Anda di halaman 1dari 46

PENERAPAN TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT

UNTUK TINGKAT KECEMASAN TERHADAP PASIEN


CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
KOTA CIREBON

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh :

KIREINA NOVELIA R

NIM : 742003.S.21044

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA CIREBON
2023

1
PENERAPAN TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT
UNTUK TINGKAT KECEMASAN TERHADAP PASIEN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
KOTA CIREBON

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya
Keperawatan Di Akper Dharma Husada Cirebon

Disusun Oleh :

KIREINA NOVELIA R

NIM : 742003.S.21044

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA CIREBON
2023

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal KTI dengan Judul :

PENERAPAN TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT


UNTUK TINGKAT KECEMASAN TERHADAP PASIEN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) KOTA CIREBON

Disusun Oleh :

KIREINA NOVELIA R

NIM.742003.S.21044

Cirebon, 17 November 2023

Pembimbing Utama

Ns.Amirul Kadafi.S.Kep.M.Tr.Kep
(.....................................)
NIP. 960920112

Pembimbing Anggota
(.....................................)

NsDian Apri
Nelyni..S.Kep.M.Tr.Kep

NIP. 960920112

i
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal KTI dengan Judul :

PENERAPAN RENDAM KAKI AIR HANGAT UNTUK


TINGKAT KECEMASAN TERHADAP PASIEN CHRONIC
KIDNEY DISEASE (CKD) KOTA CIREBON
Disusun Oleh :

Kireina Novelia R
NIM.742003.S.21044

Cirebon, Maret 2023

Penguji I
Ns.Amirul kadafi, (.....................................)
S.Kep.,M.Tr.Kep
NIP. 96039916

Penguji II
Ns.Dian Apri Nelyati, S.Kep, (.....................................)
M.Tr.Kep
NIP. 96091992
Pemguji III
Belum tau (.....................................)
NIP.

Disahkan Oleh
Direktur
Akademi Keperawatan Dharma Husada Cirebon

Ns. Kasmad, M. Kep


NIP. 96091992

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT , atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan proposal yang berjudul
“Penerapan rendam kaki air hangat untuk tingkat kecemasan terhadap pasien
Chronic Kidney Disease (CKD) Kota Cirebon”. Penyelesaian penyusunan
proposal ini juga berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini perkenankan penulis menghaturkan rasa terimakasih kepada yang
terhormat :

1. Bapak Ns. Kasmad, M.Kep, selaku Direktur Akademi Keperawatan


Dharma Husada Cirebon dan selaku pembimbing anggota yang telah
banyak membantu penulis menyelesaikan proposal penelitian ini.
2. Bapak Ns. Amirul Kadafi, M.Tr.Kep, selaku pembimbing utama yang
telah banyak membantu penulis menyelesaikan proposal penelitian ini.
3. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan serta bantuan yang telah
diberikan dan semoga proposal ini dapat dijadikan pedoman untuk melakukan
penelitian. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan yang penulis
inginkan, namun penulis telah berusaha sebaik-baiknya. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
proposal ini. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua. Aamiin.

Cirebon, Maret 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
DAFTAR BAGAN.................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
D. Manfaat.........................................................................................................5
E. Keaslian Penelitian.......................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8
A. Tinjauan Teori..............................................................................................8
B. Kerangka Teori...........................................................................................26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...........................................................27
A. Kerangka Konsep.......................................................................................27
B. Hipotesis.....................................................................................................28
C. Jenis dan Rancangan Penelitian..................................................................28
D. Populasi dan sampel...................................................................................29
E. Definisi operasional....................................................................................31
F. Instrumen Penelitian...................................................................................31
G. Prosedur Penelitian.....................................................................................32
H. Teknik Pengolahan dan Analisa Data.........................................................33
I. Etika Penelitian...........................................................................................35
J. Jadwal Penelitian........................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian...........................................................................6


Tabel 2.1 Kadar Kolesterol Normal................................................................12
Tabel 2.2 Jenis Obat Statin.............................................................................18
Tabel 2.3 Kandungan Nutrisi Alpukat............................................................23

v
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori..............................................................................26


Bagan 3.1 Kerangka Penelitian.......................................................................27

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh, mengatur


konsentrasi garam dalam darah, dan keseimbangan asam-basa darah, serta eksresi
bahan buangan dan kelebihan garam Apabila ginjal gagal menjalankan
fungsinya, maka penderita memerlukan pengobatan dengan segera. Keadaan
dimana ginjal lambat laun mulai tidak dapat melakukan fungsinya dengan baik
disebut juga dengan Chronic Kidney Disease (CKD). CKD makin banyak
menarik perhatian dan makin banyak dipelajari karena walaupun sudah mencapai
tahap gagal ginjal terminal akan tetapi penderita masih dapat hidup panjang
dengan kualitas hidup yang cukup baik (Handi Rustandi 2018)
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal dalam mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit serta kehilangan daya dalam proses
metabolisme yang dapat menyebabkan terjadinya uremia karena penumpukan
zat-zat yang tidak bisa dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal yang mengarah pada
kerusakan jaringan ginjal yang progresif dan reversibel (Irwan, 2019). Survei
yang dilakukan oleh Perhimpunan Nefrologi Indonesia terdapat 18 juta orang di
Indonesia menderita penyakit ginjal kronik (PNI, 2018). Presentase penyakit
gagal ginjal kronik di Indonesia untuk Kalimantan Selatan berada pada peringkat
keempat yakni 0,2% (Kemenkes RI, 2017). Tindakan medis yang dilakukan pada
pasien yang mengalami Gagal Ginjal Kronik yaitu hemodialisis atau di
masyarakat menyebutnya dengan cuci darah (Price, 2018). Pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisis rutin melakukan tindakan setiap 4 atau 5
hari. Dalam proses hemodialisis membutuhkan waktu 4-6 jam untuk setiap kali
terapi (Nursalam, 2017).

1
darah, sehingga mengakibatkan penyakit serebrovaskular, kardiovaskular dan

jantung koroner (Balitbangkes, 2018).

Berdasarkan data World Health Organitation (WHO) penyakit ginjal

kronis di dunia ini mengalami peningkatan serta menjadi masalah kesehatan yang

serius, hasil penelitian Global Burden of Disease di tahun 2019, Penyakit ginjal

kronis merupakan penyebab kematian peringkat ke 27 di dunia tahun 2009 serta

meningkat menjasi urutan ke-18 pada tahun 2019, lebih dari 2 juta penduduk di

dunia melakukan perawatan dengan dialisis atau tranplantasi ginjal dan hanya

sekitar 10% benar-benar mengalami perawatan tersebut. Sepuluh persen penduduk

di dunia mengalami penyakit Ginjal Kronis dan jutaan meninggal setiap tahun

karna tidak memiliki akses pengobatan. Pada tahun 2011 sekitar 113.136 pasien di

Amerika Serikat mengalami End Stage Renal Disease (ESRD), penyebab

utamanya adalah diabetes dan hipertensi dengan kasus terbanyak ditemukan pada

lebih dari 70 tahun. Penelitian di Amerika Serikat risiko 2,3 kali mengalami PGK

bagi orang yang mengkonsumsi cola dua gelas atau lebih perhari. Pada tahun

2015, sebanyak 2 per 1000 penduduk atau 499.800 penduduk Indonesia menderita

penyakit Gagal Ginjal, 6 per 1000 penduduk atau 1.499.400 penduduk Indonesia

menderita Batu ginjal (Riskesdas,2019).

Berdasarkan data Kemenkes 2019, prevalensi Gagal Ginjal pada laki-laki

(0,3%) lebih tinggi di bandingkan dengan perempuan (0,2%). Berdasarkan

karakteristik umur pravalensi tertinggi pada kategori usia diatas 75 tahun (0,6%)

dimana mulai terjadi peningkatan pada usia 35 tahun ke atas.

2
Gagal Ginjal ini dapat ditangani dengan cara farmakologi dan non

farmakologi, penanganan secara farmakologis terdiri atas pemberian obat

yang bersifat diuretic, beta bloker, calcium channel blockers dan vasodilatator

dengan memperhatikan tempat, mekanisme kerja dan kepatuhan. Penanganan

secara farmakologis ini mempunyai efek samping bermacam-macam

tergantung dari obat yang digunakan. Contohnya bahwa efek samping dari

obat diuretic yaitu mulut kering, haus, kelemahan, pusing, latergi, nyeri otot,

takikardi, gangguan gastrointestinal.

Pengobatan secara non-farmakologis dapat dilakukan dengan

mengubah gaya hidup yang lebih sehat dan melakukan terapi rendam kaki

menggunakan air hangat yang dapat dilakukan setiap saat. Efek rendam kaki

air hangat sama dengan berjalan dengan kaki telanjang selama 30 menit.

Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh.

Pertama berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat

sirkulasi darah menjadi lancer, yang kedua yaitu factor pembebanan di dalam

air yang akan menguatkan otot-otot dan ligament yang mempengaruhi sendi

tubuh (Guyton, 2018).

Penelitian lain dilakukan oleh Syuja (2019) yaitu Pengaruh Massage

dan Hot Bath Terhadap Penurunan Kecemasan pada pasien serta merasa rilex,

yang di lakukan intervensi dengan pemberian hot bath atau rendaman kaki air

hangat dengan suhu berkisar antara temperatur 36,5 derajat – 40 derajat

dengan lama terapi 10-30 menit.

3
Penelitian yang dilakukan oleh Keliat tahun (2019) mengemukakan

bahwa pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami cemas dan gangguan

psikologis yang berkaitan dengan penyakitnya sekitar 30-40%. 3 Menurut

Taylor, kecemasan merupakan suatu pengalaman subjektif mengenai

ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan

ketidakmampuan menghadapi masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan

yang tidak menyenangkan umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis

seperti gemetar, berkeringat, dan detak jantung meningkat. Gejala-gejala

psikologis seperti gelisah, tegang, bingung, dan tak dapat berkonsentrasi,

untuk itu pertahanan fungsi tubuh dengan terapi seperti, perendaman kaki

dengan air hangat ini dapat membantu menurunkan kecemasan pada pasien

penderita CKD.

Berdasarkan dari hasil wawancara dengan perawat bahwa terapi

rendam air hangat belum pernah diterapkan sebagai salah satu cara

menurunkan kelelahan. Terapi rendam kaki air hangat ini merupakan tindakan

yang bisa dilakukan oleh perawat dan bahkan oleh pasien atau keluarga

pasien.

Berdasarkan hasil diatas maka penulis tertarik untuk memaparkan

karya ilmiah akhir dengan adakah pengaruh penerapan pemberian rendam

kaki air hangat terhadap tingkat kecemasan pada pasien Chronic Kidney

Disease (CKD) tahun 2018.

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dia atas peneliti tertarik untuk merumuskan

permasalahan mengenai “Apakah ada Pengaruh Pemberian Rendam Kaki Air

Hangat Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Penderita Chronic

Kidney Disease (CKD) ?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Pemberian Rendam Kaki Air Hangat Terhadap

Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Penderita Chronic Kidney Disease

(CKD) di Rumah Sakit Gunung Jati Kota Cirebon

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingat kecemasan sebelum diberikan terpi rendam

kaki air hangat pada penderita Chronic Kidney Disease(CKD) di

Rumah Sakit Gunung Jati Kota Cirebon

b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan setelah diberikan terapi rendam

kaki air hangat pada penderita Chronic Kidney Disease (CKD) di

Rumah Sakit Gunung Jati Kota Cirebon.

c. Menganalisis pengaruh pemberian terapi terhadap penurunan

kecemasan pada penderita Chronic Kideny Disease (CKD) di Rumah

Sakit Gunung Jati Kota Cirebon.

5
D. Manfaat

1. Bagi Peneliti

Peneliti ini diharapkan mampu menjadi acuan pembelajaran mengenai respon

fisiologis tentang kecemasan yang tidak seimbang sehingga dapat

diberikan tindakan keperawatan secara tepat dan efesien.

2. Bagi Responden
Penggunaan terapi rendam kaki air hangat diharapkan dapat diaplikasikan oleh
pasien sebagai salah satu alternatif awal untuk mengatasi kecemasan.

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Penelitian ini dapat menjadi referensi dalam menurunkan tingkat kecemasan

secara non farmakologis

4. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa Akper Dharma Husada Cirebon dalam

proses pembelajaran

6
E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


No Peneliti Judul Metode Hasil Perbedaan
1 Muhammad Studi Quasy Hasil Judul :
Nurman dan Perbadingan Jus Experiment penelitiannya Pengaruh Jus
Ainun Afifah, Apel Dan Jus dan berdasarkan Alpukat,
2019 Alpukat rancangan analisa bivariat Metode Pre
Terhadap yang di dengan uji paired Eksperimen
Penurunan, gunakan two t tes di dapatkan dengan
Kadar group pre- ada pengaruh rancangan
Kolesterol Pada test-posttest. antara kadar One group
Orang Yang kolesterol pre test post
Mengalami sebelum dan tes design
Hiperkolesterol sesudah
emia Di pemberian jus
Wilayah Kerja apel
Puskesmas dengan
Bangkinang p=0,000 mean
Kota 78,4 mg/dl dan
jus alpukat
dengan p=0,000
mean 58,3 mg/dl
pada orang yang
mengalami
hiperkolesterole
mia,
2 Purhadi, Efektifitas Quasy Berdasarkan hasil Judul :
Nurulistyawa Pemberian Jus Eksperiment uji yang Pengaruh Jus
n, Sutrisno, Alpukat dengan dilakukan Alpukat
2019 Terhadap metode didapatkan kadar metode yang
Penurunan one group pre kolesterol digunakan
Kadar test post test sebelum yaitu pre
Kolesterol Di dan teknik pemberian jus ekperiment
Desa sampling buah alpukat dengan
Ngabenrejo yang diperoleh nilai rancangan
Kecamatan digunakan rata-rata sebesar One group
Grobogan yaitu non 210.07 mg/dl pre test post
Kabupaten probability sedangkan kadar test design.
Grobogan sampling kolesterol setelah Teknik
pemberian jus sampling
buah alpukat total
diperoleh nilai sampling
rata-rata sebesar
195.27 mg/dl.
Hasil analisa data
menggunakan Uji
Paired t Test
didapatkan hasil
uji t berpasangan
pada sig (2-
tailed) diperoleh
nilai significansi
0.000 (p-value <
0,05)

7
3 Lidia Widia, Pengaruh Quasy Hasil penelitian
Sampel
Devina Pemberian Jus eksperimen uji wilcoxon
Warga
Yolanda, M. Alpukat dengan pre menunjukkan Yayasan
Akbar (Persea and posttest adanya Harapan
Ramadhan, American Mill) without perbedaan nilaiRobbani,
Istiatun Terhadap control pretest kadar
Metode Pre
Mawarni, Penurunan pengambilan kolesterol ≥200Eksperimen,
2023 Kolesterol Pada sampling mg/dl Teknik
Lansia dengan sebanyak 20 sampling
purposive lansia (100%) yang
sampling. dan nilai posttest
digunakan
17 orang (85%) oleh peneliti
mengalami yaitu total
penurunan kadarsampling,
kolesterol, p
sample
value 0,001
warga
(<0,05) Yayasan
Harapan
Robbani
Kota
Cirebon
Sumber : Nurman, M & Ainun, A (2019), Nurulistyawan, P (2019) Widia, L (2023

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Chronic Kidney Disease (CKD)

a. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan kerusakan ginjal
yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang racun dan produk
sisa darah, yang ditandai adanya protein dalam urin dan penurunan
laju filtrasi glomerulus (LFG) yang berlangsung selama lebih dari
tiga bulan (Hanggraini dkk, 2020). Chronic Kidney Disease (CKD)
adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal yang ireversibel pada suatu derajat dimana memerlukan
terapi ginjal yang tetap, berupa dialysis atau transplantasi ginjal.
Salah satu sindrom klinik yang terjadi pada gagal ginjal adalah
uremia. Hal ini disebabkan karna penurunan fungsi ginjal
(Ulianingrum, 2018)
Berdasarkan definisi diatas peneliti dapat menyimpulkan
bahwa CKD adalah suatu penyakit perubahan fungsi ginjal yang
bersifat progresif dan ireversibel yang tidak dapat lagi pulih atau
kembali secara sembuh total menjadi sediakala yang dapat
disembuhkan oleh berbagai hal dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
elektrolit, yang menyebabkan uremia.
b. Tanda dan gejala
Gejala klinis yang ditimbulkan Chronic Kidney Disease (CKD)
menurut Guswanti (2019) antara lain :
a. Hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari
aktivitas sistem renin angiostensin-aldosteron.
b. Gagal jantung dan kongestif udem pulmoner (akibat
cairan yang berlebihan)

9
c. Perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh
toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, cegukan,
kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran,
tidak mampu berkonsentrasi)
Sedangkan menurut Ismail (2018) tanda gejala CKD dibagi
menjadi 7 yaitu:
a. Gangguan pada sistem gastrointestinal
1) Anoreksia, nausea, vomitus yang berhubungan dengan
dengan gangguan metabolisme protein di dalam usus,
terbentuknya zat-zat toksin akibat metabolisme bakteri usus
seperti ammonia danmelil guanidine serta sembabnya
mukosa usus.
2) Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada
air liur diubah oleh bakteri dimulut menjadi amoni sehinnga
nafas berbau amonia.
3) Gastritis erosife, ulkus peptic dan clotis uremic
b. Kulit
1) Kulit berwarna pucat, anemia dan kekuning-kuninganakibat
penimbunan urokrom
2) Gatal-gatal akibat toksin uremin dan pengendapan kalsium
di pori-pori kulit.
3) Ekimosis akibat gangguan hematologi.
4) Ure frost : akibat kristalsasi yang ada pada keringat.
5) Bekas-bekas garukan karena gatal.
c. Sistem hematologic
1) Anemia yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara
lain : Berkurangnya produksi eritropoitin, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia
toksin, defisiensi besi, asam folat, dan lain-lain akibat nafsu
makan yang berkurang, perdarhan, dan fibrosis sumsum
tulang akibat hipertiroidism sekunder.

10
2) Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia
d. Sistem syaraf dan otot
1) Restless Leg Syndrome, pasien merasa pegal pada kakinya
sehinnga selalu digerakkan.
2) Burning Feet Syndrome, rasa semutan dan seperti terbakar
terutama di telapak kaki.
3) Ensefalopati metabolik, lemah, tidak bisa tidur, gangguan
konsetrasi, tremor, asteriksis, mioklonus, kejang.
4) Miopati, kelemahan dan hipertrofi otot terutama ekstermitas
proksimal.
e. Sistem kardiovaskuler
1) Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau
peningkatan aktivitas sistem renin angiotensin aldosteron.
2) Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis atau gagal
jantung akibat penimbunan cairan hipertensif.
3) Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis, gangguan
elektrolit dan klasifikasi metastasik.
4) Edema akibat penimbuna cairan.
f. Sistem endokrin
1) Gangguan seksual, libido, fertilitas, dan ereksi menurun pada
laki-laki akibat testosteron dan spermatogenesis menurun.
Pada wnita tibul gangguan menstruasi, gangguan ovulasi,
sampai amenore.
2) Gangguan metabolisme glokusa, resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin.
3) Gangguan metabolisme lemak
4) Gangguan metabolisme vitamin D
g. Gangguan sistem lain
1) Tulang osteodistropi ginjal, yaitu osteomalasia,
osteoslerosis, osteitis fibrosia dan klasifikasi metastasik.
2) Asidosis metabolik akibat penimbuna asam organik sebagai
hasil metabolisme.
3) Elektrolit : hiperfosfotemia, hiperkalemia, hipokalsemia.
11
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien Chronic
Kidney Disease (CKD), antara lain (Monika,2019):
a. Hematologi
1) Hemoglobin: HB kurang dari 7-8 g/dl
2) Hematokrit: Biasanya menurun
3) Eritrosit
4) Leukosit
5) Trombosit
b. LEFT (Liver Fungsi Test)
c. Elektrolit (klorida, kalium, kalsium)
1) AGD : penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7 : 2)
terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk
mengekskresikan hidrogen dan ammonia atau hasil akhir.
2) Kalium : peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai
dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran
jaringan hemolisis
d. RFT (Renal Fungsi Test) (Ureum dan Kreatinin)
1) BUN/ Kreatinin :
Kadar BUN (normal: 5-25 mg/dL), kreatinin serum (normal
0,5-1,5 mg/dL; 45- 132,5 µmol/ L [unit SI]) biasanya
meningkat dalam proporsi kadar kreatinin 10mg/dl, natrium
(normal: serum 135-145 mmol/L; urine: 40-220 mEq/L/24
jam), dan kalium (normal: 3,5-5,0 mEq/L; 3-5,0 mmol/Lm
[unit SI]) meningkat
e. Urin rutin
1) Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
2) Volume : kurang dari 400ml/jam, oliguri, anuria
3) Warna : secara abnormal urine keruh, disebabkan bakteri,
partikel, koloid dan fosfat.

12
4) Sedimen : kotor, kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb,
mioglobin, porfirin.
5) Berat jenis : kurang dari 1.015 (menetap pada 1,015)
menunjukkan kerusakan ginjal berat.
f. EKG
EKG : mungkin abnormal untuk menunjukan
keseimbangan elektrolit dan asam basa
g. Endoskopi ginjal : dilakukan secara endoskopi untuk
menentukan pelvis ginjal, pengangkat tumor selektif.
h. USG abdominal
i. CT scan abdominal
j. Renogram
RPG (Retio Pielografi) katabolisme protein bikarbonat
menurun PCO2 menurun untuk menunjukan abnormalis
pelvis ginjal dan ureter.
d. Etiologi

Menurut Brunner and Sudarth, 2017, gagal ginjal kronik


dapat disebabkan oleh :
1) Infeksi misalnya pielonefritis kronik (Infeksi saluran
kemih), glomerulonefritis (penyakit peradangan).
Pielonefritis adalah proses infeksi peradangan yang
biasanya mulai di renal pelvis, saluran ginjal yang
menghubungkan ke saluran kencing (ureter) dan
parencyma ginjal atau jaringan ginjal. Glomerulonefritis
disebabkan oleh salah satu dari banyak penyakit yang
merusak baik glomerulus maupun tubulus. Pada tahap
penyakit berikutnya keseluruhan kemampuan
penyaringan ginjal sangat berkurang.
2) Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis
benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis.

13
Disebabkan karena terjadinya kerusakan vaskulararisasi di
ginjal oleh adanya peningkatan tekanan darah akut dan
kronik.
3) Gangguan jaringan ikat misalnya lupus eritematosus
sistemik, poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
Disebabkan oleh kompleks imun dalam sirkulasi yang ada
dalam membrane basalis glomerulus dan menimbulkan
kerusakan.Penyakit peradangan kronik dimana sistem
imun dalam tubu menyerang jaringan sehat, sehingga
menimbulkan gejala diberbagai organ.
4) Penyakit metabolik misalnya DM (Diabetes Mellitus),
gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis. Penyebab
terjadinya ini dimana kondisi genetik yang ditandai
dengan adanya kelainan dalam proses metabolisme dalam
tubuhakibat defisiensi hormon dan enzim. Proses
metabolisme ialah proses memecahkan karbohidrat
protein, dan lemak dalam makanan untuk menghasilkan
energi.
e. Patofisiologi Chronic Kidney Disease (CKD)
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya bergantung
pada penyakit yang mendasarinya, tapi dalam perkembangan
selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama. Ginjal
mempunyai kemampuan untuk beradaptasi, pengurangan massa
ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron
yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi,
yang di perantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan
growth factors.
Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus.Proses
adaptasi ini berlangsung singkat, kemudian terjadi proses
maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa.

14
Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron
yang progresif walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi.
Adanya peningkatan aktivitas aksis reninangiotensin-aldosteron
intrarenal, ikut memberikan kontribusi terhadap terjadinya
hiperfiltrasi, sklerosis dan progresifitas tersebut.
Aktivasi jangka panjang aksis renin-angiotensin- aldosteron,
sebagian diperantarai oleh growth factor seperti transforming
growth factor β (TGF-β) Beberapa hal yang juga dianggap berperan
terhadap progresif penyakit ginjal kronik adalah albuminuria,
hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia (Basuki, 2019).
f. Komplikasi
Nurcahyati, et al (2018) menjelaskan bahwa komplikasi pada
pasien Chronic Kidney Disease adalah sebagai berikut :
1) Penyakit tulang
Penyakit tulang disebabkan oleh penumpukan fosfor,
kadar kalsium rendah, penurunan vitamin D dan kadar kalium
yang tinggi di dalam darah.
2) Penyakit kardiovaskular
Ginjal mengalami kegagalan dalam mengatur tekanan
darah. Akibat peningkatan hormon yang mengatur tekanan
darah mengakibatkan kerja jantung menjadi terbebani, yang
menyebabkan penumpuakan di pembuluh darah dan akhirnya
berhenti berfungsi.
3) Anemia
Berkurangnya kemampuan sumsum tulang untuk
membentuk sel darah, mengakibatkan anemia atau kekurangan
sel darah merah dalam tubuh.
g. Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan pasien gagal ginjal kronik adalah
untuk mengoptimalkan fungsi ginjal yang ada dan
mempertahankan keseimbangan secara maksimal untuk
memperpanjang harapan hidup pasien.

15
Menurut Monica, (2019) penatalaksanaan medis pada pasien
dengan terapi farmakologis CKD yaitu :
1) Terapi farmakologi
a) Melakukan pemeriksaan lab darah dan urine
b) Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan
garam. Pengawasan dilakukan melalui pemantauan
berat badan, urine serta pencatatan keseimbangan
cairan.
c) Diet TKRP (Tinggi Kalori Rendah Protein). Diet rendah
protein (20-240 gr/hr) dan tinggi kalori menghilangkan
gejala anoreksia dan nausea dari uremia serta
menurunkan kadar ereum. Hindari pemasukan berlebih
dari kalium dan garam.
d) Control hipertensi. Pada pasien hipertensi dengan
penyakit ginjal, keseimbangan cairan dan garam diatur
tersendiri pada tekanan darah. Sering diperlukan
diuretik loop selain obat hipertensi (Guswanti, 2019)
e) Kontrol ketidak seimbangan elektrolit. Yang sering
ditemukan adalah hiperkalemia dan asidosis berat.
Untuk mencegah hiperkalemia hindari pemasukan
kalium yang banyak (batasi hingga 60 mmol/hr),
diuretik hemat kalium, obat-obat yang berhubungan
dengan ekskresi kalium (penghambat ACE dan obat
anti inflamasi nonsteroid), asidosis berat, atau
kekurangan garam yang menyebabkan pelepasan
kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis. Deteksi
melalui kalium plasma dan EKG.
f) Dialysis
Peritoneal dialysis Biasanya dilakukan pada kasus –
kasus emergency. Sedangkan dialysis yang bisa
dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah
CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis).

16
g) Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif
di vena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya
hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun
untuk mempermudah maka dilakukan:
AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
Double lumen: langsung pada daerah jantung
(vaskularisasi jantung) tujuan nya untuk menggantikan
fungsi ginjal dalam tubuh fungsi eksresi yaitu
membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti
ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain
(Guswanti, 2019).
h) Operasi
- Pengangkatan batu ginjal
- Transplantasi ginjal
2) Terapi non farmakologis
Joy et al (dalam, 2019) menyebutkan beberapa hal yang
dapat dilakukan untuk mencegah gagal ginjal kronik
berkembang :
a) Pembatasan protein
b) Pembatasan glukosa
c) Hentikan rokok
d) Menjaga berat badan
e) Olahraga
2. Terapi rendam kaki air hangat
a. Definisi
Salah satu terapi relaksasi yang menggunakan air. Hidroterapy
adalah penggunaan air untuk menyembuhkan dan meringankan
berbagai keluhan. Air bisa digunakan dalam banyak cara dan
kemampuannya sudah diakui sejak dahulu dan air hangat juga
bermanfaat untuk membuat tubuh rileks, menyingkirkan rasa
pegal- pegal dan kaku di otot dan mengantar agar tidur bisa
nyenyak
17
(Sustrani, 2019). Rendam kaki air hangat adalah terapi dengan
cara merendam kaki hingga batas 10-15 cm diatas mata kaki
menggunakan air hangat. Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan
aliran darah pada bagian kaki (Chaiton, 2020). Menurut (Hagar,
2018) rendam kaki air hangat dilakuakan 30 menit dengan suhu 40
derajat – 43 derajat pada saat selesai melakukan cuci darah dengan
lama terapi 10-30 menit.
Hidroterapi atau rendam kaki air hangat adalah secara ilmiah
air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh pertama
dampaknya air hangat membuat sirkulasi darah menjadi lancar.
Pada pengobatan tradisional Cina kaki merupakan jantung
kedua pada manusia dikarenakan ada banyak titik akupuntur
ditelapak kaki terdiri enam meridian yaitu hati, kantung empedu di
kandung kemih, jantung, ginjal, limfa dan perut. Sehingga
mewakili (berhubungan) dengan seluruh bagian tubuh terutama
organ vital jantung berada pada terdapat telapak kaki kiri sehingga
bisa memperbaiki sirkulasi darah ke jantung. Merendam kaki
dengan air panas bisa memanaskan seluruh tubuh, meningkatkan
sirkulasi darah kebagian atas dan menekan sirkulasi serta tentunya
agar membuat tubuh menjadi rileks (Guyton, 2018).
Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis pada
tubuh. Terapi rendam kaki air hangat berdampak pada pembuluh
darah dimana air hangat membuat sirkulasi darah menjadi lancar
dan pada pembebanan didalam air yang akan menguatkan otot-otot
ligament yang mempengaruhi sendi tubuh.
Air hangat mempunyai dampak psikologis dalam tubuh
sehingga air hangat bisa digunakan untuk menurunkan tekanan
darah dan merilekskan otot apabila dilakukan dengan melalui
kesadaran dan kedisplinan. Hidroterapi rendam kaki air hangat ini
sangat mudah dilakukan oleh semua orang, tidak membutuhkan
biaya yang mahal dan tidak memiliki efek samping yang
berbahaya.

18
Dalam pemaparan Dinas Kesehatan Indonesia (2017) air
hangat membuat kita merasa santai, meringankan sakit dan tegang
pada otot dan memperlancar peredaran darah. Maka dari itu,
berendam air hangat bisa membantu menghilangkan stres dan
membuat kita tidur lebih mudah.
Pengobatan Tradisional Tiongkok menyebut kaki adalah
jantung kedua tubuh manusia, barometer yang mencerminkan
kondisi kesehatan badan. Ada banyak titik akupuntur di telapak
kaki. Enam meridian (hati, empedu, kandung kemih, ginjal, limpa
dan perut) ada dikaki. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang
sudah dilakukan Khotimah (2018) bahwa terapi rendam kaki air
hangat pada kaki memperbaiki mikrosirkulasi pembuluh darah dan
vasodilatasi sehingga meningkatkan kuantitas tidur.
Rendam kaki air hangat pada kaki efektif digunakan untuk
meningkatkan kuantitas tidur pada lansia yang mengalami
gangguan tidur. Secara alamiah terapi rendam kaki air hangat
mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh. Pertama berdampak
pada pembuluh darah dimana hangatnya air membuat sirkulasi
darah menjadi lancar, yang kedua adalah faktor pembebanan
didalam air yang menguntungkan otot-otot ligament yang
mempengaruhi sendi tubuh.
Prosedur rendam kaki air hangat ini yaitu dengan
menggunakan air hangat yang bersuhu 40 ˚C secara konduksi
dimana terjadi perpindahan panas dari air hangat ke tubuh sehingga
akan membantu meningkatkan sirkulasi darah dengan memperlebar
pembuluh darah akibatnya akan lebih banyak oksigen dipasok.
Perbaikan sirkulasi darah juga memperlancar sirkulasi getah bening
sehingga membersihkan tubuh dari racun.
Oleh karena itu orang- orang yang menderita penyakit seperti
rematik, radang sendi, insomnia, kelelahan, kecemasan, stres,
sirkulasi darah yang buruk seperti hipertensi, nyeri otot dapat
meringankan gejala keluhan tersebut.

19
b. Tujuan rendam kaki air hangat
Rendam kaki air hagat menyebabkan vasodilatasi dan
menyebabkan disipasi panas dan meningkatkan ekspansi pembuluh
darah sehingga volume darah meningkat tepat waktu oksigen dan
nutrisi ke otak serta kebutuhan untuk menghilangkan atau
menurunkan rasa kecemasan.
c. Manfaat dan efek rendam kaki air hangat
Menurut becker (2019) merendam kaki dengan air hangat akan
membuat pembuluh darah melebar dan meningkatkan sirkulasi
darah. Ini dapat merelaksasikan tubuh menjadi lebih tenang
sehingga bisa menurunkan kecemasan. Manfaat atau efek hangat
adalah efek fisik panas/hangat yang dapat menyebabkan zat cair,
padat dan gas mengalami pemuaian ke segala arah dan dapat
meningkatkan reaksi kimia. Pada jaringan akan terjadi metabolisme
seiring dengan peningkatan pertukaran zat antara zat kimia tubuh
dengan cairan tubuh.
Efek biologis panas/hangat dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah.
Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas yaitu menyebabkan
pelebaran pembuluh darah, menurunkan kekentalan darah,
menurunkan ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan
dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Respon dari hangat inilah
yang di pergunakan untuk keperluan terapi pada berbagai kondisi
dan keadaan dalam tubuh (Destia, Umi & Priyanto, 2018).
d. Prinsip kerja terapi rendam kaki air hangat
Terapi rendam kaki air hangat dapat terjadi secara konduksi
dimana terjadi perpindahan panas/hangat ke dalam tubuh karena
ada banyak titik akupuntur di telapak kaki yaitu enam meridian.
Kerja air hangat pada dasarnya adalah meningkatkan aktivitas (sel)
dengan metode pengaliran energi melalui konveksi (Pengaliran
lewat medium cair).

20
Metode perendaman kaki dengan air hangat memberikan efek
fisiologis terhadap beberapa bagian tubuh organ manusia seperti
jantung. Air hangat akan mendorong pembesaran pembuluh darah
dan meningkatkan denyut jantung efek ini berlangsung cepat
setelah terapi air rendam kaki air hangat di berikan.
Prinsip kerja terapi ini akan meneybabkan pelebaran
pembuluh darah yang akan mempengaruhi tekanan arteri oleh
baroreseptor pada sinus kortikus dan arkus aorta yang akan
menyampaikan implus yang di bawa serabut saraf yang membawa
isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada
otak dan memberikan oksigen yang cukup perihal menurunkan
tingkat kecemasan. Maka dinyatakan ada hubungan yang
signifikan antara terapi rendam kaki air hangat dengan penurunan
tingkat kecemasan.
Dalam hal ini, penulis akan melakukan inovasi intervensi
keperawatan pada pasien yang mengalami kecemasan dengan
memberikan terapi rendam kaki air hangat. Suhu dan waktu yang
dilaksanakan disesuaikan dengan pedoman suhu yang di
rekomendasikan untuk pemberian terapi rendam kaki air hangat
oleh Permenkes RI No. 1205/Menkes/Per/X/2004.
Tabel 2.1 Pedoman suhu

Suhu Tingkat suhu Keterangan

Diatas 43,3 Terlalu panas Tidak aman untuk pengguanaan


C rumah kecuali untuk rendam sebagian
tubuh: lengan, tangan, kaki, kompres.

40,5-<43,3 Sangat panas Hanya untuk waktu pendek 5-15


C menit perhatikan untuk hipetermia
tidak disarankan
37,7-<40,5 Panas Umumnya dapat ditoleransi untuk
C kebanyakan terapi rendam kaki
dengan lama rendam 15-30

(Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.


1205/Menkes/Per/X/2004)

21
e. Kontra indikasi terapi rendam kaki air hangat
Kontra Indikasi Terapi Rendam Kaki Air Hangat, menurut
peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia
No. 1205/Menkes/Per/X/2004) :
1) Kehamilan kurang dari 6 bulan.
2) Kehamilan dengan resiko tinggi :
3) Menderita Obesitas berat Indeks Massa Tubuh (IMT) > 30
4) Menderita Kanker.
5) Menderita Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
6) Menderita Hepatitis, diabetes, hipertiroid, penyakit kulit
kronis dan atau sedang mangalami luka infeksi.
f. Pengaruh Rendam Kaki Terhadap Kardiovaskuler.
Tekanan Hidrostatik air terhadap tubuh mendorong aliran
darah dari kaki menuju rongga dada dan darah akan berakumulasi
di pembuluh darah dasar besar jantung. Air hangat akan
mendorong pembesaran pembuluh darah dan meningkatkan denyut
jantung. Efek ini berlangsung cepat setelah terapi air hangat
diberikan (Ningrum, 2019).
3. Konsep asuhan keperawatan pada pasien Chronic Kidney Disease
(CKD)
a. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses
keperawatan, pengkajian keperawatan ini bertujuan untuk
menggali atau mendapatkan data utama tentang kesehatan pasien
baik itu fisik, psikologis, maupun emosional (Hnadayani, 2018)
yang terdiri dari:
1) Identiitas pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
nomer rekam medis, tanggal masuk rumah sakit.
2) Identitas penanggung jawab

22
Identitas penanggung jawab berisikan nama, hubungan dengan
pasien, alamat, dan nomer telpon.
3) Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan saat ini oleh pasien diantara keluhan
lain pada pasien hemodialisa biasanya mengeluh mual, muntah,
perdarahaan, pusing, sesak, kram otot, lelah, lemas edema
ekstremitas, edema paru.

23
B. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Etiologi Tanda dan gejala
1. Makanan sehari- 1. Sakit kepala bagian
hari belakang di atas tengkuk
2. Berat Badan 2. Mudah lelah
3. Kurang aktivitas 3. Suka mengantuk
fisik 4. Tengkuk terasa pegal-
4. Umur dan jenis Hiperkolesterolemia pegal
kelamin 5. Kembung-kembung
5. Penyakit lain. karena fungsi hati
berkurang
6. Nyeri dada

Penatalaksanaan

Farmakologi Non Farmakologi


1. Statin 1. Olahraga secara rutin
2. Niasin 2. Diit
3. Ezetimibe 3. Koenzim Q10
4. Turunan asam fibrat 4. Sterol dan stanol dari
5. Bile Acid Binder tumbuhan
5. Bawang putih

Alpukat

Jus Alpukat

Penurunan Kadar β-sitosterol, asam


Kolesterol lineat, asam oleat

Sumber : Aziz (2018), Husnia (2016),


Nurrahmani (2015), Tandra (2020)

24
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Bagan 3.1 Kerangka Penelitian

Variabel Independent Variabel Dependent

Pemberian Jus Kolesterol


Alpukat

Variabel Confounding

1. Jenis Kelamin
2. Usia
3. Aktifitas dan olahraga
4. Konsumsi obat kolesterol

Sumber :Nurrahmani, (2015)

Kerangka konsep merupakan gambaran dan arahan asumsi mengenai

variabel-variabel yang akan di teliti, dan memiliki arti hasil sebuah sintesis

dari proses berpikir deduktif maupun induktif serta kemampuan kreatif dan

inovatif diakhiri konsep ide baru (Hidayat Alimul A, 2018). Kerangka

konsep dalam penelitian ini terdapat variabel independent dan variabel

dependen. Variabel independen adalah variabel bebas yang dapat

mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau munculnya variabel

dependen. Variabel independen pada penelitian ini yaitu Pemberian jus

alpukat. Sedangkan variabel dependen atau variabel terikat merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, berkaitan dengan

adanya variabel bebas (respon). Variabel dependen pada penelitian ini yaitu

Kolesterol. Variabel pengganggu


25
(confounding) adalah variabel yang mengganggu terhadap hubungan antara

variabel bebas (Independent) dengan variabel terikat (dependen)

B. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah, karena

sifatnya sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui data empiris

yang terkumpul (Sugiyono, 2017). Berdasarkan variabel yang di teliti dalam

penelitian ini menentukan hipotesis sebagai berikut :

Ha : Ada pengaruh jus alpukat terhadap penurunan kadar kolesterol pada

penderita hiperkolesterolemia di Yayasan Harapan Robbani Kota Cirebon

Ho : Tidak ada pengaruh jus alpukat terhadap penurunan kadar kolesterol

pada penderita hiperkolesterolemia di Yayasan Harapan Robbani Kota

Cirebon

C. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Pra Eksperimental yang merupakan suatu

rancangan penelitian yang meliputi hanya satu kelompok atau kelas yang di

pra dan pasca uji dan rancangan penelitian ini one group pretest-posttest

design yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan terhadap satu kelompok tanpa

adanya kelompok kontrol, penelitian ini merupakan design yang terdapat

pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan, dengan

demikian hasil dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan

dengan keadaan sebelum dan sesudah perlakuan (Sugiyono, 2016).

S : X0 : Y1-Y2 : Z1

26
Keterangan :

S : Subjek

X0 : Pemeriksaan kadar kolesterol sebelum perlakuan (pretest)

Y1-Y2 : Pemberian jus alpukat

Z1 : Pengukuran kadar kolesterol setelah perlakuan (posttest)

D. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo,2018). Populasi dalam penelitian ini adalah penderita

hiperkolesterolemia dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan

yang berada di lingkungan Yayasan Harapan Robbani. Alasan peneliti

mengambil subjek di lingkungan Yayasan Harapan Robbani dengan

populasi penderita hiperkolesterolemia berjumlah 50 orang adalah

banyaknya warga Yayasan Harapan Robbani memiliki penyakit

hiperkolesterolemia tetapi tidak mengetahui cara penanganannya, sehingga

menimbulkna rasa ingin tahu peneliti untuk meneliti apakah ada pengaruh

pemberian jus alpukat terhadap penunuran kadar kolesterol.

2. Sample

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

populasi (Sugiyono, 2016). Sampel dalam penelitian ini peneliti

menggunakan 50 warga Yayasan Harapan Robbani dengan

hiperkolesterolemia. Pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik non-probability sampling, yaitu teknik yang

27
digunakan untuk pengambilan sampel yang tidak memberi kesempatan

atau peluang yang sama di setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih

menjadi sampel. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik

total sampling. Total sampling merupakan cara pengambilan sampel

dimana seluruh anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2018)

3. Kriteria sampel

a. Kriteris Inklusi

Kriteria inklusif adalah kriteria Diana subjek penelitian dapat

mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai

sampel

1) Orang yang memiliki hiperkolesterolemia

2) Warga Yayasan Harapan Robbani

3) Menyukai jus alpukat

4) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusif adalah kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat

mewakili dalam sample penelitian yang memenuhi syarat sebagai

sampel :

1) Penderita hiperkolesterolemia dengan komplikasi penyakit

gastrointestinal (Maag, Sindrom Iritasi Usus Besar)

2) Mengkonsumsi obat kolesterol

3) Tidak bersedia menjadi responden

4) Alergi alpukat

28
E. Definisi operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati (Alimul, A,2018)

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala


Pengukuran
Variabel Jus alpukat olahan jus yang SOP (Standar
Independent memiliki Kandungan serat dan Operasional
:Jus alpukat lemak tak jenuh tunggal di Presedur)
dalamnya berperan untuk
menurunkan kolesterol jahat
dan meningkatkan kolesterol
baik
Variabel Kolesterol adalah senyawa 1. Easy Touch Rasio
Dependent : lemak kompleks dalam aliran Cholesterol
Kolesterol darah atau sel tubuh yang 2. Lembar Observasi
dibutuhkan untuk Ket :
pembentukan dinding sel dan 1:Ada penurunan
sebagai bahan baku beberapa kadar kolesterol
hormone 2: Tidak ada
penurunan kadar
kolesterol

Variabel Usia adalah sebagian dari Tanggal lahir Rasio


Confounding umur yang sudah dijalani
: Usia, jenis manusia.
kelamin,
Jenis kelamin adalah Tanda Fisik Ordinal
aktivitas dan
perbedaan bentuk, sifat, dan
olahraga,
fungsi biologis antara laki-laki
konsumsi
dan perempuan yang
obat
menentukan perbedaan peran
kolesterol
mereka dalam
menyelenggarakan upaya
meneruskan garis keturunan
Aktivitas dan olahraga adalah Kuisioner Ordinal
Kegiatan atau aktivitas melatih
tubuh manusia agar lebih sehat
dan kuat, baik jasmani
maupun rohani.
Obat Koesterol adalah Salah Jenis Obat Ordinal
Satu Upaya Untuk Menjaga
Tubuh Supaya Tetap Sehat
agar menurunkan kolesterol

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data, biasanya instrumen penelitian dapat berupa angket/kuesioner, formulir

29
observasi dan formulir lainnya. Berdasarkan penelitian diatas, instrumen

penelitian yang akan digunakan dalam penelitian yaitu pengukuran kadar

kolesterol dengan alat ukur Easy Touch Cholesterol. Kemudian pengumpulan

data tersebut akan dimasukan ke dalam pencatatan berupa lembar observasi.

G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada warga Yayasan Harapan Robbani yang

menderita hiperkolesterolemia yang telah bersedia menjadi responden.

1. Prosedur pertama yaitu melakukan penyusunan proposal penelitian dan

melakukan bimbingan pada dosen pembimbing.

2. Melakukan ujian proposal penelitian.

3. Revisi proposal penelitian.

4. Mengurus perizinan dengan instansi terkait yaitu ke Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik, Dinas Kesehatan, Yayasan Harapan Robbani.

5. Selanjutnya, menjelaskan maksud dan tujuan serta waktu penelitian

kepada Direktur Harapan Robbani untuk meminta atau responden untuk

meminta persetujuan melibatkan responden dalam penelitian.

6. Meminta responden untuk menandatangani lembar informed consent

sebagai bukti persetujuan.

7. Menjelaskan kepada responden mengenai prosedur pembuatan jus alpukat.

8. Sebelum diberikan jus alpukat responden dilakukan pengecekan kadar

kolesterol dengan alat Easy Touch Cholesterol, kemudian akan diberikan

jus alpukat satu kali sehari yaitu pada pagi hari selama 7 hari berturut-

turut.

30
Kemudian dilakukan pengecekan kadar kolesterol kembali. Semua hasil

pengukuran akan dicatat dalam lembar observasi.

9. Penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

10. Melakukan ujian akhir atau sidang KTI.

11. Revisi Karya Tulis Ilmiah

H. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Setelah mendapatkan data yang diperlukan, selanjutnya masuk ke

proses pengolahan data. Langkah-langkah dalam pengolahan data dari

lembar observasi dapat dilakukan secara manual, maupun menggunakan

bantuan komputer (komputerisasi). Tahap-tahap pengolahan data dengan

komputer adalah sebagai berikut :

a. Penyuntingan data (Editing)

Hasil observasi yang diperoleh atau dikumpulkan melalui lembar

observasi perlu di sunting (edit) terlebih dahulu. Secara umum keriting

adalah merupakan kegiatan mengecek dan perbaikan isian formulir

atau lembar observasi tersebut : apakah lengkap, dalam arti semua

langkah- langkah sudah diisi (Notoatmodjo, 2018)

b. Pengkodean (coding)

Setelah semua lembar observasi diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan peng”kodean” atau “coding”, yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan

(Notoatmodjo, 2018). Coding atau pemberian kode ini sangat berguna

31
dalam memasukan data (data entry). Pengelompokan data serta

pemberian kode atau nilai pada langkah-langkah yang dilakukan untuk

mempermudah dalam memasukan data dan analisa data.

c. Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing Data.Yakni langkah-

langkah dari masing-masing responden yang dalam bentuk “kode”

(angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau

“software”komputer. Software komputer ini bermacam-macam,

masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Dalam

penelitian ini peneliti melakukan entry data dengan menggunakan

program komputer IBM SPSS Statistics 20 (Notoatmodjo, 2018).

d. Pembersihan Data (Cleanning) Merupakan kegiatan pengecekan

kembali data yang sudah dimasukkan, dilakukan apabila terdapat

kesalahan dalam melakukan pemasukan data yaitu dengan melihat

distribusi frekuensi dari variable-variabel yang diteliti (Notoatmodjo,

2018).

e. Tabulating.Tabulating yaitu membuat tabel-tabel data, sesuai dengaan

tujuan penelitian atau yang dinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo,

2018). Peneliti membuat tabulasi dalam penelitian ini yaitu dengan

memasukan data kedalam tabel yang digunakan yaitu tabel distribusi

frekuensi.

32
2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisis univariat yaitu untuk menggambarkan ciri-ciri pada tiap

objek penelitian (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini digunakan

analisis univariat untuk menjelaskan data yang telah disusun dalam

bentuk tabel dengan mendeskripsikan tentang jenis

kelamin,usia,pekerjaan,dan Pendidikan dari setiap responden.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk menguji terhadap dua variabel yang

saling berhubungan (Notoatmodjo, 2012). Analisis bivariat dalam

penelitian kali ini digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

independent terhadap variabel dependent dengan menggunakan

tabulasi silan yaitu uji coba Wilcoxon Signed Rank jika p-value 0,05

sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.

I. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan etika penelitian. Prinsip etik

diterapkan dalam kegiatan penelitian dimulai dari penyusunan proposal

hingga penelitian ini di publikasikan (Notoatmodjo, 2018).

1. Persetujuan (Inform Consent)

Prinsip yang harus dilakukan sebelum mengambil data atau

wawancara kepada subjek adalah didahulukan meminta persetujuannya

(Notoatmodjo, 2018).Sebelum melakukan penelitian, peneliti

memberikan lembar persetujuan (inform consent) kepada responden

yang diteliti, dan

33
responden menandatangani setelah membaca dan memahami isi dari

lembar persetujuan dan bersedia mengikuti kegiatan penelitian. Peneliti

tidak memaksa responden yang menolak untuk diteliti dan menghormati

keputusan responden. Responden diberi kebebasan untuk ikut serta

ataupun mengundurkan diri dari keikutsertaannya.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Etika penelitian yang harus dilakukan peneliti adalah prinsip

anonimity. Prinsip ini dilakukan dengan cara tidak mencantumkan nama

responden pada hasil penelitian, tetapi responden diminta untuk mengisi

inisial dari namanaya dan semua kuesioner yang telah terisi hanya akan

diberi nomer kode yang tidak bisa digunakan untuk mengidentifikasi

identitas responden. Apabila penelitian ini di publikasikan, tidak ada satu

identifikasi yang berkaitan dengan responden yang dipublikasikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Prinsip ini dilakukan dengan tidak mengemukakan identitas dan

seluruh data atau informasi yang berkaitan dengan responden kepada

siapapun. Peneliti menyimpan data di tempat yang aman dan tidak

terbaca oleh orang lain. Setelah penelitian selesai dilakukan makan

peneliti akan memusnahkan seluruh informasi.

J. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Gunung Jati Kota Cirebon,

waktu pelaksanaannya pada

34
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, N. Y. (2022). Asuhan Keperawatan Tn. M dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler : Hiperkolesterolemia dengan pemberian terapi rebusan
air Jahe (Zingiber officinale) terhadap penurunan Kadar Kolesterol.
(Laporan Elektif, Universitas Aufa Royhan, 2022). Diakses dari
https://repository.unar.ac.id/jspui/bitstream/123456789/1374/1/SOF%20
COPI%20ELEKTIF%20Nur%20Afifah%20Yanni.pdf

Azis, S. (2018). Hidup Sehat Menyeluruh dan Alami Penyembuhan Penyakit


Kolesterol, Hipertensi dan Jantung. Sarana Pustaka Prima Indocamp :
Tangerang. Tersedia dari iPusnas.

Husnia, K. W. (2016). Sehat Tanpa Obat Dengan Alpukat. Rapha Publishing :


Yogyakarta. Tersedia dari iPusnas.

Mutmainah, S. Rino, A. Darmayanti, W. (2022). Efektifitas Pemberian Jus Tomat


dan Jus Pepaya Terhadap Perubahan Kadar Kolesterol Darah pada
Orang Dewasa Dengan Hiperkolesterolemia di Wilayah Kerja
Puskesmas Kronjo di Desa Pegaden Udik RT/RW 001/001, 1(1), 2.
Diakses 05 Maret 2023, dari Jurnal Ilmiah Keperawatan Kapuas Raya.

Notoatmodjo . (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoadmojo, Soekidjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :


Rineka Cipta

Nurman, M. & Afifah, A. (2019). Studi Perbandingan Jus Apel dan Jus Alpukat
terhadap penurunan kadar Kolesterol pada orang yang mengalami
Hiperkolesterolemia di wilayah kerja Puskesmas Bangkinang Kota, 3(2),
114. Diakses 18 Februari 2023, dari Jurnal Universitas Pahlawan.

Nurrahmani, U. Helmanu, K. (2015). Stop ! Gejala Penyakit Jantung Koroner,


Kolesterol Tinggi, Diabetes Melitus, Hipertensi. Istana Media :
Yogyakarta. Tersedia dari iPusnas.

35
Salwan. Hasrima. Herman. (2022). Pengaruh Pemberian Jus Belimbing Wuluh
(Averroha Bilimbi L) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol pada
Penderita Kolesterol di Wilayah Kerja Puskesmas Kabawo Kabupaten
Muna Tahun 2022, 9(3), 20-25. Diakses 05 Maret 2023, dari Jurnal Gizi
Ilmiah (JGI).

Sintia, D. (2019). Efektifitas Senam Thaichi Terhadap Penurunan Kadar


Kolesterol pada Penderita Hiperkolesterolemia di Wilayah Kerja
Puskesmas Kuok Tahun 2019. (Perpustakaan Universitas Tuanku Imam
Tambusai) Diakses
darihttps://pustaka.universitaspahlawan.ac.id/index.php?p=show_detail&
id=5462

Subandrate, Susilawati, Safyudin. (2019). Pendampingan Usaha Pencegahan dan


Penanganan Hiperkolesterolemia pada Pelajar. Jurnal Arsip
Pengabdian Masyarakat, 1(1), 2.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


PT Alfabet.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta, CV.

Tandra, H. (2020). Kolesterol & Trigliserida. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.


Tersedia dari iPusnas.

36
LAMPIRAN

37
file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/8-Article
%20Text-589-3-10-20191027.pdf
Kamil, I., Agustina, R., & Wahid, A. (2018). Gambaran tingkat kecemasan pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di RSUD Ulin Banjarmasin. Dinamika
Kesehatan: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, 9(2), 366-377.

Cipta, I.D. 2016. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronis Di Unit Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah Unit II Gamping
Sleman Yogyakarta. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Yanti, D. A., Karo-karo, T. M., Purba, A. S. G., Ginting, J. I. S. B., Octavariny, R., &
Williani, N. F. (2021). Pengaruh Rendam Kaki Menggunakan Air Hangat Terhadap
Kecemasan Pada Pasien Hipertensi. Jurnal Pengmas Kestra (JPK), 1(1), 157-162.#

Wardana, W. S., & Ismahmudi, R. (2018). Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada
Pasien CKD (Chronic Kidney Disease) dengan Intervensi Inovasi Terapi Rendam Kaki
Air Hangat terhadap Tingkat Kelelahan diruang Hemodialisa RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda Tahun 2018.

Pradita, N., & Safitri, K. H. (2020). Literature Review: Efektivitas Terapi Non
Farmakologi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien End Stage Renal
Disease Yang Menjalani Hemodialisis. Jurnal Keperawatan Wiyata, 1(1), 1-10.

38

Anda mungkin juga menyukai