Anda di halaman 1dari 14

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelabuhan Perikanan


Menurut UU No 45 tahun 2009, Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang
terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang
digunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar
muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang perikanan.
Pengertian pelabuhan menurut Departemen Perhubungan adalah suatu
daerah tempat berlabuh dan atau tempat bertambatnya kapal laut serta kendaraan
lainnya untuk menaikkan dan menurunkan menumpang, bongkar muat barang
yang semuanya merupakan daerah lingkungan kerja aktivitas ekonomi, secara
juridis terhadap hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan untuk
kegiatan-kegiatan di pelabuhan tersebut (Lubis, 2000).
Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang berfungsi untuk berlabuh dan
bertambatnya kapal yang hendak bongkar muat hasil tangkapan ikan atau mengisi
bahan perbekalan melaut. Departemen Perhubungan menggolongkan pelabuhan
perikanan termasuk pelabuhan khusus. Arti pelabuhan khusus yaitu pelabuhan
yang penggunaannya khusus untuk kegiatan sektor perindustrian, pertambangan
atau pertanian dalam arti luas pembangunan dan pengoperasiannya dilakukan oleh
instansi bersangkutan untuk bongkar muat ”barang” (bahan baku atau hasil
produksi atau hasil eksploitasi) yang tidak dapat ditampung oleh pelabuhan umum
(Lubis, 2000).

2.1.1 Fungsi pelabuhan perikanan


Fungsi pelabuhan perikanan dapat ditinjau berdasarkan berbagai
kepentingan, salah satunya yaitu sebagai fungsi komersil. Fungsi ini timbul karena
pelabuhan perikanan sebagai tempat awal untuk mempersiapkan pendistribusian
produksi ikan melalui transaksi pelelangan ikan. Proses pendistribusian dapat
dilakukan sebagai berikut : bahwa ikan-ikan yang telah didaratkan dibawa ke
gedung pelelangan ikan untuk dicatat jumlah dan jenisnya, setelah itu ikan disortir
5

dan diletakkan pada keranjang atau bak plastik selanjutnya dilaksanakan


pelelangan dan dicatat hasil transaksinya (Lubis, 2000).
2.1.2 Tipe dan kriteria pelabuhan perikanan di Indonesia
Menurut Direktorat Jenderal Perikanan mengelompokkan pelabuhan
perikanan menjadi 4 tipe yang terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1 Pengelompokkan pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.16/MEN/2006
Pelabuhan (Tipe) Kriteria

Samudera (A) 1. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut
teritorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, dan laut lepas;
2. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran
sekurang-kurangnya 60 GT;
3. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam
sekurang-kurangnya minus 3m;
4. Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau
jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6.000GT kapal perikanan
sekaligus;
5. Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor;
6. Terdapat industri perikanan.

Nusantara (B) 1. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di laut
teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia;
2. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran
sekurang-kurangnya 30 GT ;
3. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam
sekurang-kurangnya minus 3 m;
4. Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah
keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT kapal perikanan sekaligus;
5. Terdapat industri perikanan.

Pantai (C) 1.Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan
pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial;
2.Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran
sekurang-kurangnya 10 GT;
3.Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam
sekurang-kurangnya minus 2 m;
4.Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah
keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus.

Pangkalan 1.Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan


Pendaratan Ikan pedalaman dan perairan kepulauan;
(D) 2.Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran
sekurang-kurangnya 3 GT;
3.Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam
sekurang-kurangnya minus 2 m;
4.Mampu menampung sekurang-kurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah
keseluruhan sekurang-kurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus.

Sumber : http://www.infohukum.dkp.go.id/produk/500.pdf, 2009


6

2.1.3 Fasilitas pelabuhan perikanan


Dalam pelaksanaan peranannya, PP/PPI harus dilengkapi dengan fasilitas,
diantaranya (Lubis, 2000) :
1. Fasilitas pokok
Fasilitas pokok yang berfungsi untuk melindungi kegiatan umum di
pelabuhan perikanan dari segenap gangguan alam seperti gelombang, arus,
angin, pengendapan lumpur/pasir dan sebagainya.
Fasilitas pokok dapat berbentuk alur pelayaran, kolam pelabuhan, penahan
gelombang (breakwater), dermaga/jetty dan tanah utuk industri.
2. Fasilitas fungsional
Fasilitas fungsional merupakan pelengkap fasilitas pokok guna
memperlancar pekerjaan/memberikan pelayanan jasa di pelabuhan
perikanan serta meninggikan nilai guna fasilitas pokok. Fasilitas tersebut
terdiri dari tempat pelelangan ikan (TPI), balai pertemuan nelayan, tangki
BBM, tangki air, alat komunikasi, instalasi listrik, pabrik es, cold storage,
dock kapal dan bengkel.
3. Fasilitas penunjang
Fasilitas penunjang memiliki fungsi secara tidak langsung menunjang
kelancaran fungsi pelabuhan perikanan seperti kantor untuk administrasi
pelabuhan, syahbandar, beacukai, aparat keamanan, jalan di dalam
komplek, perumahan lokal/warung serba ada (waserba), MCK umum dan
tempat beribadat.

2.2 Distribusi
Distribusi adalah istilah yang biasa digunakan dalam pemasaran untuk
menjelaskan bagaimana suatu produk atau jasa dibuat secara fisik tersedia bagi
konsumen. Distribusi meliputi kegiatan pergudangan, transportasi, persediaan,
penanganan pesanan. Salim (2000) mengemukakan bahwa dalam industri terdapat
dua kategori, yaitu :
1. Pemindahan bahan-bahan dan hasil-hasil produksi dengan menggunakan alat-
alat angkut.
2. Mengangkut penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.
7

Berdasarkan kategori tersebut dapat disimpulkan bahwa definisi distribusi


adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat
ke tempat lain. Distribusi secara umum adalah rangkaian kegiatan memindahkan
atau mengangkut barang dari produsen ke konsumen dengan menggunakan salah
satu transportasi yang meliputi transportasi darat, laut, sungai maupun udara.
Rangkaian kegiatan yang dimulai dari produsen sampai ke konsumen lazim
disebut rantai transportasi (chain of transportation). Menurut Sinaga (1988)
distribusi adalah manajemen pemindahan, pengendalian persediaan, perlindungan
dan penyimpanan bahan mentah.
Evans dan Berman (1982) menyebutkan fungsi distribusi adalah
menyebarkan produk atau jasa melalui jalur distribusi yang terdiri dari seluruh
institusi atau pihak-pihak yang terlibat dalam pemindahan dan pertukaran produk
atau jasa tersebut. Institusi atau pihak-pihak di dalam proses distribusi adalah
perantara.
Disamping itu, distribusi merupakan suatu cara memperluas tersedianya
suatu produk, distribusi juga merupakan alat yang dapat digunakan oleh
manajemen pemasaran (marketing management) untuk meningkatkan atau
memperluas persaingan keuntungan antara permintaan konsumen dengan produk-
produk yang ditawarkan oleh perusahaan (Darmawan, 2006).

2.2.1 Jenis distribusi


Hanafiah dan Saefuddin (1983) membedakan fasilitas distribusi menjadi
empat kelompok :
1. Distribusi melalui darat
Kereta api dan truk yang dilengkapi dengan pendingin merupakan alat
angkutan jarak jauh terpenting di darat. Keuntungan utama penggunaan utama
kereta api dibandingkan dengan alat angkutan lainnya adalah pelayanan
pengangkutan lebih lengkap dan bervariasi. Tetapi pengangkutan dengan
menggunakan truk mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan
menggunakan kereta api, yaitu :
1. Kecepatan dapat lebih tinggi,
2. Fleksibel, dapat diselenggarakan kapan saja dan arah dapat diubah-ubah,
3. Tarif dan biaya lebih rendah,
8

4. Sanggup mengangkut barang tanpa banyak pengerjaan dan pemindahan


sehingga resiko pemindahan kecil.
2. Distribusi melalui perairan pantai dan terusan atau sungai
Distribusi dilakukan dengan menggunakan kapal air (water carries).
Distribusi melalui perairan mempunyai beberapa keuntungan antara lain biaya
distribusi lebih rendah dan dapat memuat volume yang lebih besar
dibandingkan dengan menggunakan kereta api atau truk. Kerugian dari
distribusi melalui perairan adalah lebih lambat
3. Distribusi melalui laut
Distribusi ini dilakukan dengan menggunakan kapal (pelayaran tetap dan
pelayaran tramp). Pelayaran tetap (dinas) adalah pelayaran antara tempat pada
waktu-waktu yang telah ditetapkan oleh pemerintahan yang harus diadakan
secara kontinu dengan tidak bergantung pada ada atau tidak adanya muatan.
Pelayaran tramp (kapal tambang) adalah pelayaran yang jurusan dan waktunya
tidak tetap, pelayaran ini dilakukan apabila ada muatan. Keuntungan yang
diperoleh dengan menggunakan pelayaran tramp dibandingkan dengan
penggunaan pelayaran tetap adalah :
1. Ongkos angkutan yang lebih rendah ;
2. Dapat menggunakan barang dalam jumlah besar ;
3. Dapat mengangkut barang dengan cepat (langsung) ke pelabuhan yang
dituju.
4. Distribusi melalui udara
Distribusi melalui udara merupakan pengangkutan paling cepat dengan
menggunakan pesawat udara. Tetapi terdapat beberapa kerugian diantaranya
biaya distribusi yang mahal dan terbatasnya ruangan sehingga distribusi dalam
volume besar tidak dapat dilakukan.

2.2.2 Unsur-unsur distribusi


Menurut Siregar (1990) terdapat tiga hal yang menjadi persyaratan bagi
berlangsungnya proses distribusi, yaitu:
1. Ada muatan yang diangkut
2. Tersedianya kendaraan sebagai angkutannya;
3. Ada jalan yang dilalui.
9

Dalam melaksanakan kegiatan distribusi diperlukan dua jenis peralatan yang


merupakan unsur-unsur transportasi (Siregar, 1990), yaitu:
1. Peralatan operasi atau sarana angkutan berupa peralatan yang dipakai untuk
mengangkut barang dan penumpangnya yang digerakkan oleh mesin motor
atau penggerak lainnya.
2. Peralatan basis atau prasarana angkutan yang terdiri dari:
a. Jalanan sebagai tempat bergeraknya peralatan operasi.
b. Terminal sebagai tempat memberikan pelayanan kepada penumpang
dalam perjalanan, barang dalam pengiriman dan kendaraan sebelum
dan sesudah melakukan operasi.
Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) terdapat beberapa hal yang perlu
diketahui dalam distribusi ikan yaitu mengenai pola saluran pemasaran. Pada
proses pemasaran hasil tangkapan ini dapat melibatkan beberapa golongan
perantara, seperti:
1. Tengkulak desa,
2. Pedagang pengumpul di pasar lokal,
3. Pedagang besar (grosir),
4. Agen,
5. Pedagang eceran,dan
6. Eksportir.

2.2.3 Peranan distribusi


Distribusi mempunyai peranan yang sangat penting untuk saling
menghubungkan daerah sumber bahan baku, daerah produksi, daerah pemasaran
dan daerah pemukiman sebagai tempat konsumen. Distribusi juga mempunyai
pengaruh besar terhadap perorangan, masyarakat pembangunan ekonomi dan
sosial politik suatu negara (Salim, 2000). Distribusi merupakan sarana dan
prasarana bagi pembangunan ekonomi negara yang bisa mendorong lajunya
pertumbuhan ekonomi (Rate of Growth).
1. Distribusi dan kehidupan masyarakat
Distribusi bermanfaat bagi masyarakat, dalam arti hasil-hasil produksi dan
bahan-bahan baku suatu daerah dapat dipasarkan kepada perusahaan industri.
Hasil-hasil barang jadi yang diproduksi oleh pelabuhan atau pabrik dijual oleh
10

produsen kepada masyarakat atau perusahaan-perusahaan yang bergerak di


bidang pemasaran. Untuk mengangkut bahan-bahan baku dan barang-barang
jadi dibutuhkan jasa-jasa distribusi (darat, laut, dan udara).
2. Produksi yang ekonomis
Suatu produksi akan bermanfaat dan ekonomis bila tersedia cukup
transportasi, dimana ada kaitannya distribusi dengan produksi dalam arti untuk
pengiriman komoditi tersebut ke pasar.

2.3 Penanganan (Handling)


Dalam melakukan kegiatan distribusi hasil tangkapan hal yang pertama
kali dilakukan adalah menangani hasil tangkapan untuk mencegah kebusukan.
Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) kegiatan penanganan hasil tangkapan
dalam proses distribusinya adalah transportasi (pengangkutan) dan penyimpanan.

2.3.1 Transportasi (pengangkutan)


Transportasi atau pengangkutan merupakan bergeraknya atau pemindahan
produk dari tempat produksi dan tempat penjualan ke tempat dimana produk
tersebut akan dipakai. Untuk memaksimalkan keuntungan yang didapat oleh pihak
produsen salah satunya perlu dilakukan pemilihan alternatif jeni transportasi yang
digunakan (Hanafiah dan Saefuddin, 1983). Transportasi dikatakan sebagai
“derived demand”, karena keperluan jasa angkutan bertambah dengan
meningkatnya kegiatan ekonomi dan berkurangnya jika terjadi kelesuan ekonomi
(Siregar, 1990).
Terdapat dua resiko apabila kegiatan pengangkutan hasil tangkapan
perikanan terlambat yaitu dapat menurunkan harga barang di tempat yang dituju
dan menurunkan kualitas barang. Sehingga ketepatan waktu perlu diperhatikan
disamping pemilihan jenis transportasi yang baik untuk menekan biaya
pendistribusian hasil tangkapan (Hanafiah dan Saefuddin, 1983).
Alat tranportasi yang memiliki ruang pendingin (cool room) akan lebih
efektif digunakan karena distribusi dapat dilakukan pada siang hari dan kualitas
ikan akan terjamin, dimana suhu dalam ruang pendingin dapat dikontrol dan
diatur sesuai kebutuhan. Pendistribusian untuk jarak jauh juga dapat dilakukan
dengan menggunakan alat transportasi seperti kereta api, truk, kapal laut dan
11

pesawat terbang. Suhu optimum selama transportasi harus dapat dipertahankan


dan semakin cepat ikan sampai di tempat tujuan distribusi akan semakin baik
dalam mempertahankan kualitas ikan (Aryadi, 2007).

2.3.2 Penyimpanan (warehousing)


Penyimpanan merupakan kegiatan menahan produk dalam jangka waktu
antara dihasilkan atau diterima sampai dijual. Terdapat empat alasan untuk
melakukan penyimpanan (Hanafiah dan Saefuddin, 1983), yaitu :
1. Sifat musiman dari kebanyakan poduksi;
2. Permintaan untuk berbagai produk berlangsung sepanjang tahun;
3. Alasan-alasan yang terdapat pada waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
berbagai pelayanan distribusi; dan
4. Mendapatkan harga yang lebih baik.

2.3.3 Pendaratan
Sistem pendaratan ikan di pangkalan pendaratan ikan meliputi proses
antara lain pembongkaran ikan, penyortiran ikan dan pengangkutan ikan ke TPI.
Pendistribusian ikan baik dilakukan dengan alat transportasi tertutup seperti truk
atau kendaraan lain yang tertutup. Selama perjalanan suhu ikan dipertahankan
dingin dengan cara menambah es. Ikan yang disimpan dalam kotak yang ditutupi
terpal atau bahan lainnya agar suhu dingin dapat dipertahankan secara efektif dan
efisien(Departemen Pertanian, 1997).

2.3.4 Saluran dan skema distribusi


Menurut Kotler (1992) vide Jajang (2006) terdapat empat macam saluran
distribusi :
1. Saluran tingkat nol (produsen-konsumen), disebut pula saluran pemasaran
langsung terdiri dari produsen yang menjual langsung kepada konsumen. Tiga
cara penting dalam penjualan langsung adalah penjualan dari rumah ke rumah,
penjualan lewat toko perusahaan.
2. Saluran tingkat satu (produsen-pengecer-konsumen), mempunyai satu
perantara penjualan. Dalam pasar konsumen, perantara itu sekaligus
merupakan pengecer. Dalam pasar industri sering kali ia bertindak sebagai
agen penjualan atau makelar.
12

3. Saluran tingkat dua (produsen-grosir-pengecer-konsumen), mempunyai dua


perantara penjualan. Dalam pasar konsumen, mereka merupakan grosir atau
pedagang besar dan sekaligus pengecer. Dalam pasar industri mereka mungkin
merupakan sebuah penyalur tunggal dan penyalur industri.
4. Saluran tingkat tiga (produsen-grosir-distributor-pengecer-konsumen),
mempunyai tiga perantara penjualan. Dari kacamata produsen, masalah
pengawasan semakin meningkat sesuai dengan angka tingkat saluran,
walaupun biasanya produsen tersebut hanya berhubungan dengan saluran yang
berdekatan dengannya.

Agen Pedagang Pengecer


besar
k
o
Agen Pengecer n
s
u
m
Pedagang Pengecer e
besar n
Pabrik/Produsen a
k
Pengecer
h
i
r

Sumber : (Pieter, 1982 vide Firman, 2008)

Gambar 1 Diagram saluran pemasaran barang-barang konsumsi.

Pada aktivitas pendistribusian hasil tangkapan terdapat beberapa istilah yang


sering digunakan yaitu (Darmawan, 2006) :
1. Pasar (market) yaitu suatu tempat atau rangkaian kegiatan dari penjual dan
pembeli, baik berhadapan satu sama lain secara langsung atau melalui suatu
alat penghubung maupun dengan perantaraan agen atau pedagang perantara
untuk melakukan pembelian, penjualan, tukar-menukar barang dan jasa;
2. Perdagangan besar (whole sale), cara penjualan barang komoditi perikanan
secara besar-besaran atau dalam jumlah besar
3. Pedagang besar (whole saler), pengusaha atau badan usaha yang melakukan
penjualan barang dagangan atau komoditi perikanan secara langsung kepada
pedagang eceran atau orang lain untuk dijual kembali;
13

4. Perdagangan eceran (retail), cara penjualan dalam jumlah yang kecil untuk
konsumsi; dan
5. Pedagang eceran (retailer), pedagang kecil yang menjual langsung kepada
konsumen akhir.
Panjang pendeknya saluran distribusi yang dilalui oleh suatu hasil perikanan
tergantung pada beberapa faktor (Hanafiah dan Saefuddin, 1983), antara lain:
1. Jarak antara produsen dan konsumen. Makin jauh jarak antara produsen dan
konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh produk.
2. Cepat tidaknya produk rusak. Produk yang cepat rusak harus cepat diterima
oleh konsumen. Dengan demikian produk menghendaki saluran yang cepat dan
pendek.
a. Skala produksi. Bila produksi dalam ukuran yang kecil-kecil maka jumlah
produk yang dihasilkan berukuran kecil pula, hal mana akan tidak
menguntungkan bila produsen langsung menjualnya ke pasar. Dalam
keadaan demikian pedagang perantara sangat dibutuhkan. Dengan
demikian saluran yang akan dilalui produk akan cenderung panjang.
b. Posisi keuangan pengusaha. Produsen yang posisi keuangannya kuat
cenderung untuk memperpendek saluran distribusi. Pedagang yang posisi
keuangannya kuat akan dapat melakukan fungsi ditribusi lebih banyak
dibandingkan dengan pedagang yang posisi keuangannya lebih lemah.
Dengan perkataan lain, pedagang yang memiliki modal yang kuat
cenderung untuk memperpendek saluran ditribusi.

2.4 Pemetaan Karakteristik Distribusi Hasil Tangkapan


2.4.1 Pasar
Pasar dalam arti sempit adalah tempat dimana permintaan dan penawaran
bertemu, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar tradisional. Sedangkan dalam
arti luas adalah proses transaksi antara permintaan dan penawaran, dalam hal ini
lebih condong ke arah pasar modern. Permintaan dan penawaran dapat berupa
barang atau jasa (Anonim, 2009).
Dalam pemetaan wilayah pasar, langkah pertama yang dapat memberikan
gambaran struktur geografis dalam distribusi adalah pembuatan peta (map) yang
dapat menggambarkan secara jelas mengenai batas-batas geografisnya. secara
14

ideal suatu wilayah dapat dibagi-bagi ke dalam struktur geografis yang


menunjukkan luas areal penawaran untuk semua ukuran dari barang niaga. Peta
ini dapat digunakan untuk merencanakan areal penjualan dan melihat
kemungkinan proses pengolahan (Departemen Perdagangan, 1977).
Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) informasi pasar berfungsi sebagai:
1. Pengumpulan informasi (fakta-fakta dan gejala-gejala yang timbul sekitar arus
hasil tangkapan di pasar);
2. Komunikasi (penyampaian serta penyebaran informasi kepada pihak yang
membutuhkan);
3. Penafsiran/interpretasi secara hati-hati atas informasi sehubungan dengan
problema yang dipecahkan oleh pihak yang bersangkutan dan
4. Pengambilan keputusan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan perusahaan,
badan atau orang yang bersangkutan.

2.4.2 Kuantitatif
Kuantitatif adalah dapat diartikan sebagai bobot, massa, atau jumlah
(Anonim, 2009). Dalam pemetaan kuantitatif digunakan untuk mengetahui berapa
banyak, dari mana, dan kemana hasil tangkapan dijual. Data kuantitatif ini dapat
ditambahkan pada wilayah pasar geografis yang telah dibuat. Membandingkan
peta untuk waktu-waktu yang berbeda dalam setahun akan menunjukkan variasi
musiman dalam pola distribusi yang ada. Membandingkan keadaan peta antar
tahun akan memberikan indikasi peningkatan atau penurunan suplai barang niaga
di dalam pasar (Departemen Perdagangan, 1977).

2.4.3 Kualitas
Kualitas adalah keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari
pemasaran, rekayasa, pembuatan, dan pemeliharaan yang membuat produk dan
jasa yang digunakan memenuhi harapan-harapan pelanggan. Konsep kualitas
berorientasi pada kepuasan total pelanggan (Feigenbaum, 1992 vide Aryadi,
2007).
Pengendalian mutu adalah mengembangkan, mendesain, memproduksi dan
memberikan jasa produk berkualitas yang paling ekonomis, paling berguna, dan
selalu memuaskan konsumen (Ishikawa, 1992 vide Aryadi 2007). Menurut Hill
15

(1994) vide Aryadi (2007), pengendalian mutu adalah aspek dan pemeliharaan
kualitas yang menyangkut cara praktis untuk menjamin bahan mutu barang sesuai
dengan spesifikasi. Pengendalian mutu secara statistik merupakan penggunaan
metode statistik untuk mengumpulkan dan menganalisa data dalam menetukan
dan mengawasi kualitas hasil produksi yang akan didistribusi. Model-model
pemecahan masalah yang ada dapat menghasilkan keputusan yang baik apabila
keputusan didasari oleh fakta atau data yang ada.

2.4.4 Harga
Menurut Saladin (2003), harga adalah sejumlah uang sebagai alat tukar
untuk memperoleh produk atau jasa atau dapat juga dikatakan penentuan nilai
suatu produk dibenak konsumen. Pemetaan harga berguna untuk perbaikan
efisiensi pemasaran sehingga perlu dilakukan pencatatan satuan dan kualitas hasil
tangkapan sebagai komoditi distribusi. Barang niaga perikanan biasanya tidak
sama satuan dan kualitasnya, sehingga suatu keharusan untuk mencatat satuan dan
kualitas yang disesuaikan dengan harga. Membandingkan peta-peta harga pada
waktu yang berbeda bertujuan untuk mengetahui perubahan dalam struktur harga
geografis. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap fluktusi harga geografis ini,
misalnya pola panen musiman, kondisi cuaca dan iklim yang tidak normal,
keadaan tranportasi yang tidak lancar, dan lain-lain. Penentuan harga untuk
komoditas perikanan tujuan ekspor sangat dipengaruhi faktor kualitas hail
tangkapan itu sendiri. Semakin baik kualitasnya aka semakin tinggi harga
penjualan (Departemen Perdagangan, 1977).

2.5 Fasilitas Distribusi Hasil Tangkapan


2.5.1 Tempat pelelangan ikan (TPI)
Fungsi gedung TPI adalah sebagai tempat untuk melelang hasil tangkapan,
dimana terjadi pertemuan antara penjual dengan pembeli (pedagang atau agen
perusahaan perikanan). Selain sebagai tempat melelang hasil tangkapan, TPI juga
berfungsi untuk melindungi ikan hasil tangkapan ikan agar tidak terkena sinar
matahari secara langsung yang dapat menurunkan mutu hasil tangkapan. TPI
melindungi hasil tangkapan sejak sebelum dilakukan pelelangan, saat pelelangan
dan saat setelah pelelangan (Lubis, 2006).
16

Gedung TPI yang baik harus memiliki persediaan air bersih, wadah (peti
atau keranjang) untuk melelang hasil tangkapan serta lantai TPI harus miring pada
kedua sisinya agar tidak ada air yang menggenang di TPI setelah terjadinya proses
pelelangan. TPI juga harus memiliki saluran air untuk menampung air ataupun
kotoran yang dihasilkan dari proses pelelangan. Kebersihan TPI harus dijaga
setiap saat karena jika TPI tidak terawat kebersihannya maka akan memberikan
pengaruh terhadap penurunan mutu ikan hasil tangkapan yang dilelang di gedung
TPI tersebut (Lubis, 2006).
Letak dan pembagian ruang di gedung TPI juga harus direncanakan supaya
aliran produk perikanan dapat berjalan dengan cepat. Hal ini dengan pertimbangan
bahwa produk perikanan cepat mengalami penurunan mutu (Lubis, 2006).
Ruangan yang terdapat pada gedung TPI dibagi menjadi:
a. Ruang sortir, yaitu tempat membersihkan, menyortir dan memasukkan hasil
tangkapan ke dalam peti atau keranjang;
b. Ruang pelelangan, yaitu tempat menimbang, memperagakan dan melelang
hasil tangkapan;
c. Ruang pengepakan, yaitu tempat memindahkan hasil tangkapan ke dalam
peti lain dengan diberi es dan atau garam, selanjutnya siap untuk dikirim;
d. Ruang administrasi pelelangan terdiri atas loket-loket untuk pembayaran
transaksi hasil tangkapan, gudang peralatan lelang, ruang duduk untuk
peserta lelang, toilet dan ruang cuci umum.

2.5.2 Pabrik es
Pabrik es merupakan suatu elemen sangat penting dalam pengoperasian
pelabuhan. Es tidak hanya diperlukan untuk pendinginan ikan di atas kapal saja
tetapi diperlukan juga untuk hasil tangkapan ikan yang dipersiapkan untuk
dilelang dan pengangkutan selanjutnya. Pada tahap perencanaan sebuah proyek
pelabuhan perikanan mungkin tidak perlu membuat rencana pembangunan pabrik
es secara detail, tetapi perlu mengalokasikan suatu areal tertentu pada alokasi
yang direncanakan dalam pembangunan pabrik es tersebut. Pada keadaan tertentu
perlu memasukkan pula mesin pembangkit tenaga listik atau menyediakan tempat
penampungan air tawar di dalam pabrik es. Berat es balok bervariasi antara 10
sampai 150 kilogram, dimana yang terakhir dianggap ukuran balok es terbesar
17

yang masih dapat ditangani secara cukup baik oleh tenaga manusia. Sebelum
digunakan untuk pengawetan es, balok harus dihancurkan. Suatu perbedaan
karakteristik mengenai tata letak masing-masing jenis pabrik es ialah pabrik es
balok mempunyai tata letak yang horisontal dengan sistem transportasi,
sedangkan pabrik es berskala kecil sering kali mempunyai mesin pembuat es yang
dipasang di atas tempat penyimpanan sehingga es jatuh langsung dari mesin ke
dalam tempat penyimpanan tersebut (Maharbhakti, 2003).
2.5.3 Cold Storage
Penanganan ikan segar biasanya dilakukan penyimpanan ikan dengan
diberi es, dilakukan di dalam ruang dingin (chill room) yang didinginkan beberapa
derajat di bawah nol, untuk mencegah menyusutnya jumlah es. Sementara untuk
ikan beku perlu dilakukan penyimpanan di dalam ruang pembekuan dengan suhu
– 20 derajat atau lebih rendah lagi.
Kegiatan yang berlangsung dalam satu cold storage adalah sebagai berikut
a. Menjalankan mesin pendingin
b. Melayani transportasi untuk menempatkan ikan di dalam gudang dingin
c. Mengatur penyimpanan ikan di gudang dingin
d. Melayani administrasi, untuk penyimpanan ikan di gudang dingin.
Di samping itu mungkin perlu pula menyediakan ruangan untuk kegiatan-
kegiatan seperti penyimpanan produk, pembekuan cepat dan penyimpanan bahan
perbekalan. Pada awalnya cold storage dibangun sebagai gedung dengan beberapa
tingkat, namun dengan pengoperasian forklit sebagai sarana pengangkutan di
dalam gudang mengakibatkan sejumlah perubahan terhadap tata letak cold storage
(Murdiyanto, 2003).

2.5.4 Area parkir


Parkir adalah keadaan tidak bergeraknya suatu kendaraan yang bersifat
sementara karena ditinggalkan oleh pengemudinya. Parkir yang ditentukan
sebagai tempat pemberhentian kendaraan yang tidak bersifat sementara untuk
melakukan kegiatan pada suatu kurun waktu dimana area parkir memiliki daya
tampung dalam per harinya (Anonim, 2009).

Anda mungkin juga menyukai