Anda di halaman 1dari 50

PENERAPAN TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT

UNTUK TINGKAT KECEMASAN TERHADAP PASIEN


CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAH SAKIT
GUNUNG JATI KOTA CIREBON

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh :

KIREINA NOVELIA R

NIM : 742003.S.21044

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA CIREBON
2023

1
PENERAPAN TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT
UNTUK TINGKAT KECEMASAN TERHADAP PASIEN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAH SAKIT
GUNUNG JATI KOTA CIREBON

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya
Keperawatan Di Akper Dharma Husada Cirebon

Disusun Oleh :

KIREINA NOVELIA R

NIM : 742003.S.21044

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA CIREBON
2023

i ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal KTI dengan Judul :

PENERAPAN TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT


UNTUK TINGKAT KECEMASAN TERHADAP PASIEN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) KOTA CIREBON

Disusun Oleh :

KIREINA NOVELIA R

NIM.742003.S.21044

Cirebon, 17 November 2023

Pembimbing Utama

Ns.Amirul Kadafi, S.Kep.M.Tr.Kep


(.....................................)
NIP. 960920112

Pembimbing Anggota
(.....................................)

Ns.Dian Apri Nelyati, S.Kep.M.Tr.Kep

NIP. 960920113

i
ii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal KTI dengan Judul :

PENERAPAN RENDAM KAKI AIR HANGAT UNTUK


TINGKAT KECEMASAN TERHADAP PASIEN CHRONIC
KIDNEY DISEASE (CKD) KOTA CIREBON
Disusun Oleh :

Kireina Novelia R
NIM.742003.S.21044

Cirebon, 11 Oktober 2023

Penguji I
Ns. H.Ujeng, S.Kep.,M.Kes (.....................................)
NIP. 96039916

Penguji II
Ns.Amirul kadafi, S.Kep.,M.Tr.Kep (.....................................)
NIP. 960920112
Pemguji III
Ns.Dian Apri Nelyati, S.Kep., M.Tr.Kep (.....................................)
NIP. 960920113

Disahkan Oleh
Direktur
Akademi Keperawatan Dharma Husada Cirebon

Ns. Kasmad, M. Kep


NIP. 96091992

ii iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT , atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan proposal yang berjudul
“Penerapan rendam kaki air hangat untuk tingkat kecemasan terhadap pasien
Chronic Kidney Disease (CKD) Kota Cirebon”. Penyelesaian penyusunan
proposal ini juga berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini perkenankan penulis menghaturkan rasa terimakasih kepada yang
terhormat :

1. Bapak Ns. Kasmad, M.Kep, selaku Direktur Akademi Keperawatan


Dharma Husada Cirebon dan selaku pembimbing anggota yang telah
banyak membantu penulis menyelesaikan proposal penelitian ini.
2. Bapak Ns. Amirul Kadafi, M.Tr.Kep, selaku pembimbing utama yang
telah banyak membantu penulis menyelesaikan proposal penelitian ini.
3. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang telah
diberikan dan semoga proposal ini dapat dijadikan pedoman untuk melakukan
penelitian. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan yang penulis
inginkan, namun penulis telah berusaha sebaik-baiknya. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
proposal ini. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua. Aamiin.

Cirebon, Maret 2023

Penulis

iiiiv
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vi
DAFTAR BAGAN................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
D. Manfaat.........................................................................................................6
E. Keaslian Penelitian.......................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................9
A. Kerangka Teori.............................................................................................9
B. Tinjauan Teori............................................................................................10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...........................................................28
A. Kerangka Konsep.......................................................................................28
B. Hipotesis.....................................................................................................29
C. Jenis dan Rancangan Penelitian..................................................................29
D. Populasi dan sampel...................................................................................30
E. Definisi operasional....................................................................................32
F. Instrumen Penelitian...................................................................................33
G. Prosedur Penelitian.....................................................................................33
H. Teknik Pengolahan dan Analisa Data.........................................................34
I. Etika Penelitian...........................................................................................36
J. Jadwal Penelitian........................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
v
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian...........................................................................6


Tabel 2.1Tingkat kecemasan Normal.............................................................12
Tabel 2.2 Jenis obat CKD (Chronic Kidney Disease).....................................18
Tabel 2.3 Kandungan Terapi rendam kaki air hangat .......................................23

v
vi
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori..............................................................................26


Bagan 3.1 Kerangka Penelitian.......................................................................27

vivii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh,
mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan keseimbangan asam-basa
darah, serta eksresi bahan buangan dan kelebihan garam. Apabila ginjal
gagal menjalankan fungsinya, maka penderita memerlukan pengobatan
dengan segera. Keadaan dimana ginjal lambat laun mulai tidak dapat
melakukan fungsinya dengan baik disebut juga dengan Chronic Kidney
Disease (CKD). CKD makin banyak menarik perhatian dan makin banyak
dipelajari karena walaupun sudah mencapai tahap gagal ginjal terminal
akan tetapi penderita masih dapat hidup panjang dengan kualitas hidup
yang cukup baik (Handi Rustandi 2018)
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal dalam
mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit serta kehilangan daya dalam
proses metabolisme yang dapat menyebabkan terjadinya uremia karena
penumpukan zat-zat yang tidak bisa dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal
yang mengarah pada kerusakan jaringan ginjal yang progresif dan
reversibel (Irwan, 2019). Survei yang dilakukan oleh Perhimpunan
Nefrologi Indonesia terdapat 18 juta orang di Indonesia menderita
penyakit ginjal kronik (PPNI, 2018). Presentase penyakit gagal ginjal
kronik di Indonesia untuk Kalimantan Selatan berada pada peringkat
keempat yakni 0,2% (Kemenkes RI, 2017). Tindakan medis yang
dilakukan pada pasien yang mengalami Gagal Ginjal Kronik yaitu
hemodialisis atau di masyarakat menyebutnya dengan cuci darah (Price,
2018). Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis rutin
melakukan tindakan setiap 4 atau 5 hari. Dalam proses hemodialisis
membutuhkan waktu 4-6 jam untuk setiap kali terapi (Nursalam, 2017).

1
Berdasarkan data World Health Organitation (WHO) penyakit ginjal
kronis di dunia ini mengalami peningkatan serta menjadi masalah kesehatan yang
serius, hasil penelitian Global Burden of Disease di tahun 2021, Penyakit ginjal
kronis merupakan penyebab kematian peringkat ke 27 di dunia tahun 2021 serta
meningkat menjadi urutan ke-18 pada tahun 2022, lebih dari 2 juta penduduk di
dunia melakukan perawatan dengan dialisis atau tranplantasi ginjal dan hanya
sekitar 10% benar-benar mengalami perawatan tersebut. Sepuluh persen penduduk
di dunia mengalami penyakit Ginjal Kronis dan jutaan meninggal setiap tahun
karna tidak memiliki akses pengobatan. Pada tahun 2022 sekitar 113.136 pasien di
Amerika Serikat mengalami End Stage Renal Disease (ESRD), penyebab
utamanya adalah diabetes dan hipertensi dengan kasus terbanyak ditemukan pada
lebih dari 70 tahun. Penelitian di Amerika Serikat risiko 2,3 kali mengalami PGK
bagi orang yang mengkonsumsi cola dua gelas atau lebih perhari. Pada tahun
2022, sebanyak 2 per 1000 penduduk atau 499.800 penduduk Indonesia menderita
penyakit Gagal Ginjal dan pada tahun 2023 6 per 1000 penduduk atau 1.499.400
penduduk Indonesia menderita gagal ginjal (Riskesdas,2019).
Berdasarkan data prevalensi Gagal Ginjal pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi di
bandingkan dengan perempuan (0,2%). Berdasarkan karakteristik umur pravalensi
tertinggi pada kategori usia diatas 75 tahun (0,6%) dimana mulai terjadi
peningkatan pada usia 35 tahun ke atas. Gagal Ginjal ini dapat ditangani
dengan cara farmakologi dan non farmakologi, penanganan secara
farmakologis terdiri atas pemberian obat yang bersifat diuretic, beta bloker,
calcium channel blockers dan vasodilatator.
Penanganan secara farmakologis ini mempunyai efek samping
bermacam-macam tergantung dari obat yang digunakan. Contohnya bahwa
efek samping dari obat diuretic yaitu mulut kering, haus, kelemahan, pusing,
latergi, nyeri otot, takikardi, gangguan gastrointestinal.
Pengobatan secara non-farmakologis dapat dilakukan dengan mengubah
gaya hidup yang lebih sehat dan melakukan terapi rendam kaki
menggunakan air hangat yang dapat dilakukan setiap saat. Efek rendam kaki
air hangat sama dengan berjalan dengan kaki telanjang selama 30 menit.

2
Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh.
Pertama berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat
sirkulasi darah menjadi lancar, yang kedua yaitu faktor pembebanan di
dalam air yang akan menguatkan otot-otot dan ligament yang
mempengaruhi sendi tubuh (Guyton, 2018). Penelitian lain dilakukan oleh
Syuja (2019) yaitu Pengaruh Massage dan Hot Bath Terhadap Penurunan
Kecemasan pada pasien serta merasa rilex, yang di lakukan intervensi
dengan pemberian hot bath atau rendaman kaki air hangat dengan suhu
berkisar antara temperatur 36,5 derajat – 40 derajat dengan lama terapi 10-
30 menit. Interpretasi hasil uji terdapat pengaruh pemberian terapi massage
dan hot bath terhadap kecemasan pada penyakit gagal ginjal mendapatkan
nilai signifikansi, yang artinya ada beda pengaruh pemberian massage dan
hot bath terhadap kecemasan pada penyakit gagal ginjal, disimpulkan
bahwa setelah dilakukan terapi ada pengaruh terapi rendam kaki air hangat
terhadap penurunan kecemasan.
Penelitian yang dilakukan oleh Keliat tahun (2019) mengemukakan
bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami cemas dan gangguan
psikologis yang berkaitan dengan penyakitnya sekitar 30-40%. Menurut
Taylor, kecemasan merupakan suatu pengalaman subjektif mengenai
ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan
ketidakmampuan menghadapi masalah atau tidak adanya rasa aman.
Perasaan yang tidak menyenangkan umumnya menimbulkan gejala-gejala
fisiologis seperti gemetar, berkeringat, dan detak jantung meningkat. Gejala-
gejala psikologis seperti gelisah, tegang, bingung, dan tak dapat
berkonsentrasi, untuk itu pertahanan fungsi tubuh dengan terapi seperti,
perendaman kaki dengan air hangat ini dapat membantu menurunkan
kecemasan pada pasien penderita CKD.
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan perawat bahwa terapi rendam
air hangat belum pernah diterapkan sebagai salah satu cara menurunkan
kecemasan. Terapi rendam kaki air hangat ini merupakan tindakan yang bisa
dilakukan oleh perawat dan bahkan oleh pasien atau keluarga pasien.

3
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
memaparkan karya ilmiah akhir dengan adakah pengaruh penerapan
pemberian rendam kaki air hangat terhadap tingkat kecemasan pada pasien
Chronic Kidney Disease (CKD) .
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah terjadinya peristiwa yang menimbulkan
pertanyaan. Bermula dari pertanyaan yang muncul inilah yang nantinya
akan mendorong penulis untuk melakukan penelitian, dan mengumpulkan
data-data. (Sutrisno Hadi, 2029) “Bagaimana Penerapan Pemberian Rendam
Kaki Air Hangat Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Penderita
Chronic Kidney Disease (CKD) di Rumah Sakit Gunung Jati ?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui Penerapan Pemberian Rendam Kaki Air Hangat Terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Penderita Chronic Kidney Disease
(CKD) di Rumah Sakit Gunung Jati Kota Cirebon
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingat kecemasan sebelum diberikan terpi rendam
kaki air hangat pada penderita Chronic Kidney Disease(CKD) di
Rumah Sakit Gunung Jati Kota Cirebon
b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan setelah diberikan terapi rendam
kaki air hangat pada penderita Chronic Kidney Disease (CKD) di
Rumah Sakit Gunung Jati Kota Cirebon.
c. Menerapkan proses asuhan keperawatan pada pasien Chronic Kidney
Disease (CKD) yang kecemasan dengan terapi rendam kaki air
hangat.
d. Menganalisis penerapan pemberian terapi terhadap penurunan
kecemasan pada penderita Chronic Kideny Disease (CKD) di Rumah
Sakit Gunung Jati Kota Cirebon.

4
D. Manfaat
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, baik manfaat secara praktis maupun
manfaat secara teoritis.
1. Manfaat praktis
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa Akper Dharma
Husada dalam proses pembelajaran. Selain itu, dapat meningkatkan
terjalinnya kerjasama dalam lingkungan kampus Akper Dharma Husada
b. Memberikan penggunaan terapi rendam kaki air hangat yang diharapkan
dapat diaplikasikan oleh pasien sebagai salah satu alternatif untuk
mengatasi kecemasan
c. Mampu menjadi acuan pembelajaran mengenai respon fisiologis tentang
kecemasan yang tidak seimbang sehingga dapat diberikan tindakan
keperawatan secara tepat dan efesien .
2. Manfaat teoritis
Selain manfaat praktis yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini juga
memiliki manfaat teoritis yaitu untuk memberikan landasan bagi para peneliti
lain dalam melakukan penelitian lain yang sejenis dalam rangka menurunkan
tingkat kecemasan dengan terapi rendam kaki air hangat pada penderita
penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) serta kemampuan untuk
memecahkan suatu masalah mahasiswa.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Chronic Kidney Disease (CKD)
A. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan kerusakan ginjal
yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang racun dan produk
sisa darah, yang ditandai adanya protein dalam urin dan penurunan
laju filtrasi glomerulus (LFG) yang berlangsung selama lebih dari
tiga bulan (Hanggraini dkk, 2020). Chronic Kidney Disease (CKD)
adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal yang ireversibel pada suatu derajat dimana memerlukan
terapi ginjal yang tetap, berupa dialysis atau transplantasi ginjal.
Salah satu sindrom klinik yang terjadi pada gagal ginjal adalah
uremia. Hal ini disebabkan karna penurunan fungsi ginjal
(Ulianingrum, 2018)
Berdasarkan definisi diatas peneliti dapat menyimpulkan
bahwa CKD adalah suatu penyakit perubahan fungsi ginjal yang
bersifat progresif dan ireversibel yang tidak dapat lagi pulih atau
kembali secara sembuh total menjadi sediakala yang dapat
disembuhkan oleh berbagai hal dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
elektrolit, yang menyebabkan uremia.

B. Anatomi Ginjal
Ginjal terletak di bagian belakang abdomen atas, di belakang
peritonium di depan dua kosta terakhir dan tiga oto-otot besar
tranversus abdominalis, kuadratus lumborum dan psoas mayor.
Ginjal di pertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak
yang tebal. Di sebelah posterior dilindungi oleh kosta dan otot-
otot yang meliputi kosta, sedangkan di anterior dilindungi oleh
bantalan yang tebal (Haryono, 2020). Pada orang dewasa panjang
ginjal 12-13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya antara 120-150 grm.
6
Ukurannya tidak berbeda menurut bentuk dan ukuran tubuh.
Sebnayak 95% orang dewasa memiliki jarak antara katup ginjal
antara 11-15 cm. Perbedaan panjang kedua ginjal lebih dari 1.5
cm atau perubahan bentuk merupakan tanda yang pentig karena
kebnyakan penyakit jinjal dimanifestasikan dengan perubahan
struktur. Permukaan anterior dan posterior katup atas dan bawah
serta pinggir lateral ginjal berbentuk konveks, sedangkan pinggir
medialnya berbentuk konkaf karena adanya hilus. Ada beberapa
struktur yang masuk atau keluar dari ginjal melalui hilus antara
lain arteri dan vena renalis, saraf dan pembuluh darah bening.
Ginjal diliputi oleh kapsula tribosa tipis mengkilat, yang berikatan
longgar dengan jaringan di bawahnya dan dapat dilepaskan
dengan mudah dari permukaan ginjal.
Bila ginjal kita iris memanjang, akan tampak bahwa ginjal
terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (Korteks), Sumsum
ginjal (medulla), dan bagian rongga ginjal ( Pelvis renalis).

Gambar 2.1 Letak Ginjal


1) Kulit ginjal (korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan
penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyaringan
darah ini banyak mengandung kapiler-kapiler darah yang tersusun
bergumpal-gumlpal disebut glomerulus.

7
Tiap glomerulus dengan simpai bownman disebut badan Malpighi
Penyaringan darah terjadi pada badan Malpighi, yaitu di antara
glomerulus dan simpai bownman. Dan zat-zat yang terlarut dalam
darah akan masuk ke dalam sampai bownman. Dari sini zat- zat
tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari
simpai bownman yang terletak di dalam sumsum ginjal.
2) Sum-sum ginjal (medulla)
lapisan dalam dari ginjal. Medula Ginjal berfungsi sebagai tempat
pengumpulan urin, Reabsropsi (penyerapan kembali zat yang
dibutuhkan tubuh), dan augmentasi (pelepasan zat yang
berlebihan atau tidak berguna ke dalam urin). Medula Ginjal
disusun oleh struktur berbentuk piramid yang mengandung
banyak pembuluh dara, bagian ini berfungsi untuk
mengumpulkan urin. Pada Medula ginjal terdapat saluran yang
merupakan lanjutan dari saluran yang ada di korteks, yaitu
Lengkung henle yang berfungsi dalam proses reabsorpsi dan
pengaturan konsentrasi urin. Cairan yang terkumpul pada Medula
ginjal ini kemudian akan disalurkan menuju Pelvis Renalis
(Rongga Ginjal).

3) Rongga ginjal (pelvis renalis)


tempat bermuaranya tubulus ginjal. Pelvis Ginjal berfungsi sebagai
tempat penampungan urin dan membawa urin tersebut ke ureter.
Urin dari Ureter akan dibawa ke Kandung Kemih dan disimpan
sementara pada Kandung kemih sampai waktunya dikeluarkan
melalui Uretra.

Gambar 2.2
`Anatomi Ginjal
8
C. Tanda dan gejala
Gejala klinis yang ditimbulkan Chronic Kidney Disease (CKD)
menurut Guswanti (2019) antara lain :
a. Hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas
sistem renin angiostensin-aldosteron.
b. Gagal jantung dan kongestif udem pulmoner (akibat cairan
yang berlebihan)
c. Perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksik,
pruritis, anoreksia, mual, muntah, cegukan, kedutan otot,
kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu
berkonsentrasi)
Sedangkan menurut Ismail (2018) tanda gejala CKD dibagi menjadi 7
yaitu:
a. Gangguan pada sistem gastrointestinal
1) Anoreksia, nausea, vomitus yang berhubungan dengan
dengan gangguan metabolisme protein di dalam usus,
terbentuknya zat-zat toksin akibat metabolisme bakteri usus
seperti ammonia danmelil guanidine serta sembabnya
mukosa usus.
2) Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada
air liur diubah oleh bakteri dimulut menjadi amoni sehinnga
nafas berbau amonia.
3) Gastritis erosife, ulkus peptic dan clotis uremic
b. Kulit
1) Kulit berwarna pucat, anemia dan kekuning-kuninganakibat
penimbunan urokrom
2) Gatal-gatal akibat toksin uremin dan pengendapan kalsium
di pori-pori kulit.
3) Ekimosis akibat gangguan hematologi.
4) Ure frost : akibat kristalsasi yang ada pada keringat.
5) Bekas-bekas garukan karena gatal.

9
c. Sistem hematologic
1) Anemia yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara
lain : Berkurangnya produksi eritropoitin, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia
toksin, defisiensi besi, asam folat, dan lain-lain akibat nafsu
makan yang berkurang, perdarhan, dan fibrosis sumsum
tulang akibat hipertiroidism sekunder.
2) Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia
d. Sistem syaraf dan otot
1) Restless Leg Syndrome, pasien merasa pegal pada kakinya
sehinnga selalu digerakkan.

2) , Burning Feet Syndrome, rasa semutan dan seperti terbakar


terutama di telapak kaki.
3) Ensefalopati metabolik, lemah, tidak bisa tidur, gangguan
konsetrasi, tremor, asteriksis, mioklonus, kejang.
4) Miopati, kelemahan dan hipertrofi otot terutama ekstermitas
proksimal.
e. Sistem kardiovaskuler
1) Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau
peningkatan aktivitas sistem renin angiotensin aldosteron.
2) Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis atau gagal
jantung akibat penimbunan cairan hipertensif.
3) Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis, gangguan
elektrolit dan klasifikasi metastasik.
4) Edema akibat penimbuna cairan.
f. Sistem endokrin
1) Gangguan seksual, libido, fertilitas, dan ereksi menurun pada
laki-laki akibat testosteron dan spermatogenesis menurun.
Pada wnita tibul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi,
sampai amenore.

10
2) Gangguan metabolisme glokusa, resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin.
3) Gangguan metabolisme lemak
4) Gangguan metabolisme vitamin D
g. Gangguan sistem lain
1) Tulang osteodistropi ginjal, yaitu osteomalasia, osteoslerosis,
osteitis fibrosia dan klasifikasi metastasik.
2) Asidosis metabolik akibat penimbuna asam organik sebagai
hasil metabolisme.
3) Elektrolit : hiperfosfotemia, hiperkalemia, hipokalsemia.

D. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien Chronic
Kidney Disease (CKD), antara lain (Monika2019):
a. Hematologi
1) Hemoglobin: HB kurang dari 7-8 g/dl
2) Hematokrit: Biasanya menurun
3) Eritrosit
4) Leukosit
5) Trombosit
b. LEFT (Liver Fungsi Test)
c. Elektrolit (klorida, kalium, kalsium)
1) AGD : penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7 : 2)
terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk
mengekskresikan hidrogen dan ammonia atau hasil akhir.
2) Kalium : peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai
dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran
jaringan hemolisis
d. RFT (Renal Fungsi Test) (Ureum dan Kreatinin)
1) BUN/ Kreatinin :
Kadar BUN (normal: 5-25 mg/dL), kreatinin serum (normal
0,5-1,5 mg/dL; 45- 132,5 µmol/ L [unit SI])

11
biasanya meningkat dalam proporsi kadar kreatinin 10mg/dl,
natrium (normal: serum 135-145 mmol/L; urine: 40-220
mEq/L/24 jam), dan kalium (normal: 3,5-5,0 mEq/L; 3-5,0
mmol/Lm [unit SI]) meningkat
e. Urin rutin
1) Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
2) Volume : kurang dari 400ml/jam, oliguri, anuria
3) Warna : secara abnormal urine keruh, disebabkan bakteri,
partikel, koloid dan fosfat.
4) Sedimen : kotor, kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb,
mioglobin, porfirin.
5) Berat jenis : kurang dari 1.015 (menetap pada 1,015)
menunjukkan kerusakan ginjal berat.
f. EKG
EKG : mungkin abnormal untuk menunjukan keseimbangan
elektrolit dan asam basa
g. Endoskopi ginjal : dilakukan secara endoskopi untuk
menentukan pelvis ginjal, pengangkat tumor selektif.
h. USG abdominal
i. CT scan abdominal
j. Renogram
RPG (Retio Pielografi) katabolisme protein bikarbonat menurun
PCO2 menurun untuk menunjukan abnormalis pelvis ginjal
dan ureter.

E. Etiologi
Menurut Brunner and Sudarth, 2017, gagal ginjal kronik
dapat disebabkan oleh :
1) Infeksi misalnya pielonefritis kronik (Infeksi saluran
kemih), glomerulonefritis (penyakit peradangan).
Pielonefritis adalah proses infeksi peradangan yang
biasanya mulai di renal pelvis, saluran ginjal yang
menghubungkan ke saluran kencing (ureter).

12
parencyma ginjal atau jaringan ginjal. Glomerulonefritis
disebabkan oleh salah satu dari banyak penyakit yang
merusak baik glomerulus maupun tubulus. Pada tahap
penyakit berikutnya keseluruhan kemampuan
penyaringan ginjal sangat berkurang.
2) Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis
benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis.
Disebabkan karena terjadinya kerusakan vaskulararisasi
di ginjal oleh adanya peningkatan tekanan darah akut dan
kronik.
3) Gangguan jaringan ikat misalnya lupus eritematosus
sistemik, poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
4) Disebabkan oleh kompleks imun dalam sirkulasi yang
ada dalam membrane basalis glomerulus dan
menimbulkan kerusakan.Penyakit peradangan kronik
dimana sistem imun dalam tubu menyerang jaringan
sehat, sehingga menimbulkan gejala diberbagai organ.
5) Penyakit metabolik misalnya DM (Diabetes Mellitus),
gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis. Penyebab
terjadinya ini dimana kondisi genetik yang ditandai
dengan adanya kelainan dalam proses metabolisme dalam
tubuhakibat defisiensi hormon dan enzim. Proses
metabolisme ialah proses memecahkan karbohidrat
protein, dan lemak dalam makanan untuk menghasilkan
energi.

F. Patofisiologi Chronic Kidney Disease (CKD)


Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya bergantung
pada penyakit yang mendasarinya, tapi dalam perkembangan
selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Ginjal
mempunyai kemampuan untuk beradaptasi, pengurangan massa
ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron
yang masih tersisa (surviving nephrons).

13
sebagai upaya kompensasi, yang di perantarai oleh molekul
vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini
mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti peningkatan
tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus.Proses adaptasi ini
berlangsung singkat, kemudian terjadi proses maladaptasi berupa
sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti
dengan penurunan fungsi nefron yang progresif walaupun
penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya peningkatan
aktivitas aksis reninangiotensin-aldosteron intrarenal, ikut
memberikan kontribusi terhadap terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis
dan progresifitas tersebut.
Aktivasi jangka panjang aksis renin-angiotensin- aldosteron,
sebagian diperantarai oleh growth factor seperti transforming
growth factor β (TGF-β) Beberapa hal yang juga dianggap berperan
terhadap progresif penyakit ginjal kronik adalah albuminuria,
hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia (Basuki, 2019).

G. Komplikasi
Nurcahyati, et al (2018) menjelaskan bahwa komplikasi pada
pasien Chronic Kidney Disease adalah sebagai berikut :
1) Penyakit tulang
Penyakit tulang disebabkan oleh penumpukan fosfor,
kadar kalsium rendah, penurunan vitamin D dan kadar kalium
yang tinggi di dalam darah.
2) Penyakit kardiovaskular
Ginjal mengalami kegagalan dalam mengatur tekanan
darah. Akibat peningkatan hormon yang mengatur tekanan
darah mengakibatkan kerja jantung menjadi terbebani, yang
menyebabkan penumpuakan di pembuluh darah dan akhirnya
berhenti berfungsi.
3) Anemia
Berkurangnya kemampuan sumsum tulang untuk
membentuk sel darah, mengakibatkan anemia.

14
H. Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan pasien gagal ginjal kronik adalah
untuk mengoptimalkan fungsi ginjal yang ada dan
mempertahankan keseimbangan secara maksimal untuk
memperpanjang harapan hidup pasien. Menurut Monica, (2019)
penatalaksanaan medis pada pasien dengan terapi farmakologis
CKD yaitu :

1) Terapi farmakologi
a. Melakukan pemeriksaan lab darah dan urine.
b. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan.
Pengawasan dilakukan melalui pemantauan berat
badan, urine serta pencatatan keseimbangan cairan.
c. Diet TKRP (Tinggi Kalori Rendah Protein). Diet rendah
protein (20-240 gr/hr) dan tinggi kalori menghilangkan
gejala anoreksia dan nausea dari uremia serta
menurunkan kadar ereum. Hindari pemasukan berlebih
dari kalium dan garam.
d. Control hipertensi. Pada pasien hipertensi dengan
penyakit ginjal, keseimbangan cairan dan garam diatur
tersendiri pada tekanan darah. Sering diperlukan
diuretik loop selain obat hipertensi (Guswanti, 2019)
e. Kontrol ketidak seimbangan elektrolit. Yang sering
ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis berat.
Untuk mencegah hiperkalemia hindari pemasukan
kalium yang banyak (batasi hingga 60 mmol/hr),
diuretik hemat kalium, obat-obat yang berhubungan
dengan ekskresi kalium (penghambat ACE dan obat
anti inflamasi nonsteroid), asidosis berat, atau
kekurangan garam yang menyebabkan pelepasan
kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis. Deteksi
melalui kalium plasma dan EKG.

15
f. Dialysis
Peritoneal dialysis Biasanya dilakukan pada kasus –
kasus emergency. Sedangkan dialysis yang bisa
dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah
CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis).
g. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif
di vena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya
hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun
untuk mempermudah maka dilakukan:
AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
Double lumen: langsung pada daerah jantung
(vaskularisasi jantung) tujuan nya untuk menggantikan
fungsi ginjal dalam tubuh fungsi eksresi yaitu
membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti
ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain
(Guswanti, 2019).
h) Operasi
- Pengangkatan batu ginjal
- Transplantasi ginjal

2) Terapi non farmakologis


Joy et al (dalam, 2019) menyebutkan beberapa hal yang
dapat dilakukan untuk mencegah gagal ginjal kronik
berkembang :
a) Pembatasan protein
b) Pembatasan glukosa
c) Hentikan rokok
d) Menjaga berat badan
e) Olahraga

16
3. Terapi rendam kaki air hangat

A.Definisi
Salah satu terapi relaksasi yang menggunakan air. Hidroterapy
adalah penggunaan air untuk menyembuhkan dan meringankan
berbagai keluhan. Air bisa digunakan dalam banyak cara dan
kemampuannya sudah diakui sejak dahulu dan air hangat juga
bermanfaat untuk membuat tubuh rileks, menyingkirkan rasa
pegal- pegal dan kaku di otot dan mengantar agar tidur bisa
nyenyak (Sustrani, 2019). Rendam kaki air hangat adalah terapi
dengan cara merendam kaki hingga batas 10-15 cm diatas mata
kaki menggunakan air hangat. Terapi ini bertujuan untuk
meningkatkan aliran darah pada bagian kaki (Chaiton, 2020).
Menurut (Hagar, 2018) rendam kaki air hangat dilakuakan 30
menit dengan suhu 40 derajat – 43 derajat pada saat selesai
melakukan cuci darah dengan lama terapi 10-30 menit.
Hidroterapi atau rendam kaki air hangat adalah secara ilmiah
air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh pertama
dampaknya air hangat membuat sirkulasi darah menjadi lancar.
Pada pengobatan tradisional Cina kaki merupakan jantung kedua
pada manusia dikarenakan ada banyak titik akupuntur ditelapak
kaki terdiri enam meridian yaitu hati, kantung empedu di kandung
kemih, jantung, ginjal, limfa dan perut. Sehingga mewakili
(berhubungan) dengan seluruh bagian tubuh terutama organ vital
jantung berada pada terdapat telapak kaki kiri sehingga bisa
memperbaiki sirkulasi darah ke jantung. Merendam kaki dengan air
panas bisa memanaskan seluruh tubuh, meningkatkan sirkulasi
darah kebagian atas dan menekan sirkulasi serta tentunya agar
membuat tubuh menjadi rileks (Guyton, 2018).
Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis pada
tubuh. Terapi rendam kaki air hangat berdampak pada pembuluh
darah dimana air hangat membuat sirkulasi darah menjadi lancar.

17
pada pembebanan didalam air yang akan menguatkan otot-otot
ligament yang mempengaruhi sendi tubuh. Air hangat mempunyai
dampak psikologis dalam tubuh sehingga air hangat bisa digunakan
untuk menurunkan tekanan darah dan merilekskan otot apabila
dilakukan dengan melalui kesadaran dan kedisplinan. Hidroterapi
rendam kaki air hangat ini sangat mudah dilakukan oleh semua
orang, tidak membutuhkan biaya yang mahal dan tidak memiliki
efek samping yang berbahaya.
Dalam pemaparan Dinas Kesehatan Indonesia (2017) air
hangat membuat kita merasa santai, meringankan sakit dan tegang
pada otot dan memperlancar peredaran darah. Maka dari itu,
berendam air hangat bisa membantu menghilangkan stres dan
membuat kita tidur lebih mudah. Pengobatan Tradisional Tiongkok
menyebut kaki adalah jantung kedua tubuh manusia, barometer
yang mencerminkan kondisi kesehatan badan. Ada banyak titik
akupuntur di telapak kaki. Enam meridian (hati, empedu, kandung
kemih, ginjal, limpa dan perut) ada dikaki. Hal ini juga didukung
oleh penelitian yang sudah dilakukan Khotimah (2018) bahwa
terapi rendam kaki air hangat pada kaki memperbaiki
mikrosirkulasi pembuluh darah dan vasodilatasi sehingga
meningkatkan kuantitas tidur.
Rendam kaki air hangat pada kaki efektif digunakan untuk
meningkatkan kuantitas tidur pada lansia yang mengalami
gangguan tidur. Secara alamiah terapi rendam kaki air hangat
mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh. Pertama berdampak
pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat sirkulasi
darah menjadi lancar, yang kedua adalah faktor pembebanan
didalam air yang menguntungkan otot-otot ligament yang
mempengaruhi sendi tubuh.
Prosedur rendam kaki air hangat ini yaitu dengan
menggunakan air hangat yang bersuhu 40˚C secara konduksi

18
dimana terjadi perpindahan panas dari air hangat ke tubuh sehingga
akan membantu meningkatkan sirkulasi darah dengan memperlebar
pembuluh darah akibatnya akan lebih banyak oksigen dipasok.
Perbaikan sirkulasi darah juga memperlancar sirkulasi getah bening
sehingga membersihkan tubuh dari racun.
Oleh karena itu orang- orang yang menderita penyakit seperti
rematik, radang sendi, insomnia, kelelahan, kecemasan, stres,
sirkulasi darah yang buruk seperti hipertensi, nyeri otot dapat
meringankan gejala keluhan tersebut.

B. Tujuan rendam kaki air hangat


Rendam kaki air hagat menyebabkan vasodilatasi dan
menyebabkan disipasi panas dan meningkatkan ekspansi pembuluh
darah sehingga volume darah meningkat tepat waktu oksigen dan
nutrisi ke otak serta kebutuhan untuk menghilangkan atau
menurunkan rasa kecemasan.

C. Manfaat dan efek rendam kaki air hangat


Menurut Becker (2019) merendam kaki dengan air hangat akan
membuat pembuluh darah melebar dan meningkatkan sirkulasi
darah. Ini dapat merelaksasikan tubuh menjadi lebih tenang
sehingga bisa menurunkan kecemasan. Manfaat atau efek hangat
adalah efek fisik panas/hangat yang dapat menyebabkan zat cair,
padat dan gas mengalami pemuaian ke segala arah dan dapat
meningkatkan reaksi kimia. Pada jaringan akan terjadi metabolisme
seiring dengan peningkatan pertukaran zat antara zat kimia tubuh
dengan cairan tubuh.
Efek biologis panas/hangat dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah.
Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas yaitu menyebabkan
pelebaran pembuluh darah, menurunkan kekentalan darah,
menurunkan ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan
dan meningkatkan permeabilitas kapiler.

19
Respon dari hangat inilah yang di pergunakan untuk keperluan
terapi pada berbagai kondisi dan keadaan dalam tubuh (Destia,
Umi & Priyanto, 2018).

D. Prinsip kerja terapi rendam kaki air hangat


Terapi rendam kaki air hangat dapat terjadi secara konduksi
dimana terjadi perpindahan panas/hangat ke dalam tubuh karena
ada banyak titik akupuntur di telapak kaki yaitu enam meridian.
Kerja air hangat pada dasarnya adalah meningkatkan aktivitas (sel)
dengan metode pengaliran energi melalui konveksi (Pengaliran
lewat medium cair).
Metode perendaman kaki dengan air hangat memberikan efek
fisiologis terhadap beberapa bagian tubuh organ manusia seperti
jantung. Air hangat akan mendorong pembesaran pembuluh darah
dan meningkatkan denyut jantung efek ini berlangsung cepat
setelah terapi air rendam kaki air hangat di berikan. Prinsip kerja
terapi ini akan meneybabkan pelebaran pembuluh darah yang akan
mempengaruhi tekanan arteri oleh baroreseptor pada sinus kortikus
dan arkus aorta yang akan menyampaikan implus yang di bawa
serabut saraf yang membawa isyarat dari semua bagian tubuh
untuk menginformasikan kepada otak dan memberikan oksigen
yang cukup perihal menurunkan tingkat kecemasan. Maka
dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara terapi rendam
kaki air hangat dengan penurunan tingkat kecemasan.
Dalam hal ini, penulis akan melakukan inovasi intervensi
keperawatan pada pasien yang mengalami kecemasan dengan
memberikan terapi rendam kaki air hangat. Suhu dan waktu yang
dilaksanakan disesuaikan dengan pedoman suhu yang di
rekomendasikan untuk pemberian terapi rendam kaki air hangat
oleh Permenkes RI No. 1205/Menkes/Per/X/2004.

20
Tabel 2.1 Pedoman suhu
S T Keterangan

D T Tidak aman untuk


pengguanaan rumah
kecuali untuk
rendam sebagian
tubuh: lengan,
tangan, kaki,
kompres.
4 S Hanya untuk waktu
pendek 5-15 menit
perhatikan untuk
hipetermia tidak
disarankan
3 P Umumnya dapat
ditoleransi untuk
kebanyakan terapi
rendam kaki dengan
lama rendam 15-30
(Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1205/Menkes/Per/X/2004)
E. Kontra indikasi terapi rendam kaki air hangat
Kontra Indikasi Terapi Rendam Kaki Air Hangat, menurut
peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia
No. 1205/Menkes/Per/X/2004) :
1) Kehamilan kurang dari 6 bulan.
2) Kehamilan dengan resiko tinggi :
3) Menderita Obesitas berat Indeks Massa Tubuh (IMT) > 30
4) Menderita Kanker.
5) Menderita Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
6) Menderita Hepatitis, diabetes, hipertiroid, penyakit kulit
kronis dan atau sedang mangalami luka infeksi.

F. Pengaruh Rendam Kaki Terhadap Kardiovaskuler.


Tekanan Hidrostatik air terhadap tubuh mendorong aliran

21
darah dari kaki menuju rongga dada dan darah akan berakumulasi
di pembuluh darah dasar besar jantung. Air hangat akan
mendorong pembesaran pembuluh darah dan meningkatkan denyut
jantung. Efek ini berlangsung cepat setelah terapi air hangat
diberikan (Ningrum, 2019).

4. Konsep asuhan keperawatan pada pasien Chronic Kidney Disease


(CKD)
A. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses
keperawatan, pengkajian keperawatan ini bertujuan untuk menggali
atau mendapatkan data utama tentang kesehatan pasien baik itu
fisik, psikologis, maupun emosional (Hnadayani, 2018) yang terdiri
dari:
1) Identitas pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, nomer
rekam medis, tanggal masuk rumah sakit.
2) Identitas penanggung jawab
Identitas penanggung jawab berisikan nama, hubungan dengan
pasien, alamat, dan nomer telpon.
3) Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan saat ini oleh pasien diantara keluhan lain
pada pasien hemodialisa biasanya mengeluh mual, muntah,
perdarahaan, pusing, sesak, kram otot, lelah, lemas edema
ekstremitas, edema paru.
4) Riwayat kesehatan.
a. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang didapatkan mulai dari pasien
mengalami keluhan sampai mencari pelayanan kesehatan
sampai , mendapatkan terapi dan harus menjalani terapi
Hemodialisa (pasien HD pertama). Kondisi atau keluhan
yang di rasakan oleh pasien setelah menjalani HD sampai
22
menjalani HD kembali (bagi pasien menjalani HD rutin).
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu di dapatkan dari pengalaman pasien
mengalami kondisi yang berhubungan dengan gangguan
system urinaria (misal DM, hipertensi, Glomerulus kronism
pielonefritis). Riwayat Kesehatan dahulu juga mencakup
penggunaan analgesik yang lama atau terus menerus, dan
apakah pernah melakukan operasi atau tidak.
c. Riwayat kesehatan keluarga
dari riwayat penyakit keluarga Di dapatkan yang berhubungan
dengan penyakit pasien sekarang (DM, hiperensi, penyakit
sistem perkemihan).
d. Riwayat alergi
Perlu dikaji apakah pasien memiliki alergi terhadap makanan,
binatang, ataupun obat-obatan
e. Riwayat obat-obatan
Mencakup obat-obatan apa saja yang dikonsumsi oleh pasien
selama ini
5) Pengkajian pola fungsional
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan pasien
Berisi pandangan pasien tentang keadaannya saat ini, apa
yang dirasakan tentang kesehatannya sekarang. Gejalanya
adalah pasien mengungkapkan kalau dirinya saat ini sedang
sakit parah. Pasien juga mengungkapkan telah menghindari
larangan dari dokter. Tandanya adalah pasien terlihat lesu
dan khawatir, pasien terlihat bingung kenapa kondisinya
seperti ini meski segala hal yang telah dilarang telah
dihindari.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Mengkaji nafsu makan pasien saat ini, makanan yang biasa
dimakan, frekuensi dan porsi makanan serta berat badan
pasien. Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat
penurunan BB dalam kurun waktu 6 bulan.Tandanya adalah
23
anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau
turun.
c. Pola eliminasi
Mengkaji warna, frekuensi dan bau dari urine pasien. Kaji
juga apakah pasien mengalami konstipasi atau tidak, serta
bagaimana warna, frekuensi dan konsistensi feses pasien.
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output
dan input. Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi
konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah atau
tidak sinkronnya antara tekanan darah dan suhu.
d. Aktivitas dan latian
Kaji apakah pasien mampu melakukan aktifitas sehari-hari
secara mandiri, di bantu atau sama sekali tidak mampu
melakukan aktifitas secara mandiri. Dalam hal ini juga dapat
dikaji apakah pasien pernah jatuh atau tidak dengan
menggunakan pengkajian resiko jatuh.
e. Pola istirahat dan tidur
Kaji bagaimana istirahat dan tidur pasien. Apakah ada
kebiasaan saat tidur maupun kebiasaan pengantar tidur,
adakah hal yang mengganggu saat akan tidur, apakah sering
terbangun dimalam hari dan berapa jam tidur pasien setiap
hari. Gejalanya adalah pasien terliat mengantuk, letih dan
terdapat kantung mata dan pasien terliat sering menguap.
f. Pola persepsi dan kognitif
Kaji apakah ada penurunan sensori dan rangsang. Tandanya
adalah penurunan kesadaran seperti ngomong nglantur dan
tidak dapat berkomunikasi dengan jelas.
g. Pola hubungan dengan orang lain
Kaji bagaimana hubungan pasien dengan orang-orang
disekitarnya, baik keluarga maupun tenaga kesehatan,
apakah pasien sering menghindari pergaulan, penurunan
harga diri sampai terjadinya HDR (Harga Diri Rendah).
Tandanya lebih menyendiri, tertutup, komunikasi tidak jelas.
24
h. Pola reproduksi
Kaji apakah ada penurunan keharmonisan pasien, adanya
penurunan kepuasan dalam hubungan, adakah penurunan
kualitas hubungan.

i. Pola persepsi diri


Kaji bagaimana pasien memandang dirinya sendiri,
menanyakan bagian tubuh manakah yang sangat disukai dan
tidak disuki oleh pasien, apakah pasien mengalami gangguan
citra diri dan mengalami tidak percaya diri dengan
keadaannya saat ini. Tandanya kaki menjadi edema, citra diri
jauh dari keinginan.
j. Pola mekanisme koping
Kaji emosional pasien apakah pasien marah-marah, cemas
atau lainnya. Kaji juga apa yang dilakukan pasien jika
sedang stress.
k. Pola kepercayaan
Gejalanya pasien tampak gelisah, pasien mengatakan merasa
bersalah meninggalkan perintah agama.Tandanya pasien
tidak dapat melakukan kegiatan agama seperti biasanya.
6) Pengkajian fisik
a. Penampilan atau keadaan umum
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri.
Kesadaran pasien dari compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah naik, respirasi rate naik, dan terjadi dispnea,
nadi meningkat dan reguler.
c. Antopometri
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena
kekurangan nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan
karena kelebian cairan. Berat badan pre dan post
hemodialisis serta berat badan kering (BB ternyaman pasien,
25
post tiga bulan menjalani hemodialisis).
d. Kepala
Rambut kotor bahkan rontok, mata kuning dan kotor, telinga
kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung kotor dan terdapat
kotoran hidung ada tarikan cuping hidung, mulut bau ureum.

e. Abdomen
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek.
f. Neurologi
g. Kram otot/kejang: Sindrom kaki gelisah, kebas dan rasa
terbakar pada kaki.
h. Kebas/kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas
bawah (neuropati perifer)
i. Sakit kepala dan penglihatan

26
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Bagan 3.1 Kerangka Penelitian

Variabel Independent Variabel Dependent

Terapi rendam kaki air hangat Kecemasan

Variabel Confounding
1. Jenis Kelamin
2. Usia
3. Aktifitas dan olahraga

Sumber :Nurrahmani, (2018)

Kerangka konsep merupakan gambaran dan arahan asumsi mengenai

variabel-variabel yang akan di teliti, dan memiliki arti hasil sebuah sintesis

dari proses berpikir deduktif maupun induktif serta kemampuan kreatif dan

inovatif diakhiri konsep ide baru (Hidayat Alimul A, 2018). Kerangka

konsep dalam penelitian ini terdapat variabel independent dan variabel

dependen. Variabel independen adalah variabel bebas yang dapat

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau munculnya variabel

dependen. Variabel independen pada penelitian ini yaitu Pemberian jus

alpukat. Sedangkan variabel dependen atau variabel terikat merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, berkaitan dengan

adanya variabel bebas (respon). Variabel dependen pada penelitian ini yaitu

Kolesterol. Variabel pengganggu


27
(confounding) adalah variabel yang mengganggu terhadap hubungan antara

variabel bebas (Independent) dengan variabel terikat (dependen)

B. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah, karena

sifatnya sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui data empiris

yang terkumpul (Sugiyono, 2020). Berdasarkan variabel yang di teliti dalam

penelitian ini menentukan hipotesis sebagai berikut :

Ha : Ada pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan

keceamsan pada penderita CKD (Chronic Kidney Disease) di Rumah

Sakit Gunung Jati Cirebon

Ho : Tidak ada pengaruh terapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan

kecemasan pada penderita CKD (Chonic Kidney Disease) di Rumah Sakit

Gunung Jati Kota Cirebon

C. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Pra Eksperimental yang merupakan suatu


rancangan penelitian yang meliputi hanya satu kelompok atau kelas yang di
pra dan pasca uji dan rancangan penelitian ini one group pretest-posttest
design yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan terhadap satu kelompok tanpa
adanya kelompok kontrol, penelitian ini merupakan design yang terdapat
pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan, dengan
demikian hasil dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan
dengan keadaan sebelum dan sesudah perlakuan (Sugiyono, 2016).

S : X0 : Y1-Y2 : Z1

28
Keterangan :

S : Subjek

X0 : Pemeriksaan tingkat kecemasan (pretest)

Y1-Y2 : Pemberian terapi rendam kaki air hangat

Z1 : Pengukuran setelah perlakuan (posttest)

D. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo,2018). Populasi dalam penelitian ini adalah penderita

CKD (Chronic Kidney Disease) dengan jenis kelamin laki-laki maupun

perempuan yang berada di Rumah Sakit Gunung Jati Kota Cirebon. Alasan

peneliti mengambil subjek di Rumah Sakit Gunung Jati Kota Cirebon

dengan populasi penderita CKD (Chronic Kidney Disease) berjumlah 297

orang adalah banyaknya pasien penderita penyakit CKD (Chronic Kidney

Disease) tetapi tidak mengetahui cara penangan untuk tingkat kecemasan

para penderita, sehingga menimbulkna rasa ingin tahu peneliti untuk

meneliti apakah ada pengaruh pemberian terapi rendam kaki air hangat.

2. Sample

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

populasi (Sugiyono, 2018). Sampel dalam penelitian ini peneliti

menggunakan 155 pasien penderita CKD di Rumah Sakit Gunung Jati.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non-

probability sampling, yaitu teknik yang

29
digunakan untuk pengambilan sampel yang tidak memberi kesempatan

atau peluang yang sama di setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik

total sampling. Total sampling merupakan cara pengambilan sampel

dimana seluruh anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2018)

3. Kriteria sampel

a. Kriteris Inklusi

Kriteria inklusif adalah kriteria Diana subjek penelitian dapat

mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai

sampel

1) Orang yang memiliki penyakit CKD

2) Menyukai terapi yang membuat kenyamanan

3) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusif adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat

mewakili dalam sample penelitian yang memenuhi syarat sebagai

sampel :

1) Penderita penyakit CKD yang menyebabkan tingkat kecemasan

seseorang tidak terkendali dengan komplikasi penyakit tulang,

penyakit kardiovaskuler, anemia.

2) Tidak bersedia menjadi responden

3) Tidak ingin menjadi bahan percobaan untuk suatu penelitian

30
E. Definisi operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati (Alimul, A,2018)

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala


Pengukuran
Variabel volume darah meningkat tepat SOP (Standar
Independent waktu oksigen dan nutrisi ke Operasional
:Terapi otak serta kebutuhan untuk Presedur)
rendam kaki menghilangkan atau
air hangat menurunkan rasa kecemasan.

Variabel Kecemasan adalah gangguan 1. Pengukur tingkat Rasio


Dependent : alam perasaan yang ditandai kecemasan
Kecemasan dengan kekhawatiran yang 2. Lembar Observasi
mendalam dan berkelanjutan, Ket :
tetapi belum mengalami 1:Ada penurunan
gangguan dalam menilai tingkat kecemasan
realistas, kepribadian masih 2: Tidak ada
tetap utuh dan perilaku dapat penurunan tingkat
terganggu tapi masih batas- kecemasan
batas normal
Variabel Usia adalah sebagian dari Tanggal lahir Rasio
Confounding umur yang sudah dijalani
: Usia, jenis manusia.
kelamin,
Jenis kelamin adalah Tanda Fisik Ordinal
aktivitas dan
perbedaan bentuk, sifat, dan
olahraga,
fungsi biologis antara laki-laki
konsumsi
dan perempuan yang
obat
menentukan perbedaan peran
kolesterol
mereka dalam
menyelenggarakan upaya
meneruskan garis keturunan
Aktivitas dan olahraga adalah Kuisioner Ordinal
Kegiatan atau aktivitas melatih
tubuh manusia agar lebih sehat
dan kuat, baik jasmani
maupun rohani.

31
F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan


data, biasanya instrumen penelitian dapat berupa angket/kuesioner, formulir
observasi dan formulir lainnya. Berdasarkan penelitian diatas , instrumen
penelitian yang akan digunaan dalam penelitian yaitu pengukuran tingkat
kecemasan dengan data pengukuran tingkat kecemasan . kemudian data tersebut
akan dimasukan ke dakam pencatatan berupa lembar observasi.
G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pasien di Rumah Sakit Gunung Jati Cirebon
yang menderita penyakit CKD dengan peningkatan tingkat kecemasan yang telah
bersedia menjadi responden.
1. Prosedur pertama yaitu melakukan penyusunan proposal penelitian dan
melakukan bimbingan pada dosen pembimbing.
2. Melakukan ujian proposal penelitian.
3. Revisi proposal penelitian.
4. Mengurus perizinan dengan instansi terkait yaitu ke Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik, Dinas Kesehatan,Rumah Sakit Gunung Jati Kota
Cirebon.
5. Selanjutnya, menjelaskan maksud dan tujuan serta waktu penelitian
kepada Direktur Rumah Sakit Gunung Jati untuk meminta persetujuan
melibatkan responden dalam penelitian.
6. Meminta responden untuk menandatangani lembar informed consent
sebagai bukti persetujuan.
7. Menjelaskan kepada responden mengenai prosedur terapi rendam kaki air
hangat.
8. Sebelum diberikan terapi rendam kaki air hangat responden dilakukan
pengecekan tingkat kecemasan dengan data tingkat kecemasan , kemudian
akan diberikan terapi rendam kaki air hangat satu kali sehari yaitu pada
pagi hari selama 7 hari berturut-turut.

32
Kemudian dilakukan pengecekan tingkat kecemasan kembali. Semua hasil
pengukuran akan dicatat dalam lembar observasi.
9. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

10. Melakukan ujian akhir atau sidang KTI.

11. Revisi Karya Tulis Ilmiah

H. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Setelah mendapatkan data yang diperlukan, selanjutnya masuk ke

proses pengolahan data. Langkah-langkah dalam pengolahan data dari

lembar observasi dapat dilakukan secara manual, maupun menggunakan

bantuan komputer (komputerisasi). Tahap-tahap pengolahan data dengan

komputer adalah sebagai berikut :

a. Penyuntingan data (Editing)

Hasil observasi yang diperoleh atau dikumpulkan melalui lembar

observasi perlu di sunting (edit) terlebih dahulu. Secara umum keriting

adalah merupakan kegiatan mengecek dan perbaikan isian formulir

atau lembar observasi tersebut : apakah lengkap, dalam arti semua

langkah- langkah sudah diisi (Notoatmodjo, 2018)

b. Pengkodean (coding)

Setelah semua lembar observasi diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan peng”kodean” atau “coding”, yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan

(Notoatmodjo, 2018). Coding atau pemberian kode ini sangat berguna

dalam memasukan data (data entry).

33
Pengelompokan data serta pemberian kode atau nilai pada langkah-

langkah yang dilakukan untuk mempermudah dalam memasukan data

dan analisa data.

c. Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing Data.Yakni langkah-

langkah dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode”

(angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau

“software”komputer. Software komputer ini bermacam-macam,

masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Dalam

penelitian ini peneliti melakukan entry data dengan menggunakan

program komputer IBM SPSS Statistics 20 (Notoatmodjo, 2018).

d. Pembersihan Data (Cleanning) Merupakan kegiatan pengecekan

kembali data yang sudah dimasukkan, dilakukan apabila terdapat

kesalahan dalam melakukan pemasukan data yaitu dengan melihat

distribusi frekuensi dari variable-variabel yang diteliti (Notoatmodjo,

2018).

e. Tabulating.Tabulating yaitu membuat tabel-tabel data, sesuai dengaan

tujuan penelitian atau yang dinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo,

2018). Peneliti membuat tabulasi dalam penelitian ini yaitu dengan

memasukan data kedalam tabel yang digunakan yaitu tabel distribusi

frekuensi.

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisis univariat yaitu untuk menggambarkan ciri-ciri pada tiap

objek penelitian (Notoatmodjo, 2012).

34
Pada penelitian ini digunakan analisis univariat untuk menjelaskan

data yang telah disusun dalam bentuk tabel dengan mendeskripsikan

tentang jenis kelamin,usia,pekerjaan,dan Pendidikan dari setiap

responden.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk menguji terhadap dua variabel yang

saling berhubungan (Notoatmodjo, 2012). Analisis bivariat dalam

penelitian kali ini digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

independent terhadap variabel dependent dengan menggunakan

tabulasi silan yaitu uji coba Wilcoxon Signed Rank jika p-value 0,05

sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.

I. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan etika penelitian. Prinsip etik

diterapkan dalam kegiatan penelitian dimulai dari penyusunan proposal

hingga penelitian ini di publikasikan (Notoatmodjo, 2018).

1. Persetujuan (Inform Consent)

Prinsip yang harus dilakukan sebelum mengambil data atau wawancara

kepada subjek adalah didahulukan meminta persetujuannya

(Notoatmodjo, 2018).Sebelum melakukan penelitian, peneliti

memberikan lembar persetujuan (inform consent) kepada responden

yang diteliti, dan responden menandatangani setelah membaca dan

memahami isi dari lembar persetujuan dan bersedia mengikuti kegiatan

penelitian.Peneliti tidak memaksa responden yang menolak untuk diteliti

dan menghormati keputusan responden.

35
Responden diberi kebebasan untuk ikut serta ataupun mengundurkan diri

dari keikutsertaannya.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Etika penelitian yang harus dilakukan peneliti adalah prinsip

anonimity. Prinsip ini dilakukan dengan cara tidak mencantumkan nama

responden pada hasil penelitian, tetapi responden diminta untuk mengisi

inisial dari namanaya dan semua kuesioner yang telah terisi hanya akan

diberi nomer kode yang tidak bisa digunakan untuk mengidentifikasi

identitas responden. Apabila penelitian ini di publikasikan, tidak ada satu

identifikasi yang berkaitan dengan responden yang dipublikasikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Prinsip ini dilakukan dengan tidak mengemukakan identitas dan


seluruh data atau informasi yang berkaitan dengan responden kepada
siapapun. Peneliti menyimpan data di tempat yang aman dan tidak
terbaca oleh orang lain. Setelah penelitian selesai dilakukan makan
peneliti akan memusnahkan seluruh informasi.

J. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Gunung Jati Kota Cirebon,


waktu pelaksanaannya pada bulan Januari 2024.

36
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, N. Y. (2022). Asuhan Keperawatan Tn. M dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler : Hiperkolesterolemia dengan pemberian terapi rebusan
air Jahe (Zingiber officinale) terhadap penurunan Kadar Kolesterol.
(Laporan Elektif, Universitas Aufa Royhan, 2022). Diakses dari
https://repository.unar.ac.id/jspui/bitstream/123456789/1374/1/SOF%20
COPI%20ELEKTIF%20Nur%20Afifah%20Yanni.pdf

Azis, S. (2018). Hidup Sehat Menyeluruh dan Alami Penyembuhan Penyakit


Kolesterol, Hipertensi dan Jantung. Sarana Pustaka Prima Indocamp :
Tangerang. Tersedia dari iPusnas.

Husnia, K. W. (2016). Sehat Tanpa Obat Dengan Alpukat. Rapha Publishing :


Yogyakarta. Tersedia dari iPusnas.

Mutmainah, S. Rino, A. Darmayanti, W. (2022). Efektifitas Pemberian Jus Tomat


dan Jus Pepaya Terhadap Perubahan Kadar Kolesterol Darah pada
Orang Dewasa Dengan Hiperkolesterolemia di Wilayah Kerja
Puskesmas Kronjo di Desa Pegaden Udik RT/RW 001/001, 1(1), 2.
Diakses 05 Maret 2023, dari Jurnal Ilmiah Keperawatan Kapuas Raya.

Notoatmodjo . (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoadmojo, Soekidjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :


Rineka Cipta

Nurman, M. & Afifah, A. (2019). Studi Perbandingan Jus Apel dan Jus Alpukat
terhadap penurunan kadar Kolesterol pada orang yang mengalami
Hiperkolesterolemia di wilayah kerja Puskesmas Bangkinang Kota, 3(2),
114. Diakses 18 Februari 2023, dari Jurnal Universitas Pahlawan.

Nurrahmani, U. Helmanu, K. (2015). Stop ! Gejala Penyakit Jantung Koroner,


Kolesterol Tinggi, Diabetes Melitus, Hipertensi. Istana Media :
Yogyakarta. Tersedia dari iPusnas.

37
Salwan. Hasrima. Herman. (2022). Pengaruh Pemberian Jus Belimbing Wuluh
(Averroha Bilimbi L) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol pada
Penderita Kolesterol di Wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten
Muna Tahun 2022, 9(3), 20-25. Diakses 05 Maret 2023, dari Jurnal Gizi
Ilmiah (JGI).

Sintia, D. (2019). Efektifitas Senam Thaichi Terhadap Penurunan Kadar


Kolesterol pada Penderita Hiperkolesterolemia di Wilayah Kerja
Puskesmas Kuok Tahun 2019. (Perpustakaan Universitas Tuanku Imam
Tambusai) Diakses
darihttps://pustaka.universitaspahlawan.ac.id/index.php?p=show_detail&
id=5462

Subandrate, Susilawati, Safyudin. (2019). Pendampingan Usaha Pencegahan dan


Penanganan Hiperkolesterolemia pada Pelajar. Jurnal Arsip
Pengabdian Masyarakat, 1(1), 2.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


PT Alfabet.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta, CV.

Tandra, H. (2020). Kolesterol & Trigliserida. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.


Tersedia dari iPusnas.

38
LAMPIRAN

39
file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/8-Article
%20Text-589-3-10-20191027.pdf
Kamil, I., Agustina, R., & Wahid, A. (2018). Gambaran tingkat kecemasan pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Ulin Banjarmasin. Dinamika
Kesehatan: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, 9(2), 366-377.

Cipta, I.D. 2016. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronis Di Unit Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Unit II Gamping
Sleman Yogyakarta. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Yanti, D. A., Karo-karo, T. M., Purba, A. S. G., Ginting, J. I. S. B., Octavariny, R., &
Williani, N. F. (2021). Pengaruh Rendam Kaki Menggunakan Air Hangat Terhadap
Kecemasan Pada Pasien Hipertensi. Jurnal Pengmas Kestra (JPK), 1(1), 157-162.#

Wardana, W. S., & Ismahmudi, R. (2018). Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada
Pasien CKD (Chronic Kidney Disease) dengan Intervensi Inovasi Terapi Rendam Kaki
Air Hangat terhadap Tingkat Kelelahan diruang Hemodialisa RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda Tahun 2018.

Pradita, N., & Safitri, K. H. (2020). Literature Review: Efektivitas Terapi Non
Farmakologi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien End Stage Renal
Disease Yang Menjalani Hemodialisis. Jurnal Keperawatan Wiyata, 1(1), 1-10.

40
A. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Etiologi Tanda dan gejala
1. Infeksi saluran kemih 1. Hipertensi
2. kerusakan 2. Gagal jantung dan
vaskulararisasi di kongestif udem
ginjal pulmoner
3. Penyakit metabolik 3. Tingkat kecemasan
misalnya DM, gout, Chronic Kidney Disease meningkat
hiperparatiroidisme, 4. mual, muntah, cegukan,
amiloidosis. karena fungsi hati
4. Gangguan jaringan berkurang
ikat misalnya lupus
eritematosus sistemik,
Kecemasan
poliarteritis nodosa,
sklerosis sistemik
progresif.

Penatalaksanaan

Farmakologi Non Farmakologi


1. Benzodiazepine 1. Mengatur napas
2. Lorazepam 2. Mencium aroma terapi
3. Primidone 3. Menerapkan terapi benson
4. Zolpidem 4. Menerapkan terapi SEFT
5. Alprazolam 5. Terapi rendam kaki air
hangat

Terapi rendam kaki air


hangat

Air hangat 37,5-40


derajat

Dilatasi
Penurunan pembuluh
kecemasan darah/meningkat
sirkulasi darah
Sumber : Aziz (2018)
Nurrahmani (2018), Tandra (2020)

41
42

Anda mungkin juga menyukai