Proposal Penelitian CKD Kireiiii
Proposal Penelitian CKD Kireiiii
Disusun Oleh :
KIREINA NOVELIA R
NIM : 742003.S.21044
1
PENERAPAN TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT
UNTUK TINGKAT KECEMASAN TERHADAP PASIEN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
KOTA CIREBON
Disusun Oleh :
KIREINA NOVELIA R
NIM : 742003.S.21044
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Disusun Oleh :
KIREINA NOVELIA R
NIM.742003.S.21044
Pembimbing Utama
Ns.Amirul Kadafi.S.Kep.M.Tr.Kep
(.....................................)
NIP. 960920112
Pembimbing Anggota
(.....................................)
NsDian Apri
Nelyni..S.Kep.M.Tr.Kep
NIP. 960920112
i
HALAMAN PENGESAHAN
Kireina Novelia R
NIM.742003.S.21044
Penguji I
Ns.Amirul kadafi, (.....................................)
S.Kep.,M.Tr.Kep
NIP. 96039916
Penguji II
Ns.Dian Apri Nelyati, S.Kep, (.....................................)
M.Tr.Kep
NIP. 96091992
Pemguji III
Belum tau (.....................................)
NIP.
Disahkan Oleh
Direktur
Akademi Keperawatan Dharma Husada Cirebon
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT , atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan proposal yang berjudul
“Penerapan rendam kaki air hangat untuk tingkat kecemasan terhadap pasien
Chronic Kidney Disease (CKD) Kota Cirebon”. Penyelesaian penyusunan
proposal ini juga berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini perkenankan penulis menghaturkan rasa terimakasih kepada yang
terhormat :
Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang telah
diberikan dan semoga proposal ini dapat dijadikan pedoman untuk melakukan
penelitian. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan yang penulis
inginkan, namun penulis telah berusaha sebaik-baiknya. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
proposal ini. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua. Aamiin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
DAFTAR BAGAN.................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
D. Manfaat.........................................................................................................5
E. Keaslian Penelitian.......................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8
A. Tinjauan Teori..............................................................................................8
B. Kerangka Teori...........................................................................................26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...........................................................27
A. Kerangka Konsep.......................................................................................27
B. Hipotesis.....................................................................................................28
C. Jenis dan Rancangan Penelitian..................................................................28
D. Populasi dan sampel...................................................................................29
E. Definisi operasional....................................................................................31
F. Instrumen Penelitian...................................................................................31
G. Prosedur Penelitian.....................................................................................32
H. Teknik Pengolahan dan Analisa Data.........................................................33
I. Etika Penelitian...........................................................................................35
J. Jadwal Penelitian........................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR BAGAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
darah, sehingga mengakibatkan penyakit serebrovaskular, kardiovaskular dan
kronis di dunia ini mengalami peningkatan serta menjadi masalah kesehatan yang
serius, hasil penelitian Global Burden of Disease di tahun 2019, Penyakit ginjal
meningkat menjasi urutan ke-18 pada tahun 2019, lebih dari 2 juta penduduk di
dunia melakukan perawatan dengan dialisis atau tranplantasi ginjal dan hanya
di dunia mengalami penyakit Ginjal Kronis dan jutaan meninggal setiap tahun
karna tidak memiliki akses pengobatan. Pada tahun 2011 sekitar 113.136 pasien di
utamanya adalah diabetes dan hipertensi dengan kasus terbanyak ditemukan pada
lebih dari 70 tahun. Penelitian di Amerika Serikat risiko 2,3 kali mengalami PGK
bagi orang yang mengkonsumsi cola dua gelas atau lebih perhari. Pada tahun
2015, sebanyak 2 per 1000 penduduk atau 499.800 penduduk Indonesia menderita
penyakit Gagal Ginjal, 6 per 1000 penduduk atau 1.499.400 penduduk Indonesia
karakteristik umur pravalensi tertinggi pada kategori usia diatas 75 tahun (0,6%)
2
Gagal Ginjal ini dapat ditangani dengan cara farmakologi dan non
yang bersifat diuretic, beta bloker, calcium channel blockers dan vasodilatator
tergantung dari obat yang digunakan. Contohnya bahwa efek samping dari
obat diuretic yaitu mulut kering, haus, kelemahan, pusing, latergi, nyeri otot,
mengubah gaya hidup yang lebih sehat dan melakukan terapi rendam kaki
menggunakan air hangat yang dapat dilakukan setiap saat. Efek rendam kaki
air hangat sama dengan berjalan dengan kaki telanjang selama 30 menit.
sirkulasi darah menjadi lancer, yang kedua yaitu factor pembebanan di dalam
air yang akan menguatkan otot-otot dan ligament yang mempengaruhi sendi
dan Hot Bath Terhadap Penurunan Kecemasan pada pasien serta merasa rilex,
yang di lakukan intervensi dengan pemberian hot bath atau rendaman kaki air
3
Penelitian yang dilakukan oleh Keliat tahun (2019) mengemukakan
bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami cemas dan gangguan
untuk itu pertahanan fungsi tubuh dengan terapi seperti, perendaman kaki
dengan air hangat ini dapat membantu menurunkan kecemasan pada pasien
penderita CKD.
rendam air hangat belum pernah diterapkan sebagai salah satu cara
menurunkan kelelahan. Terapi rendam kaki air hangat ini merupakan tindakan
yang bisa dilakukan oleh perawat dan bahkan oleh pasien atau keluarga
pasien.
kaki air hangat terhadap tingkat kecemasan pada pasien Chronic Kidney
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dia atas peneliti tertarik untuk merumuskan
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
5
D. Manfaat
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Responden
Penggunaan terapi rendam kaki air hangat diharapkan dapat diaplikasikan oleh
pasien sebagai salah satu alternatif awal untuk mengatasi kecemasan.
Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa Akper Dharma Husada Cirebon dalam
proses pembelajaran
6
E. Keaslian Penelitian
7
3 Lidia Widia, Pengaruh Quasy Hasil penelitian
Sampel
Devina Pemberian Jus eksperimen uji wilcoxon
Warga
Yolanda, M. Alpukat dengan pre menunjukkan Yayasan
Akbar (Persea and posttest adanya Harapan
Ramadhan, American Mill) without perbedaan nilaiRobbani,
Istiatun Terhadap control pretest kadar
Metode Pre
Mawarni, Penurunan pengambilan kolesterol ≥200Eksperimen,
2023 Kolesterol Pada sampling mg/dl Teknik
Lansia dengan sebanyak 20 sampling
purposive lansia (100%) yang
sampling. dan nilai posttest
digunakan
17 orang (85%) oleh peneliti
mengalami yaitu total
penurunan kadarsampling,
kolesterol, p
sample
value 0,001
warga
(<0,05) Yayasan
Harapan
Robbani
Kota
Cirebon
Sumber : Nurman, M & Ainun, A (2019), Nurulistyawan, P (2019) Widia, L (2023
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
a. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan kerusakan ginjal
yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang racun dan produk
sisa darah, yang ditandai adanya protein dalam urin dan penurunan
laju filtrasi glomerulus (LFG) yang berlangsung selama lebih dari
tiga bulan (Hanggraini dkk, 2020). Chronic Kidney Disease (CKD)
adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal yang ireversibel pada suatu derajat dimana memerlukan
terapi ginjal yang tetap, berupa dialysis atau transplantasi ginjal.
Salah satu sindrom klinik yang terjadi pada gagal ginjal adalah
uremia. Hal ini disebabkan karna penurunan fungsi ginjal
(Ulianingrum, 2018)
Berdasarkan definisi diatas peneliti dapat menyimpulkan
bahwa CKD adalah suatu penyakit perubahan fungsi ginjal yang
bersifat progresif dan ireversibel yang tidak dapat lagi pulih atau
kembali secara sembuh total menjadi sediakala yang dapat
disembuhkan oleh berbagai hal dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
elektrolit, yang menyebabkan uremia.
b. Tanda dan gejala
Gejala klinis yang ditimbulkan Chronic Kidney Disease (CKD)
menurut Guswanti (2019) antara lain :
a. Hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari
aktivitas sistem renin angiostensin-aldosteron.
b. Gagal jantung dan kongestif udem pulmoner (akibat
cairan yang berlebihan)
9
c. Perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh
toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, cegukan,
kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran,
tidak mampu berkonsentrasi)
Sedangkan menurut Ismail (2018) tanda gejala CKD dibagi
menjadi 7 yaitu:
a. Gangguan pada sistem gastrointestinal
1) Anoreksia, nausea, vomitus yang berhubungan dengan
dengan gangguan metabolisme protein di dalam usus,
terbentuknya zat-zat toksin akibat metabolisme bakteri usus
seperti ammonia danmelil guanidine serta sembabnya
mukosa usus.
2) Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada
air liur diubah oleh bakteri dimulut menjadi amoni sehinnga
nafas berbau amonia.
3) Gastritis erosife, ulkus peptic dan clotis uremic
b. Kulit
1) Kulit berwarna pucat, anemia dan kekuning-kuninganakibat
penimbunan urokrom
2) Gatal-gatal akibat toksin uremin dan pengendapan kalsium
di pori-pori kulit.
3) Ekimosis akibat gangguan hematologi.
4) Ure frost : akibat kristalsasi yang ada pada keringat.
5) Bekas-bekas garukan karena gatal.
c. Sistem hematologic
1) Anemia yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara
lain : Berkurangnya produksi eritropoitin, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia
toksin, defisiensi besi, asam folat, dan lain-lain akibat nafsu
makan yang berkurang, perdarhan, dan fibrosis sumsum
tulang akibat hipertiroidism sekunder.
10
2) Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia
d. Sistem syaraf dan otot
1) Restless Leg Syndrome, pasien merasa pegal pada kakinya
sehinnga selalu digerakkan.
2) Burning Feet Syndrome, rasa semutan dan seperti terbakar
terutama di telapak kaki.
3) Ensefalopati metabolik, lemah, tidak bisa tidur, gangguan
konsetrasi, tremor, asteriksis, mioklonus, kejang.
4) Miopati, kelemahan dan hipertrofi otot terutama ekstermitas
proksimal.
e. Sistem kardiovaskuler
1) Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau
peningkatan aktivitas sistem renin angiotensin aldosteron.
2) Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis atau gagal
jantung akibat penimbunan cairan hipertensif.
3) Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis, gangguan
elektrolit dan klasifikasi metastasik.
4) Edema akibat penimbuna cairan.
f. Sistem endokrin
1) Gangguan seksual, libido, fertilitas, dan ereksi menurun pada
laki-laki akibat testosteron dan spermatogenesis menurun.
Pada wnita tibul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi,
sampai amenore.
2) Gangguan metabolisme glokusa, resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin.
3) Gangguan metabolisme lemak
4) Gangguan metabolisme vitamin D
g. Gangguan sistem lain
1) Tulang osteodistropi ginjal, yaitu osteomalasia,
osteoslerosis, osteitis fibrosia dan klasifikasi metastasik.
2) Asidosis metabolik akibat penimbuna asam organik sebagai
hasil metabolisme.
3) Elektrolit : hiperfosfotemia, hiperkalemia, hipokalsemia.
11
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien Chronic
Kidney Disease (CKD), antara lain (Monika,2019):
a. Hematologi
1) Hemoglobin: HB kurang dari 7-8 g/dl
2) Hematokrit: Biasanya menurun
3) Eritrosit
4) Leukosit
5) Trombosit
b. LEFT (Liver Fungsi Test)
c. Elektrolit (klorida, kalium, kalsium)
1) AGD : penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7 : 2)
terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk
mengekskresikan hidrogen dan ammonia atau hasil akhir.
2) Kalium : peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai
dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran
jaringan hemolisis
d. RFT (Renal Fungsi Test) (Ureum dan Kreatinin)
1) BUN/ Kreatinin :
Kadar BUN (normal: 5-25 mg/dL), kreatinin serum (normal
0,5-1,5 mg/dL; 45- 132,5 µmol/ L [unit SI]) biasanya
meningkat dalam proporsi kadar kreatinin 10mg/dl, natrium
(normal: serum 135-145 mmol/L; urine: 40-220 mEq/L/24
jam), dan kalium (normal: 3,5-5,0 mEq/L; 3-5,0 mmol/Lm
[unit SI]) meningkat
e. Urin rutin
1) Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
2) Volume : kurang dari 400ml/jam, oliguri, anuria
3) Warna : secara abnormal urine keruh, disebabkan bakteri,
partikel, koloid dan fosfat.
12
4) Sedimen : kotor, kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb,
mioglobin, porfirin.
5) Berat jenis : kurang dari 1.015 (menetap pada 1,015)
menunjukkan kerusakan ginjal berat.
f. EKG
EKG : mungkin abnormal untuk menunjukan
keseimbangan elektrolit dan asam basa
g. Endoskopi ginjal : dilakukan secara endoskopi untuk
menentukan pelvis ginjal, pengangkat tumor selektif.
h. USG abdominal
i. CT scan abdominal
j. Renogram
RPG (Retio Pielografi) katabolisme protein bikarbonat
menurun PCO2 menurun untuk menunjukan abnormalis
pelvis ginjal dan ureter.
d. Etiologi
13
Disebabkan karena terjadinya kerusakan vaskulararisasi di
ginjal oleh adanya peningkatan tekanan darah akut dan
kronik.
3) Gangguan jaringan ikat misalnya lupus eritematosus
sistemik, poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
Disebabkan oleh kompleks imun dalam sirkulasi yang ada
dalam membrane basalis glomerulus dan menimbulkan
kerusakan.Penyakit peradangan kronik dimana sistem
imun dalam tubu menyerang jaringan sehat, sehingga
menimbulkan gejala diberbagai organ.
4) Penyakit metabolik misalnya DM (Diabetes Mellitus),
gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis. Penyebab
terjadinya ini dimana kondisi genetik yang ditandai
dengan adanya kelainan dalam proses metabolisme dalam
tubuhakibat defisiensi hormon dan enzim. Proses
metabolisme ialah proses memecahkan karbohidrat
protein, dan lemak dalam makanan untuk menghasilkan
energi.
e. Patofisiologi Chronic Kidney Disease (CKD)
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya bergantung
pada penyakit yang mendasarinya, tapi dalam perkembangan
selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Ginjal
mempunyai kemampuan untuk beradaptasi, pengurangan massa
ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron
yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi,
yang di perantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan
growth factors.
Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus.Proses
adaptasi ini berlangsung singkat, kemudian terjadi proses
maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa.
14
Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron
yang progresif walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi.
Adanya peningkatan aktivitas aksis reninangiotensin-aldosteron
intrarenal, ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya
hiperfiltrasi, sklerosis dan progresifitas tersebut.
Aktivasi jangka panjang aksis renin-angiotensin- aldosteron,
sebagian diperantarai oleh growth factor seperti transforming
growth factor β (TGF-β) Beberapa hal yang juga dianggap berperan
terhadap progresif penyakit ginjal kronik adalah albuminuria,
hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia (Basuki, 2019).
f. Komplikasi
Nurcahyati, et al (2018) menjelaskan bahwa komplikasi pada
pasien Chronic Kidney Disease adalah sebagai berikut :
1) Penyakit tulang
Penyakit tulang disebabkan oleh penumpukan fosfor,
kadar kalsium rendah, penurunan vitamin D dan kadar kalium
yang tinggi di dalam darah.
2) Penyakit kardiovaskular
Ginjal mengalami kegagalan dalam mengatur tekanan
darah. Akibat peningkatan hormon yang mengatur tekanan
darah mengakibatkan kerja jantung menjadi terbebani, yang
menyebabkan penumpuakan di pembuluh darah dan akhirnya
berhenti berfungsi.
3) Anemia
Berkurangnya kemampuan sumsum tulang untuk
membentuk sel darah, mengakibatkan anemia atau kekurangan
sel darah merah dalam tubuh.
g. Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan pasien gagal ginjal kronik adalah
untuk mengoptimalkan fungsi ginjal yang ada dan
mempertahankan keseimbangan secara maksimal untuk
memperpanjang harapan hidup pasien.
15
Menurut Monica, (2019) penatalaksanaan medis pada pasien
dengan terapi farmakologis CKD yaitu :
1) Terapi farmakologi
a) Melakukan pemeriksaan lab darah dan urine
b) Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan
garam. Pengawasan dilakukan melalui pemantauan
berat badan, urine serta pencatatan keseimbangan
cairan.
c) Diet TKRP (Tinggi Kalori Rendah Protein). Diet rendah
protein (20-240 gr/hr) dan tinggi kalori menghilangkan
gejala anoreksia dan nausea dari uremia serta
menurunkan kadar ereum. Hindari pemasukan berlebih
dari kalium dan garam.
d) Control hipertensi. Pada pasien hipertensi dengan
penyakit ginjal, keseimbangan cairan dan garam diatur
tersendiri pada tekanan darah. Sering diperlukan
diuretik loop selain obat hipertensi (Guswanti, 2019)
e) Kontrol ketidak seimbangan elektrolit. Yang sering
ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis berat.
Untuk mencegah hiperkalemia hindari pemasukan
kalium yang banyak (batasi hingga 60 mmol/hr),
diuretik hemat kalium, obat-obat yang berhubungan
dengan ekskresi kalium (penghambat ACE dan obat
anti inflamasi nonsteroid), asidosis berat, atau
kekurangan garam yang menyebabkan pelepasan
kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis. Deteksi
melalui kalium plasma dan EKG.
f) Dialysis
Peritoneal dialysis Biasanya dilakukan pada kasus –
kasus emergency. Sedangkan dialysis yang bisa
dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah
CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis).
16
g) Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif
di vena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya
hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun
untuk mempermudah maka dilakukan:
AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
Double lumen: langsung pada daerah jantung
(vaskularisasi jantung) tujuan nya untuk menggantikan
fungsi ginjal dalam tubuh fungsi eksresi yaitu
membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti
ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain
(Guswanti, 2019).
h) Operasi
- Pengangkatan batu ginjal
- Transplantasi ginjal
2) Terapi non farmakologis
Joy et al (dalam, 2019) menyebutkan beberapa hal yang
dapat dilakukan untuk mencegah gagal ginjal kronik
berkembang :
a) Pembatasan protein
b) Pembatasan glukosa
c) Hentikan rokok
d) Menjaga berat badan
e) Olahraga
2. Terapi rendam kaki air hangat
a. Definisi
Salah satu terapi relaksasi yang menggunakan air. Hidroterapy
adalah penggunaan air untuk menyembuhkan dan meringankan
berbagai keluhan. Air bisa digunakan dalam banyak cara dan
kemampuannya sudah diakui sejak dahulu dan air hangat juga
bermanfaat untuk membuat tubuh rileks, menyingkirkan rasa
pegal- pegal dan kaku di otot dan mengantar agar tidur bisa
nyenyak
17
(Sustrani, 2019). Rendam kaki air hangat adalah terapi dengan
cara merendam kaki hingga batas 10-15 cm diatas mata kaki
menggunakan air hangat. Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan
aliran darah pada bagian kaki (Chaiton, 2020). Menurut (Hagar,
2018) rendam kaki air hangat dilakuakan 30 menit dengan suhu 40
derajat – 43 derajat pada saat selesai melakukan cuci darah dengan
lama terapi 10-30 menit.
Hidroterapi atau rendam kaki air hangat adalah secara ilmiah
air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh pertama
dampaknya air hangat membuat sirkulasi darah menjadi lancar.
Pada pengobatan tradisional Cina kaki merupakan jantung
kedua pada manusia dikarenakan ada banyak titik akupuntur
ditelapak kaki terdiri enam meridian yaitu hati, kantung empedu di
kandung kemih, jantung, ginjal, limfa dan perut. Sehingga
mewakili (berhubungan) dengan seluruh bagian tubuh terutama
organ vital jantung berada pada terdapat telapak kaki kiri sehingga
bisa memperbaiki sirkulasi darah ke jantung. Merendam kaki
dengan air panas bisa memanaskan seluruh tubuh, meningkatkan
sirkulasi darah kebagian atas dan menekan sirkulasi serta tentunya
agar membuat tubuh menjadi rileks (Guyton, 2018).
Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis pada
tubuh. Terapi rendam kaki air hangat berdampak pada pembuluh
darah dimana air hangat membuat sirkulasi darah menjadi lancar
dan pada pembebanan didalam air yang akan menguatkan otot-otot
ligament yang mempengaruhi sendi tubuh.
Air hangat mempunyai dampak psikologis dalam tubuh
sehingga air hangat bisa digunakan untuk menurunkan tekanan
darah dan merilekskan otot apabila dilakukan dengan melalui
kesadaran dan kedisplinan. Hidroterapi rendam kaki air hangat ini
sangat mudah dilakukan oleh semua orang, tidak membutuhkan
biaya yang mahal dan tidak memiliki efek samping yang
berbahaya.
18
Dalam pemaparan Dinas Kesehatan Indonesia (2017) air
hangat membuat kita merasa santai, meringankan sakit dan tegang
pada otot dan memperlancar peredaran darah. Maka dari itu,
berendam air hangat bisa membantu menghilangkan stres dan
membuat kita tidur lebih mudah.
Pengobatan Tradisional Tiongkok menyebut kaki adalah
jantung kedua tubuh manusia, barometer yang mencerminkan
kondisi kesehatan badan. Ada banyak titik akupuntur di telapak
kaki. Enam meridian (hati, empedu, kandung kemih, ginjal, limpa
dan perut) ada dikaki. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang
sudah dilakukan Khotimah (2018) bahwa terapi rendam kaki air
hangat pada kaki memperbaiki mikrosirkulasi pembuluh darah dan
vasodilatasi sehingga meningkatkan kuantitas tidur.
Rendam kaki air hangat pada kaki efektif digunakan untuk
meningkatkan kuantitas tidur pada lansia yang mengalami
gangguan tidur. Secara alamiah terapi rendam kaki air hangat
mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh. Pertama berdampak
pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat sirkulasi
darah menjadi lancar, yang kedua adalah faktor pembebanan
didalam air yang menguntungkan otot-otot ligament yang
mempengaruhi sendi tubuh.
Prosedur rendam kaki air hangat ini yaitu dengan
menggunakan air hangat yang bersuhu 40 ˚C secara konduksi
dimana terjadi perpindahan panas dari air hangat ke tubuh sehingga
akan membantu meningkatkan sirkulasi darah dengan memperlebar
pembuluh darah akibatnya akan lebih banyak oksigen dipasok.
Perbaikan sirkulasi darah juga memperlancar sirkulasi getah bening
sehingga membersihkan tubuh dari racun.
Oleh karena itu orang- orang yang menderita penyakit seperti
rematik, radang sendi, insomnia, kelelahan, kecemasan, stres,
sirkulasi darah yang buruk seperti hipertensi, nyeri otot dapat
meringankan gejala keluhan tersebut.
19
b. Tujuan rendam kaki air hangat
Rendam kaki air hagat menyebabkan vasodilatasi dan
menyebabkan disipasi panas dan meningkatkan ekspansi pembuluh
darah sehingga volume darah meningkat tepat waktu oksigen dan
nutrisi ke otak serta kebutuhan untuk menghilangkan atau
menurunkan rasa kecemasan.
c. Manfaat dan efek rendam kaki air hangat
Menurut becker (2019) merendam kaki dengan air hangat akan
membuat pembuluh darah melebar dan meningkatkan sirkulasi
darah. Ini dapat merelaksasikan tubuh menjadi lebih tenang
sehingga bisa menurunkan kecemasan. Manfaat atau efek hangat
adalah efek fisik panas/hangat yang dapat menyebabkan zat cair,
padat dan gas mengalami pemuaian ke segala arah dan dapat
meningkatkan reaksi kimia. Pada jaringan akan terjadi metabolisme
seiring dengan peningkatan pertukaran zat antara zat kimia tubuh
dengan cairan tubuh.
Efek biologis panas/hangat dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah.
Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas yaitu menyebabkan
pelebaran pembuluh darah, menurunkan kekentalan darah,
menurunkan ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan
dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Respon dari hangat inilah
yang di pergunakan untuk keperluan terapi pada berbagai kondisi
dan keadaan dalam tubuh (Destia, Umi & Priyanto, 2018).
d. Prinsip kerja terapi rendam kaki air hangat
Terapi rendam kaki air hangat dapat terjadi secara konduksi
dimana terjadi perpindahan panas/hangat ke dalam tubuh karena
ada banyak titik akupuntur di telapak kaki yaitu enam meridian.
Kerja air hangat pada dasarnya adalah meningkatkan aktivitas (sel)
dengan metode pengaliran energi melalui konveksi (Pengaliran
lewat medium cair).
20
Metode perendaman kaki dengan air hangat memberikan efek
fisiologis terhadap beberapa bagian tubuh organ manusia seperti
jantung. Air hangat akan mendorong pembesaran pembuluh darah
dan meningkatkan denyut jantung efek ini berlangsung cepat
setelah terapi air rendam kaki air hangat di berikan.
Prinsip kerja terapi ini akan meneybabkan pelebaran
pembuluh darah yang akan mempengaruhi tekanan arteri oleh
baroreseptor pada sinus kortikus dan arkus aorta yang akan
menyampaikan implus yang di bawa serabut saraf yang membawa
isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada
otak dan memberikan oksigen yang cukup perihal menurunkan
tingkat kecemasan. Maka dinyatakan ada hubungan yang
signifikan antara terapi rendam kaki air hangat dengan penurunan
tingkat kecemasan.
Dalam hal ini, penulis akan melakukan inovasi intervensi
keperawatan pada pasien yang mengalami kecemasan dengan
memberikan terapi rendam kaki air hangat. Suhu dan waktu yang
dilaksanakan disesuaikan dengan pedoman suhu yang di
rekomendasikan untuk pemberian terapi rendam kaki air hangat
oleh Permenkes RI No. 1205/Menkes/Per/X/2004.
Tabel 2.1 Pedoman suhu
21
e. Kontra indikasi terapi rendam kaki air hangat
Kontra Indikasi Terapi Rendam Kaki Air Hangat, menurut
peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia
No. 1205/Menkes/Per/X/2004) :
1) Kehamilan kurang dari 6 bulan.
2) Kehamilan dengan resiko tinggi :
3) Menderita Obesitas berat Indeks Massa Tubuh (IMT) > 30
4) Menderita Kanker.
5) Menderita Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
6) Menderita Hepatitis, diabetes, hipertiroid, penyakit kulit
kronis dan atau sedang mangalami luka infeksi.
f. Pengaruh Rendam Kaki Terhadap Kardiovaskuler.
Tekanan Hidrostatik air terhadap tubuh mendorong aliran
darah dari kaki menuju rongga dada dan darah akan berakumulasi
di pembuluh darah dasar besar jantung. Air hangat akan
mendorong pembesaran pembuluh darah dan meningkatkan denyut
jantung. Efek ini berlangsung cepat setelah terapi air hangat
diberikan (Ningrum, 2019).
3. Konsep asuhan keperawatan pada pasien Chronic Kidney Disease
(CKD)
a. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses
keperawatan, pengkajian keperawatan ini bertujuan untuk
menggali atau mendapatkan data utama tentang kesehatan pasien
baik itu fisik, psikologis, maupun emosional (Hnadayani, 2018)
yang terdiri dari:
1) Identiitas pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
nomer rekam medis, tanggal masuk rumah sakit.
2) Identitas penanggung jawab
22
Identitas penanggung jawab berisikan nama, hubungan dengan
pasien, alamat, dan nomer telpon.
3) Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan saat ini oleh pasien diantara keluhan
lain pada pasien hemodialisa biasanya mengeluh mual, muntah,
perdarahaan, pusing, sesak, kram otot, lelah, lemas edema
ekstremitas, edema paru.
23
B. Kerangka Teori
Penatalaksanaan
Alpukat
Jus Alpukat
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Variabel Confounding
1. Jenis Kelamin
2. Usia
3. Aktifitas dan olahraga
4. Konsumsi obat kolesterol
variabel-variabel yang akan di teliti, dan memiliki arti hasil sebuah sintesis
dari proses berpikir deduktif maupun induktif serta kemampuan kreatif dan
adanya variabel bebas (respon). Variabel dependen pada penelitian ini yaitu
B. Hipotesis
Cirebon
rancangan penelitian yang meliputi hanya satu kelompok atau kelas yang di
pra dan pasca uji dan rancangan penelitian ini one group pretest-posttest
design yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan terhadap satu kelompok tanpa
pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan, dengan
S : X0 : Y1-Y2 : Z1
26
Keterangan :
S : Subjek
1. Populasi
menimbulkna rasa ingin tahu peneliti untuk meneliti apakah ada pengaruh
2. Sample
27
digunakan untuk pengambilan sampel yang tidak memberi kesempatan
atau peluang yang sama di setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik
3. Kriteria sampel
a. Kriteris Inklusi
sampel
b. Kriteria Eksklusi
sampel :
4) Alergi alpukat
28
E. Definisi operasional
F. Instrumen Penelitian
29
observasi dan formulir lainnya. Berdasarkan penelitian diatas, instrumen
G. Prosedur Penelitian
jus alpukat satu kali sehari yaitu pada pagi hari selama 7 hari berturut-
turut.
30
Kemudian dilakukan pengecekan kadar kolesterol kembali. Semua hasil
1. Pengolahan Data
b. Pengkodean (coding)
31
dalam memasukan data (data entry). Pengelompokan data serta
2018).
frekuensi.
32
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
b. Analisa Bivariat
tabulasi silan yaitu uji coba Wilcoxon Signed Rank jika p-value 0,05
I. Etika Penelitian
33
responden menandatangani setelah membaca dan memahami isi dari
inisial dari namanaya dan semua kuesioner yang telah terisi hanya akan
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
J. Jadwal Penelitian
34
DAFTAR PUSTAKA
Nurman, M. & Afifah, A. (2019). Studi Perbandingan Jus Apel dan Jus Alpukat
terhadap penurunan kadar Kolesterol pada orang yang mengalami
Hiperkolesterolemia di wilayah kerja Puskesmas Bangkinang Kota, 3(2),
114. Diakses 18 Februari 2023, dari Jurnal Universitas Pahlawan.
35
Salwan. Hasrima. Herman. (2022). Pengaruh Pemberian Jus Belimbing Wuluh
(Averroha Bilimbi L) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol pada
Penderita Kolesterol di Wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten
Muna Tahun 2022, 9(3), 20-25. Diakses 05 Maret 2023, dari Jurnal Gizi
Ilmiah (JGI).
36
LAMPIRAN
37
file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/8-Article
%20Text-589-3-10-20191027.pdf
Kamil, I., Agustina, R., & Wahid, A. (2018). Gambaran tingkat kecemasan pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Ulin Banjarmasin. Dinamika
Kesehatan: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, 9(2), 366-377.
Cipta, I.D. 2016. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronis Di Unit Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Unit II Gamping
Sleman Yogyakarta. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Yanti, D. A., Karo-karo, T. M., Purba, A. S. G., Ginting, J. I. S. B., Octavariny, R., &
Williani, N. F. (2021). Pengaruh Rendam Kaki Menggunakan Air Hangat Terhadap
Kecemasan Pada Pasien Hipertensi. Jurnal Pengmas Kestra (JPK), 1(1), 157-162.#
Wardana, W. S., & Ismahmudi, R. (2018). Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada
Pasien CKD (Chronic Kidney Disease) dengan Intervensi Inovasi Terapi Rendam Kaki
Air Hangat terhadap Tingkat Kelelahan diruang Hemodialisa RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda Tahun 2018.
Pradita, N., & Safitri, K. H. (2020). Literature Review: Efektivitas Terapi Non
Farmakologi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien End Stage Renal
Disease Yang Menjalani Hemodialisis. Jurnal Keperawatan Wiyata, 1(1), 1-10.
38