Anda di halaman 1dari 16

TINGKAT KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN ES UNTUK

KEPERLUAN OPERASI PENANGKAPAN IKAN

OLEH

Mudakir affan
05191711008

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2021
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut (Yunanda M. 2018) Keberhasilan operasional pelabuhan perikanan


tidak terlepas dari semua faktor penunjang yang ada di pelabuhan perikanan, salah
satunya adalah kelengkapan dan kinerja fasilitas yang tersedia. Fasilitas Pelabuhan
Perikanan yang digunakan sebagai sarana pelayanan bagi nelayan terdiri dari:
pelayanan bengkel, bongkar muat, perbekalan dan jenis fasilitas pelayanan lainnya.
Keberhasilan operasional pelabuhan perikanan tidak terlepas dari semua faktor
penunjang yang ada di pelabuhan perikanan, salah satunya adalah kelengkapan dan
kinerja fasilitas yang tersedia. Fasilitas Pelabuhan Perikanan yang digunakan sebagai
sarana pelayanan bagi nelayan terdiri dari: pelayanan bengkel, bongkar muat,
perbekalan dan jenis fasilitas pelayanan lainnya.

Kapal ikan yang beroperasi di daerah perairan meningkat setiap tahunnya


sehingga potensi yang besar tersebut harus dapat dimanfaatkan dengan baik
peningkatan jumlah kapal ini akan berdampak pada peningkatan bahan perbekalan
untuk melaut, diantaranya perbekalan es, Ketersediaan es dalam jumlah yang cukup
sangat mempengaruhi kelancaran kegiatan operasi penangkapan ikan. Sebaliknya jika
penyediaan es kurang terpenuhi maka akan menyebabkan mutu ikan hasil tangkapan
menjadi kurang baik. sehingga daya jual hasil produksi perikanan di dalam pelabuhan
perikanan menjadi rendah.

sebagaicara yang sederhana dan murah. Pendinginan ikan ini dimaksudkan


untuk menghambat metabolisme bakteri, sehingga ikan tidak menjadi cepat rusak dan
busuk. Namun terkadang para nelayan membawa persediaan es yang sedikit untuk
menyimpan hasil tangkapan dengan jumlah yang lebih besar. Ini sangat berpengaruh
pada mutu ikan dan mengakibatkan daya jual ikan menjadi rendah. Oleh karena itu
untuk menjaga mutu hasil tangkapan agar lebih segar, nelayan sebaiknya membawa
perbekalan es dalam jumlah yang lebih optimal (Sovanda et al., 2013).

1
Penanganan ikan pada dasarnya terdiri dari dua tahap, yaitu penanganan di
atas kapal dan penanganan di darat. Ikan segar adalah ikan yang masih mempunyai
sifat yang sama seperti ikan hidup baik mata, insang, bau, lendir permukaan badan,
maupun teksturnya harus dalam keadaan segar Kesegaran ikan hasil tangkapan harus
dijaga supaya tidak menurun dan tetap, semenjak ikan tertangkap dan mati
kemuduran mutu telah terjadi. Untuk menjaga mutu dan kesegaran ikan diperlukan
media pendingin

Pada penangkapan ikan dengan tujuan ikan hasil tangkapan yang segar
biasanya dilakukan dengan menggunakan es. Kebutuhan es tergantung dari target
hasil tangkapan yang akan dicapai, kapasitas palka, dan keadaan suhu lingkungan.
Melihat pentingnya peranan es dalam menjaga kualitas ikan hasil tangkapan, maka
perlu dihitung kebutuhan es yang tersedia. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada
kebutuhan es untuk operasional penangkap

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis kebutuhan es yang dibutuhkan kapal untuk operasi penangkapan ikan


berkaitan dengan upaya mempertahankan mutu hasil tangkapan

2. Menentukan jumlah ketersediaan es

1.3. Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah :

1) Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh


selama kuliah,
2) Menambah pengetahuan dalam menganalisis kebutuhan es untuk operasi
penangkapan ikan

2
II. PEMBAHASAN

2.1. Definisi Pelabuhan Perikanan

Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor


PER.16/MEN/2006, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan
perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat
kapal bersandar, berlabuh dan bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan perikanan.

Menurut peraturan terbaru berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan


Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan, Pelabuhan
Perikanan dibagi menjadi 4 kategori utama yaitu:

1) PPS (Pelabuhan Perikanan Samudera)

2) PPN (Pelabuhan Perikanan Nusantara)

3) PPP (Pelabuhan Pendaratan Pantai)

4) PPI (Pelabuhan Pendaratan Ikan)

Pelabuhan tersebut dikategorikan menurut kapasitas dan kemampuan masing-


masing pelabuhan untuk menangani kapal yang dating dan pergi serta letak dan posisi
pelabuhan.

1. Pelabuhan Perikann Samudera (PPS)


a. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut territorial,
Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia dan laut lepas,
b. Memiliki fasilita tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-
kurangnya 60 GT,

3
c. Panjang dermaga sekurang-kurang 300 m, dengan kedalaman kolam sekurang-
kurangnya 3 m,
d. Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah
keseluruhan 6.000 GT kapal perikanan sekaligus,
e. Ikan yang didaratkan sabagai tujuan ekspor,
f. Terdapat industry Perikanan

2. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)


a. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut territorial
dan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia,
b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-
kurangnya 30 GT.
c. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m dengan kedalaman kolam
sekurang-kurangnya minus 3 m
d. mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah
keseluruhan 2.250 kapal perikanan sekaligus
e. terdapat Industri Perikanan

3. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)


a. Melayani kapal perikanan ysng melakukan kegiatan perikanan di perairan
pedalaman, perairankepulauan dan laut territorial.
b. Memiliki fasilitas tambak labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-
kurangnya 10 GT.
c. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m dengan kedalaman kolam sekurang-
kurangnya minus 2 m,
d. Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah
keseluruhan 300 GT

4. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

4
a. Melayai kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan
pedalaman dan perairan kepulauan
b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-
kurangnya 3 GT ,
c. Panjang dermaga sekurang-kurang 50 m dengan kedalaman kolam sekurang-
kurang minus 2 m,
d. Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah
keseluruhan 60 GT kapal perikanan sekaligus.

2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

Berdasarkan Undang–Undang Republik Indonesia No. 31 tahun 2004


pelabuhan perikanan berfungsi sebagai sarana penunjang untuk meningkatkan
produksi yang meliputi berbagai aspek, yaitu sebagai tempat tambat-labuh kapal
perikanan, tempat pendaratan ikan, tempat pemasaran dan distribusi ikan, tempat
pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan, tempat pengumpul data tangkapan,
tempat pelaksanaan penyuluhan serta pengembangan masyarakat nelayan dan tempat
untuk memperlancar kegiatan operasional kapal perikanan. Pelabuhan perikanan
harus menjalankan fungsinya dengan baik dikarenakan untuk memperlancar kegiatan
kapal-kapal perikanan, salah satu fungsi yang bisa dilakukan adalah penyediaan
fasilitas darmaga dan kolam pelabuhan serta penyediaan fasilitas untuk memenuhi
kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan dan membongkar hasil tangkapan.(

2.3 Operasional Pelabuhan Perikanan


Pelabuhan perikanan bisaa dikatakan berfungsi dengan baik jika aktifitasnya
berjalan dengan lancar mulai dari proses pendaratan hasil tangkapan, pelelangan,
pengolahan hingga pemasaran hasil tangkapan. Direktorat Jenderal Perikanan (1985)
dikutip dalam Ashshiddiqi (2003) menetapkan suatu ukuran untuk menentukan
tingkat operasional pelabuhan perikanan dengan tinjauan teknis dan produktifitas
serangkaian fasilitas-fasilitas berikut:

5
1) Kapal atau perahu telah melakukan kunjungan ke pelabuhan perikanan untuk
mendaratkan hasil tangkapan dan memperoleh perbekalan ke laut;
2) TPI telah dimanfaatkan minimal untuk menimbang dan mengepak ikan. Sistem
pelelangan diatur dengan peraturan daerah;
3) Telah melakukan pelayanan perbekalan es, solar, air, garam dan sebagainnya;
4) Telah diberikan jasa penyimpanan ikan, reparasi mesin dan mekanik, pemeliharaan
kapal dan alat tangkapan.
Sistem rantai pemasaran yang terdapat di beberapa pelabuhan perikanan di Indonesia,
antara lain: Misran ( 1991)
(1) TPI pedagang besar pedagang lokal pengeceran konsumen
(2) TPI pedagang besar pedagang lokal konsumen
(3) TPI pengecer konsumen.
3) Penyaluran perbekalan
Penjualan atau pengisian perbekalan yang berkaitan dengan fasilitas
pelabuhan perikanan saat ini adalah penjualan es, penjualan air bersih, penyaluran
BBM dan suku cadang. Pelayanan perbekalan, BUMN dan pihak swasta.

2.4 Penanganan Ikan Dengan Menggunakan Es


Menurut Ilyas (1983) menyatakan bahwa praktek pendinginan ikan dapat
dikelompokan atas tiga metode. Metode tersebut adalah:
1) Metode pendinginan dengan es (icing);
2) Metode pendinginan dengan udara dingin (chiling in cold air);
3) Metode pendinginan dengan air yang didinginkan (chilling in water).

Media Es adalah media pendingin ikan yang mempunyai kelebihan


(Ilyas,1983) antara lain :
1) Es mempunyai kapasitas yang sangat besar per satuan berat atau volume. Untuk
melelehkan 1 kg es diperlukan 80 kilo kalori (kkal) panas;
2) Es tidak merusak ikan dan tidak membahayakan yang memakannya, es mudah
dibawa hargapun murah;

6
3) Hancur es dapat berkontrak erat dengan ikan, dengan demikian ikan cepat sekali
medingin;
4) Sentuhan dengan es menyebabkan ikan senantiasa dingin, basah dan cemerlang.
Sebaiknya, pada pendingin dengan udara dingin yang digunakan refrigerasi mekanik,
ikan akan mengalami pengeringan yang merugikan;
5) Es adalah thermostat sendiri, artinya es selalu dapat memelihara dan mengatur
suhu ikan sekitar suhu es meleleh pada 00 C;
6) Saat es meleleh es menyerap panas dari ikan. Sambil mengalir ke bawah, air
lelehan itu membasahi permukaan dan bagian lain dari ikan sambil menghanyutkan
lendir dan sisa darah bersama bakteri dan kotoran yang lainnya sehingga ikan selalu
dibilas atau bermandi air dingin bersih;
7) Agar air lelehan lain dan kotoran lainnya itu tidak mengumpul dan membusukan
ikan yang terletak pada bagian bawah dari tumpukan atau wadah, perlu cairan itu
dialirkan keluar, antara lain melalui lobang penirisan (drain) yang sengaja dibuat pada
dasar atau alas tumpukan atau wadah ikan.
Beberapa hal di lapangan yang perlu diperhatikan mengenai es mencair;
1) Apabila terdapat campuran air dan es dalam suatu wadah, suhu campuran itu tidak
akan meningkat ke atas 00 C sebelum semua es mencair;
2) Campuran es dan air es janganlah disamakan perlakukan dengan nilainya dengan
es saja, meskipun beratnya sama. Kalau sebagian dari es, es balok terhadap es itu
hilang dan berubah menjadi air maka sebagian (besar) dari nilainya sudah hilang;
3) Kalau perbandingan berbagai jenis es, misalnya es balok terhadap es curah,
haruslah atas dasar berat yang sama; jangan perbandingkan berdasarkan volume;
4) Perbedaan antara nilai dan jenis es air tawar berasal dari lokasi, pabrik atau
pelabuhan yang berbeda, adalah kecil sekali, sehingga dapat diabaikan;
5) Es yang berusia lama (sudah disimpan 6 bulan misalnya) adalah sama efektifnya
dengan es yang baru saja dibuat;
6) Mutu air yang digunakan pabrik untuk pembuatan es bagi usaha perikanan,
haruslah memenuhi persyaratan kesehatan yang sama seperti yang dipersyaratkan
bagi mutu air perusahaan air minum;

7
2.5. Penyediaan Es di Pelabuhan Perikanan
Pengelolaan dan pengaturan dalam penyediaan sarana dan fasilitas untuk
memproduksi es di beberapa pelabuhan perikanan di Indonesia diserahkan pada
perum prasarana perikanan setempat (Direktorat Jenderal Perikanan, 1994) dalam
Christianti, (2005). Sedangkan pihak swasta dan KUD merupakan pihak ketiga yang
bisa mengajukan permohonan berupa permohonan sewa kepada pihak pelabuhan
dalam hal ini perum prasaranan (Direktorat Jenderal Perikanan, 1993) dikutip dalam
Ashshiddiqi (2003).
Produsen dalam penyediaan es di suatu pelabuhan perikanan adalah pabrik es,
dimana pihak tersebut menjalankan perannya dengan menyuplai es untuk kapal ikan
yang akan melakukan operasi penangkapan. Penyuplaian es dimana disesuaikan
dengan permintaan pihak pelabuhan.
2.6. Kebutuhan Es Untuk Penanganan Hasil Tangkapan
Kebutuhan es bagi kapal penangkapan sangat penting dalam upaya menjamin
mutu ikan hasil tangkapan. Es merupakan media pendingin yang banyak digunakan
dalam penanganan ikan, baik di atas kapal maupun di darat selama distribusi dan
pemasaran. Sebagai media pendingin, es mempunyai beberapa kelebihan sebagai
berikut:
1) Tidak membahayakan konsumen;
2) Bersifat thermostatic, yaitu selalu menjaga suhu sekitar 00 C sehingga suhu
pendinginan ikan dapat terpelihara pada suhu tersebut;
3) Ekonomis karena harganya murah;
4) Relatif mudah dalam penggunaannya.
Jumlah es yang digunakan harus sesuaikan dengan jumlah ikan yang akan
ditangani sehingga akan ditangani sehingga akan diperoleh suhu pendinginan yang
optimal. Dalam praktiknya, perbandingan es dan ikan yang dipergunakan selama
pendinginan bervariasi antara 1:4 sampai 1:1. Perbandingan tersebut sangat
tergantung pada waktu penyimpanan yang diperkirakan, suhu udara diluar kemasan,

8
jenis wadah penyimpanan dan cara penyusunan ikan dalam wadah. (Junianto, 2003
dikutip dalam Christianti, 2005).
Kebutuhan Es Untuk Operasi Penangkapan Ikan Kapal-kapal yang melakukan
operasi penangkapan membutuhkan es untuk penanganan ikan di atas kapal, jumlah
rata-rata kapal per hari yang melakukan perbekalan es sebanyak 3 unit, masing-
masing kapal membutuhkan rata-rata 5.9 ton es atau 118 batang untuk sekali trip
operasi penangkapan, berat es per batang adalah 50 kg. Untuk kebutuhan operasi
pengkapan ikan dalam satu hari PPI tersebut harus menyediakan es sebanyak 354
batang atau 17.7 ton, dalam waktu 1 bulan PPI tersebut membutuhkan es untuk
kebutuhan operasi penangkapan adalah 425,9 ton atau 8.514 batang.Jumlah es yang
dibawa saat operasi penangkapan akan berpengaruh terhadap kualitas ikan, karena
jika jumlah es yang dibawa tidak sesuai dengan jumlah ikan yang didapatkan,
misalnya jumlah es yang dibawa 6 ton dan jumlah ikan yang didapat mencapai 10
ton. Hal seperti ini sering terjadi dan akan berakibat pada kualitas ikan yang
didaratkan. Pemenuhan kebutuhan akan es balok ini penting dikaji, karena kualitas
ikan akan sangat cepat menurun jika es tidak segera tersedia yang berakibat pada
penurunan harga jual hasil tangkapan nelayan, terlebih pada saat hasil tangkapan
melimpah (Prayuginingsihet al, 2002).

2.7. Kebutuhan Jumlah Es


Kapal-kapal perikanan yang memanfaatkan Pelabuhan Perikanan Samudera
untuk melakukan bongkar muat umumnya berkonstruksi kayu dengan ukuran Gross
Ton yang berbeda-beda. Jumlah kapal masuk dan perkembangan jumlah kapal masuk
periode 2012-2017.
Kapal-kapal tersebut bila dilihat dari jenis alat tangkap yang dioperasikan
meliputi Jaring Insang/Gillnet, Pancing dan Purse saine. Jumlah alat tangkap (unit) di
PPS.

a. Kebutuhan Es untuk kapal ukuran < 5 GT

9
Kapal ukuran < 5 GT merupakan jenis kapal yang menggunakan alat tangkap
pancing, kapal < 5 GT berjumlah 29 unit terdiri dari 4 GT sebanyak 4 unit dan 5 GT
sebanyak 25 unit, untuk setiap trip operasional penangkapan ikan kapal ini
membutuhkan waktu 3 sampai 4 hari. Kebutuhan es untuk operasional kapal < 5 GT
dapat
Berdasarkan analisis bahwa kapal berukuran <5 GT membutuhkan 20 balok
es/trip atau 1 ton es/trip, jumlah trip perbulan 6 trip sehingga membutuhkan 6 ton
es/bulan, total kebutuhan es kapal berukuran <5 GT untuk jumlah kapal sebanyak 29
unit adalah sebesar 174 ton es/bulan

b. Kebutuhan Es untuk kapal ukuran 6-10 GT


Kapal ukuran 6-10 GT merupakan jenis kapal yang paling banyak keberadaannya
yang melakukan aktifitas bongkar muat di pelabuhan perikanan Lampulo, kapal ini
menggunakan alat tangkap pancing dan Purse Saine, jumlah kapal 610 GT sebanyak
136 unit terdiri dari 68 unit kapal Pancing dan 68 unit kapal purse saine, untuk setiap
trip operasional penangkapan ikan kapal Pancing membutuhkan waktu 4 sampai 6
hari sedangkan kapal purse saine operasionalnya setiap hari (one day fishing).
Kebutuhan es untuk operasi kapal 6-10 GT
Berdasarkan analisis bahwa kapal purse saine berukuran 6-10 GT membutuhkan
22 balok es/trip atau 1 ton es/trip, jumlah trip perbulan 22 trip sehingga
membutuhkan 1.496 ton es/bulan, kapal pancing berukuran 6-10 GT membutuhkan
25 balok es/trip atau 1,25 ton es/trip, jumlah trip perbulan 5 trip sehingga
membutuhkan 4,25 ton es/bulan, total kebutuhan es kapal berukuran 6-10 GT untuk
jumlah kapal sebanyak 136 unit adalah sebesar 1.921 ton es/bulan.

c. Kebutuhan Es untuk kapal ukuran 11-20 GT

Kapal ukuran 11-20 GT merupakan jenis kapal yang menggunakan alat tangkap
Purse saine (pukat pincin), jumlah kapal 11-20 GT sebanyak 30 unit, dari 30 unit
terdapat sebanyak 11 unit kapal purse saine yang melakukan operasional
penangkapan per hari (one day fishing) selebihnya setiap trip operasional

10
penangkapan ikan kapal ini membutuhkan waktu 4 sampai 6 hari. Kebutuhan es
untuk operasional kapal 10-20 GT

Berdasarkan analisis bahwa kapal berukuran 11-20 GT (one day fishing)


membutuhkan 20 balok es/trip atau 1 ton es/trip, jumlah trip perbulan 22 trip
sehingga membutuhkan 242 ton es/bulan, sedangkan kapal 11-20 GT yang waktu
operasional tangkap selama 4 sampai 6 hari per trip membutuhkan 60 balok es/trip
atau 3 ton es/trip, jumlah trip perbulan 5 trip sehingga membutuhkan 285 ton
es/bulan. total kebutuhan es kapal berukuran 11-20 GT untuk jumlah kapal sebanyak
30 unit adalah sebesar 527 ton es/bulan.

d. Kebutuhan Es untuk kapal ukuran 21-30 GT\

Kapal ukuran 21-30 GT merupakan jenis kapal yang menggunakan alat tangkap
Purse saine (pukat pincin), jumlah kapal 21-30 GT sebanyak 55 unit, untuk setiap trip
operasional penangkapan ikan kapal ini membutuhkan waktu 4 sampai 6 hari.
Kebutuhan es untuk operasional kapal 21-30 GT

Berdasarkan analisis bahwa kapal berukuran 21-30 GT membutuhkan 150 balok


es/trip atau 7,5 ton es/trip, jumlah trip perbulan 5 trip sehingga membutuhkan 37,5
ton es/bulan, total kebutuhan es kapal berukuran 21-30 GT untuk jumlah kapal
sebanyak 55 unit adalah sebesar 2.062 ton es/bulan.

e. Kebutuhan Es untuk kapal ukuran 31-50 GT

Kapal ukuran 31-50 GT merupakan jenis kapal yang menggunakan alat tangkap
Purse saine (pukat pincin), jumlah kapal 31-50 GT sebanyak 66 unit, untuk setiap trip
operasional penangkapan ikan kapal ini membutuhkan waktu 4 sampai 6 hari.
Kebutuhan es untuk operasional kapal 31-50 GT

Berdasarkan analisis bahwa kapal berukuran 31-50 GT membutuhkan 250 balok


es/trip atau 12,5 ton es/trip, jumlah trip perbulan 5 trip sehingga membutuhkan 62,5
ton es/bulan, total kebutuhan es kapal berukuran 3150 GT untuk jumlah kapal
sebanyak 66 unit adalah sebesar 4.125 ton es/bulan.

11
Kebutuhan Total Es Untuk Keperluan Penangkapan Ikan

Total kebutuhan es balok yang dibutuhkan oleh kapal-kapal di Pelabuhan


Perikanan Samudera (PPS) Lampulo untuk aktifitas penangkapan ikan yaitu
sebanyak 11.337 ton/bulan. Jumlah total kebutuhan es untuk operasional
penangkapan ikan dapat dilihat pada

2.8. Distribusi Es Ke Kapal


Kapal-kapal yang akan melakukan perbekalan operasi penangkapan ikan
khususnya es, pihak pengelola kapal harus memesan terlebih dahulu satu atau dua
hari sebelumnya ke pihak agen atau pengelola pabrik es, es yang sudah dipesan akan
diantar sesuai waktu pemesanannya. Sarana yang digunakan untuk mengangkut es
sampai ke lokasi tujuan menggunakan mobil box dan becak, setelah mobil atau becak
yang megangkut es sampai ke lokasi, ada kapal yang secara langsung bisa
menurunkan es dari mobil kedalam kapal dan ada yang tidak, karena kapal ada yang
tidak bisa merapat langsung ke dermaga dan harus meggunakan perantara seperti
speed board atau kapal bantu.Pesanan es disesuaikan dengan kondisi kebutuhan di
pelabuhan yaitu pesanan es akan meningkat apabila hasil tangkapan yang didaratkan
di pelabuhan melimpah dan sebaliknya pesanan es akan berkurang apabila hasil
tangkapan di pelabuhan sedikit (Indrianto, 2006).

12
III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

dalam penilitian ini antara lain 1) Hasil perhitungan, kebutuhan es untuk


rangkaian aktivitas penangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) pada
tahun 2017 adalah sebesar 11.337 ton/bulan. Jumlah kebutuhan es untuk kegiatan
penangkapan ikan selama ini dipasok dari luar pelabuhan dikarenakan kemampuan
produksi pabrik es setempat hanya untuk memenuhi kebutuhan es untuk penanganan
ikan dipelabuhan saja, kemampuan produksi pabrik es setempat adalah 200 batang
atau 10 ton setiap hari atau 300 ton/bulan;

3.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang tingkat kebutuhan es secara


menyeluruh selain untuk kapal ikan di dalam suatu pelabuhan perikanan

13
DAFTAR PUSTAKA

Yunanda M, 2018. Kajian Tingkat Kebutuhan dan Penyediaan Es Untuk Operasi


Penangkapan Ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo, Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah Volume 3, Nomor 2: 12-24

Niken W. W ,Tahun 2015, Journal of Fisheries Resources Utilization Management


and Technology Hlm 32 – 40 Volume 4, Nomor 3,

Misjar M. A Tahun 2018 Kajian Kebutuhan Fasilitas Fungsional (Pabrik Es) Terkait
Kelancaran Aktivitas Perikanan Tangkap di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Sawang Ba’u Aceh Selatan Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan
Unsyiah Volume 3, Nomor 2: 75-82

Pane A., B.. 2008. Basket Hasil Tangkapan dan keterkaitannya Dengan Mutu Hasil
Tangkapan dan Sanitasi di TPI PPN Pelabuhan Ratu. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia. 13 (3). 150-157.

Christanti, N. 2005. Tingkat Penyediaan Dan Kebutuhan Es Untuk Kapal Ikan Di


Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. Skripsi. Bogor (ID): Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan.InstitutePertanianBogor.

Derma. Tahun 2017 Analisis keputusan persediaan es balok dipelabuhan perikanan


pantai tumumpa kota manado Availableonline :http : // ejournal. unsrat.ac.id /
index. Php / akulturasi

Harits G, Indra dan Faisal A. analisis kebutuhan es dan dampaknya terhadap kualitas
ikan di pelabuhan perikanan samudera lampulo banda aceh jurnal Biotik, Vol.
6, No. 2, Hal. 117-124

14
Christanti, N. 2005. Tingkat Penyediaan dan Kebutuhan Es Untuk Kapal Ikan di PPN
Pekalongan. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Hal 9-
15.

Alvi Rahmah. 2018. Pengaruh Kualitas Pelayanan Pelabuhan Perikanan Samudera


Lampulo terhadap Kelancaran Operasional Penangkapan Ikan. Jurnal Ilmu-
Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan. P-ISSN: 2089-7790, E-ISSN: 2502-
6194 Volume 7, Number 1, Rahmah et al. (2018) Page 1-8, April 2018

Ashshiddiqi AF. 2003. Peran Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta Dalam


Penyediaan Solar untuk Keperluan Operasi Penangkapan Bagi Kapal Ikan.
[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Hal 6-11

Direktorat Jenderal Perikanan. 1994. Petunjuk Teknis Pengelolaan Pelabuhan


Perikanan. Jakarta

Sovanda, B.Y., A. Baheramsyah, T.F. Nugroho. 2013. Studi perencanaan Jacketed


Storage System memanfaatkan CO2 cair sebagai refrigeran. Jurnal Teknik
Pomits. 2(3): 209-210

15

Anda mungkin juga menyukai