Anda di halaman 1dari 55

SEKAPUR SIRIH

PARA PENCINTA KEBAIKAN

Wahai insan pilihan, jalan kebaikan adalah jalan pilihan. Bukan jalan yang
dipaksakan, tapi adalah jalan orang-orang pilihan.

Hidup ini senantiasa penuh dengan pilihan. Memilih untuk tidak memilih adalah
sejatinya sebuah pilihan. Tidak memilih jalan kebaikan berarti memilih jalan
fujur, jalan keburukan. Karena adalah sunatullah adanya kebaikan dan
keburukan, adanya ketaatan dan kemaksiatan.

Memilih jalan kebaikan adalah sejatinya investasi masa depan bagi diri sendiri.
Adalah tak hanya di dunia kita akan bermesra dengan ridha ilahi, tapi di akhirat
nanti kita harapkan segala rahimNya yang tak berbilang-bilang bisa kita
dapatkan.

Mari memilih jalan kebaikan ini, dengan berkumpul sahabat-sahabat shaleh,


menyeksamai ilmu-ilmu yang diwariskan secara percuma oleh para mentor yang
baik hati, serta terus belajar menyeksamai hakikat tujuan hidup dunia ini.

Mari berada di jalan kebaikan ini. JalanNya para Rasul dan Nabi, para alim dan
syuhada, serta orang-orang yang mencintai Allah dari segalanya dan Allah pun
mencintai mereka.

Kepala Badan Kerohanian Mahasiswa Islam


Universitas Tanjungpura
Periode 2017/2018

Baskara Zhafran Ramadhan

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Rabb semesta alam. Shalawat serta
salam senantiasa dihaturkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Studi Islam Kampus (STUDIKA) Universitas Tanjungpura adalah suatu bentuk


pendampingan bagi mahasiswa baru untuk mempelajari nilai-nilai Islam. Studika
turut hadir dalam upaya mengokohkan pribadi mahasiswa muslim yang
berakhlak mulia serta memiliki semangat juang untuk berkontribusi bagi agama
dan negara. Pola pelaksanaan Studika berdasarkan kelompok bidang studi dan
metode diskusi aktif, diharapkan menjadikan Studika sebagai ruang inspirasi bagi
mahasiswa untuk mengembangkan serta melatih kemampuan akademik maupun
non akademik yang dimiliki.

Buku Saku Studika merupakan sebuah seri materi dasar keislaman yang
diharapkan mampu memberi pondasi awal kepada mahasiswa akan nilai-nilai
Islam. Buku ini disusun sebagai pedoman bagi mentor dan juga untuk kegiatan-
kegiatan Studika Untan. Harapan dari hadirnya buku ini yakni adanya
keseragaman penyampaian inti materi yang diberikan kepada mentor di setiap
fakultas.

Semoga Allah senantiasa mengistiqomahkan serta meridhoi perjuangan kita.

Pontianak, September 2017

Pengelola Studika Universitas Tanjungpura


Totalitas Menginspirasi
#StudikaUntan2017 #InspirasiIndonesia

iii
TAUJIH RABBANI

“Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah


dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang lebih baik”.
(Quran Surah An Nahl ayat 125)

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang menyeru


kepada Allah, mengerjakan amal shaleh, dan berkata: “Sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang menyerah diri ?””.
(Quran Surah Fushshilat ayat 33)

“Dan hendaklah ada dari kamu satu umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung”.
(Quran Surah Ali Imran ayat 104)

“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan


mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya”.
(Hadits Riwayat Muslim No. 1.893)

iv
TERUNTUK PARA MENTOR

Mentor bukanlah sosok sempurna layaknya pakaian putih tanpa noda.


Namun mentor juga bukanlah sekumpulan manusia yang kering akan kecakapan
ruh serta amal. Mari senantiasa memperbaiki diri dan berupaya memenuhi segala
kriteria yang selayaknya ada pada diri seorang mentor.

Kriteria Ruhiyah

Kekuatan ruh merupakan prinsip kepribadian seorang mentor yang tanpa


kekuatan ini seorang mentor ibarat jasad tanpa ruh. Kekuatan ruh lahir dari
aktivitas ruhiyah yang dilakukan seseorang. Sentral aktivitas ruhiyah adalah
ibadah Illah. Dengan ibadah, ruh menjadi kuat, hati terkendali, hati tertunduk
dan praktis tergiling untuk menyerah dalam pangkuan Islam sacara menyeluruh.
Adapun aktivitas ruhiyah pemicu ruh mentor adalah:
1. Beribadah dengan benar, memahami apa yang dibaca, dan merasakan bahwa
dirinya sedang bermunajat dengan Rabbnya.
2. Memelihara sholat-sholat wajib dan sunnah.
3. Memelihara keaktifan sholat berjamaah terutama sholat shubuh.
4. Berusaha melaksanakan sholat malam beberapa rakaat semaksimal mungkin.
5. Menjaga amal-amal ibadah sunnah.
6. Membaca dan mentadabburi al-Quran.
7. Menjaga wirid dan dzikir.
8. Senantiasa merendahkan diri dan berdoa kepada Allah SWT.
Inilah keharusan bekal yang harus dimiliki oleh seorang mentor.
Keberhasilan dalam mengarungi samudera dakwah akan ditentukan oleh bekal
ruhiyah ini.
_____________________________________
Bekal ruhiyah ibarat bahan bakar bagi mesin
Laksana pondasi bagi suatu bangunan
Bak akar bagi tegaknya pohon

v
Kriteria Akhlak

Pada prinsipnya apa yang Allah syariatkan bertujuan untuk mewujudkan


pribadi muslim yang berakhlak. Hal ini serupa dengan misi kerasulan Muhammad
saw sebagai penyempurna akhlak dan menjadi rahmat untuk semesta alam. Oleh
sebab itu, akhlak dan pola hidup seorang mentor harus sesuai dengan syariat dan
perintah Allah serta dapat menjadi contoh yang baik bagi adik-adik mentee.
Adapun keharusan yang mesti diwujudkan dan harus menjadi kepribadian
seorang mentor adalah:
1. Beradab dan berakhlak islami
2. Menjauhi hal-hal yang haram
3. Menjadi contoh dengan perbuatan yang nyata
4. Siap berkorban
5. Bertanggung jawab

Kriteria Pemikiran

Pemikiran seorang mentor harus mampu menjelaskan bahwa Islam itu


adalah agama yang sempurna, pembawa rahmat, dan kedamaian dunia akhirat.
Sehingga seorang mentor harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Memiliki wawasan yang luas dan lurus.
2. Memiliki kejelasan konsep dakwah yang diserukan.
3. Paham dan menguasai tujuan dakwah.

Kontinuitas dalam Belajar

Kriteria ini sangat penting sekali bagi seorang mentor. Tanpa belajar yang
kontinyu ia akan terlindas zaman yang ia tapaki, akan ketinggalan kereta dalam
informasi dan pengetahuan. Maka idealnya seorang mentor mempunyai
perpustakaan pribadi di rumahnya, tekun membaca, dan menelaah buku.
Tekun dalam mencari informasi dan pengetahuan baru.

vi
Dengan usaha seperti ini maka mentor akan mampu berdakwah dengan materi
yang up to date. Mampu membawa misi risalah dengan tepat dan dapat
diterima.

.........................::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::.........................
“Menjadi dai “di atas ilmu yang jernih” berarti menapaki salah satu
jalur paling seru di jalan ilmu itu. Ia adalah mujahadah berilmu
amaliyah dan beramal ilmiyah hingga mati, suatu proses tanpa henti.
Dengan itulah ia berendah hati; menginsyafi bahwa kian bertambah
ilmu, makin terlihat bahwa dirinya belumlah tahu. Menjadi dai “di
atas ilmu yang jernih”, adalah haus yang tak bertepi”.
(Ustadz Salim A. Fillah)
.........................::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::.........................

vii
DAFTAR ISI

Sekapur Sirih ii
Kata Pengantar iii
Taujih Rabbani iv
Teruntuk para mentor v
Daftar isi viii

Bagian I : Materi Wajib 1


Pra Materi Menjadi Sahabat Terbaik 2
Materi I Mensyukuri Kehidupan 4
Materi II Yuk Nongkrong bareng Malaikat ! 8
Materi III Salman’s Adventure ! 12
Materi IV Ikrar Perjuangan 19
Materi V Surat Cinta-Nya padaku 22
Materi VI Insan Terbaik 26

Bagian II : Materi Tambahan 30


Materi I Larangan Untuk Menduakan 31
Materi II Jagalah hati 34
Materi III Family Goal 37
Materi IV Astaghfirullah ! 40

Daftar Pustaka 43

viii
BAGIAN I
MATERI WAJIB

1
Pra Materi
Menjadi Sahabat Terbaik

Tujuan :

1. Mentor dan anggota kelompok Studika dapat saling mengenal secara


mendalam, tidak hanya sekedar nama, program studi, dan alamat. Namun
diusahakan dapat mengenal karakternya, apa yang disukai, apa yang tidak
disukai, pengalamannya yang berkesan dan lain-lain.
2. Mentor harus membina hubungan dan mengenal setiap mentee. Mentor
pun harus berusaha agar kelompok Studika merasakan bahwa mentor
memperhatikan dan bersimpati padanya. Hal ini dimaksudkan agar hati
mentee lebih terbuka dan siap menerima perkataan yang dapat diambil
manfaat.
3. Tujuan lain adalah membangun rasa nyaman dalam diri mentee terhadap
proses belajar Islam secara berkelompok. Mentee memiliki kepercayaan
pula terhadap mentornya.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(Quran Surah Al Hujuraat Ayat 13)

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”
(Quran Surah An Nisa: 36)

2
Materi :
Games “Menghafal Yuk”

Semua mentee duduk dalam bentuk lingkaran. Satu mentee memegang


buku dan memberikannya pada teman di sebelahnya sambil mengucapkan
kalimat, “Nama saya Hafiz, saya tinggal di Asrama Kedokteran, dan hobi saya
adalah main futsal. Buku ini saya berikan kepadamu!” Adik yang kedua
menerima buku itu lalu berkata, “Buku ini saya terima dari Hafiz yang tinggal di
Jalan Sepakat II, dan hobinya adalah main futsal. Nama saya Wahyu, saya tinggal
di Asrama Putra Daerah, dan hobi saya adalah makan. Buku ini saya berikan
kepadamu!” kepada teman disebelah dan di sebelahnya lagi, dan seterusnya.
Setiap adik harus mengulang nama adik yang sudah memegang buku
sebelumnya. Kalau setiap kelompok terdiri lebih dari 10 orang, sebaiknya game
ini diulang sampai setiap orang hafal nama semua teman dalam kelompok. Ada
baiknya kalau tempat duduk ditukar dulu sebelum game diulang.

Catatan: Ini adalah salah satu contoh games perkenalan yang dapat diaplikasikan
pada pertemuan pertama Studika. Silahkan dimodifikasi sesuai dengan kondisi
kelompok. Selamat berkreasi ! ^^

“Kesan pertama adalah kunci utama untuk masuk ke pintu selanjutnya.


Masuklah ke pintu itu dengan wajah yang dihiasi senyum
keikhlasan serta kehangatan.”

-end-

3
Materi I
Mensyukuri Kehidupan

Tujuan :

1. Peserta menyadari kebesaran dan keagungan Allah.


2. Peserta menyadari nikmat yang ada padanya merupakan pemberian Allah.
3. Peserta mampu meningkatkan motivasi untuk bersyukur dan beribadah
kepada Allah.

Materi :

Mampukah kita menghitung semua nikmat yang telah Allah berikan hingga
saat ini ? Apabila menghitung jumlah nikmat dalam sedetik saja kita tidak
mampu, apalagi sehari bahkan selama hidup kita di dunia ini. Tidur, bernafas,
makan, minum, bisa berjalan, melihat, mendengar, dan berbicara, semua itu
adalah nikmat dari Allah, bahkan bersin pun adalah sebuah nikmat. Jika
dirupiahkan sudah berapa rupiah nikmat Allah itu? Mampukah kalkulator
menghitungnya ?. Tentulah, tidak bisa. Sudah berapa oksigen yang kita hirup ?.
Berapa kali mata kita bisa melihat atau sekedar berkedip ?. Sampai kapan pun
kita tidak akan bisa menghitungnya.

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu


tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Quran Surah An Nahl Ayat 18)

4
“Katakanlah wahai Muhammad, seandainya air laut dijadikan tinta
untuk menghitung nikmat Tuhanku maka habislah lautan itu sebelum
nikmat-nikmat selesai dicatat, bahkan jika seandainya Allah
mendatangkan lagi jumlah lautan yang sama”.
(Quran Surah Al-Kahf Ayat 109)

MasyaaAllah. Lantas apa yang membuat kita menjadi tidak bersyukur


kepada Allah ? Naudzubillah. .

“Ingatlah kepada-Ku, Aku juga akan ingat kepada kalian. Dan


bersyukurlah kepada-Ku, janganlah kalian kufur.”
(Quran Surah Al Baqarah Ayat 152)

“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rizki yang telah diberikan
Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu
hanya kepada-Nya saja menyembah.”
(Quran Surah An Nahl Ayat 114)

Lalu, bagaimana cara bersyukur kepada Allah ?. Apakah kita sudah


tergolong hamba yang senantiasa bersyukur kepada Allah ?. Seseorang dapat
dikatakan sebagai hamba yang bersyukur bila :

1. Hatinya mengakui dan meyakini bahwa segala nikmat yang diperoleh itu
berasal dari Allah semata.

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka


dari Allah-lah (datangnya)”.
(Quran Surah An Nahl Ayat 53)

5
2. Lisannya senantiasa mengucapkan kalimat thayyibah sebagai bentuk pujian
terhadap Allah

Hamba yang bersyukur kepada Allah ialah hamba yang bersyukur


dengan lisannya. Allah sangat senang apabila dipuji oleh hamba-Nya. Allah
cinta kepada hamba-hamba-Nya yang senantiasa memuji Allah.

“Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah


kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)”.
(Quran Surah Adh Dhuha Ayat 11)

“Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan


Alhamdulillaahilladzii ath’amanii haadzaa wa rozaqoniihi min ghairi
haulin minnii wa laa quwwatin (Segala puji bagi Allah yang telah
memberiku makanan ini, dan merizkikan kepadaku tanpa daya serta
kekuatan dariku), maka diampuni dosanya yang telah lalu.”
(Hadits Riwayat Tirmidzi No. 3458)

“Sesungguhnya Allah sangat suka kepada hamba-Nya yang


mengucapkan tahmid (alhamdulillah) sesudah makan dan minum”
(Hadits Riwayat Muslim No. 2734)

3. Menggunakan nikmat-nikmat Allah untuk beramal shalih

Sesungguhnya orang yang bersyukur kepada Allah akan menggunakan


nikmat Allah untuk beramal shalih, tidak digunakan untuk bermaksiat kepada
Allah. Ia gunakan matanya untuk melihat hal yang baik, lisannya tidak untuk
berkata kecuali yang baik, dan anggota badannya ia gunakan untuk beribadah
kepada Allah.

6
“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan; “Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”
(Quran Surah Ibrahim Ayat 7)

“Dan kami akan memberi balasan kepada


orang-orang yang bersyukur”.
(Quran Surah Ali Imran Ayat 145)

Semoga kita dapat menjadi insan yang senantiasa bersyukur kepada Allah
atas nikmat yang telah Ia berikan.

Catatan: Mentor dapat menggunakan berbagai metode untuk menyampaikan


materi ini seperti jalan-jalan, makan bersama, ataupun memilih lokasi Studika di
alam terbuka. Mentor dapat terlebih dahulu bertanya atau memberi arahan
kepada mentee untuk menuliskan apa saja nikmat yang telah Allah berikan
kepadanya. Harapannya akan timbul keinginan untuk berbuat lebih baik dari
sebelumnya karena kasih sayang Allah begitu luas.

“Aku berdakwah kepada Allah dengan hikmah. Inilah dakwah yang menggabung
-kan antara pemahaman terhadap apa yang didakwahkan, keadaan mereka
yang didakwahi, serta bagaimana pendekatan, cara, dan sarana
yang tepat untuk menghantarkan dakwah tersebut.”
(Ust. Salim A Fillah, dalam Bersamamu di Jalan Dakwah Berliku)

-end-

7
Materi II
Yuk Nongkrong bareng Malaikat !

Tujuan :

1. Peserta memahami keutamaan berkumpul di majelis ilmu


2. Peserta menjadi termotivasi untuk berkumpul di majelis ilmu

Materi :

Terdapat beberapa keutamaan berkumpul di majelis ilmu, antara lain :

1. Kelompok-kelompok dzikir adalah taman-taman surga di dunia

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda,”Jika kamu melewati taman-taman surga,
maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat bertanya,”Apakah
taman-taman surga itu?” Beliau menjawab,”Halaqah-
halaqah (kelompok-kelompok) dzikir.”
(Hadits Riwayat Tirmidzi No. 3510)

2. Akan dinaungi rahmat Allah.

“Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada


orang-orang yang berbuat baik.”
(Quran Surah Al-A’raf Ayat 56)

Suatu ketika ada yang berdzikir pada Allah, lantas Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam lewat ketika itu, beliau pun bersabda,

8
“Apa yang kalian ucapkan? Sungguh aku melihat rahmat turun
di tengah-tengah kalian. Aku sangat suka sekali
bergabung dalam majelis semacam itu.”
(Hadits Riwayat Al-Hakim dalam
Al-Mustadrak, 1: 122)

3. Malaikat akan mengelilingi majelis ilmu


Malaikat ridha dan suka pada orang-orang yang berada dalam
majelis ilmu.

“Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai


tanda ridha pada penuntut ilmu.”
(Hadits Riwayat Abu Daud No. 3641;
Ibnu Majah No. 223; dan At-Tirmidzi No. 2682)

“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah membaca


Kitabullah dan saling mengajarkan satu dan lainnya melainkan akan
turun kepada mereka sakinah (ketenangan), akan dinaungi rahmat,
akan dikeliling para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut
mereka di sisi makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya.”
(Hadits Riwayat Muslim No. 2699)

Adapun beberapa keutamaan-keutamaan dalam menuntut ilmu, antara


lain:

1. Orang yang berilmu akan Allah angkat derajatnya

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu:


‘Berilah kelapangan dalam majelis’, maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: ‘Berdirilah kamu’, maka berdirilah,

9
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(Quran Surah Al-Mujaadilah Ayat 11)

2. Memahami perihal agama termasuk tanda-tanda kebaikan

“Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia akan


memberikan pemahaman agama kepadanya.”
(Hadits Riwayat Bukhari No. 71, 3116, 7312 dan Muslim No. 1037)

3. Orang yang berilmu dihindarkan dari laknat Allah

“Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu dilaknat dan dilaknat apa yang


ada di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allah dan ketaatan kepada-
Nya, orang berilmu, dan orang yang mempelajari ilmu.”
(Hadits Riwayat Tirmidzi No. 2322 dan Ibnu Majah No. 4112)

4. Menuntut Ilmu Adalah Jihad Di Jalan Allah Dan Orang Yang Menuntut Ilmu
Laksana Mujahid Di Jalan Allah

“Barangsiapa yang memasuki masjid kami ini (masjid Nabawi)


dengan tujuan mempelajari kebaikan atau mengajarkannya, maka ia
laksana orang yang berjihad di jalan Allah. Dan barangsiapa yang
memasukinya dengan tujuan selain itu, maka ia laksana orang
yang sedang melihat sesuatu yang bukan miliknya.”
(Hadits Riwayat Ibnu Majah No. 227)

10
5. Pahala Ilmu Yang Diajarkan Akan Tetap Mengalir Meskipun Pemiliknya Telah
Meninggal Dunia

“Jika seorang manusia meninggal dunia, maka pahala amalnya


terputus, kecuali tiga hal: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat,
dan anak shalih yang mendo’akannya.”
(Hadits Riwayat Muslim No. 1631)

Semoga kita senantiasa bersemangat mendatangi majelis ilmu.

Catatan: Di akhir sesi materi, mentor dapat meminta mentee untuk


mereview ulang materi yang telah disampaikan. Poin-poin keutamaan yang
mentee sebutkan dapat dikatakan sebagai poin yang paling diingat dan
dipahami oleh mentee. Harapannya setelah materi ini telah selesai
disampaikan, mentee mempunyai motivasi dan alasan tersendiri kenapa ia
harus hadir di majelis ilmu (Studika).

-end-

11
Materi III
Salman’s Adventure

Tujuan :

1. Peserta mengetahui kisah Salman Al-Farisi


2. Peserta dapat memaknai makna hijrah seorang pemuda muslim

Materi :

Salman al Farisi, adalah seorang lelaki Persia dari Negeri Ashfahan. Ia

sangat total dengan ajaran Majusiah, sampai bertugas sebagai penjaga sulutan
api, yang selalu menyalakannya, tidak membiarkannya padam meskipun sejenak.
Orang tuanya seorang kepala distrik, mempunyai ladang yang luas.
Suatu hari, lantaran kesibukannya, sang ayah berkata kepada anaknya:
“Wahai anakku, aku sedang sibuk membangun tempat ini hari ini, hingga tak
sempat memeriksa ladang. Pergilah engkau dan lihat”.
Salman pun pergi menuju ladang keluarganya. Di tengah perjalanan, ia
melewati sebuah gereja Nashara. Di situ, ia mendengar suara-suara mereka saat
mengerjakan shalat. Pemuda Salman tidak mengerti apa yang mereka kerjakan,
lantaran ayahnya menahannya di dalam rumah. Begitu melihat cara shalat
mereka, benar-benar membuat Salman terkagum-kagum. Akhirnya, tertarik
dengan tingkah-laku mereka.
Salman berkata: “Demi Allah, ini lebih baik dari ajaran agama yang sedang
kami peluk. Demi Allah, aku tidak meninggalkan mereka sampai matahari
terbenam”. Ladangnya pun tidak ia pedulikan, tidak jadi mendatanginya.
“Dari mana asal agama ini?” tanya Salman kepada mereka.
Mereka menjawab,”Di Syam.”
Kemudian Salman pulang ke rumah. Ternyata sang ayah telah mengutus
seseorang untuk mencarinya. Kontan saja, ketika Salman sampai rumah, ayahnya

12
bertanya: “Kemana saja engkau? Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk
melakukan sesuatu?”
Salman menjawab,”Tadi aku melewati sejumlah orang sedang mengerjakan
shalat di sebuah gereja. Pemandangan praktek agama yang aku lihat membuatku
takjub. Demi Allah, aku di sana terus bersama mereka sampai matahari
terbenam”.
Ayahnya berkata,”Anakku, tidak ada kebaikan pada agama itu. Agamamu
dan agama nenek-moyangmu lebih baik darinya.”
Salman menolak anggapan ayahnya: “Sekali-kali tidak, demi Allah.
Sesungguhnya agama itu lebih baik dari agama kita”.
Kemudian ayahnya mengancam anaknya itu, mengalungkan rantai di kaki
dan menahan Salman tetap di dalam rumah.
Dalam keadaan seperti itu, Salman meminta seseorang untuk menemui
orang-orang Nashara, untuk menyampaikan, jika datang rombongan pedagang
Nashara dari Syam kepada mereka, agar memberitahukan kepadanya. Kemudian
ia pun mendapat berita yang ia inginkan.
Ketika para pedagang Nashara ini hendak pulang kembali ke negeri
mereka, maka rantai besi yang melilitnya, ia putuskan dan kemudian Salman
pergi bersama mereka, dan akhirnya sampai ke Syam.
Sesampainya di Syam, Salman bertanya: “Siapakah orang yang terbaik dari
para pemeluk agama ini?”
Mereka menjawab: “Uskup yang berada di dalam gereja”.
Salman pun mendatangi orang yang dimaksud, lantas berkata:
“Sesungguhnya aku menyukai agama ini dan ingin hidup bersamamu.
Melayanimu di gereja, belajar denganmu dan mengerjakan shalat bersamamu”.
Uskup itu menjawab: “Masuklah!”
Akan tetapi, ternyata pendeta tersebut seorang yang berperangai buruk;
menyuruh orang bersedekah dan menganjurkannya. Bila barang-barang telah
terkumpul padanya, pendeta itupun menyimpannya untuk kepentingan pribadi,
bukan untuk para fakir-miskin. Bahkan pendeta itu berhasil mengumpulkan tujuh

13
tempayan berisi emas dan perak. Serta merta, kebencian kepada lelaki tersebut
menyelinap pada diri Salman, begitu menyaksikan perbuatan sang pendeta.
Hingga saatnya kematian menjemput sang pendeta. Orang-orang Nashara
berkumpul untuk menguburnya. Salman pun membuka kedok pendeta ini.
Salman berkata,”Sesungguhnya ini orang jelek. Memerintahkan kalian untuk
bersedekah dan menganjurkannya. Bila kalian sudah menyerahkan kepadanya, ia
menyimpannya untuk kepentingannya sendiri, tidak memberi kaum miskin
apapun.”
Orang-orang bertanya: “Darimana engkau tahu?”
“(Mari) aku tunjukkan simpanan hartanya,” jawab Salman.
Mereka menjawab,”Tunjukkan kami.”
Salman menuju tempat penyimpanan harta si pendeta itu. Orang-orang
pun akhirnya berhasil mengeluarkan dari tempat itu sebanyak tujuh tempayan
penuh dengan emas dan perak. Setelah menyaksikan, mereka berseru: “Demi
Allah, kami tidak akan menguburnya selama-lamanya,” maka mereka lantas
menyalib lelaki tersebut dan melemparinya dengan bebatuan.
Kemudian, orang-orang mengangkat lelaki lain sebagai penggantinya.
Keadaan lelaki ini lebih baik dari yang terdahulu, lebih zuhud terhadap dunia
dan sangat memperhatikan masalah akhirat. Tidak ada orang yang lebih menjaga
malam dan siangnya dari orang ini. Salman sangat mencintainya. Untuk
beberapa lama, ia hidup bersama pendeta ini. Hingga saat ajal mendatangi
pendeta itu, Salman berkata kepadanya.
“Wahai Fulan, aku telah bersamamu, benar-benar mencintaimu dengan
kecintaan yang besar. Sementara itu, telah datang kepadamu keputusan Allah
yang telah engkau saksikan (kematian). Kepada siapakah engkau berpesan
bagiku? Apakah yang engkau perintahkan kepadaku?”
Ia menjawab,”Wahai anakku. Demi Allah, aku tidak mengetahui seorang
pun sekarang ini yang berada di atas ajaranku. Orang-orang sudah binasa dan
merubah-rubah (ajaran), dan telah meninggalkan banyak ajaran-ajaran
sebelumnya, kecuali satu lelaki di Moshul. Yaitu Si Fulan. Ia masih sama dengan
ajaranku. Ke sanalah!”

14
Ketika ia meninggal dan dikubur, Salman pun menemui lelaki yang
dimaksud.
“Wahai Fulan, sesungguhnya Si Fulan telah berwasiat keapdaku saat akan
meninggal, untuk menjumpaimu dan memberitahuku, bahwa engkau berada di
atas ajarannya,” kata Salman.
Lelaki itu menjawab: “Hiduplah bersamaku”.
Selanjutnya, Salman hidup bersamanya. Lelaki ini adalah sosok yang baik.
Namun, tidak berapa lama, ia pun meninggal. Ketika kematian akan
mendatanginya, Salman memohon kepadanya:
“Wahai fulan, sesungguhnya Fulan dulu berpesan kepadaku untuk
menemuimu dan memerintahkanku untuk menjumpaimu. Sekarang telah datang
(keputusan) dari Allah, seperti yang engkau saksikan. Kepada siapakah engkau
berwasiat bagiku? Apakah yang engkau perintahkan kepadaku?
Ia menjawab,”Wahai anakku, demi Allah, aku tidak mengetahui ada
seseorang yang berada di atas kami, kecuali seorang lelaki di daerah Nashibin,
yaitu Fulan. Temuilah ia!”
Ketika lelaki ini meninggal dan telah dikuburkan, Salman melaksanakan
wasiat itu. Setelah berhasil menjumpai lelaki yang dimaksud, Salman pun
menceritakan tentang dirinya dan wasiat yang disampaikan oleh pendeta
sebelumnya. Laki-laki menjawab: “Hiduplah bersamaku!”
Sosok laki-laki ini pun sama dengan dua kawannya. Dan tidak berapa lama
kemudian, kematian mendatanginya. Ketika ia sedang sakaratul maut, Salman
berkata kepadanya: “Wahai fulan, sesungguhnya Fulan (pendeta pertama),
berpesan kepadaku untuk menjumpainya Fulan (pendeta kedua). Lalu ia
berpesan kepadaku untuk menemuimu. Kepada siapa engkau berwasiat untukku?
Apa yang engkau perintahkan?”
Ia menjawab: “Wahai anakku. Demi Allah, aku tidak mengetahui seseorang
yang tetap berada di atas ajaran kami yang aku perintahkan engkau
menemuinya, kecuali seseorang di daerah ‘Amuriyyah. Ia masih sama dengan
ajaran kami. Jika engkau mau, datangilah, sesungguhnya ia masih berada di atas
ajaran kami!”

15
Usai penguburan, Salman pun pergi untuk menjumpai pendeta di
‘Amuriyah dan menyampaikan kepadanya tentang dirinya. Pendeta itu pun
berkata: “Menetaplah bersamaku!”
Salman hidup bersama dengan insan yang selaras dengan petunjuk dan
tindak-tanduk kawan-kawannya. Ia pun dapat bekerja, sampai memiliki sapi-sapi
dan kambing. Hingga kemudian datang juga keputusan Allah, yaitu kematian
mendatangi pendeta ini. Ketika si pendeta mengahadapi sakaratul maut, Salman
berkata kepadanya:
“Dulu aku bersama Fulan, kemudian ia berwasiat kepadaku untuk
menjumpai Fulan. Dan lantas ia berpesan kepadaku untuk menemui Fulan. Dan
selanjutnya berwasiat untuk mendatangimu. Kepada siapakah engkau berwasiat
bagiku? Apakah yang engkau perintahkan kepadaku?”
Dia menjawab,”Wahai anakku. Aku tidak mengetahui ada orang yang
masih berada di atas ajaran kami yang aku memerintahkan kepadamu untuk
menjumpainya. Akan tetapi, telah datang kepadamu masa nabi (yang baru). Ia
diutus di atas agama Ibrahim, bangkit di tanah Arab, melakukan hijrah ke tempat
antara dua bukit batu yang pernah terbakar. Di sana tumbuh pohon kurma. Pada
dirinya terdapat tanda-tanda yang tidak tersembunyi; mau makan hasil hadiah,
tidak makan sedekah. Di antara dua pundaknya terdapat tanda kenabian. Jika
engkau bisa pergi ke negeri itu, lakukanlah!”
Di ‘Amuriyah, cukup lama Salman menghabiskan waktu di sana, hingga
datanglah rombongan pedagang dari Bani Kalb, dan Salman pun berkata kepada
mereka: “Maukah kalian membawaku ke Negeri Arab dan aku akan memberi
kalian sapi-sapi dan kambing-kambingku ini?”
Mereka menjawab,”Baiklah!”
Salman memberikan itu semua kepada mereka dengan imbalan tumpangan
sampai ke tanah Arab. Akan tetapi, mereka berbuat kenistaan kepadanya,
dengan menjual dirinya kepada seorang lelaki Yahudi, layaknya seorang budak
belian. Maka, Salman pun tinggal bersama lelaki Yahudi itu. Dan ternyata,
Salman menyaksikan adanya pepohonan kurma di situ. Dia pun berharap, inilah
tempat yang digambarkan kawannya (pendeta), tetapi ia belum merasa yakin.

16
Hingga suatu saat, datanglah kemenakan lelaki Yahudi itu dari Madinah.
Yaitu dari Bani Quraizhah. Dia membeli Salman dari pamannya dan
membawanya ke Madinah. Di kota Madinah ini, Salman menemukan kesesuaian
dengan yang digambarkan pendeta terakhir yang ia jumpai. Salman akhirnya
menghabiskan waktunya sebagai budak dengan majikan yang baru.
Berita tentang hijrah Nabi yang dibangkitkan di tanah Arab ke Madinah
sudah tersiar. Saat pertama kali mendengar berita itu, Salman sedang berada di
atas pohon kurma milik majikannya. Sedangkan majikannya sedang duduk.
Tiba-tiba kemenakan sang majikan ini datang dan berdiri di hadapannya,
sambil berkata: “Semoga Allah memerangi Bani Qailah. Demi Allah, mereka
sekarang berkumpul di Quba, mengelilingi seorang lelaki yang datang dari
Mekkah hari ini, yang mengaku dirinya seorang Nabi”.
Ketika Salman mendengarnya, seluruh tubuhnya gemetar, sampai mengira
hampir jatuh menimpa majikan yang berada di bawahnya. Lalu Salman turun
dari pohon kurma, dan bertanya kepada kemenakan si majikan: “Apa yang
engkau katakan? Apa yang engkau katakan?”
Sang majikan marah dan menampar pipinya dengan pukulan yang sangat
keras, lantas berkata,”Apa urusanmu dengannya? Teruslah bekerja!”
Salman menjawab,”Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin mengetahui
ucapannya saja.”
Sebelumnya, Salman telah mempunyai sesuatu (kurma) yang telah ia
kumpulkan. Saat sore harinya, ia pergi menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam , yang sedang berada di Quba.
Kata Salman,”Telah sampai kepadaku berita, kalau engkau orang yang baik,
(datang) bersama para sahabatmu yang asing lagi memerlukan bantuan. Ini ada
sesuatu untuk sedekah. Aku melihat kalian sangat berhak daripada orang lain,”
maka aku pun mendekatkan (sedekah itu) kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam .
Rasulullah berkata kepada para sahabat: “Makanlah,” tetapi beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri menahan tangannya dan tidak mau makan.
Salman berkata dalam hati: “Ini tanda pertama”.

17
Pada kesempatan berikutnya, Salman mengumpulkan sesuatu dan
Rasulullah telah tinggal di Madinah. Salman berkata,”Aku melihatmu tidak mau
makan sedekah. Ini adalah hadiah, aku ingin memuliakan dirimu dengannya,”
maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memakannya, dan menyuruh
para sahabat ikut makan bersama beliau.
Dalam hati, Salman berkata: “Ini tanda kedua”.
Berikutnya, Salman mendatangi Rasulullah ketika berada di Baqi Gharqad,
yaitu ketika sedang melayat jenazah salah seorang sahabatnya. Beliau
mengenakan dua kain, duduk di antara para sahabat.
Maka, Salman datang dan melontarkan salam kepada beliau. Setelah itu, ia
berputar ke belakang untuk melihat punggung Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam , untuk memastikan tanda kenabian yang disebutkan oleh pendeta. Ketika
Rasulullah menyadari keingintahuan Salman, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam melepaskan kain atasnya dari punggung, dan Salman menyaksikan tanda
kenabian tersebut, sebagaimana ia mengenalnya dari cerita yang pernah ia
dengar.
Kemudian, Salman segera mendekati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, menciumi tanda itu dan menangis. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata kepada Salman: “Kemarilah,” maka aku ke depan beliau, dan aku
bercerita kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . . .
Perang Khandaq merupakan perang pertama kali yang diikuti oleh sahabat
mulia ini. Karena sebelumnya ia masih terkungkung oleh perbudakan. Sampai
akhirnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memobilisasi para sahabat agar
membantu Salman, yaitu untuk menebusnya. Setelah itu, Salman al Farisi tidak
pernah absen menyertai Rasulullah dalam peperangan selanjutnya.

-end-

18
Materi IV
Ikrar Perjuangan

Tujuan :

1. Peserta mengetahui makna syahadatain


2. Peserta mengetahui syarat-syarat syahadatain
3. Peserta mengetahui hal-hal yang membatalkan syahadatain

Materi :

Makna Syahadat “Laa ilaaha illallah”, yaitu beri’tikad dan berikrar

bahwasanya tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah
Subhanahu wa Ta’ala, menta’ati hal tersebut dan mengamalkannya.
La ilaaha menafikan hak penyembahan dari selain Allah, siapa pun orangnya.
Illallah adalah penetapan hak Allah semata untuk disembah. Jadi makna kalimat
ini secara global adalah, “Tidak ada sesembahan yang hak selain Allah”.

Makna Syahadat “Anna Muhammadan Rasulullah”, yaitu mengakui secara


lahir batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan RasulNya yang diutus kepada
manusia secara keseluruhan, serta mengamalkan konsekuensinya: menta’ati
perintahnya, membenarkan ucapannya, menjauhi larangannya, dan tidak
menyembah Allah kecuali dengan apa yang disyari’atkan.

Bersaksi dengan Laa ilaaha illallah harus memerhatikan hal antara lain :
1. Memahami makna dan maksudnya.
2. Harus meyakini kandungan syahadat itu.
3. Menerima kandungan dan konsekuensi dari syahadat; menyembah Allah
semata dan meninggalkan ibadah kepada selainNya.
4. Tunduk dan Patuh dengan kandungan makna Syahadat.
5. Jujur; Mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga membenarkannya.

19
6. Ikhlas.
7. Kecintaan; Mencintai kalimat ini serta isinya, juga mencintai
orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya.

Bersaksi dengan “Anna Muhammadan Rasulullah” harus memerhatikan hal


antara lain :
1. Mengakui kerasulannya dan meyakininya di dalam hati.
2. Mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan.
3. Mengikutinya dengan mengamalkan ajaran kebenaran yang telah dibawanya
serta meninggalkan kebatilan yang telah dicegahnya.
4. Membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang ghaiib, baik yang
sudah lewat maupun yang akan datang.
5. Mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, harta, anak, orangtua
serta seluruh umat manusia.
6. Mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan orang lain serta
mengamalkan sunnahnya.

Terdapat hal-hal yang membatalkan syahadat. Hal-hal yang membatalkan


syahadat sama halnya dengan hal-hal yang membatalkan Islam. Sebab dua
kalimat syahadat itulah yang membuat seseorang masuk dalam Islam. Mengucap-
kan keduanya adalah pengakuan terhadap kandungannya dan konsisten
mengamalkan konsekuensinya berupa segala macam syi’ar-syi’ar Islam. Jika ia
menyalahi ketentuan ini, berarti ia telah membatalkan perjanjian yang telah
diikrarkannya ketika mengucapkan dua kalimat syahadat tersebut.

Salah satu hal yang dapat membatalkan syahadat adalah syirik. Syirik
merupakan dosa besar. Termasuk di dalamnya yaitu menyembelih karena selain
Allah, misalnya untuk kuburan yang dikeramatkan atau untuk jin dan lain-lain.

20
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu,
bagi siapa yang dikehendakiNya.”
(Quran Surah An Nisa Ayat 48)

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,


maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya
ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang
zalim itu seorang penolong pun.”
(Quran Surah Al-Ma’idah Ayat 72)

-end-

21
Materi V
Surat Cinta-Nya padaku

Tujuan :

1. Peserta mengetahui definisi Al-Qur’an dan dapat menunjukkan keutamaan-


keutamannya berdasarkan definisi tersebut.
2. Peserta menjadi termotivasi untuk senantiasa membaca Al-Qur’an dalam
rangka beribadah kepada Allah.

Materi :

Definisi dan keutaaman Al Quran antara lain :

1. Al Quran adalah Cahaya


Cahaya yang akan menerangi perjalanan hidup seorang hamba dan
menuntunnya menuju keselamatan adalah cahaya al-Qur’an dan cahaya
iman.

“Dahulu kamu (Muhammad) tidak mengetahui apa itu al-Kitab


dan apa pula iman, akan tetapi kemudian Kami jadikan hal itu
sebagai cahaya yang dengannya Kami akan memberikan
petunjuk siapa saja di antara hamba-hamba Kami
yang Kami kehendaki.”
(Quran Surah Asy-Syura Ayat 52)

“Wahai umat manusia, sungguh telah datang kepada kalian


keterangan yang jelas dari Rabb kalian, dan Kami turunkan
kepada kalian cahaya yang terang-benderang.”
(Quran Surah An Nisa Ayat 174)

22
“Allah adalah penolong bagi orang-orang yang beriman, Allah
mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya,
adapun orang-orang kafir itu penolong mereka adalah thoghut
yang mengeluarkan mereka dari cahaya
menuju kegelapan-kegelapan.”
(Quran Surah Al Baqarah Ayat 257)

2. Al Quran adalah Petunjuk

“Alif lam mim. Inilah Kitab yang tidak ada sedikit pun keraguan
padanya. Petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.”
(Quran Surah Al Baqarah Ayat 1-2)

“Sesungguhnya al-Qur’an ini menunjukkan kepada urusan yang lurus


dan memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman
yang mengerjakan amal salih bahwasanya mereka akan
mendapatkan pahala yang sangat besar.”
(Quran Surah Al Isra Ayat 9)

Oleh sebab itu merenungkan ayat-ayat al-Qur’an merupakan pintu


gerbang hidayah bagi kaum yang beriman.

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh


dengan berkah, agar mereka merenungi ayat-ayatnya dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.”
(Quran Surah Shaad Ayat 29).

23
3. Al Quran sebagai Rahmat dan Obat

“Wahai umat manusia! Sungguh telah datang kepada kalian nasehat


dari Rabb kalian (yaitu al-Qur’an), obat bagi penyakit yang ada di
dalam dada, hidayah, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
(Quran Surah Yunus Ayat 57).

“Dan Kami turunkan dari al-Qur’an itu obat dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman. Akan tetapi ia tidaklah menambah
bagi orang-orang yang zalim selain kerugian.”
(Quran Surah Al Isra Ayat 82)

4. Al Quran dan Perniagaan Yang Tidak Akan Merugi

“Sesungguhnya orang-orang yang membaca Kitab Allah dan


mendirikan sholat serta menginfakkan sebagian rizki yang Kami
berikan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi maupun terang-
terangan, mereka berharap akan suatu perniagaan yang tidak akan
merugi. Supaya Allah sempurnakan balasan untuk mereka dan Allah
tambahkan keutamaan-Nya kepada mereka. Sesungguhnya
Dia Maha Pengampun lagi Maha Berterima kasih.”
(Quran Surah Fathir Ayat 29-30)

5. Al Quran dan Syafaat

“Bacalah al-Qur’an! Sesungguhnya kelak ia akan datang pada hari


kiamat untuk memberikan syafaat bagi penganutnya.”
(Hadits Riwayat Muslim dalam Kitab Sholat al-Musafirin [804])

24
6. Al Quran dan Pahala Yang Berlipat-Lipat

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dalam Kitabullah maka dia


akan mendapatkan satu kebaikan. Satu kebaikan itu akan dibalas
dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan bahwa
Alif Lam Mim satu huruf. Akan tetapi Alif satu huruf,
Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.”
(Hadits Riwayat Tirmidzi dalam Kitab Tsawab al-Qur’an [2910])

“Tamim Ad Dary radhiyalahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu


‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca 100 ayat pada suatu
malam dituliskan baginya pahala shalat sepanjang malam.”
(Hadits Riwayat Ahmad No. 6468).

-end-

25
Materi VI
Insan Terbaik

Tujuan :

1. Peserta mengetahui sifat Rasulullah


2. Peserta menjadi termotivasi untuk menjadikan Rasulullah sebagai teladan

Materi :

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah insan yang terbaik, memiliki budi
pekerti yang paling luhur, sebagaimana firman Allah :

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”


(Quran Surah Al Qalam Ayat 4)

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan


yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan Dia banyak menyebut Allâh.”
(Quran Surah al-Ahzab Ayat 21)

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk


(menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
(Quran Surah Al Anbiya Ayat 107)

Rasulullah adalah seorang hamba yang banyak sekali bersyukur kepada


Allah atas nikmat-nikmatNya, sering bertaubat, dan beristighfar. Bahkan beliau
pernah shalat sampai kedua kaki beliau bengkak. Selain itu, beliau juga senantiasa
memohon ampun kepada Allah.

26
“Demi Allah! Sesungguhnya aku beristigfar, memohon ampun
kepada Allah lebih dari 70 kali dalam sehari.”
(Hadits Riwayat Bukhari No. 6307)

Rasulullah adalah insan yang sangat lembut dan tidak tergesa-gesa. Suatu
ketika beliau pernah berjumpa dengan seorang arab badui lalu orang itu
menarik selendang yang beliau kenakan dipundak sehingga meninggalkan
bekas pada pundak beliau. Lalu orang itu berkata,
”Wahai Muhammad, berilah aku sebagian dari harta yang Allah berikan
kepadamu!” Namun Rasulullah tidak marah. Beliau menoleh dan menyuruh
kepada para shahabatnya agar memberikan sesuatu kepada orang ini.
(Hadits Riwayat Bukhari No. 3149 dan Muslim, No. 1057)

Kisah lain datang dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu yang pernah
tinggal dan membantu beliau selama 10 tahun, baik dalam perjalanan maupun
ketika di rumah. Anas Radhiyallahu anhu menceritakan bahwa Rasûlullâh selama
10 tahun tidak pernah mengatakan ‘Uh” kepadanya.
Beliau juga tidak pernah menyalahkan terhadap apa yang dilakukan, dengan
mengatakan, “Kenapa engkau melakukan ini?” atau terhadap apa yang tidak
dilakukan, dengan mengatakan, “Kenapa engkau tinggalkan?”.
(Hadits Riwayat Bukhari No. 2768 dan Muslim No. 2309)

Rasulullah tidak pernah memukul siapapun dengan tangan beliau, meskipun


seorang pembantu kecuali dalam kondisi jihad fi sabilillah. Beliau juga tidak
pernah melakukan aksi pembalasan terhadap semua perlakuan buruk yang beliau
alami kecuali jika perlakukan buruk tersebut sudah masuk kategori pelanggaran
terhadap apa yang diharamkan oleh Allâh Azza wa Jalla, maka saat itu beliau
melakukan pembalasan karena Allâh Azza wa Jalla,
(Hadits Riwayat Muslim No. 2328)

27
Rasulullah adalah orang yang paling agung, paling mulia dan paling luhur
akhlaknya. Rasulullah tidak pernah melakukan perbuatan nista, tidak pernah
mencela dan beliau bukanlah tipe orang yang suka melaknat.
(Hadits Riwayat Bukhari No. 3559)

Rasulullah adalah seorang yang sangat dermawan terutama pada bulan


Ramadhan. Kedermawanan beliau mengalahkan angin yang berhembus. Jika ada
yang meminta sesuatu kepada beliau atas nama Islam, maksudnya untuk
memotivasinya agar masuk Islam, maka pasti beliau akan berikan, meskipun itu
besar. Perhatikanlah ketika memberikan ghanimah (harta rampasan perang)
kepada seorang arab badui yang meminta ghanimah. Maka beliau memberikan
ghanimah yang sangat banyak karena beliau berharap orang ini dan pengikutnya
mendapatkan kebaikan. Setelah mendapatkan ghanimah yang sangat banyak
tersebut, orang itu pulang ke kaumnya dan mengatakan, “Wahai kaumku,
masuklah kalian ke agama Islam, karena Muhammad memberikan sesuatu
sebagaimana pemberian orang yang tidak takut kemiskinan.”
(Hadits Riwayat Muslim No. 2312)

Akhlak mulia Rasulullah yang lainnya adalah beliau sangat zuhud


terhadap dunia. Padahal beliau adalah utusan Allah, Rabb yang maha kaya.
Jika beliau Rasulullah menginginkan dunia, maka pasti beliau bisa
mendapatkannya, namun beliau tidak menginginkannya. Ketika beliau
diberikan pilihan antara hidup di dunia semaunya ataukah menemui
Rabbnya, beliau memilih untuk menemui Rabbnya, maksudnya meninggal.
(Hadits Riwayat Bukhari No. 466)

Pergaulan Rasulullah tidak hanya kepada orang-orang dewasa saja, beliau


terkadang mendatangi dan mengucapkan salam kepada anak-anak kecil serta
mencandai mereka. Namun perlu diingat bahwa Rasulullah
tidak pernah mengucapkan perkataan dusta, meski sedang
bercanda. Pernah ada yang mengatakan kepada Rasulullah,

28
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau mencandai kami,”.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya
saya tidak mengucapkan apapun kecuali yang benar.”
(Hadits Riwayat Bukhari No. 265 dan at-Tirmidzi No. 1990)

Semoga kita senantiasa dapat meneladani akhlak Rasulullah.

-end-

29
BAGIAN II
MATERI TAMBAHAN

30
Materi I
Larangan untuk Menduakan

Tujuan :

1. Menanamkan keyakinan yang kuat terhadap Allah SWT sehingga tidak


bergantung kepada selainNya
2. Menjauhkan diri dari berhubungan dengan jin dalam bentuk apapun dan
untuk tujuan apapun

Materi :

Tidak boleh seorang muslim meminta bantuan kepada selain Allah. Apalagi
meminta bantuan jin untuk tujuan apapun. Karena jin tidak akan memberi
bantuan kecuali manusia menaati para jin dalam berbuat maksiat kepada Allah
dan berbuat kesyirikan atau kekufuran.

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta


perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin
itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”.
(Quran Surah Al Jin Ayat 6)

“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (manusia


dan jin), (dan Allah berfirman) : “Hai golongan jin (setan), sesungguhnya kamu
telah banyak (menyesatkan) manusia,” lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari
golongan manusia : “Ya Rabb kami, sesungguhnya sebagian dari kami (manusia)
telah mendapat kesenangan dari sebagian yang lain (jin) dan kami telah sampai
kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”. Allah berfirman : “Neraka
itulah tempat tinggal kamu semua, sedang kamu semua kekal
di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)”
(Quran Surah Shad Ayat 55)

31
Jin adalah makhluk gaib yang telah diciptakan Allah untuk beribadah
kepadaNya. Adapun karakteristik dari jin antara lain :

1. Jin diciptakan dari api dan sebelum manusia diciptakan

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari


tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang
diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin
sebelum (Adam) dari api yang sangat panas”.
(Quran Surah Al Hijr Ayat 26-27)

2. Jin adalah makhluk yang berkembang biak dan berketurunan

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:


"Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia
adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya.
Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai
pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu?
Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah)
bagi orang-orang yang zalim”.
(Quran Surah Al Kahfi Ayat 50)

3. Jin dapat melihat manusia. Sedangkan manusia tidak dapat melihat jin

“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan
sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia
menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan
kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-
pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu
tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami

32
telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin
bagi orang-orang yang tidak beriman”.
(Quran Surah Al A’raf Ayat 27)

4. Di antara bangsa jin, ada yang beriman dan ada pula yang kafir

“Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan


ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran.
Barangsiapa yang yang taat, maka mereka itu benar-benar telah
memilih jalan yang lurus. Adapun orang-orang yang menyimpang dari
kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahannam”.
(Quran Surah Al Jinn 14-15)

Berhubungan dengan jin berpotensi merusak ibadah kita kepada


Allah. Hal ini akan membuat manusia masuk ke dalam jurang kesyirikan.
Ketidakmampuan manusia melihat jin dan kemampuan manusia melihat jin
berpotensi menjadikan manusia dalam posisi lemah sehingga jin yang kafir
sangat mungkin dapat memperdaya manusia untuk bermaksiat kepada
Allah.

-end-

33
Materi II
Jagalah Hati

Tujuan :

1. Mengetahui makna dan urgensi dari niat


2. Mengetahui tips untuk ikhlas

Materi :

Niat ialah maksud atau tujuan. Niat bermakna membersihkan maksud dan
motivasi kepada Alah dari maksud dan hal lain. Sedangkan ikhlas atau khalasa,
bermakna bersih atau murni.

Hakikatnya niat adalah tujuan yang terbesit di dalam hati, amal hati secara
murni, bukan amal lidah yang biasa diucapkan sebelum memulai ibadah. Karena
dengan niat, seseorang akan mempunyai kekuatan untuk melawan musuh-
musuh Allah. Apabila niatnya sudah berubah karena cinta dunia, kekuatan yang
ada pada diri seorang hamba akan goyah.

“Ada seorang pemuda yang tinggal di sebuah desa, desa tersebut memiliki
adat menyembah pohon yang besar di sana. Pemuda ini ingin menghacurkan
pohon itu, lalu berangkatlah pemuda ini untuk menghancurkan pohon tersebut.
Namun di tengah jalan Setan yang mengetahui rencana pemuda ini
menghadangnya dengan menyamar. Lalu dia berbicara ke pemuda tersebut
supaya gak jadi ngehancurin pohon tersebut, sehingga terjadilah pertarungan.
Pemuda ini dengan mudah mengalahkan setan tersebut, namun setan dengan
akal liciknya mampu mengurungkan niat pemuda itu yaitu setan akan
menggantinya dengan memberikan uang yang diberikan di bawah bantalnya
setiap pagi. Akhirnya pemuda ini gak jadi ngehancurin pohon itu dan menerima
uang di bawah bantalnya itu. Suatu hari ketika uang itu tak pernah ada lagi.

34
Pemuda itu marah dan bergegas untuk menghancurkan pohon itu lagi, setan pun
kembali menyamar dan menghadang orang itu. Dan terjadilah pertempuran
kembali, namun kali ini Pemuda itu kalah dengan mudah, bahkan setelah dicoba
berkali-kali pun. Sehingga karena heran, pemuda itu bertanya kenapa ia bisa
kalah sedangkan dahulu ia bisa menang mudah. Akhirnya setan itu berkata,
“Dulu kamu menang karena kau berkeinginan menghancurkan pohon itu karena
Allah. Namun sekarang kamu berkeingin menghancurkan pohon itu karena
marah, uang yang selalu ku kirim tak pernah datang lagi. Bukan karena Allah.”
( Al Hadits )

Niat menjadi penting karena :

1. Niat sebagai ruh dari amalan

2. Salah satu syarat diterimanya amal

“Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung niatnya, dan setiap


orang hanya memperoleh apa yang diniatkannya. Barangsiapa
hijrahnya kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu
kepada Allah dan RasulNya. Dan barangsiapa hijrah
kepada dunia yang ingin didapatkannya, atau wanita
yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya
kepada apa yang ditujunya.”
(Hadits Riwayat Bukhari, Muslim,
Abu Daud, At-Tirmidzi dan An-Nasa’i)

Cara-cara untuk menumbuhkan niat yang ikhlas :

1. Mengetahui arti keikhlasan dan urgensinya dalam beramal

35
2. Menambah pengetahuan tentang Allah swt dan hari kiamat. Dengan
mengetahui ilmu tentang-Nya, maka seseoang mengenal Allah swt dengan
sebenar-benarnya tentulah tidak akan berani berbuat syirik (menyekutukan
Allah dengan selain-Nya di dalam niatnya). Ia juga akan mempertimbangkan
amal-amalnya dan balasannya nanti di akhirat.

3. Memperbanyak membaca dan berinteraksi dengan al-Qur'an, karena al-Quran


adalah penyembuh dari segala penyakit dalam dada termasuk penyakit riya,
ujub, dan sum'ah

4. Memperbanyak amal-amal rahasia, sehingga kita terbiasa untuk beramal


karena Allah semata tanpa diketahui orang lain

5. Menghindari / mengurangi saling memuji, karena dengan pujian terkadang


orang jadi lalai hatinya dan menjadi sombong

6. Berdoa, dengan tujuan agar selalu diberi keikhlasan dan dijauhi dari syirik.
Doa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw : "Allahumma innii a'udzubika
annusyrikabika syaian a'lamuhu wa astaghfiruka lima laa a'lamuhu." (Ya Allah
aku berlindung kepada-Mu dari syirik kepada-Mu dalam perbuatan yang aku
lakukan dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa yang tidak aku
ketahui).

-end-

36
Materi III
Family Goal

Tujuan :
1. Peserta memahami pentingnya berbakti kepada orang tua sebagai bagian
dari ibadah
2. Peserta mengetahui contoh-contoh praktis berbakti kepada orang tua
dalam kehidupan sehari-hari.

Materi :

Berbuat baik terhadap orang tua atau birrul walidain adalah memberi

kebaikan atau berkhidmat kepada keduanya serta mentaati perintahnya kecuali


dalam hal maksiat dan mendoakannya apabila keduanya telah wafat.

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan


sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong dan membangga-banggakan diri.”
(Quran Surah An Nisaa Ayat 36)

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua


orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
(Quran Surah Luqman Ayat 14)

37
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,
kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
(Quran Surah Luqman Ayat 15)

Adapun bentuk-bentuk dari berbakti kepada orang tua antara lain :

1. Mentaati selama bukan maksiat.

2. Bersikap rendah hati dan berbicara lemah lembut

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan


menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
(Quran Surah Al Isra Ayat 23)

3. Memohonkan ampunan baginya kepada Allah

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh


kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil."
(Quran Surah Al Isra Ayat 24)

38
4. Membantu dengan harta.

5. Memintakan restunya terlebih dahulu atas perbuatan penting yang akan


dilakukan. Sebab ridho Allah ada dalam ridho orang tua, dan murka Allah
juga ada dalam Murkanya orang tua.

-end-

39
Materi IV
Astaghfirullah

Tujuan :
1. Peserta mengetahui keutamaan beristighfar

Materi :

Setiap manusia tentu tidak pernah terlepas dari perbuatan dosa. Namun
yang terbaik dari orang yang berbuat dosa yaitu yang memohon ampun kepada
Allah dan bertaubat. Allah memerintahkan hambaNya untuk selalu memohon
ampun dan bertaubat kepada-Nya. Allah pun berjanji akan mengampuni orang-
orang yang meminta ampun dan bertaubat kepada-Nya.

“Dan sungguh, Aku Maha Pengampun bagi yang bertobat, beriman


dan berbuat kebajikan, kemudian tetap dalam petunjuk.”
(Quran Surah Thaha Ayat 82)

“Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas


terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allâh. Sesungguhnya Allâh mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
(Quran Surah az-Zumar Ayat 53)

Allah memerintahkan kepada kita untuk banyak beristighfar/meminta


ampun kepada-Nya. Begitu pula Allah memerintahkan Nabi untuk beristighfâr.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :

“Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan


dosa orang mukmin laki-laki dan perempuan.”
(Quran Surah Muhammad Ayat 19)

40
“Maka aku berkata (kepada mereka), ‘Mohonlah ampunan kepada
Tuhanmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun.’”
(Quran Surah Nuh Ayat 10)

“Dan mohon ampunlah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha


Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Quran Surah An Nisa Ayat 106)

“Maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun


kepadaNya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.”
Quran Surah An Nashr Ayat 3]

“Dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah).”


(Quran Surah Adz Dzariyat Ayat 18)

“Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya


kemudian dia mohon ampun kepada Allâh, niscaya ia mendapati
Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Quran Surah An Nisa Ayat 110)

“Wahai hamba-hamba-Ku! Sesungguhnya kalian selalu berbuat


kesalahan (dosa) di waktu malam dan siang hari, dan Aku
mengampuni dosa-dosa seluruhnya, maka mohonlah ampunan
kepada-Ku niscaya Aku mengampuni kalian.”
(Hadits Riwayat Muslim No. 2577)

“Maha suci Engkau, ya Allâh! Rabb kami dan dengan


memuji-Mu ya Allâh ampunilah dosaku.”
(Hadits Riwayat Bukhari No. 794 dan 817 serta Muslim No. 484)

41
“Demi Allah, sesungguhya aku benar-benar memohon ampun
kepada Allâh dan bertaubat kepada-Nya dalam
sehari semalam lebih dari 70 kali.”
(Hadits Riwayat Bukhari No. 6307 dan Tirmidzi No. 3259)

“Dan sesungguhnya aku benar-benar memohon ampunan Allâh


dalam sehari semalam sebanyak 100 kali.”
(Hadits Riwayat Muslim No. 2701)

“Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma beliau berkata, “Kami dahulu


menghitung dalam satu majlis Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
100 kali membaca, ‘Ya Allâh ampunilah dosaku, dan terimalah
taubatku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat
dan Maha Penyayang.’”
(Hadits Riwayat Abu Dawud No. 1516,
Tirmidzi No. 3434 dan Ibnu Majah No. 3814)

-end-

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Al Quran dan Hadits


2. Hardian N. Super Mentoring Senior. 2003. Bogor : Arkan Leema.
3. Panitia Studika Universitas 2010 – 2011. Mentoring Book Studika Untan.
2010. Pontianak : BKMI Untan.
4. Pengelola Studika Universitas 2016 – 2017. Panduan Materi Studika. 2016.
Pontianak : BKMI Untan.
5. Ruswandi M. Games for Islamic Mentoring. 2005. Syaamil Cipta Media.
6. Tim Penulis Modul. Modul Tarbiyah Islamiyah. 2011. Jakarta : Robbani
Press.
7. Tim Penyusun Buku. Book for Mentor Mentoring Agama Islam. Pontianak :
BPM – LSK.

43
Catatan :

44
Catatan :

45
Catatan :

46

Anda mungkin juga menyukai