Anda di halaman 1dari 14

A.

KONSEP DASAR DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. Pengertian Defisit Perawatan Diri

Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami


gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri seperti mandi
(hygiene), berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK (Laila & Pardede, 2022).

Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami


kelainan pada kemampuan untuk mandiri melakukan atau menyelesaikan aktivitas
sehari-hari. Keenggangan untuk mandi secara teratur, kurang menyisir, pakaian kotor,
bau badan, bau mulut dan penampilan tidak rapi. Kurangnya perawatan diri adalah
salah satu masalah yang dihadapi oleh pasien dengan masalah kesehatan mental.
Dapat disimpulkan bahwa defisit perawatan diri adalah keadaan seseorang yang
mengalami kelainan kemampuan dalam melakukan atau melakukan aktivitas sehari-
hari secara mandiri, seperti: tidak mau mandi secara teratur, rambut tidak terawat,
pakaian kotor, badan bau mulut, bau mulut dan penampilan berantakan (Indriani,
2021).

2. Rentang Respon

Menurut Yanti (2021) rentang respon perawatan diri klien adalah sebagai
berikut:

Respon adaptif Respon maladaptive

I--------------------------------------I--------------------------------------I

Pola perawatan diri Kadang perawatan diri Tidak melakukan perawatan diri
seimbang Kadang tidak saat stress
Keterangan:

a. Pola perawatan diri seimbang: saat klien mendapatkan stressor dan mampu untuk
beprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masih melakukan perawatan diri.

b. Kadang perawatan kadang tidak: saat klien mendapatkan stressor kadang–kadang


klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
c. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stressor.

3. Faktor Penyebab Defisit Perawatan Diri

Menurut Nurhalimah (2016) etiologi terdiri dari beberapa faktor antara lain:

a. Faktor Predisposisi

1) Biologis: dimana defisit perawatan diri disebabkan oleh adanya penyakit fisik
dan mental yang disebabkan klien tidak mampu melakukan keperawatan diri
dan dikarenakan adanya faktor herediter dimana terdapat anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa.

2) Psikologis: adanya faktor perkembangan yang memegang peranan yang tidak


kalah penting, hal ini dikarenakan keluarga terlalu melindungi dan
memanjakan individu tersebut sehingga perkembangan inisiatif menjadi
terganggu. Klien yang mengalami defisit perawatan diri dikarenakan
kemampuan realitas yang kurang yang menyebabkan klien tidak peduli
terhadap diri dan lingkungannya termasuk perawatan diri.

3) Sosial: kurangnya dukungan sosial dan situasi lingkungan yang


mengakibatkan penurunan kemampuan dalam merawat diri.

b. Faktor Presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang


penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah/lemah yang
dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.

4. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri

Menurut Nafiyati (2018) tanda dan gejala defisit perawatan diri terdiri dari :

Data Subjektif Data Objektif


a. Malas mandi a. Badan bau, kotor, berdaki, rambut
b. Tidak mau menyisir rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang
b. Tidak menggunakan alat mandi pada
c. Tidak mau menggosok gigi
saat mandi dan tidak mandi dengan
d. Tidak mau memotong kuku benar
e. Tidak mau berhias/berdandan c. Rambut kusut, berantakan, kumis dan
jenggot tidak rapi, serta tidak mampu
f. Tidak bisa/tidak mau menggunakan alat
berdandan
mandi d. Pakaian tidak rapi, tidak mampu
g. Tidak menggunakan alat makan dan memilih, mengambil, memakai,
mengencangkan dan memindahkan
minum saat makan dan minum
pakaian, tidak memakai sepatu/sandal,
h. BAB dan BAK sembarangan tidak mengancingkan baju atau celana
i. Tidak membersihkan diri dan tempat e. Memakai barang-barang yang tidak
perlu dalam berpakaian, mis: memakai
BAB dan BAK
pakaian berlapis–lapis, pengguna
j. Tidak mengetahui cara perawatan diri pakaian yang tidak sesuai. Melepas
yang benar barangbarang yang perlu dalam
berpakaian, mis: telanjang
f. Makan dan minum sembarangan dan
berhamburan, tidak menggunakan alat
makan, tidak mampu menyiapkan
maknan, memindahkan makanan ke
alat makan, tidak mampu memegang
alat makan, membawa makanan dari
piring ke mulut, mengunyah, menelan
makanan secara aman dan
menghabiskan makanan
g. BAB dan BAK tidak pada tempatnya,
tidak membersihkan diri setelah BAB
dan BAK, tidak mampu menjaga
kebersihan toilet dan menyiram toilet
setelah BAB dan BAK

5. Proses Terjadinya Defisit Perawatan Diri

Defisit perawatan diri terjadi akibat perasaan negative terhadap diri sendiri,
trauma (kecelakaan, perceraian, korban pelecehan seksual dan putus sekolah) dan
perasaan tidak mampu sehingga menimbulkan harga diri rendah yang disebabkan
karena beberapa factor:

a. Faktor predisposisi: Perkembangan (keluarga terlalu memanjakan klien), biologis


(penyakit kronis), kemampuan realitas menurun (ketidakpedulian dirinya) dan
sosial (kurang dukungan dan latihan)
b. Faktor presipitasi: kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual
dan lelah/lemah yang dialami individu

Dari factor factor yang sudah dipaparkan maka pasien mengalami kemampuan
dalam aktvitas menurun dan menimbulkan kurangnya perawatan diri sehingga terjadi
gangguan pemeliharaan kesehatan

6. Mekanisme Koping

Mekanisme koping pada pasien dengan defisit perawatan diri adalah sebagai
berikut:

a. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali,


seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah
proses informasi dan upaya untuk mengulangi ansietas (Dermawan, 2013)

b. Penyangkalan (Denial), melindungi diri terhadap kenyataan yang tak


menyenangkan dengan menolak menghadapi hal itu, yang sering dilakukan
dengan cara melarikan diri seperti menjadi “sakit” atau kesibukan lain serta tidak
berani melihat dan mengakui kenyataan yang menakutkan (Yusuf dkk, 2015).

c. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun
psikologis, reaksi fisk yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stresor,
misalnya: menjauhi, sumber infeksi, gas beracun dan lain-lain. Reaksi psikologis
individu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering
disertai rasa takut dan bermusuhan (Dermawan, 2013).

d. Intelektualisasi, suatu bentuk penyekatan emosional karena beban emosi dalam


suatu keadaan yang menyakitkan, diputuskan, atau diubah (distorsi) misalnya rasa
sedih karena kematian orang dekat, maka mengatakan “sudah nasibnya” atau
“sekarang ia sudah tidak menderita lagi” (Yusuf dkk, 2015)

7. Penatalaksanaan
Menurut SAK (2017) perencanaan tindakan keperawatan untuk pasien defisit
perawatan diri juga ditunjukan untuk keluarga sehingga keluarga mampu
mengarahkan pasien dalam melakukan perawatan diri tindakan keperawatan defisit
perawatan diri sebagai berikut:

a. Tindakan mandiri

1) Jelaskan tanda dan gejala, penyebab dan akibat defisit perawatan diri serta
melatih pasien merawat diri: mandi mengindentifikasi tanda dan gejala,
penyebab dan akibat defisit perawatan diri

a) Mengindentifikasi tanda dan gejala, penyebab dan akibat defisit perawatan


diri

b) Menjelaskan cara perawatan diri: mandi (tanyakan alasan tidak mau


mandi, berapa kali mandi dalam sehari, manfaat mandi, peralatan mau
mandi, cara mandi yang benar)

c) Melatih pasien cara perawatan diri

d) Melatih pasien memasukkan kegiatan mandi dalam jadwal kegiatan harian

2) Jelaskan dan melatih pasien perawatan kebersihan diri: berhias

a) Melatih pasien memasukkan kegiatan berdandan dalam jadwal kegiatan


harian

b) Mendiskusikan tentang cara perawatan diri berdandan (alat yang


dibutuhkan, kegiatan berdandan, cara berdandan, waktu berdandan,
manfaat berdandan, kegiatan jika tidak berdandan

c) Melatih cara berdandan

d) Melatih pasien memasukkan kegiatan berdandan dalam jadwal kegiatan


harian

3) Latih cara melakukan perawatan diri: makan/minum


a) Mendiskusikan cara perawatan diri: makan/minum (tanyakan alat–alat
yang dibutuhkan, cara makan minum, waktu makan minum, manfaat
makan minum dan kerugian jika tidak makan minum

b) Melatih cara perawatan diri: makan/minum

c) Melatih pasien memasukkan kegiatan makan/minum dalam jadwal


kegiatan harian.

4) Latih cara melakukan perawatan diri: BAK/BAK

a) Mendiskusikan cara perawatan diri BAK/BAB (alat yang dibutuhkan,


kegiatan BAB/BAK, cara melakukan BAB/BAK yang benar, manfaat
BAB/BAK yang benar, kerugian jika BAB/BAK tidak benar)

b) Melatih cara perawatan diri: BAB/BAK

c) Melatih pasien memasukkan kegiatan BAB/BAK dalam jadwal kegiatan.

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. Pengkajian

a. Identitas: Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggan MRS, tanggal pengkajian, no rekam medic, diagnosa medis dan alamat
klien

b. Alasan masuk: Biasanya masalah yang dialami klien yaitu senang menyendiri,
tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung, penampilan acak–
acakan, tidak peduli dengan diri sendiri dan mulai menggangu orang lain.

c. Faktor Predisposisi: Pada umumnya klien pernah mengalami gangguan jiwa


dimasa lalu, penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri, pengobatan sebelumnya kurang berhasil, harga diri rendah (klien
tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri), pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan (perasaan ditolak, dihina, dianiaya dan saksi penganiayaan), ada
anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa, pengalaman masa lalu
yang tidak menyenangkan yaitu kegagalan yang dapat menimbulkan frustasi
d. Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan TTV, pemeriksaan head to toe yang merupakan
penampilan klien yang kotor dan acak–acakan.

e. Psikososial

1) Genogram: Menggambarkan klien dan anggota keluarga klien yang


mengalami gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi, pengambilan
keputusan dan pola asuhan (Hastuti, 2018)

2) Konsep diri

a) Citra/gambaran tubuh: Persepsi klien mengenai tubuhnya, bagian tubuh


yang disukai, reaksi klien tubuh ysng disukai maupun tidak disukai
(Nurgaini, 2018).

b) Identitas diri: Kaji status dan posisi pasien sebelum klien dirawat,
kepeuasan pasien terhadap status dan posisinya, kepuasan klien sebagai
laki–laki atau perempuan (Bunaini, 2020)

c) Peran diri: tugas atau peran klien didalam keluarga/pekerjaan/kelompok


maupun masyarakat, kemampuan klien didalam melaksanakan fungsi
ataupun perannya, perubahan yang terjadi disaat klien sakit maupun
dirawat, apa yang dirasakan klien akibat perubahan yang terjadi (Ndaha,
2021).

d) Ideal diri: harapan klien akan keadaan tubuhnya yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan/sekolah, harapan klien akan lingkungan
sekitar, dan penyakitnya (Bunaini, 2020).

e) Harga diri: Kaji klien tentang hubungan dengan orang lain sesuai dengan
kondisi, dampak pada klien yang berhubungan dengan orang lain, fungsi
peran yang tidak sesuai dengan harapan, penilaian klien tentang pandangan
atau penghargaan orang lain (Safitri, 2020).

3) Hubungan sosial: Hubungan klien dengan orang lain akan sangat terganggu
karena penampilan klien yang kotor yang mengakibatkan orang sekitar
menjauh dan menghindari klien. Terdapat hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain (Bunaini, 2020).
4) Spiritual: Nilai dan keyakinan serta kegiatan ibadah klien terganggu
dikarenakan klien mengalami gangguan jiwa.

f. Status Mental

1) Penampilan: Penampilan klien sangat tidak rapi, tidak mengetahui caranya


berpakaian dan penggunaan pakaian tidak sesuai (Putri, 2018).

2) Pembicaraan: Cara bicara klien yang lambat, gagap, sering terhenti/bloking,


apatis serta tidak mampu memulai pembicaraan (Malle, 2021).

3) Aktivitas motoric: Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan kompulsif
(Putri, 2018).

4) Alam perasaan: Klien tampak sedih, putus asa, merasa tidak berdaya, rendah
diri dan merasa dihina (Malle, 2021)

5) Afek: Klien tampak datar, tumpul, emosi klien berubah – ubah, kesepian,
apatis, depresi/sedih, dan cemas (Putri, 2018).

6) Interaksi selama wawancara: Respon klien saat wawancara tidak kooperatif,


mudah tersinggung, kontak kurang serta curiga yang menunjukkan sikap
ataupun peran tidak percaya kepada pewawancara/orang lain.

7) Persepsi: Klien berhalusinasi mengenai ketakutan terhadap halhal kebersihan


diri baik halusinasi pendengaran, penglihatan, dan perabaan yang membuat
klien tidak ingin membersihkan diri dan klien menglami depersonalisasi

8) Proses pikir: Bentuk pikir klien yang otistik, dereistik, sirkumtansial,


terkadang tangensial, kehilangan asosiasi, pembicraan meloncat dari topik dan
terkadang pembicaraan berhenti tiba–tiba.

g. Kebutuhan persiapan pulang

1) Makan: Klien kurang mampu makan, cara makan klien yang terganggu serta
pasien tidak memliki kemampuan untuk menyiapkan dan membersihkan alat
makan.

2) Berpakaian: Klien tidak mau mengganti pakaian, tidak bisa memakai pakaian
yang sesuai dan berdandan.
3) Mandi: Klien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak gosok gigi, mencuci
rambut, memotong kuku, tubuh klien tampak kusam dan badan klien
mengeluarkan aroma bau.

4) BAK/BAB: Klien BAB/BAK tidak pada tempatnya seperti dintempat tidur


dan klien tidak dapat membersihkan BAB/BAK nya.

5) Istirahat: Istirahat klien terganggu dan tidak melakukan aktivitas apapun


setelah bangun tidur.

6) Penggunaan obat: Jika klien mendapat obat, biasanya klien minum obat tidat
teratur.

7) Biasanya pasien minum obat tidak teratur

8) Aktivitas dalam rumah: Klien tidak mampu melakukan semua aktivitas di


dalam rumah karena klien selalu merasa malas.

h. Mekanisme koping

1) Adaptif: klien tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak buisa
menyelesaikan masalah yang ada, klien tidak mampu berolahraga karena klien
sama sekali, selalu menghindari orang lain (Danyanti, 2018)

2) Maladaptif: klien bereaksi sangat lambat terkadang berlebihan, klien tidak


mau bekerja sama sekali, selalu menghindari orang lain (Danyanti, 2018)

i. Masalah psikososial: klien mengalami masalah psikososial seperti berinteraksi


dengan orang lain dan lingkungan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya dukungan
dari keluarga, pendidikan yang kurang, masalah dengan sosial ekonomi dan
pelayanan kesehatan (Danyanti, 2018)

j. Pengetahuan: klien defisit perawatan diri terkadang menglami gangguan kognitif


sehingga tidak mampu mengambil keputusan

2. Daftar Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan yang muncul sebagai berikut:

a. Defisit Perawatan Diri


b. Isolasi sosial

c. Harga Diri Rendah

3. Pohon Masalah

Gangguan Pemeliharaan Kesehatan (Efek)

Defisit Perawatan Diri (core problem)

Gangguan Proses Pikir (Penyebab)

4. Diagnosa Keperawatan

Kemungkinan diagnose keperawatan yang muncul adalah Defisit Perawatan Diri

5. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan


Keperawatan Tujuan Kriteria Tindakan
Defisit Pasien Setelah 2-4x pertemuan: SP Pasien
Perawatan mampu: Klien mampu menjaga SP 1
Diri Menjaga kebersihan diri dengan cara: 1. Membina hubungan saling percaya
kebersihan 1. Membersihkan diri dengan 2. Identifikasi masalah perawatan diri: kebersihan
diri sesuai cara mandi, sikat gigi, cuci diri, berdandan, makan/minum dan BAB/BAK
strategi rambut dan potong kuku 3. Jelaskan pentingnya kebersihan diri
pelaksanaan 2. Mampu berhias dan 4. Jelaskan cara dan alat kebersihan diri
tindakan bedandan 5. Latih cara menjaga kebersihan diri: mandi dan
keperawatan 3. Mampu melakukan makan ganti pakaian, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku
sehingga dan minum dengan baik 6. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
klien merasa 4. Mampu melakukan mandi, sikat gigi (2 kali per hari), cuci rambut (2
nyaman dan BAB/BAK dengan baik kali per minggu), potong kuku (1 kali per minggu)
rapi. SP 2
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian
2. Jelaskan cara dan alat untuk berdandan
3. Latih cara berdandan setelah kebersihan diri:
sisiran, rias muka untuk perempuan, sisiran dan
cukuran untuk pria
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
kebersihan diri dan berdandan
SP 3
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan
berdandan. Beri pujian
2. Jelaskan cara dan alat makan dan minum
3. Latih cara makan dan minum yang baik
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
kebersihan diri, berdandan dan makan & minum
yang baik
SP 4
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan
dan makan & minum. Beri pujian
2. Jelaskan cara BAB dan BAK yag baik
3. Latih BAB dan BAK yang baik
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
kebersihan diri, berdandan, makan & minum dan
BAB & BAK.
Keluarga Setelah 2-4x pertemuan: SP Keluarga
mampu: keluarga mampu menjaga SP 1
Menjaga kebersihan diri klien dengan 1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam
kebersihan cara: merawat pasien
diri pasien 1. Membersihkan diri dengan 2. jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan
sesuai cara mandi, sikat gigi, cuci proses terjadinya deficit perawatan diri (gunakan
strategi rambut dan potong kuku booklet)
pelaksanaan 2. Mampu berhias dan 3. Jelaskan cara merawat deficit perawatan diri
tindakan bedandan 4. Latih dua cara merawat: kebersihan diri dan
keperawatan 3. Mampu melakukan makan berdandan
dan minum dengan baik 5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
4. Mampu melakukan memberikan pujian
BAB/BAK dengan baik
SP 2
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau
melatih pasien kebersihan diri. Beri pujian
2. Latih dua (yang lain) cara merawat: makan &
minum dan BAB & BAK
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian
SP 3
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau
melatih pasien kebersihan diri dan berdandan. Beri
pujian
2. Bimbing keluarga merawat kebersihan diri dan
berdandan dan makan & minum pasien.
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian
SP 4
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau
melatih pasien kebersihan diri, berdandan, makan
& minum. Beri pujian
2. Bimbing keluarga merawat BAB dan BAK
pasien
3. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh,
dan rujukan
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian
6. Implementasi

Pada pasien dengan perilaku keklerasan biasanya melakukan asuhan


keperawatan bertahap sesuai SP 1 sampai IV. Dimana perawat harus mulai dengan
tahapan orientasi, kerja, dan terminaasi. Sebelum melakukan tindakan keperawatan
perawata harus memastikan keadaan pasien dalam kondisi yang memungkinkan untuk
melakukan asuhan keperawatan
7. Evaluasi

Tanda bahwa asuhan keperawatan yang diberikan perawat kepada pasien defisit
perawatan diri berhasil :

a. Pasien dapat menyebutkan penyebab tidak merawat diri, mamfaat menjaga


perawatan diri, tanda – tanda bersih dan rapi, gangguan yang dialami jika
perawatan diri tidak diperhatikan

b. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri seperti melakukan


kebersihan diri, berhias dan dandan, makan dan minum, buang air besar dan
buang air kecil

c. Keluarga memberikan dukungan dalam melakukan perawatan diri

1) Keluarga mampu mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat pasien


defisit perawatan diri

2) Menyediakan fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien

3) Keluarga ikut serta dalam mendampingi, merawat dan membimbing pasien


dalam perawatan diri

4) Follow up ke puskesmas, mengenal tanda kekambuhan dan rujukan


DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, R., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing

Hastuti, R. Y., & Rohmat, B. (2018). Pengaruh Pelaksanaan Jadwal Harian Perawatan Diri
Terhadap Tingkat Kemandirian Merawat Diri Pada Pasien Skizofrenia Di Rsjd Dr. Rm
Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Gaster, 16(2), 177-190.

Indrayani, Y. Wahyuni, Tri. (2019). Situasi Kesehatan Jiwa Indonesia. Jakarta: Pusat Data
dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, hal 1-3.

Laila, V. A. S., & Pardede, J. A. (2022). Penerapan Terapi Generalis Pada Penderita
Skizofrenia Dengan Defisit Perawatan Diri Di Ruang Pusuk Buhit Rsj Prof. dr.
Muhammad Ildrem: Studi Kasus.

Nafiyati, I., Susilaningsih, I., & Syamsudin, S. (2018). Tindakan Keperawatan Melatih Cara
Makan Pada Tn. Y Dengan Masalah Defisit Perawatan Diri Makan. Jurnal
Keperawatan Karya Bhakti, 4 (2), 14-19.

Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan,162-170.

Ndaha, S. (2021). Manajemen Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny J Dengan Masalah


Defisit Perawatan Diri Di Kota Dumai-Riau. Osf Preprints.(1)1.

Safitri, A. (2020). Studi Literatur: Asuhan Keperawatan Keluarga Penderita Skizofrenia


Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Kronis. Diss. Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.

Yanti, RD, & Putri, VS (2021). Pengaruh Penerapan Standar Komunikasi Defisit Perawatan
Diri terhadap Kemandirian Merawat Diri pada Pasien Skizofrenia di Ruang Rawat
Inap Delta Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi. Jurnal Akademika Baiturrahim
Jambi, 10 (1), 31-38.

Yusuf, Ahmad Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai