Mate ri 01
PROBLEMATIKA
UMMAT ISLAM
Tujuan Materi :
Menumbuhkan kesadaran mutarabbi bahwa memperhatikan masalah-masalah kaum muslimin adalah
bagian dari sifat seorang muslim
Mutarabbi mengetahui dan menyadari kondisi dan realita ummat baik di masa lampau maupun di
masa sekarang
Mutarabbi mengetahui dan menyadari sebab terjadinya problem ummat dan solusi untuk keluar dari
problem tersebut
Menumbuhkan kesadaran mutarabbi untuk terlibat aktif dalam mengatasi problem ummat Islam.
36 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
2. Meniru-niru
Pemikiran
Keyakinan
Akhlak
Undang-undang
3. Terpecah belah
Jatuhnya khilafah Islamiyah
Berbeda pandangan
Berbeda dalam aqidah dan ibadah
SETELAH KITA MENGETAHUI penyebab dari problema ummat Islam, maka kita
menemukan akar penyebab atau sebab utama dari problem ummat Islam adalah
Ummat ini jauh dari Al-Qur’an dan Sunnah sebagaimana dalam Al Qur’an Surah 43 :
36 – 37. dan juga dalam sabda Rasulullah “… Allah akan merendahkan suatu kaum
dengan Al Qur’an” maka solusinya adalah Kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah
sebagaimana dalam Al Qur’an surah 62 : 2 dengan cara tarbiyah Islamiyah secara
periodik. Dengan inilah, maka terbentuklah masyarakat rabbani.
37 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
Mate ri 02
URGENSI
TARBIYAH
ISLAMIYAH
Tujuan Materi :
Agar mutarabbi memahami urgensi/pentingnya tarbiyah dalam da'wah dan perjuangan
Agar mutarabbi mengetahui akibat-akibat yang akan terjadi terhadap ummat apabila tarbiyah tidak
berjalan/mandeg
Mate ri 03
ADAB-ADAB
TARBIYAH
Tujuan Materi :
Mutarabbi memahami pentingnya kedudukan akhlak dan adab dalam Islam
Mutarabbi mengetahui bagaimana perhatian ulama salaf dalam persoalan adab, bahkan
mengedepankan adab dibandingkan ilmu itu sendiri
Mutarabbi termotifasi untuk meraih keberkahan majelis
Mutarabbi mampu menjelaskan adab bermajelis
ADAB-ADAB TARBIYAH
A. Adab-adab bermajelis
1. Memilih majelis.
2. Banyak mengingat Allah.
3. Memberi salam kepada orang yang ada di majelis tatkala datang dan pulang.
4. Tidak menyuruh seseorang untuk berdiri dari majelisnya kemudian duduk di
tempatnya.
5. Melapangkan majelis.
6. Jika dia meninggalkan majelisnya kemudian kembali maka dia yang lebih
berhak.
7. Motifasi untuk berkumpul dan tidak bercerai berai dalam majelis.
8. Tidak memisahkan antara dua orang kecuali dengan izinnya.
9. Duduk dimana dia dapatkan tempat.
10. Boleh maju kedepan jika ada yang kosong
11. Sebaik-baik majelis adalah yang lapang.
12. Menghindari duduk yang terlarang.
13. Menutup majelis dengan do'a kafarat.
39 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
Maraji’ :
1. Ath Thobaqatul Kubro
2. Jami’ Bayan Al Ilmi wa Fadhlihi
3. Siyar A’lamin Nubalaa
4. Hilyatu Tholib Al Ilm
5. Taqyiidul ‘Ilm
40 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
Mate ri 04
KONSEKUENSI
SYAHADAT الإله إال اهلل
Tujuan Materi :
Untuk memurnikan pengabdian yang sesungguhnya kepada Allah.
Untuk menghindari distorsi dari pemahaman Laa Ilaha Illallah.
Agar tertanam pada diri mutarabbi sifat Al wala' dan Al bara'
Agar mutarabbi dapat mengagungkan dan mendahulukan Allah di atas segala-galanya.
41 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
Mate ri 05
KONSEKUENSI
SYAHADAT حممدا رسول اهلل
Tujuan Materi :
Agar mutarabbi mengetahui konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah
Agar mutarabbi beribadah kepada Allah sesuai dengan sunnah Rasulullah
Agar mutarabbi menjadikan Rasulullah sebagai teladan .
Agar tertanam pada diri mutarabbi rasa cinta kepada Rasulullah.
Maraji’ :
1. Ma'na laa Ilaha Illallah/ Syaikh Dr Shalih Al fauzan
2. Koreksi terhadap pemahaman Laa Ilaha Illallah/ Syaikh Muhammad Qutb.
3. Kitab tauhid / Syaikh Dr Shalih Al fauzan
4. Syarh Al ushul Atstsalatsah/ Syaikh Al utsaimin
42 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
Mate ri 06
IBADAH
PRAKTIS
Tujuan Materi :
Mutarabbi memahami dan mampu menjelaskan tentang sifat wudhu, mandi janabah dan shalat Nabi.
Mutarabbi dapat mengaplikasikannya secara benar
THAHARAH
A. Wudhu
1. Berniat untuk berwudhu.
Letak niat di dalam hati.
2. Membaca basmalah.
Hadits-hadits tentang basmalah terdapat kelemahan di dalamnya akan
tetapi dapat terangkat menjadi hasan karena banyaknya jalan-jalan
periwayatannya. Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar : “Nampak bahwa
keseluruhan hadits-hadits ini memberikan kekuatan baginya yang
menunjukkan bahwa dia memiliki asal.” Berkata Al Albani : “Hadits yang
paling kuat diriwayatkan dalam masalah ini adalah hadits Abu Hurairah
yang berbunyi :
“Tidak ada shalat bagi orang yang tidak berwudhu dan tidak ada wudhu bagi
orang yang tidak menyebut nama Allah Ta’ala atasnya.” (HR. Abu Daud)
3. Mencuci kedua tangan
Menuangkan air ke atas kedua tangan dan mencucinya di luar bejana (H.1
& H.2). Apabila tangan mengandung najis atau diragukan kesuciannya
maka wajib mencucinya di luar bejana sebelum memasukkannya ke dalam
bejana (H.3).
(H.1)
Dari 'Amr bin Yahya dari bapaknya dia berkata : "Saya melihat 'Amr bin Abi Hasan bertanya kepada
Abdullah bin Zaid tentang wudhunya Nabi , maka dia meminta satu bejana air lalu dia berwudhu
untuk mereka, maka dia mengambil air dengan telapak tangannya dan menuangkan ke atas kedua
tangannya lalu mencuci kedua tangannya itu tiga kali, kemudian dia memasukkan tangannya ke
dalam bejana lalu berkumur-kumur dan menghirup serta menghembuskan air (dari hidungnya) tiga
kali dengan tiga kali menciduk air, kemudian dia memasukkan tanganya ke dalam bejana lalu
43 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
mencuci wajahnya tiga kali, kemudian dia memasukkan tangannya ke dalam bejana lalu mencuci
kedua tangannya hingga ke kedua sikunya dua kali dua kali, kemudian dia memasukkan
tangannya ke dalam bejana lalu mengusap kepalanya maka dia memajukan kedua tangannya dan
memundurkannya, kemudian dia memasukkan tangannya ke dalam bejana lalu dia mencuci kedua
kakinya ." Dan dalam riwayat Wuhaib dia berkata : "dia mengusap kepalanya satu kali."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dan dalam satu lafazh yang juga diriwayatkan Bukhari dan Muslim : "Kemudian dia mengusap
kepalanya dengan kedua tangannya maka dia memajukan keduanya dan memundurkannya, dia
memulai dari bagian depan kepalanya sampai dia memperjalankan kedua tangannya ke belakang
kepalanya kemudian dia mengembalikan kedua tangannya itu ke tempat mulainya tadi kemudian
dia mencuci kedua kakinya.”
(H.2)
Dari Abdu Khair dia berkata : "Kami datang kepada Ali bin Abi Thalib ketika dia telah selesai
shalat maka dia meminta air wudhu, maka kami berkata apa yang akan dilakukannya padahal dia
telah shalat, (pastilah) dia tidak ingin kecuali untuk mengajar kami, maka dibawakan kepadanya
bejana yang berisi air dan ember besar, maka dia menuangkan air dari bejana ke atas tangannya lalu
dia mencucinya tiga kali kemudian dia berkumur-kumur dan menghirup air (ke dalam hidungnya)
tiga kali dari tangan yang dengannya dia mengambil air kemudian dia mencuci wajahnya tiga kali
dan mencuci tangannya yang kanan tiga kali dan tangan kirinya tiga kali dan mengusap kepalanya
satu kali kemudian dia mencuci kakinya yang kanan tiga kali dan kaki kirinya tiga kali, kemudian
dia berkata : "Barangsiapa yang senang untuk mengetahui wudhunya Rasulullah maka inilah
dia." (HR. Abu Daud dan Nasa-i dan disahihkan oleh Al Albani)
(H.3)
Dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi bersabda : “Apabila salah seorang dari kalian bangun
dari tidurnya maka janganlah dia mencelupkan tangannya ke dalam air wudhunya sampai dia
mencucinya sebanyak tiga kali karena dia tidak tahu dimana tangannya itu bermalam.” (HR. Abu
Daud dan An Nasai dan diasahihkan oleh Al Albani)
Mencuci kedua tangan hingga ke pergelangan tangan (H.4).
(H.4)
Dari Humran maula Utsman bahwasanya Utsman bin Affan meminta air wudhu lalu dia
berwudhu maka dia mencuci kedua telapak tangannya tiga kali kemudian dia berkumur-kumur dan
menghembuskan air (dari hidung) kemudian dia mencuci mukanya tiga kali kemudian dia mencuci
tangannya yang kanan sampai ke siku tiga kali kemudian mencuci tangan kirinya seperti itu pula,
kemudian dia mengusap kepalanya kemudian mencuci kaki kanannya hingga ke mata kaki tiga kali
kemudian mencuci yang kiri seperti itu pula, kemudian dia berkata : "Aku melihat Rasulullah
berwudhu seperti wudhuku ini kemudian beliau bersabda : "Barangsiapa yang berwudhu seperti
wudhuku ini kemudian dia berdiri melaksanakan shalat dua raka'at, dia tidak berbicara dengan
dirinya sendiri pada ke dua raka'at itu (khusyu') diampunkan baginya dosanya yang telah lalu." (HR.
Bukhari dan Muslim.
Mencuci sela-sela jari (H.5).
(H.5)
44 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
Dari Laqith bin Shabirah dia berkata : Aku berkata : Wahai Rasulullah sampaikanlah kepadaku
tentang wudhu, beliau berkata : "Sempurnakanlah wudhu, cucilah sela-sela jari dan bersungguh-
sungguhlah dalam menghirup air kecuali jika engkau sedang berpuasa." (HR. Tirmidzi dan
disahihkan oleh Al Albani)
4. Membersihkan mulut dan hidung
Dengan cara berkumur-kumur, menghirup air ke dalam hidung lalu
menghembuskannya kembali ke luar (H.1 & H.2).
Berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung dilakukan secara
bersamaan (H.2 & H.4).
Bersungguh-sungguh ketika menghirup air ke dalam hidung kecuali dalam
keadaan berpuasa karena dikhawatirkan air masuk ke dalam kerongkongan
(H.5).
5. Mencuci muka
Batas muka (wajah) : lebarnya antara kedua telinga dan panjangnya dari
awal tempat tumbuhnya rambut hingga ke dagu.
Jika kepala tidak memiliki rambut maka patokannya adalah tempat
tumbuhnya rambut dalam keadaan normal atau ketika dia masih memiliki
rambut.
Janggut dibedakan antara yang lebat dan yang tipis. Janggut yang lebat
adalah janggut yang tumbuh sedemikian sehingga kulit tempat tumbuhnya
janggut tersebut tidak terlihat lagi, maka janggut yang seperti ini diusap
permukaannya dan disela-selai dengan jari-jari tangan yang dibasahi
dengan air. Adapun janggut yang tipis adalah janggut yang masih terlihat
kulit tempat tumbuhnya janggut tersebut, maka janggut yang seperti ini
harus dicuci dan air harus sampai ke kulit wajah tempat tumbuhnya
janggut tersebut.
:
Dari anas bin Malik bahwasanya Rasulullah apabila beliau berwudhu beliau mengambil seciduk air
lalu memasukkannya di bawah dagu beliau lalu mencuci di sela-sela janggut beliau dan beliau
berkata : “Beginilah Tuhanku ‘Azza wa Jalla memerintahkan kepadaku.” (HR. Abu Daud dan
dishahihkan oleh Al Albani)
6. Mencuci kedua tangan hingga ke siku (H.1 & H.2)
7. Mengusap kepala (bukan mencuci)
Yaitu dengan membasahi kedua tangan dengan air lalu mengusapkannya
ke kepala (H.1).
Cara mengusap kepala yaitu dengan memperjalankan kedua telapak
tangan yang telah dibasahi dengan air, dimulai dari bagian depan kepala
hingga ke bagian belakang kepala kemudian dikembalikan lagi ke bagian
depan (tempat memulai) (H.1).
Setelah kedua telapak tangan kembali ke tempat mulainya langsung
mengusap kedua telinga tanpa mengambil air yang baru (H.6 & H.7 ).
Mengusap telinga dengan cara mengusap bagian dalam daun telinga
dengan jari telunjuk dan bagian luar daun telinga dengan ibu jari (H.6).
(H.6)
45 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
Dari 'Amr bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya tentang sifat wudhu Rasulullah , dia berkata :
Kemudian beliau mengusap kepalanya dan memasukkan kedua jari telunjuknya ke dalam kedua
telinganya dan mengusap dengan kedua ibu jarinya bagian luar dari kedua telinganya (daun
telinga) dan mengusap dengan kedua telunjuknya bagian dalam dari kedua telinganya. (HR. Abu
Daud dan berkata Al Albani hasan shahih)
(H.7)
Dari Abu Hurairah, Abdullah bin Zaid dan Abu Umamah radhiyallahu ‘anhum bahwasanya
Rasulullah bersabda :
“Kedua telinga itu adalah bagian dari kepala.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah dan
disahihkan oleh Al Albani)
8. Mencuci kaki
Mencuci kedua kaki hingga ke mata kaki. Allah berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan kakimu sampai dengan
kedua mata kaki…” (QS. Al Maidah : 6)
Mencuci sela-sela jari-jari kaki (H.5).
Untuk anggota tubuh yang berpasangan dimulai dengan mencuci bagian
yang kanan kemudian bagian yang kiri.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha dia bekata : Adalah Nabi suka untuk memulai dari yang kanan
ketika memakai sendal, bersisir, bersuci dan dalam seluruh keadaan beliau. (HR. Bukhari)
Anggota-anggota wudhu dapat dicuci sebanyak masing-masing satu kali
Dari Ibnu Abbas bahwasanya Nabi pernah berwudhu satu kali satu kali. (HR. Bukhari)
Atau masing-masing dua kali
Dari Abdullah bin Zaid bahwasanya Nabi pernah berwudhu dua kali dua kali. (HR. Bukhari)
Atau masing-masing tiga kali (H1, H2, H4) dan inilah yang afdhal.
B. Mandi Janabah
Sahnya mandi janabah adalah dengan membasahi seluruh tubuh dengan air.
Adapun sunnahnya maka ada dua cara:
1. Cara pertama :
Mencuci kedua tangan
Berwudhu secara sempurna sebagaimana wudhu untuk shalat
Mencuci sela-sela rambut dengan jari-jari tangan sampai membasahi
seluruh permukan kulit kepala.
Menyiram air ke atas kepala tiga kali.
Menyiram seluruh tubuh.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha dia berkata : Adalah Nabi apabila beliau mandi janabah beliau
mulai dengan mencuci kedua tangannya kemudian beliau berwudhu seperti wudhunya untuk
shalat, kemudian beliau memasukkan jari-jari beliau ke dalam air lalu mencuci sela-sela rambutnya
hingga ke kulit kepala beliau kemudian beliau menyiramkan air ke atas kepalanya tiga kali dengan
tangan beliau kemudian beliau menyiramkan air ke seluruh permukaan kulit beliau . (HR. Bukhari)
2. Cara kedua :
46 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
Dari Maimunah radhiyallahu 'anha dia berkata : Rasulullah meletakkan air untuk mandi janabah
lalu beliau menuangkan air dengan tangan kanannya ke tangan kirinya dua kali atau tiga kali,
kemudian beliau mencuci kemaluan beliau, kemudian beliau menepukkan tangan beliau ke tanah
atau ke tembok dua kali atau tiga kali, kemudian beliau berkumur-kumur dan menghirup air dan
mencuci wajah beliau dan kedua lengan beliau kemudian beliau menyiramkan air ke atas kepala
beliau lalu menyiramkan air ke tubuh beliau, kemudian beliau minggir lalu beliau mencuci kedua
kaki beliau. Berkata Maimunah : Lalu aku mengambilkan beliau kain (handuk) namun beliau tidak
menginginkannya, lalu beliau mulai menyeka air dengan tangan beliau. (HR. Bukhari dan Muslim)
C. Tayammum
Tata cara tayammum :
1. Menepukkan kedua telapak tangan ke atas tanah yang berdebu.
2. Meniup kedua telapak tangan tangan yang telah ditepukkan ke tanah.
3. Mengusap kedua telapak tangan ke wajah.
4. Mengusap kedua telapak tangan hingga ke pergelangan.
Dari Ammar bin Yasir bahwasanya Nabi berkata kepadanya (tentang tayammum) : “Sesungguhnya
cukup bagimu berbuat seperti ini,” lalu Nabi menepukkan kedua telapak tangannya ke tanah dan
meniup keduanya kemudian beliau mengusap dengan kedua telapak tangannya itu wajah beliau dan
kedua tangan beliau hingga pergelangan. (HR. Bukhari dan Muslim)
47 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
SHALAT
1. Berniat
Niat letaknya di dalam hati.
2. Takbiratul ihram
Mengucapkan Allahu Akbar.
(H.1)
Dari Abu Hurairah bahwasanya dia berkata : "Adalah Rasulullah apabila beliau bertakbir untuk
shalat beliau menjadikan kedua tangannya sejajar dengan kedua bahu beliau dan apabila beliau
beliau ruku' beliau berbuat seperti itu dan apabila beliau bangkit (dari ruku') untuk sujud beliau
berbuat seperti itu dan apabila beliau bangkit dari rakaat yang kedua beliau berbuat seperti itu." (HR.
Abu Daud dan disahihkan oleh Al Albani)
Mengangkat kedua tangan sejajar dengan kedua bahu (H.1) atau sejajar
dengan kedua telinga (H.2).
(H.2)
Dari Malik bin Al Huwairits bahwasanya Rasulullah apabila beliau bertakbir beliau
mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua telinganya dan apabila beliau ruku'
beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua telinganya dan apabila beliau
mengangkat kepalanya dari ruku' lalu mengucapkan sami'allahu liman hamidah beliau juga berbuat
seperti itu." (HR. Muslim)
Jari-jari tangan tidak direnggangkan dan tidak pula dirapatkan (H.3).
(H.3)
Dari Abu Amir al Aqdy dia berkata: telah menyampaikan kepada kami Ibnu abi Dzi’b dari Said bin
Sam’an dia berkata: Abu Hurairah pernah mendatangi di mesjid Bani Zuraiq lalu beliau berkata :
“Tiga perkara yang dahulu Rasululah mengamalkannya dan sekarang manusia
meninggalkannya. Adalah beliau apabila beliau masuk ke dalam shalat beliau berbuat begini – Abu
Amir mencontohkan dengan tangannya dimana dia tidak menjarangkan antara jari-jarinya dan
tidak pula merapatkannya. (HR. Al Hakim dan dia menshahihikannya dan disepakati oleh Adz
Dzahabi, Al Albani juga menshahihkan hadits ini).
3. Membaca doa iftitah
Dapat memilih salah satu doa diantara doa-doa iftitah yang diriwayatkan
secara shahih dari Rasulullah . Beberapa contoh doa iftitah :
“Ya Allah jauhkanlah antara aku dan dosa-dosaku sebagaimana Engkau menjauhkan antara tinur dan
barat. Ya Allah sucikanlah aku dari dosa-dosaku sebagaimana sucinya kain yang putih dari noda. Ya
Allah cucilah aku dari dosa-dosaku dengan salju dan air dan embun.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan dengan Pujimu dan berberkahlah NamaMu dan tinggilah
KemuliaanMu dan tidak ada Ilah selainMu.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani)
“Allah Maha Besar dan segla puji bagi Allah dengan sebanyak-banyaknya dan Maha Suci Allah diwaktu
pagi dan diwaktu petang.” Ketika Rasulullah mendengar seorang sahabat membaca doa tersebut
beliau bersabda : “Saya kagum dengan doa ini, telah dibukakan baginya pintu-pintu langit.” (HR.
Muslim)
48 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak lagi baik dan berberkah padanya.” Ketika Rasulullah
mendengar seorang sahabat membaca doa ini beliau bersabda : “Sungguh saya telah melihat dua belas
malaikat bersegera kepadanya (mereka berlomba) siapa diantara mereka yang akan mengangkatnya
(melaporkannya kepada Allah). (HR. Muslim)
4. Membaca surah Al Fatihah
:
Dari Ubadah bin Ash Shamit bahwasanya Rasulullah bersabda : “Tidak ada shalat bagi orang yang
tidak membaca surat al Fatihah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dimulai dengan ta’awwudz karena surah Al Fatihah adalah bagian dari Al
Quran. Beberapa contoh bacaan ta’awwudz :
“Maka apabila engkau akan membaca Al Quran maka berlindunglah kepada Allah dari syaithan
yang terkutuk.” (QS. An Nahl : 98)
:
Dari Abu Said Al Khudri dia berkata : Adalah Rasulullah apabila beliau shalat di waktu
malam beliau bertakbir kemudian beliau membaca (yang artinya) : “Maha Suci Engkau Ya Allah dan
dengan Pujimu dan berberkahlah NamaMu dan tinggilah KemuliaanMu dan tidak ada Ilah
selainMu.” Kemudian beliau membaca “la ilaha illallah” 3X kemudian membaca “Allahu akbar
kabira (3X) aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari syaitan
yang terkutuk; dari kesurupannya dan dari kesombongannya dan dari syairnya” kemudian beliau
membaca (Al Fatihah).” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh al Albani)
Dari anak Jubair bin Muth’im dari bapaknya dia berkata : Adalah Rasulullah apabila beliau masuk
ke dalam shalat beliau membaca : Allahu Akbar kabira walhamdulillahi katsira (3X), aku berlindung
kepada Allah dari syaithan yang terkutuk; dari kesombongannya dan dari kesurupannya dan dari
syairnya. (HR. Ibnu Hibban dan dishahihkan oleh Al Albani)
Membaca basmalah dengan siir (tidak mengeraskan suara) baik dalam
shalat-shalat siir maupun dalam shalat-shalat jahar.
o Hadits 'Aisyah r.a dia berkata:
"Adalah Nabi memulai sholat dengan takbir dan (memulai) bacaan dengan Alhamdulillahi
rabbil 'alamin." (HR. Bukhari-Muslim).
o Hadits Anas r.a :
"Bahwasanya Nabi dan Abu Bakar dan Umar, mereka memulai shalat dengan Alhamdulillahi
rabbil 'alamin." (HR. Bukhari-Muslim)
o Dalam riwayat ِAhmad, An-Nasa'i dan Ibnu Khuzaimah disebutkan :
ال يجهرون ببسم هللا الرحمن الرحيم
“Mereka tidak menjaharkan Bismillahirrahmanirrahim.”
Mengucapkan amin baik sebagai imam, ma’mum ataupun shalat sendiri.
Dari Abu Hurairahbahwasanya Nabi bersabda : "Apabila imam mengucapkan amin maka
ucapkanlah amin karena sesungguhnya barangsiapa yang bertepatan aminnya dengan aminnya
malaikat diampunkan baginya dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
49 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
Dari Ubadah bin Ash Shamit dia berkata : "Kami pernah shalat subuh di belakang Rasulullah
maka Rasulullah membaca lalu terasa berat bagi beliau bacaannya, maka ketika selesai beliau
berkata : "Barangkali kalian membaca di belakang imam kalian ?" Kami menjawab : "Benar wahai
Rasulullah, dengan cepat." Beliau bersabda : "Jangan kalian lakukan, kecuali dengan fatihatul kitab
(surat Al Fatihah) karena sesungguhnya tidak sah shalat bagi orang yang tidak membacanya." (HR.
Abu Daud dan Ahmad dan dihasankan oleh Tirmidzi dan Al Albani).
Kecuali seorang yang masbuq yang tidak sempat lagi membaca Al Fatihah
namun mendapatkan ruku’ ketika imam sedang ruku’ maka dia dianggap
mendapatkan raka’at tersebut :
Dari Abu Bakrah bahwasanya dia sampai kepada Nabi sementara beliau dalam keadan
ruku', maka dia pun ruku' sebelum sampai ke shaf, lalu dia menyebutkan hal itu kepada Rasulullah
maka beliau bersabda : "Semoga Allah menambah keinginanmu (untuk mendapatkan kebaikan)
dan jangan kamu ulangi (buru-buru mengejar shalat dan ruku' sebelum sampai ke shaf)." (HR.
Bukhari)
5. Membaca surah setelah Al Fatihah.
Membaca surah setelah Al Fatihah pada rakaat pertama dan kedua adapun
pada rakaat ketiga dan keempat hanya membaca Al Fatihah saja.
Bacaan pada rakat pertama lebih panjang dari pada bacaan pada rakaat
kedua.
Dari Abdullah bin Abi Qatadah dari bapaknya, dia berkata : "adalah Nabi membaca pada dua
rakaat yang pertama dari shalat zhuhur surat Al Fatihah dan dua surat yang dipanjangkannya pada
rakaat yang pertama dan dipendekkannya pada rakaat yang kedua, dan kadang-kadang beliau
memperdengarkan ayat yang dibacanya, dan adalah beliau membaca pada shalat ashar surat Al
Fatihah dan dua surat dan beliau memenjangkan pada rakaat pertama dan adalah beliau
memanjangkan (bacan) pada rakaat pertama pertama shalat subuh dan memendekkan pada rakaat
yang kedua." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abdullah bin Abi Qatadah dari bapaknya bahwasanbya Nabi membaca pada dua rakaat
yang pertama dari shalat zhuhur dan ashar Al Fatihah dan surat, dan kadang-kadang beliau
memperdengarkannya kepada kami, dan beliau membaca Al Fatihah pada dua rakaat yang
terakhir." (HR. Muslim)
6. Ruku’
Bertakbir ketika akan ruku’ (H.4) sambil mengangkat kedua tangan seperti
saat takbiratul ihram (H.1 & H.2).
(H.4)
50 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
Dari Abi Humaid dia berkata : "Aku yang paling tahu diantara kalian tentang shalatnya Rasulullah
, sesungguhnya Rasulullah berdiri lalu bertakbir dan mengangkat kedua tangannya, kemudian
beliau mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir untuk ruku', kemudian beliau ruku' dan
meletakkan kedua tangannya pada kedua lututnya seakan-akan beliau menggenggam keduanya dan
beliau melengkungkan kedua tangannya dan menjauhkan keduanya dari kedua sisi badannya dan
belaiu tidak mengangkat kepalanya dan tidak pula menundukkannya." (HR. Abu Daud dan
disahihkan oleh Al Albani)
Meletakkan dan menggenggamkan kedua telapak tangan di kedua lutut
(H.4) dengan merenggangkan jari-jari tangan (H.5, H.6) serta manjauhkan
kedua siku dari sisi-sisi badan (H.4).
(H.5)
Dari Wail bin Hujr bahwasanya Nabi apabila ruku' beliau menjarangkan antara jari-
jari(tangan)nya dan apabila beliau sujud beliau merapatkan jari-jari(tangan)nya." (HR. Hakim dan
Ibnu Majah dan disahihkan oleh Al Albani)
Meratakan pungung.
Dari Wabishah bin Ma'bad dia berkata : "Saya melihat Rasulullah shalat, maka apabila beliau
ruku' beliau meratakan punggungnya sehingga apabila dituangkan di atasnya air sungguh air itu
akan tinggal." (HR. Ibnu Majah dan disahihkan oleh Al Albani).
Tidak mengangkat kepala dan tidak pula menundukkannya (H.4).
Tuma’ninah, yaitu berdiam dengan tenang pada satu posisi sebelum
berpindah kepada posisi berikutnya (H.6)
(H.6)
Dari Abdullah bin Umar bahwasanya Rasulullah bersabda : "Apabila engkau ruku' maka
letakkanlah kedua telapak tanganmu di atas kedua lututmu kemudian jarangkanlah antara jari-
jarimu kemudian tinggallah sampai semua anggota tubuh mengambil tempatnya." (HR. Ibnu Hibban
dan disahihkan oleh Al Albani)
Membaca doa ruku’. Beberapa contoh doa ruku’ :
Artinya : “Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung” (dibaca 3X). (HR. Abu Daud dan dishahihkan Al
Albani)
Artinya : “Yang Maha Suci (dari segala keburukan) Yang Maha Suci (dari segala yang kotor)
Tuhannya para malaikat dan Tuhannya Ar Ruh (malaikat Jibril).” (HR. Muslim)
Artinya : “Maha Suci Engkau Ya Allah Tuhan kami dan dengan PujiMu Ya Allah ampunilah aku.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Boleh membaca tasbih lebih dari 3X.
(H.7)
Dari Hudzaifah dia berkata : “Aku pernah shalat bersama Nabi pada suatu malam maka
beliau membuka dengan surah Al Baqarah maka aku berkata beliau akan ruku’ pada ayat ke 100,
ternyata beliau melanjutkan, maka aku berkata beliau akan menyelesaikan Al Baqarah dalam satu
51 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
rakaat lalu beliau melanjutkan ( bacaan beliau) maka aku berkata beliau akan ruku’ (pada akhir Al
Baqarah), kemudian beliau membaca surah An Nisa kemudian beliau membaca surah Ali Imran
maka beliau membacanya dengan perlahan, apabila beliau melewati ayat yang di dalamnya tasbih
beliau bertasbih dan apabila beliau melewati ayat permintaan beliau meminta dan apabila beliau
melewati ayat ta’awwudz beliau meminta perlindungan, kemudian beliau ruku’ dan membaca
subhana rabbiyal ‘azhim, maka adalah ruku’nya seperti panjamgnya berdirinya, keudian beliau
membaca sami’allahu liman hamidah lalu beliau berdiri panjang seperti panjangnya ruku’nya,
kemudian beliau sujud dan membaca subhana rabbiyal a’la maka adalah sujudnya seperti
panjangnya berdirinya.” (HR. Muslim)
7. Bangkit dari ruku’ (i’tidal)
Mengangkat kedua tangan seperti saat takbiratul ihram (H.1, H.2) sambil
mengucapkan sami’allahu liman hamidah bagi imam dan orang yang shalat
sendiri, adapun ma’mum maka cukup mengucapkan rabbana wa lakal hamdu
jika imam membaca sami’allahu liman hamidah.
Dari Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah bersabda : "Sesungguhnya dijadikan imam untuk
diikuti, maka apabila dia shalat berdiri maka shalatlah kalian dengan berdiri dan apabila dia ruku'
maka ruku'lah kalian, dan apabila dia bangkit maka bangkitlah kalian dan apabila dia mengucapkan
sami'allahu liman hamidah ucapkanlah rabbana wa lakalhamdu, dan apabila dia shalat berdiri maka
shalatlah kalian dengan berdiri dan apabila dia shalat duduk maka shalatlah kalian semua sambil
duduk." (HR. Bukhari dan Muslim)
Terdapat ikhtilaf diantara para ulama tentang posisi tangan saat berdiri
i’tidal apakah diletakkan di atas dada (H.9 & H.10) atau digantungkan ke
bawah (H.8). Pendapat yang rajih dalam masalah ini adalah disunnahkan
meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada (bersedekap) pada
saat berdiri i’tidal.
(H.8)
Dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi masuk ke dalam masjid lalu masuk pula seorang laki-
laki dan melaksanakan shalat, kemudian dia datang memberi salam pada Nabi maka Nabi
menjawab salamnya dan berkata : "Ulangi shalatmu karena sesungguhnya kamu belum shalat,"
kemudian orang itu datang lagi dan memberi salam kepada Nabi maka beliau berkata : "Ulangi
shalatmu karena sesungguhnya kamu belum shalat," tiga kali, maka orang itu berkata : "Demi Yang
Mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak tahu selain dari itu maka ajarkanlah aku." Beliau berkata :
"Apabila engkau berdiri untuk shalat maka bertakbirlah kemudian bacalah apa yang mudah bagimu
dari Al Qur-an kemudian ruku'lah sampai engkau tenang dalam keadaan ruku' kemudian
bangkitlah hingga engkau tegak lurus berdiri kemudian sujudlah hingga engkau tenang dalam
keadaan sujud kemudian bangkitlah hingga engkau tenang dalam keadaan duduk kemudian
sujudlah hingga engkau tenang dalam keadaan sujud kemudian lakukanlah yang seperti itu dalam
seluruh shalatmu." (HR. Bukhari dan Muslim)
(H.9)
Dari Wail bin Hujr dia berkata : "Saya melihat Rasulullah apabila beliau berdiri di dalam
shalat beliau menggenggamkan tangan kanannya atas tangan kirinya." (HR. Nasa-i dan disahihkan
oleh Al Albani)
(H.10)
52 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
Dari Wail bin Hujr dia berkata : "Saya pernah shalat di belakang Rasulullah maka beliau
bertakbir ketika masuk (ke dalam shalat) dan mengangkat kedua tangannya, dan ketika akan ruku'
beliau mengangkat kedua tangannya, dan ketika beliau mengangkat kepalanya dari ruku' beliau
mengangkat kedua tangannya dan meletakkan kedua telapak tangannya." (HR. Ahmad dengan
sanad yang sahih)
Membaca doa i’tidal. Beberapa contoh doa i’tidal :
“Ya Tuhan kami, bagiMu segala puji.” (HR. Bukhari dan Muslim )
“Ya Tuhan kami dan bagiMu segala puji.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Ya Allah Tuhan kami, bagiMu segala puji sepenuh langit dan sepenuh bumi dan sepenuh apa yang
Engkau kehendaki dari sesuatu.” (HR. Muslim)
“Ya Tuhan kami dan bagiMu segala puji, pujian yang banyak yang baik yang berberkah padanya. ”
(HR. Bukhari)
8. Sujud
Terdapat ikhtilaf diantara para ulama tentang cara menyungkur sujud
setelah berdiri i’tidal, antara mendahulukan kedua tangan sebelum kedua
lutut atau sebaliknya. Pendapat yang rajih dalam masalah ini adalah
mendahulukan kedua tangan sebelum kedua lutut.
Dari Abu Hurairah dia berkata : Bersabda Rasulullah : "Apabila salah seorang dari kalian
sujud maka janganlah dia turun seperti turunnya unta, hendaklah dia meletakkan kedua tangannya
sebelum kedua lututnya." (HR. Abu Dawud dan disahihkan oleh Al Albani)
Bersujud di atas tujuh tulang.
Dari Ibnu Abbas dia berkata : Bersabda Nabi : Aku diperintahkan untuk sujud di atas tujuh
tulang ; atas jidat – sambil beliau menunjuk dengan tangannya ke hidungnya – dan kedua tangan
dan kedua lutut dan atas ujung-ujung kedua kaki dan agar kita tidak mengumpulkan (menggulung)
pakaian dan rambut." (HR. Bukhari dan Muslim)
Meletakkan kedua telapak tangan di atas tanah sejajar dengan kedua bahu
(H.11 & H.12).
(H.11)
Dari Al Bara' dia berkata : Bersabda Rasulullah : "Apabila engkau sujud maka letakkanklah
kedua tanganmu dan angkatlah kedua sikumu." (HR. Muslim)
(H.12)
Dari Abu Humaid As Sa'idiy bahwasanya Nabi apabila beliau sujud beliau meletakkan
hidungnya dan jidatnya di tanah dan menjauhkan kedua tangannya dan kedua lambungnya dan
meletakkan kedua tapak tangannya sejajar dengan kedua bahunya. (HR. Tirmidzi dan disahihkan
oleh Al Albani)
53 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
Mengangkat kedua siku (tidak merapatkan kedua siku di tanah) (H.11) dan
manjauhkannya dari lambung.
Dari Maimunah radhiyallahu 'anha bahwasanya Nabi apabila beliau sujud beliau menjauhkan
(antara kedua tangannya) sehingga sekiranya ada anak kambing yang hendak lewat diantara kedua
tangan beliau pasti dia dapat melewatinya. (HR. Muslim dan Abu ‘Uwanah)
Dari Abdullah bin Malik bin Buhainah bahwasanya Nabi apabila beliau shalat beliau
menjarangkan antara kedua tangannya hingga terlihat ketiak beliau. (HR. Bukhari dan Muslim)
Merapatkan jari-jari tangan (H.5) dan menghadapkannya ke kiblat.
Dari Al Bara’ bin ‘Azib dia berkata : “Adalah Rasulullah apabila beliau sujud beliau
meletakkan kedua tangannya di tanah dengan menghadapkan kedua tangan beliau dan jari-jari
beliau ke kiblat.” (HR. Baihaqi dan dishahihkan oleh Al Albani)
Merapatkan sisi dalam kedua telapak kaki dan menghadapkan jari-jarinya
ke kiblat (H .13 & H.14).
(H.13)
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha dia berkata : Saya kehilangan Rasulullah padahal beliau tadinya
bersamaku di atas tempat tidurku, maka aku mendapatkannya sedang sujud dengan merapatkan
kedua kakinya dan menghadapkan ujung jari-jari kaki beliau ke kiblat, maka aku mendengar beliau
mengucapkan : "Aku berlindung dengan keridhoanMu dari kemurkaanMu dan (aku berlindung)
dengan maafMu dari hukumanMu." (HR. Baihaqi dan disahihkan oleh Al Albani)
(H.14)
Dari Abu Humaid As Sa'ididia berkata : Aku yang paling hafal diantara kalian shalatnya
Rasulullah , aku melihat beliau apabila bertakbir beliau menjadikan kedua tangannya sejajar
dengan kedua bahunya dan apabila beliau ruku' beliau mengokohkan kedua tangannya pada kedua
lututnya, kemudian beliau meratakan punggung beliau, maka apabila beliau mengangkat kepalanya
beliau sempurnakan (berdiri) sampai semua ruas tulang punggung kembali ke tempatnya, maka
apabila beliau sujud beliau meletakkan kedua tangannya dengan tidak merapatkan sikunya ke tanah
dan tidak pula mengumpulkannya (merapatkannya ke badannya) dan beliau menghadapkan ujung-
ujung jari kaki beliau ke kiblat , maka apabila beliau duduk pada dua rakaat beliau duduk di atas
kakinya yang kiri dan menegakkan yang kanan dan apabila beliau duduk pada rakaat yang terakhir
beliau majukan kakinya yang kiri dan menegakkan yang lain (kanan) dan beliau duduk di atas
pantatnya." (HR. Bukhari)
Tuma’ninah dalam sujud (H.8).
Membaca doa sujud. Beberapa contoh doa sujud :
Artinya : “Maha Suci Tuhan kami Yang Maha Tinggi.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al
Albani)
Artinya : “Yang Maha Suci (dari segala keburukan) Yang Maha Suci (dari segala yang kotor) Tuhannya para
malaikat dan Tuhannya Ar Ruh (malaikat Jibril).” (HR. Muslim)
54 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
Artinya : “Maha Suci Engkau Ya Allah Tuhan kami dan dengan PujiMu Ya Allah ampunilah aku.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Boleh membaca tasbih lebih dari tiga kali (H.7).
9. Duduk diantara dua sujud
Duduk iftirasy yaitu menduduki telapak kaki kiri dan menegakkan telapak
kaki yang kanan (H.14 & H.15).
(H.15)
Dari Aisyah radiyallahu 'anha dia berkata : Adalah Rasulullah membuka shalat dengan takbir
dan (membuka) bacaan dengan alhamdulillahi rabbil'alamin, dan apabila beliau ruku' beliau tidak
mengangkat kepalanya dan tidak pula menundukkannya akan tetapi antara keduanya, dan apabila
beliau mengangkat kepalanya dari ruku' beliau tidak sujud sampai beliau sempurna berdiri dan
apabila beliau mengangkat kepalanya dari sujud beliau tidak sujud (kembali) sampai beliau duduk
sempurna , dan beliau membaca pada setiap dua rakaat attahiyyah, dan adalah beliau menduduki
kakinya yang kiri dan menegakkan yang kanan dan beliau melarang dari duduk uqbatusy syaithan
dan beliau melarang seseorang merapatkan tangannya ke tanah seperti binatang buas, dan adalah
beliau menutup shalatnya dengan salam . (HR. Bukhari)
Boleh juga dengan cara menegakkan kedua telapak kaki dan
merapatkannya lalu duduk di atas tumit.
Dari Abu Az Zubair bahwasanya dia mendengar Thawus berkata : Kami bertanya kepada Ibnu
Abbas tentang duduk iq'aa di atas kedua kaki (menegakkan kedua kaki lalu duduk di atas
kedua tumit) maka dia berkata: "Dia itu sunnah." (HR. Muslim)
Dilarang duduk uqbatusy syaithan, dan bentuknya ada dua:
Merapatkan punggung telapak kaki ke lantai dan menduduki kedua
tumit.
Menegakkan kedua telapak kaki dan duduk diantara keduanya di atas
tanah dan meletakkan kedua tangannya di tanah.
Meletakkan tangan kanan di atas paha kanan atau lutut kanan dan tangan
kiri di atas paha kiri atau lutut kiri.
Dari Ali bin Abdurrahman Al Mu'awi dia berkata : Abdullah bin Umar melihatku sementara aku
mempermainkan kerikil dalam shalat, maka tatkala dia telah selesai dia melarangku dan berkata :
"Lakukanlah seperti apa yang dilakukan oleh Rasulullah ," maka aku bertanya : "Bagaimana yang
dilakukan oleh Rasulullah ?" Dia berkata : "Adalah beliau apabila beliau duduk dalam shalat
beliau meletakkan tangan kanannya di atas paha kanannya dan beliau menggenggam jari-jari beliau
semuanya dan berisyarat dengan jari setelah ibu jari (yaitu jari telunjuk) dan beliau meletakkan
tangan kiri beliau di atas paha kiri beliau." (HR. Muslim)
Dari Abu Humaid dia berkata : "Aku yang paling tahu diantara kalian tentang shalatnya
Rasulullah , sesungguhnya Rasulullah duduk untuk tasyahhud maka beliau duduk di atas kaki
kirinya dan menghadapkan punggung telapak kaki kanannya ke kiblat dan meletakkan tangan
kanannya di atas lututnya yang kanan dan tangan kirinya di atas lututnya yang kiri dan beliau
55 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
berisyarat dengan jari telunjuknya." (HR. Tirmidzi dan disahihkan oleh Al Albani)
Membaca doa duduk diantara dua sujud. Beberapa contoh doa duduk
diantara dua sujud :
“Ya Allah ampunilah aku dan rahmatilah aku dan selamatkanlah aku (dari kecelakaan dunia dan
akhirat / dari penyakit lahir dan batin) dan tunjukilah aku dan berikanlah rezki kepadaku.” (HR.
Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani)
“Ya Allah ampunilah aku dan rahmatilah aku dan cukupkanlah aku dari kefakiranku dan tunjukilah
aku dan berilah rezki kepadaku.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani)
“Tuhanku, ampunilah aku dan rahmatilah aku dan cukupkanlah aku dari kefakiranku dan berilah
rezki kepadaku dan angkatlah (derajat)ku.” (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al Albani)
“Tuhanku, ampunilah aku. Tuhanku, ampunilah aku.”(HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al
Albani). Doa ini dapat dibaca berulang-berulang.
10. Bangkit dari sujud
Bangkit dari sujud sambil bertakbir (H.16).
(H.16)
Dari Ayyub dari Abu Qilabah dia berkata : "Datang kepada kami Malik bin Al Huwairits lalu beliau
mengimami kami di mesjid kami ini lalu dia berkata : "Sesungguhnya aku akan shalat dengan kalian
dan tidaklah aku menginginkan shalat akan tetapi aku ingin memperlihatkan kepada kalian
bagaimana aku melihat Nabi shalat," berkata Ayyub : "Aku berkata kepada Abu Qilabah :
"Bagaimana shalatnya?" Dia berkata : "Seperti shalatnya syaikh kita ini," maksudnya 'Amr bin
Salamah, berkata Ayyub : "Dan adalah syaikh tersebut menyempurnakan takbir, dan apabila dia
mengangkat kepalanya dari sujud kedua dia duduk dan bertelekan di atas tanah kemudian berdiri,"
(HR. Bukhari)
Disunnahkan duduk istirahat, yaitu duduk sejenak setelah bangkit dari
sujud sebelum berdiri ke raka’at berikutnya (H.16 & H.17). Dibolehkan
langsung berdiri setelah bangun dari sujud menuju ke rakaat berikutnya.
Sebagaimana atsar Ibnu Mas’ud dari Abdurrahman bin Yazid dia berkata :
saya memperhatikan Abdullah bin Mas’ud dalam shalat maka saya
melihatnya langsung berdiri dan tidak duduk pada rakaat pertama dan
ketiga.” (HR. Thabrani dan Baihaqi dengan sanad yang shahih sebagaimana
yang dikatakan Al Baihaqi dan An Nawawi). Ibnu Abi Syaibah juga
meriwayatkan dari sahabat Ali, Ibnu Mas’ud dan Ibnu Umar – dengan
sanad yang shahih sebagaimana dikatakan Al Albani – bahwa mereka
mereka langsung bangkit dalam shalat dan tidak duduk istirahat
(H.17)
Dari Malik bin Al Huwairits Al Laitsi bahwasanya dia melihat Rasulullah shalat, maka apabila
beliau berada pada rakaat ganjil dari shalatnya beliau tidak bangkit sampai beliau duduk sempurna."
(HR. Bukhari)
56 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
Dari Al Arzaq bin Qais dia berkata : Saya melihat Ibnu Umar bertelekan dengan mengepalkan tangan
dalam shalat apabila dia bangkit, maka aku menanyakan kepadanya lalu dia menjawab : "Saya
melihat Rasulullah melakukannya." (HR. Abu Ishaq Al Harbi, berkata Al Albani sanadnya baik)
11. Tasyahhud awal
Duduk tasyahhud awal dengan cara iftirasy yaitu menduduki kaki kiri dan
menegakkan yang kanan (H.14 & H.15).
Membaca at-tahiyyat.
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha dia berkata : ……dan adalah beliau mengucapkan pada setiap dua
rakaat attahiyyah dan adalah beliau duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya."
(HR. Muslim)
Beberapa contoh bacaan tahiyyat :
Artinya : “Segala pengagungan hanya untuk Allah dan (demikian pula) segala doa/shalat dan
perkataan/perbuatan yang baik. Semoga keselamatan atasmu wahai Nabi dan rahmat Allah serta
berkahNya. Semoga keselamatan atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang shaleh. Aku bersaksi
tidak ada ilah selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah hambaNya dan rasulNnya.” (HR.
Bukhari dan Muslim) Seperti di atas, tapi mengganti “assalamu ‘alaika ayyuhannabiy” dengan
“assalamu ‘alannabiy”.
Artinya : “Segala pengagungan, keberkahan, doa, perkataan/perbuatan yang baik hanya untuk
Allah. Semoga keselamatan atasmu wahai Nabi dan rahmat Allah serta berkahNya. Semoga
keselamatan atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang shaleh. Aku bersaksi tidak ada ilah selain
Allah dan bahwasanya Muhammad adalah rasul Allah.” (HR. Muslim)
Bershalawat kepada Rasulullah . Masalah ini diikhtilafkan para ulama,
sebagian ulama berpendapat disyariatkan shalawat pada tasyahhud awal
dan sebagian memandang tidak disyariatkan. Pendapat yang rajih bahwa
shalawat disunnahkan pada tasyahhud awal. Beberapa contoh shalawat :
(HR. Muslim)
(HR. Bukhari)
(HR. Muslim)
57 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
Berisyarat dengan jari telunjuk sejak awal tasyahhud, ada beberapa cara
yang disunnahkan :
Berisyarat (menunjuk) dengan jari telunjuk dan melipat jari-jari lainnya.
Dari Abdullah bin Umar dia berkata : "Adalah Rasulullah apabila beliau duduk dalam
shalat beliau meletakkan tangan kanannya di atas paha kanannya dan beliau menggenggam jari-
jari beliau semuanya dan berisyarat dengan jari setelah ibu jari (yaitu jari telunjuk) dan beliau
meletakkan tangan kiri beliau di atas paha kiri beliau." (HR. Muslim)
Berisyarat dengan telunjuk, mempertemukan ujung jari tengah dengan
ujung ibu jari sehingga membentuk lingkaran dan melipat jari manis
dan jari kelingking.
Dari Wail bin Hujr ketika menjelaskan cara shalat Nabi : “…kemudian beliau
menduduki kaki beliau yang kiri dan meletakkan tangan kiri beliu di atas paha kiri beliau dan
siku kanan beliau di atas paha kanan beliau dan beliau menggenggam dua jari beliau dan dan
membentuk lingkaran maka aku melihat beliau berbuat begini,” lalu dia membuat lingkaran
dengan ibu jarinya dan jari tengahnya dan berisyarat dengan telunjuk.” (HR. Abu Daud dan
dishahihkan oleh Al Albani)
Menggerak-gerakkan telunjuk ketika bertasyahhud.
Dari Wail bin Hujr ketika menjelaskan cara shalat Rasulullah dia berkata :
“… kemudian beliau menggenggam dua jari diantara jari jemari beliau dan membuat lingkaran
kemudian beliau mengangkat telunjuk beliau maka aku melihat beliau menggerak-gerakkannya
untuk berdoa dengannya…” (HR. An Nasai dan dishahihkan oleh Al Albani)
12. Tasyahhud akhir
Duduk tasyahhud akhir dengan cara tawarruk yaitu duduk meletakkan
pantat di atas tanah sambil menyorong kaki kiri agak ke depan di bawah
paha kanan dan menegakkan telapak kaki kanan (H .14).
Terdapat ikhtilaf diantara para ulama untuk shalat yang hanya berjumlah
dua rakaat seperti shalat subuh, shalat jum’at dan kebanyakan shalat-shalat
sunnah apakah duduknya iftirasy ataukah tawarruk. Pendapat yang rajih
dalam masalah ini adalah bahwa duduk tasyahhud akhir untuk shalat-
shalat yang hanya dua rakaat jumlahnya adalah duduk iftirasy.
Sebagaimana disebutkan dalam (H.14) “… maka apabila beliau duduk pada dua rakaat beliau
duduk di atas kakinya yang kiri dan menegakkan yang kanan…”. Juga beberapa hadits yang bersifat
mutlak seperti hadits Aisyah radhiyallahu 'anha dia berkata : ……dan adalah beliau mengucapkan pada
setiap dua rakaat attahiyyah dan adalah beliau duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya."
(HR. Muslim).
Membaca at-tahiyyat (lihat contoh tahiyyat pada tasyahud awal).
Bershalawat kepada Rasulullah (lihat contoh shalawat pada tasyahud
awal).
Berlindung dari empat perkara setelah bertasyahhud dan bershalawat atas
nabi pada tasyahhud akhir. Sebagian ulama mewajibkan hal ini.
Dari Abu Hurairah dia berkata: Bersabda Rasulullah : “Apabila salah seorang dari kalian
selesai dari tasyahhud akhir maka hendaklah dia berlindung kepada Allah dari empat perkara; dari
adzab jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian dan dari kejahatan Dajjal.”
(HR. Muslim)
58 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
Artinya : “Ya Allah sesungguhnya aku telah menzhalimi diriku sendiri dan tidak ada yang dapat
mengampuni dosa kecuali Engkau maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisiMu dan kasihilah
aku sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Artinya : “Ya Allah ampunilah bagiku apa yang aku dahulukan dan apa yang akhirkan(dari dosa-
dosa, apa yang aku sembunyikan dan apa yang aku nampakkan dan apa yang Engkau sebih
mengetahuinya daripada aku. Engkaulah yang mendahulukan dan Engkaulah yang mengakhirkan,
tidak ada ilah selainMu.” (HR. Muslim)
Artinya : “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu ya Allah, Yang Maha Tunggal, Yang
kepadaNya bergantung segala sesuatu, Yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak
ada sesuatupun yang serupa denganNya, agar Engkau mengampuni dosa-dosaku, sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al
Albani)
13. Salam
Memalingkan wajah ke kanan kemudian ke kiri hingga kelihatan pipi dari
belakang.
Lafazh salam ada dua macam :
Mengucapkan “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah” ke kanan dan ke kiri.
Dari Abul Ahwash dan Al Aswad dari Abdullah bahwasanya Nabi mengucapkan salam ke
kanan dan ke kiri hingga terlihat putihnya pipi beliau : Assalamu 'alaikum wa rahmatullah
Assalamu 'alaikum wa rahmatullah." (HR. Abu Daud dan disahihkan oleh Al Albani)
Mengucapkan “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh” ke
kanan dan “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah” ke kiri.
Dari Alqamah bin Wail dari bapaknya dia berkata : Saya pernah shalat bersama Nabi, maka
beliau bersalam ke kanan Assalamu 'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh dan ke kiri Assalamu
'alaikum wa rahmatullah. (HR. Abu Daud)
59 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
Mate ri 07
MANHAJ
AHLUSUNNAH
WAL JAMA’AH
Tujuan Materi :
Agar mutarabbi memahami syumuliah manhaj salaf dan menerapkan manhaj salaf dalam kehidupan
mereka secara syamil.
Agar mutarabbi memahami bahwa inti perbedaan antara ahlussunnah dan firqah-firqah yang sesat
adalah pada manhaj talaqqinya.
Agar mutarabbi memahami bahwa manhaj salaf tidak hanya mencakup persoalan aqidah tapi juga
mencakup masalah akhlak, da'wah, jihad dan lain-lain.
Agar mutarabbi mengetahui bahwa satu-satunya jalan keselamatan adalah dengan mengikuti manhaj
ahlussunnah.
61 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
Mate ri 08
MENGENAL
ALLAH
Tujuan Materi :
Agar peserta mengenal Allah dengan pengenalan yang sesungguhnya dan menjadikanNya sebagai
tujuan
Agar peserta mampu mengimplementasikan tauhid dalam kehidupannya sehari- hari.
Agar peserta bisa memuliakan Allah sebagaimana mestinya.
Agar peserta mmengetahui bahwa tauhid tidak akan tegak tanpa meninggalkan syirik.
Agar peserta mengetahui bahaya dari syirik.
Agar peserta mengenal jenis dan bentuk-bentuk syirik.
Agar peserta mampu menjauhi segala jenis kesyirikan.
C. MA’RIFATULLAH
1. Urgensi pembahasan ini:
Prinsip aqidah yang paling penting.
Diatasnya Islam itu eksis.
Inti ajaran Al qur'an:
a. Pengenalan terhadap Allah.
b. Konsewensi terhadap iman kepada-Nya.
c. Balasan terhadap iman dan kufur kepadaNya.
2. Jalan mengenal Allah:
Ayat-ayat: 3:190, 2:164.
a. Al qur'an. 2:2, 10:37
b. Alam semesta. 34:46, 7:54, 36:38, 41:37.
c. Mu'jizat. 26:67
Akal. 52:35, 7:185, 4:82.
Fithrah. 7:172, 177..
Jalan ini adalah jalan yang benar yang akan mengantarkan kepada
hidayah
62 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
D. TAUHIDULLAH
1. Defenisi tauhid:
Secara bahasa (etimologi): Membuat sesuatu jadi satu.
Secara ishtilah (terminologi): MengEsakan Allah dalam RububiyahNya,
UluhiyahNya serta Asma' dan SifatNya.
2. Tauhid Rububiyah: 1:1, 7:52.
Secara bahasa (etimologi):
a. Pembinaan dan peningkatan
b. Pemeliharaan 55:17
c. Mengarahkan/memimpin
d. Memiliki 1:2, 9:129
Secara ishtilah (terminologi):
Mengesakan Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya. 21:92
Cakupan tauhid Rububiyah:
a. Iman terhadap wujud Allah. 7:143, 25:21
b. Mengiqrarkan bahwasanya Allah:
Pencipta segala sesuatu. 39:62,
Pemilik segala sesuatu. 114:2, 3:26-27,
Maha pemberi rezki. 11:6
Yang menghidupkan 22:6
Yang mematikan 7:158
Yang memberi manfaat 10:106
Yang memberi mudhart 5:76
Yang mengabulkan do'a 13:14
Yang maha berkuasa 36:81, 6:18
Ditangan-Nya segala urusan 3:109, 10:31,
Yang mengatur. 10:3,31, 13:2, 32:5
3. Tauhid Uluhiyah:
Ma'na Ilah secara bahasa (etimologi):
a. Merasa tenang padanya. 48:4,26
b. Berlindung kepadanya. 72:22, 23:
c. Sangat rindu kepadanya.
d. Sangat mencintainya. 2:165, 5:54
e. Penyembahan
Ma'na tauhid uluhiyah secara ishtilah (terminologi):
Meng Esakan Allah dalam ibadah (MengEsakan Allah pada perbuatan-
Perbuatan hamba)
63 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
64 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
65 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
MARAJI':
1. Syarh Al ushul Ats tsalatsah/ Syekh Al 'utsaimin.
2. Empat istilah dalam Qur'an/ Al maududi
3. Tashil Al aqidah/Syekh Al jibrin.
4. Kitab tauhid/ Syekh Saleh Al fauzan.
5. Al aqidah fillah/ Dr. Sulaiman Al asyqar
6. Aqidah Al mu'min/ Abu Bakar Al jazairy.
7. Syarh ushul Al iman/ Syekh Al 'utsaimin
8. Al iryad ila tashih Al 'itiqad./ Syekh Saleh Al fauzan.
66 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
Mate ri 09
MENGENAL
RASULULLAH
Tujuan Materi :
Agar peserta bersyukur kepada Allah atas karunianya dalam bentuk mengutu RasulNya untuk
membimbing manusia kejalan yang benar.
Agar tertanam kecintaan kepada Rasul dalam diri para pesrta tarbiyah
Agar peserta menjadikan Rasul sebagai teladan dan panutannya.
MENGENAL RASULULLAH
1. Pengenalan terhadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
Beliau adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdilmuththalib bin Hisyam.
67 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
4. Fungsi Rasul:
a. Memberi petunjuk manusia untuk mengenal khalik dan mentauhidkan-
Nya.7:59, 65, 72, 85, 21:25.
b. Memperkenalkan kepada manusia manhaj hidup. 16:44, 64, 3:164.
c. Mentarbiyah:
Teladan. 68:4.
Sabar dan lapang dada. 3:159, 18:28.
Senantiasa mengingatkan Allah. 51:55.
Berinteraksi dengan orang lain.
Mengenali tabiat jiwa untuk diarahkan.17:84, 6:126
d. Mashdar (sumber) syari'at:
Menetapkan yang halal dan yang haram. 7:156, 59:7.
Untuk menjelaskan Al qur'an. 16:44.
Menjelaskan cara beribadah, 59:7, :
1. Ibadah mahdhah 2:239
2. Ibadah gairi mahdhah 6:135
e. Menegakkan Ad dien, baik di periode Makkah maupun di Madinah. 9:33,
48:28, 61:8.
68 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
MARAJI':
1. Aqidah Al mu;min / Abu Bakar Al jazairy.
2. Muqarrar ilmu tauhid / wizaratul ma'arif
3. Ar rusul wa Ar risalat / Dr. Sulaiman Al asyqar.
4. Ar rasul / Dr. Sa'id Hawwa
69 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
Mate ri 10
MENGENAL
DINUL ISLAM
Tujuan Materi :
Agar peserta memahimi ma'na dien yang sebenarnya
Agar peserta mengenal kesempurnaan dan keluasan Islam
Agar peserta ridha menjadikan Islam sebagai manhaj hidupnuya
Agar peserta menjauhkan diri dari perkara yang bisa membatalkan keislamannya
PEMBATAL-PEMBATAL ISLAM:
1. Syirik dalam beribadah kepada Allah. 4:48, 5:72.
2. Orang yang menjadikan antara dia dan Allah perantara-perantara, ia berdo'a
kepadanya,meminta syafaat serta berawakkal kepadanya. Oang seperti ini kafir
secara ijma'. 39:3
3. Orang yang tidak mau mengkafirkan orang-orang musyrik, atau ragu terhadap
kekufuran mereka , atau membenarkan ideologi mereka.Dia itu kafir. 11:109,
5:50
4. Orang yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi lebih sempurna dari petujuk
beliau, atau hukum yang lain lebih baik dari hukum beliau. Seperti orang-orang
yang mengutamakan hukum para Thagut di atas hukum Rasululah,
mengutamakan hukum atau perundang-undangan mausia di atas hukumIslam,
maka dia kafir. 5:44,45,47.
71 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
5. Siapa yang membenci sesuatu dari ajaran yang dibawa oleh Rasulullah
sekalipun ia mengamalkannya, maka ia kafir.47:9
6. Siapa yang mengina sesuau dari ajaran Rasulullah, atau pahala maupun
siksanya, maka ia kafir. 9:65-66.
7. Sihir, 2:102.
8. Mendukung kaum musyrikin dan menolong mereka dalam memusuhi ummat
Islam. 5:51.
9. Siapa yang meyakini bahwa sebagian manusia ada yang boleh keluar dari
syari'at Nabi Muhammad seperti halya Nabi Hidir boleh keluar dari syari'at
NabMusa, maka ia kafir.
10. Berpaling dari Agama Allah, tidak memelajarinya da tidak pula
mengajarkannya. 32:22.
MARAJI':
1. 1.Al musthalah Al 'arba'ah fil qur'an/ Abu 'ala Al maududi.
2. 2.Ushul ad da'wah/ Abd.Karim Zaidan.
3. 3.Aqidah shahihah aqdah bathilah/ Syekh bin Baz.
4. 4.At tibyan syarh nawaqidh Al islam/ Syekh Sulaiman Al 'alwan.
72 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
Mate ri 11
AL-QUR’ANUL
KARIM
Tujuan Materi :
Agar mutarabbi bersyukur kepada Allah atas karunianya menurunkan Al Qur'an sebagai petunjuk.
Agar mutarabbi kembali kepada Al Qur'an dan menjadikannya sebagai dusturulhayah (undang-undang
hidup)
AL-QUR’ANUL KARIM
A. Pengertian Al Qur'an
1. Secara bahasa (etimologi)
Berasal dari kata " ْ " قرyang bermakna "Membaca".
Berasal dari kata " " القرءyang barmakna " Mengumpulkan". 75:17-18
Berasal dari kata " "القرءyang barmakna "Menggabungkan sesuatu Kepada
yang lain".
2. Secara istilah (terminologi) : Firman Allah yang diturunkan kepada Rasulullah,
lafaznya adalah mu'jizat, Membacanya adalah ibadah, tertulis di dalam mushaf
dan dinukilkan secara Mutawatir".
B. Keutamaan Al Qur'an
1. Mendengarnya
Sebab maraih rahmat Allah. 7:24.
Sebab seseorang meraih hidayah. 17:9, 39:17-18, 72:1-2, 46:29-30.
Sebab kekhusyu'an hati dan memcucurkan air mata. 19: 58, 39:23, dan
17:107-109.
Sebab bertambahnya iman. 8:2, 9:124-125
2. Mempelajari dan mengajarkanya
Seperti malaikat dan Rasul. 53:5,26:192-194.
Orang yang paling baik. 41:33.
Lebih baik dari perbendaharaan dunia. 4:59, 39:23
Meraih pahala.
3. Membacanya
Perdagangan yang menguntungkan. 35:29.
Meraih pahala yang banyak. 10:61
Turunnya ketenangan dan Rahmat. 73:20
Hiasan bagi orang beriman 2:121, 17:45, 29:45
Membacanya adalah kebaikan seluruhnya. 2:2, 11:17
73 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
4. Menghafalnya
Tingginya derajat penghafal
a. Kedudukan penghafal pada ayat yang terakhir dia baca.
b. Penghafal dipakaikan mahkota kemuliaan.
c. Penghafal bersama dengan Malaikat yang mulia.
Penghafal dikedepankan di dunia dan Akhirat
a. Yang berhak jadi imam
b. Yang berhak jadi pemimpin.
c. Dikedepankan dalam musyawarah.
d. Dikedepankan dalam penguburan.
Keluarga Allah dan orang khususnya.
Tidak dibakar oleh api neraka.
5. Mengamalkannya
Petunjuk di dunia dan akhirat. 39:17-18.
Tidak sesat dan sengsara. 20:123.
Beruntung dunia Akhirat 7:157.
Menghapuskan kesalahan dan memperbaiki keadaan. 47:2.
74 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
75 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
Mate ri 12
AS-SUNNAH &
BID’AH
Tujuan Materi :
Untuk menanamkan dalam diri mutarabbi kecintaan dan ta'zhim terhadap sunnah dan semangat untuk
menghidupkan dan memperjuangkan sunnah.
Agar mutarabbi memahami makna sunnah dalam berbagai disiplin ilmu .
Agar mutarabbi mengetahui bahwa sunnah memiliki kedudukan yang sama dengan Al Qur’an sebagai
sumber syari'at
ASSUNNAH
A. Pengertian Sunnah
1. Menurut bahasa
As Sunnah dalam bahasa Arab bermakna ath thariqah yang artinya jalan.
2. Menurut istilah
Peristilahan ulama hadits : semua yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam baik berupa perkataan atau perbuatan atau persetujuan
atau sifat jasmaniyah atau akhlak atau sejarah hidup beliau baik setelah
kenabian maupun sebelum kenabian.
Peristilahan ulama ushul fiqh : semua yang diriwayatkan dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam baik berupa perkataan atau perbuatan atau
persetujuan beliau.
Peristilahan ulama fiqh : amalan yang jika dikerjakan mendapat pahala dan
jika ditinggalkan tidak berdosa. Dalam hal ini sunnah adalah satu diantara
hukum-hukum taklif.
Sunnah jika disebutkan secara mutlak maksudnya adalah petunjuk dan jalan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kehidupan beliau yang meliputi
aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah bukan sekedar sunnah yang merupakan
lawan dari makruh.
B. Beberapa Istilah
1. Hadits
Dalam bahasa Arab hadits berarti sesuatu yang baru. Adapun menurut istilah
para ulama, Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa hadits adalah apa saja yang
diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah kenabian
beliau.
2. Hikmah
Istilah ini disebutkan dalam beberapa ayat Al Qur’an seperti QS. 3:164, 62:2.
Para ulama bersepakat bahwa yang dimaksud dengan hikmah dalam ayat-
ayat tersebut adalah sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
76 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
3. Atsar
Dalam bahasa Arab atsar artinya bekas atau jejak. Dalam peristilahan para
ulama atsar mencakup sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
perkataan dan perbuatan sahabat dan tabi’in.
C. Kedudukan As Sunnah
1. Sunnah adalah penjelasan bagi Al Qur’an (QS. 16:44,64)
2. Sunnah adalah mashdar tasyri’ (sumber syari’at) sebagaimana Al Qur’an
sehingga sunnah dapat menetapkan hukum yang tidak disebutkan dalam Al
Qur’an. Dari Al Miqdam bin Ma’di Karib r.a bahwasanya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Sesungguhnya aku telah meninggalkan kepada kalian apa yang jika kalian berpegang
teguh dengannya kalian tidak akan tersesat untuk selamanya ; kitabullah dan sunnah
nabiNya.” (HR. Hakim dan dishahihkan oleh Al Albani).
Konsekwensi Sunnah
Ittiba’ kepada sunnah hukumnya wajib (QS. 29:7, 3:132, 8:34, 3:31, 24:63,
36:36) dan Ibnu Mas’ud r.a pernah berkata : Laknat Allah atas wanita-
wanita yang membuat tatto dan minta dibuatkan tatto dan wanita-wanita
yang mencukur bulu di wajah dan wanita-wanita yang menjarangkan gigi
untuk kecantikan yang merubah ciptaan Allah.” Seorang wanita dari Bani
Asad bernama Ummu Ya’qub – dia seorang wanita yang banyak membaca
dan menghafalkan Al Qur’an – mendengar hal ini lalu mendatangi Ibnu
Mas’ud dan berkata : “Telah sampai kepadaku berita bahwa engkau
mengatakan begini dan begini.” Berkata Ibnu Mas’ud : “Mengapa aku tidak
melaknat orang yang dilaknat oleh Rasulullah dan yang terdapat dalam Al
Qur’an?” Wanita itu berkata: “Saya telah membaca Al Qur’an dan saya
tidak mendapatkan apa yang kamu katakan.” Berkata Ibnu Mas’ud :
“Seandainya engkau membacanya pastilah engkau telah mendapatkannya,
tidakkah engkau membaca firman Allah (yang artinya) : “Apa yang
diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah.” (Al Hasyr:7). Wanita itu berkata : “Ya.”
77 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
!
3028 4341
494
.
“Sesungguhnya di belakang kalian (setelah masa kalian) ada hari-hari (yang
membutuhkan) kesabaran. Kesabaran pada waktu itu seperti memegang bara api, bagi
orang yang beramal diantara mereka seperti pahala 50 orang yang beramal seperti
amalnya.” Para sahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, pahala 50 orang dari mereka?”
Beliau menjawab : “Pahala 50 orang dari kalian.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dan
dishahihkan oleh Al Albani). Dan pada sebagian riwayat disebutkan : “Mereka adalah
orang-orang yang menghidupkan sunnahku dan mengajarkannya kepada manusia.”
3. Mendapatkan pahala yang besar.
209 ) )281 ص/ 1 (ج-
“Sungguh aku telah tinggalkan kalian di atas sesuatu yang putih (jelas), malamnya
seperti siangnya, tidak menyimpang darinya setelahku kecuali orang yang binasa.”
(HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al Albani)
5. Rujukan ketika terjadi khilaf.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
78 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
“Maka sesungguhnya barangsiapa yang hidup diantara kalian setelahku maka dia akan
melihat perbedaan yang banyak, maka berpegangteguhlah dengan sunnahku dan
sunnahnya para khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus, peganglah dia dan
gigitlah dengan gigi geraham.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani)
79 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
80 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
A. Definisi bid’ah.
1. Bid'ah dalam bahasa adalah sesuatu yang baru yang tidak ada contoh
sebelumnya.
2. Secara istilah bid’ah adalah jalan yang diada-adakan dalam agama yang
menyerupai jalan yang disyari’atkan dimana maksud dari menjalaninya sama
dengan maksud ketika menjalani syari’at.
Barangsiapa yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami ini apa yang tidak
berasal darinya (dari agama itu sendiri) maka dia tertolak. (HR. Bukhari dan
Muslim)
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Barangsiapa yang melakukan satu amal yang tidak ada contohnya dari kami maka amal
itu tertolak. (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Sesat dan mengantarkan ke neraka.
Sabda Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam :
Setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan di dalam neraka. (HR. Nasa’i dan
dishahihkan oleh Al Albani)
3. Mematikan sunnah.
Dari perkataan salaf :
Berkata Ibnu Abbas : Tidaklah datang suatu tahun pada manusia melainkan
mereka membuat bid’ah dan mematikan sunnah hingga bid’ah-bid’ah
menjadi hidup dan berbagai sunnah menjadi mati.
Berkata Hasan bin Athiyyah : Tidaklah suatu kaum membuat bid’ah dalam
agama mereka melainkan Allah mencabut dari mereka sunnah yang
sepadan dengannya kemudian tidak akan mengembalikannya kepada
mereka sampai hari kiamat.
Berkata Adz Dzahabi : Mengikuti sunnah menghidupkan hati, maka kapan
membiasakan hati dengan bid’ah tidak akan tersisa di dalamnya tempat
untuk sunnah.
4. Seakan menganggap agama ini kurang (QS. 5:3). Seakan menuduh Nabi
shallalahu 'alaihi wa sallam menyembunyikan sesuatu dari ajaran agama (QS.
5:67).
C. Macam-macam bid'ah
1. Dalam perkataan dan keyakinan, seperti pendapat dan keyakinan firqah-firqah
yang sesat : Jahmiyah, Syi’ah, Mu'tazilah dan lain-lain.
81 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
2. Dalam ibadah yaitu dalam bentuk peribadatan kepada Allah dengan cara yang
tidak disyari’atkan. Bentuknya bermacam-macam :
Pada asal ibadah seperti peringatan maulid
Menambah ibadah yang disyari’atkan seperti menyambung puasa hingga
malam
Pada cara melaksanakan ibadah seperti berdzikir dengan satu suara secara
berjama’ah dan dilagukan
Menentukan waktu bagi suatu ibadah yang disyari’atkan seperti shalat
malam nishfu sya'ban dan puasa nishfu sya'ban
Menentukan jumlah bagi suatu ibadah yang disyari’atkan seperti tasbih,
tahmid, tahlil sebanyak 1000 kali.
D. Tingkatan-tingkatan bid'ah
1. Bid'ah yang mengkafirkan pelakunya
2. Bid'ah yang tidak mengkafirkan pelakunya (fasik)
82 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
Mate ri 13
GHAZWUL
FIKRI
Tujuan Materi :
Agar mutarabbi memahami pengertian Ghazwul Fikry, bahayanya terhadap kaum Muslimin, dan
metode-metodenya
Agar mutarabbi mengetahui bagaimana cara membentengi diri dari bahaya Ghazwul Fikry
GHAZWUL FIKRY
A. Pengertian ghazwul fikry
Ghazwul fikry menurut istilah adalah sarana atau metode selain militer yang
digunakan oleh musuh-musuh Islam untuk :
1. Menghilangkan ciri-ciri kehidupan Islami
2. Merubah kaum muslimin dari berpegang teguh terhadap Islam
83 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
84 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
Maraji’ :
1. Abdullah Shabur Marzuq, Ghazwul Fikry (Invasi Pemikiran), Jakarta : Esya, 1991.
2. Anwar Jundi, Hakikat Ghazwul Fikry Terhadap Islam, Jakarta : Pustaka Tadabbur,
1990.
3. http://www.geocities.com/Athens/8875/inexps.html
4. LPP WAMY, Gerakan Keagamaan dan Pemikiran (Akar Ideologis dan
Penyebarannya) jilid 1 dan 2, Jakarta: Al Islahy Press, 1993 dan 1995.
5. Muhammad Fahim Amin, Rahasia Gerakan Freemasonry dan Rotary Club,
Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 1992.
6. Swaramuslim.net
7. BPP LM DPP WI, World Conspirations, 2009.
85 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
Mate ri 14
AL-WALA WA
AL-BARA
Tujuan Materi :
Agar mutarabbi mengetahui bahwa salah satu bagian terpenting dari aqidah Islam adalah al wala wal
bara.
Agar mutarabbi mengetahui kepada siapa wala yang sempurna diberikan dan kepada siapa bara’ah
yang sempurna diberikan.
Agar mutarabbi memahami sikap yang benar dalam wala dan bara terhadap ahli bid'ah dan ahli
maksiat dari kaum muslimin.
Agar mutarabbi mengetahui bentuk-bentuk wala' kepada kaum muslimin.
Agar mutarabbi mengetahui contoh-contoh wala' kepada orang kafir.
Agar mutarabbi dapat membedakan antara mudarah dan mudahanah.
B. Al Bara’
1. Definisi
Dari sisi bahasa bermakna kejauhan dan pemutusan.
Secara istilah bermakna kebencian dan permusuhan maksudnya
pemutusan hubungan hati dengan orang-orang kafir dengan tidak
mencintainya, tidak menolongnya dalam agamanya dan tidak tinggal di
negeri mereka.
86 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
87 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
2. Mudahanah
Berkata Al Qurthuby : (mudahanah adalah
mengorbankan agama untuk kepentingan dunia). Seperti menunjukkan
keridhoan terhadap suatu pelanggaran tanpa mengingkarinya dan
menunjukkan ghirah atasnya karena sebab duniawi. Mudahanah hukumnya
haram (QS. 5:78-80).
88 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
Mate ri 15
AKHLAK SALAF
ASH SHALIH
Tujuan Materi :
Untuk memotivasi mutarabbi agar dapat mengikuti akhlak salaf dalam kehidupan mereka.
Agar mutarabbi mengetahui syumuliyah akhlak salaf sehingga tidak hanya mengambil sebagian dari
akhlak salaf dan meninggalkan sebagian yang lain.
Agar mutarabbi mengetahui jalan-jalan untuk mendapatkan akhlak yang mulia
2. Ketinggian derajat.
- 4162 )420 ص/ 12 (ج-
89 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
6. Manusia terbaik.
- 2269 )424 ص/ 18 (ج-
C. Akhlak salaf
1. Keutamaan as salaf ash shalih
a. Mereka adalah manusia-manusia terbaik .
- 2428 )133 ص/ 9 (ج-
90 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
91 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
2. Aqidah yang lurus, karena perbuatan adalah buah dari keyakinan dalam hati.
3. Mujahadah (QS. 29:69)
4. Berteman dengan orang-orang yang berakhlak mulia
5. Muhasabah
6. Mempelajari sejarah as salaf ash shalih
92 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
Mate ri 16
UKHUWAH
ISLMIYAH
Tujuan Materi :
Untuk menghidupkan ruh ukhuwah diantara para mutarabbi secara khusus dan kaum muslimin pada
umumnya.
Agar mutarabbi memahami pentingnya ukhuwah dalam da'wah dan perjuangan Islam.
Agar mutarabbi mengetahui faktor-faktor yang menguatkan ukhuwah dan menerapkannya dalam
kehidupan mereka.
Agar mutarabbi mengetahui faktor-faktor yang dapat merusak ukhuwah dan berusaha untuk
menjauhinya.
UKHUWAH ISLAMIYAH
A. Asas Ukhuwah
Dasar dari ukhuwah adalah keimanan sebab ikatan persaudaraan yang paling
kuat adalah yang diikat oleh iman, dia bahkan lebih kuat dari persaudaraan yang
diikat oleh darah dan nasab (QS. 49:10). Iman akan sempurna jika dibangun di atas
saling mencintai karena Allah, dengan demikian ukhuwah yang kuat adalah
ukhuwah yang didasari atas saling mencintai karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman dan tidak akan sempurna iman
kalian sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang
jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai ? Sebarkanlah salam diantara kalian.”
(HR. Muslim)
“Tidak sempurna keimanan salah seorang dari kalian sampai dia mencintai untuk
saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mendapatkan cinta Allah.
93 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya seorang
laki-laki menziarahi saudaranya di kampung lain lalu Allah mengutus seorang
malaikat untuk mengikutinya di jalannya. Ketika malaikat itu mendatanginya dia
berakata : “Mau kemana engkau?” Orang itu menjawab : “Saya ingin menziarahi
saudaraku fillah di kampung fulan.” Malaikat berkata : “Apakah karena satu kebaikan
yang ingin kau balas?” Orang itu berkata : “Tidak, akan tetapi aku mencintainya
karena Allah Azza wa Jalla.” Malaikat berkata : “Sesungguhnya aku adalah utusan
Allah kepadamu untuk menyampaikan bahwasanya Allah mencintaimu sebagaimana
engkau mencintai saudaramu karenaNya.” (HR. Ahmad dan Muslim)
Berada di atas mimbar-mimbar cahaya yang diinginkan oleh para Nabi dan
syuhada. Dari Mu’adz bin Jabal r.a bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda : Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
ُء
“Orang yang saling mencintai dalam keagunganKu bagi mereka mimbar-mimbar
(tempat-tempat yang tinggi) dari cahaya. Para Nabi dan para syuhada sangat
menginginkan (keadaan seperti) mereka.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh
Al Albani)
Mendapat naungan Allah di hari kiamat.
Dari Abu Hurairah r.a bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
“Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat : Mana orang yang saling mencintai
karena keagunganKu? Pada hari ini Aku akan menaungi mereka dengan naunganKu
di hari yang tidak ada naungan kecuali naunganKu.” (HR. Muslim)
Juga hadits tentang 7 golongan yang mendapakan naungan Allah pada hari
kiamat yang salah satunya adalah “dua orang yang saling mencintai karena
Allah, mereka bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
Ikatan iman yang paling kuat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
“Ikatan iman yang paling kuat adalah saling memberikan loyalitas karena Allah dan
saling membenci karena Allah dan cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR.
Thabrani dan dihasankan oleh Al Albani)
94 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
“Tidak akan berkumpul dalam hati seorang hamba iman dan kedengkian.”
(HR. Ahmad dan Nasai dan dishahihkan oleh Al Albani)
Memaafkan kesalahan-kesalahan saudara (QS. 3:133)
Dalam peristiwa haditsah al-ifk Misthah r.a termasuk salah seorang dari
kaum mu’minin yang termakan fitnah yang ditiupkan oleh orang-orang
munafik. Dia seorang muhajir dan ahli Badar sebagaimana juga miskin
sehingga kehidupannya ditangung oleh Abu Bakar r.a. Ketika Allah
menurunkan ayat yang menjelaskan kesucian Aisyah r.a dari segala fitnah
tersebut, Abu Bakar bersumpah untuk memutuskan bantuannya kepada
Misthah yang ikut termakan fitnah terhadap putrinya, maka Allah
menurunkan ayat tentang itu : “Dan janganlah orang-orang yang
mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa
mereka tidak akan memberi kepada kaum kerabat, orang-orang yang
miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah
mereka mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa
Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang“ (QS. 24:22) maka Abu Bakar pun langsung membatalkan
sumpahnya dengan membayar kaffarah sumpah.
Tidak ada dendam.
a. Murid-murid Imam Ahmad pernah berkata kepadanya : “Bolehkah
kami mengambil hadits dari Abu Manshur Ath Thusi?” berkata Ahmad
: “Kalau bukan darinya dari siapa lagi kalian akan mengambil hadits?”
Mereka berkata : “Sesungguhnya dia telah berbicara tentang
(keburukan) anda.” Berkata Ahmad : “Dia adalah seorang yang shaleh
namun kita menjadi ujian baginya.”
b. Pernah terjadi sesuatu antara Hasan bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib
dengan Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib sehingga Hasan bin Hasan
mendatangi Ali bin Husain di majelisnya dihadapan murid-muridnya
dan menghujatnya. Ali bin Husain hanya diam mendengar hujatan
saudaranya terhadapnya hingga dia menyelesaikan apa yang ingin
dikatakannya lalu pergi. Tak lama kemudian Ali bin Husain mendatangi
Hasan bin Hasan di rumahnya dan berkata : “Jika semua yang engkau
katakan tadi benar adanya semoga Allah mengampuniku dan jika
semua yang engkau katakan tadi tidak benar semoga Allah
mengampunimu.” Maka Hasan bin Hasan mengejar Ali bin Husain dan
meminta maaf kepadanya.
2. Suka untuk saudaranya apa yang dia suka untuk dirinya, perwujudannya
Membantu saudara, ada dua tingkatan :
95 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
96 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
terluka terdapat Al Harits bin Hisyam, ‘Ikrimah bin Abi Jahl dan ‘Ayyasy
bin Abi Rabi’ah. Maka Al Harits meminta air untuk minum, ketika air
dibawakan kepadanya dia melihat ‘Ikrimah memandang kepadanya maka
diapun berisyarat agar itu diberikan kepada ‘Ikrimah, ketika air dibawa
kepada Ikrimah dia melihat ‘Ayyasy memandang kepadanya maka diapun
berisyarat agar air itu dibawa kepada ‘Ayyasy, ketika air itu dibawakan
kepada ‘Ayyasy ternyata dia telah meninggal sebelum sempat meneguknya
dan ternyata al Harits dan ‘Ikrimah pun juga telah meninggal dunia. Tidak
seorangpun diantara mereka yang meminum air tersebut sampai mereka
syahid karena mengutamakan saudaranya.
97 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
Mate ri 17
KEPRIBADIAN
WANITA
MUSLIMAH
Tujuan Materi :
Agar mutarabbiyah menyadari bahwa iman bukan sekedar pengakuan.
Agar mutarabbiyah mampu menjadi mu'minah yang ideal dengan mewujudkan nilai-nilai iman yang
sesungguhnya
3. Bersama rohaninya
Mensucikan jiwa dari
a. Hasad.
b. Sombong
c. Gurur (tertipu dengan diri sendiri).
d. Senang popularitas.
e. Senang harta.
f. Riya'.
Bergaul dengan wanita shalihah.
Banyak berdo'a dan berdzikir.
99 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
Mate ri 18
HIJAB WANITA
MUSLIMAH
Tujuan Materi :
Agar mutarabbiyah menyadari bahwa Islamlah satu-satunya agama yang memuliakan wanita dan
bahwa syari’at hijab adalah salah satu bentuk pemuliaan Islam terhadap wanita.
Agar mutarabbiyah menutup auratnya dengan sempurna sesuai syarat-syarat hijab yang ditetapkan
dalam syari’at.
Agar mutarabbiyah tidak hanya sekedar menutup auratnya dengan hijab yang sempurna tetapi juga
dapat menjaga hijab dalam pergaulan dengan menghindari ikhtilat dan khalwat.
HIJAB WANITA MUSLIMAH
A. Wanita sebelum Islam
1. Dalam pandangan bangsa Yunani wanita adalah kotoran syaithan dan tidak
memiliki hak sama sekali.
2. Dalam pandangan bangsa Romawi wanita dianggap sama dengan benda mati
yang tidak memiliki ruh.
3. Dalam pandangan bangsa India wanita tidak memiliki hak hidup setelah
suaminya meninggal.
4. Dalam pandangan bangsa Yahudi wanita tidak memiliki hak waris dan
dianggap sama dengan sampah apabila dia haid.
5. Dalam pandangan kaum Nasrani wanita disamakan dengan benda mati dan
menjadi permainan kaum lelaki.
6. Dalam pandangan bangsa Cina wanita tidak memiliki hak waris.
7. Dalam pandangan bangsa Arab wanita tidak memiliki hak waris bahkan
diwarisi dan dikubur hidup-hidup ketika masih kecil.
100 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
4. Kaum pria diperintahkan untuk berwasiat dengan cara yang baik kepada
kaum wanita.
- 2671 )401 ص/ 7 (ج-
C. Keutamaan hijab
1. Hijab adalah ketaatan kepada Allah dan RasulNya (QS. 33:36).
2. Hijab adalah upaya menjaga kehormatan diri (QS. 24:31, 33:33, 33:59).
3. Hijab adalah iman (QS. 24:31).
4. Hijab adalah identitas seorang muslimah(QS. 33:59).
5. Hijab menjaga dari gangguan (QS. 33:59).
6. Hijab menunjukkan kebersihan hati (QS. 33:33, 24:31).
7. Hijab menunjukkan rasa malu.
–4673 )423 ص/ 12 (ج-
101 | P a g e
Kaderisasi DPP Wahdah Islamiyah
D. Kesempurnaan hijab
1. Hijab adalah sesuatu yang menutup aurat seorang wanita.
a. Beberapa istilah terkait masalah hijab.
Jilbab
Khimar
Niqab
Burqa'
b. Syarat–syarat hijab yang syar'i.
Menutup seluruh badan.
Tidak tembus pandang.
Luas dan tidak sempit.
Tidak disentuh wangi-wangian.
Tidak merupakan perhiasan yang mengundang perhatian karena
keindahannya.
Tidak menyerupai pakaian pria.
Tidak menyerupai pakaian wanita kafir.
Tidak merupakan pakaian syuhrah (aneh dan tidak lazim sehingga
menarik perhatian).
c. Hukum menutup wajah.
Ulama berbeda pendapat tentang hukum menutup wajah bagi wanita
(apakah wajah merupakan aurat atau tidak) :
Wajah adalah aurat sehingga wajib ditutup.
Wajah bukan aurat sehingga tidak wajib ditutup melainkan sunnah.
2. Hijab adalah pemisahan kaum wanita dari kaum laki-laki.
Tidak berlembut-lembut ketika berbicara (QS. 33:33).
Sifat malu (QS. 28:25).
- 23 )40 ص/ 1 (ج-
102 | P a g e
Mawad Tarbiyah Ta’rifiyah
103 | P a g e