Anda di halaman 1dari 25

PBADAN STANDARDISASI

NASIONAL

KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL

NOMOR 732/KEP/BSN/12/2021
TENTANG

PENETAPAN SNI 2156:2021 SPESIFIKASI BETON AERASI AUTOKLAF

SEBAGAl REVISI DARI SNI 03-2156-1991 BLOK BETON RINGAN

BERGELEMBUNG UDARA (AIRATED) DENGAN PROSES OTOKLAP

KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL,

a. bahwa lantuk menjaga kesesuaian Standar


Nasional Indonesia terhadap kebutuhan pasar,
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pemeliharaan dan penilaian
kelayakan dan kekinian, perlu dilakukan kaji
ulang;
b. bahwa berdasarkan hasil kaji ulang, perlu
dilakukan revisi Standar Nasional Indonesia;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana diinaksud dalam huruf a dan
huruf b, perlu menetapkan Keputusan Kepala
Badan Standardisasi Nasional tentang
Penetapan SNI 2156:2021 Spesifikasi beton
aerasi autoklaf sebagai revisi dari SNI 03-2156-
1991 Blok beton ringan bergelembung udara
(airated) dengan proses otoklap;

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang


Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian

(Lembaran Negara Republik Indonesia


BADAN
STANDARD/SASI
NASIONAL

Tahun 2014 Nomor 216, Tambahan Lembaran


Negara Republik Indonesia Nomor 5584);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahim 2018

tentang Sistem Standardisasi dan Penilaian


Kesesuaian Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 110
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6225);
3. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2018

tentang Badan Standardisasi Nasional


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 10);
4. Peraturan Badan Standardisasi Nasional

Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pedoman Kaji


Ulang Standar Nasional Indonesia (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
601);
5. Peraturan Badan Standardisasi Nasional

Nomor 12 Tahun 2018 tentang Perubahan atas


Peraturan Badan Standardisasi Nasional

Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pedoman Tata


Cara Penomoran Standar Nasional Indonesia

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018


Nomor 1762);

Memperhatikan : Surat Kepala Pusat Perumusan, Penerapan, dan


Pemberlakuan Standardisasi Industri, Badan
Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri,
Kementerian Perindustrian, Nomor
B/838/BSKJL4/MS/X/2021 tanggal 14 Oktober
2021 Hal Pengiriman RSNI3 KT 91-02;
BADAN
STANDARDISASI
NAStONAL

-3-

MEMUTUSKAN:

Menetapkan KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDARDISASI

NASIONAL TENTANG PENETAPAN SNI 2156:2021

SPESIFIKASI BETON AERASI AUTOKLAF SEBAGAI

REVISI DARI SNI 03-2156-1991 BLOK BETON

RINGAN BERGELEMBUNG UDARA (AIRATED]


DENGAN PROSES OTOKLAP.

KESATU Menetapkan SNI 2156:2021 Spesifikasi beton


aerasi autoklaf sebagai revisi dari SNI 03-2156-
1991 Blok beton ringan bergelembung udara
{airated) dengan proses otoklap.

KEDUA SNI 2156:2021 Spesifikasi beton aerasi autoklaf


sebagai revisi dari SNI 03-2156-1991 Blok beton
ringan bergelembung udara (airated) dengan proses
otoklap sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KESATU mcrupakan adopsi modilikasi dengan
metode teijemahan satu bahasa dari standar ASTM
C1693-11 (Reapproved 2017), yang ditetapkan BSN
tahun 2021.

KETIGA Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku pada


tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 31 Desember 2021
KEPALA BADAN S52OT5|«3ISASI NASIONAL,

MAD
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2156:2021

Spesifikasi beton aerasi autoklaf


(ASTM C1693−11 (Reapproved 2017), MOD)
Standar Nasional Indonesia

ICS 91.100.30
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi, dan tidak untuk dikomersialkan”
© ASTM 2017 – All rights reserved
© BSN 2021 untuk kepentingan adopsi standar © ASTM menjadi SNI – Semua hak dilindungi

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian


atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang
mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis BSN

BSN
Email: dokinfo@bsn.go.id
www.bsn.go.id

Diterbitkan di Jakarta
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi, dan tidak untuk dikomersialkan”
“This Standard is identical to ASTM C1693–11 (Reapproved 2017), Standard specification of aerated
autoclave concrete (AAC), Copyright ASTM International, 100 Barr Harbour Drive, West Conshohocken PA
19428 USA.

Reprinted by permission of ASTM International.”

ASTM International has authorized the distribution of this translation of SNI 2156:2021, but
recognizes that the translation has gone through a limited review process. ASTM neither represents
nor warrants that the translation is technically or linguistically accurate. Only the English edition as
published and copyrighted by ASTM shall be considered the official version. Reproduction of this
translation, without ASTM's written permission is strictly forbidden under U.S. and international
copyright laws.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2156:2021

Daftar isi

Daftar isi ........................................................................................................................ i


Prakata ......................................................................................................................... ii
1 Ruang lingkup ......................................................................................................... 1
2 Acuan normatif ........................................................................................................ 1
3 Klasifikasi ................................................................................................................ 2
4 Bahan dan pembuatan ............................................................................................ 2
5 Persyaratan fisik ..................................................................................................... 2
6 Penentuan kuat tekan ............................................................................................. 3
7 Penentuan kadar air dan massa jenis (bulk density) ............................................... 4
8 Penentuan susut kering .......................................................................................... 6
9 Penentuan modulus elastisitas BAA pada tekanan ................................................. 8
10 Penentuan ukuran produk ................................................................................... 11
11 Penentuan sifat penahan panas.......................................................................... 12
12 Presisi dan bias................................................................................................... 12
13 Kata kunci ........................................................................................................... 12
Lampiran A (informatif) Daftar penyimpangan teknis................................................... 14

Tabel 1 – Persyaratan fisika .......................................................................................... 2


Tabel 2 – Ukuran dan toleransi ukuran produk.............................................................. 3

Gambar 1 – Arah pembebanan ..................................................................................... 5


Gambar 2 – Penentuan susut kering ........................................................................... 8
Gambar 3 – Diagram siklus pembebanan modulus elastisitas .................................... 10
Gambar 4 – Penentuan ukuran produk ....................................................................... 11
Gambar 5 – Pengujian sifat penahan panas ............................................................... 13

© BSN 2021 i
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2156:2021

Prakata

Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan nomor 2156:2021, Spesifikasi beton aerasi autoklaf
merupakan standar revisi dari SNI 03-2156-1991, Blok beton ringan bergelembung udara
(airated) dengan proses otoklap. Standar ini disusun dengan jalur adopsi modifikasi dari ASTM
C1693–11 (Reapproved 2017), Standard specification of aerated autoclave concrete (AAC)
dengan metode terjemahan satu bahasa dan ditetapkan oleh BSN pada tahun 2021.

Revisi dalam standar ini ditujukan untuk penyelarasan dengan standar acuan ASTM tersebut.
Lingkup revisi yang dilakukan meliputi persyaratan fisik, yaitu penentuan toleransi produk yang
disesuaikan dengan ASTM C1691–11 (Reapproved 2017), dengan mempertimbangkan
kesesuaian dan standar pabrikan mesin produksi beton aerasi autoklaf di Indonesia.

Adapun modifikasi dalam standar ini terletak pada:


1. Penambahan persyaratan dimensi
2. Penambahan persyaratan sifat penahan panas

Terdapat standar ASTM dalam acuan normatif pada standar ini telah diadopsi menjadi Standar
Nasional Indonesia (SNI), yaitu :
- ASTM C150/C150M-20, Specification for portland cement, telah diadopsi secara
modifikasi menjadi SNI 2049-1:2020, Semen portland - Bagian 1 : Spesifikasi.

Standar ini disusun dan dirumuskan oleh Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi.
Standar ini merupakan hasil konsensus yang diselenggarakan secara virtual pada tanggal
14 Oktober 2021, yang dihadiri oleh wakil-wakil dari pihak produsen, konsumen, asosiasi
industri terkait, lembaga pengujian dan instansi pemerintah.

Standar ini telah melalui tahap jajak pendapat nasional pada tanggal 19 Oktober 2021 sampai
dengan 18 Desember 2021 dengan hasil akhir disetujui menjadi SNI

Apabila pengguna menemukan keraguan dalam standar ini, maka disarankan untuk melihat
standar aslinya yaitu ASTM C1693–11 (Reapproved 2017) dan/atau dokumen terkait lain yang
menyertainya.

Perlu diperhatikan bahwa kemungkinan beberapa unsur dari dokumen standar ini dapat
berupa hak paten. Badan Standardisasi Nasional tidak bertanggung jawab untuk
pengidentifikasian salah satu atau seluruh hak paten yang ada.

© BSN 2021 ii
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2156:2021

Spesifikasi beton aerasi autoklaf

1 Ruang lingkup

1.1 Spesifikasi ini mencakup beton aerasi autoklaf (BAA), produk semen berbasis kalsium
silikat hidrat di mana berat jenis rendah dicapai dengan dimasukkannya suatu bahan yang
menghasilkan rongga makroskopik, dan proses steam curing dilakukan dengan menggunakan
uap bertekanan tinggi.

1.2 Bahan baku yang digunakan dalam produksi beton aerasi autoklaf adalah semen
portland atau semen campur (blended cement), pasir kuarsa, air, kapur, gipsum atau anhidrit,
dan bahan yang menghasilkan rongga makroskopik. Pasir kuarsa yang digunakan sebagai
bahan baku dapat diganti dengan agregat halus yang mengandung silika lainnya selain pasir,
dan biasanya digiling menjadi bubuk halus sebelum digunakan. Fly ash dapat digunakan
sebagai pengganti pasir. Sejumlah bahan baku dicampur bersama untuk membentuk slurry.
Slurry kemudian dicor ke dalam cetakan baja. Karena reaksi kimia yang terjadi di dalam slurry,
maka volumenya mengembang. Setelah mengeras (setting), dan sebelum pengerasan akhir,
hasil cetakan dipotong dengan mesin dengan berbagai ukuran. Hasil potongan kemudian di-
curing dengan uap (steam curing) bertekanan di dalam autoklaf di mana material diubah
menjadi kalsium silikat keras.

1.3 Nilai yang dinyatakan dalam satuan inch-pound harus diperhatikan sebagai standar.
Nilai yang diberikan dalam tanda kurung bersifat konversi matematis ke unit SI.

1.4 Standar ini tidak dimaksudkan untuk mengatasi segala masalah keamanan yang
mungkin ada yang diasosiasikan dengan penggunaannya. Hal ini merupakan kewajiban dari
pengguna standar untuk menetapkan pelaksanaan keamanan, kesehatan, dan lingkungan
yang sesuai dan menentukan penerapan dari pengaturan batasan regulasi. Lihat pasal 6, 7,
dan 8.

1.5 Standar ini dikembangkan sesuai dengan kaidah yang diakui secara internasional
mengenai standardisasi yang ditetapkan dalam ketetapan mengenai kaidah pembuatan
standar, panduan, dan rekomendasi internasional yang dikeluarkan oleh komite Technical
Barriers to Trade (TBT) World Trade Organization.

2 Acuan normatif

2.1 Standar ASTM:


ASTM C22/C22M, Specification for gypsum
ASTM C33, Specification for concrete aggregates
ASTM, C39/C39M, Test method for compressive strength of cylindrical concrete specimens
ASTM, C144, Specification for aggregate for masonry mortar
ASTM C150, Specification for portland cement
ASTM C332 Specification for lightweight aggregates for insulating concrete
ASTM C595/C595M, Specification for blended hydraulic cements
ASTM C618 Specification for coal fly ash and raw or calcined natural pozzolan for use in
concrete

© BSN 2021 1 dari 16


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2156:2021

ASTM C1691-11 (2017), Standard specification for unreinforced autoclaved aerated concrete
(AAC) masonry units
ASTM C1692 Practice for construction and testing of autoclaved aerated concrete (AAC)
masonry
ASTM E4, Practices for force verification of testing machines
ASTM E575, Practice for reporting data from structural tests of building constructions,
elements, connections, and assemblies

3 Klasifikasi

3.1 Unit BAA yang diproduksi sesuai dengan spesifikasi ini diklasifikasikan berdasarkan
kelas kekuatan.

4 Bahan dan pembuatan

4.1 Bahan baku — Bahan harus sesuai dengan spesifikasi yang berlaku berikut ini :
4.1.1 Semen portland, sesuai ASTM C150.
4.1.2 Semen campur, sesuai ASTM C595/C595M.
4.1.3 Pozzolan, sesuai ASTM C618.
4.1.4 Gipsum, sesuai ASTM C22/C22M.
4.1.5 Agregat, sesuai ASTM C33, ASTM C144, atau ASTM C332.

5 Persyaratan fisik

5.1 Kuat tekan — Kuat tekan harus ditentukan sesuai dengan Pasal 6 dan harus sesuai
dengan persyaratan pada Tabel 1.

Tabel 1 – Persyaratan fisika

Kelas kekuatan Kuat tekan Berat jenis Batas berat jenis


psi (Mpa) curah kering Lb/ft3 (kg/m3)
Minimum lb/ft3 (kg/m3) Batas bawah > Batas atas ≤
BAA-2 290 (2,0) 25 (400) 22 (350) 28 (450)
31 (500) 28 (450) 34 (550)
BAA-3 435 (3,0) 31 (500) 28 (450) 34 (550)
37 (600) 34 (550) 41 (650)
BAA-4 580 (4,0) 31 (500) 28 (450) 34 (550)
37 (600) 34 (550) 41 (650)
BAA-5 725 (5,0) 37 (600) 34 (550) 41 (650)
44 (700) 41 (650) 47 (750)
BAA-6 870 (6,0) 37 (600) 35 (550) 41 (650)
44 (700) 41 (650) 47 (750)
a
Persyaratan susut kering rata-rata dari semua kelas kekuatan adalah ≤ 0,02 %.

5.2 Berat jenis kering — Berat jenis kering harus ditentukan sesuai dengan Pasal 7 dan
harus sesuai dengan persyaratan pada Tabel 1.

© BSN 2021 2 dari 16


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2156:2021

5.3 Susut kering — Susut kering harus ditentukan sesuai dengan Pasal 8, dan harus sesuai
dengan persyaratan pada Tabel 1.

5.4 Modulus elastisitas — Jika diperlukan, modulus elastisitas harus ditentukan sesuai
dengan Pasal 9.

5.5 Ukuran dan toleransi ukuran produk — Spesifikasi mengacu pada ASTM C1691-11
(2017) Pasal 7, pada Subpasal 7.2 dimensi unit keseluruhan (lebar, tinggi, atau panjang),
perbedaannya harus tidak lebih dari 1/8 in. (3 mm) dari dimensi yang ditentukan dan harus
sesuai dengan persyaratan pada Tabel 2, sementara pengukuran dimensi diuji sesuai dengan
Pasal 10.

Tabel 2 – Ukuran dan toleransi ukuran produk

Ukuran (mm) Toleransi (mm)


Panjang 600 ±3
Lebar 200; 400 ±3
Tebal 75; 100; 125; 150; 175; 200; 250 ±3

5.6 Sifat penahan panas — Apabila salah satu permukaan benda uji ini dipanaskan pada
temperatur 1.000 °C (1.832 °F) selama 4 jam maka temperatur pada permukaan yang
berlawanan harus tidak lebih dari 150 °C (302 °F), diuji sesuai dengan Pasal 11.

6 Penentuan kuat tekan

6.1 Peralatan:

6.1.1 Mesin uji — Mesin uji harus sesuai dengan persyaratan ASTM E4. Mesin harus
dilengkapi dengan dua blok bantalan baja salah satunya adalah blok dengan dudukan bulat
yang akan mengirimkan beban ke atas permukaan benda uji dan yang lainnya adalah bidang
blok kaku dimana benda uji ditempatkan.

6.2 Benda uji:

6.2.1 Tiga benda uji kubus dengan panjang tepi 4 in. (100 mm) harus diuji dalam kondisi
udara kering (kadar air 5 % sampai dengan 15 % massa). Kubus dengan ukuran lain dapat
digunakan asalkan panjang tepinya tidak kurang dari 75 mm. Jika sampel harus dikeringkan
sebelum diuji untuk mencapai kadar air tersebut, maka harus disimpan di temperatur tidak
melebihi 158 °F (70 °C).

6.2.2 Minimal tiga benda uji harus diuji. Jika memungkinkan, satu benda uji harus diperoleh
dari sepertiga atas produk, satu dari tengah, dan satu dari sepertiga bagian bawah, ditentukan
berdasarkan arah naiknya massa selama produksi. Jika tidak, posisi kubus dan informasi
tentang arah pengembangan harus dilaporkan. Arah pengembangan harus dicatat pada
semua benda uji (ditunjukkan pada Gambar 1).

6.2.3 Permukaan penahan beban benda uji harus rata dalam 0,0035 in. (0,09 mm) per 4 in.
(100 mm). Hal ini dapat dicapai dengan grinding, milling, atau kaping. Plaster gipsum harus
digunakan untuk kaping.

6.3 Prosedur:

© BSN 2021 3 dari 16


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2156:2021

6.3.1 Benda uji harus ditempatkan pada mesin uji dan beban harus tegak lurus terhadap
arah pengembangan pada saat produksi.

6.3.2 Kecepatan pengujian — Aplikasikan beban hingga satu setengah nilai beban
maksimum pada kecepatan tertentu, setelah itu atur kontrol mesin sesuai kebutuhan untuk
mendapatkan kecepatan yang seragam, atur kecepatan bidang blok yang bergerak
sedemikian rupa sehingga beban yang tersisa yang diaplikasikan tidak kurang dari satu atau
lebih dari dua menit.

6.3.3 Hitung kuat tekan setiap benda uji sebagai berikut:

𝑃
Kuat tekan: 𝑓 = 𝐴
(1)

Keterangan:
𝑓 = kuat tekan benda uji, psi (Mpa),
𝑃 = adalah beban maksimum, lbf (N), ditunjukkan oleh mesin uji, dan
𝐴 = adalah luas penampang kasar benda uji, dalam in.2 (mm2).

6.4 Kuat tekan harus dilaporkan hingga nilai terdekat 10 psi (69 kPa) untuk setiap benda uji
dan sebagai rata-rata dari tiga benda uji.

7 Penentuan kadar air dan massa jenis (bulk density)

7.1 Peralatan:

7.1.1 Timbangan — harus memiliki ketelitian sampai dengan 0,5 % dari benda uji.

7.2 Benda uji — Tiga benda uji, seperti yang dijelaskan dalam Pasal 8.2, harus digunakan
untuk menghitung berat jenis.

7.3 Prosedur:

7.3.1 Tentukan berat benda uji, kemudian keringkan semua benda uji dalam oven
berventilasi pada temperatur 212 °F hingga 230 °F (100 °C sampai dengan 110 °C) selama
tidak kurang dari 24 jam, dan sampai dua penentuan massa berturut-turut pada interval 2 jam
menunjukkan kehilangan berat tidak lebih besar dari 0,2 % dari massa terakhir yang ditentukan
sebelumnya.

7.3.2 Hitung kadar air setiap benda uji sebagai berikut:

(𝐴−𝐵)
Kadar air %, 𝐾𝐴 = 𝐵
× 100 (2)

Keterangan:
𝐾𝐴 = adalah kadar air, %,
𝐴 = adalah berat benda uji, lb (kg), dan
𝐵 = berat kering benda uji, lb (kg).

7.3.2.1 Laporkan kadar air rata-rata dari semua benda uji sebagai nilai keseluruhan kadar
air.

7.3.3 Tentukan dimensi benda uji dengan jangka sorong. Ukur lebar dan tinggi di ujung dan
dalam bagian tengah dari panjang benda uji. Ukur panjangnya di dua sisi yang berlawanan.
Tentukan volume benda uji dengan mengalikan nilai rata-rata dimensi.

© BSN 2021 4 dari 16


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2156:2021

Gambar 1 – Arah pembebanan

7.3.4 Hitung berat jenis kering setiap benda uji sebagai berikut :
𝐵
𝛾= 𝑉
(3)

Keterangan:
𝛾 adalah berat jenis kering, lb/ft3 (kg/m3),
𝐵 adalah massa kering benda uji, lb (kg), dan
𝑉 adalah volume benda uji, ft3 (m3)

7.3.4.1 Laporkan berat jenis kering rata-rata dari semua benda uji sebagai nilai berat jenis
keseluruhan.

© BSN 2021 5 dari 16


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2156:2021

8 Penentuan susut kering

8.1 Peralatan:

8.1.1 Timbangan, harus memiliki ketelitian sampai dengan 0,1 % dari massa benda uji.

8.1.2 Jangka sorong, harus akurat dengan ketelitian hingga 0,004 in. (0,1 mm).

8.1.3 Alat pengatur temperatur lingkungan, mampu mengatur temperatur hingga


68 °F ± 4 °F (20 °C ± 2 °C) dan minimum kelembapan relatif 45 % saat benda uji disimpan
selama pengeringan dan saat dilakukan pengukuran perubahan panjang.

8.1.4 Alat ukur, digunakan untuk menentukan perubahan panjang benda uji. Perangkat apa
pun yang cocok dapat digunakan asalkan memenuhi persyaratan berikut:

8.1.4.1 Instrumen harus mengukur perubahan panjang terhadap sumbu longitudinal benda
uji.

8.1.4.2 Instrumen harus bisa kontak dengan penanda pengukuran yang dihubungkan ke
permukaan benda uji.

8.1.4.3 Pengukuran harus bisa dilakukan dengan akurat dari ∆L/L1 ≤ 10-6, di mana L1 adalah
panjang asli contoh uji.

8.1.4.4 Instrumen harus memiliki ketelitian pengukuran konsisten dengan akurasi yang
disyaratkan dalam 8.1.4.3.

8.1.4.5 Instrumen harus diperiksa dengan standar pengukuran sebelum setiap pengukuran.

8.1.5 Penanda pengukuran, dihubungkan ke permukaan contoh uji, harus dibuat dari bahan
tahan korosi, dan dibentuk sedemikian rupa sehingga mampu kontak dengan baik dengan alat
ukur tersebut.

8.1.6 Oven pengering berventilasi, mampu menjaga temperatur 220 °F ± 8 °F


(105 °C ± 5 °C).

8.2 Benda uji:

8.2.1 Gunakan benda uji prisma berukuran 1,5 in. x 1,5 in. x 6,3 in. (40 mm x 40 mm x
160 mm), dan gunakan setidaknya tiga benda uji untuk setiap tes. Jika memungkinkan, ambil
satu benda uji dari sepertiga atas produk, satu dari tengah, dan satu dari sepertiga bagian
bawah, ditentukan oleh arah pengembangan massa selama proses produksi. Jika tidak,
laporkan posisi contoh uji dan arah pengembangan. Perhatikan arah pengembangan semua
contoh uji.

8.2.2 Sumbu longitudinal benda uji harus normal ke arah pengembangan dan lebih baik
sejajar dengan arah longitudinal produk. Rekat tanda pengukuran atau kencangkan dengan
aman di permukaan benda uji.

8.3 Pengukuran dan pengkondisian benda uji:

8.3.1 Ukur dimensi benda uji dengan jangka sorong. Ukur lebar dan tinggi di ujung dan
dalam bagian tengah dari panjang contoh uji. Ukur panjangnya pada dua sisi yang
berlawanan. Tentukan volume contoh uji dengan mengalikan nilai rata-rata dimensi.

© BSN 2021 6 dari 16


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2156:2021

8.3.2 Benda uji harus dikemas dalam plastik dan disimpan selama minimal 24 jam pada
temperatur 68 °F ± 4 °F (20 °C ± 2 °C) untuk mendapatkan distribusi kelembapan yang
seragam. Kadar air harus ditentukan sebagai berikut:
(𝛾𝑚−𝛾𝑑𝑏)
𝐾𝐴 = 𝛾𝑑𝑏
× 100 (4)

Keterangan:
𝛾𝑚 = mm/V, berat jenis basah sebagaimana ditentukan oleh berat pada kondisi lembap dibagi volume,
dan
𝛾𝑑𝑏 = berat jenis kering dari benda uji komparatif seperti yang ditentukan dalam Pasal 7.

8.4 Penentuan susut kering:

8.4.1 Bersihkan tanda pengukuran setiap sebelum pembacaan. Segera tentukan panjang
dan massa pertama setelah mengeluarkan contoh uji dari wadah plastik tertutup. Kemudian
simpan benda uji pada bingkai (grid) untuk memungkinkan pergerakan udara di sekitar benda
uji dalam lingkungan 68 °F ± 4 °F (20 °C ± 2 °C) dan kelembapan relatif minimum 45 %.
Tentukan berat dan panjang setiap benda uji pada interval tertentu sampai kadar air menurun
hingga di bawah 4 %. Setidaknya harus dibuat lima penentuan.

8.4.2 Benda uji harus disimpan dalam lemari pengering pada 220 °F ± 8 °F (105 °C ± 5 °C)
sampai massa di dua penentuan tidak berubah lebih dari 0,2 %. Setelah massa konstan
tercapai, tanda pengukuran harus dihilangkan, dan ditimbang.

8.5 Perhitungan hasil uji:

8.5.1 Hitung perubahan relatif panjang antara bacaan sebagai berikut :

(𝐿1 − 𝐿2) ∆𝐿
ɛsi = 𝐿1
× 100 = 𝐿1
× 100 (5)

Keterangan:
∆L = perubahan panjang terukur sesuai pasal 8.4.1 dalam in. (mm),
L1 = panjang awal benda uji, dan
L2 = panjang akhir benda uji.

8.5.1.1 Perubahan relatif panjang harus dilaporkan dengan ketelitian 0,00001 in./in.
(0,00001 mm/mm).

8.5.2 Kadar air pada setiap waktu pembacaan harus dihitung sebagai berikut:

(𝑏𝑖 − 𝑏𝑑 )
𝐾𝐴 = × 100 (6)
(𝑏𝑑 − 𝑏𝑚𝑎𝑟𝑘 )

Keterangan:
𝐾𝐴 = kadar air, %,
𝑏𝑖 = berat benda uji kondisi lembap pada waktu pembacaan dalam lb (kg),
𝑏𝑑 = berat benda uji setelah pengeringan dalam lb (kg), dan
𝑏𝑚𝑎𝑟𝑘 = berat tanda pengukuran dalam lb (kg).

8.5.2.1 Kadar air harus dilaporkan dengan ketelitian 0,1 %.

8.5.3 Nilai rata-rata untuk perubahan relatif panjang dan kadar air untuk setiap bacaan harus
ditampilkan secara grafis dan dihubungkan oleh kurva (Gambar 2). Nilai susut kering, εcs,
adalah perbedaan dalam perubahan relatif panjang antara kadar air 30 % dan 6 %.

© BSN 2021 7 dari 16


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2156:2021

Gambar 2 – Penentuan susut kering

9 Penentuan modulus elastisitas BAA pada tekanan

9.1 Alat uji — Alat uji harus sebagai berikut:

9.1.1 Mesin uji — Mesin uji harus sesuai ASTM E4 [mesin pengujian tipe CRT laju konstan
(Constant – rate – of – transverese)]. Dudukan bola dan blok bantalan harus sesuai dengan
ASTM C39/C39M.

9.1.2 Jangka sorong — Jangka sorong harus memungkinkan pembacaan dengan ketelitian
0,1 mm.

9.1.3 Oven pengering — Biasanya digunakan dua oven untuk prosedur uji ini : satu
dipertahankan pada temperatur 105 °C ± 5 °C dan satu lagi dipertahankan pada temperatur
70 °C ± 5 °C.

9.1.4 Kompresometer dapat digunakan untuk menentukan perilaku regangan benda uji
selama kompresi dan harus memiliki ketelitian 0,001 mm.

9.2 Benda uji — Benda uji harus sebagai berikut:

9.2.1 Bentuk benda uji — Benda uji harus berupa prisma berukuran 100 mm (4 in.) x 100
mm (4 in.) x 200 mm (8 in.). Prisma dengan ukuran lain atau benda uji silinder dapat digunakan
asalkan lebar (diameter) benda uji lainnya tidak kurang dari 75 mm (3 in.) dan perbandingan
antara tinggi dan lebar harus 2.

9.2.2 Jumlah dan orientasi — Satu set pengujian harus terdiri dari tiga benda uji. Jika
memungkinkan, satu benda uji harus diambil disiapkan dari sepertiga bagian atas produk, satu
dari sepertiga tengah, dan satu dari sepertiga terbawah sebagaimana ditentukan oleh arah
pengembangan massa selama proses produksi. Persiapkan benda uji agar pembebanan yang
diaplikasikan pada permukaan 100 mm (4 in.) x 100 mm (4 in.) dan tegak lurus ke arah
pengembangan selama produksi.

9.2.3 Persiapan — Keringkan benda uji hingga kadar air antara 5 % dan 15 % berat. Setelah
pengeringan dan sebelum pengujian, simpan benda uji pada temperatur kamar sampai
mencapai kesetimbangan dengan temperatur ruang. Siapkan permukaan pemikul beban
(loadbearing) sesuai dengan Pasal 6.2.3.
© BSN 2021 8 dari 16
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2156:2021

9.3 Prosedur uji — Prosedur pengujian harus sebagai berikut:

9.3.1 Penentuan berat jenis dan kandungan air — Tentukan berat jenis kering benda uji yang
sebanding dan kadar air benda uji menurut ASTM C1692.

9.3.2 Penentuan kuat tekan — Dengan menggunakan benda uji pendamping, tentukan kuat
tekan sesuai ASTM C39/C39M.

9.3.3 Penentuan modulus elastisitas dalam tekanan:

9.3.3.1 Tempatkan benda uji yang tidak dikaping pada mesin uji sesuai dengan permukaan
100 mm (4 in.) x 100 mm (4 in.). Tentukan dan catat dimensi permukaan yang dibebani dengan
ketelitian ± 0,12 in. (± 3 mm). Keseluruhan satuan dimensi (lebar, tinggi, dan panjang) harus
tidak berbeda lebih dari 0,125 in. (3 mm) dari dimensi yang ditentukan.

9.3.3.2 Pasang pengukur regangan bertahanan listrik atau kompresometer mekanis pada
dua permukaan longitudinal yang berlawanan dari benda uji. Tempatkan pengukur regangan
di dalam tengah sepertiga benda uji, sedekat mungkin dengan pusat. Saat menggunakan
kompresometer, panjang pengukur harus 4 in. ± 0,08 in. (100 mm ± 2 mm), dan
kompresometer harus dipusatkan di sekitar sepertiga tengah benda uji.

9.3.3.3 Tempatkan benda uji di mesin uji dan pusatkan untuk menghasilkan beban
konsentris. Terapkan beban dasar sama dengan 0,33 kali kuat tekan yang diharapkan, ƒ’BAA,
dan pertahankan beban tersebut selama 90 detik. Selama periode 30 detik terakhir, ukur
regangan longitudinal, εb1 dan εb2. Jika εb1 dan εb2 menyimpang dari nilai rata-rata lebih dari
20 %, pembebanan harus dianggap eksentrik. Benda uji kemudian dibongkar, disetel ulang,
diberikan beban ulang pada 0,33 ƒ’BAA, dan regangan yang sesuai diukur.

9.3.3.4 Ketika pembacaan regangan pada 0,33 ƒ’BAA berada di dalam 20 % dari nilai rata-
rata, kurangi beban secara bertahap sampai nilai 0,05 ƒ’BAA tercapai (ini akan memakan waktu
kira-kira 30 detik). Pertahankan beban ini selama 90 detik, dan ukur regangan yang sesuai,
εa1 dan εa2 selama 30 detik terakhir pada periode tersebut. Jika perbedaan bacaan dari masing-
masing dua pengukur (εb1 - εa1, ε εb2 - εa2) berbeda lebih dari 20 % dari perbedaan nilai rata-
ratanya, pembebanan yang diterapkan harus dianggap eksentrik. Benda uji harus diturunkan,
disejajarkan, dan diuji ulang. Jika perbedaan bacaan dari masing-masing kedua pengukur (εb1
- εa1, εb2 - εa2) berbeda dengan tidak lebih dari 20 % dari rata-rata perbedaan tersebut, ulangi
siklus pemberian beban. Naikkan beban menjadi 0,33 ƒ’BAA; baca εb1 dan εb2 dan hitung rata-
rata εb; turunkan beban menjadi 0,05 ƒ’BAA; baca εa1 dan εa2 dan hitung rata-rata εa. Gunakan
nilai-nilai ini untuk menghitung modulus elastisitas, Ebaa. Setelah menyelesaikan siklus
pemberian beban kedua, lepaskan kompresometer dan beri beban hingga gagal (failure).
Siklus pemberian beban lengkap diilustrasikan dalam Gambar 3.

9.3.3.5 Catat semua bacaan setelah siklus pembebanan akhir (Gambar 3).

9.3.3.6 Ubah setiap satuan ukuran beban tekan (gaya) menjadi satuan tegangan tekan
menggunakan rumus:

© BSN 2021 9 dari 16


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2156:2021

𝐹
𝑓= (7)
𝐴𝐶

Keterangan:
𝑓 = tekanan yang dihitung, psi (MPa),
𝐹 = beban tekan yang terukur, lbf (N), dan
𝐴𝐶 = luas area di mana beban diterapkan, in.2 (mm2).

9.3.3.7 Jika pengukur regangan digunakan, catat regangan secara langsung. Jika
kompresometer digunakan, hitung regangan tekan, ε, sebagai berikut:

∆𝑎 + ∆𝑏
2
𝜀= (8)
𝐿𝑚

Keterangan:
∆𝑎 dan ∆𝑏 = perubahan panjang pengukur kesatu dan kedua, dan
𝐿𝑚 = adalah panjang pengukur.

f’baa

Stop Pengukuran
yang akan dicatat

f’baa

yang akan dicatat

f’baa

Waktu
(detik)
Pembebanan awal untuk Siklus pembebanan akhir
menghasilkan kondisi konsentris

Gambar 3 – Diagram siklus pembebanan modulus elastisitas

9.3.3.8 Tentukan modulus elastisitas, Ec :

ƒ ƒ
𝐸𝑐 = ε𝑏 − ε𝑎 (9)
𝑏 − 𝑎

Keterangan:
ƒa = tegangan tercatat pada 0,05 ƒ’BAA,
ƒb = tegangan tercatat pada 0,33 ƒ’BAA,
εa = regangan rata-rata dihitung pada 0,05 ƒ’BAA.
εb = regangan rata-rata dihitung pada 0,33 ƒ’BAA.

© BSN 2021 10 dari 16


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2156:2021

9.4 Laporan — Siapkan laporan sesuai dengan ASTM E575, dan termasuk berikut ini:
9.4.1 Kadar air dan berat jenis kering BAA,
9.4.2 Nomor identifikasi benda uji,
9.4.3 Lebar rata-rata benda uji hingga 1,0 mm terdekat,
9.4.4 Ketebalan rata-rata benda uji hingga 1,0 mm terdekat,
9.4.5 Berat benda uji, lb (kg),
9.4.6 Beban maksimum yang diterapkan, lbf (N),
9.4.7 Modulus elastisitas, psi (MPa),
9.4.8 Cacat pada benda uji,
9.4.9 Deskripsi kegagalan,
9.4.10 Kelas BAA,
9.4.11 Kuat tekan BAA, psi (MPa), dan
9.4.12 Berat jenis kering BAA, pcf (kg/m3).

10 Penentuan ukuran produk

10.1 Jumlah benda uji 6 buah.


10.2 Alat.
10.2.1 Jangka sorong dengan ketelitian 0,1 mm.
10.2.2 Penggaris baja dengan ketelitian 1 mm.
10.3. Prosedur.
10.3.1 Panjang, lebar, dan tebal tiap benda uji diukur pada 6 tempat yang berlainan seperti
diperlihatkan pada Gambar 4.
10.3.2 Hasil rata-rata dari 6 pengukuran itu dinyatakan sebagai panjang, lebar, dan tebal
tiap contoh uji. Panjang, lebar, dan tebal masing-masing dibagi dengan banyaknya contoh uji.

Penentuan ukuran panjang

Penentuan ukuran lebar

Penentuan ukuran tebal


Gambar 4 – Penentuan ukuran produk

© BSN 2021 11 dari 16


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2156:2021

11 Penentuan sifat penahan panas

11.1 Jumlah contoh uji sebanyak 2 buah.


11.2 Alat.
11.2.1 Dapur pemanas (furnace) listrik bertemperatur 1.200 °C, dilengkapi dengan alat
pengatur temperatur.
11.2.2 Alat pencatat waktu, dengan ketelitian 0,01 detik.
11.2.3 Termometer yang dilengkapi dengan termokopel (surface thermometer), dengan
ketelitian 0,1 °C.
11.2.4 Alat pemotong (gergaji).
11.3 Penyiapan benda uji
Benda uji berukuran 50 mm (2 in.) x 50 mm (2 in.) x 100 mm (4 in.) dipotong dari contoh uji
pada bagian kedua ujungnya sehingga diperoleh 4 buah benda uji. Benda uji dan contoh
benda penutup tersebut dipasang seperti pada Gambar 5, kemudian benda uji dibersihkan
dari debu dengan cara menyemprotkan udara dari kompresor.

11.4 Prosedur.
Benda uji beserta penutup mulut dapur pemanas dimasukkan ke dalam mulut dapur pemanas
sedalam 10 mm (0,4 in.), kemudian dapur pemanas dinyalakan hingga mencapai temperatur
1.000 °C. Pada temperatur tersebut ditahan selama 4 jam dan permukaan benda uji bagian
luar diukur temperaturnya pada titik perpotongan diagonalnya, seperti pada Gambar 5.

12 Presisi dan bias

12.1 Presisi dan bias dari prosedur uji dijelaskan pada Pasal 6 sampai dengan Pasal 11
ditentukan dan disediakan ketika datanya cukup untuk menunjukkan toleransi yang dapat
diterima dalam pengulangan pengujian (repeatibility) dan kemampuan hasil uji yang akurat
secara berulang (reproducibility).

13 Kata kunci

13.1 BAA; beton aerasi autoklaf; kuat tekan; berat jenis; kadar air; susut kering.

© BSN 2021 12 dari 16


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2156:2021

Dipotong untuk benda uji

Bagian yang dipotong Potongan Benda Uji

Benda Uji

Penutup mulut dapur Pandangan belakang Pandangan samping

Titik pengukuran panas benda Dapur pemanas


uji listrik
Penutup mulut dapur

Pandangan samping
Pemanasan benda uji pada dapur
pemanas

Gambar 5 – Pengujian sifat penahan panas

© BSN 2021 13 dari 16


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2156:2021

Lampiran A
(informatif)
Daftar penyimpangan teknis

Pasal Modifikasi
1.3
Nilai yang diberikan dalam tanda kurung bersifat konversi matematis ke unit SI yang
hanya disediakan untuk informasi dan tidak dianggap sebagai standar.

Perubahan menjadi:
Nilai yang diberikan dalam tanda kurung bersifat konversi matematis ke unit SI.

Alasan perubahan:
Mempertimbangkan kesesuaian dan standar pabrikan mesin produksi beton aerasi
autoklaf di Indonesia yang menggunakan unit SI.

2.1 2.1 Standar ASTM:


Tidak ada standar acuan ASTM C1691 Standard specification for unreinforced
autoclaved aerated concrete (AAC) masonry units

Penambahan menjadi:
2.1 Standar ASTM:
…….
ASTM C1691-11 (2017) Standard specification for unreinforced autoclaved aerated
concrete (AAC) masonry units
…….

Alasan perubahan:
Sebagai standar acuan dalam penentuan spesifikasi dimensi produk.
5.5 Tidak ada.

Penambahan menjadi:
5.5 Ukuran dan toleransi ukuran produk — Spesifikasi mengacu pada ASTM
C1691-11 (2017) Pasal 7, pada Subpasal 7.2 dimensi unit keseluruhan (lebar,
tinggi, atau panjang), perbedaannya harus tidak lebih dari 1/8 in. (3 mm) dari
dimensi yang ditentukan dan harus sesuai dengan persyaratan pada Tabel 2,
sementara pengukuran dimensi diuji sesuai dengan Pasal 10.

Tabel 2 – Ukuran dan toleransi ukuran produk

Ukuran (mm) Toleransi (mm)


Panjang 600 ±3
Lebar 200; 400 ±3
Tebal 75; 100; 125; 150; 175; 200; 250 ±3

Alasan perubahan:
Disesuaikan dengan tujuan penyeragaman produk yang beredar di pasaran
Indonesia, dengan acuan mengacu ke standar internasional (ASTM) yang berlaku.

© BSN 2021 14 dari 16


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2156:2021

Pasal Modifikasi
5.6 Tidak ada.

Penambahan menjadi:
5.6 Sifat penahan panas — Apabila salah satu permukaan benda uji ini
dipanaskan pada temperatur 1.000 °C (1.832 °F) selama 4 jam maka temperatur
pada permukaan yang berlawanan harus tidak lebih dari 150 °C (302 °F), diuji
sesuai dengan Pasal 11.

Alasan perubahan:
Sebagai fitur tambahan produk BAA yang beredar di pasaran.
6.2.1 6.2.1 Tiga benda uji kubus dengan panjang tepi 4 in. (100 mm) harus diuji dalam
kondisi udara kering (kadar air 5 % sampai dengan 15 % massa). Jika sampel harus
dikeringkan sebelum diuji untuk mencapai kadar air tersebut, maka harus disimpan
di temperatur tidak melebihi 158 °F (70 °C).

Penambahan menjadi:
Tiga benda uji kubus dengan panjang tepi 4 in. (100 mm) harus diuji dalam kondisi
udara kering (kadar air 5 % sampai dengan 15 % massa). Kubus dengan ukuran
lain dapat digunakan asalkan panjang tepinya tidak kurang dari 75 mm. Jika sampel
harus dikeringkan sebelum diuji untuk mencapai kadar air tersebut, maka harus
disimpan di temperatur tidak melebihi 158 °F (70 °C).

Alasan perubahan:
Untuk mengakomodasi tebal produk 75 mm.
6.3.3 Keterangan pada persamaan (1).
ƒ adalah kuat tekan benda uji, psi (atau Pa)

Perubahan menjadi:
ƒ adalah kuat tekan benda uji, psi (atau MPa).

Alasan perubahan:
Merupakan satuan kuat tekan yang lazim digunakan (satuan SI) dan agar konsisten
dengan informasi dalam Tabel 1.
8.1.4.3 Pengukuran harus dilakukan dengan akurat dari ∆L/L [ogr] ≤ 10-6, di mana L[ogr]
adalah panjang asli contoh uji.

Perubahan menjadi:
Pengukuran harus dilakukan dengan akurat dari ∆L/L1 ≤ 10-6, di mana L1 adalah
panjang asli contoh uji.

Alasan perubahan:
Lazim digunakan dalam perhitungan penyusutan dan mempermudah dalam
penulisan rumus.

© BSN 2021 15 dari 16


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 2156:2021

Pasal Modifikasi
8.5.1 Persamaan (5)
(𝐿[ogr] − 𝐿ƒ) ∆𝐿
ɛsi = × 100 = × 100
𝐿[ogr] 𝐿[ogr]

L[ogr] = panjang awal benda uji, dan


Lf = panjang akhir benda uji.

Perubahan menjadi:
(𝐿1 − 𝐿2) ∆𝐿
ɛsi = × 100 = × 100
𝐿1 𝐿1

L1 = panjang awal benda uji, dan


L2 = panjang akhir benda uji.

Alasan perubahan
Lazim digunakan dalam perhitungan penyusutan dan mempermudah dalam
penulisan rumus.
10 Tidak ada.

Penambahan pasal menjadi:


10 Penentuan ukuran produk.
10.1 …….

Alasan perubahan:
Untuk mengakomodasi metode uji Pasal 5.5.
11 Tidak ada.

Penambahan pasal menjadi:


11 Penentuan sifat penahan panas.
11.1…….

Alasan perubahan:
Untuk mengakomodasi metode uji Pasal 5.6.
12 Pasal 10. Presisi dan bias.

Perubahan pasal menjadi:


12 Presisi dan bias.
12.1 …….

Alasan perubahan:
Karena adanya penambahan Pasal 10 dan Pasal 11.
13 Pasal 11. Kata kunci.

Menjadi:
13 Kata kunci.
13.1 …….

Alasan perubahan:
Karena adanya penambahan Pasal 10 dan Pasal 11.

© BSN 2021 16 dari 16


“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 91-02, Kimia bahan konstruksi, dan tidak untuk dikomersialkan”
Informasi pendukung terkait perumus standar

[1] Komite Teknis perumus SNI


Komite teknis 91-02, Kimia Bahan Konstruksi

[2] Susunan keanggotaan Komite Teknis 91-02, Kimia Bahan Konstruksi


Ketua : Adie Rochmanto Pandiangan
Sekretaris : Herry Rinaldi
Anggota : Ashady Hanafie
Elis Sofianti
Lasino
Ery Susanto Indrawan
Sih Wuri Andayani
Widodo Santoso
Fajar Soleh FE
Budi Hartono
M. Debiyarto Imran
Bahrul Ulum
Enny Kusnaty

[3] Konseptor RSNI


Sih Wuri Andayani

[4] Sekretariat pengelola Komite Teknis perumus SNI


Pusat Perumusan, Penerapan, dan Pemberlakuan Standardisasi Industri
Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri
Kementerian Perindustrian

Anda mungkin juga menyukai