Proposal Penelitian CKD Kireiiii-15
Proposal Penelitian CKD Kireiiii-15
Disusun Oleh :
KIREINA NOVELIA R
NIM : 742003.S.21044
1
PENERAPAN TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT
UNTUK TINGKAT KECEMASAN TERHADAP PASIEN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAH SAKIT
GUNUNG JATI KOTA CIREBON
Disusun Oleh :
KIREINA NOVELIA R
NIM : 742003.S.21044
i ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Disusun Oleh :
KIREINA NOVELIA R
NIM.742003.S.21044
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
(.....................................)
NIP. 960920113
i
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Kireina Novelia R
NIM.742003.S.21044
Penguji I
Ns. H.Ujeng, S.Kep.,M.Kes (.....................................)
NIP. 96039916
Penguji II
Ns.Amirul kadafi, S.Kep.,M.Tr.Kep (.....................................)
NIP. 960920112
Pemguji III
Ns.Dian Apri Nelyati, S.Kep., M.Tr.Kep (.....................................)
NIP. 960920113
Disahkan Oleh
Direktur
Akademi Keperawatan Dharma Husada Cirebon
ii iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT , atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan proposal yang berjudul
“Penerapan rendam kaki air hangat untuk tingkat kecemasan terhadap pasien
Chronic Kidney Disease (CKD) Kota Cirebon”. Penyelesaian penyusunan
proposal ini juga berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini perkenankan penulis menghaturkan rasa terimakasih kepada yang
terhormat :
Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang telah
diberikan dan semoga proposal ini dapat dijadikan pedoman untuk melakukan
penelitian. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan yang penulis
inginkan, namun penulis telah berusaha sebaik-baiknya. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
proposal ini. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua. Aamiin.
Penulis
iiiiv
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vi
DAFTAR BAGAN................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
D. Manfaat.........................................................................................................6
E. Keaslian Penelitian.......................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................9
A. Kerangka Teori.............................................................................................9
B. Tinjauan Teori............................................................................................10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...........................................................28
A. Kerangka Konsep.......................................................................................28
B. Hipotesis.....................................................................................................29
C. Jenis dan Rancangan Penelitian..................................................................29
D. Populasi dan sampel...................................................................................30
E. Definisi operasional....................................................................................32
F. Instrumen Penelitian...................................................................................33
G. Prosedur Penelitian.....................................................................................33
H. Teknik Pengolahan dan Analisa Data.........................................................34
I. Etika Penelitian...........................................................................................36
J. Jadwal Penelitian........................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
v
DAFTAR TABEL
v
vi
DAFTAR BAGAN
vivii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh,
mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan keseimbangan asam-basa
darah, serta eksresi bahan buangan dan kelebihan garam. Apabila ginjal
gagal menjalankan fungsinya, maka penderita memerlukan pengobatan
dengan segera. Keadaan dimana ginjal lambat laun mulai tidak dapat
melakukan fungsinya dengan baik disebut juga dengan Chronic Kidney
Disease (CKD). CKD makin banyak menarik perhatian dan makin banyak
dipelajari karena walaupun sudah mencapai tahap gagal ginjal terminal
akan tetapi penderita masih dapat hidup panjang dengan kualitas hidup
yang cukup baik (Handi Rustandi 2018)
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal dalam
mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit serta kehilangan daya dalam
proses metabolisme yang dapat menyebabkan terjadinya uremia karena
penumpukan zat-zat yang tidak bisa dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal
yang mengarah pada kerusakan jaringan ginjal yang progresif dan
reversibel (Irwan, 2019). Survei yang dilakukan oleh Perhimpunan
Nefrologi Indonesia terdapat 18 juta orang di Indonesia menderita
penyakit ginjal kronik (PPNI, 2018). Presentase penyakit gagal ginjal
kronik di Indonesia untuk Kalimantan Selatan berada pada peringkat
keempat yakni 0,2% (Kemenkes RI, 2017). Tindakan medis yang
dilakukan pada pasien yang mengalami Gagal Ginjal Kronik yaitu
hemodialisis atau di masyarakat menyebutnya dengan cuci darah (Price,
2018). Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis rutin
melakukan tindakan setiap 4 atau 5 hari. Dalam proses hemodialisis
membutuhkan waktu 4-6 jam untuk setiap kali terapi (Nursalam, 2017).
1
Berdasarkan data World Health Organitation (WHO) penyakit ginjal
kronis di dunia ini mengalami peningkatan serta menjadi masalah kesehatan yang
serius, hasil penelitian Global Burden of Disease di tahun 2021, Penyakit ginjal
kronis merupakan penyebab kematian peringkat ke 27 di dunia tahun 2021 serta
meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun 2022, lebih dari 2 juta penduduk di
dunia melakukan perawatan dengan dialisis atau tranplantasi ginjal dan hanya
sekitar 10% benar-benar mengalami perawatan tersebut. Sepuluh persen penduduk
di dunia mengalami penyakit Ginjal Kronis dan jutaan meninggal setiap tahun
karna tidak memiliki akses pengobatan. Pada tahun 2022 sekitar 113.136 pasien di
Amerika Serikat mengalami End Stage Renal Disease (ESRD), penyebab
utamanya adalah diabetes dan hipertensi dengan kasus terbanyak ditemukan pada
lebih dari 70 tahun. Penelitian di Amerika Serikat risiko 2,3 kali mengalami PGK
bagi orang yang mengkonsumsi cola dua gelas atau lebih perhari. Pada tahun
2022, sebanyak 2 per 1000 penduduk atau 499.800 penduduk Indonesia menderita
penyakit Gagal Ginjal dan pada tahun 2023 6 per 1000 penduduk atau 1.499.400
penduduk Indonesia menderita gagal ginjal (Riskesdas,2019).
Berdasarkan data prevalensi Gagal Ginjal pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi di
bandingkan dengan perempuan (0,2%). Berdasarkan karakteristik umur pravalensi
tertinggi pada kategori usia diatas 75 tahun (0,6%) dimana mulai terjadi
peningkatan pada usia 35 tahun ke atas. Gagal Ginjal ini dapat ditangani
dengan cara farmakologi dan non farmakologi, penanganan secara
farmakologis terdiri atas pemberian obat yang bersifat diuretic, beta bloker,
calcium channel blockers dan vasodilatator.
Penanganan secara farmakologis ini mempunyai efek samping
bermacam-macam tergantung dari obat yang digunakan. Contohnya bahwa
efek samping dari obat diuretic yaitu mulut kering, haus, kelemahan, pusing,
latergi, nyeri otot, takikardi, gangguan gastrointestinal.
Pengobatan secara non-farmakologis dapat dilakukan dengan mengubah
gaya hidup yang lebih sehat dan melakukan terapi rendam kaki
menggunakan air hangat yang dapat dilakukan setiap saat. Efek rendam kaki
air hangat sama dengan berjalan dengan kaki telanjang selama 30 menit.
2
Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh.
Pertama berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat
sirkulasi darah menjadi lancar, yang kedua yaitu faktor pembebanan di
dalam air yang akan menguatkan otot-otot dan ligament yang
mempengaruhi sendi tubuh (Guyton, 2018). Penelitian lain dilakukan oleh
Syuja (2019) yaitu Pengaruh Massage dan Hot Bath Terhadap Penurunan
Kecemasan pada pasien serta merasa rilex, yang di lakukan intervensi
dengan pemberian hot bath atau rendaman kaki air hangat dengan suhu
berkisar antara temperatur 36,5 derajat – 40 derajat dengan lama terapi 10-
30 menit. Interpretasi hasil uji terdapat pengaruh pemberian terapi massage
dan hot bath terhadap kecemasan pada penyakit gagal ginjal mendapatkan
nilai signifikansi, yang artinya ada beda pengaruh pemberian massage dan
hot bath terhadap kecemasan pada penyakit gagal ginjal, disimpulkan
bahwa setelah dilakukan terapi ada pengaruh terapi rendam kaki air hangat
terhadap penurunan kecemasan.
Penelitian yang dilakukan oleh Keliat tahun (2019) mengemukakan
bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami cemas dan gangguan
psikologis yang berkaitan dengan penyakitnya sekitar 30-40%. Menurut
Taylor, kecemasan merupakan suatu pengalaman subjektif mengenai
ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan
ketidakmampuan menghadapi masalah atau tidak adanya rasa aman.
Perasaan yang tidak menyenangkan umumnya menimbulkan gejala-gejala
fisiologis seperti gemetar, berkeringat, dan detak jantung meningkat. Gejala-
gejala psikologis seperti gelisah, tegang, bingung, dan tak dapat
berkonsentrasi, untuk itu pertahanan fungsi tubuh dengan terapi seperti,
perendaman kaki dengan air hangat ini dapat membantu menurunkan
kecemasan pada pasien penderita CKD.
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan perawat bahwa terapi rendam
air hangat belum pernah diterapkan sebagai salah satu cara menurunkan
kecemasan. Terapi rendam kaki air hangat ini merupakan tindakan yang bisa
dilakukan oleh perawat dan bahkan oleh pasien atau keluarga pasien.
3
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
memaparkan karya ilmiah akhir dengan adakah pengaruh penerapan
pemberian rendam kaki air hangat terhadap tingkat kecemasan pada pasien
Chronic Kidney Disease (CKD) .
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah terjadinya peristiwa yang menimbulkan
pertanyaan. Bermula dari pertanyaan yang muncul inilah yang nantinya
akan mendorong penulis untuk melakukan penelitian, dan mengumpulkan
data-data. (Sutrisno Hadi, 2029) “Bagaimana Penerapan Pemberian Rendam
Kaki Air Hangat Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Penderita
Chronic Kidney Disease (CKD) di Rumah Sakit Gunung Jati ?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Penerapan Pemberian Rendam Kaki Air Hangat Terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Penderita Chronic Kidney Disease
(CKD) di Rumah Sakit Gunung Jati Kota Cirebon
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingat kecemasan sebelum diberikan terpi rendam
kaki air hangat pada penderita Chronic Kidney Disease(CKD) di
Rumah Sakit Gunung Jati Kota Cirebon
b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan setelah diberikan terapi rendam
kaki air hangat pada penderita Chronic Kidney Disease (CKD) di
Rumah Sakit Gunung Jati Kota Cirebon.
c. Menerapkan proses asuhan keperawatan pada pasien Chronic Kidney
Disease (CKD) yang kecemasan dengan terapi rendam kaki air
hangat.
d. Menganalisis penerapan pemberian terapi terhadap penurunan
kecemasan pada penderita Chronic Kideny Disease (CKD) di Rumah
Sakit Gunung Jati Kota Cirebon.
4
D. Manfaat
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, baik manfaat secara praktis maupun
manfaat secara teoritis.
1. Manfaat praktis
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa Akper Dharma
Husada dalam proses pembelajaran. Selain itu, dapat meningkatkan
terjalinnya kerjasama dalam lingkungan kampus Akper Dharma Husada
b. Memberikan penggunaan terapi rendam kaki air hangat yang diharapkan
dapat diaplikasikan oleh pasien sebagai salah satu alternatif untuk
mengatasi kecemasan
c. Mampu menjadi acuan pembelajaran mengenai respon fisiologis tentang
kecemasan yang tidak seimbang sehingga dapat diberikan tindakan
keperawatan secara tepat dan efesien .
2. Manfaat teoritis
Selain manfaat praktis yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini juga
memiliki manfaat teoritis yaitu untuk memberikan landasan bagi para peneliti
lain dalam melakukan penelitian lain yang sejenis dalam rangka menurunkan
tingkat kecemasan dengan terapi rendam kaki air hangat pada penderita
penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) serta kemampuan untuk
memecahkan suatu masalah mahasiswa.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Chronic Kidney Disease (CKD)
A. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan kerusakan ginjal
yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang racun dan produk
sisa darah, yang ditandai adanya protein dalam urin dan penurunan
laju filtrasi glomerulus (LFG) yang berlangsung selama lebih dari
tiga bulan (Hanggraini dkk, 2020). Chronic Kidney Disease (CKD)
adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal yang ireversibel pada suatu derajat dimana memerlukan
terapi ginjal yang tetap, berupa dialysis atau transplantasi ginjal.
Salah satu sindrom klinik yang terjadi pada gagal ginjal adalah
uremia. Hal ini disebabkan karna penurunan fungsi ginjal
(Ulianingrum, 2018)
Berdasarkan definisi diatas peneliti dapat menyimpulkan
bahwa CKD adalah suatu penyakit perubahan fungsi ginjal yang
bersifat progresif dan ireversibel yang tidak dapat lagi pulih atau
kembali secara sembuh total menjadi sediakala yang dapat
disembuhkan oleh berbagai hal dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
elektrolit, yang menyebabkan uremia.
B. Anatomi Ginjal
Ginjal terletak di bagian belakang abdomen atas, di belakang
peritonium di depan dua kosta terakhir dan tiga oto-otot besar
tranversus abdominalis, kuadratus lumborum dan psoas mayor.
Ginjal di pertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak
yang tebal. Di sebelah posterior dilindungi oleh kosta dan otot-
otot yang meliputi kosta, sedangkan di anterior dilindungi oleh
bantalan yang tebal (Haryono, 2020). Pada orang dewasa panjang
ginjal 12-13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya antara 120-150 grm.
6
Ukurannya tidak berbeda menurut bentuk dan ukuran tubuh.
Sebnayak 95% orang dewasa memiliki jarak antara katup ginjal
antara 11-15 cm. Perbedaan panjang kedua ginjal lebih dari 1.5
cm atau perubahan bentuk merupakan tanda yang pentig karena
kebnyakan penyakit jinjal dimanifestasikan dengan perubahan
struktur. Permukaan anterior dan posterior katup atas dan bawah
serta pinggir lateral ginjal berbentuk konveks, sedangkan pinggir
medialnya berbentuk konkaf karena adanya hilus. Ada beberapa
struktur yang masuk atau keluar dari ginjal melalui hilus antara
lain arteri dan vena renalis, saraf dan pembuluh darah bening.
Ginjal diliputi oleh kapsula tribosa tipis mengkilat, yang berikatan
longgar dengan jaringan di bawahnya dan dapat dilepaskan
dengan mudah dari permukaan ginjal.
Bila ginjal kita iris memanjang, akan tampak bahwa ginjal
terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (Korteks), Sumsum
ginjal (medulla), dan bagian rongga ginjal ( Pelvis renalis).
7
Tiap glomerulus dengan simpai bownman disebut badan Malpighi
Penyaringan darah terjadi pada badan Malpighi, yaitu di antara
glomerulus dan simpai bownman. Dan zat-zat yang terlarut dalam
darah akan masuk ke dalam sampai bownman. Dari sini zat- zat
tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari
simpai bownman yang terletak di dalam sumsum ginjal.
2) Sum-sum ginjal (medulla)
lapisan dalam dari ginjal. Medula Ginjal berfungsi sebagai tempat
pengumpulan urin, Reabsropsi (penyerapan kembali zat yang
dibutuhkan tubuh), dan augmentasi (pelepasan zat yang
berlebihan atau tidak berguna ke dalam urin). Medula Ginjal
disusun oleh struktur berbentuk piramid yang mengandung
banyak pembuluh dara, bagian ini berfungsi untuk
mengumpulkan urin. Pada Medula ginjal terdapat saluran yang
merupakan lanjutan dari saluran yang ada di korteks, yaitu
Lengkung henle yang berfungsi dalam proses reabsorpsi dan
pengaturan konsentrasi urin. Cairan yang terkumpul pada Medula
ginjal ini kemudian akan disalurkan menuju Pelvis Renalis
(Rongga Ginjal).
Gambar 2.2
`Anatomi Ginjal
8
C. Tanda dan gejala
Gejala klinis yang ditimbulkan Chronic Kidney Disease (CKD)
menurut Guswanti (2019) antara lain :
a. Hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas
sistem renin angiostensin-aldosteron.
b. Gagal jantung dan kongestif udem pulmoner (akibat cairan
yang berlebihan)
c. Perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksik,
pruritis, anoreksia, mual, muntah, cegukan, kedutan otot,
kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi)
Sedangkan menurut Ismail (2018) tanda gejala CKD dibagi menjadi 7
yaitu:
a. Gangguan pada sistem gastrointestinal
1) Anoreksia, nausea, vomitus yang berhubungan dengan
dengan gangguan metabolisme protein di dalam usus,
terbentuknya zat-zat toksin akibat metabolisme bakteri usus
seperti ammonia danmelil guanidine serta sembabnya
mukosa usus.
2) Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada
air liur diubah oleh bakteri dimulut menjadi amoni sehinnga
nafas berbau amonia.
3) Gastritis erosife, ulkus peptic dan clotis uremic
b. Kulit
1) Kulit berwarna pucat, anemia dan kekuning-kuninganakibat
penimbunan urokrom
2) Gatal-gatal akibat toksin uremin dan pengendapan kalsium
di pori-pori kulit.
3) Ekimosis akibat gangguan hematologi.
4) Ure frost : akibat kristalsasi yang ada pada keringat.
5) Bekas-bekas garukan karena gatal.
9
c. Sistem hematologic
1) Anemia yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara
lain : Berkurangnya produksi eritropoitin, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia
toksin, defisiensi besi, asam folat, dan lain-lain akibat nafsu
makan yang berkurang, perdarhan, dan fibrosis sumsum
tulang akibat hipertiroidism sekunder.
2) Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia
d. Sistem syaraf dan otot
1) Restless Leg Syndrome, pasien merasa pegal pada kakinya
sehinnga selalu digerakkan.
10
2) Gangguan metabolisme glokusa, resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin.
3) Gangguan metabolisme lemak
4) Gangguan metabolisme vitamin D
g. Gangguan sistem lain
1) Tulang osteodistropi ginjal, yaitu osteomalasia, osteoslerosis,
osteitis fibrosia dan klasifikasi metastasik.
2) Asidosis metabolik akibat penimbuna asam organik sebagai
hasil metabolisme.
3) Elektrolit : hiperfosfotemia, hiperkalemia, hipokalsemia.
D. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien Chronic
Kidney Disease (CKD), antara lain (Monika2019):
a. Hematologi
1) Hemoglobin: HB kurang dari 7-8 g/dl
2) Hematokrit: Biasanya menurun
3) Eritrosit
4) Leukosit
5) Trombosit
b. LEFT (Liver Fungsi Test)
c. Elektrolit (klorida, kalium, kalsium)
1) AGD : penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7 : 2)
terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk
mengekskresikan hidrogen dan ammonia atau hasil akhir.
2) Kalium : peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai
dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran
jaringan hemolisis
d. RFT (Renal Fungsi Test) (Ureum dan Kreatinin)
1) BUN/ Kreatinin :
Kadar BUN (normal: 5-25 mg/dL), kreatinin serum (normal
0,5-1,5 mg/dL; 45- 132,5 µmol/ L [unit SI])
11
biasanya meningkat dalam proporsi kadar kreatinin 10mg/dl,
natrium (normal: serum 135-145 mmol/L; urine: 40-220
mEq/L/24 jam), dan kalium (normal: 3,5-5,0 mEq/L; 3-5,0
mmol/Lm [unit SI]) meningkat
e. Urin rutin
1) Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
2) Volume : kurang dari 400ml/jam, oliguri, anuria
3) Warna : secara abnormal urine keruh, disebabkan bakteri,
partikel, koloid dan fosfat.
4) Sedimen : kotor, kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb,
mioglobin, porfirin.
5) Berat jenis : kurang dari 1.015 (menetap pada 1,015)
menunjukkan kerusakan ginjal berat.
f. EKG
EKG : mungkin abnormal untuk menunjukan keseimbangan
elektrolit dan asam basa
g. Endoskopi ginjal : dilakukan secara endoskopi untuk
menentukan pelvis ginjal, pengangkat tumor selektif.
h. USG abdominal
i. CT scan abdominal
j. Renogram
RPG (Retio Pielografi) katabolisme protein bikarbonat menurun
PCO2 menurun untuk menunjukan abnormalis pelvis ginjal
dan ureter.
E. Etiologi
Menurut Brunner and Sudarth, 2017, gagal ginjal kronik
dapat disebabkan oleh :
1) Infeksi misalnya pielonefritis kronik (Infeksi saluran
kemih), glomerulonefritis (penyakit peradangan).
Pielonefritis adalah proses infeksi peradangan yang
biasanya mulai di renal pelvis, saluran ginjal yang
menghubungkan ke saluran kencing (ureter).
12
parencyma ginjal atau jaringan ginjal. Glomerulonefritis
disebabkan oleh salah satu dari banyak penyakit yang
merusak baik glomerulus maupun tubulus. Pada tahap
penyakit berikutnya keseluruhan kemampuan
penyaringan ginjal sangat berkurang.
2) Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis
benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis.
Disebabkan karena terjadinya kerusakan vaskulararisasi
di ginjal oleh adanya peningkatan tekanan darah akut dan
kronik.
3) Gangguan jaringan ikat misalnya lupus eritematosus
sistemik, poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
4) Disebabkan oleh kompleks imun dalam sirkulasi yang
ada dalam membrane basalis glomerulus dan
menimbulkan kerusakan.Penyakit peradangan kronik
dimana sistem imun dalam tubu menyerang jaringan
sehat, sehingga menimbulkan gejala diberbagai organ.
5) Penyakit metabolik misalnya DM (Diabetes Mellitus),
gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis. Penyebab
terjadinya ini dimana kondisi genetik yang ditandai
dengan adanya kelainan dalam proses metabolisme dalam
tubuhakibat defisiensi hormon dan enzim. Proses
metabolisme ialah proses memecahkan karbohidrat
protein, dan lemak dalam makanan untuk menghasilkan
energi.
13
sebagai upaya kompensasi, yang di perantarai oleh molekul
vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini
mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti peningkatan
tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus.Proses adaptasi ini
berlangsung singkat, kemudian terjadi proses maladaptasi berupa
sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti
dengan penurunan fungsi nefron yang progresif walaupun
penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan
aktivitas aksis reninangiotensin-aldosteron intrarenal, ikut
memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis
dan progresifitas tersebut.
Aktivasi jangka panjang aksis renin-angiotensin- aldosteron,
sebagian diperantarai oleh growth factor seperti transforming
growth factor β (TGF-β) Beberapa hal yang juga dianggap berperan
terhadap progresif penyakit ginjal kronik adalah albuminuria,
hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia (Basuki, 2019).
G. Komplikasi
Nurcahyati, et al (2018) menjelaskan bahwa komplikasi pada
pasien Chronic Kidney Disease adalah sebagai berikut :
1) Penyakit tulang
Penyakit tulang disebabkan oleh penumpukan fosfor,
kadar kalsium rendah, penurunan vitamin D dan kadar kalium
yang tinggi di dalam darah.
2) Penyakit kardiovaskular
Ginjal mengalami kegagalan dalam mengatur tekanan
darah. Akibat peningkatan hormon yang mengatur tekanan
darah mengakibatkan kerja jantung menjadi terbebani, yang
menyebabkan penumpuakan di pembuluh darah dan akhirnya
berhenti berfungsi.
3) Anemia
Berkurangnya kemampuan sumsum tulang untuk
membentuk sel darah, mengakibatkan anemia.
14
H. Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan pasien gagal ginjal kronik adalah
untuk mengoptimalkan fungsi ginjal yang ada dan
mempertahankan keseimbangan secara maksimal untuk
memperpanjang harapan hidup pasien. Menurut Monica, (2019)
penatalaksanaan medis pada pasien dengan terapi farmakologis
CKD yaitu :
1) Terapi farmakologi
a. Melakukan pemeriksaan lab darah dan urine.
b. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan.
Pengawasan dilakukan melalui pemantauan berat
badan, urine serta pencatatan keseimbangan cairan.
c. Diet TKRP (Tinggi Kalori Rendah Protein). Diet rendah
protein (20-240 gr/hr) dan tinggi kalori menghilangkan
gejala anoreksia dan nausea dari uremia serta
menurunkan kadar ereum. Hindari pemasukan berlebih
dari kalium dan garam.
d. Control hipertensi. Pada pasien hipertensi dengan
penyakit ginjal, keseimbangan cairan dan garam diatur
tersendiri pada tekanan darah. Sering diperlukan
diuretik loop selain obat hipertensi (Guswanti, 2019)
e. Kontrol ketidak seimbangan elektrolit. Yang sering
ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis berat.
Untuk mencegah hiperkalemia hindari pemasukan
kalium yang banyak (batasi hingga 60 mmol/hr),
diuretik hemat kalium, obat-obat yang berhubungan
dengan ekskresi kalium (penghambat ACE dan obat
anti inflamasi nonsteroid), asidosis berat, atau
kekurangan garam yang menyebabkan pelepasan
kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis. Deteksi
melalui kalium plasma dan EKG.
15
f. Dialysis
Peritoneal dialysis Biasanya dilakukan pada kasus –
kasus emergency. Sedangkan dialysis yang bisa
dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah
CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis).
g. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif
di vena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya
hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun
untuk mempermudah maka dilakukan:
AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
Double lumen: langsung pada daerah jantung
(vaskularisasi jantung) tujuan nya untuk menggantikan
fungsi ginjal dalam tubuh fungsi eksresi yaitu
membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti
ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain
(Guswanti, 2019).
h) Operasi
- Pengangkatan batu ginjal
- Transplantasi ginjal
16
3. Terapi rendam kaki air hangat
A.Definisi
Salah satu terapi relaksasi yang menggunakan air. Hidroterapy
adalah penggunaan air untuk menyembuhkan dan meringankan
berbagai keluhan. Air bisa digunakan dalam banyak cara dan
kemampuannya sudah diakui sejak dahulu dan air hangat juga
bermanfaat untuk membuat tubuh rileks, menyingkirkan rasa
pegal- pegal dan kaku di otot dan mengantar agar tidur bisa
nyenyak (Sustrani, 2019). Rendam kaki air hangat adalah terapi
dengan cara merendam kaki hingga batas 10-15 cm diatas mata
kaki menggunakan air hangat. Terapi ini bertujuan untuk
meningkatkan aliran darah pada bagian kaki (Chaiton, 2020).
Menurut (Hagar, 2018) rendam kaki air hangat dilakuakan 30
menit dengan suhu 40 derajat – 43 derajat pada saat selesai
melakukan cuci darah dengan lama terapi 10-30 menit.
Hidroterapi atau rendam kaki air hangat adalah secara ilmiah
air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh pertama
dampaknya air hangat membuat sirkulasi darah menjadi lancar.
Pada pengobatan tradisional Cina kaki merupakan jantung kedua
pada manusia dikarenakan ada banyak titik akupuntur ditelapak
kaki terdiri enam meridian yaitu hati, kantung empedu di kandung
kemih, jantung, ginjal, limfa dan perut. Sehingga mewakili
(berhubungan) dengan seluruh bagian tubuh terutama organ vital
jantung berada pada terdapat telapak kaki kiri sehingga bisa
memperbaiki sirkulasi darah ke jantung. Merendam kaki dengan air
panas bisa memanaskan seluruh tubuh, meningkatkan sirkulasi
darah kebagian atas dan menekan sirkulasi serta tentunya agar
membuat tubuh menjadi rileks (Guyton, 2018).
Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis pada
tubuh. Terapi rendam kaki air hangat berdampak pada pembuluh
darah dimana air hangat membuat sirkulasi darah menjadi lancar.
17
pada pembebanan didalam air yang akan menguatkan otot-otot
ligament yang mempengaruhi sendi tubuh. Air hangat mempunyai
dampak psikologis dalam tubuh sehingga air hangat bisa digunakan
untuk menurunkan tekanan darah dan merilekskan otot apabila
dilakukan dengan melalui kesadaran dan kedisplinan. Hidroterapi
rendam kaki air hangat ini sangat mudah dilakukan oleh semua
orang, tidak membutuhkan biaya yang mahal dan tidak memiliki
efek samping yang berbahaya.
Dalam pemaparan Dinas Kesehatan Indonesia (2017) air
hangat membuat kita merasa santai, meringankan sakit dan tegang
pada otot dan memperlancar peredaran darah. Maka dari itu,
berendam air hangat bisa membantu menghilangkan stres dan
membuat kita tidur lebih mudah. Pengobatan Tradisional Tiongkok
menyebut kaki adalah jantung kedua tubuh manusia, barometer
yang mencerminkan kondisi kesehatan badan. Ada banyak titik
akupuntur di telapak kaki. Enam meridian (hati, empedu, kandung
kemih, ginjal, limpa dan perut) ada dikaki. Hal ini juga didukung
oleh penelitian yang sudah dilakukan Khotimah (2018) bahwa
terapi rendam kaki air hangat pada kaki memperbaiki
mikrosirkulasi pembuluh darah dan vasodilatasi sehingga
meningkatkan kuantitas tidur.
Rendam kaki air hangat pada kaki efektif digunakan untuk
meningkatkan kuantitas tidur pada lansia yang mengalami
gangguan tidur. Secara alamiah terapi rendam kaki air hangat
mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh. Pertama berdampak
pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat sirkulasi
darah menjadi lancar, yang kedua adalah faktor pembebanan
didalam air yang menguntungkan otot-otot ligament yang
mempengaruhi sendi tubuh.
Prosedur rendam kaki air hangat ini yaitu dengan
menggunakan air hangat yang bersuhu 40˚C secara konduksi
18
dimana terjadi perpindahan panas dari air hangat ke tubuh sehingga
akan membantu meningkatkan sirkulasi darah dengan memperlebar
pembuluh darah akibatnya akan lebih banyak oksigen dipasok.
Perbaikan sirkulasi darah juga memperlancar sirkulasi getah bening
sehingga membersihkan tubuh dari racun.
Oleh karena itu orang- orang yang menderita penyakit seperti
rematik, radang sendi, insomnia, kelelahan, kecemasan, stres,
sirkulasi darah yang buruk seperti hipertensi, nyeri otot dapat
meringankan gejala keluhan tersebut.
19
Respon dari hangat inilah yang di pergunakan untuk keperluan
terapi pada berbagai kondisi dan keadaan dalam tubuh (Destia,
Umi & Priyanto, 2018).
20
Tabel 2.1 Pedoman suhu
S T Keterangan
21
darah dari kaki menuju rongga dada dan darah akan berakumulasi
di pembuluh darah dasar besar jantung. Air hangat akan
mendorong pembesaran pembuluh darah dan meningkatkan denyut
jantung. Efek ini berlangsung cepat setelah terapi air hangat
diberikan (Ningrum, 2019).
e. Abdomen
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek.
f. Neurologi
g. Kram otot/kejang: Sindrom kaki gelisah, kebas dan rasa
terbakar pada kaki.
h. Kebas/kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas
bawah (neuropati perifer)
i. Sakit kepala dan penglihatan
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Variabel Confounding
1. Jenis Kelamin
2. Usia
3. Aktifitas dan olahraga
variabel-variabel yang akan di teliti, dan memiliki arti hasil sebuah sintesis
dari proses berpikir deduktif maupun induktif serta kemampuan kreatif dan
adanya variabel bebas (respon). Variabel dependen pada penelitian ini yaitu
B. Hipotesis
Ho : Tidak ada pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan
S : X0 : Y1-Y2 : Z1
28
Keterangan :
S : Subjek
1. Populasi
perempuan yang berada di Rumah Sakit Gunung Jati Kota Cirebon. Alasan
meneliti apakah ada pengaruh pemberian terapi rendam kaki air hangat.
2. Sample
29
digunakan untuk pengambilan sampel yang tidak memberi kesempatan
atau peluang yang sama di setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik
3. Kriteria sampel
a. Kriteris Inklusi
sampel
b. Kriteria Eksklusi
sampel :
30
E. Definisi operasional
31
F. Instrumen Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada pasien di Rumah Sakit Gunung Jati Cirebon
yang menderita penyakit CKD dengan peningkatan tingkat kecemasan yang telah
bersedia menjadi responden.
1. Prosedur pertama yaitu melakukan penyusunan proposal penelitian dan
melakukan bimbingan pada dosen pembimbing.
2. Melakukan ujian proposal penelitian.
3. Revisi proposal penelitian.
4. Mengurus perizinan dengan instansi terkait yaitu ke Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik, Dinas Kesehatan,Rumah Sakit Gunung Jati Kota
Cirebon.
5. Selanjutnya, menjelaskan maksud dan tujuan serta waktu penelitian
kepada Direktur Rumah Sakit Gunung Jati untuk meminta persetujuan
melibatkan responden dalam penelitian.
6. Meminta responden untuk menandatangani lembar informed consent
sebagai bukti persetujuan.
7. Menjelaskan kepada responden mengenai prosedur terapi rendam kaki air
hangat.
8. Sebelum diberikan terapi rendam kaki air hangat responden dilakukan
pengecekan tingkat kecemasan dengan data tingkat kecemasan , kemudian
akan diberikan terapi rendam kaki air hangat satu kali sehari yaitu pada
pagi hari selama 7 hari berturut-turut.
32
Kemudian dilakukan pengecekan tingkat kecemasan kembali. Semua hasil
pengukuran akan dicatat dalam lembar observasi.
9. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
1. Pengolahan Data
b. Pengkodean (coding)
33
Pengelompokan data serta pemberian kode atau nilai pada langkah-
2018).
frekuensi.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
34
Pada penelitian ini digunakan analisis univariat untuk menjelaskan
responden.
b. Analisa Bivariat
tabulasi silan yaitu uji coba Wilcoxon Signed Rank jika p-value 0,05
I. Etika Penelitian
35
Responden diberi kebebasan untuk ikut serta ataupun mengundurkan diri
dari keikutsertaannya.
inisial dari namanaya dan semua kuesioner yang telah terisi hanya akan
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
J. Jadwal Penelitian
36
DAFTAR PUSTAKA
Nurman, M. & Afifah, A. (2019). Studi Perbandingan Jus Apel dan Jus Alpukat
terhadap penurunan kadar Kolesterol pada orang yang mengalami
Hiperkolesterolemia di wilayah kerja Puskesmas Bangkinang Kota, 3(2),
114. Diakses 18 Februari 2023, dari Jurnal Universitas Pahlawan.
37
Salwan. Hasrima. Herman. (2022). Pengaruh Pemberian Jus Belimbing Wuluh
(Averroha Bilimbi L) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol pada
Penderita Kolesterol di Wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten
Muna Tahun 2022, 9(3), 20-25. Diakses 05 Maret 2023, dari Jurnal Gizi
Ilmiah (JGI).
38
LAMPIRAN
39
file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/8-Article
%20Text-589-3-10-20191027.pdf
Kamil, I., Agustina, R., & Wahid, A. (2018). Gambaran tingkat kecemasan pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Ulin Banjarmasin. Dinamika
Kesehatan: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, 9(2), 366-377.
Cipta, I.D. 2016. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronis Di Unit Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Unit II Gamping
Sleman Yogyakarta. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Yanti, D. A., Karo-karo, T. M., Purba, A. S. G., Ginting, J. I. S. B., Octavariny, R., &
Williani, N. F. (2021). Pengaruh Rendam Kaki Menggunakan Air Hangat Terhadap
Kecemasan Pada Pasien Hipertensi. Jurnal Pengmas Kestra (JPK), 1(1), 157-162.#
Wardana, W. S., & Ismahmudi, R. (2018). Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada
Pasien CKD (Chronic Kidney Disease) dengan Intervensi Inovasi Terapi Rendam Kaki
Air Hangat terhadap Tingkat Kelelahan diruang Hemodialisa RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda Tahun 2018.
Pradita, N., & Safitri, K. H. (2020). Literature Review: Efektivitas Terapi Non
Farmakologi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien End Stage Renal
Disease Yang Menjalani Hemodialisis. Jurnal Keperawatan Wiyata, 1(1), 1-10.
40
A. Kerangka Teori
Penatalaksanaan
Dilatasi
Penurunan pembuluh
kecemasan darah/meningkat
sirkulasi darah
Sumber : Aziz (2018)
Nurrahmani (2018), Tandra (2020)
41
42