Tingkat Kebutuhan Dan Penyediaan Es Untuk Keperluan Operasi Penangkapan Ikan
Tingkat Kebutuhan Dan Penyediaan Es Untuk Keperluan Operasi Penangkapan Ikan
OLEH
Mudakir affan
05191711008
1
Penanganan ikan pada dasarnya terdiri dari dua tahap, yaitu penanganan di
atas kapal dan penanganan di darat. Ikan segar adalah ikan yang masih mempunyai
sifat yang sama seperti ikan hidup baik mata, insang, bau, lendir permukaan badan,
maupun teksturnya harus dalam keadaan segar Kesegaran ikan hasil tangkapan harus
dijaga supaya tidak menurun dan tetap, semenjak ikan tertangkap dan mati
kemuduran mutu telah terjadi. Untuk menjaga mutu dan kesegaran ikan diperlukan
media pendingin
Pada penangkapan ikan dengan tujuan ikan hasil tangkapan yang segar
biasanya dilakukan dengan menggunakan es. Kebutuhan es tergantung dari target
hasil tangkapan yang akan dicapai, kapasitas palka, dan keadaan suhu lingkungan.
Melihat pentingnya peranan es dalam menjaga kualitas ikan hasil tangkapan, maka
perlu dihitung kebutuhan es yang tersedia. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada
kebutuhan es untuk operasional penangkap
1.2 Tujuan
1.3. Manfaat
2
II. PEMBAHASAN
3
c. Panjang dermaga sekurang-kurang 300 m, dengan kedalaman kolam sekurang-
kurangnya 3 m,
d. Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah
keseluruhan 6.000 GT kapal perikanan sekaligus,
e. Ikan yang didaratkan sabagai tujuan ekspor,
f. Terdapat industry Perikanan
4
a. Melayai kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan
pedalaman dan perairan kepulauan
b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-
kurangnya 3 GT ,
c. Panjang dermaga sekurang-kurang 50 m dengan kedalaman kolam sekurang-
kurang minus 2 m,
d. Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah
keseluruhan 60 GT kapal perikanan sekaligus.
5
1) Kapal atau perahu telah melakukan kunjungan ke pelabuhan perikanan untuk
mendaratkan hasil tangkapan dan memperoleh perbekalan ke laut;
2) TPI telah dimanfaatkan minimal untuk menimbang dan mengepak ikan. Sistem
pelelangan diatur dengan peraturan daerah;
3) Telah melakukan pelayanan perbekalan es, solar, air, garam dan sebagainnya;
4) Telah diberikan jasa penyimpanan ikan, reparasi mesin dan mekanik, pemeliharaan
kapal dan alat tangkapan.
Sistem rantai pemasaran yang terdapat di beberapa pelabuhan perikanan di Indonesia,
antara lain: Misran ( 1991)
(1) TPI pedagang besar pedagang lokal pengeceran konsumen
(2) TPI pedagang besar pedagang lokal konsumen
(3) TPI pengecer konsumen.
3) Penyaluran perbekalan
Penjualan atau pengisian perbekalan yang berkaitan dengan fasilitas
pelabuhan perikanan saat ini adalah penjualan es, penjualan air bersih, penyaluran
BBM dan suku cadang. Pelayanan perbekalan, BUMN dan pihak swasta.
6
3) Hancur es dapat berkontrak erat dengan ikan, dengan demikian ikan cepat sekali
medingin;
4) Sentuhan dengan es menyebabkan ikan senantiasa dingin, basah dan cemerlang.
Sebaiknya, pada pendingin dengan udara dingin yang digunakan refrigerasi mekanik,
ikan akan mengalami pengeringan yang merugikan;
5) Es adalah thermostat sendiri, artinya es selalu dapat memelihara dan mengatur
suhu ikan sekitar suhu es meleleh pada 00 C;
6) Saat es meleleh es menyerap panas dari ikan. Sambil mengalir ke bawah, air
lelehan itu membasahi permukaan dan bagian lain dari ikan sambil menghanyutkan
lendir dan sisa darah bersama bakteri dan kotoran yang lainnya sehingga ikan selalu
dibilas atau bermandi air dingin bersih;
7) Agar air lelehan lain dan kotoran lainnya itu tidak mengumpul dan membusukan
ikan yang terletak pada bagian bawah dari tumpukan atau wadah, perlu cairan itu
dialirkan keluar, antara lain melalui lobang penirisan (drain) yang sengaja dibuat pada
dasar atau alas tumpukan atau wadah ikan.
Beberapa hal di lapangan yang perlu diperhatikan mengenai es mencair;
1) Apabila terdapat campuran air dan es dalam suatu wadah, suhu campuran itu tidak
akan meningkat ke atas 00 C sebelum semua es mencair;
2) Campuran es dan air es janganlah disamakan perlakukan dengan nilainya dengan
es saja, meskipun beratnya sama. Kalau sebagian dari es, es balok terhadap es itu
hilang dan berubah menjadi air maka sebagian (besar) dari nilainya sudah hilang;
3) Kalau perbandingan berbagai jenis es, misalnya es balok terhadap es curah,
haruslah atas dasar berat yang sama; jangan perbandingkan berdasarkan volume;
4) Perbedaan antara nilai dan jenis es air tawar berasal dari lokasi, pabrik atau
pelabuhan yang berbeda, adalah kecil sekali, sehingga dapat diabaikan;
5) Es yang berusia lama (sudah disimpan 6 bulan misalnya) adalah sama efektifnya
dengan es yang baru saja dibuat;
6) Mutu air yang digunakan pabrik untuk pembuatan es bagi usaha perikanan,
haruslah memenuhi persyaratan kesehatan yang sama seperti yang dipersyaratkan
bagi mutu air perusahaan air minum;
7
2.5. Penyediaan Es di Pelabuhan Perikanan
Pengelolaan dan pengaturan dalam penyediaan sarana dan fasilitas untuk
memproduksi es di beberapa pelabuhan perikanan di Indonesia diserahkan pada
perum prasarana perikanan setempat (Direktorat Jenderal Perikanan, 1994) dalam
Christianti, (2005). Sedangkan pihak swasta dan KUD merupakan pihak ketiga yang
bisa mengajukan permohonan berupa permohonan sewa kepada pihak pelabuhan
dalam hal ini perum prasaranan (Direktorat Jenderal Perikanan, 1993) dikutip dalam
Ashshiddiqi (2003).
Produsen dalam penyediaan es di suatu pelabuhan perikanan adalah pabrik es,
dimana pihak tersebut menjalankan perannya dengan menyuplai es untuk kapal ikan
yang akan melakukan operasi penangkapan. Penyuplaian es dimana disesuaikan
dengan permintaan pihak pelabuhan.
2.6. Kebutuhan Es Untuk Penanganan Hasil Tangkapan
Kebutuhan es bagi kapal penangkapan sangat penting dalam upaya menjamin
mutu ikan hasil tangkapan. Es merupakan media pendingin yang banyak digunakan
dalam penanganan ikan, baik di atas kapal maupun di darat selama distribusi dan
pemasaran. Sebagai media pendingin, es mempunyai beberapa kelebihan sebagai
berikut:
1) Tidak membahayakan konsumen;
2) Bersifat thermostatic, yaitu selalu menjaga suhu sekitar 00 C sehingga suhu
pendinginan ikan dapat terpelihara pada suhu tersebut;
3) Ekonomis karena harganya murah;
4) Relatif mudah dalam penggunaannya.
Jumlah es yang digunakan harus sesuaikan dengan jumlah ikan yang akan
ditangani sehingga akan ditangani sehingga akan diperoleh suhu pendinginan yang
optimal. Dalam praktiknya, perbandingan es dan ikan yang dipergunakan selama
pendinginan bervariasi antara 1:4 sampai 1:1. Perbandingan tersebut sangat
tergantung pada waktu penyimpanan yang diperkirakan, suhu udara diluar kemasan,
8
jenis wadah penyimpanan dan cara penyusunan ikan dalam wadah. (Junianto, 2003
dikutip dalam Christianti, 2005).
Kebutuhan Es Untuk Operasi Penangkapan Ikan Kapal-kapal yang melakukan
operasi penangkapan membutuhkan es untuk penanganan ikan di atas kapal, jumlah
rata-rata kapal per hari yang melakukan perbekalan es sebanyak 3 unit, masing-
masing kapal membutuhkan rata-rata 5.9 ton es atau 118 batang untuk sekali trip
operasi penangkapan, berat es per batang adalah 50 kg. Untuk kebutuhan operasi
pengkapan ikan dalam satu hari PPI tersebut harus menyediakan es sebanyak 354
batang atau 17.7 ton, dalam waktu 1 bulan PPI tersebut membutuhkan es untuk
kebutuhan operasi penangkapan adalah 425,9 ton atau 8.514 batang.Jumlah es yang
dibawa saat operasi penangkapan akan berpengaruh terhadap kualitas ikan, karena
jika jumlah es yang dibawa tidak sesuai dengan jumlah ikan yang didapatkan,
misalnya jumlah es yang dibawa 6 ton dan jumlah ikan yang didapat mencapai 10
ton. Hal seperti ini sering terjadi dan akan berakibat pada kualitas ikan yang
didaratkan. Pemenuhan kebutuhan akan es balok ini penting dikaji, karena kualitas
ikan akan sangat cepat menurun jika es tidak segera tersedia yang berakibat pada
penurunan harga jual hasil tangkapan nelayan, terlebih pada saat hasil tangkapan
melimpah (Prayuginingsihet al, 2002).
9
Kapal ukuran < 5 GT merupakan jenis kapal yang menggunakan alat tangkap
pancing, kapal < 5 GT berjumlah 29 unit terdiri dari 4 GT sebanyak 4 unit dan 5 GT
sebanyak 25 unit, untuk setiap trip operasional penangkapan ikan kapal ini
membutuhkan waktu 3 sampai 4 hari. Kebutuhan es untuk operasional kapal < 5 GT
dapat
Berdasarkan analisis bahwa kapal berukuran <5 GT membutuhkan 20 balok
es/trip atau 1 ton es/trip, jumlah trip perbulan 6 trip sehingga membutuhkan 6 ton
es/bulan, total kebutuhan es kapal berukuran <5 GT untuk jumlah kapal sebanyak 29
unit adalah sebesar 174 ton es/bulan
Kapal ukuran 11-20 GT merupakan jenis kapal yang menggunakan alat tangkap
Purse saine (pukat pincin), jumlah kapal 11-20 GT sebanyak 30 unit, dari 30 unit
terdapat sebanyak 11 unit kapal purse saine yang melakukan operasional
penangkapan per hari (one day fishing) selebihnya setiap trip operasional
10
penangkapan ikan kapal ini membutuhkan waktu 4 sampai 6 hari. Kebutuhan es
untuk operasional kapal 10-20 GT
Kapal ukuran 21-30 GT merupakan jenis kapal yang menggunakan alat tangkap
Purse saine (pukat pincin), jumlah kapal 21-30 GT sebanyak 55 unit, untuk setiap trip
operasional penangkapan ikan kapal ini membutuhkan waktu 4 sampai 6 hari.
Kebutuhan es untuk operasional kapal 21-30 GT
Kapal ukuran 31-50 GT merupakan jenis kapal yang menggunakan alat tangkap
Purse saine (pukat pincin), jumlah kapal 31-50 GT sebanyak 66 unit, untuk setiap trip
operasional penangkapan ikan kapal ini membutuhkan waktu 4 sampai 6 hari.
Kebutuhan es untuk operasional kapal 31-50 GT
11
Kebutuhan Total Es Untuk Keperluan Penangkapan Ikan
12
III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Misjar M. A Tahun 2018 Kajian Kebutuhan Fasilitas Fungsional (Pabrik Es) Terkait
Kelancaran Aktivitas Perikanan Tangkap di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Sawang Ba’u Aceh Selatan Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan
Unsyiah Volume 3, Nomor 2: 75-82
Pane A., B.. 2008. Basket Hasil Tangkapan dan keterkaitannya Dengan Mutu Hasil
Tangkapan dan Sanitasi di TPI PPN Pelabuhan Ratu. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia. 13 (3). 150-157.
Harits G, Indra dan Faisal A. analisis kebutuhan es dan dampaknya terhadap kualitas
ikan di pelabuhan perikanan samudera lampulo banda aceh jurnal Biotik, Vol.
6, No. 2, Hal. 117-124
14
Christanti, N. 2005. Tingkat Penyediaan dan Kebutuhan Es Untuk Kapal Ikan di PPN
Pekalongan. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Hal 9-
15.
15