilaku berisiko remaja terhadap miras oplosan.80

2) Factor tecknologi handpond

Disamping dari itu ada beberapa langkah-langkah yang perlu di lakukan

untuk mengatasi dampak negative dari tehcnologi handpond di antaranya:

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah dampak

negatif era teknologi komunikasi dan informasi adalah bersikap waspada dan

selektif terhadap segala macam arus era teknologi komunikasi dan informasi

tersebut. Sikap selektif dapat diartikan sebagai sikap untuk memiliki dan

menentukan alternatif yang terbaik bagi kehidupan diri, lingkungan

masyarakat, bangsa, dan negara melalui proses yang berhati-hati, rasional, dan

normatif terhadap segala macam pengaruh luar sehingga apa yang telah

80
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-X-8-II-P3DI-April-2018-217.pdf

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


64

menjadi pilihan dapat diterima oleh semua pihak dengan penuh tanggung

jawab.

Untuk mengatasi era teknologi komunikasi dan informasi juga dapat

dilakukan dengan menumbuhkan kembali rasa nasionalisme bangsa agar

masyarakat dapat mencintai negaranya. Langkah-langkah dapat dilakukan

antara lain yaitu:

a. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh

b. Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila.

c. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama.

d. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam

arti sebenar-benarnya dan seadil-adilnya.

e. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi,

sosial budaya bangsa. 81

Dalam bidang teknologi dan informasi, langkah yang dapat

ditempuh adalah dengan menyaring informasi yang baik dan bermanfaat.

Selain itu juga diperlukan adanya pengawasan dari semua pihak agar

informasi yang beredar di masyarakattidak membawa dampak negatif

terutama untuk remaja. Masyarakat juga harus berusaha mengikuti

perkembangan IPTEK agar tidak tertinggal dari negara lain dan tidak

mudah dibodohi oleh informasi-informasi yang masuk dari luar.

81
https://metaluwitasari.wordpress.com/2013/04/03/langkah-tepat-menghadapi-globalisasi/

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


65

Untuk mengurangi sikap konsumtif, hendaknya setiap orang

mempunyai kesadaran untuk tidak bergaya hidup yang bermewah-

mewahan atau dapat dilakukan dengan membeli barang yang harganya

lebih terjangkau namun mempunyai kualitas yang tidak jauh berbeda

seperti produk-produk dalam negeri. Hal ini juga berkaitan dengan bidang

ekonomi. Untuk mengurangi globalisasi dapat dilakukan dengan

meningkatkan produksi dan kualitas produk dalam negeri agar dapat

bersaing dengan produk luar. Promosi produk lokal melalui berbagai

media massa juga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang

produk dalam negeri dan menarik konsumen untuk beralih pada produk

lokal.

Dalam bidang budaya, masyarakat harus selektif memilih budaya

dari luar dengan mengambil kebudayan-kebudayaan yang sesuai dengan

kebudayaan lokal. Budaya lokal juga harus diangkat kembali dengan

mengadakan berbagai macam pameran, seminar, lomba-lomba

kebudayaan, dan sebagainya. Kebudayaan yang diwariskan secara turun-

temurun harus terus dilestarikan agar tidak ada bagian yang tertinggal.

Untuk mendukung hal tersebut juga dapat dilakukan dengan menjaga

tempat-tempat bersejarah, wisata budaya, wisata alam, dan berbagai hal

yang berkaitan dengan adat istiadat daerah.

Dalam bidang pendidikan juga tidak jauh berbeda. Pendidikan

tidak akan pernah luput dari komponen-komponen yang saling memiliki

keterkaitan yaitu pendidik (guru), peserta didik (murid), orang tua

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


66

(keluarga), dan lingkungan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh

semua komponen tersebut dalam menghadapi globalisasi di dunia

pendidikan. Pendidik (guru) mempunyai tugas utama untuk mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik dijalur pendidikan formal, pendidikan dasar,

dan pendidikan menengah. Guru adalah orang yang bertanggung jawab

atas peningkatan moral pelajar dan kemerosotannya. Oleh karena itu, tugas

guru tidak terbatas pada kegiatan mengajar tapi yang terpenting adalah

mencetak karakter murid. Dengan cara mendidik yang baik maka dapat

terbentuk karakter murid yang baik dan kritis. Pembentukan karakter ini

diperlukan agar murid dapat menanggapi dan menyaring pengaruh

globalisasi dengan tepat. Hal tersebut juga dapat diperkuat dengan

dukungan keluarga dan lingkungan sekitar. Kedua komponen ini harus

lebih kuat menanamkan nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat

karena dengan penanaman tersebut anak akan lebih mempunyai sifat

nasionalisme. Pengawasan juga harus dilakukan agar anak tidak

terpengaruh oleh pihak luar dengan mudah.

Langkah-langkah di atas tidak dapat dilaksanakan jika tidak ada

peran aktif dari semua komponen negara baik pemerintah maupun

masyarakat. Untuk itu diperlukan kerjasama yang baik agar hasilnya dapat

maksimal. Kerjasama itu tidak lepas dari persatuan dan kesatuan bangsa

sehingga pancasila sebagai ideologi negara harus dihidupkan kembali.82

82
https://metaluwitasari.wordpress.com/2013/04/03/langkah-tepat-menghadapi-globalisasi/

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


67

a. Factor guru

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan membentuk

manusia yang berkepribadian, mengembangkan intelektual peserta didik

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kepala sekolah sebagai

pemimpin perannya sangat penting untuk membantu guru dan stafnya.

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan seorang kepala sekolah harus

mampu meningkatkan disiplin para guru atau bawahannya. Banyak faktor

yang dapat mempengaruhi disiplin seseorang, sebagai pemimpin begitu

juga sebagai kepala sekolah, kepala sekolah harus mampu memberikan

contoh-contoh yang dapat menyebabkan guru tergerak untuk

melaksanakan disiplin secara efektif sehingga disiplin mereka akan lebih

baik. Sebagai pemimpin yang mempunyai pengaruh, ia berusaha agar

nasihat, saran dan jika perlu perintah nya di ikuti oleh guru-guru. Dengan

demikian ia dapat mengadakan perubahan-perubahan dalam cara berfikir,

sikap, tingkah laku yang dipimpinnya. Dengan kelebihan yang dimilikinya

yaitu kelebihan pengetahuan dan pengalaman, ia membantu guru-guru

berkembang menjadi guru yang berdisiplin tinggi.

Berdasarkan kebijakan pendidikan nasional terdapat tujuh peran

kepala sekolah salah satunya yaitu kepala sekolah sebagai edukator

(pendidik). Sebagai pendidik kepala sekolah harus memberikan ajaran

mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran selain itu kepala sekolah juga

harus menjadi contoh keteladanan dalam hal sikap dan penampilan.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


68

Seorang kepala sekolah adalah motor penggerak keberhasilan

tujuan sekolah, karena dia adalah pemimpin di lingkungannya. Kepala

sekolah harus mampu menggerakkan dengan baik dengan usaha yang

optimal sehingga sehingga tujuan organisasi yang dipimpinnya dapat

tercapai dengan baik. Semua usaha kepala sekolah merupakan kemampuan

seseorang kepala sekolah dalam mempengaruhi individu atau kelompok

yang dipimpinya melalui suatu proses untuk mencapai tujuan organisasi.

Seorang guru merupakan faktor yang sangat utama sebagai pelaku

sekaligus sebagai sutradara dalam proses belajar mengajar guna

mewujudkan hasil pendidikan yang berkualitas, oleh sebab itu disiplinnya

perlu ditingkatkan. Selain itu guru memiliki peranan yang unik dan sangat

komplek didalam pencapaian tujuan pembelajaran melalui kegiatan belajar

mengajar, maka peningkatan disiplin kerja guru dalam pelaksanan proses

pembelajaran sebaiknya sangat perlu dilakukan segera tanpa menunda-

nunda waktu.

Peningkatan disiplin guru utamanya dimulai dari sekolah. pada

lingkungan sekolah, posisi kepala sekolah sebagai sumber team leader atau

manajer sekolah sangat penting perannya melalui upaya yang

direncanakan secara efektif dan efisien, baik buruknya kualitas disiplin

guru pada suatu sekolah erat kaitannya dengan usaha atau upaya

kepemimpinan kepala sekolah dalam mengendalikan , memacu dan

meningkatkan segala potensi, dan praturan yang ada sebagai salah satu

fungsi manajemen.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


69

Peningkatan disiplin dan kompetensi guru tidak begitu saja lepas

dari peranan dan usaha kepala sekolah. dalam menjalankan tugas pokok

dan fungsinya kepala sekolah sedemikian rupa sehingga kondisi dan hasil

pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Salah satu usaha atau upaya menciptakan kondisi diatas adalah dengan

terus mengusahakan dan mengupayakan peningkatan disiplin guru.83

Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan guru

dalam kehadiran menajar agar dapat terwujud dengan baik perlu

direncanakan terlebih dahulu karena Setiap kegiatan apapun namanya ada

tahapan yang harus dilakukan begitu pula dengan upaya kepala sekolah

dalam meningkatkan kedisiplinan guru, seperti yang diungkapkan oleh

Siana

“Dalam setiap kegiatan apapun namanya ada dua tahap yang harus
dilakukan yaitu pertama perencanaan dan yang kedua pelaksanaan”.

Jadi perencanaan adalah fungsi utama dalam manajemen , tahapan

pertama yang harus dilakukan kepala sekolah yaitu Perencanaan. Adapun

perencanaan yang dilakukan oleh kepala sekolah meningkatkan disiplin

guru yaitu : menetapkan tujuan utama yaitu untuk meningkatkan

kedisiplinan guru dalam kehadiran mengajar, , kemudian memilih atau

menentukan bagaimana cara-cara mencapai tujuan tersebut. Adapun yang

dilakukan oleh kepala sekolah antara lain dengan cara membuat program

seperti : a) merencanakan peraturan disiplin kehadiran untuk disepakati

83
Markis Uriatman,Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan guru,822-823.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


70

bersama beserta sanksinya b) merencanakan jadwal sosialisasi dan

pembinaan kedisiplinan selanjutnya yang dilakukan oleh kepala sekolah

yaitu melaksanakan rencana tersebut dan juga melakukan pengawasan

untuk mengetahui apakah rencana yang telah dilaksanakan sudah berjalan

dengan baik atau belum sesuai dengan teori yang disampaikan daryanto

bahwah fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah berarti kepala

sekolah dalam kegiatan memimpinnya berjalan melalui tahap-tahap

kegiatan sebagi berikut: 1) Perencanaan (Planning), 2) pengorganisasian

(Organizing), 3) Pengarah-an (Directing), Pengkoordination (coordi-

nating), 5) Pengawasan (controlling).

Dengan membuat perencanaan program kedisiplinan kehadiran,

kepala sekolah dapat memperkirakan, mempersiapkan dan menentukan

tindakan apa yang akan dilakukan pada waktu proses pelaksanaan sekolah

berlangsung serta untuk mempersiapkan segala sesuatunya agar proses

kedisiplinan kehadiran guru dapat terbentuk secara efektif.

dalam kehadiran mengajar kepala sekolah bersikap tegas dan

mengoptimalkan peraturan tentang disiplin kehadiran, yaitu

mengoptimalkan aturan yang mengharuskan semua guru yang mengajar

pada jam pertama, harus hadir lima belas menit sebelum bel berbunyi atau

paling lambat jam tujuh lewat tiga puluh menit, selanjutnya guru yang

sudah datang harus menandatangani daftar hadir, bagi guru yang datang

terlambat tidak diperbolehkan masuk kelas pada jam pertama dan hanya

akan diperbolehkan masuk kelas pada jam berikutnya. Bagi guru yang

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


71

datang terlambat tersebut akan dicatat namanya oleh guru piket atau

petugas satpam sekolah dan bila terjadi berulang kali atau melakukan

pelanggaran lebih dari tiga kali akan dilakukan pemangilan terhadap guru

tersebut untuk diberikan pembinaan ataupun sangsi, dan untuk

meningkatkan kedisiplinan guru dalam kehadiran kepala sekolah juga

memberikan contoh teladan yang baik kepada guru-guru dengan cara hadir

disekolah tepat waktu.

Kepala sekolah juga harus konsekuen dan mampu mentaati tata

tertib disiplin sekolah seperti disiplin dalam kehadiran, kepala sekolah

juga harus hadir disekolah tepat waktu dan apabila kepala sekolah hadir

disekolah tepat waktu maka guru akan akan hadir tepat waktu. Namun

sebaliknya jika kepala sekolah tidak tepat waktu dimungkinkan gurupun

akan hadir tidak tepat waktu, karena guru merasa dan beranggapan bahwah

dirinya tidak mendapatkan pembinaan melalui contoh teladan yang

diberikan oleh kepala sekolah keteladan kepala sekolah yang dapat

dicontoh oleh guru merupakan bentuk dari pelaksanaan proses, seperti

dikemukakan bahwah keteladanan merupakan bentuk pelaksanaan proses

aktivitas yang baik yang dapat dijadikan contoh bagi orang lain.84

84
Manajer Pendidikan, Volume 9, Nomor 6, November 2015, 822-827

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang

tidak mencari sebab akibat, namun lebih berupaya memahami situasi tertentu

dengan jenis penelitian studi kasus (case study), yaitu suatu penelitian yang

dilakukan secara intensif, terinci, dan mendalam terhadap suatu organisasi,

lembaga atau gejala itertentu.85 Gejala atau situasi tertentu dimaksud adalah

Problematika pendidikan akhlak dan upaya mengatsinya. Dalam penelitian

tersebut data yang dapat diperoleh berasal dari naskah wawancara, observasi,

cacatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo dan dokumen resmi

lainnya dengan tujuan mendeskripsikan realitas empiris di balik fenomena

yang ada secara mendalam, rinci dan tuntas.

Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field

Resereach) dengan menggunakan rancangan studi kasus dengan rancangan

multi kasus yaitu Madrasah Aliyah AL-Badri Kalisat. sesuai dengan

pengertian bahwa studi kasus adalah suatu metode untuk memahami individu

yang dilakukan secara integrative dan komprehensif agar diperoleh

pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang

85
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendkatan Praktek (Edisi Revisi IV), (jakarta:
Rineka Cipa, 1998), 131.
72

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


73

dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh

perkembangan diri yang ibaik.86

B. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yayasan pondok pesantren Al-Badri

tepatnya di Madrasah Aliyah Al-Badri yang terletak di jl. Arjasa Kalisat

Desa Gumuksari Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember.

Adapun hal yang memotivasi kehadiran peneliti di lokasi penelitian

ini adalah karena banyaknya problem yang bermunculan di Madrasah Aliyah

Al-Badri khususnya permasalahan yang berhubungan dengan kemerosotan

moral siswa, sehingga peneliti memfokuskan penelitian ini dengan

permasalahan yang berhubungan dengan problematika yang dihadapi

Madrasah Aliyah Al-Badri dalam pendidikan akhlak dan tindakan yang

ditempuh untuk mengatasi problematika tersebut.

C. Kehadiran Peneliti

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup signifikan,

sebagai perencana, pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir data, data

pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Oleh karena itu agar

dapat melakukan peran semua itu secara maksimal dan tidak mendapat

hambatan, dia harus menginformasikan kehadirannya di lapangan kepada

subyek penelitian. Apakah hadir secara terang terangan menginformasikan

iperannya sebagai peneliti atau secara isembunyi.87

86
https://nurhibatullah.blogspot.com/2015/12/pengertian-jenis-dan-tujuan-studi-kasus.html di
akses 01 juli 2019.
87
Tim penyusun. pedoman penulisan karya ilmiah program pasca sarjana. jember. Stain Jember.
2014. 19

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


74

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen utama (kunci).


Sedangkan instrumen selain manusia dapat pula di gunakan, tapi fungsinya
hanya sebagai pendudkung dan pembantu penelitian, seorang peneliti
harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut: (a) responsive, dan dapat
menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas
perluasan pengetahuan, imemproses data dengan cepat, dapat
memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasi serta bisa memanfaatkan
kesempatan untuk mencari respon. (b) peningkatan kemampuan peneliti
sebagai instrumen kunci.88
Sebagai penelitian ilmiah dan objektif, peneliti harus dapat

menghindari subjektifitas dan memperhatikan fakta-fakta yang ada dan

menjaga terjadinya penyimpangan antara data dan kesimpulan penelitian,

karena penelitian ini bersifat ilmiah tanpa ada usaha untuk merugikan atau

merendahkan salah satui pihak.

D. Subyek penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang

tidak mencari sebab akibat, namun lebih berupaya memahami situasi tertentu

dengan jenis penelitian studi kasus (case study), yaitu suatu penelitian yang

dilakukan secara intensif, terinci, dan mendalam terhadap suatu organisasi,

lembaga iatau gejala tertentu.89 Gejala atau situasi tertentu dimaksud adalah

Problematika pendidikan akhlak . Dalam penelitian tersebut data yang dapat

diperoleh berasal dari naskah wawancara, observasi, cacatan lapangan,

dokumen pribadi, catatan memo dan dokumen resmi lainnya dengan tujuan

88
Lexy Moleong, Metode penelitian kualitatif. 121-124
89
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendkatan Praktek (Edisi Revisi IV), (jakarta:
Rineka Cipa, 1998), 131.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


75

mendeskripsikan realitas empiris di balik fenomena yang ada secara

mendalam, rinci dan ituntas.

Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field

Resereach) dengan menggunakan rancangan studi kasus dengan rancangan

studi kasus yaitu Madrasah Aliyah AL-Badri Kalisat. sesuai dengan

pengertian bahwa studi kasus merupakan metode penelitian mengenai

individu, lembaga, atau unit sosial tertentu dalam kurun waktu yang

ditentukan serta iberupa fenomena yang ada dan terjadi nyata dalam konteks

kehidupan. subyek penelitian adalah sumber, tempat mendapatkan

keterangan dalam penelitian. Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa

subyek penelitian berarti orang atau siapa saja yang imenjadi sumber

penelitian.90

Adapun yang dijadikan sumber dalam penelitian ini yaitu orang

yang memberikan informasi atau informan yang memiliki kapasitas

memberikan informasi sesuai dengan permasalahan penelitian. Tehnik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling.

Purposive sampling adalah tehnik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut dianggap paling

tahu tentang apa yang diharapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa

hingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek isosial yang

diteliti.91

90
Suharsimi Arikunto, Proses Penelitian, Suatu Pendekatan Proses, (Jakarta: Bina Aksara, 1989),
102.
91
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R & D,
(Bandung: Alfabeta, 2014), 300

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


76

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung

berhubungan dengan obyek penelitian, sumber data ini langsung

dikemukakan sendiri oleh ipihak yang hadir langsung pada waktu kejadian

yang digambarkan tersebut berlangsung.92 adapun sumber data primer dalam

penelitian ini yang sebagian besar diperoleh melalui metode observasi,

dokumentasi dan iwawancara. Wawancara: (1) Kepala Sekolah atau Waka

Kurikulum, (2) guru BP (3) siswa.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yang dimaksud adalah sumber data yang

digambarkan olehi bukan orang yang ikut mengalami pada waktu

kejadian berlangsung.93 data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi

terhadap sumber tertulis dan foto-fotoi dokumen yang berkaitan dengan judul

penelitian.

E. Teknik pengumpulan data

1. Metode Observasi

Pengamatan berperan serta adalah metode penelitian yang

bercirikan interaksi social yang memakan waktu cukup lama antara

peneliti dengan lingkungan subyek dan selama itu data dalam bentuk

catatan lapangan idikumpulkan secara sistematis.94

92
Suharsimi Arikunto, Manejemen Penelitian, (Jakarta:Rineka cipta, 2000), 83.
93
Suharsimi Arikunto...,83
94
Lexy J. Moleong, . 164.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


77

Observasi dilakukan dengan icara peneliti melakukan pengamatan

langsung dilapangan.95 Observasi dilakukan dengan mengamati dan mencatat

secara sistematik gejala-gejala iyang diselidiki.96 Arti luas observasi

sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan baik

secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan yang tidak

langsung misalnya melalui iquestionnaire dan test.97

Metode observasi ini digunakan untuk mengadakan penelitian dan

pengamatan sistematis dalam rangka menyimpulakn data dengan cara

mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala yang diselidiki.

Metode ini digunakan untuk mengamati situasi dan kondisi di Madrasah

Aliyah AL-Badri Kotok Kalisat, yaitu dengan melakukan pengamatan pada

aktifitas anak didik ketika kegiatan pembelajaran di kelas dengan

menerapkan metode service learning dalam pembelajaran materi akhlakul

karimah. Observasi iini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

a. Observasi Partisipatif

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan beberapa

hari tertentu yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber

data ipenelitian.

b. abservasi iNon partisipan

Dalam observasi non partisipan peneliti tidak terlibat dan hanya

sebagai pengamat independen. Pengumpulan data dengan observasi non

95
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung, 2014, 313.
96
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung, 2014, 203.
97
Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid 2, Andi Offset, Yogyakarta, 2001, 136.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


78

partisipan ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam, dan tidak

sampai padai tingkati makna.98

alam penelitian ini, peneliti sebagai pengamat berperan secara

lengkap, peneliti menjadi anggota penuh dalam kelompok yang

diamanatinya. Dengan demikian peneliti memperoleh informasi apa saja

yang dibutuhkan. Jadi metode iobservasi ini digunakan untuk mendapat

data-data yang berkaitan dengan kondisi obyektif dan makro

mengenai MA Al-Badri. Dan secara khusus pula peneliti mengamati

langsung berbagai macam problem pendidikan akhlak dan upaya apa

yang akan ditempuh oleh lembaga dalam mengatasi problematika

tersebut di MA Al-Badri Gumuksari Kalisat.

2. Metode Wawancara

Metode wawancara adalah ipercakapan dengan maksud tertentu

yangdilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara dan yang di

wawancarai.99

alat-alat wawancara yang digunakan peneliti dalam melakukan

wawancara kepada informan atau sumber data yaitu, pertama, buku

catatan yang berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber

data. Kedua, kamera yang berfungsi untuk mengambil gambar sebagai

98
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung, 2014, 204.
99
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung, 2014, 186

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


79

bukti adanya proses wawancara yang dilakukan peneliti dengan sumber

data.100 Wawancara ini dapat idibedakan imenjadi:

a. Wawancara terstruktur

yang digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti

telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan

diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul

data telah menyiapkani instrumen wawancara berupa pertanyaan-

pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya pun telah

disiapkan.101

b. Wawancara semistruktur

yaitu termasuk jenis wawancara mendalam (in depth interview)

dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas jika dibanding wawancara

terstru ktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk

menemukan permasalahan secara lebih terbuka, yaitu dengan

meminta pendapat dani ide-ide pada ipihaki informan.102

c. Wawancara tak berstruktur

adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara

sistematis dan lengkap. Pedoman iyang digunakan dalam wawancara

100
Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid 2, Andi Offset, Yogyakarta, 2001, 136.
101
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Alfabeta, Bandung, 2014, 319.
102
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Alfabeta, Bandung, 2014, 320.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


80

hanya berupa garis-garis besar permasalahan.103 Peneliti dalam

memperoleh informasi dan data menggunakan jenis wawancara tak

terstruktur. Hal ini, agar pelaksanaan wawancara lebih bebas dalam

bertanya pada narasumber dan hanya menggunakan pedoman wawancara

hanya berupa garis-garis ibesar terkait tema yang diteliti, sehingga dapat

memperoleh data yang jelas terkait Problematika pendidikan akhlak di

Madrasah Aliyah AL-Badri.

Dalam hal ini untuk memperoleh data yang dibutuhkan, peneliti

menggunakan wawancara pembicaraan informal yang diajukan kepada

informan untuk memperoleh data atau persoalan berkenaan dengan

problematika yang dihadapi MA Al-Badri yaitu kepada Kepala

sekolah/wakil, BK, guru mata pelajaran akhlak, serta informan lain yang

dibutuhkan sehingga peneliti dapat megidentifikasi permasalahan yang

benar-benar sedang dihadapi dan upaya apa yang akan dilakukan sekolah

dalam imengatasi problematika yang ada idi sekolah atau Madrasah.

3. Metode Dokumentasi

Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya merupakan

pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk

keperluan pengujian suatu peristiwa dan berguna bagi sumber data,

bukti, informasi kealamiahan yang sukar diperoleh, sukar ditemukan,

dan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan

terhadap sesuatu yang idiselidiki. Secara prosedural, teknik ini sangat


103
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Alfabeta, Bandung, 2014, 329.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


81

praktis sebab imenggunakan benda-benda mati, yang iseandainya

terdapat kesalahan atau kekurangjelasan bisa dilihat kembali data

aslinya.104 Adapun teknik dokumentasi ini penulis gunakan untuk

mengumpulkan dokumen- dokumen berupa sejarah berdirinya

Madrasah Aliyah AL-Badri, seperti; letak geografis, keadaan Madrasah

Aliyah AL-Badri (guru, anak didik, karyawan, sarana prasarana), Visi

Misi, kurikulum yang digunakan, foto foto, dan lain sebagainya,

mengenai Problematika pendidikan akhlak di Madrasah Aliyah AL-Badri,

serta data-data lain yang peneliti butuhkan untuk kelengkapan bahan

Tesis.

Dokumentasi adalah isetiap bahan tertulis ataupun film, lain

dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang

penyidik105 Metode ini peneliti gunakan untuk memeperoleh data

yang bersumber dari dokumen, baik berupa dokumen pribadi

ataupun dokumen resmi yang bisa peneliti peroleh dari lapangan

yaitu MA Al-Badri Gumuksari Kalisat.

F. Analisis Data

Analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah menjadi satuan yang

dapat dikelola, menyintesiskan, mencari dan menemukan sesuatu yang

104
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung, 2014, 183.
105
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Alfabeta, Bandung, 2014,. 216.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


82

penting dan dipelajari, serta memutuskan apai yang dapat diceritakan kepada

orang ilain.106

Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam

menganalisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

(1) Pengumpulan data (data collection), (2) reduksi data (data reduction), (3)

penyajian data (data display) dan (4) penarikan kesimpulan/verifikasi

(conclusion idrawing/veriffication).107

Langkah langkah dalam analisis data adalah sebagai berikut:

1) Pengumpulan data

Tahap ini merupakan tahap awal yang menggunakan data dari

hasil wawancara, observasi idan dokumentasi yang diperoleh dari

lapangan.

2) Reduksi data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga diperoleh kesimpulan

akhir dan idiverifikasi.

3) Penyajian data

Penyajian data dimaksudkan untuk menemukan pola-pola yang

bermakna serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan

dan pengambilan tindakan. Penyajian data dalam penelitian ini juga


106
Lexy J. Moleong, Penelitian Kualitatif. . . . , 248
107
Matthew B. Miles and A. Michael Huberman, Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New
Methods (London: Sage Publication, 1994), 21-23.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


83

dimaksudkan untuk menemukan suatu imakna dari data-data yang telah

diperoleh, kemudian disusun secara sistematis, dari bentuk informasi

yang kompleks menjadi isederhana inamun selektif.

4) Penarikan kesimpulan/verifikasi

Sejak pengumpulan data peneliti berusaha mencari makna atau arti

dari simbol-simbol, mencatat, keteraturan pola, penjelasan-penjelasan,

dan alur sebab akibat yang terjadi. Dari kegiatan ini dibuat simpulan-

simpulan yang sifatnya masih terbuka, umum, kemudian menuju ke yang

spesifik/rinci. Kesimpulan ifinal idapat diperoleh isetelah pengumpulan

data selesai.

Dari uraian di atas, maka langkah-langkah yang akan dilakukan

peneliti iialah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi data yang memiliki keterkaitan dengan fokus dan

masalah penelitian.

2) Membuat ringkasan data yang sudah ditemukan.

3) Mengkode data yang sudah ada.

4) Menggolongkan data

5) Membuat catatan-catatan.

6) Menyusun pertanyaan sesuai dengan pokok permasalahan.

7) Penarikan kesimpulan.

Alasan peneliti menggunakan analisis data tersebut adalah ingin

mengambil data-data yang penting, penyajian data dalam bentuk narasi,

dan penarikan ikesimpulan.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


84

G. Keabsahan data

antuk Pengecekan keabsahan data atau pemeriksaan keabsahan data

didasarkan atas kriteria tertentu. Kriteria tersebut terdiri atas derajat

kepercayaan (credibility) peneliti berdiskusi dan meminta masukan kepada

teman terkait problematika pendidikan akhlak dan upaya mengatasinya,

keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability) peneliti meminta

pengecekkan dan pengkoreksian kepada dosen pembimbing terkait

problematika pendidikan akhlak dan upaya mengatsinya,dan kepastian

(confirmability)108,kepastian terkait problematika pendidikan akhlak dan

upaya mengatasinya, peneliti melakukan konfirmasi kepada kepala sekolah,

bahwa kepala sekolah membenarkan terkait problematika pendidikan akhlak

di Madrasah Aliyah AL-Badri .Untuk mengecek atau memeriksa keabsahan

data mengenai problematika pendidikan akhlak siswa di Madrasah Aliyah AL-

Badri Kalisat, menggunakan teknik derajat keterpercayaan.

Menurut Lincoln dan Guba, maka untuk mencari taraf keterpercayaan

dapat ditempuh dengan cara memperpanjang keikutsertaanipembahasan teman

sejawat, pengecekan anggota (member check) dan triangulasi.109 Dalam

penelitian ini pengujian derajat kepercayaan menggunakan teknik triangulasi

sumber dan metode, serta menggunakan member check.iTeknik triangulasi

dibagi menjadi empat macam yaitu triangulasi sumber, teknik, waktu, dan

108
Y.S. Lincoln dan Guban E.G, Naturalistc Inquery (Beverli Hills: Sage Publication, 1985), 301.
109
Y.S. Lincoln dan Guban E.G, Naturalistc Inquery …., 306

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


85

teori.110iTeknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

triangulai sumber dan itriangulasi teknik.

Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang

berbeda dengan pertanyan (informasi yang dicari) yang sama dan metode yang

sama. Sedangkan triangulasi teknik dilaksanakan dengan memanfaatkan

penggunaan beberapai teknik/metode yang berbeda untuk mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh.111 Misalnya hasil

observasi dibandingkan atau dicek dengan interview, kemudian dicek lagi

melalui dokumen yang relevan.iMember check (pemeriksaan anggota)

dilakukan dengan membawa kembali laporan akhir atau deksripsi spesifik

kehadapan informan untuk mengecek kembali apakah laporan/deskripsi

tersebut isudah akurat.112

H. Tahapan- Tahapan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif ini, di mana data

yang terkumpul berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka.iData yang

diperoleh meliputi transkrip, interview, catatan lapangan, foto, dokumen

pribadi, dan lain-lain. Maka dalam menganalisis data penulis menggunakan

metode analisis deskriptif kualitatif, di mana data yang telah terkumpul

dengan metode-metode tersebut di atas, kemudian dianalisis idengan langkah-

langkah sebagai berikut :

110
Moleong, Metodologi Penelitian, 324-330.
111
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D)
(Bandung: Alfabeta, 2010), 373.
112
John W. Cresswell, Research Design: Qualitative, Quantitative, & Mixed Methods Approaches
(California: Sage Publication, 2014), 289.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


86

Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan penelitian:

1. Tahapan iorientasi atau tahap pra lapangan, antara lain sebagai berikut :

a. Menetukan lapangan, dengan pertimbangan bahwa Madrasah Aliyah

Al-Badri.

b. Mengurus perizinan. Baik secara internal (Fakultas), maupun secara

eksternal (pihak sekolah).

2. Tahap ipekerjaan lapangan, yaitu:

a. Mengadakan observasi langsung ke MA Al-Badri Gumuksari, dengan

berorientasi melalui kegiatan yang dilakukan oleh peneliti, yaitu

mengumpulkan data dengan melibatkan beberapa informan untuk

memperoleh idata.

b. Memasuki lapangan sambil mengamati langsung berbagai fenomena

dan proses kegiatan di lapangan kemudian mengadakan wawancara

dengan beberapa pihak yang bersangkutan sebagai proses

pengumpulkan data yang idiperlukan untuk penyusunan laporan.

c. Menelaah iseluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber.

d. Mengadakan redaksi data yang dilakukan dengan jalan abstraksi yaitu

usaha membuat rangkuman inti, iproses dan pernyataan-pernyataan

yang perlu.

e. Menyusun data dalam satuan-satuan ataui mengorganisasikan pokok-

pokok pikiran tersebut dengan cakupan fokus penelitian dan

mengujikannya secara deskriptif.

f. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data atau memberi makna pada

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


87

hasil peneitian dengan icara menghubungkan dengan teori.

g. Mengambil ikesimpulan dari hasil observasi di Madrasah Aliyah Al-

Badri.

h. Menyusuni hasil penelitian dalam bentuk laporan ilmiah atas dasar

metode-metode iyang digunakan ioleh peneliti.

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah mamahami dan memperdalam masalah-

masalah yang akan dibahas, maka penulis akan menyajikan sistematika tesis

sebagaiberikut:

Bab pertama ; Pendahuluan, pada bab ini berisi konteks penelitian,

penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

sistematika pembahasan.

Bab kedua ; Pendidikan akhlak dan problematikanya, pada bab ini

memuat landasan teori yang terdiri dari dua sub bab yaitu: Sub bab pertama:

Problematika Pendidikan Akhlak, yaitu pengertian pendidikan akhlak, fungsi

dan tujuan pendidikan akhlak, dasar-dasar pelaksanaan pendidikan akhlak,

materi pendidikan akhlak dan macam-macam problematika pendidikan

akhlak.Sub bab kedua: upay mengatasi Problematika Pendidikan Akhlak.

Bab ketiga adalah Metode Penelitian. Pada bab ini terdiri dari

Pendekatan dan jenis penelitian, Kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber

data, metode pengumpulan data dan tahap-tahap penelitian

Bab keempat adalah Paparan data dan temuan hasil penelitian, Pada bab

ini terdiri dari tiga sub bab, yaitu: Sub bab pertama: tentang problematika

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


88

pendididkan akhlak di Madrasah Aliyah AL-Badri meliputi faktor pergaulan

yang salah, faktor tekhnologi faktor guru. Sub bab kedua: Upaya mengatasi

problematika Pendidikan Akhlak di Madrasah Aliyah Al-Badri, Sub bab

ketiga, membahas temuan hasil penelitian.

Bab kelima,ialah pembahasan dari hasil penelitian, pada bab ini,

pembahasan hasil penelitian, membahas hasil penelitian yang berisi diskusi

hasil penelitia. Bahasan hasil penelitian ini digunakan untuk membandingkan

dengan teori-teori yang sudah dibahas.

Bab ke enam, penutup yang berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


BAB IV

PAPARAN DATA DAN ANALISIS

Bab ini memuat uraian tentang data dan hasil penelitian yang diperoleh

dengan menggunakan metode dan prosedur yang diuraikan dalam bab III.

Uraian ini terdiri atas paparan data yang disajikan dengan topik sesuai dengan

pertanyaan-pertanyaan penelitian dan analisis data. Paparan data tersebut

diperoleh dari pengamatan, hasil wawancara dan dokumentasi. Uraian paparan

data dan temuan dalam penelitian ini meliputi: Problematika Pendidikan

Akhlak di Madrasah Aliyah AL-Badri dan upaya yang di tempuh Madrasah

untuk mengatasi Problematika Pendidikan Akhlak di Madrasah Aliyah Al-

Badri. Berikut peneliti kemukakan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan

di lokasi penelitian.

A. Paparan data dan analisis di Madrasah Aliyah AL-Badri

1. Problematika Pendidikan Akhlak di Madrasah Aliyah AL-Badri

Sehubungan dengan problematika pendidikan akhlak di Madrasah

Aliyah AL-Badri maka penulis akan memaparkan beberapa problematika

yang ada sesuai dengan hasil wawancara dan observasi. Dalam hal ini ada

tiga problematika pendidikan akhlak sesuai dengan kajian teori yaitu: a)

mengkonsumsi minuman keras b) menerima gambar atau tulisan yang tidak

senonoh c) sikap guru yang tidak disiplin d) sikap guru yang berperilaku

buruk . Namun sesuai dengan fokus penelitian maka peneliti hanya

memfokuskan pada problematika pendidikan akhlak yang ada di sekolah

89

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


90

atau Madrasah berikut ini beberapa problematika pendidikan akhlak di

Madrasah Aliyah AL-Badri:

a. Adanya pesesrta didik yang mengkonsumsi Minuman keras

Selain dampak pergaulan berpengaruh terhadap akhlak siswa

pergaulan juga mempunyai pengaruh negatif terhadap siswa-siswi

Madrasah Aliyah AL-Badri untuk mengkonsumsi minuman keras hal ini

sesuai dengan hasil wawancara dengan guru BP Iwan Hudoyo beliau

mengatakan:

“Seiring berjalannya jaman manusia mengalami berbagai macam


perubahan termasuk dalam hal pergaulan. Kebanyak manusia tidak bisa
memilah dan memilih dimana teman yang baik dan dimana teman yang
buruk sehingga hal ini akan berdampak pada akhlak diri seorang siswa.
Siswa siswi Madrasah Aliyah AL-Badri 50% berasal dari pesantren dan
50% lagi berasal dari luar pesantren. Hal ini menunjukkan pengaruh yang
negatif terhadap siswa yang berasal dari pesantren diantara salah satu
pengaruhnya yaitu mengajak siswa-siswi yang dari pesantren untuk
mengkonsumsi minuman keras. Hal ini sangat berbahaya apabila di
biarkan dan tidak ada upaya yang di lakukan untuk mencegahnya jadi
terkait adanya peserta didik yang mengkomsumsi minuman keras ini jelas
menjadi sebuah problem dalam pendidikan akhlak di Madrasah Aliyah al-
badri ini karena selain menyita banyak waktu hal ini juga sangat merusak
pola pikir peserta didik itu sendiri sehingga pada akhirnya bagi kami
semua sangat sulit untuk memberikan pendidikan akhlak kepada mereka
selain dari itu sulitnya kita untuk memberikan pemahaman tentang
pendidikan akhlak kepada mereka karena bila mereka dalam kondisi
mabuk maka yang jelas apa yang kita sampaikan tidak akan masuk
kedalam hati mereka dan fikiran mereka ini sangat menjadi problem kita
dalam pendidikan akhlak”.113

113
Iwan Hudoyo, wawancara, Jember, 10 Juli 2019.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


91

Hal yang senada juga disampaikan guru Akidah Akhlak Lilik

Kurniati menyampaikan:

“Teman memang tidak bisa di hindari dari kehidupan ini karena


teman adalah seseorang yang sangat penting dalam kehidupan kita namun
salah dalam memilih teman justru akan menjerumuskan kita pada hal-hal
yang tidak kita inginkan. Begitu juga teman mempunyai pengaruh yang
sangat kuat terhadap diri kita terutama berpengaruh pada akhlak kita.
Karena apa yang di katakan dan di lakukan oleh teman itu akan kita tiru.
Tak terlepas siswa-siswi Madrasah Aliyah AL-Badri mereka banyak
dipengaruhi oleh siswa-siswi yang notabennya berasal dari luar pesantren
terutama terhadap akhlak mereka seperti mengkonsumsi minuman
keras.dengan adanya peserta didik yang sering mengkonsumsi minuman
keras maka jelas ini menjadi problem kita untuk manamkan nilai-nilai
pendidikan akhlak dan meberikan pemahan luas tetang akhak karena
mereka bila sering mengkonsumsi minuman keras maka akan terganggu
kecerdasan akal dan mengkotorkan kejernihan hati sehingga ini menjadi
sulit bagi kita untuk memasukkan pendidikan akhlak pada hati mereka
begitu mas ”.114

Dalam hal ini juga peneliti melakukan wawancara dengan kepala

Madrasah Aliyah AL-Badri Syaifuddin mengatakan:

“sehubugan dengan adanya peserta didik yang mengkonsumsi


minuman keras maka ini menjadi problematika pendidikan akhlak karena
bila pserta didik sudah sering mengkonsumsi minuman keras maka akan
sangat sulit bagi saya sebagai kepala madrasah untuk memberikan
pemahaman maupun pendidikan akhlak itu sendiri bagimana tidak sulit
mereka di ajak bicara saja sudah kurang begitu mengerti apa yang menjadi
bahan pembicaraan apalagi memberikan pemahaman jadi ini menjadi
problem di madrasaha Aliyah AL-Badri ini untuk benar benar di carikan
solusi agar proses pendidikan akhlak berjalan dengan baik”115

Dan sesuai hasil observasi peneliti di madrasah Aliyah al-Badri

bahwa ditemukan buku pelanggaran peserta didik yang isinya menyangkut

adanya peserta didik yang mengkonsumsi minuman keras hal ini menjadi

sebuah problem di madrasah Aliyah al-Badri dalam pendidikan akhlak

114
Lilik Kurniati, wawancara, Jember, 05 Juli 2019.
115
syaifuddin, wawancara, Jember, 05 Juli 2019.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


92

peserta didik khususnya bagi guru dalam menerapkan pendidikan akhlak

itu sendiri karena kondisi peserta didik bila terlalu sering mengkonsumsi

minuman keras maka mental, akal dan hati mereka akan rusak sehingga

hal ini menjadi sebuah penghambat dalam proses pendidikan akhlak di

Madrasah Aliyah AL-Badri116

b. Menerima gambar atau tulisan yang tidak senonoh

Sebagaimana peneliti melakukan wawancara dengan kepala

Madrasah Aliyah AL-Badri Syaifuddin mengatakan:

“Diantara problematika yang juga sering terjadi di Madrasah aliyah


Al-Badri yaitu mudahnya peserta didik menerima gambar,tulisan bahkan
video yang tak senonoh hal ini sangat merusak pola fikir dan hati peserta
didik itu sendiri, hal ini disebabkan oleh adanya tehnologi yang menyebar
tanpa adanya saringan yang ketat, sehingga hal ini begitu besar
mempegaruhi akhlak peserta didik. Karena dengan membaca dan melihat
video yang tak senonoh dapat mempengaruhi peserta didik sehingga
mereka mudah terangsang dan ada rasa ingin mencoba yang tinggi hal ini
menjadi problem di Madrasah Aliyah al-Badri terlebih bila mereka tidak
ada suatu control dari orang tua karena selain mereka di Madrasah mereka
juga lebih banyak di rumah”.117

Hal ini juga di sampaikan Lilik kurniati selaku guru akidah akhlak

beliau mengatakan:

“Bahwa handpond mempunyai fungsi yang sangat baik bagi


siapapun yang menggunakan apabila mereka tau caranya dan dapat
menggunakan pada yang baik pula, namun di satu sisi handpond malah
menjadi hal yang sangat berbahaya bahkan mampu merusak moral atau
akhlak. Sebagaimana juga yang terjadi di Madrasah Aliyah AL-Badri
bahwa handpond sangat meracuni akhlak mereka tanpa mereka sadari
seperti adanya kecondongan mereka untuk membuka video ataupun tulisan
yang berbau porno sehingga apa yang mereka lihat jelas sangat
mempengaruhi pada akhlak mereka dan pada ujung ujungnya mereka

116
Observasi di ruang BK, Gumuksari 10 juli 2019.
117
Syaifuddin, wawancara, Jember, 05 Juli 2019.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


93

punya rasa penasaran ingin mencoba hal ini sangat merusal moral atau
akhlak siswa-siswi Madrasah Aliyah AL-Badri”.118

Demikian juga hasil wawancara dengan guru BK Iwan Hudoyo

mengungkapkan:

“Handpond merupakan alat yang sangat di butuhkan di jaman yang


serba tehnologi ini, namun kadang kadang handpond juga bisa menjadi
suatu alat yang sangat merugikan bila si pengguna tidak dapat
menggunakannya pada yang baik. Tak terlepas juga terhadap siswa-siswi
Madrasah Aliyah AL-Badri bahwa mereka lebih banyak menggunakan
handpond yang mereka gunakan pada jalan yang kurang baik diantara
salah satunya adalah mereka menggunakan handpond untuk membuka
gambar-gambar ataupun tulisan-tulisan serta video-video yang tidak baik
misalnya gambar-gambar yang berbau purno, cerita-cerita yang mengarah
kepada yang berbau purno serta video yang purno hal ini sungguh sangat
mempengaruhi pada syahwat mereka sehingga hal ini mengarah pada
akhlak yang tidak baik nantinya. Hal ini di temukan di saat pelaksanaan
sidak sudah selesai dan di lakukan penegcekan. biasanya sidak ini di
lakukan secara mendadak tanpa sepengetahuan siswa-siswi”.119

c. Sikap guru yang tidak disiplin

Pertama, penulis melakukan wawancara dengan Kepala madrasah

Aliyah AL-Badri terkait problematika pendidikan akhlak yang sumbernya

berasal dari seorang guru Syaifuddin mengatakan:

“Problematika pendidikan akhlak ini banyak sekali diantaranya


yaitu selain dari adanya tekhnologi dan pergaulan yang salah ada juga
yang bersumber pada seorang guru yaitu berkaitan dengan sikap seorang
guru yang kurang disiplin, ketidakdsisiplinan guru menjaadi sebuah
problem yang sangat berdampak pada akhlak siswa-siswi Madrasah
Aliyah AL-Badri khususnya karena secara tidak sadar mereka akan meniru
beberapa guru yang tidak disiplin. Karena bila seorang guru sudah tidak
tepat waktu bagaimana dengan seorang murid pasti mereka akan lebih
tidakdisiplin di bandingkan dengan guru oleh karena itu ini adalah sebuah
problem yang harus di carikan sebuah upaya sehingga hal yang semacam
ini tidak terus berkembang bahkan semakin parah karena bila hal ini
dibiarkan maka bila siswa-siswi MA AL-Badri sudah terjun di masyarakat
nanti mereka akan terbiasa dengan sikap tidak disiplin ini”.120
118
Lilik Kurniati, wawancara, Jember, 05 Juli 2019.
119
Iwan Hudoyo ,wawancara, Jember, 05 Juli 2019.
120
Syaifuddin, wawancara, Jember, 05 Juli 2019.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


94

Syaifuddin menambahkan terkait dengan ketidakdisiplinan seorang

guru beliau mengatakan:

“Dampak dari ketidakdisiplinan guru ini akan berdampak negatif


sehingga menyebabkan siswa belajar banyak tentang keburukan di
antaranya adalah:

a) Mereka menjadi liar di sekolah karena tidak ada bimbingan dari


guru
b) Siswa menjadi kurang hormat terhadap gurunya karena tidak
disiplin.
c) Pembelajaran akan terhambat dan siswa tidak bisa mempelajari
materi secara maksimal.
d) Sistem sekolah yang dibangun akan rusak karena ketidakdisiplinan
guru.
e) Guru menjadi tidak berwibawa untuk mendisiplinkan siswa-
siswinya karena krisis keteladanan”.121

Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara dengan waka

kurikulum Yustia Wahida menyampaikan:

“Mengingat dari pentingnya pendidikan bahwa pendidikan


memiliki tujuan untuk mencetak peserta didik yang berakhlakul karimah
oleh karena itu guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pendidikan akhlak ini. Sdalah satu hal yang p[perlu di lakukan guru adalah
memberikan contoh yang baik. Namun di satu sisi ada beberapa guru yang
kurang bisa di jadikan sebagai teladan dalam pendidikan akhlak misanya
mereka kurang disiplin dalam menjaga waktu maka jelas bahwa hal ini
sangat berpengaruh pada perilaku siswa untuk bersikap tidak disiplin
karena gurulah yang di jadikan contoh oleh karena itu ini merupakan salah
satu problematika pendidikan akhlak yang ada di Madrasah Aliyah AL-
Badri”.122

121
Syaifuddin, wawancara, Jember, 05 Juli 2019.
122
Yustia Wahida, wawancara, Jember, 05 Juli 2019.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


95

Selain dari hasil wawancara dengan kepala madarasah dan dewan

guru peneliti juga melakukan wawancara kepada salah satu siswi kelas XII

IPA MA AL-Badri terkait perilaku guru yang tidak disiplin Putri

Wahyuningtias mengatakan:

“Sikap disiplin itu sangat penting sekali apalagi bagi seorang guru
karena seorang guru itu menjadi panutan dan contoh bagi siswa-siswi MA
AL-badri bagi guru yang tidak disiplin jelas akan sangat mempengaruhi
terhadap sikap siswa bahwa mereka apabila di tanya kenapa mereka telat
maka mereka akan beralsan bahwa guru saja ada yang telat bagaimana
dengan saya, hal yang semacam ini sangat berpengaruh pada semua siswa-
siswi MA AL-Badri ini merupakan sebuah problem yang ada di sekolah
kami yang perlu di carikan sebuah upaya mengatasinya”.123

Selain dari hasil wawancara peneliti juga melakukan observasi

terkait dengan problematika pendidikan akhlak yang di sebabkan oleh

sikap guru yang tidak disiplin bahwa dari hasil pengamatan yang peneliti

temukan disaat jam 07:00 semua kegiatan sudah di mulai, dan semua

siswa-siswi diharuskan mengikuti kegiatan sholat dhuha bersama dan

pembacaan surat yasin bersama namun ada beberapa siswa yang datang

terlambat dan mendapatkan teguran dari guru yang bertugas menjaga pada

saat mereka di tanyakan penyebab keterlambatannya ada berbagai macam

ragam alasan ada yang beralasan karena antrian yang panjang pada saat

mereka di pesantren namun ada juga yang beralasan bahwa mereka

terlambat karena mereka melihat ada beberapa guru yang juga sering

terlambat hal ini terbukti sesuai dengan hasil pengamatan peneliti bahwa

ada beberapa guru yang memang terlambat, ketidakdisiplinan guru ini

123
Putri Wahyuningtias , wawancara, Jember, 05 Juli 2019.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


96

ternyata mempunyai pengaruh yang cukup besar pada siswa-siswi MA

AL-Badri bahwa apa yang mereka lakukan ternyata menjadi bahan contoh

bagi siswa-siswi MA AL-Badri untuk melakukan hal yang sama oleh

karena itu problem semacam ini memang perlu di carikan sebuah upaya

untuk mengatsinya.124

d. Sikap guru yang berperilaku buruk

Dalam wawancara dengan kepala madrasah terkait problematika

pendidikan akhlak yang berkaitan dengan guru adalah sikap guru yang

berprilaku buruk sebagaimana beliau mengatakan:

“Bahwa guru merupakan figure pertama yang ditiru, segala apa


yang di katakana dan di lakukan akan menjadi contoh bagi siswa-siswi
MA AL-Badri oleh karena itu seorang guru harus mampu menunjukkan
sikap yang lebih baik baik perilaku maupun ucapannya jika guru tidak bisa
menjadi contoh yang baik lebih baik tidak menjadi guru daripada menjadi
guru yang tidak baik. Jika hal itu dipaksakan dan di biarkan maka jelas
akanmerusak pada akhlak siswa-siswi MA AL-Badri. Terkait dengan
perilaku guru yang buruk disini adalah saya temukan beberapa guru yang
mengeluarkan kata-kata yang kurang sopan misalnya “kurang ajar” kata-
kata ini di dengarnya memang sepele namun akan berdampak besar pada
akhlak siswa-siswi MA AL-Badri yaitu adanya kecondongan mereka
untuk meniru perkataan yang sudah di ucapkan oleh seorang guru oleh
karena itu hal yang semacam ini merupakan sebuah problem dalam
pendidikan akhlak karena sepandai apapun guru tersebut jika tidak bisa
memberikan contoh yang baik pada siswa-siswi MA AL-Badri maka tidak
akan pernah diikuti”.125

124
Observasi di depan kelas XB, Gumuksari 10 juli 2019.
125
Syaifuddin , wawancara, Jember, 05 Juli 2019.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


97

Dalam wawancara dengan waka kurikulum terkait sikap guru yang

berperilaku buruk mengatakan:

“Bahwa perilaku guru itu mempunyai pengaruh yang besar sekali


terhadap akhlak siswa-siswi MA AL-Badri jika seorang guru sudah tidak
dapat memberikan contoh yang baik pada siswa bagaimana bisa di jadikan
contoh jelas akan sangat merusak pada akhlak siswa yang sudah lumayan
baik akhlaknya, sedangkan di MA AL-Badri ini ada sebagian guru yang
berperilaku buruk yang di maksud disini adalah perilaku yang
berhubungan dengan perkataan misalnya ada beberapa guru yang bila
marah mereka tidak dapat mengontrol emosinya sehingga terlontarlah
kata-kata yang tidak baik misalnya berkata “Goblok” “Kurang Ajar”
perkataan seperti ini jelas akan mempengaruhi akhlak siswa-siswi MA
AL-Badri untuk meniru apa yang dikatakan guru tersebut. oleh karena itu
ini menjadi sebuah problem dalam pendidikan akhlak”.126

Hal senada juga di perkuat dengan hasil wawancara dengan siswi

kelas XII IPA Putri wahyuningtias mengatakan:

“Bahwa guru itu sangat mempunyai pengaruh yang kuat mas


terhadap akhlak siswa-siswi MA AL-Badri jadi semua yang di lakukan
oleh guru itu pasti akan menjadi contoh sementara di MA AL-Badri ini ada
beberapa guru yang menunjukkan sikap yang buruk khususnya dalam
berbicara yaitu mereka pada saat berbicara kadang terlintas dalam kata-
katanya kalimat yang kurang baik misalnya mereka berkata dengan
kalimat “kurang ajar” kalimat ini meskipun sedikit tapi mempunyai
pengaruh yang besar pada semua siswa-siswi MA AL-Badri yaitu
mempengaruhi akhlak mereka sehingga mereka banyak yang mengikuti
apa yang sudah di katakana oleh guru mas.”127

Hal ini peneliti perkuat dengan hasil observasi yang peneliti

lakukan di lapangan terkait perilaku guru yang buruk yaitu pada saat

proses pembelajaran di mulai ada beberapa siswa yang datng terlambat

karena keterlambatannya itulah terlintas dari beberapa guru kata-kata yang

kurang baik di dengarkan yaitu kalimat “Kamu ini sudah bodoh masih

telat” kalimat ini sederhana namun sangat mempengaruhi pada akhlak

126
Yustia Wahida , wawancara, Jember, 05 Juli 2019.
127
Putri wahyuningtias , wawancara, Jember, 05 Juli 2019.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


98

siswa-siswi MA AL-Badri yaitu mereka akan kehilangan penghormatan

kepada guru tersebut karena mereka di permalukan di depan umum. Ini

merupakan sebuah problem dalam pendidikan akhlak.128

Selain dari itu peneliti juga mendengarkan beberapa perkataan

seorang guru yang tidak baik yaitu pada saat rapat dengan beberapa dewan

guru di musholla MA AL-Badri, ada beberapa siswi keluar kelas dan

mendapatkan teguran secara langsung dari beberapa guru yang kurang

lebih kalimatnya adalah “Kamu ini cewek mbak jangan sepertu ulat”

kalimat inipun juga akan mempengaruhi siswa-siswi khususnya akhlak

mereka dalam hal perkataan.129

2. Upaya mengatasi Problematika Pendidikan Akhlak di Madrasah

Aliyah AL-Badri.

1) Mengkonsumsi Minuman keras

Di antara dampak negatif dari pergaulan yang salah adalah

mengarahnya siswa-siswi Madrasah Aliyah AL-Badri untuk

mengkonsumsi minuman keras seperti hasil wawancara di atas namun

Madrasah melakukan beberapa upaya untuk mengatasi problematika

tersebut sebagaimana hasil wawancara dengan Iwan Hudoyo selaku guru

BP mengatakan:

“Memang di era modern ini banyak sekali hal hal yang


menghancurkan akhlak siswa di antara salah satunya adalah pergaulan
yang salah pada akhirnya sangat berpengaruh pada siswa siswi Madarash
Aliyah AL-Badri untuk mengkonsumsi minuman keras hal ini di

128
Observasi di depan kelas XIIA, Gumuksari 10 juli 2019.
129
Observasi di musholla, Gumuksari 10 juli 2019.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


99

pengaruhi oleh siswa siswi yang berasal dari luar pesantren oleh karena itu
ada beberapa upaya yang di lakukan Madrasah di antaranya:
Pertama, Mengadakan sosialisasi dan workshop dengan
melakukan kerjasama bersama TNI dan POLSEK Kalisat. mana sosialisasi
ini dilakukan oleh TNI dan Kapolsek Kalisat dengan mengupulkan semua
siswa-siswi Madrasah Aliyah AL-Badri dalam satu lapangan yang di
selenggarakan setiap satu bulan satu kali dengan tujuan agar mereka
terhindar dari perilaku-perilaku yang merusak akhlak mereka diantaranya
yang di sosialisasikan adalah bahaya narkoba,bahaya miras, dan sejenisnya
serta cara untuk menjauhinya”.130 Kedua, Memberikan peringatan. Ketiga,
Memberikan sangsi disiplin berupa sangsi moral seperti mengaji surat
yasin setiap hari selama satu bulan serta membersihkan lingkungan
sekolah selama satu minggu. Keempat, Melakukan pemanggilan orang tua
dan melakukan perjanjian diatas materai bila masih mengulangi kembali.
Kelima, mengeluarkan dari madrasah bila masih melanggar perjanjian
tersebut.131

Dalam hal ini kepala Madrasah Aliyah AL-Badri Syaifuddin

mengunkapkan:

“Bahwa untuk mengatasi problematika pendidikan akhlak di MA


AL-Badri ini khususnya dalam hal minuman keras ada beberapa upaya
yang di lakukan di antaranya, Pertama, Mengadakan sosialisasi dan
workshop dengan melakukan kerjasama bersama TNI dan POLSEK
Kalisat. mana sosialisasi ini dilakukan oleh TNI dan Kapolsek Kalisat
dengan mengupulkan semua siswa-siswi Madrasah Aliyah AL-Badri
dalam satu lapangan yang di selenggarakan setiap satu bulan satu kali
dengan tujuan agar mereka terhindar dari perilaku-perilaku yang merusak
akhlak mereka diantaranya yang di sosialisasikan adalah bahaya
narkoba,bahaya miras, dan sejenisnya serta cara untuk menjauhinya”.132
Kedua, Memberikan peringatan. Ketiga, Memberikan sangsi disiplin
berupa sangsi moral seperti mengaji surat yasin setiap hari selama satu
bulan serta membersihkan lingkungan sekolah selama satu minggu.
Keempat, Melakukan pemanggilan orang tua dan melakukan perjanjian
diatas materai bila masih mengulangi kembali. Kelima, mengeluarkan dari
madrasah bila masih melanggar perjanjian tersebut sehingga upaya ini di
harapakn menjadi pelajaran dan efek jera bagi siswa-siswi MA AL-Badri
yang lain karena bila hal ini tidak kita terapkan maka jelas akan merambat
pada yang lain dan jelas akan merusak citra baik lembaga madrasah ”.133

130
Iwan Hudoyo, wawancara, Jember, 17 Juli 2019.
131
Iwan Hudoyo, wawancara, Jember, 10 Juli 2019.
132
Iwan Hudoyo, wawancara, Jember, 17 Juli 2019.
133
Syaifuddin, wawancara, Jember, 10 Juli 2019.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


100

Hal ini juga disampaikan oleh Lilik Kurniati selaku guru mata

pelajaran akidah akhlak menyampaikan:

“Minuman keras merupakan sesuatu yang sangat di larang oleh


agama karena itu akan akan merusak masa depan generasi muda oleh
karena itu di MA AL-Badri ini harus ada sebuah upaya yang di lakukan
sebagai pencegahan, oleh karenanya ada beberapa upaya yang di lakukan
lembaga MA AL-Badri ini di antaranya, Pertama, Mengadakan sosialisasi
dan workshop dengan melakukan kerjasama bersama TNI dan POLSEK
Kalisat. mana sosialisasi ini dilakukan oleh TNI dan Kapolsek Kalisat
dengan mengupulkan semua siswa-siswi Madrasah Aliyah AL-Badri
dalam satu lapangan yang di selenggarakan setiap satu bulan satu kali
dengan tujuan agar mereka terhindar dari perilaku-perilaku yang merusak
akhlak mereka diantaranya yang di sosialisasikan adalah bahaya
narkoba,bahaya miras, dan sejenisnya serta cara untuk menjauhinya”.134
Kedua, Memberikan peringatan. Ketiga, Memberikan sangsi disiplin
berupa sangsi moral seperti mengaji surat yasin setiap hari selama satu
bulan serta membersihkan lingkungan sekolah selama satu minggu.
Keempat, Melakukan pemanggilan orang tua dan melakukan perjanjian
diatas materai bila masih mengulangi kembali. Kelima, mengeluarkan dari
madrasah bila masih melanggar perjanjian tersebut jika mereka tetap di
pertahankan maka mereka akan menjadi firus pada siswa-siswi MA AL-
Badri yang lain”.135

Demikian pula peneliti memperkuat dengan hasil observasi yang

peneliti lakukan sehubungan dengan problematika pendidikan akhlak yang

disebabkan oleh pergaulan yang salah yaitu khsusnya dalam

mengkonsumsi minuman keras bahwa dari hasil obsevasi peneliti bahwa

para pelaku minuman keras rata-rata adalah laki-laki oleh karena itu ada

beberapa upaya yang di lakukan oleh MA AL-Badri untuk mengatasinya

yaitu Pertama, Mengadakan sosialisasi dan workshop dengan melakukan

kerjasama bersama TNI dan POLSEK Kalisat. mana sosialisasi ini

dilakukan oleh TNI dan Kapolsek Kalisat dengan mengupulkan semua

134
Iwan Hudoyo, wawancara, Jember, 17 Juli 2019.
135
Lilik Kurniati ,wawancara, Jember, 17 Juli 2019.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


101

siswa-siswi Madrasah Aliyah AL-Badri dalam satu lapangan yang di

selenggarakan setiap satu bulan satu kali dengan tujuan agar mereka

terhindar dari perilaku-perilaku yang merusak akhlak mereka

diantaranya yang di sosialisasikan adalah bahaya narkoba,bahaya

miras, dan sejenisnya serta cara untuk menjauhinya”. Kedua, Memberikan

peringatan jadi bila di temukan siswa-siswi MA AL-Badri mengkonsumsi

minuman keras maka mereka akan mendapatkan panggilan khusus guru

BK selain dari itu mereka juga di masukkan pada buku pelanggaran atau

catatan buku besar. Ketiga, Memberikan sangsi disiplin berupa sangsi

moral serta sangsi fisik seperti mengaji surat yasin dibawah terik matahari

setiap hari selama satu bulan serta membersihkan lingkungan sekolah

selama satu minggu. Keempat, jika mereka msih tetap mengulangi

kesalahan yang sama maka akan dilakukan pemanggilan orang tua dan

melakukan perjanjian diatas materai bila masih mengulangi kembali.

Kelima, jika mereka masih tetap melanggar perjanjikan tersebut maka

sekolah mengeluarkan dari madrasah.”136

Inilah upaya yang di lakukan Madrash Aliyah AL-Badri untuk

mengatasi problematika pendidikan akhlak khususnya yang berhubungan

dengan minuman keras.

136
Observasi di depan kelas XIIA, Gumuksari 10 juli 2019.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


102

2) Menerima gambar dan tulisan serta video yang tidak senonoh

Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan beberapa

informan terkait upaya mengatasi problematika pendidikan akhlak

khususnya pergaulan yang menyebabkan siswa-siswi MA AL-Badri

menerima gambar atau tulisan yang tidak senonoh sebagaimana hasil

wawancara dengan kepala madrasah Syaifuddin menyatakan:

“Bahwa berbagai macam dampak negatif dari handpond


diantaranya adalah siswa-siswi MA AL-Badri mudah menerima gambar
atau tulisan bahkan video yang tidak senonoh oleh karena itu saya selaku
kepala madarasah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi
problematika tersebut diantaranya, Pertama, bahwa lembaga Madrasah
Aliyah AL-Badri melakukan sidak secara mendadak agar siswa-siswi tidak
menyembunyikan handpond yang mereka gunakan. Kedua, dengan
melakukan pemeriksaan isi handpond jika di temukan di dalam handpond
tersebut maka siswa-siswi yang bersangkutan akan mendapatkan
panggilan dari guru BK. Ketiga, penyitaan barang bukti handpond yang
akan di kembalikan ataupun bisa di ambil bila mereka sudah selesai
sekolah. Keempat, pemanggilan orang tua dengan tujuan memberikan
kepastian bahwa siswa-siswi tersebut melakukan pelanggaran di sekolah
serta di buatkan surat perjanjian di atas materai namun jika mereka
mengulangi perbuatan yang sama maka langkah yang, Kelima, adalah
mengeluarkan siswa-siswi tersebut dari sekolah sebagai efek jera bagi
yang lain”.137

Demikian juga dari hasil wawancara dengan guru BK Iwan

Hudoyo beliau mengatakan:

“Handpond memang tidak bisa lepas dari kehidupan zaman


tekhnologi ini karena handpond mempunyai peranan yang sangat penting
dalam menggali informasi namun disatu sisi dandpond juga mempunyai
dampak yang sangat negatif bagi siswa-siswi karena mayoritas mereka
belum bisa mengendalikan pada jalan yang baik dan benar diantara
dampak negatif tersebut adalah pada akhlak yang berupa melihat gambar
dan tulisan serta video yang tidak senonoh misalnya berbau purno hal ini
jelas akan mempengaruhi akhlak siswa-siswi MA AL-Badri oleh karena
itu uapaya mengatasi problem tersebut adalah dengan beberapa hal yaitu,
Pertama, membatasi penggunaan di luar KBM. Kedua, memberikan

137
Indah Wahyuni, wawancara, Jember, 10 Juli 2019.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


103

edukasi berupa pemahaman-pemahaman terkait dampak negatif dari


handpond dan bagaimana cara memanfaatkan handpond yang baik agar
tidak salah dalam menggunakannya. Ketiga, penyitaan bila mereka
ketahuan melihat gambar ataupun tulisan serta video yang tidak senonoh
dan akan di kembalikan selama satu tahun kemudian dan membuat
perjanjian bila mengulangi kembali maka tidak akan di kembalikan.
Keempat, sangsi secara kegamaan misalnya dengan membaca surat Yasin
sebanyak lima kali selama lima hari di depan kelas di bawah terik matahari
serta membersihkan lingkungan madarasah selama lima hari. Kelima,
pemanggilan orang tua jika mereka masih tetap mengulangi kesalahan
yang sama serta pembuatan surat pernyataan sanggup tidak akan
mengulangi kembali”.138

Hal senada juga di sampaikan oleh wali kelas Indah Wahyuni

terkait dengan upaya mengatasi problem yang di sebabkan oleh handpond

yaitu menerima gambar, tulisan serta video yang tidak senonoh beliau

mengatakan:

“Bahwa handpond bukan hanya mempunyai dampak positif namun


juga berdampak negatif khususnya pada akhlak siswa-siswi MA AL-Badri
yaitu mereka leluasa melihat ataupun menonton gambar serta video yang
tidak senonoh sehingga hal ini jelas sangat merusak terhadap akhlak siswa-
siswi MA AL-Badri oleh karena itu banyak upaya yang di lakukan oleh
Madarasah Aliyah AL-Badri di antaranya yaitu, Pertama, membatasi
penggunaan di luar KBM. Kedua, memberikan edukasi berupa
pemahaman-pemahaman terkait dampak negatif dari handpond dan
bagaimana cara memanfaatkan handpond yang baik agar tidak salah dalam
menggunakannya. Ketiga, penyitaan bila mereka ketahuan melihat gambar
ataupun tulisan serta video yang tidak senonoh dan akan di kembalikan
selama satu tahun kemudian dan membuat perjanjian bila mengulangi
kembali maka tidak akan di kembalikan. Keempat, sangsi secara
kegamaan misalnya dengan membaca surat Yasin sebanyak lima kali
selama lima hari di depan kelas di bawah terik matahari serta
membersihkan lingkungan madarasah selama lima hari. Kelima,
pemanggilan orang tua jika mereka masih tetap mengulangi kesalahan
yang sama serta pembuatan surat pernyataan sanggup tidak akan
mengulangi kembali”.139

138
Iwan Hudoyo , wawancara, Jember, 10 Juli 2019.
139
Indah Wahyuni, wawancara, Jember, 05 Juli 2019.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


104

Selain dari hasil wawancara dengan para informan peneliti juga

melakukan beberapa observasi untuk mendapatkan data yang akurat yaitu

terkait upaya mengatasi problematika pendidikan akhlak khsusnya yang di

sebabkan oleh handpond yaitu berdampak negatif pada akhlak siswa-siswi

berupa kesempatan mereka untuk melihat gambar dan tulisan serta video

yang tidak senonoh yang jelas ini sangat merusak sekali pada akhlak atau

perilaku siswa-siswi oleh sebab itu ada beberapa upaya yang di lakukan

untuk mengatasi problem tersebut yang peneliti temukan di antaranya yaitu

Pertama, membatasi penggunaan di luar KBM jadi siswa-siswi Madrasah

Aliyah AL-Badri ada waktu untuk bisa membuka handpond mereka .

Kedua, memberikan edukasi berupa pemahaman-pemahaman terkait

dampak negatif dari handpond dan bagaimana cara memanfaatkan

handpond yang baik agar tidak salah dalam menggunakannya pelaksanaan

edukasi ini di laksanakan setia dua minggu satu kali dengan mengumpulkan

semua sisw-siswi di dalam satu ruangan atau aula MA AL-Badri. Ketiga,

penyitaan bila mereka ketahuan melihat gambar ataupun tulisan serta video

yang tidak senonoh dan akan di kembalikan selama satu tahun kemudian

dan membuat perjanjian bila mengulangi kembali maka tidak akan di

kembalikan. Keempat, sangsi secara kegamaan misalnya dengan membaca

surat Yasin sebanyak lima kali selama lima hari di depan kelas di bawah

terik matahari serta membersihkan lingkungan madarasah selama lima hari.

Kelima, pemanggilan orang tua jika mereka masih tetap mengulangi

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


105

kesalahan yang sama serta pembuatan surat pernyataan sanggup tidak akan

mengulangi kembali.”140

3) Sikap guru yang tidak disiplin

Guru merupak orang yang pertama di sekolah yang patut menjadi

contoh yang baik bagi siswa-siswi Madrasah Aliyah AL-Badri namun ada

beberapa guru yang kurang disiplin saat KBM di mulai oleh karena itu ada

beberapa upaya yang di lakukan oleh Madrasah sebagimana ungkapan

kepala madrasah Aliyah AL-Badri Syaifuddin sebagai berikut:

“Karena guru merupakan tauladan pertama siswa kalau seorang


guru hanya bisa berbicara tanpa bisa memberikan contoh yang baik pada
siswa lebih baik tidak menjadi seorang guru, karena mengingat
tanggungjawab seorang guru sangat besar dan kelak akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT, sementara di Madarash
Aliyah AL-Badri sendiri ada beberapa guru yang kurang disiplin dalam
menjaga waktu dan pada akhirnya akan mempengaruhi pada akhlak siswa
sehingga siswapun akan sering terlambat maka ada beberapa upaya yang
dilakukan Madrasah yaitu:
Pertama, pada saat acara rapat saya selaku kepala madrasah selalu
menyampaikan slogan yang berbunyi “Lebih baik tidak menjadi guru
daripada menjadi guru yang tidak baik” kalimat ini saya sampaikan
sebagai teguran yang tidak langsung kepada semua dewan guru. Kedua,
pemanggilan secara langsung yaitu apabila ada seorang guru yang tidak
disiplin maka saya selaku kepala madrasah langsung memanggil guru
yang bersangkutan dan memberikan tegoran agar supaya bisa lebih
disiplin dalam menjaga waktu”.141

Sebagaimana peneliti juga melakukan wawancara dengan waka

kurikulum Yustia Wahida menyampaikan :

“Guru adalah sorotan pertama bagi peserta didik khususnya di MA


AL-Badri oleh karena itu guru harus memberikan contoh yang baik bagi
peserta didik namun di MA AL-Badri ada sebagian guru yang kurang
memberikan contoh yang baik bagi peserta didik misalnya kurangnya
sikap disiplin sehingga ini mempengaruhi terhadap akhlak siswa-siswi MA

140
Observasi di depan kelas Aula MA AL-Badri, Gumuksari 10 juli 2019.
141
Syaifuddin, wawancara, Jember, 05 Juli 2019.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


106

AL-Badri oleh karena itu ada beberapa upaya yang di lakukan lembaga
MA AL-Badri untuk mengatasi problematika tersebut yaitu dengan
memanggil guru yang bersangkutan dengan di ajak duduk bersama
tujuannya adalah agar supaya mereka bisa lebih disiplin dalam menjaga
waktu dan agar supaya tidak menjadi pengaruh negatif pada peserta didik
MA AL-Badri”.142

Hal ini juga sebagaimana hasil observasi peneliti bahwa dalam

upaya mengatasi problematika pendidikan akhlak khususnya yang

berhubungan dengan guru yaitu sikap guru yang tidak disiplin ada

beberapa upaya yang di lakukan oleh lembaga MA AL-badri di antaranya,

Pertama, pada saat acara rapat kepala madrasah selalu menyampaikan

slogan yang berbunyi “Lebih baik tidak menjadi guru daripada menjadi

guru yang tidak baik” kalimat ini saya sampaikan sebagai teguran yang

tidak langsung kepada semua dewan guru acara rapat ini biasanya di

laksanakan pada saat setelah istirahat di musholla MA AL-Badri, yang

mana rapat ini di hadiri oleh kepala madarasah, semua dewan guru,

petugas tata usaha, security yang bertujuan agara semua bisa lebih

menjaga sikap disiplin. Kegiatan rapat ini di ketua oleh kepala madarasah

dan wakil kepala madarasah serta waka kurikulum. Kedua, pemanggilan

secara langsung yaitu apabila ada seorang guru yang tidak disiplin maka di

lakukan pemanggilan secara langsung guru yang bersangkutan dan

memberikan tegoran agar supaya bisa lebih disiplin dalam menjaga waktu.

Pelaksanaan pemanggilan guru ini hanya di lakukan oleh kepala madrasah

dan waka kurikulum dan biasanya pemanggilan ini di lakukan disaat guru

142
Yustia Wahida,wawancara, Jember, 05 Juli 2019.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


107

yang bersangkutan pada waktu istirahat. Sedangkan proses dalam

pemanggilan itu biasanya di buka dengan permintaan maaf terlebih dahulu

kepada guru yang tidak disiplin baru di lanjutkan dengan pemberian

kritikan dan saran agar supaya mereka lebih menjaga sikap

kedisiplinannya.143

4) Sikap guru yang berperilaku buruk

Selain dari yang di sebutkan di atas problematika pendidikan

akhlak yang di bersumber pada guru yaitu sikap gur yang berperilaku

buruk sebagaimana peneliti melakukan wawancara dengan beberapa

informan diantanya yaitu kepala madrasah Syaifuddin mengungkapkan:

“Berbagai problematika pendidikan akhlak di antaranya yaitu guru


yang mana guru ini ada sebagaian yang berperilaku buruk misalnya dalam
hal perkataan yang kurang sopan terhadap peserta didik hal ini menjadi
sebuah problem dalam pendidikan akhlak karena bila seorang guru sudah
tidak bisa memberikan contoh yang baik kepada peserta didik maka sulit
untuk membangun sebuah akhlak yang baik oleh karena itu ada beberapa
upaya yang di lakukan untuk mengatasi problem tersebut yaitu, Pertama,
memberika teguran kepada guru yang bersangkutan dengan cara
memanggil pada saat kejadian berlangsung. Kedua, pemanggilan secara
khusus yaitu jika guru tersebut masih tetap berperilaku yang buruk maka
akan di panggil keruangan khusus dengan di berikan bimbingan dan
arahan agar supaya sadar dan tidak mengulanginya lagi”.144

Sebagaimana Yustia Wahida mengatakan terkait dengan sikap guru

yang berperilaku buruk:

“Sehubungan dengan perilaku guru yang buruk memang


merupakan sebuah problem yang sangat mempengaruhi akhlak siswa-
siswi khususnya MA AL-Badri oleh karena itu harus ada upaya yang di
lakukan untuk agar hal ini tidak terus menerus tanpa adanya sebuah solusi
oleh sebab itu Madrasah Aliyah AL-Badri melakukan sebuah upaya yaitu,
memberikan teguran kepada guru yang bersangkutan dan memberikan

143
Observasi, di ruang kepala Madrasah dan wakur, Gumuksari 10 juli 2019.
144
Syaifuddin ,wawancara, Jember, 05 Juli 2019.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


108

pengertian akan pentingnya sikap disiplin serta dampak negatik terhadap


akhlak siswa-siswi khususnya MA AL-Badri”.145

Hal ini sesuai dengan yang peneliti amati saat peneliti berada di

depan kelas bahwa saat ada guru yang berperilaku buruk khususnya

berkata yang tidak baik, maka kepala madrasah Syaifuddin memanggil

kepada guru yang bersangkutan untuk memberikan teguran di dalam

ruangan kepala madrasah. Kepala madrasah memberikan pengertian

tentang arti pentingnya berbicara yang baik dan sopan kepada peserta

didik dan bahaya negatif bagi peserta didik dari perkataan yang tidak baik,

hal ini di lakukan agar guru yang bersangkutan tidak mengulangi

perkataan yang buruk tersebut.146

B. Temuan Penelitian

1. Problematika Pendidikan Akhlak di Madrasah Aliyah AL-Badri

Pada temuan data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi di

atas, terdapat beberapa temuan penelitian di Madrasah Aliyah AL-Badri.

Berikut ini peneliti paparkan matrik temuan data tentang problematika

pendidikan akhlak di Madrasah Aliyah AL-Badri.

1) Mengkonsumsi minuman keras

Selain dampak pergaulan berpengaruh pada akhlak siswa untuk

berperilaku yang buruk maka pergaulan juga berdampak pada akhlak

siswa-sisiwi untuk mengkonsumsi minuman keras. Bahwa siswa-siswi

Madrasah Aliyah AL-Badri belum bisa memilah memilih pergaulan yang

145
Yustia Wahida ,wawancara, Jember, 05 Juli 2019.
146
Observasi, di depan kelas XA, Gumuksari 10 juli 2019.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


109

baik sehingga banyak di antara mereka yang notabennya 50% berasal dari

pesantren dan 50% berasal dari luar pesantren terpengaruh dari siswa-

siswi yang dari luar pesantren. Bahwa siswa-siswi yang dari luar pesantren

mengajak pada siswa-siswi yang berasal dari pesantren. Dan kebanyakan

para pelaku minuman keras rata-rata adalah laki-laki jarang sekali dari

perempuan hal ini karena laki-laki lebih memiliki keberanian yang kuat

untuk mencoba.

Selain daripada itu pergaulan siswa-siswi Madrasah Aliyah pada

kenyataannya mereka berkumpul dan bebeas bergaul dengan siapapun

yang mereka sukai baik yang berlatar belakang dari pesantren maupun dari

luar pesantren sehingga hal ini sangat mempengaruhi akhlak dan

keinginan mereka untuk mengkonsumsi minuman keras.

2) Menerima gambar, tulisan serta video yang tidak senonoh

Terkait dengan handpond ini tergantung kepada si pengguna jika

dia bisa mengendalikan dengan baik maka handpond akan sangat besar

manfaatnya demikian juga bila si pengguna tidak bisa mengendalikan

dengan baik maka akan berdampak negatif. Namun bagi siswa sendiri

handpond akan lebih banyak dampak negatifnya daripada dampak

positifnya di karenakan mereka belum bisa mengendalikan handpond

dengan baik. Tak terlepas juga siswa-siswi Madrasah Aliyah AL-Badri

handpond merupakan hal yang sangat berdampak negatif khususnya pada

akhlak mereka hal ini dibuktikan dengan adanya tulisan, gambar serta

video yang tidak wajar untuk di baca dan dilihat setelah adanya

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


110

pengecekan pada saat pelaksanaan sidak, pada saat pengecekan di temukan

beberapa gambar dan video yang ersifat merusak akhlak peserta didik, hal

ini jelas akan sangat mempengaruhi akhlak siswa-siswi Madarash Aliyah

AL-Badri dan ini akan berpengaruh pula pada siswa-siswi yang berasal

dari pesantren.

3) Sikap guru yang tidak disiplin

Bahwa di temuakan beberapa problem pendidikan akhlak yang

bermuara pada guru yaitu adanya sikap guru yang tidak disiplin.

ketidakdsisiplinan guru menjaadi sebuah problem yang sangat berdampak

pada akhlak siswa-siswi Madrasah Aliyah AL-Badri khususnya karena

secara tidak sadar mereka akan meniru beberapa guru yang tidak disiplin.

Karena bila seorang guru sudah tidak tepat waktu bagaimana dengan

seorang murid pasti mereka akan lebih tidakdisiplin di bandingkan dengan

guru..

4) Sikap guru yang berperilaku buruk

Terkait dengan perilaku guru yang buruk disini ditemukan

beberapa guru yang mengeluarkan kata-kata yang kurang sopan misalnya

“kurang ajar” kata-kata ini di dengarnya memang sepele namun akan

berdampak besar pada akhlak siswa-siswi MA AL-Badri yaitu adanya

kecondongan mereka untuk meniru perkataan yang sudah di ucapkan oleh

seorang guru oleh karena itu hal yang semacam ini merupakan sebuah

problem dalam pendidikan akhlak karena sepandai apapun guru tersebut

jika tidak bisa memberikan contoh yang baik pada siswa-siswi MA AL-

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


111

Badri maka tidak akan pernah diikuti.

No Fokus Penelitian Temuan Penelitian


1 Bagaimanakah 1) Mengkonsumsi minuman keras
Bahwa damapk negatif dari pergaulan
problematika
yang salah di Madrasah Aliyah AL-Badri
pendidikan akhlak di adalah mengajak para siswa-siswi yang
dari pesantren untuk ikut mengkonsumsi
Madrasah Aliyah AL-
minuman keras.
Badri? 2) Menerima gambar, tulisan serta video
yang tidak senonoh
Dampak negatif dari handpond bagi
peserta didik Madrasah Aliyah AL-Badri
yaitu mudahnya mereka melihat gamabr,
tulisan-tulisan serta video yang tidak
senonoh atau berbau purno.
3) Sikap guru yang tidak disiplin
Bahwa sikap guru yang tidak disiplin
sangat mempengaruhi perilaku atau
akhlak sisiwa-siswi Madrasah Aliyah
AL-Badri yaitu mereka tidak akan
menghormati guru yang bersangkutan
serta meniru perilaku guru yang tidak
disiplin.
4) Sikap guru yang berperilaku buruk
Bahwa dampak dari perilaku buruk
seorang guru sangat mempengaruhi
akhlak siswa-siswi Madrasah Aliyah AL-
Badri yaitu adanya kecondongan mereka
untuk meniru perkataan yang sudah di
ucapkan oleh seorang guru.

2. Upaya mengatasi Problematika Pendidikan Akhlak di Madrasah

Aliyah AL-Badri

1) Mengkonsumsi minuman keras

Memang di era modern ini banyak sekali hal hal yang

menghancurkan akhlak siswa di antara salah satunya adalah pergaulan

yang salah pada akhirnya sangat berpengaruh pada siswa siswi Madarash

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


112

Aliyah AL-Badri untuk mengkonsumsi minuman keras hal ini di

pengaruhi oleh siswa siswi yang berasal dari luar pesantren oleh karena itu

ada beberapa upaya yang di lakukan Madrasah di antaranya Pertama,

Mengadakan sosialisasi dan workshop dengan melakukan kerjasama

bersama TNI dan POLSEK Kalisat. mana sosialisasi ini dilakukan oleh

TNI dan Kapolsek Kalisat dengan mengupulkan semua siswa-siswi

Madrasah Aliyah AL-Badri dalam satu lapangan yang di selenggarakan

setiap satu bulan satu kali dengan tujuan agar mereka terhindar dari

perilaku-perilaku yang merusak akhlak mereka diantaranya yang di

sosialisasikan adalah bahaya narkoba,bahaya miras, dan sejenisnya serta

cara untuk menjauhinya. Kedua, Memberikan peringatan. Ketiga,

Memberikan sangsi disiplin berupa sangsi moral seperti mengaji surat

yasin setiap hari selama satu bulan serta membersihkan lingkungan

sekolah selama satu minggu. Keempat, Melakukan pemanggilan orang tua

dan melakukan perjanjian diatas materai bila masih mengulangi kembali.

Kelima, mengeluarkan dari madrasah bila masih melanggar perjanjian

tersebut.

2) Menerima gambar, tulisan serta video yang tidak senonoh

Bahwa berbagai macam dampak negatif dari handpond

diantaranya adalah siswa-siswi MA AL-Badri mudah menerima gambar

atau tulisan bahkan video yang tidak senonoh oleh karena itu saya selaku

kepala madarasah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi

problematika tersebut diantaranya, Pertama, bahwa lembaga Madrasah

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


113

Aliyah AL-Badri melakukan sidak secara mendadak agar siswa-siswi tidak

menyembunyikan handpond yang mereka gunakan. Kedua, dengan

melakukan pemeriksaan isi handpond jika di temukan di dalam handpond

tersebut maka siswa-siswi yang bersangkutan akan mendapatkan

panggilan dari guru BK. Ketiga, penyitaan barang bukti handpond yang

akan di kembalikan ataupun bisa di ambil bila mereka sudah selesai

sekolah. Keempat, pemanggilan orang tua dengan tujuan memberikan

kepastian bahwa siswa-siswi tersebut melakukan pelanggaran di sekolah

serta di buatkan surat perjanjian di atas materai namun jika mereka

mengulangi perbuatan yang sama maka langkah yang, Kelima, adalah

mengeluarkan siswa-siswi tersebut dari sekolah sebagai efek jera bagi

yang lain.

Selain dari apa yang disebutkan diatas adapula upaya yang di

lakukan Madarasah Aliyah AL-Badri dalam mengatasi problematika

pendidikan akhlak terkait dengan menerima gambar dan tulisan serta video

yang tidak senonoh yaitu dengan cara memberikan sangsi secara

keagamaan yaitu dengan cara membaca surat yasin sebanyak lima kali

selama lima hari. Hal ini sangat sesuai dengan pandangan Ghazali bahwa

ada beberapa upaya yang bisa di lakukan untuk mengatasi problematika

tersebut yaitu dengan Mujahadah dan Riyadotun Nafs yaitu mendorong

jiwa untuk melakukan amalan-amalan yang dituntut oleh akhlak yang

dituntut. 147 maknanya, cara untuk memperbaiki jiwa adalah dengan

147
Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali, Ibid, hlm. 62.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


114

menghilangkan berbagai kenistaan dan akhlak buruknya, serta meraih

keutamaan dan akhlak-akhlak yang baik, sebagaimana cara untuk

mengobati anggota badan yang sakit adalah dengan menghilangkan

penyakit dan mengusahakan kesembuhannya.

3) Sikap guru yang tidak disiplin

Karena guru merupakan tauladan pertama siswa kalau seorang

guru hanya bisa berbicara tanpa bisa memberikan contoh yang baik

pada siswa lebih baik tidak menjadi seorang guru, karena mengingat

tanggungjawab seorang guru sangat besar dan kelak akan

dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT, sementara di Madarash

Aliyah AL-Badri sendiri ada beberapa guru yang kurang disiplin dalam

menjaga waktu dan pada akhirnya akan mempengaruhi pada akhlak siswa

sehingga siswapun akan sering terlambat maka ada beberapa upaya

yang dilakukan Madrasah yaitu:

Pertama, pada saat acara rapat saya selaku kepala madrasah selalu

menyampaikan slogan yang berbunyi “Lebih baik tidak menjadi guru

daripada menjadi guru yang tidak baik” kalimat ini saya sampaikan

sebagai teguran yang tidak langsung kepada semua dewan guru, acara

rapat ini biasanya di laksanakan pada saat setelah istirahat di musholla MA

AL-Badri, yang mana rapat ini di hadiri oleh kepala madarasah, semua

dewan guru, petugas tata usaha, security yang bertujuan agara semua bisa

lebih menjaga sikap disiplin. Kegiatan rapat ini di ketua oleh kepala

madarasah dan wakil kepala madarasah serta waka kurikulum.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


115

Kedua, pemanggilan secara langsung yaitu apabila ada seorang

guru yang tidak disiplin maka saya selaku kepala madrasah langsung

memanggil guru yang bersangkutan dan memberikan tegoran agar

supaya bisa lebih disiplin dalam menjaga waktu. Pelaksanaan

pemanggilan guru ini hanya di lakukan oleh kepala madrasah dan waka

kurikulum dan biasanya pemanggilan ini di lakukan disaat guru yang

bersangkutan pada waktu istirahat. Sedangkan proses dalam pemanggilan

itu biasanya di buka dengan permintaan maaf terlebih dahulu kepada guru

yang tidak disiplin baru di lanjutkan dengan pemberian kritikan dan saran

agar supaya mereka lebih menjaga sikap kedisiplinannya.

4) Sikap guru yang berperilaku buruk

Berbagai problematika pendidikan akhlak di antaranya yaitu guru

yang mana guru ini ada sebagaian yang berperilaku buruk misalnya dalam

hal perkataan yang kurang sopan terhadap peserta didik hal ini menjadi

sebuah problem dalam pendidikan akhlak karena bila seorang guru sudah

tidak bisa memberikan contoh yang baik kepada peserta didik maka sulit

untuk membangun sebuah akhlak yang baik oleh karena itu ada beberapa

upaya yang di lakukan untuk mengatasi problem tersebut yaitu,

Pertama, memberika teguran kepada guru yang bersangkutan

dengan cara memanggil pada saat kejadian berlangsung yang mana

pemberian teguran ini hanya di lakukan oleh kepala madrasah dan waka

kurikulum kepada guru yang bersangkutan. Kedua, pemanggilan secara

khusus yaitu jika guru tersebut masih tetap berperilaku yang buruk maka

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


116

akan di panggil keruangan khusus dengan di berikan bimbingan dan

arahan agar supaya sadar dan tidak mengulanginya lagi, pemberian

bimbingan ini di lakukan oleh kepala madrasah kepada guru yang

bersangkutan, dan pemberian bimbingan ini memberikan pemahaman

bahwa seorang guru harus bisa bersikap dan berperilaku yang jauh lebih

baik di bandingkan dengan peserta didik.

Tabel 4.2

Matrik Upaya mengatasi problematika pendidikan akhlak


di Madrasah Aliyah AL-Badri

No Fokus Penelitian Temuan Penelitian


2 Bagaimanakah Upaya 1) mengkonsumsi minuman
keras
mengatasi problematika
-Mengadakan sosialisasi dan
pendidikan akhlak di workshop dengan melakukan
kerjasama bersama TNI dan
Madrasah Aliyah AL-Badri?
POLSEK Kalisat.
-Memberikan peringatan.
-Memberikan sangsi disiplin berupa
sangsi moral seperti mengaji surat
yasin setiap hari selama satu bulan
serta membersihkan lingkungan
sekolah selama satu minggu.
-Melakukan pemanggilan orang tua
dan melakukan perjanjian diatas
materai.
2) menerima gambar,tulisan
serta video yang tidak senonoh
-melakukan sidak secara mendadak
-melakukan pemeriksaan isi
handpond jika di temukan di dalam
handpond tersebut maka siswa-
siswi yang bersangkutan akan
mendapatkan panggilan dari guru
BK
- penyitaan barang bukti handpond
-, pemanggilan orang tua
-mengeluarkan siswa-siswi tersebut
dari sekolah

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


117

3) Sikap guru yang tidak disiplin


-teguran secara tidak langsung
-Teguran langsung
4) sikap guru yang berperilaku
buruk
-teguran secara tidak langsung
-teguran langsung

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini, temuan bab IV akan didiskusikan dan dianalisis dengan

kajian teori pada bab II. Pada bagian ini akan diuraikan secara berurutan

mengenai problematika pendidikan akhlak dan upaya mengatasinya di

Madrasah Aliyah AL-Badri.

A. Problematika Pendidikan Akhlak di Madrasah Aliyah AL-Badri

Adapun arti dari iproblematika menurut Nur kholif hasim

berpendapat: (1). Problematika adalah mengandung masalah. (2)

problematika dari kata problem adalah masalah sosial dan belum

terjawab.175 Sedang penulis berpendapat bahwa problematika merupakan

kata yang berasal dari istilah ilmiah, yang artinya sama dengan masalah,

dan masalah dalam pengertianya adalah tidak sesuai antara harapan dan

kenyataan.

Sedangkan pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia

untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarkat

dan kebudayaan. dan akhlak ialah kebiasan atau kehendak.

berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahama bahwa

problematika pendidikan akhlak adalah segalah kendala yang dihadapi

siswa untuk mencapai suatu usaha yang dilakukan dalam menanamkan

keyakinan dari lubuk hati, guna mencapai itingkah laku yang baik dan

terarah serta menjadikan sebagai suatu kebiasaan baik menurut akal

175
Nur Khoif Hasim. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakata: Balai pustaka, 1991, 229.

118

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


119

maupun syara’. Sedangkan dari hasil penelitian yang penulis temukan ada

beberapa iproblematika pendidikan iakhlak di Madrasah Aliyah AL-Badri

yaitu:

1) Mengkonsumsi Minuman keras

Dengan melihat data jumlah siswa-siswi yang mengkonsumsi

minuman keras bahwa para siswa yang mengkonsumsi minuman keras

rata-rata adalah laki-laki dengan alasan latar belakang yang berbeda-beda

ada yang berlatar belakang dari kelaurga broken home dan dari keluarga

yang bermasalah dan yang sangat berpengaruh juga dari factor lingkungan

sekolah yang di pengaruhi oleh teman bergaul yang salah yaitu pergaulan

dengan siswa-siswi yang berasal dari luar pesantren. Pergaulan ini terjadi

disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: tidak adanya kelas pemisah di

antara siswa-siswi yang berasal dari pesantren dengan yang berasal dari

luar pesantren sehingga mereka bebas untuk bergaul dengan siapapun

yang mereka pilih, juga terjadi pada saat jam-jam istirahat sehingga

merekapun punya kebebasan untuk saling berkumpul dan berkomunikasi

yang pada akhirnya dari pergaulan itu siswa-siswi yang dari pesantren

mempunyai kesempatan untuk mengkonsumsi minuman keras dan siswa-

siswi yang dari luar pesantren mengjak mereka untuk bisa mengkonsumsi

minuman keras hal ini merupakan problem pendidikan akhlak yang terjadi

di Madrasah Aliyah AL-Badri.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


120

Sebagaimana hal ini sesuai dengan kajian teori pada bab II bahwa

teman yang tidak baik maka akan berpengaruh untuk berbuat yang yang

tidak baik. Sebagaiamana perkataan Asy-Syaikh Al-Zarnuji di dalam

Sya’irnya menyampaikan:

‫ال تصحب الكسالن فى حا الته = كم صالح بفساد اخر يفسد‬

Artinya: janganlah kalian bergaul dengan seseorang yang pemalas di


dalam segala hal baik dalam waktunya maupun dalam perilakunya, banyak
orang yang baik karena kerusakan satu orang maka rusaklah orang baik
tersebut.” 176

Pengertian dari sya’ir diatas yaitu bahwa kita di larang untuk

berteman dengan orang yang pemalas, baik dia malas dalam melakukan

sesuatu ataupun dia malas di segala waktu untuk melakukan sesuatu yang

bermanfaat karena begitu banyak orang yang awalnya baik dan rajin

namun mereka bias menjadi malas dan bersikap buruk karena sebab dari

berteman dengan orang yang buruk dan imalas. Dari sya’ir di atas

menunjukkan bahwa pergaulan yang salah akan banyak mempengaruhi

terhadap perilaku peserta didik di antaranya adalah bila peserta didik

bergaul dengan seorang pengkonsumsi minuman keras maka dia juga akan

terpengaruh untuk mengkonsumsi minuman keras.

Sebagaimana di lanjutkan oleh sya’ir sesudahnya yang berbunyi:

‫عدوالبليد الى الجليد سريعة = كاالجمر يوضع فى الرماد فيحمد‬


Artinya: adapun bermusuhnya orang yang bodoh dengan orang yang
pandai sangatlah cepat layaknya bara api yang di tancapkan ke tanah maka
cepatlah kematiannya”.177
176
Asy-Syaikh Al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’allim Thariq Al-Ta’allum, (Surabaya:Al-Haramain,
2002), 16.
177
Asy-Syaikh Al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’allim Thariq Al-Ta’allum, (Surabaya:Al-Haramain,
2002), 16.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


121

Maksud dari sya;ir di atas yaitu bahwa orang yang pandai dengan

orang yang bodoh merupakan dua kekutan yang saling bermusuhan artinya

saling mempengaruhi selayaknya api yang di masukkan ke dalam tanah

maka api itu akan mati seketika tanpa menuggu waktu lama, demikian

pula dari pergaulan jika kita bergaul dengan orang baik maka kebaikan itu

akan cepat menular sebaliknya jika kita bergaul dengan dengan orang yang

buruk maka keburukan itu akan cepat menular pada diri kita. Hal ini

sebaimana yang terjadi di Madrasah Aliyah AL-Badri bahwa pergaulan

peserta didik yang salah mempengaruhi sikap peserta didik untuk

mengkonsumsi minuman keras karena akibat dari bergaul dengan

pengkonsumsi minuman keras.

2) Menerima gambar atau tulisan yang tidak senonoh

Sebagaimana dari hasil penelitian yang peneliti temukan khsusnya

di Madrasah Aliyah AL-Badri handpond merupakan alat yang sangat di

butuhkan di jaman yang serba tehnologi ini, namun kadang kadang

handpond juga bisa menjadi suatu alat yang sangat merugikan bila si

pengguna tidak dapat menggunakannya pada yang baik. Tak terlepas juga

terhadap siswa-siswi Madrasah Aliyah AL-Badri bahwa mereka lebih

banyak menggunakan handpond yang mereka gunakan pada jalan yang

kurang baik diantara salah satunya adalah mereka menggunakan handpond

untuk membuka gambar-gambar ataupun tulisan-tulisan serta video-video

yang tidak baik misalnya gambar-gambar yang berbau purno, cerita-cerita

yang mengarah kepada yang berbau purno serta video yang purno hal ini

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


122

sungguh sangat mempengaruhi pada syahwat mereka sehingga hal ini

mengarah pada akhlak yang tidak baik nantinya. Hal ini di temukan di saat

pelaksanaan sudah selesai dan di lakukan penegcekan. biasanya sidak ini

di lakukan secara mendadak tanpa sepengetahuan siswa-siswi.Hal in

sesuai dengan kajian teori yang menjelakan beberapa idampak inegative

handpond yaitu :

1. Fitur-fitur yang tersedia di handphone seperti : kamera, games, gambar,

dan fasilitas yang lain, mudah mengalihkan perhatian peserta didik dalam

menerima pelajaran di sekolah (kelas).

2. Peserta didik mudah disibukkan dengan memanggil/ menerima panggilan,

sms, miscall dari teman mereka bahkan dari keluarga mereka sendiri.

3. Dengan handphone dapat untuk melakukan kecurangan dalam ulangan.

4. Dengan handphone peserta didik dapat mudah mengirim/ menerima baik

tulisan maupun gambar yang tidak baik dan tidak selayaknya dikonsumsi

pelajar. Kalau hal tersebut dibiarkan, maka peserta didik akan dewasa

sebelum waktunya, dan peserta didik yang kita hadapi merupakan peserta

didik yang taat dan patuh pada ipermainan iteknologi handphone. 178

5. Sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan perilaku.

Jika tidak ada kontrol dari guru dan orang tua. Alat komunikasi

handphone bisa digunakan untuk menyebarkan gambar-gambar yang

mengandung unsur negatif yang tidak layak dilihat seorang pelajar dan

178
Beatus Mendelson Laka, “Dampak Penggunaan handphone terhadap perilaku belajar peserta
didik”. Jurnal Paedagogika dan Dinamika Pendidikan Vol 7, No 2 (Agustus 2012), 19.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


123

pada akhirnya isangat berpotensi mempengaruhi sikap dan iprilaku

mereka.

6. Pemborosan

Dengan mempunyai alat komunikasi handphone, maka

pengeluaran kita akan bertambah, apalagi kalau handphone hanya

digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat maka hanya akan menjadi

pemborosan. Dengan anggaran orang tua yang serba minim para peserta

didik memaksa iorang tuanya untuk dapat dibelikan handphone. Belum

lagi para pelajar setelah itu harus meminta uang kepada orang tua untuk

membeli pulsa setiap bulan bahkan setiap hari.179 Kebanyakan pelajar

sekarang itu tidak mempunyai buku dengan alasan tidak punya uang,

tetapi dibalik itu kalau urusan “membeli pulsa” tidak ada kata “tidak

punya uang.

Hal ini sesuai dengan poin empat diatas bahwa handpond

menyebabkan peserta didik dapat mudah mengirim/ menerima baik

tulisan maupun gambar yang tidak baik dan tidak selayaknya dikonsumsi

pelajar. Kalau hal tersebut dibiarkan, maka peserta didik akan dewasa

sebelum waktunya, dan peserta didik yang kita hadapi merupakan peserta

didik yang taat dan patuh pada permainan teknologi handphone.

179
Uswatun,Dampak Positif dan Negatif HP bagi Pelajar,
http://www.edukasi.kompasiana.com(diakses tanggal 18 Februari 2018)

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


124

3) Sikap guru yang tidak disiplin

terkait dengan problematika pendidikan akhlak yang di sebabkan

oleh sikap guru yang tidak disiplin bahwa dari hasil pengamatan yang

peneliti temukan disaat jam 07:00 semua kegiatan sudah di mulai, dan

semua siswa-siswi diharuskan mengikuti kegiatan sholat dhuha bersama

dan pembacaan surat yasin bersama namun ada beberapa siswa yang

datang terlambat dan mendapatkan teguran dari guru yang bertugas

menjaga pada saat mereka di tanyakan penyebab keterlambatannya ada

berbagai macam ragam alasan ada yang beralasan karena antrian yang

panjang pada saat mereka di pesantren namun ada juga yang beralasan

bahwa mereka terlambat karena mereka melihat ada beberapa guru yang

juga sering terlambat hal ini terbukti sesuai dengan hasil pengamatan

peneliti bahwa ada beberapa guru yang memang terlambat,

ketidakdisiplinan guru ini ternyata mempunyai pengaruh yang cukup

besar pada siswa-siswi MA AL-Badri bahwa apa yang mereka lakukan

ternyata menjadi bahan contoh bagi siswa-siswi MA AL-Badri untuk

melakukan ihal yang sama.

Sebagaimana perkataan Asy-Syaikh Al-Zarnuji dalam kitab

Ta’lim Al-Muta’allim Thariq Al-Ta’allum sebagai berikut:

‫فينبغى ان يختار االعلم و االورع واالسن‬

Artinya: Sangat pantas bagi pencari ilmu untuk memilih seorang


guru yaitu 1) yang lebih alim 2) yang lebih wara’ 3) yang lebih tua.180

180
Asy-Syaikh Al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’allim Thariq Al-Ta’allum, (Surabaya:Al-Haramain,
2002), 13.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


125

Maksud dari perkataan Asy-Syaikh Al-Zarnuji di atas adalah

bahwa seorang pencari ilmu agar supaya tidak sembarangan dalam

memilih guru karena bila salah dalam memilih guru maka apa yang

menjadi cita-citanya tidak akan tercapai yaitu bahwa seorang guru yang

harus di pilih adalah. Pertama, seorang guru harus orang yang jauh lebih

pandai, lebih pintar, lebih menguasai pada bidang ilmu dan lebih tau

segalanya dari peserta didik. Bagaimana bisa mungkin pesesrta didik akan

bertambah lebih pandai jika gurunya tidak mempunyai pengetahuan yang

luas. Kedua.Seorang guru harus lebih wara’ yaitu lebih bisa menjaga dari

sesuatu yang di larang oleh agama baik perkataannya maupun dalam

tindakannya. Artinya jika seorang guru tidak bias menjaga dari sesuatu

yang di larang oleh agama baik apa yang di lakukannya maupun yang di

ucapkannya oleh karena itu seorang guru harus bias menjaga dari segala

tindakan ataupun sikap yang tidak pantas dan perkataan yang tidak baik,

bagaimana mungkin peserta didik bisa berperilaku yang sopan dan berkata

yang baik jika guru tidak mampu meberikan contoh perilaku dan perkataan

yang baik. Ketiga, seorang guru lebih tua usianya dari seorang murid

karena inii juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap peserta didik

dalam artian jika seorang guru sudah lebih tua secara umur dan lebih

matang daripada peserta didik maka di harapkan mereka jauh lebih matang

secara akal dan lebih berpengalaman sehingga apabila ada sebuah

permasalahan yang di hadapi peserta didik di harapkan guru bisa

mengatasinya.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


126

4) Sikap guru yang berperilaku buruk

Terkait perilaku guru yang buruk yaitu pada saat proses

pembelajaran di mulai ada beberapa siswa yang datng terlambat karena

keterlambatannya itulah terlintas dari beberapa guru kata-kata yang kurang

baik di dengarkan yaitu kalimat “Kamu ini sudah bodoh masih telat”

kalimat ini sederhana namun sangat mempengaruhi pada akhlak siswa-

siswi MA AL-Badri yaitu mereka akan kehilangan penghormatan kepada

guru tersebut karena mereka di permalukan di depan umum. Ini

merupakan sebuahi problem dalam pendidikan akhlak.

Hal ini sebagaimana perkataan Asy-Syaik Al-Zarnuji bahwa

seorang guru harus lebih wara’ yaitu lebih bisa menjaga dari sesuatu yang

di larang oleh agama baik perkataannya maupun dalam tindakannya.

Artinya jika seorang guru tidak bias menjaga dari sesuatu yang di larang

oleh agama baik apa yang di lakukannya maupun yang di ucapkannya oleh

karena itu seorang guru harus bias menjaga dari segala tindakan ataupun

sikap yang tidak pantas dan perkataan yang tidak baik, bagaimana

mungkin peserta didik bisa berperilaku yang sopan dan berkata yang baik

jika guru tidak mampui meberikan contoh perilaku dan perkataan yang

baik.

Demikian juga sebagaimana dalam kajian teori di jelaskan yaitu

peran seorang guru di poin kedua, dari segi kepribadian guru harus

mempunnyai kepribadian tinggi, yang di landasi dengan akhlak mulia.

Guru bukan hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga menjadi suri tauladan

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


127

bagi murid dan masyarakat. Demikian pula yang tercantum di poin kelima,

dari segi religius, guru perlu memiliki komitmen keagaman yang tinggi,

yang di manifestasikan secara cerdas dan kereatif dalam kehudupannya.

Religius ini akan memperkukuh terhadap ikarakteristik dan exsistensi

dirinya.

B. Upaya mengatasi Problematika Pendidikan Akhlak di Madrasah Aliyah

AL-Badri

1) Mengkonsumsi minuman keras

Sehubungan dengan problematika pendidikan akhlak yang

disebabkan oleh pergaulan yang salah yaitu khsusnya dalam

mengkonsumsi minuman keras bahwa dari hasil obsevasi peneliti bahwa

para pelaku minuman keras rata-rata adalah laki-laki oleh karena itu ada

beberapa upaya yang di lakukan oleh MA AL-Badri untuk mengatasinya

yaitu Pertama, Mengadakan sosialisasi dan workshop dengan melakukan

kerjasama bersama TNI dan POLSEK Kalisat. mana sosialisasi ini

dilakukan oleh TNI dan Kapolsek Kalisat dengan mengupulkan semua

siswa-siswi Madrasah Aliyah AL-Badri dalam satu lapangan yang di

selenggarakan setiap satu bulan satu kali dengan tujuan agar mereka

terhindar dari perilaku-perilaku yang merusak akhlak mereka diantaranya

yang di sosialisasikan adalah bahaya narkoba,bahaya miras, dan sejenisnya

serta cara untuk menjauhinya”. Kedua, Memberikan peringatan jadi bila di

temukan siswa-siswi MA AL-Badri mengkonsumsi minuman keras maka

mereka akan mendapatkan panggilan khusus guru BK selain dari itu

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


128

mereka juga di masukkan pada buku pelanggaran atau catatan buku besar.

Ketiga, Memberikan sangsi disiplin berupa sangsi moral serta sangsi fisik

seperti mengaji surat yasin dibawah terik matahari setiap hari selama satu

bulan serta membersihkan lingkungan sekolah selama satu minggu.

Keempat, jika mereka msih tetap mengulangi kesalahan yang sama maka

akan dilakukan pemanggilan orang tua dan melakukan perjanjian diatas

materai bila masih mengulangi kembali. Kelima, jika mereka masih tetap

melanggar perjanjikan tersebut maka sekolah mengeluarkan dari

madrasah.

Mengacu pada beberapa permasalahan di atas, ada beberapa upaya

yang perlu dilakukan terhadap remaja, terutama remaja menengah ke

bawah.

Pertama, pemberian edukasi secara masif terkait bahaya miras

oplosan, yaitu bisa melalui media massa seperti TV, dalam bentuk iklan

atau dalam acara yang diminati remaja, bisa juga dengan melibatkan tokoh

masyarakat, tokoh agama, serta tokoh idalam ikomunitas remaja.

Kedua, penguatan fungsi keluarga, misalnya dengan

menghidupkan program semacam PKK (Pembinaan Kesejahteraan

Keluarga). Edukasi mengenai keberfungsian keluarga dapat diberikan

kepadai orang tua, terutama ibu, melalui programi tersebut.

Ketiga, pengupayaan untuk menutup peluang bagi pengaruh

negatif masuk dalam kehidupan remaja. Keinginan iremaja untuk diakui

dan dilihat hebat bisa diarahkan pada kegiatan positif. Faisal menemukan

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


129

bahwa keberadaan ruang publik, khususnya di daerah rural, dapat

menambah pengaruh positif bagi kehidupan remaja menengah ke bawah.

Ruang publik dapat dimanfaatkan remaja untuk berkegiatan positif, seperti

olahraga. Upaya lain adalah dengan menghidupkan kegiatan karang taruna

dan kegiatan keagamaan di daerah rural. Budaya sosial positif di kalangan

remaja dapat dibangun melalui kegiatan-kegiatan itersebut.

Keempat, pengupayaan untuk meningkatkan persepsi

keterancaman remaja terhadap miras oplosan, yaitu dengan melakukan

razia tempattempat nongkrong remaja secara rutin dan penegasan sanksi

terhadap mereka yang mengonsumsi miras ioplosan.

Kelima, pengupayaan untuk mempersulit remaja mengakses miras

oplosan, yaitu dengan membatasi ruang gerak pembuat, pengedar, dan

penjual miras oplosan. Upaya konkrit yang bisa dilakukan, yaitu

melakukan razia tempat-tempat penjualan miras oplosan secara rutin,

penegasan sanksi terhadap pembuat, pengedar, dan penjual miras oplosan,

serta memperketat pengawasan penjualan alkohol. Kelima upaya ini,

apabila dilakukan dengan konsisten, akan dapat memperkecil faktor

perilaku berisiko iremaja terhadap miras oplosan.181

2) Menerima gambar atau tulisan yang tidak senonoh

Yaitu terkait upaya mengatasi problematika pendidikan akhlak

khsusnya yang di sebabkan oleh handpond yaitu berdampak negatif pada

akhlak siswa-siswi berupa kesempatan mereka untuk melihat gambar dan

181
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-X-8-II-P3DI-April-2018-
217.pdf

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


130

tulisan serta video yang tidak senonoh yang jelas ini sangat merusak sekali

pada akhlak atau perilaku siswa-siswi oleh sebab itu ada beberapa upaya

yang di lakukan untuk mengatasi problem tersebut yang peneliti temukan

di antaranya yaitu, Pertama, membatasi penggunaan handpond di luar

KBM jadi siswa-siswi Madrasah Aliyah AL-Badri ada waktu untuk bisa

membuka handpond mereka . Kedua, memberikan edukasi berupa

pemahaman-pemahaman terkait dampak negatif dari handpond dan

bagaimana cara memanfaatkan handpond yang baik agar tidak salah dalam

menggunakannya pelaksanaan edukasi ini di laksanakan setia dua minggu

satu kali dengan mengumpulkan semua sisw-siswi di dalam satu ruangan

atau aula MA AL-Badri. Ketiga, penyitaan bila mereka ketahuan melihat

gambar ataupun tulisan serta video yang tidak senonoh dan akan di

kembalikan selama satu tahun kemudian dan membuat perjanjian bila

mengulangi kembali maka tidak akan di kembalikan. Keempat, sangsi

secara kegamaan misalnya dengan membaca surat Yasin sebanyak lima

kali selama lima hari di depan kelas di bawah terik matahari serta

membersihkan lingkungan madarasah selama lima hari. Kelima,

pemanggilan orang tua jika mereka masih tetap mengulangi kesalahan

yang sama serta pembuatan surat pernyataan sanggup tidak akan

mengulangi kembali.

Sebagaimana dalam kajian teori dijelaskanbahwauntuk mencegah

dampak negatif era teknologi komunikasi dan informasi adalah bersikap

waspada dan selektif terhadap segala macam arus era teknologi

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


131

komunikasi dan informasi tersebut. Sikap selektif dapat diartikan sebagai

sikap untuk memiliki dan menentukan alternatif yang terbaik bagi

kehidupan diri, lingkungan masyarakat, bangsa, dan negara melalui proses

yang berhati-hati, rasional, dan normatif terhadap segala macam pengaruh

luar sehingga apa yang telah menjadi pilihan dapat diterima oleh semua

pihak dengan penuh tanggung jawab.

Untuk mengatasi era teknologi komunikasi dan informasi juga

dapat dilakukan dengan menumbuhkan kembali rasa nasionalisme bangsa

agar masyarakat dapat mencintai negaranya. Langkah-langkah dapat

dilakukan antara lain yaitu:

a. Menumbuhkan semangat nasionalisme iyang tangguh

b. Menanamkan dani mengamalkan nilai-nilai Pancasila.

c. Menanamkani dan melaksanakan ajaran agama.

d. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum

dalam arti isebenar-benarnya dan seadil-adilnya.

e. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi,

ekonomi, sosial ibudaya bangsa. 182

Dalam bidang teknologi dan informasi, langkah yang dapat

ditempuh adalah dengan menyaring informasi yang baik dan bermanfaat.

Selain itu juga diperlukan adanya pengawasan dari semua pihak agar

informasi yang beredar di masyarakatitidak membawa dampak negatif

terutama untuk remaja. Masyarakat juga harus berusaha mengikuti

182
https://metaluwitasari.wordpress.com/2013/04/03/langkah-tepat-menghadapi-globalisasi/

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


132

perkembangan IPTEK agar tidak tertinggal dari negara lain dan

tidakmudah dibodohi oleh iinformasi-informasi yang masuk dari luar.

3) Sikap guru yang tidak disiplin

Bahwa dalam upaya mengatasi problematika pendidikan akhlak

khususnya yang berhubungan dengan guru yaitu sikap guru yang tidak

disiplin ada beberapa upaya yang di lakukan oleh lembaga MA AL-badri

di antaranya, Pertama,padasaat acara rapat kepala madrasah selalu

menyampaikan slogan yang berbunyi “Lebih baik tidak menjadi guru

daripada menjadi guru yang tidak baik” kalimat ini saya sampaikan

sebagai teguran yang tidak langsung kepada semua dewan guru acara rapat

ini biasanya di laksanakan pada saat setelah istirahat di musholla MA AL-

Badri, yang mana rapat ini di hadiri oleh kepala madarasah, semua dewan

guru, petugas tata usaha, security yang bertujuan agara semua bisa lebih

menjaga sikap disiplin. Kegiatan rapat ini di ketua oleh kepala madarasah

dan wakil kepala madarasah serta waka kurikulum. Kedua, pemanggilan

secara langsung yaitu apabila ada seorang guru yang tidak disiplin maka di

lakukan pemanggilan secara langsung guru yang bersangkutan dan

memberikan tegoran agar supaya bisa lebih disiplin dalam menjaga waktu.

Pelaksanaan pemanggilan guru ini hanya di lakukan oleh kepala madrasah

dan waka kurikulum dan biasanya pemanggilan ini di lakukan disaat guru

yang bersangkutan pada waktu istirahat. Sedangkan proses dalam

pemanggilan itu biasanya di buka dengan permintaan maaf terlebih dahulu

kepada guru yang tidak disiplin baru di lanjutkan dengan pemberian

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


133

kritikan dan saran agar supaya mereka lebih menjaga sikap

kedisiplinannya.

Di dalam kajian teori guru di jelaskan dalam islam guru adalah

perofesi yang sangat mulia, karena pendidikan adalah salah satu tema

sentral Islam. Nabi Muhamad sendiri sering di sebut sebagai “pendidik

manusia”, iseorang guru seharusnya bukan hanya sekedar tenaga pengajar,

tetapi sekaligus pendidik. Karena itu dalam Islam, seorang menjadi guru

bukan karena ia telah memenuhi kualifikasi keilmuan dan akademis saja,

tetapi lebih penting lagi harus terpuji akhlaknya. Dengan demikian,

seorang guru bukan hanya mengajar ilmu-ilmu pengetahuan saja, tetapi

lebih penting pula membentuk watak dan pribadi anak didiknya dengan

akhlak dan ajaraniajaran islam.

Guru bukan hanya sekedar memberi ilmu pengetahuan kepada

anak didiknya, tetapi merupakan sumber ilmu moral. Yang akan

membentuk seluruh pribadi anak didiknya, menjadi manusia yang

berakhlak mulia, karena itu eksistensi guru isaja mengajar tetapi sekaligus

mempraktekkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai ipendidikan Islam.183 Guru

berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu harus betul-

betul membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai. Maka upaya

yang bisa di lakukan adalah dengan memberikan kesadaran tentang

peranan penting seorang iguru bagi peserta didik dan tugas sertai tanggung

ijawab gurui dalam pendidikan.

183 Akhyak, Profil pendidik, 2.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


134

4) Sikap guru yang berperilaku buruk

Hal ini sesuai dengan yang peneliti amati saat peneliti berada di

depan kelas bahwa saat ada guru yang berperilaku buruk khususnya

berkata yang tidak baik, maka kepala madrasah Syaifuddin memanggil

kepada guru yang bersangkutan untuk memberikan teguran di dalam

ruangan kepala madrasah. Kepala madrasah memberikan pengertian

tentang arti pentingnya berbicara yang baik dan sopan kepada peserta

didik dan bahaya negatif bagi peserta didik dari perkataan yang tidak baik,

hal ini di lakukan agar guru yang bersangkutan tidak mengulangi

perkataan yang buruk tersebut.

Hal ini juga dijelaskan di dalam kajian teori bahwaguru merupakan

orang yang pertama yang mempunyai pengaruh yang sangat besar

terhadap perilaku peserta didik oleh karena itu seorang guru harus

mempunyai sikap yang baik dan perilaku yang baik agar supaya menjadi

contoh dan bias di tiru oleh peserta didik hal ini sesuai dengan perkataan

Asy-Syaikh Al-Zarnuji dalam kitab Ta’lim Al-Muta’allim Thariq Al-

Ta’allum sebagai berikut:

‫فينبغى ان يختار االعلم و االورع واالسن‬

Artinya: Sangat pantas bagi pencari ilmu untuk memilih seorang guru
yaitu 1) yang lebih alim 2) yang lebih wara’ 3) yang lebih tua.184

184
Asy-Syaikh Al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’allim Thariq Al-Ta’allum, (Surabaya:Al-Haramain,
2002), 13.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


135

Maksud dari perkataan Asy-Syaikh Al-Zarnuji di atas adalah

bahwa seorang pencari ilmu agar supaya tidak sembarangan dalam

memilih guru karena bila salah dalam memilih guru maka apa yang

menjadi cita-citanya tidak akan tercapai yaitu bahwa seorang guru yang

harus di pilih adalah. Pertama, seorang guru harus orang yang jauh lebih

pandai, lebih pintar, lebih menguasai pada bidang ilmu dan lebih tau

segalanya dari peserta didik. Bagaimana bisa mungkin pesesrta didik akan

bertambah lebih pandai jika gurunya tidak mempunyai pengetahuan yang

luas. Kedua. Seorang guru harus lebih wara’ yaitu lebih bisa menjaga dari

sesuatu yang di larang oleh agama baik perkataannya maupun dalam

tindakannya. Artinya jika seorang guru tidak bias menjaga dari sesuatu

yang di larang oleh agama baik apa yang di lakukannya maupun yang di

ucapkannya oleh karena itu seorang guru harus bias menjaga dari segala

tindakan ataupun sikap yang tidak pantas dan perkataan yang tidak baik,

bagaimana mungkin peserta didik bisa berperilaku yang sopan dan berkata

yang baik jika guru tidak mampu meberikan contoh perilaku dan perkataan

yang baik. Ketiga, seorang guru lebih tua usianya dari seorang murid

karena ini juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap peserta didik

dalam artian jika seorang guru sudah lebih tua secara umur dan lebih

matang daripada peserta didik maka di harapkan mereka jauh lebih matang

secara akal dan lebih berpengalaman sehingga apabila ada sebuah

permasalahan yang di hadapi peserta didik di harapkan guru bisa

mengatasinya.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


136

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. ProblematikaPendidikanAkhlak di Madrasah Aliyah AL-Badri

a. Mengkonsumsi Minuman keras

Dengan melihat data jumlah siswa-siswi yang mengkonsumsi

minuman keras bahwa para siswa yang mengkonsumsi minuman keras

rata-rata adalah laki-laki dengan alasan latar belakang yang berbeda-beda

ada yang berlatar belakang dari kelaurga broken home dan dari keluarga

yang bermasalah dan yang sangat berpengaruh juga dari factor lingkungan

sekolah yang di pengaruhi oleh teman bergaul yang salah yaitu pergaulan

dengan siswa-siswi yang berasal dari luar pesantren. Sehingga pergaulan

semacam ini di Madarasah Aliyah AL-Badri menjadi pemicu

mengkonsumsi minuman keras.

b. Menerima gambar atau tulisan yang tidak senonoh

Tak terlepas juga terhadap siswa-siswi Madrasah Aliyah AL-Badri

bahwa mereka lebih banyak menggunakan handpond yang mereka

gunakan pada jalan yang kurang baik diantara salah satunya adalah mereka

menggunakan handpond untuk membuka gambar-gambar ataupun tulisan-

tulisan serta video-video yang tidak baik misalnya gambar-gambar yang

berbau purno, cerita-cerita yang mengarah kepada yang berbau purno serta

video yang purno.

136

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


137

c. Sikap guru yang tidak disiplin

Sikap guru yang tidak disiplin akan sangat mempengaruhi terhadap

akhlak peserta didik karena guru merupakan tauladan yang di jadikan

contoh, di Madrasah Aliyah AL-Badri banyak peserta didik yang yang

berperilaku tidak disiplin mungkin salah satu penyebabnya adalah karena

adanya guru yang kurangdisiplin.

d. Sikap guru yang berperilaku buruk

Terkait perilaku guru yang buruk yaitu pada saat proses

pembelajaran di mulai ada beberapa siswa yang datng terlambat karena

keterlambatannya itulah terlintas dari beberapa guru kata-kata yang kurang

baik di dengarkan yaitu kalimat “Kamu ini sudah bodoh masih telat”

kalimat ini sederhana namun sangat mempengaruhi pada akhlak siswa-

siswi MA AL-Badri yaitu mereka akan kehilangan penghormatan kepada

guru tersebut karena mereka di permalukan di depan umum. Ini

merupakan sebuahi problem dalam pendidikan akhlak.

2. Upaya mengatasi Problematika Pendidikan Akhlak di Madrasah

Aliyah AL-Badri

a. Mengkonsumsi minuman keras

Sehubungan dengan problematika pendidikan akhlak yang

disebabkan oleh pergaulan yang salah yaitu khsusnya dalam

mengkonsumsi minuman keras Pertama, Mengadakan sosialisasi dan

workshop dengan melakukan kerjasama bersama TNI dan POLSEK

Kalisat.Kedua, Memberikan peringatan jadi bila di temukan siswa-siswi

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


138

MA AL-Badri mengkonsumsi minuman keras maka mereka akan

mendapatkan panggilan khusus guru BK. Ketiga, Memberikan sangsi

disiplin berupa sangsi moral serta sangsi fisik seperti mengaji surat yasin

dibawah terik matahari setiap hari selama satu bulan serta membersihkan

lingkungan sekolah selama satu minggu. Keempat, jika mereka msih tetap

mengulangi kesalahan yang sama maka akan dilakukan pemanggilan

orang tua dan melakukan perjanjian diatas materai bila masih mengulangi

kembali. Kelima, jika mereka masih tetap melanggar perjanjikan tersebut

maka sekolah mengeluarkan dari madrasah.

b. Menerima gambar atau tulisan yang tidak senonoh

ada beberapa upaya yang di lakukan untuk mengatasi problem

tersebut yang peneliti temukan di antaranya yaitu, Pertama, membatasi

penggunaan handpond di luar KBM jadi siswa-siswi Madrasah Aliyah

AL-Badri. Kedua, memberikan edukasi berupa pemahaman-pemahaman

terkait dampak negatif dari handpond dan bagaimana cara memanfaatkan

handpond yang baik. Ketiga, penyitaan bila mereka ketahuan melihat

gambar ataupun tulisan serta video yang tidak senonoh dan akan di

kembalikan selama satu tahun kemudian dan membuat perjanjian bila

mengulangi kembali maka tidak akan di kembalikan. Keempat, sangsi

secara kegamaan misalnya dengan membaca surat Yasin sebanyak lima

kali selama lima hari di depan kelas di bawah terik matahari serta

membersihkan lingkungan madarasah selama lima hari. Kelima,

pemanggilan orang tua jika mereka masih tetap mengulangi kesalahan

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


139

yang sama serta pembuatan surat pernyataan sanggup tidak akan

mengulangi kembali.

c. Sikap guru yang tidak disiplin

Bahwa dalam upaya mengatasi problematika pendidikan akhlak

khususnya yang berhubungan dengan guru yaitu sikap guru yang tidak

disiplin ada beberapa upaya yang di lakukan oleh lembaga MA AL-badri

di antaranya, Pertama,padasaat acara rapat kepala madrasah selalu

menyampaikan slogan yang berbunyi “Lebih baik tidak menjadi guru

daripada menjadi guru yang tidak baik”. Kedua, pemanggilan secara

langsung.

d. Sikap guru yang berperilaku buruk

Hal ini sesuai dengan yang peneliti amati saat peneliti berada di

depan kelas bahwa saat ada guru yang berperilaku buruk khususnya

berkata yang tidak baik, maka kepala madrasah Syaifuddin memanggil

kepada guru yang bersangkutan untuk memberikan teguran di dalam

ruangan kepala madrasah. Kepala madrasah memberikan pengertian

tentang arti pentingnya berbicara yang baik dan sopan kepada peserta

didik.

B. Saran

1. Kepala Madrasah Aliyah AL-Badri

a. Hendaknya tetap terus mengontrol, mengawasi, membina serta

membimbing peeserta didik dan dewan guru untuk meningkatkan akhlak

dan menjaga dari dampak negatif tekhnologi.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


140

b. Hendaknya tetap memelihara hubungan baik dengan lingkungan sekolah,

utamanya dengan dewan guru dan staf, untuk menjaga kekompakan

bersama dalam rangka menjaga akhlak peserta didik dari hal-hal yang

dapat merusak.

2. Guru BP Madrasah Aliyah AL-Badri

a. Hendaknya terus mengawasi perkembangan akhlak peserta didik

Madrasah Aliyah AL-Badri

b. Hendaknya terus memberikan hukuman pada peserta didik Madarash

Aliyah AL-Badri yang melakukan pelanggaran sebagai efek jera

c. Hendaknya lebih menjaga kekompakan dan kerjasama baik dengan waka

kurikulum, kepala madrasah, wali kelas, orang tua dan semua dewan

guru untuk menjaga akhlak peserta didik Madrasah Aliyah AL-Badri.

3. Guru Akidah Akhlak Madrasah Aliyah AL-Badri

a. Hendakanya senantiasa membina dan membimbing peserta didik agar

mampu mengaplikasikan nilai-nilai pendidikan agama Islam yang

menjujung tinggi akhlak yang mulia

b. Hendaknya terus memberikan pemahaman akan pentingnya berakhlak

yang mulia kepada peserta didik agar membiasakan diri berakhlak al-

karimah.

c. Hendaknya membangun rasa cinta dan kasih sayang sehingga peserta

didik terbangun sikap ukhuwah Islamiyah, ukhuwah Wathoniyah dan

ukhuwah basyariyah.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


141

DAFTAR PUSTAKA

Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid 2, Andi Offset, Yogyakarta, 2001,

Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Jilid 1,


Semarang: CV Asyifa 1988).

Ahmad, Implementasi Akhlak Qur’ani, (Bandung: PT Telekomunikasi Indonesia,


2002).

Akhyak, Profil Pendidikan Sukses, (Surabaya : Elkaf, 2005)

Amin Syukur, Pengantar Studi Akhlak, (Semarang: Duta Grafika, 1987)

Barnawie Umarie, Materi Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1978).

Binti Maunah, Landasan Pendidikan. (Yogyakarta: Teras, 2009)

Darmuin (ed.), Pemikiran Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 1999).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


(Jakarta: Balai Pustaka, 1988),

E. Mulyasa, Menjadi guru prefesional Menciptakan Pembelajaran yang Kreatif


dan menyenangkan,(PT Remaja Rosdakarya : 2008).

https://nurhibatullah.blogspot. com/2015/12/pengertian-jenis-dan-tujuan-studi-
kasus.html di akses 01 juli 2019.

M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982).

Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif,(Yogyakarta :Pustaka Pustaka, 2009),

Nur Khoif Hasim. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakata: Balai pustaka,
1991.

Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Modern English Press, 2002)

Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Bandung:


Citapustaka Media, 2007), h. 94. Lihat juga Effi Aswita, Metode
Penelitian Pendidikan (Medan: Unimed Press, 2012)

Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial,Jakarta, Balai Pustaka, 2002.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendkatan Praktek (Edisi Revisi


IV), (jakarta: Rineka Cipa, 1998).

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


142

Suparlan Suharsona, Filsafat Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,


2006), Cet.II,

Suparlan Suharsona, Filsafat Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2006),


Cet.II,

Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003, System Pendidikan Nasional


(Bandung: Citra Umbara, 2003).

Uswatun, Dampak Positif dan Negatif HP bagi Pelajar,


http://www.edukasi.kompasiana.com(diakses tanggal 18 Februari 2018)

Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,2006).

A. Qodri A. Azizy, Pendidikan (Agama) untuk Membangun Etika Sosial,


Semarang :Aneka Ilmu, 2003, Cet. II,

Abu Abdullah Bin Ismail Bin Ibrahim Al-Bukhori, Shahih Bukhori 1-3, Kairo,
Darubnulhaitsamira, 2004.

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al Ma’arif,


1989).

Akhyak, Profil Pendidikan Sukses, (Surabaya : Elkaf, 2005).

Ansita dkk., Teknologi Industri Media dan Perubahan Sosial, (Malang: Program
Studi Magister Sosiologi Pascasarjana UMM, 2010).

Asy-Syaikh Al-Zarnuji, Ta’lim Al-Muta’allim Thariq Al-Ta’allum, (Surabaya:Al-


Haramain, 2002).

Azyumardi Azra, Pendidikan Akhlak dan Budi Pekerti: Membangun Kembali


Anak Bangsa. Makalah dalam Konvensi Nasional Pendidikan Tahun 2000,
(Jakarta; Universitas Negeri, 2000)

Badriah, “Pendidikan Agama Islam Belum Mencapai Tujuan” dalam


www.yahoo.com TEMPO Interaktif 24 November 2014.

Beatus Mendelson Laka, “Dampak Penggunaan handphone terhadap perilaku


belajar peserta didik”. Jurnal Paedagogika dan Dinamika Pendidikan Vol
7, No 2 (Agustus 2012).

Bunga Kehidupan, Pengaruh Handphone terhadap


Pelajar,www.bbawor.blogspot.com, Jakarta (diakses tgal 18 Februari
2018).

Chatib Thoha, Saifudin zuhri,dkk., metodologi pengajaran Agama, (fakultas


tarbiyah, yogyakarta: pustaka pelajar, 1999).

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


143

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002).

Hasan Alwi, et.al., Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 3-cet. 2 (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002).

http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-X-8-II-P3DI-
April-2018-217.pdf

http://localhost:81/cari_detail.php?lang=Indonesia&katcari=hadist&kunci=mulut
%20dan%20kemaluan&imam=tirmidzi

https://metaluwitasari.wordpress.com/2013/04/03/langkah-tepat-menghadapi-
globalisasi/

https://quran.kemenag.go.id/index.php/tafsir/1/68/4. Selasa 25 juni 2019.

Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali, Ihya’ ‘Ulûmiddîn.

Imam Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Ahmad Abu Hambal, Juz II,
(Beirut: Darul Kutub, 1413 H).

Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada, 2001)

Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada, 2001)

Lexy Moleong, Metode penelitian kualitatif.

M. Athiyah al Ibrasyi, Dasar-Dasar Pendidikan Islam, terj. Bustain al Ghani, dkk.,


(Jakarta: Bulan Bintang, 1993).

M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Djohar


Bustami, Aghani, dan Johar Bahri, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970)

Mahjudin, Kuliah Akhlak-Tasawuf, (Jakarta: Penerbit Kalam Mulia, 1991).

Manajer Pendidikan, Volume 9, Nomor 6, November 2015.

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005).

Markis Uriatman,Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan guru,

Muhammad Ngajenan, Kamus Etismologi Bahasa Indonesia, (Semarang: Dahara


Prize, 1990).

Muhibbin Syah, Psikologi Umum Dengan Pendekatan Baru, Bandung, Remaja


Rosda Karya, 1999.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


144

Nursalim, dkk., Metodologi Pendidikan Agama Islam, Buku Kedua, (Jakarta:


Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2002).

Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi pekerti dalam perspektif perubahan,
Jakarta:Bumi Aksara, 2007.

Omar Mohammad Al-Toumy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, Terj.


Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979).

Raharjo, dkk., Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Tokoh Klasik dan


Kontemporer, (Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 1999).

Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial,Jakarta, Balai Pustaka, 2002.

Sudarsono, Etika tentang KenakalanRemaja, Jakarta : Rineka Cipta, 1989, Cet. I,

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R


& D, (Bandung: Alfabeta, 2014).

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan


R&D, Alfabeta, Bandung, 2014.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendkatan Praktek (Edisi Revisi


IV), (jakarta: Rineka Cipa, 1998).

Suharsimi Arikunto, Proses Penelitian, Suatu Pendekatan Proses, (Jakarta: Bina


Aksara, 1989).

Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid 2, Andi Offset, Yogyakarta, 2001

Syarifah habibah, jurnal pesona dasar vol.1 No.4, oktober 2015.

Tim penyusun. pedoman penulisan karya ilmiah program pasca sarjana. jember.
Stain Jember.2014.

Y.S. Lincoln dan Guban E.G, Naturalistc Inquery (Beverli Hills: Sage
Publication, 1985)

Zainudin, (Tulungagung: IAIN Tulungagung Press, 2014).

Zaki Mubarak, al Akhlâq ‘indal Ghazâlî, Cet. I, 1408 H/ 1988 M, Darul Jîl,
Beirut.

Zakiyah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: Toko


Gunung Agung,1996.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id
digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id
digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id
digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id
digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id
digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id
Dokumentasi

A.1 Saat wawancara dengan guru BP Iwan


Hudoyo S.H

A.3 Saat wawancara bersama guru mata


pelajaran Akidah Ahlak Lilik Kurniawati
S.Pd,I

A.2 Saat wawancara bersama waka A.4 Saat melakukan wawancara pada
kurikulum Yustia Wahida S.E beberapa siswa MA AL-Badri.

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


A.5 Saat melakukan wawancara pada A.8 Saat berlangsungnya wawancara
beberapa siswi MA AL-Badri. dengan guru KIMIA Dwi Rahmatul
Hasanah S.SI

A.6 Saat Kegiatan rapat para OSIM Di


Mushollah MA AL-Badri.

A.9 Saat wawancara dengan siswa


pertama MA AL-BADRI Musleh Adnan Al-
Hasbi

A.7 Saat wawancara dengan kelas XB

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


A.10 saat wawancara dengan Guru BP DI A. 14 Halaman MA AL-Badri dari
ruang BP Iwan Hudoyo S.H bawah selatan.

A.12 Saat observasi dan wawancara ke A. 15 Saat foto bersama siswa kelas
kelas XA XA

A. 16 Wawancara dengan kepala


A. 13 Saat observasi madrasah

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


A. 17 Wawancara dengan wakur
A. 20 Kerjasama dengan orang tua

A. 21 Pembinaan siswa-siswi yang


bermasalah

A. 18 Wawancara dengan
siswi MA AL-Badri

A. 22 Wawancara ketua OSIM

A. 18 Pemberian sangsi

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


A. 23 Pelatihan PB koramil

A. 26 Sangsi disiplin

A. 24 Pelaksanaan sholat dhuha


bersama

A. 27 Pemanggilan orang tua

A. 25 Pembacaan surat yasin


bersama

A. 28 wawancara wali kelas XIB

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


A. 29 Pelaksanaan sidak

A. 32 Pembelajaran kitab kuning

A. 33 Pmbelajaran qira’ah Al-


A. 30 Pemeriksaan handpond qur’an.

A. 31 Penyitaan handpond A. 34 pemberian teguran pada guru

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id


digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id
RIWAYAT HIDUP

Mohammad Musleh dilahirkan di Jember, Jawa Timur tanggal 18 Agustus


1992, anak kelima dari empat saudara, pasangan Bapak Tohar dan Ibu Suliya.
Alamat: Bedadung Pakusari Jember Jawa timur, HP. 082334849346, Fb Musleh
Kaulangit Bumiku. Pendidikan dasar di tempuh di kampung halamannya tahun
2000,MTs tahun 2006, dan MA AL-Badri pada tahun 2009.

Pendidikan berikutnya di tempuh di IAIN Jember dengan mendapatkan


beasiswa kampus delapan semester hingga selesai tahun 2017. Gelar strata satu di
raihnya pada tahun 2017 di IAIN Jember.

Karirnya sebagai tenaga pengajar di pondok pesantren AL-Badri. Ia di


angkat dan di tempatkan di pesantren AL-Badri pada tahun 2017 hingga sekarang.
Sebelum ia menjadi tenaga pengajar di lemabaga pendidikan formal ia
menagbdikan diri di pondok pesantren AL-Badri sejak tahun 2011 hingga
sekarang.

Semasa mahasiswa, ia aktif dalam beberapa organisasi kemahasiswaan


dan dipercaya sebagai kabid keilmuan di kepengurusan Rayon IAIN Jember
(2016-2017).

digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id — digilib.iain-jember.ac.id

Anda mungkin juga menyukai