Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENGANGKUTAN KAYU

DISUSUN OLEH

AHMAD JIDAN ROSYADI (A221500026)

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA


JURUSAN MANAJEMEN HUTAN
PRODI PENGELOLAAN HUTAN
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................................................3

PENDAHULUAN...................................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3

BAB II......................................................................................................................................................4

PEMBAHASAN......................................................................................................................................4

2.1 Pengangkutan Kayu.....................................................................................................................4

2.2 Pengangkutan Kayu Melalui Air..................................................................................................4

2.3 Konstruksi Rakit...........................................................................................................................6

2.4 Proses Pembuatan Rakit..............................................................................................................7

2.5. Sistem Pengangkutan Kayu.......................................................................................................8

2.6 Element Kerja Pengangkutan.......................................................................................................9

2.7 Produktivitas Pengangkutan Kayu.............................................................................................10

BAB III..................................................................................................................................................12

PENUTUP.............................................................................................................................................12

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................13

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beberapa puluh tahun lalu, sektor kehutanan menjadi salah satu sumber
penghasil devisa besar Negara dan bahkan sector kehutanan menjadi sector
peneriaan devisa terbesar kedua setelah migas. Namun, kini sumbangannya
makin mengecil, menyusul makin beratnya kerusakan hutan di Indonesia.
Bahkan, setelah era reformasi dan otonomi daerah, pengusahaan hutan
berlangsung tak terkendali. Perusahaan-perusahaan bidang kehutanan tumbuh
pesat termasuk pemilik Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Dengan alasan memacu
pertumbuhan ekonomi nasional hutan dibabat tanpa henti. Sedangkan upaya
rehabilitasi berlangsung sangat lambat.

Dalam upaya untuk menghasilkan produksi kayu, maka hal yang perlu
juga mendapatkan perhatian serius adalah kegiatan eksploitasi kayu. Salah satu
kegiatan dalam eksploitasi kayu yang perlu diperhatikan adalah kegiatan
pengangkutan. Kegiatan pengangkutan merupakan kegiatan memindahkan kayu
ke tempat penampungan kayu atau ke industry pengolahan kayu.

Kegiatan pengangkutan sangat penting untuk kita perhatikan karena


pengangkutan turut mempengaruhi kayu yang telah dipanen sebelumnya.
Kualitas kayu bisa saja berubah karena terkendala pada aspek pengangkutannya.
Kayu yang terlalu lama di lokasi pemenenan akan menurunkan kualitas
kayunya. Dalam kegiatan pemanenan terdapat beberapa jenis pengangkutan
kayu yang akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengangkutan Kayu

Pemiliahan modus pengangkutan kayu sangat penting. Pengangkutan merupakan


kegiatan utama dan mendasar dalam kegiatan pemanfaatan hasil hutan. Hal ini
didasarkan pada kenyataan sebagi berikut :

1. Kayu adalah bahan yang relatif murah per satuan berat dan volume.
2. Volume kayu besar (voluminous) dan bobotnya berat.
3. Hutan-hutan produksi umumnya terletak di tempat yang jauh dan tegakannya
tersebar luas.
4. Pada umumnya wilayah hutan bertopgrafi berat dan arealnya dipotong oleh
lembah dan sungai.
5. Biaya pengangkutan merupakan pos pembiayaan terbesar dalam kegiatan
pemanenan.
6. Modus pengangkutan kayu dibedakan menjadi pengangkutan melalui air dan
pengangkutan melalui darat.

Faktor-faktor yang menentukan cara pengangkutan adalah : biaya, ukuran panjang


dan berat kayu, ketersediaan tenaga kerja, jarak ke pabrik pengolahan kayu,
besarnya operasi, topografi, iklim, milai tegakan dan permintaan pabrik setiap
tahun, serta peralatan yang digunakan.

2.2 Pengangkutan Kayu Melalui Air

Perakitan log adalah salah satu cara pengangkutan kayu yang paling murah
serta termasuk salah saatu cara pangangkutan kayu yan paling tua untuk
membawa log kepada para pemakai.

Beberapa factor yang menyebabkan pengangkutan kayu melalui air banyak


diminati antara lain sebagai berikut :

 Kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pengangkutan kayu


melalui jalan darat.

4
 Kebanyakan kayu Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi merupakan
kayu terapung.
 Daerah pemanenan kayu yang dekat dengan sungai yang lebar dan dalam.
 Umumnya sumber kayu berada bada bagian hulu dan industry pada bagian
hilir.
 Ukurann rakit bisa diatur (fleksibel) tergantung sungai yang akan dilewati.

Selain memiliki kelebihan-kelebihan, pengangkutan kayu hasil tebangan


melalui air juga menimbulkan dampak yang negative, antara lain:

 Bentuk sungai yang berkelok-kelok sehingga pengangktan kayu melalui


sungai menjadi terganggu.
 Pada sungai yang pasang surutnya tinggi, sifatnya hanya musiman saja. Jadi,
pengangkutan melalui sungai hanya bisa dilakukan pada musim tertentu.
 Musim yang tidak menentu mengakibatkan kayunya rusak karena terlambat
dikeluarkan dari hutan atau tempat penebangan.
 Waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan kayu melaui air relative lebih
lama.
 Kualitas kayu akan menurun karena kayunya terlalu lama berendam di air.
 Dapat mengakibatkan sungai menjadi kotor karena kulit kayu yang
terkelupas.

Pengangkutan memlalui air relatif murah dan tidak memerlukan invenstasi


untuk pembuatannya. Kerugaiannya adalah bahwasanya lokasi sungai tidak
selamana sesuai dengan yang diharapakan. Terutama untuk pengangkutan kayu,
sungai adalah sarana yang paling murah, karena volume angkutan setiapritt dapat
besar sekali sehingga biaya per satuan volume menjadi kecil.

Cara pengangkutan kayu jarak jauh yang paling tua adalah dengan
menghanyutkannya secara lepas. Namun cara ini sudah lama tidak digunakan
karena mengganggu fasilitas umum dan banyaknya kayu yang hilang di tengah
perjalanan. Sekarang cara umum dipakai adalah perakitan, atau dengan tongkang.

5
2.3 Konstruksi Rakit

Kayu gelondongan (log) yang diangkut melalui air atau sungai dengan sistem rakit,
terlebih dahulu dikumpulkan di logpond. Kayu yang dirakit menjadi satu kesatuan
sehingga mudah dikendalikan. Cara penyusunan kayu menjadi bentuk rakit ada
dua, yaitu konstruksi melintang dan konstruksi membujur.

Rakit dengan konstruksi membujur lebih sesuai untuk pengangnkutan melalui


sungai yang sempit, banyak belokan dan berarus deras, serta untuk pengangkutan
mel;alui laut, hal ini disebabkan penampang kayu y6ang menahan air lebih kecil
dibandingkan dengan konstruksi yang melintang. Rakit dengan konstruksi
melintang pada umummnya dibuat untuk pengangkutan di sungai yang lebar
dengan arus yang tenamg.

Konstruksi rakit menurut Juta (1954) dipengaruhi oleh berat jenis kayu yang
dirakit. Ditinjau dari berat jenis kayunya, maka kayu-kayu yang akan dirakit dapat
digologkan sebagai berikut :

a. Terapung

Berat jenis kayu yang dirakit kurang dari satu, misalnya terdiri dari campuran kayu
jati dan berbagai jenis meranti (Shorea Spp.) atau dapat juga berupa ikatan bambu.

b. Melayang

Berat jenis kayu kurang lebih sama dengan satu dan pada umumnya terdiri dari
jenis kayu keruing (Dipterocarpus spp.)

c. Tenggelam

Berat jenis kayu lebih besar dari satu, misalnya kayu besi (Eusideroxylon zwageri).

Putra (1996) menyatakan bahwa bahan-bahan untuk membuat rakit adalah paku U,
paku I (ring), kabel ukuran 1 inchi, kabel ukuran 0,5 inchi dan kayu bam,
sedangkan peralatan yang digunakan adalah kapak dan tonglat pengait (gancu).
Tongkat pengait ini berfungsi untuk membantu menarik kayu agar mudah
menyusunnya. Bentuknya yang runcing, sedikit bengkok dan terbuat dari besi
dengan pegangan kayu yang panjang.

6
2.4 Proses Pembuatan Rakit

Pembuatan rakit dilakukan setelah kayu cukup banyak terkumpul di logpond.


Dalam pembuatan rakit, faktor kelancaran angkutan kayu dari tempat tebangan ke
logpond sangat menentukan, karena apabila persediaan kayu di logpond kurang
akan menghambat pekerjaan pembuatan rakit.

Kayu yang telah terkumpul dijatuhkan ke sungai (dilego) dengan menggunakan


alat pelego crane. Kayu yang dijatuhkan tersebut langsung disusun oleh buruh
pembuat rakit yang telah terampil merakit log di dalam air. Menurut Putra ( 1996)
jumlah tenaga dalam satu regu perakit terdiri dari 6 orang dengan 3 orang tenaga
pengikat dan 3 orang pembantu.

Pembuatan rakit dilakukan per rakit kecil (50-100), dimana kayu-kayu yang telah
siap dirakit satu sama lain diikat dengan kabel yang kemudian diPAKU DI
KEDUA UJUNG KAYU. Jenis paku yang digunakan ada dua yaitu paku U dan
paku I. Mula-mula kabel dimasukkan ke dalam lubang paku I, kemudian sambil
kayu disusun dipasangkan kabel pengikat di kedua sisi ujung dan tengah kayu dan
kemudian dipaku. Kayu tengggelam disusun di antara kayu-kayu terapung dengan
perbandingan rata-rata 1 : 2, dimana satu kayu tenggelam terdapat dua kayu
terapung.

Sebagai pembantu dalam mengikat kayu tenggelam digunakan bam, yaitu dibuat
dari kayu dengan diameter sekitar 10 cm dengan panjang 7 meter yang dipasang
melintang di atas rakit dan diikiat dengan kabel. Setelah selesai mengikat kayu
sebanyak 12-21 rakit kecil, lalu satu sama lain digabungkan dengan cara
menyimpulkamatikan ujung kabel rakit satu dengan yang lainnya.

Pembuatan rakit dilakukan pada sat air pasang, keadan air tenang, tidak ada
pukulan ombak, dan arus sungai tidak begitu deras. Pada daerah yang dipengaruhi
oleh pasang surut, pada saat air surut logpond menjadi dangkal dan kayu tertimbun
di daratan sehingga sulit menyusunnya. Oleh karena itu rakit disusun pada saat air
pasang. Pasang surut terjadi dua kali sehari, sehinga perakitan maksimal dua kali
sehari. sebuah rakit terdiri dari 1600 susunan batang kayu dengan volume sekitar
1650 m3.

7
2.5. Sistem Pengangkutan Kayu

Pengangkutan kayu (major transportation) di hutan rawa dimulai dari memuat


kayu di betou (Tpn) sampai ke log pond (TPK). Kegiatan pengangkutan di areal
HPH PT. kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd. meliputi pembuatan jalan rel
dan pengangkutan kayu dari betou ke logpond.

a. Pembuatan jalan rel

Hutan rawa dengan kondisi areal yang tanahnya bergambut dan basah, serta
memilki topografi yang datar (0-8 %) sehingga jenis jalan yang paling sesuai
adalah jaringan jalan rel. Jalan rel ini terdiri dari susunan kayu dan rel besi
sebagi tempat meluncurnya loko dan lori.

Pembuatan jalan rel ini dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun dengan
cara memindahkan rel besi dari satu areal tebangan ke areal tebang yang lain.
Pekerjaan pembuatan jalan rel dimulai dengan pembuatan rencana jaringan
jalan di atas peta, kemudian rintisan sesuai dengan rnecana di peta, pembuatan
galkang dan pemasangan rel. Pembuatan jalan rel ini dilakukan dengan system
borongan.

Panjang jalan rel yang telah direalisasikan sejak beroperasi sampai tahun 1997
sepanjang 373,60 km. Adapun realisasi pembutan jalan rel tahun 1996/1997
adalah 20 km. Jarak rata-rata pengangkutan kayu dengan loko dari betou (Tpn)
ke logpond pada saat penelitian ini adalah 16,375 km.

Pemeliharaan dan perbaikan jalan rel dilakukan oleh regu pekerja harian.
Pemeliharaan jalan angkutan ini dilakukan oleh regu pekerja setiap hari yang
terdiri dari 2 regu dengan anggota empat orang. Tugas dari pekerja ini adalah
memperbaiki jalan rel yang rusak yakni galangan yang rusak (lapuk), paku rel
yang lepas, plat sambungan rel yang lepas, membersihkan jalan rel dari semak
dan membersihkan jika pohon yang tumbang di atas rel.

8
b. Pengangkutan dengan loko dan lori

Pengangkutan kayu dari betou sampai ke logpond di areal HPH PT Kurnia


Musi Plywood Industrial Co. Ltd di tepi Sungai Merang dilakukan melalui
jalan darat dengan menggunakan rangkaian lori dengan tenaga loko bermesin
diesel merk Yanmar TS 230 R buatan Jepang yang dibeli tahun 1995. Mesin
tipe ini mempunyai tenaga dengan daya kerja minimum 18 DK/2200 rpm dan
maksimum 23 DK/2200 rpm denganisi langkah 1132 cc.

Pengangkutan dilakukan untuk mengangkut kayu yang berada di betou ke log


pond. Jarak angkut rata-rata yang ditempuh dari log pond ke betou pada sat
penelitian adalah 16,375 km. Satu buah loko mempunyai 15 set lori yang
dikerjakan oleh satu regu pekerja yang berjumlah 4-6 orang dan satu orang
menjadi operator dengan menggunakan sistem upah borongan.

2.6 Element Kerja Pengangkutan

Tahapan kegiatan pengangkutan kayu dengan menggunakan lokotraksi meliputi :

1. Berjalan kosong, merupakan tahap awal dari kegiatan pengangkutan dimana


loko menarik dan mendorong lori ( 8 set lori ditarik dan 7 set lori didorong)
menuju betou. Tahapan kegiatan ini meliputi :

 Persiapan sebelum menuju betou, yakni memansakan mesin dan menunggu loko
depan.
 Loko berjalan kosong, yakni loko bergerak meninggalkan log pond sampai loko
berhenti di betou dan siap dimuati.

2. Memuat, merupakan kegiatan menaikkan kayu ke ats lori dengan


menggunakan

locak. Tahapan kegiatan memuat ini meliputi :

 Mengatur posisi lori di betou.

9
 Membongkar peralatan muat bongkar (locak, tongkat pengungkit, tongkattongkat
untuk memantapkan kayu yang dimuat) yang berada di atas lori di betou.
 Memasang landasan sebagai tempat menggulingkan kayu dari betou ke atas lori.
 Memasang tali pengikat antara lori dengan jari-jari jalan rel agar lori stabil pada
saat pemuatan dilakukan.
 Menggulingkan kayu dari atas betou ke atas lori dengan menggunakan locak dan
pengungkit.
 Mengatur posisi kayu di atas lori, mengikat kayu di atas lori dan memasang
pengganjal agar kayu tidak jatuh dan stabil pada saat lori berjalan.

3. Mengangkut, kegiatan mengangkut kayu merupakan tahap dimana lori yang


telah dimuati kayu mulai berangkat dari betou menuju log pond. Tahapan
kegiatan ini meliputi:

 Persiapan pengangkutan, kegiatannya yakni mengambil air yang digunakan


untuk pendingainan mesin dan air yang digunakan untuk membasahi roda lori
selama perjalan.
 Berjalan bermuatan, yakni loko berjalan meninggalkan betou dengaan menarik
dan mendorong lori yang telah bermuatan.

Pada saat perjalanan bermuatan ini dilakukan penaburan pasir putih yang
berfungsi untuk meningkatkan daya traksi roda lori dengan rel dan pemasngan
kulit-kulit kayu pada sambungan rel yang berfungsi untuk mengurangi
kemungkinan roda loko dan lori yang keluar dari rel akibat sambungan rel tidak
rata.

4. Membongkar, merupakan kegiatan menurunkan kayu dari atas lori ke logpond.


Kegiatan ini dimulai dengan melepas tali pengikat

2.7 Produktivitas Pengangkutan Kayu

Pengukuran waktu kerja (time study) bertujuan untuk menentukan waktu


yang diperlukan oleh pekerja normal menyelesaikan pekerjaan dasar dalam
menentukan produktivitas kerja.

Waktu kerja pengangkutan kayu dengan menggunakan lori yang


ditarik/didorong loko adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut kayu dari
betou ke logpond. Pengukuran waktu kerja pengangkutan, yakni loko dan lori
berjalan kosong menuju betou, memuat, berjalan bermuatan menuju logpond dan

10
membongkar muatan.

Waktu kerja kegiatan pengangkutan dengan menggunakan lokotraksi di


areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd adalah 608,990 menit
dengan volume angkut rata-rata 42,626 m3 dan jarak angkut rata-rata 16,375 km.
Waktu kerja rata-rata efektif selama kegiatan pengangkutan ini adalah 528,255
menit. Waktu hilang yang begitu besar mencapai 81,845 menit mengakibatkan
waktu yang dibutuhkan selama pengangkutan menjadi lebih lama.

Waktu hilang yang dapat dihindarkan pada kegiatan pengangkutan pada


kegiatan pengangkutan ini adalah roda loko dan lori keluar dari jalan rel sebesar
50,365 menit (8,27 %), disebabkan kondisi jalan angkutan (jalan rel) yang rusak.
Besarnya waktu hilang ini disebabkan roda lori atau loko keluar rel sehingga
pekerja membutuhkan waktu untuk mengembalikan roda loko atau lori
diakibatkan oleh kondisi jalan rel yang dilalui. Kondisi jalan rel yang rusak,
menyebabkan seringnya roda loko dan lori keluar jalur rel.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini, yaitu:


 Perakitan log adalah salah satu cara pengangkutan kayu yang paling murah
serta termasuk salah satu cara pangangkutan kayu yan paling tua untuk
membawa log kepada para pemakai
 Pengangkutan memlalui air relatif murah dan tidak memerlukan invenstasi
untuk pembuatannya. Kerugaiannya adalah bahwasanya lokasi sungai tidak
selamana sesuai dengan yang diharapakan. Terutama untuk pengangkutan
kayu, sungai adalah sarana yang paling murah, karena volume angkutan
setiapritt dapat besar sekali sehingga biaya per satuan volume menjadi
kecil.

12
DAFTAR PUSTAKA

Elias. 1999. Modus Pengangkutan Kayu di Indonesia. IPB Press. Bogor.

Juta, E.H.P. 1954. Pemungutan Hasil Hutan. Timun Mas. Jakarta.

Putra, A.Y. 1996. Analisis Biaya Pengangkutan Melalui Air dengan Sistem Rakit di
Propinsi Riau. Skripsi Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Bogor.

Suparto, R.S. 1979. Eksploitasi Hutan Modern. Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Bogor.

13

Anda mungkin juga menyukai