Anda di halaman 1dari 69

Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

Mate ri 01

PROBLEMATIKA
UMMAT ISLAM

Tujuan Materi :
 Menumbuhkan kesadaran mutarabbi bahwa memperhatikan masalah-masalah kaum muslimin adalah
bagian dari sifat seorang muslim
 Mutarabbi mengetahui dan menyadari kondisi dan realita ummat baik di masa lampau maupun di
masa sekarang
 Mutarabbi mengetahui dan menyadari sebab terjadinya problem ummat dan solusi untuk keluar dari
problem tersebut
 Menumbuhkan kesadaran mutarabbi untuk terlibat aktif dalam mengatasi problem ummat Islam.

PROBLEMATIKA UMMAT ISLAM


A. Kondisi Ummat Yang Ideal
1. Terbaik (QS. Ali Imran : 110)
 Menyeru kepada kebenaran
 Mencegah kemungkaran
 Beriman kepada Allah
2. Pertengahan (QS. Al Baqarah : 143)
 Pertengahan antara dunia dan akhirat
 Pertengahan antara materi dan spiritual
 Pertengahan antara pribadi dan masyarakat
 Pertengahan antara acuh dan berlebih-lebihan
3. Bersatu
 Dalam aqidah
 Dalam kepemimpinan
 Dalam jama’ah

B. Realita ummat Islam sekarang ini


1. Terbelakang
 Menyeru pada kemungkaran dan mencegah pada kebaikan
 Mengakal-akali syari’at
 Mengikuti agama kekafiran
Rasulullah bersabda :”Sungguh kalian akan mengikuti jejak dan cara-cara
orang-orang Yahudi dan Nasrani sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta
hingga sekalipun mereka masuk kelubang biawak, niscaya kamu akan mengikuti
mereka”.
 Meninggalkan jihad
 Ridha dengan dunia

36 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

2. Meniru-niru
 Pemikiran
 Keyakinan
 Akhlak
 Undang-undang
3. Terpecah belah
 Jatuhnya khilafah Islamiyah
 Berbeda pandangan
 Berbeda dalam aqidah dan ibadah

PENYEBAB TERJADINYA PROBLEM DALAM UMMAT


A. Intern (Tidak komitmen terhadap agama)
1. Lemahnya aqidah dan iman
Ummat tidak kuat menghadapi problem, sehingga dengan mudah digoyahkan
karena lemahnya aqidah dan keimanan. Hal ini bisa kita lihat dalam hal :
 Cinta dunia dan takut mati
 Meninggalkan jihad
2. Lemahnya persaudaraan
3. Tidak adanya pemimpin ummat
4. Kebodohan Tidak adanya semangat untuk belajar
Fenomena kebodohan terhadap dien. Ini muncul karena tidak ada
semangat/kesadaran untuk belajar.

B. Ekstern (Konspirasi musuh)


1. Perang militer
2. Perang pemikiran

SETELAH KITA MENGETAHUI penyebab dari problema ummat Islam, maka kita
menemukan akar penyebab atau sebab utama dari problem ummat Islam adalah
Ummat ini jauh dari Al-Qur’an dan Sunnah sebagaimana dalam Al Qur’an Surah 43 :
36 – 37. dan juga dalam sabda Rasulullah “… Allah akan merendahkan suatu kaum
dengan Al Qur’an” maka solusinya adalah Kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah
sebagaimana dalam Al Qur’an surah 62 : 2 dengan cara tarbiyah Islamiyah secara
periodik. Dengan inilah, maka terbentuklah masyarakat rabbani.

37 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

Mate ri 02

URGENSI
TARBIYAH
ISLAMIYAH

Tujuan Materi :
 Agar mutarabbi memahami urgensi/pentingnya tarbiyah dalam da'wah dan perjuangan
 Agar mutarabbi mengetahui akibat-akibat yang akan terjadi terhadap ummat apabila tarbiyah tidak
berjalan/mandeg

Urgensi/Pentingnya Tarbiyah Islamiyah


1. Solusi dari semua problem ummat
2. Jalan menuntut ilmu
 Menuntut ilmu syar’i hukumnya fardu ‘ain
 Berilmu sebelum beramal
3. Pencetak kader
 Kader sebagai unsur perubah keadaan
 Pelanjut da’wah
4. Menjaga keimanan
 Karena iman dapat bertambah dan berkurang
 Karena iman merupakan syarat untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan
akhirat
5. Memperkuat ikatan ukhuwah
6. Mengembangkan dan mengarahkan bakat
 Karena da’wah butuh kader
 Karena dalam menegakkan dien membutuhkan kader yang memiliki bakat
yang berbeda-beda
 Karena memberdayakan bakat dalam perjuangan Islam merupakan bagian dari
syukur nikmat
7. Sarana untuk mengatur amal jama’i
 Amal yang sukses membutuhkan profesionalisme
Akibat Dari Tidak Berjalannya Tarbiyah
1. Tidak ada kader
 Tarbiyah pencetak kader
 Menegakkan agama membutuhkan kader
2. Da’wah tidak berkembang
 Kurangnya kader
 Lemahnya kekuatan kader
3. Lahirnya orang-orang yang isti’jal
 Tarbiyah yang parsial
 Tidak berlanjutnya tarbiyah
4. Futur
38 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

Mate ri 03

ADAB-ADAB
TARBIYAH

Tujuan Materi :
 Mutarabbi memahami pentingnya kedudukan akhlak dan adab dalam Islam
 Mutarabbi mengetahui bagaimana perhatian ulama salaf dalam persoalan adab, bahkan
mengedepankan adab dibandingkan ilmu itu sendiri
 Mutarabbi termotifasi untuk meraih keberkahan majelis
 Mutarabbi mampu menjelaskan adab bermajelis

ADAB-ADAB TARBIYAH
A. Adab-adab bermajelis
1. Memilih majelis.
2. Banyak mengingat Allah.
3. Memberi salam kepada orang yang ada di majelis tatkala datang dan pulang.
4. Tidak menyuruh seseorang untuk berdiri dari majelisnya kemudian duduk di
tempatnya.
5. Melapangkan majelis.
6. Jika dia meninggalkan majelisnya kemudian kembali maka dia yang lebih
berhak.
7. Motifasi untuk berkumpul dan tidak bercerai berai dalam majelis.
8. Tidak memisahkan antara dua orang kecuali dengan izinnya.
9. Duduk dimana dia dapatkan tempat.
10. Boleh maju kedepan jika ada yang kosong
11. Sebaik-baik majelis adalah yang lapang.
12. Menghindari duduk yang terlarang.
13. Menutup majelis dengan do'a kafarat.

B. Adab-adab mutarabbi terhadap murabbinya


1. Menjaga kehormatannya.
2. Menulis dari sang murabbi.
3. Memuliakannya dengan cara
 Tawadhu'
 Menghargainya
 Bersungguh sungguh dalam berkhidmat kepadanya
 Tidak mendahuluinya – dalam satu pendapat-
4. Selalu menyertai murabbi
 Untuk mengambil faedah dari adabnya
 Untuk mengambil faedah dari ilmunya

39 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

5. Beradab ketika duduk di depannya (konsentrasi dan menghadirkan seluruh


panca indra)
6. Sabar atas kekakuannya/kekurangannya
7. Berbaik sangka (husnuzzan)
8. Mendengarkan dengan baik walaupun sudah mengetahui atau mendengar
sebelumnya.
9. Tidak malu dalam bertanya
 Lembut dan bertanya dengan baik.
 Tidak bertanya pada yang bukan tempatnya.
 Tidak memaksa tatkala murabbi diam.
 Lembut tatkala meluruskan kesalahan dalam menjawab.
10. Tidak merasa lebih pintar.

Maraji’ :
1. Ath Thobaqatul Kubro
2. Jami’ Bayan Al Ilmi wa Fadhlihi
3. Siyar A’lamin Nubalaa
4. Hilyatu Tholib Al Ilm
5. Taqyiidul ‘Ilm

40 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

Mate ri 04

KONSEKUENSI
SYAHADAT ‫الإله إال اهلل‬

Tujuan Materi :
 Untuk memurnikan pengabdian yang sesungguhnya kepada Allah.
 Untuk menghindari distorsi dari pemahaman Laa Ilaha Illallah.
 Agar tertanam pada diri mutarabbi sifat Al wala' dan Al bara'
 Agar mutarabbi dapat mengagungkan dan mendahulukan Allah di atas segala-galanya.

KONSEKUENSI LA ILAHA ILLALLAH


1. Ta'at. 5:7, 43:84
2. Tunduk dan patuh 6:56. 2:116
3. Takut, 2:40.
4. Raja', 94:8. 9:18.
5. Tawakkal. 60:4
6. Do'a. 23:109,118
7. Mahabba (cinta). 2:165. 9:24.
8. Berlindung. 16:98. 72:6.
9. Meminta tolong. 1:3. 5:55.
10. Berhukum dengan hukumNya. 5:44,45,47. 4:65. 12:40. 6:114. 33:36.
11. Beribadah hanya kepadaNya dan tidak mensyarikatkanNya dengan sesuatu. 1:3.
51:56. 4:36.

Syarat-syarat La Ilaha Illallah


1. Ilmu, yang menafikan (meniadakan) jahl (kebodohan). 42:86, 47:19.
2. Yakin, yang menafikan syak (keraguan). 49:15.
3. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan). 37:35-36.
4. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan). 31:22.
5. Ikhlash, yang menafikan syirik. 39:2.
6. Shidq (jujur), yang menafikan kadzib (dusta). 29:1-3, 2:8-10.
7. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan kebencian. 2:165.

41 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

Mate ri 05

KONSEKUENSI
SYAHADAT ‫حممدا رسول اهلل‬

Tujuan Materi :
 Agar mutarabbi mengetahui konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah
 Agar mutarabbi beribadah kepada Allah sesuai dengan sunnah Rasulullah
 Agar mutarabbi menjadikan Rasulullah sebagai teladan .
 Agar tertanam pada diri mutarabbi rasa cinta kepada Rasulullah.

KONSEKUENSI SYAHADAT MUHAMMAD RASULULLAH


1. Membenarkan apa yang disampaikan. 39:33
2. Mentaati perintahnya 4:80, 25:51. 5:7, 4:115.
3. Meningalkan apa yang dilarang. 59:7.
4. Mengikuti Sunnahnya. 3:130.
5. Mencintainya (Al hadits).
6. Tidak meyembah Allah kecuali dengan apa yang disyari'atkan. 4:80.

Maraji’ :
1. Ma'na laa Ilaha Illallah/ Syaikh Dr Shalih Al fauzan
2. Koreksi terhadap pemahaman Laa Ilaha Illallah/ Syaikh Muhammad Qutb.
3. Kitab tauhid / Syaikh Dr Shalih Al fauzan
4. Syarh Al ushul Atstsalatsah/ Syaikh Al utsaimin

42 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

Mate ri 06

IBADAH
PRAKTIS

Tujuan Materi :
 Mutarabbi memahami dan mampu menjelaskan tentang sifat wudhu, mandi janabah dan shalat Nabi.
 Mutarabbi dapat mengaplikasikannya secara benar

THAHARAH
A. Wudhu
1. Berniat untuk berwudhu.
 Letak niat di dalam hati.
2. Membaca basmalah.
 Hadits-hadits tentang basmalah terdapat kelemahan di dalamnya akan
tetapi dapat terangkat menjadi hasan karena banyaknya jalan-jalan
periwayatannya. Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar : “Nampak bahwa
keseluruhan hadits-hadits ini memberikan kekuatan baginya yang
menunjukkan bahwa dia memiliki asal.” Berkata Al Albani : “Hadits yang
paling kuat diriwayatkan dalam masalah ini adalah hadits Abu Hurairah
yang berbunyi :

“Tidak ada shalat bagi orang yang tidak berwudhu dan tidak ada wudhu bagi
orang yang tidak menyebut nama Allah Ta’ala atasnya.” (HR. Abu Daud)
3. Mencuci kedua tangan
 Menuangkan air ke atas kedua tangan dan mencucinya di luar bejana (H.1
& H.2). Apabila tangan mengandung najis atau diragukan kesuciannya
maka wajib mencucinya di luar bejana sebelum memasukkannya ke dalam
bejana (H.3).
(H.1)

Dari 'Amr bin Yahya dari bapaknya dia berkata : "Saya melihat 'Amr bin Abi Hasan bertanya kepada
Abdullah bin Zaid tentang wudhunya Nabi  , maka dia meminta satu bejana air lalu dia berwudhu
untuk mereka, maka dia mengambil air dengan telapak tangannya dan menuangkan ke atas kedua
tangannya lalu mencuci kedua tangannya itu tiga kali, kemudian dia memasukkan tangannya ke
dalam bejana lalu berkumur-kumur dan menghirup serta menghembuskan air (dari hidungnya) tiga
kali dengan tiga kali menciduk air, kemudian dia memasukkan tanganya ke dalam bejana lalu

43 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

mencuci wajahnya tiga kali, kemudian dia memasukkan tangannya ke dalam bejana lalu mencuci
kedua tangannya hingga ke kedua sikunya dua kali dua kali, kemudian dia memasukkan
tangannya ke dalam bejana lalu mengusap kepalanya maka dia memajukan kedua tangannya dan
memundurkannya, kemudian dia memasukkan tangannya ke dalam bejana lalu dia mencuci kedua
kakinya ." Dan dalam riwayat Wuhaib dia berkata : "dia mengusap kepalanya satu kali."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dan dalam satu lafazh yang juga diriwayatkan Bukhari dan Muslim : "Kemudian dia mengusap
kepalanya dengan kedua tangannya maka dia memajukan keduanya dan memundurkannya, dia
memulai dari bagian depan kepalanya sampai dia memperjalankan kedua tangannya ke belakang
kepalanya kemudian dia mengembalikan kedua tangannya itu ke tempat mulainya tadi kemudian
dia mencuci kedua kakinya.”
(H.2)

Dari Abdu Khair dia berkata : "Kami datang kepada Ali bin Abi Thalib ketika dia telah selesai
shalat maka dia meminta air wudhu, maka kami berkata apa yang akan dilakukannya padahal dia
telah shalat, (pastilah) dia tidak ingin kecuali untuk mengajar kami, maka dibawakan kepadanya
bejana yang berisi air dan ember besar, maka dia menuangkan air dari bejana ke atas tangannya lalu
dia mencucinya tiga kali kemudian dia berkumur-kumur dan menghirup air (ke dalam hidungnya)
tiga kali dari tangan yang dengannya dia mengambil air kemudian dia mencuci wajahnya tiga kali
dan mencuci tangannya yang kanan tiga kali dan tangan kirinya tiga kali dan mengusap kepalanya
satu kali kemudian dia mencuci kakinya yang kanan tiga kali dan kaki kirinya tiga kali, kemudian
dia berkata : "Barangsiapa yang senang untuk mengetahui wudhunya Rasulullah  maka inilah
dia." (HR. Abu Daud dan Nasa-i dan disahihkan oleh Al Albani)
(H.3)

Dari Abu Hurairah  bahwasanya Nabi  bersabda : “Apabila salah seorang dari kalian bangun
dari tidurnya maka janganlah dia mencelupkan tangannya ke dalam air wudhunya sampai dia
mencucinya sebanyak tiga kali karena dia tidak tahu dimana tangannya itu bermalam.” (HR. Abu
Daud dan An Nasai dan diasahihkan oleh Al Albani)
 Mencuci kedua tangan hingga ke pergelangan tangan (H.4).
(H.4)

Dari Humran maula Utsman bahwasanya Utsman bin Affan meminta air wudhu lalu dia
berwudhu maka dia mencuci kedua telapak tangannya tiga kali kemudian dia berkumur-kumur dan
menghembuskan air (dari hidung) kemudian dia mencuci mukanya tiga kali kemudian dia mencuci
tangannya yang kanan sampai ke siku tiga kali kemudian mencuci tangan kirinya seperti itu pula,
kemudian dia mengusap kepalanya kemudian mencuci kaki kanannya hingga ke mata kaki tiga kali
kemudian mencuci yang kiri seperti itu pula, kemudian dia berkata : "Aku melihat Rasulullah
berwudhu seperti wudhuku ini kemudian beliau bersabda : "Barangsiapa yang berwudhu seperti
wudhuku ini kemudian dia berdiri melaksanakan shalat dua raka'at, dia tidak berbicara dengan
dirinya sendiri pada ke dua raka'at itu (khusyu') diampunkan baginya dosanya yang telah lalu." (HR.
Bukhari dan Muslim.
 Mencuci sela-sela jari (H.5).
(H.5)

44 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

Dari Laqith bin Shabirah  dia berkata : Aku berkata : Wahai Rasulullah sampaikanlah kepadaku
tentang wudhu, beliau berkata : "Sempurnakanlah wudhu, cucilah sela-sela jari dan bersungguh-
sungguhlah dalam menghirup air kecuali jika engkau sedang berpuasa." (HR. Tirmidzi dan
disahihkan oleh Al Albani)
4. Membersihkan mulut dan hidung
 Dengan cara berkumur-kumur, menghirup air ke dalam hidung lalu
menghembuskannya kembali ke luar (H.1 & H.2).
 Berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung dilakukan secara
bersamaan (H.2 & H.4).
 Bersungguh-sungguh ketika menghirup air ke dalam hidung kecuali dalam
keadaan berpuasa karena dikhawatirkan air masuk ke dalam kerongkongan
(H.5).
5. Mencuci muka
 Batas muka (wajah) : lebarnya antara kedua telinga dan panjangnya dari
awal tempat tumbuhnya rambut hingga ke dagu.
 Jika kepala tidak memiliki rambut maka patokannya adalah tempat
tumbuhnya rambut dalam keadaan normal atau ketika dia masih memiliki
rambut.
 Janggut dibedakan antara yang lebat dan yang tipis. Janggut yang lebat
adalah janggut yang tumbuh sedemikian sehingga kulit tempat tumbuhnya
janggut tersebut tidak terlihat lagi, maka janggut yang seperti ini diusap
permukaannya dan disela-selai dengan jari-jari tangan yang dibasahi
dengan air. Adapun janggut yang tipis adalah janggut yang masih terlihat
kulit tempat tumbuhnya janggut tersebut, maka janggut yang seperti ini
harus dicuci dan air harus sampai ke kulit wajah tempat tumbuhnya
janggut tersebut.
:

Dari anas bin Malik bahwasanya Rasulullah apabila beliau berwudhu beliau mengambil seciduk air
lalu memasukkannya di bawah dagu beliau lalu mencuci di sela-sela janggut beliau dan beliau
berkata : “Beginilah Tuhanku ‘Azza wa Jalla memerintahkan kepadaku.” (HR. Abu Daud dan
dishahihkan oleh Al Albani)
6. Mencuci kedua tangan hingga ke siku (H.1 & H.2)
7. Mengusap kepala (bukan mencuci)
 Yaitu dengan membasahi kedua tangan dengan air lalu mengusapkannya
ke kepala (H.1).
 Cara mengusap kepala yaitu dengan memperjalankan kedua telapak
tangan yang telah dibasahi dengan air, dimulai dari bagian depan kepala
hingga ke bagian belakang kepala kemudian dikembalikan lagi ke bagian
depan (tempat memulai) (H.1).
 Setelah kedua telapak tangan kembali ke tempat mulainya langsung
mengusap kedua telinga tanpa mengambil air yang baru (H.6 & H.7 ).
 Mengusap telinga dengan cara mengusap bagian dalam daun telinga
dengan jari telunjuk dan bagian luar daun telinga dengan ibu jari (H.6).
(H.6)

45 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

Dari 'Amr bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya tentang sifat wudhu Rasulullah  , dia berkata :
Kemudian beliau mengusap kepalanya dan memasukkan kedua jari telunjuknya ke dalam kedua
telinganya dan mengusap dengan kedua ibu jarinya bagian luar dari kedua telinganya (daun
telinga) dan mengusap dengan kedua telunjuknya bagian dalam dari kedua telinganya. (HR. Abu
Daud dan berkata Al Albani hasan shahih)
(H.7)
Dari Abu Hurairah, Abdullah bin Zaid dan Abu Umamah radhiyallahu ‘anhum bahwasanya
Rasulullah  bersabda :

“Kedua telinga itu adalah bagian dari kepala.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah dan
disahihkan oleh Al Albani)
8. Mencuci kaki
 Mencuci kedua kaki hingga ke mata kaki. Allah  berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan kakimu sampai dengan
kedua mata kaki…” (QS. Al Maidah : 6)
 Mencuci sela-sela jari-jari kaki (H.5).
Untuk anggota tubuh yang berpasangan dimulai dengan mencuci bagian
yang kanan kemudian bagian yang kiri.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha dia bekata : Adalah Nabi suka untuk memulai dari yang kanan
ketika memakai sendal, bersisir, bersuci dan dalam seluruh keadaan beliau. (HR. Bukhari)
Anggota-anggota wudhu dapat dicuci sebanyak masing-masing satu kali

Dari Ibnu Abbas  bahwasanya Nabi  pernah berwudhu satu kali satu kali. (HR. Bukhari)
Atau masing-masing dua kali

Dari Abdullah bin Zaid  bahwasanya Nabi  pernah berwudhu dua kali dua kali. (HR. Bukhari)
Atau masing-masing tiga kali (H1, H2, H4) dan inilah yang afdhal.

B. Mandi Janabah
Sahnya mandi janabah adalah dengan membasahi seluruh tubuh dengan air.
Adapun sunnahnya maka ada dua cara:
1. Cara pertama :
 Mencuci kedua tangan
 Berwudhu secara sempurna sebagaimana wudhu untuk shalat
 Mencuci sela-sela rambut dengan jari-jari tangan sampai membasahi
seluruh permukan kulit kepala.
 Menyiram air ke atas kepala tiga kali.
 Menyiram seluruh tubuh.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha dia berkata : Adalah Nabi  apabila beliau mandi janabah beliau
mulai dengan mencuci kedua tangannya kemudian beliau berwudhu seperti wudhunya untuk
shalat, kemudian beliau memasukkan jari-jari beliau ke dalam air lalu mencuci sela-sela rambutnya
hingga ke kulit kepala beliau kemudian beliau menyiramkan air ke atas kepalanya tiga kali dengan
tangan beliau kemudian beliau menyiramkan air ke seluruh permukaan kulit beliau . (HR. Bukhari)
2. Cara kedua :

46 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

 Menuangkan air ke tangan dua atau tiga kali.


 Mencuci kemaluan.
 Menggosok tangan ke tanah atau ke tembok.
 Berkumur-kumur, menghirup air ke hidung dan menghembuskannya ke
luar.
 Mencuci muka.
 Mencuci lengan .
 Menyiram air ke atas kepala.
 Menyiram air ke seluruh tubuh.
 Berpindah tempat kemudian mencuci kaki.
 Menyeka air dari tubuh dengan kedua tangan dan tidak dengan handuk
(tetapi hal ini tidak menunjukkan bahwa memakai handuk terlarang).

Dari Maimunah radhiyallahu 'anha dia berkata : Rasulullah  meletakkan air untuk mandi janabah
lalu beliau menuangkan air dengan tangan kanannya ke tangan kirinya dua kali atau tiga kali,
kemudian beliau mencuci kemaluan beliau, kemudian beliau menepukkan tangan beliau ke tanah
atau ke tembok dua kali atau tiga kali, kemudian beliau berkumur-kumur dan menghirup air dan
mencuci wajah beliau dan kedua lengan beliau kemudian beliau menyiramkan air ke atas kepala
beliau lalu menyiramkan air ke tubuh beliau, kemudian beliau minggir lalu beliau mencuci kedua
kaki beliau. Berkata Maimunah : Lalu aku mengambilkan beliau kain (handuk) namun beliau tidak
menginginkannya, lalu beliau mulai menyeka air dengan tangan beliau. (HR. Bukhari dan Muslim)

C. Tayammum
Tata cara tayammum :
1. Menepukkan kedua telapak tangan ke atas tanah yang berdebu.
2. Meniup kedua telapak tangan tangan yang telah ditepukkan ke tanah.
3. Mengusap kedua telapak tangan ke wajah.
4. Mengusap kedua telapak tangan hingga ke pergelangan.

Dari Ammar bin Yasir  bahwasanya Nabi  berkata kepadanya (tentang tayammum) : “Sesungguhnya
cukup bagimu berbuat seperti ini,” lalu Nabi menepukkan kedua telapak tangannya ke tanah dan
meniup keduanya kemudian beliau mengusap dengan kedua telapak tangannya itu wajah beliau dan
kedua tangan beliau hingga pergelangan. (HR. Bukhari dan Muslim)

47 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

SHALAT
1. Berniat
 Niat letaknya di dalam hati.
2. Takbiratul ihram
 Mengucapkan Allahu Akbar.
(H.1)

Dari Abu Hurairah  bahwasanya dia berkata : "Adalah Rasulullah  apabila beliau bertakbir untuk
shalat beliau menjadikan kedua tangannya sejajar dengan kedua bahu beliau dan apabila beliau
beliau ruku' beliau berbuat seperti itu dan apabila beliau bangkit (dari ruku') untuk sujud beliau
berbuat seperti itu dan apabila beliau bangkit dari rakaat yang kedua beliau berbuat seperti itu." (HR.
Abu Daud dan disahihkan oleh Al Albani)
 Mengangkat kedua tangan sejajar dengan kedua bahu (H.1) atau sejajar
dengan kedua telinga (H.2).
(H.2)

Dari Malik bin Al Huwairits  bahwasanya Rasulullah  apabila beliau bertakbir beliau
mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua telinganya dan apabila beliau ruku'
beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua telinganya dan apabila beliau
mengangkat kepalanya dari ruku' lalu mengucapkan sami'allahu liman hamidah beliau juga berbuat
seperti itu." (HR. Muslim)
 Jari-jari tangan tidak direnggangkan dan tidak pula dirapatkan (H.3).
(H.3)

Dari Abu Amir al Aqdy dia berkata: telah menyampaikan kepada kami Ibnu abi Dzi’b dari Said bin
Sam’an dia berkata: Abu Hurairah pernah mendatangi di mesjid Bani Zuraiq lalu beliau berkata :
“Tiga perkara yang dahulu Rasululah  mengamalkannya dan sekarang manusia
meninggalkannya. Adalah beliau apabila beliau masuk ke dalam shalat beliau berbuat begini – Abu
Amir mencontohkan dengan tangannya dimana dia tidak menjarangkan antara jari-jarinya dan
tidak pula merapatkannya. (HR. Al Hakim dan dia menshahihikannya dan disepakati oleh Adz
Dzahabi, Al Albani juga menshahihkan hadits ini).
3. Membaca doa iftitah
Dapat memilih salah satu doa diantara doa-doa iftitah yang diriwayatkan
secara shahih dari Rasulullah . Beberapa contoh doa iftitah :

“Ya Allah jauhkanlah antara aku dan dosa-dosaku sebagaimana Engkau menjauhkan antara tinur dan
barat. Ya Allah sucikanlah aku dari dosa-dosaku sebagaimana sucinya kain yang putih dari noda. Ya
Allah cucilah aku dari dosa-dosaku dengan salju dan air dan embun.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Maha Suci Engkau Ya Allah dan dengan Pujimu dan berberkahlah NamaMu dan tinggilah
KemuliaanMu dan tidak ada Ilah selainMu.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani)

“Allah Maha Besar dan segla puji bagi Allah dengan sebanyak-banyaknya dan Maha Suci Allah diwaktu
pagi dan diwaktu petang.” Ketika Rasulullah  mendengar seorang sahabat membaca doa tersebut
beliau bersabda : “Saya kagum dengan doa ini, telah dibukakan baginya pintu-pintu langit.” (HR.
Muslim)

48 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak lagi baik dan berberkah padanya.” Ketika Rasulullah
 mendengar seorang sahabat membaca doa ini beliau bersabda : “Sungguh saya telah melihat dua belas
malaikat bersegera kepadanya (mereka berlomba) siapa diantara mereka yang akan mengangkatnya
(melaporkannya kepada Allah). (HR. Muslim)
4. Membaca surah Al Fatihah
:
Dari Ubadah bin Ash Shamit bahwasanya Rasulullah  bersabda : “Tidak ada shalat bagi orang yang
tidak membaca surat al Fatihah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 Dimulai dengan ta’awwudz karena surah Al Fatihah adalah bagian dari Al
Quran. Beberapa contoh bacaan ta’awwudz :

“Maka apabila engkau akan membaca Al Quran maka berlindunglah kepada Allah dari syaithan
yang terkutuk.” (QS. An Nahl : 98)
:

Dari Abu Said Al Khudri dia berkata : Adalah Rasulullah apabila beliau shalat di waktu
malam beliau bertakbir kemudian beliau membaca (yang artinya) : “Maha Suci Engkau Ya Allah dan
dengan Pujimu dan berberkahlah NamaMu dan tinggilah KemuliaanMu dan tidak ada Ilah
selainMu.” Kemudian beliau membaca “la ilaha illallah” 3X kemudian membaca “Allahu akbar
kabira (3X) aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari syaitan
yang terkutuk; dari kesurupannya dan dari kesombongannya dan dari syairnya” kemudian beliau
membaca (Al Fatihah).” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh al Albani)

Dari anak Jubair bin Muth’im dari bapaknya dia berkata : Adalah Rasulullah apabila beliau masuk
ke dalam shalat beliau membaca : Allahu Akbar kabira walhamdulillahi katsira (3X), aku berlindung
kepada Allah dari syaithan yang terkutuk; dari kesombongannya dan dari kesurupannya dan dari
syairnya. (HR. Ibnu Hibban dan dishahihkan oleh Al Albani)
 Membaca basmalah dengan siir (tidak mengeraskan suara) baik dalam
shalat-shalat siir maupun dalam shalat-shalat jahar.
o Hadits 'Aisyah r.a dia berkata:

"Adalah Nabi  memulai sholat dengan takbir dan (memulai) bacaan dengan Alhamdulillahi
rabbil 'alamin." (HR. Bukhari-Muslim).
o Hadits Anas r.a :

"Bahwasanya Nabi  dan Abu Bakar dan Umar, mereka memulai shalat dengan Alhamdulillahi
rabbil 'alamin." (HR. Bukhari-Muslim)
o Dalam riwayat ِAhmad, An-Nasa'i dan Ibnu Khuzaimah disebutkan :
‫ال يجهرون ببسم هللا الرحمن الرحيم‬
“Mereka tidak menjaharkan Bismillahirrahmanirrahim.”
 Mengucapkan amin baik sebagai imam, ma’mum ataupun shalat sendiri.

Dari Abu Hurairahbahwasanya Nabi bersabda : "Apabila imam mengucapkan amin maka
ucapkanlah amin karena sesungguhnya barangsiapa yang bertepatan aminnya dengan aminnya
malaikat diampunkan baginya dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

49 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

 Terdapat khilaf dalam masalah wajibkah ma’mum membaca Al Fatihah


dalam shalat-shalat yang jahar. Pendapat yang rajih adalah bahwa ma’mum
tetap wajib membacanya dalam shalat jahriyyah :

Dari Ubadah bin Ash Shamit dia berkata : "Kami pernah shalat subuh di belakang Rasulullah
maka Rasulullah membaca lalu terasa berat bagi beliau bacaannya, maka ketika selesai beliau
berkata : "Barangkali kalian membaca di belakang imam kalian ?" Kami menjawab : "Benar wahai
Rasulullah, dengan cepat." Beliau bersabda : "Jangan kalian lakukan, kecuali dengan fatihatul kitab
(surat Al Fatihah) karena sesungguhnya tidak sah shalat bagi orang yang tidak membacanya." (HR.
Abu Daud dan Ahmad dan dihasankan oleh Tirmidzi dan Al Albani).
Kecuali seorang yang masbuq yang tidak sempat lagi membaca Al Fatihah
namun mendapatkan ruku’ ketika imam sedang ruku’ maka dia dianggap
mendapatkan raka’at tersebut :

Dari Abu Bakrah bahwasanya dia sampai kepada Nabi sementara beliau dalam keadan
ruku', maka dia pun ruku' sebelum sampai ke shaf, lalu dia menyebutkan hal itu kepada Rasulullah
 maka beliau bersabda : "Semoga Allah menambah keinginanmu (untuk mendapatkan kebaikan)
dan jangan kamu ulangi (buru-buru mengejar shalat dan ruku' sebelum sampai ke shaf)." (HR.
Bukhari)
5. Membaca surah setelah Al Fatihah.
 Membaca surah setelah Al Fatihah pada rakaat pertama dan kedua adapun
pada rakaat ketiga dan keempat hanya membaca Al Fatihah saja.
 Bacaan pada rakat pertama lebih panjang dari pada bacaan pada rakaat
kedua.

Dari Abdullah bin Abi Qatadah dari bapaknya, dia berkata : "adalah Nabi  membaca pada dua
rakaat yang pertama dari shalat zhuhur surat Al Fatihah dan dua surat yang dipanjangkannya pada
rakaat yang pertama dan dipendekkannya pada rakaat yang kedua, dan kadang-kadang beliau
memperdengarkan ayat yang dibacanya, dan adalah beliau membaca pada shalat ashar surat Al
Fatihah dan dua surat dan beliau memenjangkan pada rakaat pertama dan adalah beliau
memanjangkan (bacan) pada rakaat pertama pertama shalat subuh dan memendekkan pada rakaat
yang kedua." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abdullah bin Abi Qatadah dari bapaknya bahwasanbya Nabi membaca pada dua rakaat
yang pertama dari shalat zhuhur dan ashar Al Fatihah dan surat, dan kadang-kadang beliau
memperdengarkannya kepada kami, dan beliau membaca Al Fatihah pada dua rakaat yang
terakhir." (HR. Muslim)
6. Ruku’
 Bertakbir ketika akan ruku’ (H.4) sambil mengangkat kedua tangan seperti
saat takbiratul ihram (H.1 & H.2).
(H.4)

50 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

Dari Abi Humaid  dia berkata : "Aku yang paling tahu diantara kalian tentang shalatnya Rasulullah
 , sesungguhnya Rasulullah  berdiri lalu bertakbir dan mengangkat kedua tangannya, kemudian
beliau mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir untuk ruku', kemudian beliau ruku' dan
meletakkan kedua tangannya pada kedua lututnya seakan-akan beliau menggenggam keduanya dan
beliau melengkungkan kedua tangannya dan menjauhkan keduanya dari kedua sisi badannya dan
belaiu tidak mengangkat kepalanya dan tidak pula menundukkannya." (HR. Abu Daud dan
disahihkan oleh Al Albani)
 Meletakkan dan menggenggamkan kedua telapak tangan di kedua lutut
(H.4) dengan merenggangkan jari-jari tangan (H.5, H.6) serta manjauhkan
kedua siku dari sisi-sisi badan (H.4).
(H.5)

Dari Wail bin Hujr  bahwasanya Nabi  apabila ruku' beliau menjarangkan antara jari-
jari(tangan)nya dan apabila beliau sujud beliau merapatkan jari-jari(tangan)nya." (HR. Hakim dan
Ibnu Majah dan disahihkan oleh Al Albani)
 Meratakan pungung.

Dari Wabishah bin Ma'bad  dia berkata : "Saya melihat Rasulullah shalat, maka apabila beliau
ruku' beliau meratakan punggungnya sehingga apabila dituangkan di atasnya air sungguh air itu
akan tinggal." (HR. Ibnu Majah dan disahihkan oleh Al Albani).
 Tidak mengangkat kepala dan tidak pula menundukkannya (H.4).
 Tuma’ninah, yaitu berdiam dengan tenang pada satu posisi sebelum
berpindah kepada posisi berikutnya (H.6)
(H.6)

Dari Abdullah bin Umar bahwasanya Rasulullah  bersabda : "Apabila engkau ruku' maka
letakkanlah kedua telapak tanganmu di atas kedua lututmu kemudian jarangkanlah antara jari-
jarimu kemudian tinggallah sampai semua anggota tubuh mengambil tempatnya." (HR. Ibnu Hibban
dan disahihkan oleh Al Albani)
 Membaca doa ruku’. Beberapa contoh doa ruku’ :

Artinya : “Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung” (dibaca 3X). (HR. Abu Daud dan dishahihkan Al
Albani)

Artinya : “Yang Maha Suci (dari segala keburukan) Yang Maha Suci (dari segala yang kotor)
Tuhannya para malaikat dan Tuhannya Ar Ruh (malaikat Jibril).” (HR. Muslim)

Artinya : “Maha Suci Engkau Ya Allah Tuhan kami dan dengan PujiMu Ya Allah ampunilah aku.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
 Boleh membaca tasbih lebih dari 3X.
(H.7)

Dari Hudzaifah  dia berkata : “Aku pernah shalat bersama Nabi  pada suatu malam maka
beliau membuka dengan surah Al Baqarah maka aku berkata beliau akan ruku’ pada ayat ke 100,
ternyata beliau melanjutkan, maka aku berkata beliau akan menyelesaikan Al Baqarah dalam satu

51 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

rakaat lalu beliau melanjutkan ( bacaan beliau) maka aku berkata beliau akan ruku’ (pada akhir Al
Baqarah), kemudian beliau membaca surah An Nisa kemudian beliau membaca surah Ali Imran
maka beliau membacanya dengan perlahan, apabila beliau melewati ayat yang di dalamnya tasbih
beliau bertasbih dan apabila beliau melewati ayat permintaan beliau meminta dan apabila beliau
melewati ayat ta’awwudz beliau meminta perlindungan, kemudian beliau ruku’ dan membaca
subhana rabbiyal ‘azhim, maka adalah ruku’nya seperti panjamgnya berdirinya, keudian beliau
membaca sami’allahu liman hamidah lalu beliau berdiri panjang seperti panjangnya ruku’nya,
kemudian beliau sujud dan membaca subhana rabbiyal a’la maka adalah sujudnya seperti
panjangnya berdirinya.” (HR. Muslim)
7. Bangkit dari ruku’ (i’tidal)
 Mengangkat kedua tangan seperti saat takbiratul ihram (H.1, H.2) sambil
mengucapkan sami’allahu liman hamidah bagi imam dan orang yang shalat
sendiri, adapun ma’mum maka cukup mengucapkan rabbana wa lakal hamdu
jika imam membaca sami’allahu liman hamidah.

Dari Anas bin Malik  bahwasanya Rasulullah  bersabda : "Sesungguhnya dijadikan imam untuk
diikuti, maka apabila dia shalat berdiri maka shalatlah kalian dengan berdiri dan apabila dia ruku'
maka ruku'lah kalian, dan apabila dia bangkit maka bangkitlah kalian dan apabila dia mengucapkan
sami'allahu liman hamidah ucapkanlah rabbana wa lakalhamdu, dan apabila dia shalat berdiri maka
shalatlah kalian dengan berdiri dan apabila dia shalat duduk maka shalatlah kalian semua sambil
duduk." (HR. Bukhari dan Muslim)
 Terdapat ikhtilaf diantara para ulama tentang posisi tangan saat berdiri
i’tidal apakah diletakkan di atas dada (H.9 & H.10) atau digantungkan ke
bawah (H.8). Pendapat yang rajih dalam masalah ini adalah disunnahkan
meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada (bersedekap) pada
saat berdiri i’tidal.
(H.8)

Dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi  masuk ke dalam masjid lalu masuk pula seorang laki-
laki dan melaksanakan shalat, kemudian dia datang memberi salam pada Nabi maka Nabi 
menjawab salamnya dan berkata : "Ulangi shalatmu karena sesungguhnya kamu belum shalat,"
kemudian orang itu datang lagi dan memberi salam kepada Nabi  maka beliau berkata : "Ulangi
shalatmu karena sesungguhnya kamu belum shalat," tiga kali, maka orang itu berkata : "Demi Yang
Mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak tahu selain dari itu maka ajarkanlah aku." Beliau berkata :
"Apabila engkau berdiri untuk shalat maka bertakbirlah kemudian bacalah apa yang mudah bagimu
dari Al Qur-an kemudian ruku'lah sampai engkau tenang dalam keadaan ruku' kemudian
bangkitlah hingga engkau tegak lurus berdiri kemudian sujudlah hingga engkau tenang dalam
keadaan sujud kemudian bangkitlah hingga engkau tenang dalam keadaan duduk kemudian
sujudlah hingga engkau tenang dalam keadaan sujud kemudian lakukanlah yang seperti itu dalam
seluruh shalatmu." (HR. Bukhari dan Muslim)
(H.9)

Dari Wail bin Hujr dia berkata : "Saya melihat Rasulullah apabila beliau berdiri di dalam
shalat beliau menggenggamkan tangan kanannya atas tangan kirinya." (HR. Nasa-i dan disahihkan
oleh Al Albani)
(H.10)

52 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

Dari Wail bin Hujr dia berkata : "Saya pernah shalat di belakang Rasulullah  maka beliau
bertakbir ketika masuk (ke dalam shalat) dan mengangkat kedua tangannya, dan ketika akan ruku'
beliau mengangkat kedua tangannya, dan ketika beliau mengangkat kepalanya dari ruku' beliau
mengangkat kedua tangannya dan meletakkan kedua telapak tangannya." (HR. Ahmad dengan
sanad yang sahih)
 Membaca doa i’tidal. Beberapa contoh doa i’tidal :

“Ya Tuhan kami, bagiMu segala puji.” (HR. Bukhari dan Muslim )

“Ya Tuhan kami dan bagiMu segala puji.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Ya Allah Tuhan kami, bagiMu segala puji.” (HR. Bukhari)

“Ya Allah Tuhan kami, bagiMu segala puji sepenuh langit dan sepenuh bumi dan sepenuh apa yang
Engkau kehendaki dari sesuatu.” (HR. Muslim)

“Ya Tuhan kami dan bagiMu segala puji, pujian yang banyak yang baik yang berberkah padanya. ”
(HR. Bukhari)
8. Sujud
 Terdapat ikhtilaf diantara para ulama tentang cara menyungkur sujud
setelah berdiri i’tidal, antara mendahulukan kedua tangan sebelum kedua
lutut atau sebaliknya. Pendapat yang rajih dalam masalah ini adalah
mendahulukan kedua tangan sebelum kedua lutut.

Dari Abu Hurairah  dia berkata : Bersabda Rasulullah : "Apabila salah seorang dari kalian
sujud maka janganlah dia turun seperti turunnya unta, hendaklah dia meletakkan kedua tangannya
sebelum kedua lututnya." (HR. Abu Dawud dan disahihkan oleh Al Albani)
 Bersujud di atas tujuh tulang.

Dari Ibnu Abbas  dia berkata : Bersabda Nabi  : Aku diperintahkan untuk sujud di atas tujuh
tulang ; atas jidat – sambil beliau menunjuk dengan tangannya ke hidungnya – dan kedua tangan
dan kedua lutut dan atas ujung-ujung kedua kaki dan agar kita tidak mengumpulkan (menggulung)
pakaian dan rambut." (HR. Bukhari dan Muslim)
 Meletakkan kedua telapak tangan di atas tanah sejajar dengan kedua bahu
(H.11 & H.12).
(H.11)

Dari Al Bara'  dia berkata : Bersabda Rasulullah  : "Apabila engkau sujud maka letakkanklah
kedua tanganmu dan angkatlah kedua sikumu." (HR. Muslim)
(H.12)

Dari Abu Humaid As Sa'idiy  bahwasanya Nabi apabila beliau sujud beliau meletakkan
hidungnya dan jidatnya di tanah dan menjauhkan kedua tangannya dan kedua lambungnya dan
meletakkan kedua tapak tangannya sejajar dengan kedua bahunya. (HR. Tirmidzi dan disahihkan
oleh Al Albani)

53 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

 Mengangkat kedua siku (tidak merapatkan kedua siku di tanah) (H.11) dan
manjauhkannya dari lambung.

Dari Maimunah radhiyallahu 'anha bahwasanya Nabi  apabila beliau sujud beliau menjauhkan
(antara kedua tangannya) sehingga sekiranya ada anak kambing yang hendak lewat diantara kedua
tangan beliau pasti dia dapat melewatinya. (HR. Muslim dan Abu ‘Uwanah)

Dari Abdullah bin Malik bin Buhainah bahwasanya Nabi  apabila beliau shalat beliau
menjarangkan antara kedua tangannya hingga terlihat ketiak beliau. (HR. Bukhari dan Muslim)
 Merapatkan jari-jari tangan (H.5) dan menghadapkannya ke kiblat.

Dari Al Bara’ bin ‘Azib dia berkata : “Adalah Rasulullah apabila beliau sujud beliau
meletakkan kedua tangannya di tanah dengan menghadapkan kedua tangan beliau dan jari-jari
beliau ke kiblat.” (HR. Baihaqi dan dishahihkan oleh Al Albani)
 Merapatkan sisi dalam kedua telapak kaki dan menghadapkan jari-jarinya
ke kiblat (H .13 & H.14).
(H.13)

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha dia berkata : Saya kehilangan Rasulullah  padahal beliau tadinya
bersamaku di atas tempat tidurku, maka aku mendapatkannya sedang sujud dengan merapatkan
kedua kakinya dan menghadapkan ujung jari-jari kaki beliau ke kiblat, maka aku mendengar beliau
mengucapkan : "Aku berlindung dengan keridhoanMu dari kemurkaanMu dan (aku berlindung)
dengan maafMu dari hukumanMu." (HR. Baihaqi dan disahihkan oleh Al Albani)
(H.14)

Dari Abu Humaid As Sa'ididia berkata : Aku yang paling hafal diantara kalian shalatnya
Rasulullah , aku melihat beliau apabila bertakbir beliau menjadikan kedua tangannya sejajar
dengan kedua bahunya dan apabila beliau ruku' beliau mengokohkan kedua tangannya pada kedua
lututnya, kemudian beliau meratakan punggung beliau, maka apabila beliau mengangkat kepalanya
beliau sempurnakan (berdiri) sampai semua ruas tulang punggung kembali ke tempatnya, maka
apabila beliau sujud beliau meletakkan kedua tangannya dengan tidak merapatkan sikunya ke tanah
dan tidak pula mengumpulkannya (merapatkannya ke badannya) dan beliau menghadapkan ujung-
ujung jari kaki beliau ke kiblat , maka apabila beliau duduk pada dua rakaat beliau duduk di atas
kakinya yang kiri dan menegakkan yang kanan dan apabila beliau duduk pada rakaat yang terakhir
beliau majukan kakinya yang kiri dan menegakkan yang lain (kanan) dan beliau duduk di atas
pantatnya." (HR. Bukhari)
 Tuma’ninah dalam sujud (H.8).
 Membaca doa sujud. Beberapa contoh doa sujud :

Artinya : “Maha Suci Tuhan kami Yang Maha Tinggi.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al
Albani)

Artinya : “Yang Maha Suci (dari segala keburukan) Yang Maha Suci (dari segala yang kotor) Tuhannya para
malaikat dan Tuhannya Ar Ruh (malaikat Jibril).” (HR. Muslim)

54 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

Artinya : “Maha Suci Engkau Ya Allah Tuhan kami dan dengan PujiMu Ya Allah ampunilah aku.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
 Boleh membaca tasbih lebih dari tiga kali (H.7).
9. Duduk diantara dua sujud
 Duduk iftirasy yaitu menduduki telapak kaki kiri dan menegakkan telapak
kaki yang kanan (H.14 & H.15).
(H.15)

Dari Aisyah radiyallahu 'anha dia berkata : Adalah Rasulullah membuka shalat dengan takbir
dan (membuka) bacaan dengan alhamdulillahi rabbil'alamin, dan apabila beliau ruku' beliau tidak
mengangkat kepalanya dan tidak pula menundukkannya akan tetapi antara keduanya, dan apabila
beliau mengangkat kepalanya dari ruku' beliau tidak sujud sampai beliau sempurna berdiri dan
apabila beliau mengangkat kepalanya dari sujud beliau tidak sujud (kembali) sampai beliau duduk
sempurna , dan beliau membaca pada setiap dua rakaat attahiyyah, dan adalah beliau menduduki
kakinya yang kiri dan menegakkan yang kanan dan beliau melarang dari duduk uqbatusy syaithan
dan beliau melarang seseorang merapatkan tangannya ke tanah seperti binatang buas, dan adalah
beliau menutup shalatnya dengan salam . (HR. Bukhari)
 Boleh juga dengan cara menegakkan kedua telapak kaki dan
merapatkannya lalu duduk di atas tumit.

Dari Abu Az Zubair bahwasanya dia mendengar Thawus berkata : Kami bertanya kepada Ibnu
Abbas tentang duduk iq'aa di atas kedua kaki (menegakkan kedua kaki lalu duduk di atas
kedua tumit) maka dia berkata: "Dia itu sunnah." (HR. Muslim)
 Dilarang duduk uqbatusy syaithan, dan bentuknya ada dua:
 Merapatkan punggung telapak kaki ke lantai dan menduduki kedua
tumit.
 Menegakkan kedua telapak kaki dan duduk diantara keduanya di atas
tanah dan meletakkan kedua tangannya di tanah.
 Meletakkan tangan kanan di atas paha kanan atau lutut kanan dan tangan
kiri di atas paha kiri atau lutut kiri.

Dari Ali bin Abdurrahman Al Mu'awi dia berkata : Abdullah bin Umar melihatku sementara aku
mempermainkan kerikil dalam shalat, maka tatkala dia telah selesai dia melarangku dan berkata :
"Lakukanlah seperti apa yang dilakukan oleh Rasulullah ," maka aku bertanya : "Bagaimana yang
dilakukan oleh Rasulullah  ?" Dia berkata : "Adalah beliau apabila beliau duduk dalam shalat
beliau meletakkan tangan kanannya di atas paha kanannya dan beliau menggenggam jari-jari beliau
semuanya dan berisyarat dengan jari setelah ibu jari (yaitu jari telunjuk) dan beliau meletakkan
tangan kiri beliau di atas paha kiri beliau." (HR. Muslim)

Dari Abu Humaid  dia berkata : "Aku yang paling tahu diantara kalian tentang shalatnya
Rasulullah  , sesungguhnya Rasulullah  duduk untuk tasyahhud maka beliau duduk di atas kaki
kirinya dan menghadapkan punggung telapak kaki kanannya ke kiblat dan meletakkan tangan
kanannya di atas lututnya yang kanan dan tangan kirinya di atas lututnya yang kiri dan beliau

55 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

berisyarat dengan jari telunjuknya." (HR. Tirmidzi dan disahihkan oleh Al Albani)
 Membaca doa duduk diantara dua sujud. Beberapa contoh doa duduk
diantara dua sujud :

“Ya Allah ampunilah aku dan rahmatilah aku dan selamatkanlah aku (dari kecelakaan dunia dan
akhirat / dari penyakit lahir dan batin) dan tunjukilah aku dan berikanlah rezki kepadaku.” (HR.
Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani)

“Ya Allah ampunilah aku dan rahmatilah aku dan cukupkanlah aku dari kefakiranku dan tunjukilah
aku dan berilah rezki kepadaku.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani)

“Tuhanku, ampunilah aku dan rahmatilah aku dan cukupkanlah aku dari kefakiranku dan berilah
rezki kepadaku dan angkatlah (derajat)ku.” (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al Albani)

“Tuhanku, ampunilah aku. Tuhanku, ampunilah aku.”(HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al
Albani). Doa ini dapat dibaca berulang-berulang.
10. Bangkit dari sujud
 Bangkit dari sujud sambil bertakbir (H.16).
(H.16)

Dari Ayyub dari Abu Qilabah dia berkata : "Datang kepada kami Malik bin Al Huwairits lalu beliau
mengimami kami di mesjid kami ini lalu dia berkata : "Sesungguhnya aku akan shalat dengan kalian
dan tidaklah aku menginginkan shalat akan tetapi aku ingin memperlihatkan kepada kalian
bagaimana aku melihat Nabi  shalat," berkata Ayyub : "Aku berkata kepada Abu Qilabah :
"Bagaimana shalatnya?" Dia berkata : "Seperti shalatnya syaikh kita ini," maksudnya 'Amr bin
Salamah, berkata Ayyub : "Dan adalah syaikh tersebut menyempurnakan takbir, dan apabila dia
mengangkat kepalanya dari sujud kedua dia duduk dan bertelekan di atas tanah kemudian berdiri,"
(HR. Bukhari)
 Disunnahkan duduk istirahat, yaitu duduk sejenak setelah bangkit dari
sujud sebelum berdiri ke raka’at berikutnya (H.16 & H.17). Dibolehkan
langsung berdiri setelah bangun dari sujud menuju ke rakaat berikutnya.
Sebagaimana atsar Ibnu Mas’ud dari Abdurrahman bin Yazid dia berkata :
saya memperhatikan Abdullah bin Mas’ud dalam shalat maka saya
melihatnya langsung berdiri dan tidak duduk pada rakaat pertama dan
ketiga.” (HR. Thabrani dan Baihaqi dengan sanad yang shahih sebagaimana
yang dikatakan Al Baihaqi dan An Nawawi). Ibnu Abi Syaibah juga
meriwayatkan dari sahabat Ali, Ibnu Mas’ud dan Ibnu Umar – dengan
sanad yang shahih sebagaimana dikatakan Al Albani – bahwa mereka
mereka langsung bangkit dalam shalat dan tidak duduk istirahat

(H.17)

Dari Malik bin Al Huwairits Al Laitsi  bahwasanya dia melihat Rasulullah  shalat, maka apabila
beliau berada pada rakaat ganjil dari shalatnya beliau tidak bangkit sampai beliau duduk sempurna."
(HR. Bukhari)

56 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

 Bertelekan di atas tanah ketika akan berdiri menuju rakaat berikutnya


(H.16) dan disunnahkan dengan cara mengepalkan kedua telapak tangan.

Dari Al Arzaq bin Qais dia berkata : Saya melihat Ibnu Umar bertelekan dengan mengepalkan tangan
dalam shalat apabila dia bangkit, maka aku menanyakan kepadanya lalu dia menjawab : "Saya
melihat Rasulullah  melakukannya." (HR. Abu Ishaq Al Harbi, berkata Al Albani sanadnya baik)
11. Tasyahhud awal
 Duduk tasyahhud awal dengan cara iftirasy yaitu menduduki kaki kiri dan
menegakkan yang kanan (H.14 & H.15).
 Membaca at-tahiyyat.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha dia berkata : ……dan adalah beliau mengucapkan pada setiap dua
rakaat attahiyyah dan adalah beliau duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya."
(HR. Muslim)
Beberapa contoh bacaan tahiyyat :

Artinya : “Segala pengagungan hanya untuk Allah dan (demikian pula) segala doa/shalat dan
perkataan/perbuatan yang baik. Semoga keselamatan atasmu wahai Nabi dan rahmat Allah serta
berkahNya. Semoga keselamatan atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang shaleh. Aku bersaksi
tidak ada ilah selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah hambaNya dan rasulNnya.” (HR.
Bukhari dan Muslim) Seperti di atas, tapi mengganti “assalamu ‘alaika ayyuhannabiy” dengan
“assalamu ‘alannabiy”.

Artinya : “Segala pengagungan, keberkahan, doa, perkataan/perbuatan yang baik hanya untuk
Allah. Semoga keselamatan atasmu wahai Nabi dan rahmat Allah serta berkahNya. Semoga
keselamatan atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang shaleh. Aku bersaksi tidak ada ilah selain
Allah dan bahwasanya Muhammad adalah rasul Allah.” (HR. Muslim)
 Bershalawat kepada Rasulullah . Masalah ini diikhtilafkan para ulama,
sebagian ulama berpendapat disyariatkan shalawat pada tasyahhud awal
dan sebagian memandang tidak disyariatkan. Pendapat yang rajih bahwa
shalawat disunnahkan pada tasyahhud awal. Beberapa contoh shalawat :

(HR. Bukhari dan Muslim)

(HR. Muslim)

(HR. Bukhari)

(HR. Bukhari dan Muslim)

(HR. Muslim)

57 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

 Berisyarat dengan jari telunjuk sejak awal tasyahhud, ada beberapa cara
yang disunnahkan :
 Berisyarat (menunjuk) dengan jari telunjuk dan melipat jari-jari lainnya.

Dari Abdullah bin Umar dia berkata : "Adalah Rasulullah  apabila beliau duduk dalam
shalat beliau meletakkan tangan kanannya di atas paha kanannya dan beliau menggenggam jari-
jari beliau semuanya dan berisyarat dengan jari setelah ibu jari (yaitu jari telunjuk) dan beliau
meletakkan tangan kiri beliau di atas paha kiri beliau." (HR. Muslim)
 Berisyarat dengan telunjuk, mempertemukan ujung jari tengah dengan
ujung ibu jari sehingga membentuk lingkaran dan melipat jari manis
dan jari kelingking.

Dari Wail bin Hujr  ketika menjelaskan cara shalat Nabi  : “…kemudian beliau
menduduki kaki beliau yang kiri dan meletakkan tangan kiri beliu di atas paha kiri beliau dan
siku kanan beliau di atas paha kanan beliau dan beliau menggenggam dua jari beliau dan dan
membentuk lingkaran maka aku melihat beliau berbuat begini,” lalu dia membuat lingkaran
dengan ibu jarinya dan jari tengahnya dan berisyarat dengan telunjuk.” (HR. Abu Daud dan
dishahihkan oleh Al Albani)
 Menggerak-gerakkan telunjuk ketika bertasyahhud.
Dari Wail bin Hujr  ketika menjelaskan cara shalat Rasulullah  dia berkata :

“… kemudian beliau menggenggam dua jari diantara jari jemari beliau dan membuat lingkaran
kemudian beliau mengangkat telunjuk beliau maka aku melihat beliau menggerak-gerakkannya
untuk berdoa dengannya…” (HR. An Nasai dan dishahihkan oleh Al Albani)
12. Tasyahhud akhir
 Duduk tasyahhud akhir dengan cara tawarruk yaitu duduk meletakkan
pantat di atas tanah sambil menyorong kaki kiri agak ke depan di bawah
paha kanan dan menegakkan telapak kaki kanan (H .14).
Terdapat ikhtilaf diantara para ulama untuk shalat yang hanya berjumlah
dua rakaat seperti shalat subuh, shalat jum’at dan kebanyakan shalat-shalat
sunnah apakah duduknya iftirasy ataukah tawarruk. Pendapat yang rajih
dalam masalah ini adalah bahwa duduk tasyahhud akhir untuk shalat-
shalat yang hanya dua rakaat jumlahnya adalah duduk iftirasy.
Sebagaimana disebutkan dalam (H.14) “… maka apabila beliau duduk pada dua rakaat beliau
duduk di atas kakinya yang kiri dan menegakkan yang kanan…”. Juga beberapa hadits yang bersifat
mutlak seperti hadits Aisyah radhiyallahu 'anha dia berkata : ……dan adalah beliau mengucapkan pada
setiap dua rakaat attahiyyah dan adalah beliau duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya."
(HR. Muslim).
 Membaca at-tahiyyat (lihat contoh tahiyyat pada tasyahud awal).
 Bershalawat kepada Rasulullah  (lihat contoh shalawat pada tasyahud
awal).
 Berlindung dari empat perkara setelah bertasyahhud dan bershalawat atas
nabi pada tasyahhud akhir. Sebagian ulama mewajibkan hal ini.

Dari Abu Hurairah  dia berkata: Bersabda Rasulullah  : “Apabila salah seorang dari kalian
selesai dari tasyahhud akhir maka hendaklah dia berlindung kepada Allah dari empat perkara; dari
adzab jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian dan dari kejahatan Dajjal.”
(HR. Muslim)

58 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

 Membaca doa setelah berlindung dari empat perkara.Beberapa contoh doa :

Artinya : “Ya Allah sesungguhnya aku telah menzhalimi diriku sendiri dan tidak ada yang dapat
mengampuni dosa kecuali Engkau maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisiMu dan kasihilah
aku sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Artinya : “Ya Allah ampunilah bagiku apa yang aku dahulukan dan apa yang akhirkan(dari dosa-
dosa, apa yang aku sembunyikan dan apa yang aku nampakkan dan apa yang Engkau sebih
mengetahuinya daripada aku. Engkaulah yang mendahulukan dan Engkaulah yang mengakhirkan,
tidak ada ilah selainMu.” (HR. Muslim)

Artinya : “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu ya Allah, Yang Maha Tunggal, Yang
kepadaNya bergantung segala sesuatu, Yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak
ada sesuatupun yang serupa denganNya, agar Engkau mengampuni dosa-dosaku, sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al
Albani)
13. Salam
 Memalingkan wajah ke kanan kemudian ke kiri hingga kelihatan pipi dari
belakang.
 Lafazh salam ada dua macam :
Mengucapkan “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah” ke kanan dan ke kiri.

Dari Abul Ahwash dan Al Aswad dari Abdullah bahwasanya Nabi  mengucapkan salam ke
kanan dan ke kiri hingga terlihat putihnya pipi beliau : Assalamu 'alaikum wa rahmatullah
Assalamu 'alaikum wa rahmatullah." (HR. Abu Daud dan disahihkan oleh Al Albani)
 Mengucapkan “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh” ke
kanan dan “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah” ke kiri.

Dari Alqamah bin Wail dari bapaknya dia berkata : Saya pernah shalat bersama Nabi, maka
beliau bersalam ke kanan Assalamu 'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh dan ke kiri Assalamu
'alaikum wa rahmatullah. (HR. Abu Daud)

59 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

Mate ri 07

MANHAJ
AHLUSUNNAH
WAL JAMA’AH

Tujuan Materi :
 Agar mutarabbi memahami syumuliah manhaj salaf dan menerapkan manhaj salaf dalam kehidupan
mereka secara syamil.
 Agar mutarabbi memahami bahwa inti perbedaan antara ahlussunnah dan firqah-firqah yang sesat
adalah pada manhaj talaqqinya.
 Agar mutarabbi memahami bahwa manhaj salaf tidak hanya mencakup persoalan aqidah tapi juga
mencakup masalah akhlak, da'wah, jihad dan lain-lain.
 Agar mutarabbi mengetahui bahwa satu-satunya jalan keselamatan adalah dengan mengikuti manhaj
ahlussunnah.

MANHAJ AHLUSUNNAH WAL JAMA’AH


A. Defenisi
1. Manhaj : Jalan yang jelas dan terang
2. Sunnah : Apa yang berada diatasnya Nabi dan para Sahabatnya
3. Jama’ah
 Kaum muslimin apabila mereka bersatu di bawah kepemimpinan seorang
imam syar’i
 Apa yang sesuai dengan kebenaran meskipun engkau hanya sendiri
B. Lahirnya penamaan ini : Golongan sesat
1. Meninggalkan sunnah <> Ahlusunnah
2. Keluar dari kebenaran <> Jama’ah
C. Diantara nama Ahli sunnah
1. Firqatunnajiah
2. Thaifatulmanshura
3. Salafushalih
4. Ahlul Hadits
D. Jalan mengambil ilmu : jalan perbedaan antara ahlusunnah dengan kelompok
sesat
1. Sumber segala ilmu adalah Al Qur’an dan As Sunnah
 Di atas pemahaman salaf
 Menerima sunnah yang shahih (mutawatir/Ahad)
2. Islam adalah agama yang sempurna maka diharamkan berbuat bid’ah
3. Tempat kembali perbedaan adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah
4. Tidak ada yang maksum kecuali Rasulullah Shallahu Alaihi Wasallam
5. Ijma’ salafussaleh adalah hujjah syar’iyyah yang harus diikuti setelahnya
 Ummat secara keseluruhan maksum dari kesalahan
 Masing-masing pribadi tidak maksum
60 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

6. Tidak menentang Al Qur’an dan As Sunnah


 Pendapat : pendapat naqli di atas pendapat akal
 Perasaan
 (Al Kasyaf) Terbukanya tabir
 Mimpi
 Perkataan siapaun dia
E. Kekhususan Ahlusunnah Wal Jama’ah
1. Berpegang teguh terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah
2. Semangat dalam mengikuti sunnah dan meninggalkan bid’ah
3. Mengumpulkan agama ini diatas ilmu dan amal baik secara dhahir maupun
batin
4. Bersifat pertengahan
5. Sebaik-baik manusia bagi manusia
 Lebih mengetahui kebenaran dan paling menyayangi sesama makhluk
 Takut kepada Allah ketika berbicara tentang orang lain
 Sebagian mereka mencintai sebagian yang lain dan memberi udzur pada
sebagian yang lain
 Terkadang mereka berbeda pendapat dan berdiskusi dengan tetap berkasih
sayang diantara mereka
6. Semangat dalam persatuan ummat dan membenci perpecahan
7. Senantiasa menegakkan da’wah, jihad, dan syari’at Allah
8. Punya perhatian terhadap perkara kaum muslimin
9. Istiqamah dan teguh di atas kebenaran
10. Cinta pada salafusshaleh dan mendoakan serta mengikuti jejak mereka

61 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

Mate ri 08

MENGENAL
ALLAH 

Tujuan Materi :
 Agar peserta mengenal Allah dengan pengenalan yang sesungguhnya dan menjadikanNya sebagai
tujuan
 Agar peserta mampu mengimplementasikan tauhid dalam kehidupannya sehari- hari.
 Agar peserta bisa memuliakan Allah sebagaimana mestinya.
 Agar peserta mmengetahui bahwa tauhid tidak akan tegak tanpa meninggalkan syirik.
 Agar peserta mengetahui bahaya dari syirik.
 Agar peserta mengenal jenis dan bentuk-bentuk syirik.
 Agar peserta mampu menjauhi segala jenis kesyirikan.

A. AL USHUL ATS TSALATSAH


1. Ma'rifatullah
2. Ma'rifaturrasul
3. Ma'rifatu dinil islam.

B. URGENSI MA'RIFAT AL USHUL ATS TSALATSAH


1. Pertanyaan malaikat dalam kubur
2. Keutamaan ridhah dengannya

C. MA’RIFATULLAH
1. Urgensi pembahasan ini:
 Prinsip aqidah yang paling penting.
 Diatasnya Islam itu eksis.
 Inti ajaran Al qur'an:
a. Pengenalan terhadap Allah.
b. Konsewensi terhadap iman kepada-Nya.
c. Balasan terhadap iman dan kufur kepadaNya.
2. Jalan mengenal Allah:
 Ayat-ayat: 3:190, 2:164.
a. Al qur'an. 2:2, 10:37
b. Alam semesta. 34:46, 7:54, 36:38, 41:37.
c. Mu'jizat. 26:67
 Akal. 52:35, 7:185, 4:82.
 Fithrah. 7:172, 177..
Jalan ini adalah jalan yang benar yang akan mengantarkan kepada
hidayah

62 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

3. Iman kepada Allah:


 Iman kepada wujudNya.
 Tauhidullah.
4. Buah dari iman kepada Allah:
 Pengejawantahan Tauhid dan tidak tergantung kepada selain Allah. 1:1-5
 Kesempurnaan cinta dan pengagungan kepada Allah. 2:165,3:31.29:24 9:24
 Pelaksanaan ibadah kepada Allah, dengan melaksanakan perintah-Nya
 Dan menjauhi larangan-Nya. 2:285, 4:14, 33:36

D. TAUHIDULLAH
1. Defenisi tauhid:
 Secara bahasa (etimologi): Membuat sesuatu jadi satu.
 Secara ishtilah (terminologi): MengEsakan Allah dalam RububiyahNya,
UluhiyahNya serta Asma' dan SifatNya.
2. Tauhid Rububiyah: 1:1, 7:52.
 Secara bahasa (etimologi):
a. Pembinaan dan peningkatan
b. Pemeliharaan 55:17
c. Mengarahkan/memimpin
d. Memiliki 1:2, 9:129
 Secara ishtilah (terminologi):
Mengesakan Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya. 21:92
 Cakupan tauhid Rububiyah:
a. Iman terhadap wujud Allah. 7:143, 25:21
b. Mengiqrarkan bahwasanya Allah:
 Pencipta segala sesuatu. 39:62,
 Pemilik segala sesuatu. 114:2, 3:26-27,
 Maha pemberi rezki. 11:6
 Yang menghidupkan 22:6
 Yang mematikan 7:158
 Yang memberi manfaat 10:106
 Yang memberi mudhart 5:76
 Yang mengabulkan do'a 13:14
 Yang maha berkuasa 36:81, 6:18
 Ditangan-Nya segala urusan 3:109, 10:31,
 Yang mengatur. 10:3,31, 13:2, 32:5
3. Tauhid Uluhiyah:
 Ma'na Ilah secara bahasa (etimologi):
a. Merasa tenang padanya. 48:4,26
b. Berlindung kepadanya. 72:22, 23:
c. Sangat rindu kepadanya.
d. Sangat mencintainya. 2:165, 5:54
e. Penyembahan
 Ma'na tauhid uluhiyah secara ishtilah (terminologi):
Meng Esakan Allah dalam ibadah (MengEsakan Allah pada perbuatan-
Perbuatan hamba)

63 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

Diantara ibadah (perbuatan hamba) yang hanya diperuntukkan kepada


Allah semata dan tidak boleh dipalingkan kepada selain-Nya:
a. Islam 2:112, 3:83,102
b. Iman 4:136
c. Ihsan 2:207, 16:30, 53:31
d. Do'a. 72:18, 23:117, 40:60.
e. Takut. 3:175.
f. Pengharapan. 18:110.
g. Tawakkal. 5:23, 65:3.
h. Raghbah 3:143
i. Rahbah. 21:90.
j. Inabah (kembali). 39:54.
k. Isti'anah (minta pertolongan). 1:3.
l. Isti'azah (minta perlindungan). 113:1 114:1.
m. Menyembelih 6:162-163
n. Nazar. 76:7.
o. Dll.
4. Tauhid Asma' wa Sifat: 7:180, 17:110, 20:8, 59:24.
 Al itsbat (menetapkan) :
a. Menetapkan nama dan sifat yang ditetapkan oleh Allah dalam Al
Qur'an.
b. Menetapkan nama dan sifat yang ditetapkan oleh Rasulullah dalam
Hadits.
 An nafy (meniadakan): 12:40
a. Menafikan nama dan sifat yang dinafikan oleh Allah dalam Al Qur'an.
b. Menafikan nama dan sifat yang dinafikan oleh Rasulullah dalam
hadits.
 Pembahasan tentang Sifat Allah jauh lebih luas dari pembahasan
tentangNama-nama-Nya, karenanya setiap Nama menunjukkan Sifat dan
tidak setiap Sifat menunjukkan satu Nama
 Beberapa contoh Ayat-ayat sifat:
a. Ayat kursi:
ُ ‫هللاُ اال إلاها إ هال هُ او ْال اح ُّي ْالقايُّو ُم اال تاأْ ُخ ُذهُ سناةٌ او اال ناوْ ٌم لاهُ اما في ال هس اما اوات او اماا فاي ا ْْلارْ ض ام ْان اَا الهاذي يا ْفاُا‬ ‫ه‬
ُ‫ع ْن ا اههُ إ هال بذ َْنااه يا ْم ا ا ُم امااا با ا ْينا ْا ْيااهيه ْم او امااا خا ُْاهُا ْم او اال يُحي ُااونا ب اف ا ْي ٍء ما ْان ع ْمااه إ هال ب امااا اوااا اء اوس ا ا ُ رْ س ايُّه‬
[222/‫ض او اال يائُو ُدهُ ح ُْظُهُ اما اوه اُو ْال ام ُّي ْال امظي ُم [البقرة‬ ‫ال هس اما اوات او ْاْلارْ ا‬

b. Akhir Surah Al Hasyr:


ُ ‫هللاُ الهاذي اال إلااها إ هال هُا او ْال ام ا‬
‫) ه اُو ه‬22( ‫هللاُ الهذي اال إلاها إ هال هُ او عاال ُم ْال اغيْب اوال هفهااداة هُ او الرهحْ امنُ الرهحي ُم‬ ‫ه اُو ه‬
ُ ‫هللاُ ْال ااااال‬ ‫ْالقُا ُّهو ُ ال هس ا ا ُم ْال ُم ا ْ منُ ْال ُمها ايْمنُ ْال امْي ا ُْ ْال اجبهااا ُر ْال ُمْا اَبَا ُر ُس اب اْحانا ه‬
‫) هُا ااو ه‬23( ‫هللا اع همااا يُ ْفاار ُ ونا‬
)24( ‫ْالباااار ُ ْال ُم ا ا َو ُر لا اهُ ْاْلا ْس ا اما ُء ْال ُح ْس اناب يُ اس ابَ ُم لا اهُ امااا فااي ال هس ا اما اوات او ْاْلارْ ض اوهُ ا او ْال امْي ا ُْ ْال احَااي ُم‬
[24-22/‫[الحفر‬

c. Surah Asy Syurah ayat 11:


[11/‫) [الفورى‬11( ‫اي ٌء اوهُ او السهمي ُ ْالبا ي ُر‬
ْ ‫ْس ا م ْث ه و‬
‫لاي ا‬

64 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

E. SYIRIK LAWAN DARI TAUHID


1. Defenisi syirik:
a. Secara bahasa: lawan dari tunggal
b. Secara ishtilah: Mengambil tandingan selain Allah yang dipersamakan
Dalam Rububiyah-Nya, Uluhiyah-Nya dan Asma' wa Sifat-Nya. 46:4
2. Balasan orang yang syirik:
a. Tidak diampuni oleh Allah. 4:48.
b. Keluar dari Agama. (harta dan darahnya halal). 9:5.
c. Tidak diterima amalnya. 39:65, 25:23.
d. Tidak boleh menikahi orang musyrik. 2:221.
e. Jika orang musyrik mati:
 Tidak dimandikan.
 Tidak dikafani.
 Tidak dishalati
 Tidak dikuburkan bersama kaum muslimin
f. Tidak mewarisi dan diwarisi
g. Orang musyrik kekal dalam neraka. 5:72.
3. Pembagian syirik:
a. Syirik kecil:
 Tidak mengeluarkan dari Agama.
 Pelakunya tidak kekal dalam neraka.
 Tidak menghapuskan semua amalan
 Harta dan darahnya tidak halal
 Diantara syirik kecil dalam bentuk ucapan:
 Bersumpah selain Allah,
 Ucapan "apa yang Allah kehendaki dan yang anda kehendaki"
 Ucapan: "Seandainya bukan karena Allah dan fulan"
 Diantara syirik kecil dalam bentuk perbuatan:
 Memakai gelang dan yang semisalnya untuk menghiangkan atau
Menolak bala'.
 Menggantung jimat-jimat,
 Hal ini jika diyakini sebagai sebab Allah akan menghilangan atau
 Menolak bala' seseorang.
b. Syirik besar:
 Mengeluarkan dari Agama.
 Pelakunya kekal dalam neraka 2:217
 Menghapuskan semua amalan 47:32
 Harta dan darahnya halal.4:91
 Diantara contoh syirik besar adalah:
 Syirik ketaatan.
 Syirik tawakkal.
 Syirik do'a
 Syirik mahabbah.
 Syirik takut.

65 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

MARAJI':
1. Syarh Al ushul Ats tsalatsah/ Syekh Al 'utsaimin.
2. Empat istilah dalam Qur'an/ Al maududi
3. Tashil Al aqidah/Syekh Al jibrin.
4. Kitab tauhid/ Syekh Saleh Al fauzan.
5. Al aqidah fillah/ Dr. Sulaiman Al asyqar
6. Aqidah Al mu'min/ Abu Bakar Al jazairy.
7. Syarh ushul Al iman/ Syekh Al 'utsaimin
8. Al iryad ila tashih Al 'itiqad./ Syekh Saleh Al fauzan.

66 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

Mate ri 09

MENGENAL
RASULULLAH 

Tujuan Materi :
 Agar peserta bersyukur kepada Allah atas karunianya dalam bentuk mengutu RasulNya untuk
membimbing manusia kejalan yang benar.
 Agar tertanam kecintaan kepada Rasul dalam diri para pesrta tarbiyah
 Agar peserta menjadikan Rasul sebagai teladan dan panutannya.

MENGENAL RASULULLAH 
1. Pengenalan terhadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
Beliau adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdilmuththalib bin Hisyam.

2. Kebutuhan manusia kepada Rasul:


a. Manusia terdiri dari:
 Jasad. = Membutuhkan makanan dan pakaian. 7:26, 5:96
 Akal, = Membutuhkan ilmu dan pengetahuan. 20:114
 Roh, = Membutuhkan hidayah.Dan diutusnya Rasul dalam rangka
b. Menjelaskan kepada manusia akan kebenaran dan memberi
c. Petunjuk kepada mereka. 16:36, 9:33, 61:9, 48:28

3. Bukti-bukti tentang kenabian Raulullah SAW:


a. Dengan sifat-sifat yang prinsip:
 Jujur:
 Kesaksian musuh. 6:33.
 Kesaksian para sahabat
 Kesaksian realita:
 Dalam janji-janjinya.
 Dalam pembicaraannya. 53:3-4.
 Dalam berguraunya.
 Amanah:
 Dalam ucapan dan perbuatannya. 5:67, 69:44-47
 Dalam hukum dan peradilannya. 4:58
 Dalam penyampaian dan tablignya. 7:62,68 16:82
 Tabligh yang utuh, mis:
 Mengumpulkan orang. 12:108
 Mendatangi komunitas manusia
 Keluar untuk menyampaikan 5:67

67 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

 Melimpahkan kepada setiap muslim untuk berdakwah 42:15, 16:125,


22:67, 46:29
 Menugaskan para sahabat untuk ta'lim 9:122
 Mengutus para da'I dan mengirim surat.
 Fathanah:
 Lembut perasaan. 68:4, 9:114
 Jernih pikiran.
 Tajam Dalam pemahaman dan jenius 53:2-6.
 Tanggap
b. Dengan mu'jizat:
 Mahsus (terlihat), mis:
 Terbelahnya bulan.
 Isa' Mi'raj.
 Keluarnya air dari jemarinya.
 Dll.
 Mahsus dan ma'nawy, = Al qur'an. 29:50-51, 11:13, 2:23-24.
c. Dengan persaksian kitab-kitab terdahulu. 61:6, 5:82-85, 5:19, 26:197, 4:170,
2:146.

4. Fungsi Rasul:
a. Memberi petunjuk manusia untuk mengenal khalik dan mentauhidkan-
Nya.7:59, 65, 72, 85, 21:25.
b. Memperkenalkan kepada manusia manhaj hidup. 16:44, 64, 3:164.
c. Mentarbiyah:
 Teladan. 68:4.
 Sabar dan lapang dada. 3:159, 18:28.
 Senantiasa mengingatkan Allah. 51:55.
 Berinteraksi dengan orang lain.
 Mengenali tabiat jiwa untuk diarahkan.17:84, 6:126
d. Mashdar (sumber) syari'at:
 Menetapkan yang halal dan yang haram. 7:156, 59:7.
 Untuk menjelaskan Al qur'an. 16:44.
 Menjelaskan cara beribadah, 59:7, :
1. Ibadah mahdhah 2:239
2. Ibadah gairi mahdhah 6:135
e. Menegakkan Ad dien, baik di periode Makkah maupun di Madinah. 9:33,
48:28, 61:8.

5. Kewajiban terhadap Rasul:


a. Berman kepadanya. 61:11..
b. Membenarkan berita yang disampaikan. 39:33.
c. Mentaati perintahnya. 24:51, 5:7, 4:115.
d. Menjauhi larangannya. 59:7.
e. Mencintainya. 9:23-24.
f. Memuliakannya. 48:7.
g. Membelanya. 9:40, 61:14.

68 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

h. Mencintai orang yang dicintainya. 48:29,


 Ahlul bait
 Sahabat
 Orang beriman
i. Menghidupkan sunnahnya. 3:130.
j. Memperbanyak selawat atasnya. 33:56.
k. Mengikuti manhajnya. 3:31.

MARAJI':
1. Aqidah Al mu;min / Abu Bakar Al jazairy.
2. Muqarrar ilmu tauhid / wizaratul ma'arif
3. Ar rusul wa Ar risalat / Dr. Sulaiman Al asyqar.
4. Ar rasul / Dr. Sa'id Hawwa

69 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

Mate ri 10

MENGENAL
DINUL ISLAM

Tujuan Materi :
 Agar peserta memahimi ma'na dien yang sebenarnya
 Agar peserta mengenal kesempurnaan dan keluasan Islam
 Agar peserta ridha menjadikan Islam sebagai manhaj hidupnuya
 Agar peserta menjauhkan diri dari perkara yang bisa membatalkan keislamannya

MENGENAL DIENUL ISLAM


1. Ma'na Ad-dien:
 Kekuasaan dan kekuatan
 Hukum dan perintah
 Ketaatan dan pengabdian
 Undang-undang dan tradisi (budaya)
 Jalan hidup dan millah (agama)
 Balasan dan perhitungan.
2. Ma'na Islam:
 Diantara ma'nanya secara lafziyah:
1. Penyerahan wajah
2. Penyerahan diri
3. Keselamatan
4. Kedamaian
 Ma'na secara ishthilah (terminologi):
Penyerahan diri kepada Allah dengan tauhid dan kepatuhan kepadanNya
dengan taat serta berlepas diri dari syirik dan pelakunya.
3. Ma'na dien Al Islam:
 Ma'na 'aam (umum):
Beribadah kepada Allah sesuai dengan yang disyariatkan sejak Allah
Mengutus para Rasul sampai hari kiamat.
 Ma'na khash (khusus):
Aturan umum dan undang-undang yang sempurna untuk urusan hidup
Serta manhaj etika bagi manusia yang dibawah oleh Rasulullah SAW. Dari
Raabnya dan diperintahkan untuk disampaikan kepada umat manusia
Dimana orang yang mengikutinya mendapat pahala, sedang yang
Menyelisihinya mendapat sangsi.
4. Karasteristik Islam:
 Rabbaniyah (dari sisi Allah):
1. Bersih dari kekurangan
2. Bersih dari kebodohan
70 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

3. Bersih dari hawa nafsu


4. Bersih dari kezaliman
 Syumuliyah (universal):
a. Aqidah:
1. Syahadatain
2. Rukun Iman
b. Ibadah:
1. Fardhu
2. Nawafil (sunnat-sunnat)
c. Muamalah:
1. Akhlak dan adab
2. Hukum-hukum prifasi
3. Ekonomi
4. Politik
5. Hubungan internasional
6. Memerangi kriminal
d. Umum :
1. Berlaku sepanjang zaman.
2. Berlaku disetiap tempat
3. Untuk semua kalangan manusia.
Dan diturunkan untuk mejaga prinsip yang lima:
 Menjaga Ad dien
 Menjaga jiwa
 Menjaga akal
 Menjaga keturunan
 Menjaga harta
e. Balasan:
1. Didunia.
2. Diakhirat
f. Idealis dan realistis
g. Pertengahan.
h. Fithrah.
i. Rahmat dan mudah

PEMBATAL-PEMBATAL ISLAM:
1. Syirik dalam beribadah kepada Allah. 4:48, 5:72.
2. Orang yang menjadikan antara dia dan Allah perantara-perantara, ia berdo'a
kepadanya,meminta syafaat serta berawakkal kepadanya. Oang seperti ini kafir
secara ijma'. 39:3
3. Orang yang tidak mau mengkafirkan orang-orang musyrik, atau ragu terhadap
kekufuran mereka , atau membenarkan ideologi mereka.Dia itu kafir. 11:109,
5:50
4. Orang yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi lebih sempurna dari petujuk
beliau, atau hukum yang lain lebih baik dari hukum beliau. Seperti orang-orang
yang mengutamakan hukum para Thagut di atas hukum Rasululah,
mengutamakan hukum atau perundang-undangan mausia di atas hukumIslam,
maka dia kafir. 5:44,45,47.

71 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

5. Siapa yang membenci sesuatu dari ajaran yang dibawa oleh Rasulullah
sekalipun ia mengamalkannya, maka ia kafir.47:9
6. Siapa yang mengina sesuau dari ajaran Rasulullah, atau pahala maupun
siksanya, maka ia kafir. 9:65-66.
7. Sihir, 2:102.
8. Mendukung kaum musyrikin dan menolong mereka dalam memusuhi ummat
Islam. 5:51.
9. Siapa yang meyakini bahwa sebagian manusia ada yang boleh keluar dari
syari'at Nabi Muhammad seperti halya Nabi Hidir boleh keluar dari syari'at
NabMusa, maka ia kafir.
10. Berpaling dari Agama Allah, tidak memelajarinya da tidak pula
mengajarkannya. 32:22.

MARAJI':
1. 1.Al musthalah Al 'arba'ah fil qur'an/ Abu 'ala Al maududi.
2. 2.Ushul ad da'wah/ Abd.Karim Zaidan.
3. 3.Aqidah shahihah aqdah bathilah/ Syekh bin Baz.
4. 4.At tibyan syarh nawaqidh Al islam/ Syekh Sulaiman Al 'alwan.

72 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

Mate ri 11

AL-QUR’ANUL
KARIM

Tujuan Materi :
 Agar mutarabbi bersyukur kepada Allah atas karunianya menurunkan Al Qur'an sebagai petunjuk.
 Agar mutarabbi kembali kepada Al Qur'an dan menjadikannya sebagai dusturulhayah (undang-undang
hidup)

AL-QUR’ANUL KARIM
A. Pengertian Al Qur'an
1. Secara bahasa (etimologi)
 Berasal dari kata " ْ‫ " قر‬yang bermakna "Membaca".
 Berasal dari kata " ‫ " القرء‬yang barmakna " Mengumpulkan". 75:17-18
 Berasal dari kata " ‫ "القرء‬yang barmakna "Menggabungkan sesuatu Kepada
yang lain".
2. Secara istilah (terminologi) : Firman Allah yang diturunkan kepada Rasulullah,
lafaznya adalah mu'jizat, Membacanya adalah ibadah, tertulis di dalam mushaf
dan dinukilkan secara Mutawatir".

B. Keutamaan Al Qur'an
1. Mendengarnya
 Sebab maraih rahmat Allah. 7:24.
 Sebab seseorang meraih hidayah. 17:9, 39:17-18, 72:1-2, 46:29-30.
 Sebab kekhusyu'an hati dan memcucurkan air mata. 19: 58, 39:23, dan
17:107-109.
 Sebab bertambahnya iman. 8:2, 9:124-125
2. Mempelajari dan mengajarkanya
 Seperti malaikat dan Rasul. 53:5,26:192-194.
 Orang yang paling baik. 41:33.
 Lebih baik dari perbendaharaan dunia. 4:59, 39:23
 Meraih pahala.
3. Membacanya
 Perdagangan yang menguntungkan. 35:29.
 Meraih pahala yang banyak. 10:61
 Turunnya ketenangan dan Rahmat. 73:20
 Hiasan bagi orang beriman 2:121, 17:45, 29:45
 Membacanya adalah kebaikan seluruhnya. 2:2, 11:17

73 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

4. Menghafalnya
 Tingginya derajat penghafal
a. Kedudukan penghafal pada ayat yang terakhir dia baca.
b. Penghafal dipakaikan mahkota kemuliaan.
c. Penghafal bersama dengan Malaikat yang mulia.
 Penghafal dikedepankan di dunia dan Akhirat
a. Yang berhak jadi imam
b. Yang berhak jadi pemimpin.
c. Dikedepankan dalam musyawarah.
d. Dikedepankan dalam penguburan.
 Keluarga Allah dan orang khususnya.
 Tidak dibakar oleh api neraka.
5. Mengamalkannya
 Petunjuk di dunia dan akhirat. 39:17-18.
 Tidak sesat dan sengsara. 20:123.
 Beruntung dunia Akhirat 7:157.
 Menghapuskan kesalahan dan memperbaiki keadaan. 47:2.

C. Urgensi Al Qur'an dalam kehidupan seorang muslim


1. Kedudukan Al Qur'an dalam kehidupan kaum muslimin
 Al Qur'an adalah faktor terbesar dalam mempersatukan kaum Muslimin.
3:103.
 Al Qur'an adalah manhaj tarbiyah bagi kaum muslimin. 3:79,138,
54:17,22
 Al Qur'an adalah manhaj hidup kaum muslimin. 16:89.
 Al Qur'an mengarahkan kepada sunnah yang tetap. 35:43.
2. Sasaran pokok Al Qur'an dalam kehidupan kaum muslimin
 Memberi hidayah ke jalan Allah. 5:15-16, 41:44, 17:9, 42:52.
 Membentuk masyarakat Qur'any yang kerjasama. 3:103, 5:2.
 Membentengi umat dari musuh-musuhnya. 25:52.
3. Manhaj Al Qur'an dalam memperbaiki kaum muslimin
 Berproses dalam syari'at. 17:106, 2:106
 Menanamkan rasa puas. 58:22
 Mengulang-ulangi. 6:105, 18:54
 Mengarahkan garizah (semangat). 91:8-10.
 Seimbang. 4:134, 28:77, 2:200-202.
 Mengkaji sejarah untuk pelajaran. 12:111, 7:176.
4. Pengaruh Al Qur'an dalam kehidupan ummat
 Mengeluarkan dari syirik ke tauhid. 38:5.
 Dari kegelapan kepada cahaya, 2:256-257.
 Dari permusuhan kepada kecintaan, 3:103.
 Dari kehinaan kepada kemuliaan, 63:8.

74 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

D. Kewajiban terhadap Al Qur'an


1. Beriman kepadanya : 4:136,2:4,285, 136.
 Al Qur'an adalah kalamullah.9:6.
 Al Qur'an terpelihara. 15:9.
2. Menjaga dan memperhatikannya
 Di dalam dada. 29:49
 Dalam tulisan 6:7,
 Tidak berlebih-lebihan dan tidak memudah-mudahkan.
 Tidak berbuat bid'ah. 28:50
 Tidak melecehkan dan mengolok-olokkan. 9:65-66.
3. Membacanya. 18:28, 73:2, 2:121.
4. Mempelajari dan mengajarkanya.
5. Mentadabbur ayat-ayatnya. 48:24, 2:242
6. Mengamalkannya. 6:155, 62:5.
7. Beradab dengannya
 Adab hati
a. Mengenal sumber Al Qur'an.
b. Mengagungkan kedudukannya
c. Menghadirkan hati tatkala membacanya.
d. Hati harus berinteraksi dengannya.
e. Merasakan bahwa kita yang diseru
 Adab zhahir
a. Memakai harum-haruman.
b. Bersih tempat
c. Berhias.
d. Membersihkan mulut.
e. Berda'wah kepadanya. 16:44, 6:1, 12:108.

E. Mengabaikan Al qur'an : Tingkatan mengabaikan Al qur'an


1. Tidak membaca dan mendengarkannya
2. Tidak mentadabbur dan mengkajinya
3. Tidak mengamalkannya
4. Tidak berhukum dengannya
5. Tidak berobat dengannya
6. Tidak menda’wahkannya

75 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

Mate ri 12

AS-SUNNAH &
BID’AH

Tujuan Materi :
 Untuk menanamkan dalam diri mutarabbi kecintaan dan ta'zhim terhadap sunnah dan semangat untuk
menghidupkan dan memperjuangkan sunnah.
 Agar mutarabbi memahami makna sunnah dalam berbagai disiplin ilmu .
 Agar mutarabbi mengetahui bahwa sunnah memiliki kedudukan yang sama dengan Al Qur’an sebagai
sumber syari'at

ASSUNNAH
A. Pengertian Sunnah
1. Menurut bahasa
As Sunnah dalam bahasa Arab bermakna ath thariqah yang artinya jalan.
2. Menurut istilah
 Peristilahan ulama hadits : semua yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam baik berupa perkataan atau perbuatan atau persetujuan
atau sifat jasmaniyah atau akhlak atau sejarah hidup beliau baik setelah
kenabian maupun sebelum kenabian.
 Peristilahan ulama ushul fiqh : semua yang diriwayatkan dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam baik berupa perkataan atau perbuatan atau
persetujuan beliau.
 Peristilahan ulama fiqh : amalan yang jika dikerjakan mendapat pahala dan
jika ditinggalkan tidak berdosa. Dalam hal ini sunnah adalah satu diantara
hukum-hukum taklif.
Sunnah jika disebutkan secara mutlak maksudnya adalah petunjuk dan jalan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kehidupan beliau yang meliputi
aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah bukan sekedar sunnah yang merupakan
lawan dari makruh.

B. Beberapa Istilah
1. Hadits
Dalam bahasa Arab hadits berarti sesuatu yang baru. Adapun menurut istilah
para ulama, Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa hadits adalah apa saja yang
diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah kenabian
beliau.
2. Hikmah
Istilah ini disebutkan dalam beberapa ayat Al Qur’an seperti QS. 3:164, 62:2.
Para ulama bersepakat bahwa yang dimaksud dengan hikmah dalam ayat-
ayat tersebut adalah sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

76 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

3. Atsar
Dalam bahasa Arab atsar artinya bekas atau jejak. Dalam peristilahan para
ulama atsar mencakup sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
perkataan dan perbuatan sahabat dan tabi’in.

C. Kedudukan As Sunnah
1. Sunnah adalah penjelasan bagi Al Qur’an (QS. 16:44,64)
2. Sunnah adalah mashdar tasyri’ (sumber syari’at) sebagaimana Al Qur’an
sehingga sunnah dapat menetapkan hukum yang tidak disebutkan dalam Al
Qur’an. Dari Al Miqdam bin Ma’di Karib r.a bahwasanya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Sesungguhnya telah diberikan kepadaku Al Kitab dan yang semisalnya bersamanya.


Hampir-hampir ada seorang laki-laki yang kekenyangan di atas singgasananya berkata
: Berpeganglah dengan Al Qur’an ini, maka apa yang kalian dapatkan di dalamnya
sesuatu yang dihalalkan maka halalkanlah dia dan apa yang kalian dapatkan di
dalamnya sesuatu yang diharamkan maka haramkanlah dia.” (HR. Abu Daud dan
dishahihkan Al Albani)

Dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda


pada hari haji wada’ :

“Sesungguhnya aku telah meninggalkan kepada kalian apa yang jika kalian berpegang
teguh dengannya kalian tidak akan tersesat untuk selamanya ; kitabullah dan sunnah
nabiNya.” (HR. Hakim dan dishahihkan oleh Al Albani).
Konsekwensi Sunnah
 Ittiba’ kepada sunnah hukumnya wajib (QS. 29:7, 3:132, 8:34, 3:31, 24:63,
36:36) dan Ibnu Mas’ud r.a pernah berkata : Laknat Allah atas wanita-
wanita yang membuat tatto dan minta dibuatkan tatto dan wanita-wanita
yang mencukur bulu di wajah dan wanita-wanita yang menjarangkan gigi
untuk kecantikan yang merubah ciptaan Allah.” Seorang wanita dari Bani
Asad bernama Ummu Ya’qub – dia seorang wanita yang banyak membaca
dan menghafalkan Al Qur’an – mendengar hal ini lalu mendatangi Ibnu
Mas’ud dan berkata : “Telah sampai kepadaku berita bahwa engkau
mengatakan begini dan begini.” Berkata Ibnu Mas’ud : “Mengapa aku tidak
melaknat orang yang dilaknat oleh Rasulullah dan yang terdapat dalam Al
Qur’an?” Wanita itu berkata: “Saya telah membaca Al Qur’an dan saya
tidak mendapatkan apa yang kamu katakan.” Berkata Ibnu Mas’ud :
“Seandainya engkau membacanya pastilah engkau telah mendapatkannya,
tidakkah engkau membaca firman Allah (yang artinya) : “Apa yang
diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah.” (Al Hasyr:7). Wanita itu berkata : “Ya.”

77 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

Berkata Ibnu Mas’ud : “Sesungguhnya beliau telah melarang hal tersebut.”


(HR. Bukhari dan Muslim)
 Menolak sunnah yang shahih baik ahad maupun mutawatir baik sebagian
apalagi secara keseluruhan adalah kufur (QS. 4:65, 24:63).

D. Keutamaan Menghidupkan Sunnah


1. Diantara syarat benarnya cinta kita kepada Allah (3:31).
2. Mendapat pahala sama dengan 20 orang sahabat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda :

!
3028 4341

494

.
“Sesungguhnya di belakang kalian (setelah masa kalian) ada hari-hari (yang
membutuhkan) kesabaran. Kesabaran pada waktu itu seperti memegang bara api, bagi
orang yang beramal diantara mereka seperti pahala 50 orang yang beramal seperti
amalnya.” Para sahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, pahala 50 orang dari mereka?”
Beliau menjawab : “Pahala 50 orang dari kalian.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dan
dishahihkan oleh Al Albani). Dan pada sebagian riwayat disebutkan : “Mereka adalah
orang-orang yang menghidupkan sunnahku dan mengajarkannya kepada manusia.”
3. Mendapatkan pahala yang besar.
209 ) )281 ‫ ص‬/ 1 ‫ (ج‬-

4. Tidak akan tersesat.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Sungguh aku telah tinggalkan kalian di atas sesuatu yang putih (jelas), malamnya
seperti siangnya, tidak menyimpang darinya setelahku kecuali orang yang binasa.”
(HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al Albani)
5. Rujukan ketika terjadi khilaf.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
78 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

“Maka sesungguhnya barangsiapa yang hidup diantara kalian setelahku maka dia akan
melihat perbedaan yang banyak, maka berpegangteguhlah dengan sunnahku dan
sunnahnya para khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus, peganglah dia dan
gigitlah dengan gigi geraham.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani)

E. Kewajiban Terhadap Sunnah


1. Menghidupkan Sunnah
 Menjaganya (dalam dada dan dalam tulisan)
 Mempelajari Makna-maknanya
 Mengamalkannya
 Mengajarkannya
 Menda’wahkannya
2. Mengagungkan Sunnah
 Diantara Sifat-sifat sahabat
a. Sepeninggal Rasulullah shalalahu ‘alaihi wa sallam Abu Bakar Ash
Shiddiq r.a tetap melanjutkan pengiriman pasukan Usamah yang telah
diberangkatkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum wafatnya
beliau (pasukan kemudian kembali ke Madinah sebelum bertemu
musuh ketika mendengar berita wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam) meskipun pada saat itu pecah pemberontakan dari kabilah-
kabilah yang murtad dari Islam. Ketika sebagian sahabat mengusulkan
untuk tidak mengirim pasukan tersebut beliau berkata : “Saya tidak
akan meninggalkan sesuatu yang dilakukan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, bahkan saya pun akan melakukannya. Sesungguhnya
saya sungguh takut tersesat jika meninggakan sesuatu dari urusan
beliau.”
b. Sa’ad bin Ubadah r.a pernah menyampaikan bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alihi wa sallam melarang menukar satu dirham dengan dua
dirham, maka ada seorang yang berkata : “Saya menganggap hal ini
tidak apa-apa karena tunai.” Maka Sa’ad bin Ubadah berkata : “Saya
mengatakan bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu
engkau mengatakan : saya anggap ini tidak apa-apa? Demi Allah saya
tidak akan berada di bawah satu atap bersamamu untuk selama-
lamanya.” (Riwayat Ibnu Majah dan Ad Darimy dan dishahihkan oleh
Al Albani).
c. Abdullah bin Umar pernah menyampaikan hadits Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam yang berbunyi : “Janganlah kalian melarang
istri-istri kalian ke Masjid jika mereka meminta izin ke Masjid.” Maka
berkata Bilal bin Abdullah bin Umar : “Demi Allah sungguh kami akan
melarang mereka.” (perkataan ini diucapkannya karena dia melihat
kaum wanita ke Masjid sudah tidak mematuhi persyaratan-
persyaratannya sehingga menimbulkan fitnah). Berkata periwayat kisah
ini : Maka Abdullah bin Umar mendatangi anaknya itu lalu

79 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

mencercanya dengan cercaan yang belum pernah saya mendengar dia


mencerca seperti itu sebelumnya, lalu berkata : “Saya menyampaikan
kepadamu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu engkau
mengatakan demi Allah saya akan melarang mereka?” (Riwayat
Muslim)
 Haramnya melecehkan sunnah
a. Melecehkan sunnah berarti melecehkan syari’at dan melecehkan syari’at
adalah kekufuran dan diantara perkara-perkara yang membatalkan
keIslaman seseorang (9:66).
b. Boleh jadi orang yang melecehkan sunnah mendapat hukuman juga di
dunia. Dari Salamah bin Al Akwa’ r.a bahwasanya seorang laki-laki
makan di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tangan
kirinya, maka beliau bersabda : “Makanlah dengan tangan kananmu.”
Orang itu menjawab : “Saya tidak mampu.” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidak, kamu (pasti) bisa.” Tidak ada yang
mencegahnya (dari makan dengan tangan kanan) kecuali kesombongan
. Maka orang itu tidak mampu mengangkat tangannya ke mulutnya
(lumpuh). (HR. Muslim)

80 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

BID’AH LAWAN DARI SUNNAH

A. Definisi bid’ah.
1. Bid'ah dalam bahasa adalah sesuatu yang baru yang tidak ada contoh
sebelumnya.
2. Secara istilah bid’ah adalah jalan yang diada-adakan dalam agama yang
menyerupai jalan yang disyari’atkan dimana maksud dari menjalaninya sama
dengan maksud ketika menjalani syari’at.

B. Celaan terhadap bid’ah :


1. Tertolak, sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

Barangsiapa yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami ini apa yang tidak
berasal darinya (dari agama itu sendiri) maka dia tertolak. (HR. Bukhari dan
Muslim)
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Barangsiapa yang melakukan satu amal yang tidak ada contohnya dari kami maka amal
itu tertolak. (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Sesat dan mengantarkan ke neraka.
Sabda Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam :

Setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan di dalam neraka. (HR. Nasa’i dan
dishahihkan oleh Al Albani)
3. Mematikan sunnah.
Dari perkataan salaf :
 Berkata Ibnu Abbas : Tidaklah datang suatu tahun pada manusia melainkan
mereka membuat bid’ah dan mematikan sunnah hingga bid’ah-bid’ah
menjadi hidup dan berbagai sunnah menjadi mati.
 Berkata Hasan bin Athiyyah : Tidaklah suatu kaum membuat bid’ah dalam
agama mereka melainkan Allah mencabut dari mereka sunnah yang
sepadan dengannya kemudian tidak akan mengembalikannya kepada
mereka sampai hari kiamat.
 Berkata Adz Dzahabi : Mengikuti sunnah menghidupkan hati, maka kapan
membiasakan hati dengan bid’ah tidak akan tersisa di dalamnya tempat
untuk sunnah.
4. Seakan menganggap agama ini kurang (QS. 5:3). Seakan menuduh Nabi
shallalahu 'alaihi wa sallam menyembunyikan sesuatu dari ajaran agama (QS.
5:67).

C. Macam-macam bid'ah
1. Dalam perkataan dan keyakinan, seperti pendapat dan keyakinan firqah-firqah
yang sesat : Jahmiyah, Syi’ah, Mu'tazilah dan lain-lain.

81 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

2. Dalam ibadah yaitu dalam bentuk peribadatan kepada Allah dengan cara yang
tidak disyari’atkan. Bentuknya bermacam-macam :
 Pada asal ibadah seperti peringatan maulid
 Menambah ibadah yang disyari’atkan seperti menyambung puasa hingga
malam
 Pada cara melaksanakan ibadah seperti berdzikir dengan satu suara secara
berjama’ah dan dilagukan
 Menentukan waktu bagi suatu ibadah yang disyari’atkan seperti shalat
malam nishfu sya'ban dan puasa nishfu sya'ban
 Menentukan jumlah bagi suatu ibadah yang disyari’atkan seperti tasbih,
tahmid, tahlil sebanyak 1000 kali.

D. Tingkatan-tingkatan bid'ah
1. Bid'ah yang mengkafirkan pelakunya
2. Bid'ah yang tidak mengkafirkan pelakunya (fasik)

E. Faktor-faktor yang membedakan tingkatan dosa para pelaku bid'ah


1. Menyembunyikan bid'ahnya atau terang-terangan
2. Mengajak kepada bid'ahnya atau tidak mengajak
3. Mengeluarkan dari ahlussunnah atau tidak mengeluarkan
4. Berpegang teguh dan terus-menerus dengan bid'ahnya atau tidak
5. Bid'ahnya itu jelas atau samar-samar
6. Bid'ahnya itu mengkafirkan atau tidak mengkafirkan

F. Jalan untuk menghilangkan bid'ah adalah dengan menghidupkan sunnah

82 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

Mate ri 13

GHAZWUL
FIKRI

Tujuan Materi :
 Agar mutarabbi memahami pengertian Ghazwul Fikry, bahayanya terhadap kaum Muslimin, dan
metode-metodenya
 Agar mutarabbi mengetahui bagaimana cara membentengi diri dari bahaya Ghazwul Fikry

GHAZWUL FIKRY
A. Pengertian ghazwul fikry
Ghazwul fikry menurut istilah adalah sarana atau metode selain militer yang
digunakan oleh musuh-musuh Islam untuk :
1. Menghilangkan ciri-ciri kehidupan Islami
2. Merubah kaum muslimin dari berpegang teguh terhadap Islam

B. Sebab-sebab ghazwul fikry


1. Kebencian musuh-musuh Islam 2 :120
2. Kegagalan invasi militer
 Kerugian materi dan jiwa
 Membangkitkan ruh persatuan/solidaritas ummat dan ruhul Jihad

C. Sasaran/Target ghazwul fikry


1. Menjauhkan kaum muslimin dari Al-Qur’an (QS : Fussilat : 26)
2. Mencegah dari agama Allah dan mencegah tersebarnya Islam di seluruh dunia
 Menyebarkan kedustaan-kedustaan terhadap Islam
 Menampakkan sisi-sisi negatif Islam yang terjadi di negeri-negeri kaum
Muslimin
 Menempelkan/mencitrakan Islam dengan penggambaran yang keras
 Membalik keindahan Islam menjadi buruk
 Menuduh Islam sebagai Din yang kaku
3. Menghancurkan Islam dari dalam
4. Menguasai negeri kaum muslimin secara langsung atau tidak langsung

D. Sarana atau metode ghazwul fikry


1. Intervensi dalam kurikulum pendidikan
2. Membangun institusi-institusi pendidikan khusus orang-orang asing
3. Menyepelekan materi-materi keagamaan
4. Membatasi/mempersempit agama Islam dengan materi-materi syar’iyyah saja
5. Mengajarkan materi-materi umum jauh dari ad din (sekularisasi)
6. Merusak Bahasa Arab

83 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

7. Memberi kesan yang buruk terhadap sejarah Islam


8. Percampur bauran antara laki-laki dan wanita (ikhtilath)
9. Menyebarkan pemikiran-pemikiran destruktif
10. Membicarakan dan menyebarkan hari-hari “besar” mereka. Contoh: Hari
Valentine
11. Pendekatan antara agama-agama
12. Pemanfaatan/eksploitasi: radio dan TV serta adat-istiadat
13. Merusak kaum wanita
14. Emansipasi
15. Menguasai pusat-pusat keuangan dan memerangi sistem perekonomian Islam
16. Intensifikasi studi orientalis
17. Melakukan program kristenisasi
18. Mendiskreditkan Islam sebagai teroris

E. Dampak Ghaswul Fikry terhadap ummat Islam


1. Penyimpangan dan pengaburan Aqidah Islamiyah
2. Melemahnya perasaan keIslaman
3. Melemahnya ruh solidaritas dan perasaan seperti tubuh yang satu
4. Ragu akan kemampuan umat Islam untuk menjadi pemimpin dunia
5. Mengekor ke barat (kebiasaan-kebiasaan)
6. Mengadopsi sistem pendidikan, moral, dll
7. Mengadopsi hukum dan perundang-undangan barat
8. Melemahnya ruhul jihad dan ruh perlawanan terhadap penjajah
9. Dekadensi moral
10. Tersebarnya pemikiran yang menyimpang dan destruktif
11. Ketergantunan negeri-negeri Islam terhadap negeri-negeri Kafir dalam hal
politik dan ekonomi

F. Sebab-sebab terpengaruh dengan Ghaswul Fikry


1. Menjauhi Dinul Islam (QS.43:36)
2. Kebodohan terhadap metode-metode Ghaswul Fikry
3. Tidak mengetahui bahaya Ghaswul Fikry
4. Lemahnya kewaspadaan terhadap Ghaswul Fikry
5. Semangat mengekor kepada yang dipandang lebih kuat

G. Beberapa Metode Membentengi diri melawan Ghaswul Fikry


1. Menyadarkan manusia akan bahaya Ghaswul Fikry ini dan memberikan
pencerahan terhadap tujuan/sasaran Ghaswul Fikry
 Menyebarkan buletin dan buku-buku
 Membuat seminar-seminar dan muktamar untuk menjelaskan bahaya
Ghaswul Fikry
2. Mengajarkan bahaya Ghaswul Fikry ini bagi para pelajar/mahasiswa
disebagian jenjang pendidikan
3. Mengintensifkan da’wah
4. Memberi perhatian terhadap generasi masa depan dan mentarbiyah mereka
dengan tarbiyah imaniyyah yang benar
5. Memberi perhatian terhadap pengajaran aqidah Islamiyah yang benar

84 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

6. Memperkuat hubungan pemuda-pemuda dengan para Ulama dan Murabbi


yang aktif memberi nasihat
7. Menyiapkan muallim yang sukses untuk menjadi teladan
8. Memberikan penyadaran dan penjelasan tentang Sejarah Islam dan urgensinya
9. Memberikan perhatian yang optimal pada amar ma’ruf nahi mungkar
10. Membentuk keluarga Islami

Maraji’ :
1. Abdullah Shabur Marzuq, Ghazwul Fikry (Invasi Pemikiran), Jakarta : Esya, 1991.
2. Anwar Jundi, Hakikat Ghazwul Fikry Terhadap Islam, Jakarta : Pustaka Tadabbur,
1990.
3. http://www.geocities.com/Athens/8875/inexps.html
4. LPP WAMY, Gerakan Keagamaan dan Pemikiran (Akar Ideologis dan
Penyebarannya) jilid 1 dan 2, Jakarta: Al Islahy Press, 1993 dan 1995.
5. Muhammad Fahim Amin, Rahasia Gerakan Freemasonry dan Rotary Club,
Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 1992.
6. Swaramuslim.net
7. BPP LM DPP WI, World Conspirations, 2009.

85 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

Mate ri 14

AL-WALA WA
AL-BARA

Tujuan Materi :
 Agar mutarabbi mengetahui bahwa salah satu bagian terpenting dari aqidah Islam adalah al wala wal
bara.
 Agar mutarabbi mengetahui kepada siapa wala yang sempurna diberikan dan kepada siapa bara’ah
yang sempurna diberikan.
 Agar mutarabbi memahami sikap yang benar dalam wala dan bara terhadap ahli bid'ah dan ahli
maksiat dari kaum muslimin.
 Agar mutarabbi mengetahui bentuk-bentuk wala' kepada kaum muslimin.
 Agar mutarabbi mengetahui contoh-contoh wala' kepada orang kafir.
 Agar mutarabbi dapat membedakan antara mudarah dan mudahanah.

AL WALA’ WAL BARA’


A. Al Wala’
1. Definisi
 Dari sisi bahasa al wala' berasal dari kata al walyu yang artinya kedekatan.
 Secara istilah bermakna kecintaan dan pertolongan maksudnya kedekatan
kepada kaum muslimin dengan mencintai mereka dan menolong mereka
untuk menghadapi musuh-musuhnya dan tinggal bersama dengan mereka.
2. Wala' seorang mu'min hanya diberikan kepada Allah, Rasul dan orang-orang
beriman (QS. 5:55-56, 8:73). Orang-orang beriman dalam hal ini ada tiga
macam:
 Orang yang sempurna keimanannya
 Ahli maksiat, dicintai sesuai kadar keimanan dan ketaatannya dan dibenci
sesuai kadar kemaksiatannya.
 Ahli bid'ah, dicintai sesuai kadar keimanan dan ketaatannya dan dibenci
sesuai kadar kebid'ahannya.
3. Wala' adalah bagian dari iman karena itu tidak ada wala' sama sekali untuk
orang kafir (QS. 5:51, 60:1, 58:22).

B. Al Bara’
1. Definisi
 Dari sisi bahasa bermakna kejauhan dan pemutusan.
 Secara istilah bermakna kebencian dan permusuhan maksudnya
pemutusan hubungan hati dengan orang-orang kafir dengan tidak
mencintainya, tidak menolongnya dalam agamanya dan tidak tinggal di
negeri mereka.

86 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

2. Bara’ah seorang mukmin ditujukan kepada orang-orang kafir secara penuh


(QS. 9:1,3 dan QS. 60:4) dan kepada sebagian dari orang-orang beriman yaitu
ahli maksiat dan ahli bid'ah.
Maka orang-orang beriman yang bermaksiat atau berbuat bid'ah dicintai
karena keimanan mereka dan dibenci karena maksiat atau bid'ah mereka.

C. Beberapa contoh dari sikap salaf


1. Dalam sikap wala'
 Wala' kaum anshar terhadap muhajirin (QS. 59:9)
 Sikap Ka'ab bin Malik ketika diboikot.
 Sikap seorang muslim dalam kisah sebab terjadinya perang Qainuqa'.
 Sikap kaum muslimin ketika mendengar desas-desus tentang terbunuhnya
Utsman.
2. Dalam sikap bara' :
 Sikap Nabi Ibrahim 'alaihissalam kepada kaumnya yang kafir (QS. 60:4)
 Sikap Abu Ubaidah bin Al Jarrah terhadap bapaknya dalam perang Badar
(QS. 58:22).
 Sikap Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin Salul terhadap bapaknya dalam
kisah perang Tabuk (QS. 63:8).

D. Fenomena wala’ terhadap orang kafir


1. Tasyabbuh
4031 31 ‫ ص‬/ 9 ‫(ج‬

2. Ikut merayakan hari raya mereka


3. Menjadikannya sebagai orang kepercayaan dan pemegang rahasia (QS. 3:118)
4. Meminta pertolongan/bantuan/mempekerjakan mereka, hal ini ada dua
keadaaan
 Dalam posisi yang memegang dan menguasai urusan kaum muslimin maka
tidak diperbolehkan (QS. 3:118).
 Dalam posisi/pekerjaan yang tidak mendatangkan bahaya bagi kaum
muslimin seperti membangun rumah, jalan dan lain-lain apabila tidak ada
diantara kaum muslimin yang dapat mengerjakannya sebagaimana
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyewa penunjuk jalan yang
musyrik ketika beliau berhijrah.
5. Memberi ucapan selamat dan ta'ziyah, karena hal tersebut akan melahirkan
wala' dalam hati (sadd adz dzari’ah)

87 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

E. Mudarah dan Mudahanah


1. Mudarah
Berkata Al Qurthuby :
(mudarah adalah mengorbankan dunia untuk kepentingan dunia atau agama
atau keduanya). Seperti bersikap dan berkata lembut serta tidak bersikap kasar
dan keras kepada seorang jahil atau fasik dalam keadaan dia tidak melakukan
kefasikannya dengan tujuan agar dia tertarik kepada da'wah. Atau berpaling
darinya ketika dia melakukan kefasikannya untuk menghindari keburukannya
atau untuk menghindari keburukan yang lebih besar. Mudarah hukumnya
mubah atau mustahab. Dalilnya :
- 2272 )427 ‫ ص‬/ 18 ‫ (ج‬-

2. Mudahanah
Berkata Al Qurthuby : (mudahanah adalah
mengorbankan agama untuk kepentingan dunia). Seperti menunjukkan
keridhoan terhadap suatu pelanggaran tanpa mengingkarinya dan
menunjukkan ghirah atasnya karena sebab duniawi. Mudahanah hukumnya
haram (QS. 5:78-80).

88 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

Mate ri 15

AKHLAK SALAF
ASH SHALIH

Tujuan Materi :
 Untuk memotivasi mutarabbi agar dapat mengikuti akhlak salaf dalam kehidupan mereka.
 Agar mutarabbi mengetahui syumuliyah akhlak salaf sehingga tidak hanya mengambil sebagian dari
akhlak salaf dan meninggalkan sebagian yang lain.
 Agar mutarabbi mengetahui jalan-jalan untuk mendapatkan akhlak yang mulia

AKHLAK SALAFUS SHALIH


A. Definisi akhlak
1. Dari sisi bahasa akhlaq ( ) adalah bentuk jamak dari khuluq ( ) yang
artinya tabiat/sifat dasar.
2. Dari sisi istilah akhlak adalah keadaan diri seseorang yang membuatnya
melakukan perbuatannya tanpa dipikirkannya dan tanpa pertimbangan
terlebih dahulu. Akhlak ini ada yang bersifat pembawaan sejak lahir dan ada
yang diupayakan dengan pembiasaan dan berlatih.

B. Keutamaan menghiasi diri dengan akhlak yang baik


1. Sebab terbanyak masuknya manusia ke dalam surga.
- 1927 )286 ‫ ص‬/ 7 ‫ (ج‬-

2. Ketinggian derajat.
- 4162 )420 ‫ ص‬/ 12 ‫ (ج‬-

89 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

3. Mendapatkan cinta Allah.


- 2622 )7 ‫ ص‬/ 3 ‫ (ج‬-

4. Mendapatkan cinta Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.


- 1941 )309 ‫ ص‬/ 7 ‫ (ج‬-

5. Yang paling berat timbangannya di hari kiamat.


- 4166 )421 ‫ ص‬/ 12 ‫ (ج‬-

6. Manusia terbaik.
- 2269 )424 ‫ ص‬/ 18 ‫ (ج‬-

C. Akhlak salaf
1. Keutamaan as salaf ash shalih
a. Mereka adalah manusia-manusia terbaik .
- 2428 )133 ‫ ص‬/ 9 ‫ (ج‬-

90 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

b. Mereka hidup di zaman Rasululllah shallallahu 'alaihi wa sallam (yakni


para sahabat).
c. Kemudian para tabi'in hidup di zaman sahabat atau bertemu dengan
sebagian sahabat dan para atba' at-tabi'in hidup di zaman tabi'in atau
bertemu dengan sebagian tabi'in. Dengan demikian keberIslaman mereka
adalah keberIslaman yang paling murni.
d. Mereka orang-orang yang paling tidak memberat-beratkan diri dalam
beragama.
e. Mereka adalah orang-orang yang paling dalam ilmunya.
- 1112 )182 ‫ ص‬/ 3 ‫ (ج‬-

2. Diantara akhlak salaf


a. Akhlak mereka kepada Allah.
 Ikhlas
 Shidiq (benar)
 Kesungguhan dalam beribadah
 Takut kapada Allah
 Sabar
 Zuhud terhadap dunia
 Wara’
b. Akhlak mereka kepada makhluk
 Adil
 Lembut
 Tawadhu'
 Siap menerima kebenaran
 Menghormati para ulama
 Suka memberi maaf
 Suka berbuat baik kepada orang lain

91 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

- 906 )480 ‫ ص‬/ 2 ‫ (ج‬-

 Berprasangka baik kepada orang lain


 Sangat menginginkan hidayah bagi manusia
 Berani
 Amanah
 Suka memberi nasehat

D. Sebab-sebab mendapatkan akhlak yang mulia


1. Doa
Akhlak lahir dari hati dan hati manusia di tangan Allah, Dialah yang memberi
taufik kepada manusia untuk menghiasi dirinya dengan akhlak mulia.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam :
– 4798 )119 ‫ ص‬/ 13 ‫ (ج‬-

2. Aqidah yang lurus, karena perbuatan adalah buah dari keyakinan dalam hati.
3. Mujahadah (QS. 29:69)
4. Berteman dengan orang-orang yang berakhlak mulia
5. Muhasabah
6. Mempelajari sejarah as salaf ash shalih

92 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

Mate ri 16

UKHUWAH
ISLMIYAH

Tujuan Materi :
 Untuk menghidupkan ruh ukhuwah diantara para mutarabbi secara khusus dan kaum muslimin pada
umumnya.
 Agar mutarabbi memahami pentingnya ukhuwah dalam da'wah dan perjuangan Islam.
 Agar mutarabbi mengetahui faktor-faktor yang menguatkan ukhuwah dan menerapkannya dalam
kehidupan mereka.
 Agar mutarabbi mengetahui faktor-faktor yang dapat merusak ukhuwah dan berusaha untuk
menjauhinya.

UKHUWAH ISLAMIYAH
A. Asas Ukhuwah
Dasar dari ukhuwah adalah keimanan sebab ikatan persaudaraan yang paling
kuat adalah yang diikat oleh iman, dia bahkan lebih kuat dari persaudaraan yang
diikat oleh darah dan nasab (QS. 49:10). Iman akan sempurna jika dibangun di atas
saling mencintai karena Allah, dengan demikian ukhuwah yang kuat adalah
ukhuwah yang didasari atas saling mencintai karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman dan tidak akan sempurna iman
kalian sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang
jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai ? Sebarkanlah salam diantara kalian.”
(HR. Muslim)

B. Keutumaan ukhuwah dan mahabbah fillah


 Syarat sempurnanya iman. Dari Anas bin Malik r.a bahwasanya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Tidak sempurna keimanan salah seorang dari kalian sampai dia mencintai untuk
saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 Mendapatkan cinta Allah.

93 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya seorang
laki-laki menziarahi saudaranya di kampung lain lalu Allah mengutus seorang
malaikat untuk mengikutinya di jalannya. Ketika malaikat itu mendatanginya dia
berakata : “Mau kemana engkau?” Orang itu menjawab : “Saya ingin menziarahi
saudaraku fillah di kampung fulan.” Malaikat berkata : “Apakah karena satu kebaikan
yang ingin kau balas?” Orang itu berkata : “Tidak, akan tetapi aku mencintainya
karena Allah Azza wa Jalla.” Malaikat berkata : “Sesungguhnya aku adalah utusan
Allah kepadamu untuk menyampaikan bahwasanya Allah mencintaimu sebagaimana
engkau mencintai saudaramu karenaNya.” (HR. Ahmad dan Muslim)
 Berada di atas mimbar-mimbar cahaya yang diinginkan oleh para Nabi dan
syuhada. Dari Mu’adz bin Jabal r.a bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda : Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
‫ُء‬
“Orang yang saling mencintai dalam keagunganKu bagi mereka mimbar-mimbar
(tempat-tempat yang tinggi) dari cahaya. Para Nabi dan para syuhada sangat
menginginkan (keadaan seperti) mereka.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh
Al Albani)
 Mendapat naungan Allah di hari kiamat.
Dari Abu Hurairah r.a bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :

“Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat : Mana orang yang saling mencintai
karena keagunganKu? Pada hari ini Aku akan menaungi mereka dengan naunganKu
di hari yang tidak ada naungan kecuali naunganKu.” (HR. Muslim)
Juga hadits tentang 7 golongan yang mendapakan naungan Allah pada hari
kiamat yang salah satunya adalah “dua orang yang saling mencintai karena
Allah, mereka bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
 Ikatan iman yang paling kuat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :

“Ikatan iman yang paling kuat adalah saling memberikan loyalitas karena Allah dan
saling membenci karena Allah dan cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR.
Thabrani dan dihasankan oleh Al Albani)

94 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

C. Tahapan–tahapan dalam merajut ukhuwah : perkenalan, pergaulan, saling


memahami, ta’aluf (ikatan hati), kerjasama, saling menolong, rela berkorban untuk
saudaranya.
D. Tingkatan-tingkatan ukhuwah
1. Kelapangan dada terhadap saudara, diantara bentuk kelapangan dada :
 Tidak ada iri dan dengki terhadap saudara. Dari Abu Hurairah r.a
bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Tidak akan berkumpul dalam hati seorang hamba iman dan kedengkian.”
(HR. Ahmad dan Nasai dan dishahihkan oleh Al Albani)
 Memaafkan kesalahan-kesalahan saudara (QS. 3:133)
Dalam peristiwa haditsah al-ifk Misthah r.a termasuk salah seorang dari
kaum mu’minin yang termakan fitnah yang ditiupkan oleh orang-orang
munafik. Dia seorang muhajir dan ahli Badar sebagaimana juga miskin
sehingga kehidupannya ditangung oleh Abu Bakar r.a. Ketika Allah
menurunkan ayat yang menjelaskan kesucian Aisyah r.a dari segala fitnah
tersebut, Abu Bakar bersumpah untuk memutuskan bantuannya kepada
Misthah yang ikut termakan fitnah terhadap putrinya, maka Allah
menurunkan ayat tentang itu : “Dan janganlah orang-orang yang
mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa
mereka tidak akan memberi kepada kaum kerabat, orang-orang yang
miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah
mereka mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa
Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang“ (QS. 24:22) maka Abu Bakar pun langsung membatalkan
sumpahnya dengan membayar kaffarah sumpah.
 Tidak ada dendam.
a. Murid-murid Imam Ahmad pernah berkata kepadanya : “Bolehkah
kami mengambil hadits dari Abu Manshur Ath Thusi?” berkata Ahmad
: “Kalau bukan darinya dari siapa lagi kalian akan mengambil hadits?”
Mereka berkata : “Sesungguhnya dia telah berbicara tentang
(keburukan) anda.” Berkata Ahmad : “Dia adalah seorang yang shaleh
namun kita menjadi ujian baginya.”
b. Pernah terjadi sesuatu antara Hasan bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib
dengan Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib sehingga Hasan bin Hasan
mendatangi Ali bin Husain di majelisnya dihadapan murid-muridnya
dan menghujatnya. Ali bin Husain hanya diam mendengar hujatan
saudaranya terhadapnya hingga dia menyelesaikan apa yang ingin
dikatakannya lalu pergi. Tak lama kemudian Ali bin Husain mendatangi
Hasan bin Hasan di rumahnya dan berkata : “Jika semua yang engkau
katakan tadi benar adanya semoga Allah mengampuniku dan jika
semua yang engkau katakan tadi tidak benar semoga Allah
mengampunimu.” Maka Hasan bin Hasan mengejar Ali bin Husain dan
meminta maaf kepadanya.
2. Suka untuk saudaranya apa yang dia suka untuk dirinya, perwujudannya
 Membantu saudara, ada dua tingkatan :

95 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

a. Memberikan bantuan ketika diminta dan mampu untuk membantu


disertai dengan wajah yang cerah (tidak menunjukkan rasa berat).
b. Memberikan bantuan tanpa diminta.
 Memberikan nasehat, disebutkan dalam perkataan hikmah “saudaramu
adalah orang yang berkata benar kepadamu (jika engkau benar dia katakan
benar dan jika engkau salah dia katakan salah) bukan orang yang selalu
membenarkan segala tindakanmu.”
 Mendoakan. Dari Abu Darda r.a bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :

“Doa seorang muslim untuk saudaranya dalam keadaan tidak diketahuinya


dikabulkan, di sisi kepalanya ada malaikat yang diwakilkan, setiap kali dia doakan
saudaranya maka malaikat itu mengucapkan “amin, dan untukmu seperti itu
pula”. (HR. Muslim)
 Menjaga kehormatannya yaitu dengan tidak menggibahnya, memfitnahnya
bahkan jika ada orang yang mencela saudaranya dia akan membelanya.
Dalam perjalanan ke perang Tabuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mencari Ka’ab bin Malik, maka seorang laki-laki berkata : “Berat atasnya
pakaiannya ya Rasulullah.” (maksudnya dia tidak mampu meninggalkan
kenikmatan di Madinah untuk pergi berjihad). Mendengar itu Mu’adz bin
Jabal berkata orang tersebut : “Alangkah buruk apa yang engkau katakan,
kami tidak mengetahui darinya kecuali kebaikan, mungkin dia terhalang
udzur.”
3. Mengutamakan saudaranya di atas dirinya sendiri (QS. 59:9)
 Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a bahwa
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam pernah kedatangan tamu yang
kelaparan pada suatu malam maka beliau bertanya kepada istri-istri beliau
kalau-kalau diantara mereka ada yang mempunyai makanan, ketika beliau
tahu bahwa tidak ada seorang pun diantara istri beliau yang mempunyai
makanan beliau menawarkan kepada para sahabat untuk melayanai tamu
beliau tersebut. Abu Thalhah lalu menawarkan dirinya, diapun segera ke
rumahnya dan munyampaikannya kepada istrinya, istrinya berkata bahwa
mereka hanya punya makanan untuk anak-anak mereka malam itu. Abu
Thalhah lalu menyuruh istrinya untuk menidurkan anak-anaknya ketika
waktu makan malam tiba dan mematikan pelitanya lalu mengajak tamu
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam makan dalam kegelapan sementara
Abu Thalhah dan istrinya sendiri tidak makan. Keesokan harinya
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sungguh Allah kagum
dengan apa yang dilakukan fulan dan fulanah (semalam).” Dan Allah
menurunkan ayat : “dan mereka mengutamakan saudara mereka di atas
diri mereka sendiri meskipun mereka sendiri dalam keadaan sempit” (QS.
59:9)
 Setelah perang Yarmuk selesai berkecamuk tergeletak 3000 prajurit muslim
diantara mereka ada yang terluka dan ada pula yang syahid. Diantara yang

96 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

terluka terdapat Al Harits bin Hisyam, ‘Ikrimah bin Abi Jahl dan ‘Ayyasy
bin Abi Rabi’ah. Maka Al Harits meminta air untuk minum, ketika air
dibawakan kepadanya dia melihat ‘Ikrimah memandang kepadanya maka
diapun berisyarat agar itu diberikan kepada ‘Ikrimah, ketika air dibawa
kepada Ikrimah dia melihat ‘Ayyasy memandang kepadanya maka diapun
berisyarat agar air itu dibawa kepada ‘Ayyasy, ketika air itu dibawakan
kepada ‘Ayyasy ternyata dia telah meninggal sebelum sempat meneguknya
dan ternyata al Harits dan ‘Ikrimah pun juga telah meninggal dunia. Tidak
seorangpun diantara mereka yang meminum air tersebut sampai mereka
syahid karena mengutamakan saudaranya.

E. Hal-hal yang memperkuat ukhuwah


1. Silaturrahim
2. Menyampaikan rasa cinta
3. Ceria dikala bertemu
4. Jabat tangan dikala bertemu
5. Saling memberi hadiah
6. Mengucapkan salam
7. Saling menolong
8. Saling mendoakan
9. Merealisasikan hak seorang muslim
 Menjawab salam
 Memenuhi undangan
 Memberi nasehat
 Menjawab bersin
 Menjenguk dikala sakit
 Mengantar jenasah

F. Hal-hal Yang merusak ukhuwah


1. Egois
2. Sombong
3. Hasad
4. Debat
5. Ghibah
6. Berbohong
7. Cinta kepemimpinan dan popularitas

97 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

Mate ri 17

KEPRIBADIAN
WANITA
MUSLIMAH
Tujuan Materi :
 Agar mutarabbiyah menyadari bahwa iman bukan sekedar pengakuan.
 Agar mutarabbiyah mampu menjadi mu'minah yang ideal dengan mewujudkan nilai-nilai iman yang
sesungguhnya

KEPRIBADIAN WANITA MUSLIMAH


A. Muslimah bersama Rabbnya
1. Mu'minah yang sadar
 Beriman kepada Allah dengan benar.
 Hubungan yang kuat dengan Allah.
 Senantiasa berdzikir
 Bertawakkal kepada Allah.
2. Beribadah kepada Rabbnya
 Menegakkan shalat fardhu.
 Melaksanakan sunnat-sunnat.
 Mengeluarkan zakat.
 Puasa ramadhan.
 Rutin puasa sunnat.
 Menunaikan haji.
3. Taat terhadap perintah Rabbnya.
4. Memakai jilbab syar'i.
5. Tidak berkhalwat dan jabatan tangan dengan yang bukan muhrimnya.
6. Ridha dengan qadha' dan qadr.
7. Perhatiannya adalah mencari ridha Allah.
8. Berusaha menolong Agama Allah.
9. Loyal hanya kepada Allah.
10. Banyak membaca Al Qur'an.
B. Muslimah bersama diriya
1. Bersama jasmaninya
 Sederhana dalam makan dan minumnya.
 Bersih badan dan pakaian.
 Tidak tabarruj dan berlebih-lebihan dalam pakaian.
2. Bersama aqalnya
 Menuntut ilmu syar'i.
 Meluruskan fikrah dan wawasan.
 Menjauhi khurafat.
 Kontinyu dalam membaca.
98 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

3. Bersama rohaninya
 Mensucikan jiwa dari
a. Hasad.
b. Sombong
c. Gurur (tertipu dengan diri sendiri).
d. Senang popularitas.
e. Senang harta.
f. Riya'.
 Bergaul dengan wanita shalihah.
 Banyak berdo'a dan berdzikir.

C. Muslimah bersama kedua orang tuanya


Berbuat baik kepada keduanya lewat
1. Mengetahui keutamaan serta kewajiban kepada keduanya.
2. Banyak merasa takut jika durhaka kepada keduanya.
3. Berbuat baik kepada ibu kemudian kepada bapak.

D. Muslimah bersama rumah tangganya


1. Bersama suaminya = Menjaga hak-hak suami.
2. Bersama anak-anaknya = memberi perhatian yang besar dalam tarbiyahnya.
3. Bersama keluarga suaminya = memuliakan mereka.

99 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

Mate ri 18

HIJAB WANITA
MUSLIMAH

Tujuan Materi :
 Agar mutarabbiyah menyadari bahwa Islamlah satu-satunya agama yang memuliakan wanita dan
bahwa syari’at hijab adalah salah satu bentuk pemuliaan Islam terhadap wanita.
 Agar mutarabbiyah menutup auratnya dengan sempurna sesuai syarat-syarat hijab yang ditetapkan
dalam syari’at.
 Agar mutarabbiyah tidak hanya sekedar menutup auratnya dengan hijab yang sempurna tetapi juga
dapat menjaga hijab dalam pergaulan dengan menghindari ikhtilat dan khalwat.
HIJAB WANITA MUSLIMAH
A. Wanita sebelum Islam
1. Dalam pandangan bangsa Yunani wanita adalah kotoran syaithan dan tidak
memiliki hak sama sekali.
2. Dalam pandangan bangsa Romawi wanita dianggap sama dengan benda mati
yang tidak memiliki ruh.
3. Dalam pandangan bangsa India wanita tidak memiliki hak hidup setelah
suaminya meninggal.
4. Dalam pandangan bangsa Yahudi wanita tidak memiliki hak waris dan
dianggap sama dengan sampah apabila dia haid.
5. Dalam pandangan kaum Nasrani wanita disamakan dengan benda mati dan
menjadi permainan kaum lelaki.
6. Dalam pandangan bangsa Cina wanita tidak memiliki hak waris.
7. Dalam pandangan bangsa Arab wanita tidak memiliki hak waris bahkan
diwarisi dan dikubur hidup-hidup ketika masih kecil.

B. Wanita dalam Islam


1. Sama dengan kaum pria dalam kemanusiaannya dimana mereka memiliki hak
untuk hidup dan tidak seperti benda mati yang dipermainkan kaum pria (QS.
81:8-9).
2. Sama dengan kaum pria dalam pahala dan dosa (QS. 33:35).
3. Wanita adalah pemimpin di dalam rumah suaminya.
- 844 )414 ‫ ص‬/ 3 ‫ (ج‬-

100 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

4. Kaum pria diperintahkan untuk berwasiat dengan cara yang baik kepada
kaum wanita.
- 2671 )401 ‫ ص‬/ 7 ‫ (ج‬-

C. Keutamaan hijab
1. Hijab adalah ketaatan kepada Allah dan RasulNya (QS. 33:36).
2. Hijab adalah upaya menjaga kehormatan diri (QS. 24:31, 33:33, 33:59).
3. Hijab adalah iman (QS. 24:31).
4. Hijab adalah identitas seorang muslimah(QS. 33:59).
5. Hijab menjaga dari gangguan (QS. 33:59).
6. Hijab menunjukkan kebersihan hati (QS. 33:33, 24:31).
7. Hijab menunjukkan rasa malu.
–4673 )423 ‫ ص‬/ 12 ‫(ج‬-

8. Hijab adalah da'wah.


9. Hijab adalah jihad (QS. 9:120).
10. Hijab akan mengantarkan ke surga.
- 3971 )29 ‫ ص‬/ 11 ‫ (ج‬-

101 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah

D. Kesempurnaan hijab
1. Hijab adalah sesuatu yang menutup aurat seorang wanita.
a. Beberapa istilah terkait masalah hijab.
 Jilbab
 Khimar
 Niqab
 Burqa'
b. Syarat–syarat hijab yang syar'i.
 Menutup seluruh badan.
 Tidak tembus pandang.
 Luas dan tidak sempit.
 Tidak disentuh wangi-wangian.
 Tidak merupakan perhiasan yang mengundang perhatian karena
keindahannya.
 Tidak menyerupai pakaian pria.
 Tidak menyerupai pakaian wanita kafir.
 Tidak merupakan pakaian syuhrah (aneh dan tidak lazim sehingga
menarik perhatian).
c. Hukum menutup wajah.
Ulama berbeda pendapat tentang hukum menutup wajah bagi wanita
(apakah wajah merupakan aurat atau tidak) :
 Wajah adalah aurat sehingga wajib ditutup.
 Wajah bukan aurat sehingga tidak wajib ditutup melainkan sunnah.
2. Hijab adalah pemisahan kaum wanita dari kaum laki-laki.
 Tidak berlembut-lembut ketika berbicara (QS. 33:33).
 Sifat malu (QS. 28:25).
- 23 )40 ‫ ص‬/ 1 ‫ (ج‬-

 Menundukkan pandangan (QS. 24:31).


 Tidak bersentuhan
- 1910 )191 ‫ ص‬/ 2 ‫ (ج‬-

 Tidak berkhalwat bahaya pacaran


- 2784 )192 ‫ ص‬/ 10 ‫ (ج‬-

102 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah

 Bercampur baur antara pria dan wanita wanita keluar bekerja


tidak karena darurat.
- 4831 )227 ‫ ص‬/ 16 ‫ (ج‬-

 Tidak berhias (QS. 33:33).

103 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai