Disusun oleh :
Aza Novika Sari
Disusun oleh :
Dwi Wahyuni
Disusun oleh :
SINDI TRI LESTARI
Disusun oleh :
LOLITA TRISNA .A.
Jalan Malioboro (bahasa Jawa: ꦢꦭꦤ꧀ꦩꦭꦶꦪꦧꦫ, translit. Dalan Maliabara) adalah nama
salah satu kawasan jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu
Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri atas Jalan
Margo Utomo, Jalan Malioboro, dan Jalan Margo Mulyo. Jalan ini merupakan poros Garis
Imajiner Kraton Yogyakarta.
Jalan ini menghubungkan Tugu Yogyakarta hingga menjelang kompleks Keraton Yogyakarta.
Jalan ini berakhir di Pasar Beringharjo (di sisi timur). Dari titik ini nama jalan berubah menjadi
Jalan Achmad Yani. Di sini terdapat bekas kediaman gubernur Hindia-Belanda di sisi barat
dan Benteng Vredeburg di sisi timur. Jalan ini juga menjadi batas antara Kemantren
Gedongtengen dan Kemantren Danurejan, dimana sisi barat Malioboro adalah wilayah dari
kemantren Gedongtengen, dan sisi timur Malioboro adalah wilayah dari kemantren Danurejan.
Pada tanggal 20 Desember 2013 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X nama dua ruas jalan
Malioboro dikembalikan ke nama aslinya, Jalan Pangeran Mangkubumi menjadi jalan Margo
Utomo, dan Jalan Jenderal Achmad Yani menjadi jalan Margo Mulyo. Dua jalan ini seakan
menyatu dengan Malioboro, oleh karena itu kawasan di sekitarnya dikenal dengan "Kawasan
Malioboro"[1]. Terdapat beberapa objek bersejarah di kawasan tiga jalan ini antara lain Tugu
Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg,
dan Monumen Serangan Umum 1 Maret.
Jalan Malioboro terkenal dengan para pedagang kaki lima yang menjajakan kerajinan khas Jogja
dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual kuliner Jogja seperti gudeg. Jalan ini
juga terkenal sebagai tempat berkumpulnya para seniman yang sering mengekspresikan
kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, happening art, pantomim, dan lain-lain.
Saat ini Jalan Malioboro tampak lebih lebar karena tempat parkir yang ada di pinggir jalan sudah
dipindahkan ke kawasan parkir Abu Bakar Ali dan menjadikan Jalan Malioboro sebagai Jalan
Semi Pedestrian.
Candi Prambanan
"Prambanan" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain, lihat Prambanan (disambiguasi).
Candi Prambanan (bahasa Jawa: ꦕꦤ꧀ꦝꦶꦥꦿꦩ꧀ꦧꦤꦤ꧀, translit. Candhi Prambanan) adalah
kompleks candi Hindu (Syaiwa) terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 Masehi.
Candi yang juga disebut sebagai Rara Jonggrang ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa
utama Hindu yaitu dewa Brahma sebagai dewa pencipta, dewa Wisnu sebagai dewa
pemelihara, dan dewa Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli
kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan
memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga
meter, dikarenakan aliran Syaiwa yang mengutamakan pemujaan dewa Siwa di candi ini.
Kompleks percandian Prambanan secara keseluruhan terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta,
tetapi pintu administrasinya terletak di Jawa Tengah. Hal ini yang membuat Candi Prambanan
terletak di 2 tempat yakni di Bokoharjo, Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,[1]
[2]
dan di Tlogo, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, atau kurang lebih 17 kilometer timur laut
dari kota Jogja, 50 kilometer barat daya dari kota Surakarta dan 120 kilometer selatan dari kota
Semarang, persis di perbatasan antara Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.[3]
Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar di Indonesia,
sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi
dan ramping sesuai dengan arsitektur Hindu pada umumnya dengan candi Siwa sebagai candi
utama memiliki ketinggian mencapai 47 meter menjulang di tengah kompleks gugusan candi-
candi yang lebih kecil.[4] Sebagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara, candi Prambanan
menjadi daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia.[5]
Menurut prasasti Siwagrha, candi ini mulai dibangun pada sekitar tahun 850 masehi oleh Rakai
Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas oleh Balitung Maha Sambu, pada
masa kerajaan Medang Mataram.
Tebing Breksi
Tebing Breksi merupakan tempat wisata yang berada di wilayah Kabupaten Sleman. Lokasinya berada
di sebelah selatan Candi Prambanan dan berdekatan dengan Candi Ijo serta Kompleks Keraton Boko.
Lokasi Wisata Tebing Breksi tepatnya berada di Desa Sambirejo, Prambanan, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55572.
Taman wisata Tebing Breksi adalah sebuah tempat wisata alam di Jogja. Sesuai dengan namanya,
tempat wisata ini merupakan perbukitan batuan breksi. Tebing batuan breksi yang memiliki corak yang
indah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
The Lost World Castle merupakan salah satu objek wisata di kawasan lereng Gunung
Merapi yang terletak di Dusun Petung, Desa Kepuharjo Cangkringan, Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Objek wisata ini dibangun menyerupai Benteng Takeshi
dan dibangun di atas lahan 1,3 hektare pada tahun 2016.[1]
Pengunjung yang ingin memasuki kawasan The Lost World Castle akan dikenakan biaya
sebesar Rp 25.000 tiap orang dan belum termasuk biaya parkir. Biaya parkir mobil sebesar
Rp5.000,00, sementara biaya parkir untuk sepeda motor sebesar Rp2.000,00.[2]
Atraksi
Di dalam The Lost World Casle, pengunjung disuguhkan potret gagahnya Gunung Merapi.
Selain itu, di dalam objek wisata ini terdapat berbagai latar untuk mengambil foto yang
menarik, di antaranya taman koboi, awan putih, sepeda motor terbang, sayap bidadari, dan
lain-lain.[3] Selain itu, ada juga latar foto trik tiga-dimensi berupa air terjun, permadani
terbang, dan beberapa bunga sakura tiruan yang turut menghidupkan suasana.[4]