Anda di halaman 1dari 443

INFEKSI ODONTOGENIK

DAN PENANGANANNYA
PENDAHULUAN
▪Infeksi menurut topazian → proses masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh, mikroorganisme
tersebut → penetrasi dan menghancurkan host
secara perlahan-lahan → berkembang biak.

Infeksi yang berasal dari gigi → infeksi odontogenik.


Infeksi odontogenik dapat melibatkan spasia-spasia
daerah kepala dan leher,
keterlibatan ini dapat berasal dari gigi penyebab.
(Peterson, 2003; Topazian, 2002).
▪ Perwujudan dari infeksi tersebut dapat digolongkan menjadi
dua jenis, yaitu :
▪ Abses infeksi kronis dengan disertai rasa sakit yang
terlokalisir, pembengkakan, berbatas jelas, fluktuasi karena
kavitas berisi pus.
▪ Sellulitis adalah infeksi akut, lebih sakit, pembengkakan
lebih besar daripada abses, diffuse, palpasi bervariasi
lunak - keras.
Pola Penyebaran Infeksi Odontogenik
Spread of odontogenic infections

Dental pulp (Nekrosis)

Periapical bone (Infeksi periapikal)

Vestibular abscess Fascial space abscess

Sinusitis
Menurut pendapat Topazian dan Goldberg (1994)
mikroorganisme yang sering menjadi penyebab →
Alpha Hemolytic Streptococcus dan Staphylococcus .

Staphylococcus sering menjadi penyebab pada abses


sedangkan Streptococcus berpengaruh pada
sellulitis.

Tetapi di klinik pengelompokan bentuk infeksi


penentuan penyebab sering dibingungkan dan ada
kemungkinan tertukar.

Oleh karena itu diagnosa dan penatalaksanaan yang


tepat pada infeksi odontogenik merupakan tantangan
bagi seorang dokter gigi.
A B

Gambar 1. A. Abses ; B. Sellulitis. Hal ini diungkapkan oleh Topazian dan


Goldberg (1994), G. Dimitroulis (1970) dan Costich dan White (1997).
TANDA DAN GEJALA
Infeksi odontogen → berasal dari periapikal → periodontal dan apikal

Diawali dengan terjadinya proses peradangan

5 tanda klasik dari radang


• Rubor/redness → gambaran kemerahan yang tampak ketika
infeksi terletak dekat dengan permukaan dan terjadinya proses
vasodilatasi pembuluh darah.
• Calor/ heat → peningkatan suhu oleh karena meningkatnya
kecepatan aliran darah dan meningkatnya metabolisme.
• Tumor/swelling → pembengkakan hasil dari akumulasi dari cairan
eksudat dan pus.
• Dolor/pain → rasa sakit → oleh tekanan pada saraf sensoris oleh
jaringan yang membesar karena oedema diperparah oleh
rangsangan produk toksik dari infeksi yaitu Histamin, Serotonin
dan Bradikinin pada saraf.
• Functio Laesa → gangguan reflek dari gerakan otot oleh rasa sakit
(gangguan fungsi).
Peradangan → Respon tubuh terhadap infeksi dan merupakan mekanisme
pertahanan tubuh yang sangat penting (Topazian dan Goldberg, 1994)

Substansi yang bersifat toksik akan dilemahkan, dilokalisasi dan


dihancurkan

Proses peradangan tersebut sangat komplek, yaitu :

• Hiperemia → disebabkan oleh vasodilatasi dari arteri dan pembuluh


darah kapiler serta peningkatan permeabilitas venules dengan
lambatnya aliran darah pada vena.
• Eksudasi → terbentuknya eksudat yang banyak mengandung plasma
protein, antibodi, nutrisi , lepasnya leukosit mengelilingi jaringan.
• Migrasi dari Polimorphonuklear (PMN) dan monosit menuju daerah yang
terinfeksi.
• Presipitasi pada kerja fibrin
• Proses fagositosis terhadap bakteri dan organisme lain
• Pembuangan jaringan nekrotik oleh sel-makrophage
Gambaran klinis dari infeksi odontogenik terdiri dari :

Gambaran lokal yaitu :


• Sakit pada gigi
• Kemerahan pada gingiva
• Oedema akibat permukaan jaringan lunak yang membengkak
• Ditemukannya fistula

Gambaran sistemik yaitu :


• Meningkatnya temperatur disebabkan oleh meningkatnya
kecepatan metabolisme
• Meningkatnya denyut nadi
• Meningkatanya frekuensi pernapasan
• Lymphadenopati
• Malaise
• Meningkatnya jumlah sel darah putih
JALUR PENYEBARAN INFEKSI ODONTOGEN DITINJAU
DARI SUSUNAN ANATOMI

Lokasi infeksi dapat ditentukan oleh 2 faktor utama


yaitu :
• Tebalnya tulang yang menyelimuti apeks gigi.
• Hubungan antara permukaan perforasi tulang dengan
perlekatan otot pada maksila dan mandibula
Infeksi cenderung menyebar pada jaringan dengan resistensi rendah,
seperti pada facial space yaitu :

Pada rahang bawah :


Pada otot Buccinator
• dibawah perlekatan menyebabkan pembengkakan wajah
• diatas perlekatan menyebabkan pembengkakan intra oral
Pada otot Mylohyoid
• diatas perlekatan menyebabkan abses pada superficial sublingual space
• idepan perlekatan menyebabkan abses pada submental space
• dibawah perlekatan menyebabkan abses pada deep sublingual space.
Pada otot Masseter
• diantara kedua otot maseter dalam satu sisi menyebabkan abses pada sub
maseteric space.
• disamping otot masseter menyebabkan abses temporal space
Pada otot Medial Pterygoid
• disamping otot medial pterygoid menyebabkan abses pada pterygomandibular
space
• kearah medial otot medial pterygoid menyebabkan abses pada
retropharyngeal space
• dibelakang otot medial pterygoid menyebabkan abses pada retropharyngeal
Pada rahang atas :
Pada otot buccinator
• kearah lateral diatas otot buccinator
menyebabkan pembengkakan wajah
• kearah lateral dibawah otot buccinator
menyebabkan pembengkakan intraoral
Pada palatum keras
• kearah medial menyebabkan palatal abses
Pada sinus maksilaris
• kearah superior menyebabkan sinusitis
maksilaris.
JALUR PENYEBARAN INFEKSI ODONTOGEN
Lokasi Abses Muka dan Dasar Mulut
1.Abses vestibular
Terjadi karena ada perlekatan otot yang mengahalangi
penyebaran infeksi kearah atas (di RA) atau kearah
bawah (di RB)
Dirahang atas :
- m.buccinatorius, m.levator anguli oris, m.labii, m
depresor septi dan m, nasalis
Dirahang bawah:
- m. buccinatorius, m.depresor labii inferior, m.depresor
anguli oris, m. platysma dan m. mentalis
Otot-otot Wajah Yang Melokalisir
Penyebaran Infeksi
Abses subperiosteal

A B

A : Pada vestibulum oris


B : Pada tepi (margo) mandibula
Gejala abses subperiosteal
• Sakit gigi dengan pembengkakan muka akut
• Demam, keadaan umum sakit sedang
• Pembengkakan vestibulum diregio gigi, keras
dan nyeri pada palpasi, lipatan mukobukal
masih ada
• Gigi sumber infeksi nonvital, perkusi dan
palpasi nyeri
Abses Submukosa
•Tekanan pus disubperiosteal bertambah → periost
tembus, pus terkumpul dibawah mukosa
•Di intra oral: pembengkakan divestibulum, lipatan
mukobukal terangkat, lunak dan berfluktuasi
• Gigi sumber infeksi : goyang, sakit pada palpasi

• Bisa juga infeksi menembus langsung tulang dan pus


terkumpul dibawah mukosa gingiva.
• Pembengkakan ekstra oral bertambah, tapi nyeri
berkurang
•Drainase :
- Insisi pada mukosa kearah anteroposterior kurang
lebih 1 cm
- Diseksi tumpul dengan hemostat sampai terasa
tulang
- Pasang drain karet yang ujungnya dijahitkan pada
mukosa
Abses submukus –vestibuler

Rahang bawah Rahang atas

Lipatan mukobukal hilang, tampak lokasi


dari insisi abses.
Ini disebut abses gingiva
• Pada rahang atas infeksi berjalan kepalatinal →
abses palatal
• Infeksi primernya : Akar palatinal P1, dan akar
palatinal Molar, gigi gigi lainnya jarang
• Abses palatal ditandai dengan pembengkakan akut
dipalatum, kadang kadang sebagian palatum
memebengkak
• Bersifat subperiosteal, berfluktuasi dan nyeri pada
palpasi
Drainase :
Insisi pada mukosa palatum, anteroposterior sejajar
dengan pembuluh darah disini
Diseksi tumpul dengan hemostat bengkok sampai
terasa tulang palatum
Drain karet dipasang dan dijahitkan
• Penyebaran infeksi ini dapat terjadi karena
ruangan (spasia) di daerah kepala dan
leher
satu sama lainnya hanya dipisahkan oleh
jaringan ikat longgar
SPASIUM WAJAH YANG TERLIBAT DALAM
INFEKSI ODONTOGENIK (PETERSON, 2003)
1. Spasium primer maksila
a. Spasium kaninus
b. Spasium bukal
c. Spasium infratemporal
2. Spasium primer mandibula
a. Spasium submental
b. Spasium bukal
c. Spasium submandubular
d. Spasium sublingal
3. Spasium sekunder wajah
a. Spasium maseter
b. Spasium pterigomandibular
c. Spasium temporal superfisial dan dalam
d. Spasium faringeal lateral
e. Spasium retrofaringeal
f. Spasium prevertebra
Abses Spasium Kaninus

Spasium kaninus Otot levator anguli oris - Levator labii


superioris
Gejala infeksi spasium primer :
▪ Pembengkakan daerah alar
▪ Sembab dibawah mata
▪ Kulit tampak kemerahan dan edema
▪ Nyeri tekan disekitar kaninus
Abses Spasium Bukal
Spasium bukal Otot businator
Kulit superfisial fasial
Penyebab gigi maksila, namun infeksi pada
molar mandibula-pun dapat
mengenai spasium ini
Abses Spasium Infratemporal
▪ Terletak di posterior maksila
▪ Batas medial: lempeng lateral proc ptregoideus & tlg sfenoid
▪ Penyebab: infeksi gigi posterior maksila
Abses Spasium submental
spasium submental simfisis dan tlg hyoid

E/ Gigi anterior mandibula


Spasium sublingual atap:dasar mulut dan lidah
Abses Spasium
Klinis Sublingual
pembengkakan ekstra oral yg kecil
Tampak pada dasar mulut pd sisi yg terkena
Infeksi bilateral Lidah terangkat
▪Batas anteromedial: m. Digastrikus ant.
Abses
▪Batas Spasium
posteromedial: m.Submandibula
Digastrikus post.+ stylohyoid
▪Dasar: m. Mylohyoid + m. Hyoglosus
▪E/ infeksi gigi P & M mandibula
Abses Spasium Masseter

▪ Spasium masseter, terletak antara bagian lateral


mandibula dan medial muskulus masseter. Masuknya
infeksi ke spasium ini karena penyebaran dari spasium
bukal atau infeksi dari molar ketiga mandibula. Infeksi
pada spasia ini berasal dari gigi molar tiga mandibula
Abses Spasium Pterigomandibular

▪ Spasium pterigomandibular, terletak di sebelah lateral


muskulus pterigomandibula medialis dan medial
mandibula. Merupakan tempat injeksi anestesi lokal
untuk blok saraf alveolaris inferior. Penyebaran infeksi
terutama berasal dari spasium submandibula dan
sublingual.
Spasium Temporal Superfisial dan Dalam
▪ Spasium temporal superfisial dan dalam, terletak
posterior dan superior spasium pterigomandibula dan
lateral muskulus pterigomandibula. Spasium ini
membelah muskulus temporalis menjadi dua bagian,
bagian superfisialis yang meluas ke fasia temporal dan
bagian dalam yang berhubungan dengan spasium
infratemporal.
Abses Spasium Faringeal Lateral
▪ Spasium faringeal lateral, merupakan bagian spasium fasial servikal
dan dapat mengancam nyawa dengan adanya obstruksi saluran
nafas.
Abses Spasium Retrofaringeal & Prevertebra
▪ Spasium retrofaringeal, terletak di belakang faring, antara muskulus
konstriktor faringeal superior dan lapisan alar fasia servikal dan
berawal dari dasar tengkorak meluas ke inferior setinggi servikalis 7
atau torakalis.
▪ Spasium prevertebra, spasium ini meluas dari tuberkel faringeal pada
dasar tengkorak sampai diafragma. Infeksi pada spasium ini dapat
meluas ke inferior setinggi diafragma mencakup torak dan
mediastinum.
PATOFISIOLOGI INFEKSI
ODONTOGENIK
TAHAP – TAHAP INFEKSI
Karakteristik Inokulasi Sellulitis Abses
• Durasi • 0-3 hari • 3-7 hari • .> 5 hari
• Rasa sakit •
Karakteristik ringan-sedang
Inokulasi • berat
Sellulitis dan Abses • sedang-berat dan
• Durasi • 0-3 hari • 3-7 hari • .> 5 hari
• Rasa sakit • ringan-sedang • berat menyeluruh
dan • sedang-berat lokal
• Ukuran • Ukuran
• •
kecil kecil
• menyeluruh
besar dan lokal
• kecil
• Lokalisasi • menyebar • besar • kecil
• Lokalisasi • Palpasi • menyebar
• lunak,lengket, • • menyebar
menyebar
• terbatas • terbatas
• • sangat •
• Palpasi Warna
• agak halus
lunak,lengket,halus • keras,keras, halushalus •
sangatfluktuasi, fluktuasi, halus
• Kualitas kulit • normal halus • merah pada
• Warna • •
Temperatur Normal
• normal • • kemerahan
kemerahan daerah • merah pada
permukaan • panas ringan • menebal sekitarnya
daerah sekitarnya
• Functio laesa • minimal atau tidak • panas • membulat dan
• Kualitas kulit • •
Cairan jaringan Normal ada • • berat Menebal mengkilap • membulat dan
• Tingkat malaise • edema • serous, bercak • panas sedang
• Keparahan • ringan pus • berat sedang
mengkilap
• • Bakteri •
Temperatur permukaan •
panas ringan
ringan • • berat panas • pus • panas sedang
perkutaneus • aerobik • berat • sedang-berat
• Functio laesa • minimal / tidak ada • • gabungan
berat • sedang-berat • berat sedang
• Cairan jaringan • edema • • anaerobik
serous, bercak pus • pus
• Tingkat malaise • ringan • berat • sedang-berat
• Keparahan • ringan • berat • sedang-berat
• Bakteri perkutaneus • Aerobik • Gabungan • anaerobik
PERAWATAN
▪Menurut Topazian dan Goldberg (2004),
perawatan pada infeksi odontogenik meliputi :
▪Pemberian obat : Analgesik dan antibiotik
▪Tindakan operasi : Pencabutan gigi, insisi dan
drainase
▪Perawatan gigi : Perawatan saluran akar
▪Kombinasi dari ketiganya
INSISI DRAINASE ABSES
KESIMPULAN

▪ Penyebab utama infeksi pd daerah KL bersifat odontogenik/berasal


dr infeksi gigi
▪ Prinsip perawatan pada infeksi spasium wajah pada dasarnya
meliputi : pemberian obat ( Analgesik dan antibiotik), tindakan
operasi (Pencabutan gigi, insisi dan drainase), perawatan gigi
(Perawatan saluran akar), dan kombinasi dari ketiganya
PRINSIP PERAWATAN PADA INFEKSI
ODONTOGEN

Perawatan pada infeksi odontogenik meliputi


:
• Pemberian obat : Analgesik dan antibiotik
• Tindakan operasi : Pencabutan gigi, insisi dan
drainase
• Perawatan gigi : Perawatan saluran akar
• Kombinasi dari ketiganya
Prinsip perawatan pada infeksi odontogen → tindakan
lokal dan tindakan sistemik (G. Dimitroulis, 1997)

• Tindakan lokal adalah :


– Drainage, meliputi insisi, pembukaan saluran akar,
ekstraksi gigi penyebab
– Mempertahankan drainase, meliputi penggunaan rubber
drain dan kumur air hangat
– Menghilangkan faktor penyebab meliputi pencabutan gigi
nonvital, pembersihan jaringan nekrotik, perawatan
saluran akar, terapi periodontal.

• Tindakan sistemik adalah :


– Bedrest
– Intake cairan yang cukup
– Analgesik
– Antibiotik
• Costich dan White (1971) menggolongkan
tindakan perawatan pada infeksi odontogen
menjadi 2 jenis yaitu :
- langkah perawatan immediate guna mencegah
penyebaran infeksi
- langkah perawatan definitif → perawatan endodontik,
perawatan periodontal, pencabutan gigi penyebab infeksi.
Dari pendapat beberapa para ahli tentang prinsip
perawatan pada infeksi odontogenik didapatkan
langkah-langkah yaitu :

1.Menentukan derajat keparahan infeksi,


2.Mempertimbangkan keadaan fisik penderita,
3.Tindakan bedah yaitu pencabutan gigi dan insisi
drainage,
4.Pemberian antibiotik
Menentukan derajat keparahan infeksi

Menentukan lama keberadaan dari infeksi →


1. Kapan permulaan terjadinya infeksi,
2. Berapa lama penderita mendapat gejala sakit dengan
disertai pembengkakan,
3. Apakah pembengkakan tersebut bertambah besar dan
kondisi pasien bertambah buruk.
Dari sini dapat ditentukan pergerakan dari infeksi tersebut,
apakah. Selain itu harus

Perhatikan 5 tanda radang → tumor, rubor, dolor, calor dan


functio laesa serta keluhan lain yang menyertai seperti trismus,
kesulitan menelan, mengunyah dan bernafas.

Pergerakan infeksi tersebut dalam waktu singkat atau bertahap


Mempertimbangkan keadaan fisik
penderita
Peterson (1998) langkah pertama untuk
mengetahui keadaan fisik penderita adalah
memperhatikan tanda-tanda vital dari penderita
yaitu :
• Suhu tubuh
• Frekuensi denyut nadi
• Tekanan darah
• Frekuensi pernafasan
• Pernafasan → diperhatikan → karena pada kasus infeksi
odontogen potensial terjadinya obstruksi jalan nafas →
akibat dari perluasan infeksi di daerah pharing

• Jalan nafas → selalu dalam keadaan bebas dan tidak


terdapat kesukaran bernafas

• Penderita dengan tanda vital normal dan disertai kenaikan


suhu tubuh tidak terlalu tinggi → dapat segera dilakukan
perawatan.

• Penderita dengan tanda vital tidak normal → peningkatan


tekanan darah, frekuensi denyut nadi, frekuensi
pernafasan dan suhu tubuh → harus dipertimbangkan
dalam melakukan tindakan oleh karena penderita
dikategorikan mendapat infeksi serius.

• Perlu diperhatikan penyakit gangguan metabolisme yang


tidak terkontrol seperti diabetes melitus, penyakit ginjal,
malnutrisi yang dapat menurunkan daya tahan tubuh,
Tindakan bedah

• Peterson (1998), Costich dan White (1971), Irby dan Baldwin


(1965), Thoma (1969), G Dimitroulis (1997) → prinsip utama
perawatan infeksi odontogenik adalah drainage dan
menghilangkan penyebab infeksi.

• Tujuan dari perawatan bedah pada infeksi odontogenik yang


1. Menghilangkan penyebab antara lain pulpa yang nekrosis,
periodontal poket yang dalam,
2. Melakukan drainage untuk mengeluarkan pus dan mengangkat
sisa jaringan nekrotik (Peterson, 1998).

• Dari beberapa pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa


terdapat tiga pilihan perawatan untuk mengatasi infeksi
odontogenik yaitu perawatan endodontik, pencabutan gigi, insisi
dan drainage.
INCISI DAN DRAINASE

Pencabutan gigi guna menghilangkan penyebab sekaligus


memberikan jalan keluar bagi pus melalui soket gigi tersebut
kurang adekuat

Drainage dilakukan dengan insisi pada mukosa atau kulit,


kemudian diakukan diseksi pada daerah yang terisi pus serta
diikuti dengan pemasangan drain (Costich dan White,1971).

Insisi abses → mengeluarkan mengeluarkan pus dan bakteri


yang terkumpul didalam jaringan tubuh, menurunkan
ketegangan jaringan, sehingga terjadi perbaikan aliran darah
lokal sehingga faktor pertahanan tubuh dapat mencapai daerah
tersebut.

Tindakan insisi dan drainage ini termasuk pemasangan rubber


drain → mencegah penutupan mukosa yang telah diinsisi.
• Cara insisi dan drainage → abses vestibularis yang berfluktuasi →
tegak lurus, letak insisi pada daerah yang bebas dengan → terlebih
dahulu dilakukan anestesi nerveblok regional → Lokasi injeksi
ditempatkan menjauhi daerah insisi yaitu anestesi infiltrasi pada daerah
superfisial. Pengambilan spesimen untuk pembiakan bakteri dan tes
sensitivitas dengan menggunakan jarum ukuran 18 gauge dan syringe
2 ml. Permukaan mukosa diolesi dengan larutan desinfektan
seperti betadine kemudian dikeringkan dengan kassa steril. Selanjutnya
jarum ditusukkan kedalam kavitas dari abses untuk mengambil pus
sebanyak 1-2 ml dengan cara aspirasi (Peterson, 1998)

• Setelah pembiakan spesimen, insisi dilakukan dengan pisau no. 11


melalui mukosa dan submukosa sampai ke dalam kavitas abses.
Ukuran insisi kurang lebih 1 cm kemudian dilakukan diseksi dengan
hemostat. → pemasangan drain yang bertujuan agar kavitas tetap
terbuka. Drain yang biasa digunakan adalah Penrose drain steril
ukuran ¼, → Dapat diganti dengan potongan rubber dam steril dan
dimasukkan dengan hemostat. Untuk mendapatkan hasil yang baik,
panjang drain harus cukup menjangkau sampai dasar kavitas
abses dan dijahit dengan benang nonasorbable pada jaringan sehat.
Setelah 2-5 hari apabila proses drainage telah berhenti drain dilepas
(gambar 3).

• Ekstra oral insisi diusahakan agar ditempatkan pada daerah yang


tidak mengganggu estetika wajah → Insisi sebaiknya ditempatkan pada
Cara Melakukan Incisi Intra
Oral
Cara Melakukan Incisi Intra
Oral
Cara Melakukan Incisi Intra
Oral
MENGHILANGKAN GIGI PENYEBAB

Peterson (1998) → pencabutan gigi mempunyai dua keuntungan


yaitu :
1. Menghilangkan penyebab
2. Membuat drainage sebagai jalan keluar pus dan sisa jaringan
nekrotik.

Hal yang sama dikemukakan oleh Thoma (1969), Costich dan White
(1971), Topazian dan Goldberg (1994).

Ada pendapat yang menyatakan bahwa pencabutan gigi penyebab dalam


keadaan infeksi akut sangat potensial terhadap penyebaran
infeksi

Pendapat lain → bahwa lebih awal dilakukan pencabutan gigi maka


lebih awal pula infeksi teratasi, oleh karena sumber infeksi telah
dihilangkan dan tersedianya jalan keluar bagi pus.
• Pencabutan gigi lebih awal dalam keadaan infeksi akut
tidak meyebabkan perluasan infeksi dan menghasilkan
masalah yang lebih kecil dari pada menunda pencabutan
gigi → para peneliti menganjurkan dengan penggunaan
antibiotik pada waktu akan melakukan pencabutan gigi
yang masih dalam keadaan infeksi akut termasuk
pencabutan gigi molar ketiga rahang bawah
(Topazian dan Goldberg, 1994).

• Thoma (1969) → pencabutan gigi pada kasus abses


periodontal akut atau abses apikal akut → keputusan
pada gigi yang telah goyang atau pada gigi yang telah
ekstrusi dari soket pada tulang alveolar.

• Kroght (1951)→ pengalamannya dan analisa terhadap


1173 kasus bahwa pencabutan segera adalah pilihan
pada kasus gigi dengan infeksi akut.
PEMBERIAN ANTIBIOTIKA
Peterson (1998) faktor sebagai pertimbangan
pemberian antibiotik yaitu :
Tingkat keparahan dari infeksi seperti :
1. Melibatkan facial space
2. Infeksi dengan pembengkakan yang
berkembang dengan pesat
3. Sellulitis
4. Tindakan bedah
5. Osteomyelitis
Meragukan untuk dilakukan tindakan bedah seperti pencabutan gigi
yang masih dalam keadaan infeksi akut

Status pertahanan tubuh penderita seperti :


1. Penderita dengan daya tahan tubuh yang menurun
2. Penderita dengan penyakit yang mengganggu metabolisme
tubuh
3. Penderita setelah mendapat pengobatan kanker
4. Penggunaan antibiotik belum tentu menjamin bahwa infeksi
dapat teratasi tanpa dilakukan insisi dan drainase guna
mengeluarkan pus. Penggunaan antibiotik harus didasarkan
pada tes sensitivitas.
5. Peterson (1998) juga beranggapan demikian tetapi untuk kasus
yang sering terjadi pada infeksi odontogen 90% disebabkan oleh
kuman aerob streptokokus dan anaerob streptokokus,
peptostreptokokus, provotellea dan fusobacteria. Kecuali pada
kasus penyebaran infeksi odontogen yang cepat, infeksi setelah
dilakukan tindakan bedah, infeksi yang rekuren, penyakit yang
mengganggu pertahanan tubuh, osteomyelitis dan
aktinomikosis.
KESIMPULAN
• Menurut Peterson (1998) infeksi odontogen berasal
dari periapikal : pulpa nekrotik & berasal dari
periodontal → poket periodontal. Tanda-tanda infeksi
odontogen : tumor, rubor, dolor, kalor & functio laesa.

• Lokasi infeksi ditentukan o/ tebalnya tulang yg


menyelimuti apeks gigi & hubungan antara perforasi
tulang dgn perlekatan otot pd maksila & mandibula
(Peterson, 1998). Costich & White (1971) : penyebaran
infeksi pd jar dgn resistensi rendah.

• Prinsip terapi infeksi odontogenik : menghilangkan


penyebab & mengeluarkan pus + sisa jaringan
nekrotik.
• Peterson (1998) langkah-langkah perawatan
infeksi odontogen : menentukan derajat
keparahan infeksi, memperhatikan keadaan
fisik penderita, melakukan tindakan bedah &
pemberian antibiotik.

• Penggunaan antibiotik bila kasus infeksi dlm jar


tubuh penderita lebih besar dari kemampuan
faktor pertahanan tubuh u/ mengatasinya
(Peterson, 1998). Antibiotik bukan mempercepat
penyembuhan & tidak memberikan
keuntungan pada kasus yang tidak melibatkan
bakteri atau mikroorganisme.
PRINSIP BEDAH
DAN
STERILISASI
• KEADAAN MEDIS PASIEN BERPENGARUH TERHADAP
PEMBEDAHAN
• INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PEMBEDAHAN
TERGANTUNG PADA DIAGNOSIS, EVALUASI KONDISI UMUM,
PEMERIKSAAN KLINIS DAN PENUNJANG
PERSIAPAN SEBELUM PEMBEDAHAN

• OPERATOR DAN ASISTEN OPERATOR


• BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN
• PASIEN
PERSIAPAN OPERATOR DAN
ASISTEN OPERATOR
PERSIAPAN OPERATOR DAN ASISTEN MELIPUTI :
1.SARUNG TANGAN
2.MASKER
3.PENUTUP KEPALA
4.KACA MATA OPERASI
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
• HARUS SUDAH LENGKAP SEBELUM TINDAKAN DIMULAI
• ASEPSIS PADA ALAT-ALAT YANG DIPAKAI
PERSIAPAN PASIEN
• PEMERIKSAAN PRE OPERATIF MELIPUTI FISIK DAN KLINIS
SERTA PENUNJANG
• EVALUASI STATUS KESEHATAN FISIK PASIEN (ASA)
• INFORM CONSENT
AMERICAN SOCIETY OF
ANASTHESIOLOGYST (ASA)
• ASA I : PASIEN DENGAN KESEHATAN NORMAL
• ASA II : PASIEN DENGAN PENYAKIT SISTEMIK RINGAN
• ASA III : PASIEN DENGAN PENYAKIT SISTEMIK BERAT YANG
TIDAK MELEMAHKAN
• ASA IV : PASIEN DENGAN PENYAKIT SISTEMIK YANG
MELEMAHKAN DAN MERUPAKAN ANCAMAN KONSTAN
TERHADAP KEHIDUPAN
• ASA V : PASIEN SEKARAT YANG DIPERKIRAKAN TIDAK
BERTAHAN LEBIH DARI 24 JAM DENGAN ATAU TANPA
OPERASI
• ASA VI : KEMATIAN OTAK
• ASA I : sehat, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alcohol/minimal
• ASA II : perokok saat ini, bumil, obesitas (30<BMI<40), well-
controlled DM/Hipertensi
• ASA III : DM tidak terkontrol, obesitas (BMI>40), hepatitis aktif,
ketergantungan alcohol, implant alat pacu jantung, ESRD
hemodialysis teratur
• ASA IV : iskemia jantung yang sedang berlangsung, disfungsi katup
yang berat, sepsis, DIC, ESRD yang tidak menjalani dialysis teratur
• ASA V : Kegagalan multi organ, Sepsis dengan hemodinamik tidak
stabil, hipotermia
• ASA VI : organ akan diambil untuk didonorkan
EVALUASI STATUS KESEHATAN
PASIEN
• KELUHAN UTAMA
• RIWAYAT MEDIS KESEHATAN PASIEN
• RIWAYAT SOSIAL DAN MEDIS KELUARGA
• PENYAKIT SISTEMIK YANG DIDERITA
• TANDA-TANDA KLINIS YANG TERLIHAT
• PEMERIKSAAN PENUNJANG MELIPUTI LABORATORIS,
RADIOGRAFI
DASAR KEBUTUHAN PEMBEDAHAN
• LAPANGAN PANDANG YANG ADEKUAT
• AKSES YANG CUKUP KE LESI
• PENCAHAYAAN CUKUP
• DAERAH KERJA BEDAH BEBAS DARI DARAH DAN CAIRAN
• KEMAHIRAN ASISTEN DALAM MEMBANTU KERJA
• ASISTEN MENGERTI TAHAP-TAHAP OPERASI YANGA AKAN
DILAKUKAN
TEHNIK ASEPSIS
• ASEPSIS : TINDAKAN MEMPERTAHANKAN PASIEN, PETUGAS
MEDIS, DAN OBJEK DARI AGENT YANG MENYEBABKAN
INFEKSI
• ANTISEPTIK : TINDAKAN ASEPSIS TERHADAP JARINGAN
HIDUP
• DESINFEKSI : TINDAKAN ASEPSIS PADA BENDA MATI
• STERILISASI : BEBAS DARI MIKROORGANISME
• PERAWATAN GIGI DAN MULUT è PERCIKAN MIKROFLORA
RM
• TANGAN OPERATOR DAN ALAT KONTAK DENGAN MIKROBA
PATOGEN
• INFEKSI SILANG
• VIRUS HEPATITIS B
STERILISASI
• UPAYA UNTUK MEMBUNUH MIKROORGANISME TERMASUK
DALAM BENTUK SPORA
• DESINFEKSI : PROSES MERUSAK ORGANISME YANG
BERSIFAT PATOGEN, NAMUN TIDAK DAPAT
MENGELIMINASI DALAM BENTUK SPORA
AUTOKLAF
• PALING BANYAK DIGUNAKAN
• PEMANASAN BASAH
• UAP TEKANAN 151 LBS/CM2 AKAN MENCAPAI SUHU 121ºC
ATAU 250ºF è MEMBUNUH MIKROORGANISME
• CARA STERILISASI YANG PALING CEPAT DAN TERPERCAYA
• KERUGIAN : KARAT PADA ALAT YANG TERBUAT DARI
LOGAM KARBON
• HARGA MAHAL
PEMANASAN KERING
• PERLU TEMPERATUR LEBIH TINGGI DAN WAKTU LEBIH
PANJANG DARI STERILISASI UAP
• MERUSAK BERDASARKAN REAKSI OKSIDASI DAN
DENATURASI PROTEIN
• TEMPERATUR 160ºC (=320ºF) ATAU LEBIH SELAMA 1-2 JAM
• DAPAT MERUSAK KARET, BAHAN DARI PLASTIK DAN
MERAPUHKAN KAIN-KAIN
• LEBIH BAIK UNTUK STERILISASI ALAT DARI KARBON, BAJA,
LOGAM YANG PERMUKAAN UNTUK MEMOTONG YANG
TIPIS
STERILISASI DENGAN CARA KIMIA
• GAS : OZON. ETHYLENE OXIDE , FORMALDEHYDE
• LARUTAN : ALKOHOL, PEROKSIDA FENOL, FORMALIN
OVEN+OZON+INFRARED
• RUANGAN OVEN BAGIAN ATAS DILENGKAPI DENGAN
OZON, BAGIAN BAWAH DENGAN INFRA RED
• 15 MENIT DALAM TEMPERATUR 125ºC
• OZON BERSIFAT BAKTERISID, MIKOBAKTERISID, DAN
SPORISID
• INFRA RED MEMBUNUH SPORA Bacilus atrophaeus
• KEUNTUNGAN INFRA RED : WAKTU SKILUS PENDEK,
PEMAKAIAN ENERGI RENDAH, TIDAK ADA RESIDU, DAN
TIDAK BERACUN TERHADAP LINGKUNGAN
ULTRASONIK
• UNTUK MEMBERSIHKAN GELIGI TIRUAN
• LILIN SERTA POLIMER YANG MELEKAT PADA ALAT
DIBERSIHKAN DAHULU DENGAN TANGAN
• PROSES PEMBERSIHAN DENGAN CARA MEMBENAMKAN
ALAT YANG DIBERSIHKAN KE DALAM TANGKI CAIRAN
YANG DIBERIKAN FREKUENSI TINGGI GELOMBANG SUARA
INDIKASI DAN
KONTRA INDIKASI
EKSTRAKSI GIGI

BLOK 19

Tichvy Tammama, drg., Sp.BM


› Gigi dicabut karena berbagai alasan.

› Berikut pedoman indikasi & kontraindikasi


ekstraksi gigi (tidak absolut).
INDIKASI EKSTRAKSI GIGI
› Karies
• Karies luas yang tidak dapat direstorasi
• Kompleksitas & harga perawatan pada
karies yang luas.
› Nekrosis pulpa
› Nekrosis pulpa / pulpitis irreversible yang
tidak dpt dirawat endodontik (kalsifikasi, dll)
› Perawatan endodontik gagal (tetap nyeri,
pasien menolak retreatment)
› Penyakit periodontal
› Penyk.periodontal yang parah & luas
› Kehilangan tulang luas
› Kegoyangan gigi permanen
› Alasan ortodonti
› Lengkung rahang insufficient
› Umumnya premolar RA&RB
› Malposisi gigi
› Menyebabkan trauma jaringan lunak
› Sulit direposisi oleh perawatan ortodonti
› Misal:
› M3 RA bukoversi -> ulserasi & trauma bukal
› Hipererupsi gigi krn kehilangan gigi lawan ->
mengganggu konstruksi gigi tiruan
› Gigi retak
› Mahkota retak atau fraktur akar -> nyeri
› Sulit dirawat konservatif
› Post terapi endodontik
› Gigi Impaksi
› Tidak dapat erupsi ke oklusi fungsional
(kurang ruangan, terhalang gigi sebelah, dll)
› Gigi supernumerari
› Biasanya terpendam
› Dapat mengganggu erupsi gigi normalnya
› Berpotensi menyebabkan resorpsi dan
displacement
› Gigi berhubungan dengan lesi patologis
› Umumnya kista odontogenik
› Terkadang dapat dipertahankan dengan
terapi endodontik
› Apabila gigi menghalangi pengangkatan
lesi secara lengkap, sebaiknya gigi ikut
diangkat.
› Terapi radiasi
› Pasien yang akan diradiasi untuk kanker
mulut, kepala, leher, dipertimbangan untuk
mencabut gigi di area pusat radiasi.
› Gigi terkadang dapat dipertahankan
dengan perawatan yg tepat
› Gigi yang terlibat pada fraktur rahang
› Fraktur maksila/mandibula/pros.alveolar
› Gigi pada garis fraktur terkadang dpt
dipertahankan
› Apabila gigi rusak, terinfeksi, luksasi parah,
menghalangi reduksi+fiksasi fraktur ->
sebaiknya dicabut
› Isu finansial
› Status finansial pasien
› Pasien tidak mau/mampu
mempertahankan gigi krn biaya -> memilih
dicabut
KONTRAINDIKASI EKSTRAKSI GIGI
1. Kontraindikasi Sistemik
› Penyakit metabolik parah yang tidak terkontrol:
› diabetes parah /tidak terkontrol (tp jika
diabetes ringan/terkontrol -> dpt diekstraksi)
› gagal ginjal (end-stage renal disease) dg
uremia parah

› Leukemia & limfoma tidak terkontrol (berpotensi


infeksi krn sel darah putih tidak berfungsi, dan
perdarahan banyak krn jumlah platelet
inadekuat)
› Penyakit jantung parah & tidak terkontrol

› Iskemia miokardial parah:


› angina pectoris yg tidak stabil
› riwayat infark miokard
› -> ekstraksi hanya bila emergensi, di RS

› Hipertensi maligna (perdarahan persisten,


insufisiensi miokard akut, kerusakan
serebrovaskular -> krn stres ekstraksi)

› Disritmia kardiak tak terkontrol


› Kehamilan (KI relatif):
› Hindari ekstraksi pada trimester 1 dan 3
› Ekstraksi ringan dpt dilakukan pada akhir trimester 1,
trimester 2, awal trimester 3.
› Ekstraksi dengan penyulit sebaiknya ditunda hingga
setelah melahirkan
› Diathesis perdarahan parah:
› Hemophilia
› Defisiensi platelet parah
› -> tunda ekstraksi hingga koagulopati terkoreksi

› Pasien dengan terapi antikoagulan (konsul dokter


ybs utk menghentikan obat)

› Pasien dg berbagai terapi obat (konsul dokter ybs):


› Kortikosteroid sistemik
› Obat imunosupresif
› Obat kemoterapi kanker
2. Kontraindikasi Lokal
› Riwayat terapi radiasi kanker -> resiko
osteoradionekrosis

› Gigi berlokasi pada tumor ganas -> dapat


menyebarkan sel2 kanker & metastasis
› Perikoronitis parah di sekitar impaksi M3
mandibula -> insidensi komplikasi é
› Tangani perikoronitis dahulu (irigasi, antibiotik,
ekstraksi M3 atas) utk mengurangi tekanan pd
jar.lunak yg oedem di atas impaksi mandibula.
› Jika perikoronitis ringan & gigi mudah diangkat -
> dapat segera dicabut
› Abses dentoalveolar akut
› Infeksi dr nekrosis pulpa paling cpt sembuh
apabila gigi segera dicabut.
› Namun pd kondisi akut sulit utk diekstraksi krn
pasien sulit membuka mulut lebar, dan sulit
mencapai anestesi
› Apabila akses & anestesi bisa didapat, sebaiknya
gigi segera dicabut.
› Segera berikan antibiotik, dan segera ekstraksi.
EVALUASI KLINIS GIGI
YANG AKAN DIEKSTRAKSI
› Akses terhadap gigi
› Pembukaan mulut pasien. Apabila terbatas:
› Dapat menyulitkan operator utk mencabut gigi
› Perlu pertimbangan bedah (tidak cukup dengan bein & tang rutin)
› Cari penyebab:
› Trismus krn infeksi
› Disfungsi TMJ (TMD)
› Fibrosis otot
› Lokasi & posisi gigi (peletakkan bein & tang)
› Kegoyangan gigi
› Kegoyangan gigi é:
› Penyk.periodontal parah
› Pengangkatan gigi > mudah, tp perawatan
jar.lunak post ekstraksi lebih banyak

› Kegoyangan gigi ê:
› Hipersementosis atau ankilosis akar
› Ankilosis sering terjadi pd:
› Gigi m sulung yg persistensi dan submerged
› Gigi nonvital yang pernah dirawat endodontik
bbrp tahun sebelum dicabut.
› Sebaiknya dilakukan ekstraksi secara bedah
› Kondisi mahkota
› Karies luas, restorasi amalgam luas, post endodontik -> mudah
rusak saat diekstraksi. Gigi perlu dielevasi setinggi mungkin,
agar tang dapat diaplikasikan seapikal mungkin utk menjepit
akar dibandingkan mahkota

› Akumulasi kalkulus -> dihilangkan dahulu, agar:


› Tidak mengganggu penempatan tang
› Kalkulus yang patah dapat mengkontaminasi soket post ekstraksi

› Gigi sebelah memiliki tambalan amalgam luas atau jaket,


atau post endodonti -> hati2 terkena alat -> dapat
fraktur/pergeseran restorasi
PEMERIKSAAN RADIOGRAFI
› Hubungan dengan struktur vital
› Jarak akar molar RA terhadap dasar sinus maksilaris -> jika
tipis, berpotensi perforasi -> sebaiknya bedah dengan
separasi akar gigi
› Hubungan akar molar RB terhadap kanalis alveolaris inf. ->
jika kanalis cidera, dpt merusak n.alv.inf.
› Jika akan dilakukan flap pd premolar RB, lihat posisi
for.mentalis utk menghindari cedera.
› Konfigurasi akar
› Jumlah akar
› Lengkung dan divergensi akar
› Bentuk akar (konus/bengkok)
› Ukuran akar (pendek, panjang,
bulbous)
› Karies akar (> mudah fraktur)
› Resorpsi akar
(internal/eksternal)
› Riwayat endodontik
(ankilosis/rapuh)
› Kondisi tulang sekitar
› Densitas tulang sekitar gigi:
› Radiolusen (densitas ê): ekstraksi > mudah
› Radiopak (densitasé ), sklerosis: ekstraksi > sulit

› Kondisi patologis apikal:


› Gigi nonvital -> radiolusen periapikal -> granuloma/kista
› Harus diangkat saat gigi diekstraksi
DAFTAR PUSTAKA
› Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary Oral and
Maxillofacial Surgery. 7th ed. St.Louis: Elsevier,. 2019.
Terimakasih
TRAUMA
OROMAKSILOFASIAL
Seto Adiantoro
DEFINISI
Trauma fisik yang dapat mengenai jaringan keras dan jaringan lunak wajah, menyebabkan hilangnya
kontinuitas tulang-tulang wajah
TRAUMA
OROMAKSILOFASIL

Trauma pada jaringan keras: Tulang

Trauma pada jaringan lunak: bibir, gingiva, mukosa


TRAUMA
OROMAKSILOFASIAL
❑ Cidera dapat berupa fraktur. Fraktur dapat didefinisikan sebagai
kerusakan mendadak pada kontinuitas tulang dan dapat bersifat
complete atau incomplete.
❑Kecelakaan berkendara menjadi penyebab utama dari fraktur
maksilofasial di seluruh dunia.
❑Penyebab utama lain dari fraktur ini adalah jatuh yang berkaitan
dengan pekerjaan, luka saat olahraga, dan trauma industri.
TRAUMA

suatu ruda paksa yang mencakup jaringan lunak &


mengenai wajah dan jaringan jaringan Keras wajah
sekitarnya
TRAUMA
OROMAKSILOFASIL
➢ CEDERA PADA JAR. LUNAK
➢ CEDERA PADA TULANG
➢ CEDERA PADA GIGI
TRAUMA FASIAL

TULANG : JARINGAN LUNAK :


1. MAKSILA 1.BIBIR
2.MANDIBULA 2.GINGIVA
3.ZYGOMA 3.MUKOSA
4.NASO-ORBITA ETHMOID 4.LIDAH
5.SUPRAORBITA
Trauma Wajah

36-70% : 6-25% :
fraktur fraktur
mandibula maxilaris

5% : fraktur > 50% pasien


zygomaticum Laki-laki : dengan trauma
disertai cedera perempuan wajah mengalami
mata rasio 4:1 multiple injury

TRAUMA OROMAKSILOFASIL
Maksilofasial dibagi menjadi tiga bagian
Maksilofasial dibagi menjadi tiga bagian

Maksilofasial dibagi menjadi tiga bagian


! Sepertiga atas wajah = tulang frontalis, regio supra orbita,
rima orbita dan sinus frontalis.
! Sepertiga tengah = maksila, zigomatikus, lakrimal, nasal,
palatinus, nasal konka inferior, dan tulang vomer
! Sepertiga bawah = mandibula
Fraktur Sepertiga Tengah Wajah
Fraktur Orbital

Fraktur orbital
! fraktur pada tulang
internal orbita
! fraktur pada rima orbita
! Fraktur orbital dengan
fraktur fasial lainnya
! Fraktur apex orbital:
foramen optik
Pemeriksaan Radiologis
! Depresi atau angulasi
! Epistaksis
! Nyeri tekan
! Krepitasi
! Deviasi septum
! Hematoma septum
FRAKTUR ZYGOMA
TULANG ZYGOMA
Zygoma didukung oleh 4 regio

Inferior orbital rim (IO) Zygomaticomaxillary buttress

Sutura Zygomaticofrontal (ZF) Sutura Zygomaticotemporal


Isolated
Complex

Fraktur arkus Terlepasnya zygoma dari


zygomatikus tanpa artikulasionya (os. Frontal,
keterlibatan tulang os.temporal, os.sphenoid,
lainnya. dan os. Maksillaris)
FRAKTUR NASO-ORBITA-ETMOID
Tipe II

•Tendon kantus medial menempel


pada fragmen sentral
(comminuted but manageable)
•Tendon kantus masih menempel
pada fragmen yang masih dapat
terjadi osteosynthethis.
Tipe I
Tipe III

•Tendon kantus medial menempel


pada fragmen sentral (comminuted
and unmanageable), fragmen terlalu
Tendon kantus medial menempel kecil untuk osteosynthesis dan telepas
pada satu atau fragmen sentral sepenuhnya.
yang besar
Trauma jaringan lunak
TRAUMA
JARINGAN
LUNAK
Vulnus
Definisi

Cedera(injury) atau trauma yang terjadi


pada setiap jaringan tubuh,yang berakibat
terputusnya / discontinuity jaringan

Kehilangan kontuinitas kulit atau mukosa yang


disebabkan oleh trauma, kimia, listrik, radiasi, dan bisa
juga disertai dengan kerusakan jaringan lunak dan
tulang.
ETIOLOGI

Trauma benda tajam


Perubahan suhu Zat kimia
atau tumpul

Sengatan listrik Gigitan hewan


ETIOLOGI

tergesek, terpotong, terpukul,


Trauma tertusuk, terbentur, terjepit.
mekanis

listrik dan petir


Trauma elektris

panas dan dingin.


Trauma termis

zat kimia yang bersifat asam


dan basa serta zat iritatif dan
Trauma kimia korosif lainnya.

sengatan lebah, gigitan


Trauma biologis, serangga, gigitan ular dan
gigitan binatang.
Integritas kulit: luka Tingkat kebersihan luka:
tertutup, luka terbuka ➢ Luka bersih
Waktu: luka akut, luka kronik
Keparahan:
➢ Luka terkontaminasi bersih
➢ Ringan : kecil, dangkal, ➢ Luka terkontaminasi
pendarahan sedikit ➢ Luka terinfeksi
➢ Berat: lebar dan
pendarahan banyak
➢ Parah : berat di beberapa
tempat

KLASIFIKASI
Luka
Tingkat Kontaminasi

Luka bersih Luka kotor atau infeksi


Luka bersih (Clean Luka terkontaminasi
terkontaminasi (Clean- (Contamined Wounds) (Dirty or Infected
Wounds) contamined Wounds) Wounds)

• luka tak terinfeksi, • luka dalam kondisi • Luka terbuka kurang • luka terbuka lebih dari
dimana tidak terjadi terkontrol, tidak ada dari empat jam, empat jam dengan
proses peradangan material kontamin dengan tanda tanda infeksi di kulit
(inflamasi) dan infeksi, dalam luka inflamasi non-purulen sekitar luka, terlihat
dan kulit disekitar luka • Kemungkinan • Kemungkinan infeksi pus dan jaringan
tampak bersih timbulnya infeksi luka luka 10% – 17% nekrotik
• Kemungkinan adalah 3% – 11% • Kemungkinan infeksi
terjadinya infeksi luka luka 40%
sekitar 1% – 5%
Berdasarkan kedalaman
luka
• Stadium I: superfisial: warna dasar luka
merah, epidermis utuh
• Stadium II: partial thickness: merah,
melibatkan epidermis-dermis
• Stadium III: full thickness: merah,
epidermis hingga sebagian hipodermis
• Stadium IV: deep fullthickness:
epidermis hingga seluruh hipodermis,
hingga otot dan tulang
• Unstageable: warna dasar luka hitam/
kuning ! jaringan mati
Luka Akut Luka Kronis

• Penyembuhan yang terjadi • Luka yang mengalami


dalam jangka waktu 2-3 kegagalan dalam proses
minggu penyembuhan
• luka dengan masa • dapat karena faktor eksogen
penyembuhan sesuai dengan dan endogen
konsep penyembuhan yang • tidak tanda-tanda untuk
telah disepakati atau sembuh dalam jangka lebih
diharapkan. dari 4-6 minggu.
• luka memar (vulnus contusum),Vulnus
Luka tertutup traumaticum

• Vulnus excoriatio (luka lecet)


• Vulnus scissum (luka sayat)
• Vulnus laceratum (luka robek)
• Vulnus punctum (luka tusuk)
• Vulnus caesum (luka potong)
• Vulnus sclopetorum (luka tembak)
• Vulnus morsum (luka gigit)
Luka Terbuka • Vulnus traumaticum (luka memar)
• Vulnus combutio (luka bakar)
VULNUS LACERATUM
• Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri luka
tepi luka tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan meningkatkan resiko infeksi.
VULNUS EXCORIASI
• Luka lecet.
• Penyebab luka karena kecelakaan atau jatuh yang menyebabkan lecet pada permukaan kulit
• Merupakan luka terbuka tetapi yang terkena hanya daerah kulit
Vulnus Punctum

• Luka Tusuk
• Penyebab adalah benda runcing
tajam atau sesuatu yang masuk ke
dalam kulit
• Merupakan luka terbuka dari luar
tampak kecil tapi didalam mungkin
rusak berat, jika yang mengenai
abdomen/thorax disebut vulnus
penetrosum (luka tembus).
Vulnus Contussum
• Luka Kontusio
• Penyebabnya benturan benda yang keras.
• Luka ini merupakan luka tertutup, akibat dari kerusakan pada soft tissue dan ruptur pada pembuluh darah
menyebabkan nyeri dan berdarah (hematoma)
• Bila kecil maka akan diserap oleh jaringan di sekitarya jika orga dalam terbentur dapat menyebabkan akibat
yang serius.
Vulnus Scissum/Insivum
• Luka Sayat
• Penyebab dari luka jenis ini adalah sayatan benda
tajam atau jarum merupakan luka terbuka akibat
dari terapi untuk dilakukan tindakan invasif, tepi
luka tajam dan licin
Vulnus Schlopetorum
• Luka Tembak
• Penyebabnya adalah tembakan, granat.
• Pada pinggiran luka tampak kehitam-hitaman, bisa
tidak teratur
• Kadang ditemukan corpus alienum.
Vulnus Morsum

• Luka Gigitan
• Penyebab adalah gigitan binatang atau
manusia, kemungkinan infeksi besar
bentuk luka tergantung dari bentuk gigi
Vulnus Perforatum

• Luka Tembus
• Luka jenis ini merupakan luka tembus atau luka jebol.
• Penyebab oleh karena panah,tombak atau proses infeksi yang
meluas hingga melewati selaput serosa/epithel organ jaringan.
Vulnus Amputatum
• Luka Terpotong
• Luka potong, pancung dengan penyebab benda
tajam ukuran besar/berat, gergaji.
• Lukamembentuk lingkaran sesuai dengan organ yang
dipotong.
• Perdarahan hebat, resikoinfeksi tinggi, terdapat
gejala pathom limb
Vulnus Combustion
• Luka Bakar
• Penyebab oleh karena thermis, radiasi, elektrik ataupun kimia.
• Jaringan kulit rusak dengan berbagai derajat mulai dari lepuh (bula-carbonissi/hangus
sampai sensasi nyeri dan atau anesthesia.
Fase Penyembuhan Luka
● Ada tiga fase: ● Koagulasi:
● Fase Inflamasi ● Proses Koagulasi!mengaktifkan
● Fase Proliferasi kaskade
● Fase Remodelling komplemen!mengaktifkan
bradikinin, anafilatoksin C3a &
C5a!mnybbkan
FASE INFLAMASI vasodilatasi&premeabilitas
● Fase sejak tjd luka sampai hari vaskular>>>!eksudasi,oedem,
ke-5 ● Tanda2nya:
● Pembuluh darah ● Kemerahan (Rubor)
terputus!perdarahan! ●Hangat (Kalor)
vasokonstriksi!hemostasis! ● Nyeri (Dolor)
agregasi trombosit!mbntk jala
fibrin!menyumbat perdarahan ● Bengkak (Tumor)
● Hemostasis:
● Agregasi
trombosit!berdegranulasi!mel
epaskan
kemoatraktan!menarik sel
radang!mengaktivasi fibroblast
lokal, sel endotel &
vasokonstriktor
● F.fibroplasia!luka dipenuhi
FASE PROLIFERASI sel
● Disbt jg fase fibroplasia krn radang,fibroblast&kolagen
proses proliferasi fibroblast !jg tjd
yg menonjol angiogenesis!mbntk
● Berlangsung pd akhir jar.kemerahan dg
F.Inflamasi – akhir minggu permukaan berbenjol halus
ke-3 (jar.granulasi)
● Fibroblast: berasal dr sel ● Epitel tepi luka yg terdiri
mesenkim yg blm dr sel basal terlepas dr
berdiferensiasi!akan dasarnya&pindah mengisi
mnghslkn permukaan luka, t4
mukopolisakarida, AA
glisin&prolin(bhn dsr serat awalnya akan terisi sel baru
kolagen utk dr proses mitosis
mempertautkan luka) ● Proses ini akan berhenti
● Serat kolagen yg stlh epitel saling
dibentuk&dihancurkan utk menyentuh & tlh menutup
mnyesuaikn dg tegangan pd slrh permukaan luka
luka yg cenderung tertutup
mengerut
● Tarikan pd tepi
luka!disbbkn aktivitas
kontraktil miofibroblast
● Akhir fase ini tjd regangan
luka hingga 25% jar.normal
! F.remodelling kekuatan
serat kolagen >>> krn
menguatnya ikatan intra-
&antarmolekul
FASE REMODELLING
● Tjd proses pematangan yg terdiri dr:
● Penyerapan jar.yg berlbh
● Menyerap smua yg mjd abnormal krn
luka
● Oedem&sel radang diserap
● Sel muda mjd sel matang
● Kapiler baru menutup&diserap kembali
● Kolagen berlbh diserap&sisanya
mengerut sesuai dg besarnya regangan
● Fase ini berlangsung berbln2&berhenti ktk
semua tanda radang menghilang
● Dihasilkn jar.parut yg pucat,tipis&lentur
● Akhir fase perupaan ulang mampu
menahan regangan kira2 80% kulit normal
Faktor2 yg mempengaruhi penyembuhan luka

• usia, status nutrisi dan hidrasi,


oksigenasi dan perfusi jaringan, status
INTRINSIK imunologi, dan penyakit penyerta

• pengobatan, radiasi,stres psikologis,


infeksi, iskemia dan trauma jaringan
EKSTRINSIK
Penjahitan luka

❑ Golden periode < 8 jam


❑ Penutupan luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka
sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.
❑ Pe m b a l u t a n b e r f u n g s i s e b a g a i p e l i n d u n g t e r h a d a p p e n g u a p a n ,
infeksi,mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan,
sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah
yang menyebabkan hematom.
Komplikasi
• Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama
pembedahan atau setelah pembedahan -> sering muncul dalam 2 – 7 hari

Infeksi setelah pembedahan.


• Gejala : purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di
sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah
putih.

Perdarahan • Menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan,
infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain).

Dehiscence • Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total.

dan • Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan.


• Faktor : kegemukan, kurang nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk
menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi
Eviscerasi
Thank You
INDIKASI
DAN
KONTRAINDIKASI
EKSTRAKSI GIGI
1. PENDAHULUAN

1. Kedokteran gigi modern ; jaga dan pelihara gigi


dalam rongga mulut
2. Indikasi adalah rekomendasi
3. Pencabutan gigi untuk kepentingan berbagai alasan
antara lain :
▪ Menghindari Sakit
▪ Alasan pembuatan protesa dan ortodontik
▪ Pasien tidak ingin giginya dirawat
2. INDIKASI PENCABUTAN GIGI
1. KARIES YANG BERAT
- Gigi tidak dapat di restorasi

- Keputusan pencabutan disampaikan dan atas peresetujuan pasien

2. PULPA YANG NEKROSIS

- Bila tidak memungkinkan untuk dilakukan perawatan endodontik

- Kegagalan perawatan endodontik

- Pasien tidak bersedia untuk dirawat endodontik


3. PENYAKIT PERIODONTAL YANG BERAT
- Penyakit periodontal sudah berat dan meluas
- Kehilangan tulang alveolar yang cukup luas
- Sudah berlangsung lama
- Gigi goyang cukup berat

4. ALASAN PERAWATAN ORTODONTIS


- Untuk mendapatkan ruang
- Sering gigi premolar pertama ra/rb
- Kadang2 premolar kedua atau incisive RB
5. GIGI MALPOSISI
- Pada situasi tertentu, malposisi dpt diindikasikan untuk dicabut

- Trauma ; gigi tidak dapat direposisi dng perawatan orthodontik

- Kasus M3 rahang atas yang malposisi berat ( terjadi ulcer dan

trauma pada mukosa bukal


- Hypererupted karena hilangnya gigi antagonis (kasus

preprostetik)

6. GIGI YANG RETAK

7. GIGI GOYANG / MOBILITI


8. PENCABUTAN UNTUK KEPENTINGAN PROSTEHETIK
- Untuk kepentingan pembuatan protesa penuh atau sebagian

- Bila mengganggu dalam disain atau penempatan gigi palsu

9. GIGI TERPENDAM
- Kasus ini perlu dipertimbangkan untuk pencabutan

- Gigi impaksi sebagian dan tidak dapat erupsi normal krn kekurangan

ruang
- Gigi full impacted pada usia lebih dari 35 thn atau usia lanjut, perlu

dipertimbangkan untuk dipertahankan


10. SUPERNUMERARY TEETH
- Biasanya terpendam

- Mengganggu erupsi gigi permanen

- Menimbulkan resorpsi dan pergeseran gigi permanen

11. GIGI PERSISTEN

12. GIGI YANG BERKAITAN DENGAN LESI PATOLOGIS


- Lesi berhub dengan gigi, gigi tsb dipertimbangkan untuk diangkat

- Diupayakan endodontik treatmen


13. TERAPI PRERADIASI
- Gigi yg berada digaris radiasi (pada terapi radiasi tumor oral)

14. GIGI BERADA PADA GARIS FRAKTUR


- Sejauh bisa dipertahankan, sebaiknya dipertahankan

- Bila gigi rusak atau goyang, dipertimbangkan dicabut (hindari infeksi)

15. KEPENTINGAN ESTETIKA


- Pengaruh tetrasiklin

- Malposisi yang berat (protrusif, tapi ini sebaiknya di ortodonti

16. EKONOMI
- Pasien merasa tidak mampu untuk dirawat konservatif (mahal)

- Pertimbangan waktu karena bekerja


3. KONTRA INDIKASI PENCABUTAN GIGI

A. GIGI TIDAK HARUS SELALU INDIKASI DICABUT

B. DALAM BEBERAPA KASUS, KONTRA INDIKASI DAPAT DIMODIFIKASI

DNG PERAWATAN/PENGOBATAN SHG MENJADI INDIKASI


PENCABUTAN

C. INDIKASI PENCABUTAN, BILA BENAR2 MASALAH PENYAKITNYA

SDH SELESAI

D. KONTRA INDIKASI DIBAGI 2 KELOMPOK :

1. Kontra indikasi karena faktor penyakit sistemik

2. Kontra indikasi karena faktor penyakit lokal


4. KONTRA INDIKASI KARENA FAKTOR SISTEMIK

1. PENYAKIT METABOLIK YANG BERAT YANG TIDAK TERKONTROL

2. PENYAKIT GINJAL STADIUM AKHIR DENGAN UREMIA

3. DIABETES RINGAN ATAU BERAT BILA TERKONTROL DPT DILAKUKAN

PENCABUTAN, BILA DIABETES TIDAK TERKONTROL, GIGI TIDAK


HARUS DICABUT

4. LEUKEMIA YANG TIDAK TERKONTROL TIDAK BOLEH DICABUT

GIGINYA SAMPAI LEUKEMIANYA TERKENDAL ……> BISA KOMPLIKASI


YAITU TERJADINYA INFEKSI AKIBAT NONFUNCTIONING SEL DARAH
PUTIH DAN PERDARAHAN BERLEBIH KARENA MINIMNYA TROMBOSIT.
5. PENYAKIT JANTUNG YANG BERAT DAN TIDAK TERKONTROL ……..>

TANGGUHKAN SAMPAI PENYAKIT JANTUNGNYA TERKENDALI

6. ISKEMIA MIOKARD BERAT SPT ANGINA PEKTORIS YANG TIDAK

STABIL , MIOKARD INFARK……GIGI TIDAK DICABUT

7. HIPERTENSI TIDAK TERKONTROL YANG BERAT.

8. DISERITMIA JANTUNG YANG TIDAK TERKENDALI

9. KEHAMILAN TRISEMESTER PERTAMA DAN KETIGA JIKA MUNGKIN

PENCABUTAN DITUNDA. PENCABUTAN DAPAT DILAKUKAN PADA

AKHIR BULAN TRISEMSTER PERTAMA DAN AWAL BULAN

TRISEMESTER KETIGA .
5. KONTRA INDIKASI KARENA FAKTOR LOKAL
1. PASIEN DENGAN RIWAYAT TERAPI RADIASI PADA KANKER. DPT TIMBUL
OSTEORADIONEKROSIS . TINDAKAN HARUS LEBIH HATI2.

2. GIGI DALAM TUMOR GANAS, TDK HRS DICABUT. BILA DICABUT, SEL-

SEL MNYEBAR N METASTATIK.

3. PERICORONITIS BERAT SEKITAR GIGI M3 MANDIBULA. PERICORONITIS

DIOBATI DULU DAN BILA SEMBUH, BARU DILAKUKAN PENCABUTAN


GIGINYA. BILA PENCABUTAN PADA KASUS PERIKORONITIS BERAT,
MAKA AKAN TERJADI KOMPLIKASI. PERIKORONITIS RINGAN DAN
KASUS M3 POSISINYA TDK SULIT, GIGI BISA DICABUT
4. PADA KASUS2 TERTENTU, ABSES AKUT DENTOALVEOLAR TIDAK
DICABUT KARENA PESIEN KESULITAN BUKA MULUT. BILA MUNGKIN
BISA BUKA MULUT DAN ANESTESI BISA, MAKA PENCABUTAN SEDINI
MUNGKIN
6. EVALUASI KLINIS GIGI YANG AKAN DICABUT
A. PERIKSA HATI-HATI GIGI YANG AKAN DICABUT SEBELUM PENCABUTAN. INI

AGAR TIDAK MENGALAMI KESULITAN

B. BERBAGAI FAKTOR YG HARUS DIPERHATIKAN UNTUK MEMBUAT PENILAIAN

YANG TEPAT SEBELUM PENCABUTAN. ANTARA LAIN ;

1. AKSES KE GIGI
⚫ Faktor pertama yang dinilai dalam pemeriksaan pasien adalah sejauh mana pasien dapat

membuka mulut.

⚫ Keterbatasan membuka mulut akan mempersulit dokter gigi terutama dalam melakukan

pencabutan yang sulit

⚫ Jika pembukan terbatas, direncanakan penggunaan alat selain tang cabut.


⚫ Dokter gigi harus mencari penyebab dari keterbatasan buka

mulut (trismus), ini dikaitkan dengan infeksi sendi TMJ


⚫ Periksa posisi gigi dikaitkan dengan lengkung gigi, gigi

yang berjejal akan mengalami kesulitan dalam penempatan


tang saat pencabutan
⚫ Ketika akses ke gigi bermasalah, penentuan tang dan

teknik pencabutan dengan pembedahan perlu dipikirkan


2. KEGOYANGAN GIGI
⚫ Tingkat kegoyangan gigi yang akan dicabut harus dinilai

⚫ Kegoyangan gigi yang lebih dari normal, sering diiringi

dengan penyakit periodontal yang parah. Jika gigi terlalu


goyang, diharapkan dicabut
⚫ Kegoyangan sebuah gigi yang kurang dari normal,

diwaspadai adanya hypercementosis atau ankilosis dari akar.


Ankilosis sering terjadi akibat adanya perawatan endodontik
yang terlalu lama (bertahun-tahun). Jika dokter yakin bahwa
gigi ankilosis maka tindakannya adalah pembedahan gigi.
3. KONDISI MAHKOTA GIGI
⚫ Penilai mahkota berkaitan dng ada tidaknya karies yg besar atau

tambalan
⚫ Karies yg besar akan menambah kehancuran gigi sehingga menambah

kesulitan saat dilakukan pencabutan


⚫ Demikian pula tambalan amalgam yang besar juga akan menimbulkan

kesulitan saat pencabutan yaitu kemungkinan terjadinya fraktur


⚫ Untuk mengatasi situasi kedua tsb,adalah penting, didalam

penempatan tang cabut hrs sejauh mungkin kearah apikal dari akar
gigi dan meyakinkan bahwa tang berada atau menggenggam akar gigi
bukan mahkota gigi
⚫ Bila gigi yang akan dicabut terdapat banyak tumpukan karang

gigi, maka harus dibersihkan dulu dengan scaler ultra sonik


⚫ Kalkulus akan mengganggu penempatan tang dengan benar

shg bisa menimbulkan patahan2 kalkulus dimana patahan2 tsb


bisa masuk kedalam soket gigi setelah gigi dicabut
⚫ Seorang dokter gigi harus juga memperhatikan kondisi gigi

tetangga yang akan dicabut, apakah terdapat tambalam


amalgam yang besar atau mahkota dengan perawatan
endodontik. Kondisi ini penting diperhatikan saat
menggunakan bein atau tang dalam pencabutan gigi
⚫Bila gigi tetangga yang akan dicabut memiliki
kondisi tambalan yang besar, penggunaan bein
harus sangat hati2 karena dapat menimbulkan
kerusakan dari gigi yang sudah dirawat tsb.

⚫Perlu diinformasikan kepada pasien


kemungkinan kondisi terburuk berupa fraktur
mahkota saat pencabutan gigi
7. PEMERIKSAAN RADIOGRAFI DALAM
PENCABUTAN GIGI
1. Pemeriksaan radigrafi penting dipersiapkan dalam pencabutan gigi

2. Secara umum radiografi memberikan informasi paling akurat dan

rinci tentang , gigi, akar gigi dan jaringan sekitarnya

3. Foto panoramik sering digunakan namun umumnya untuk melihat

gigi impaksi dan hubungannya dengan gigi antagonisnya

4. Harus diperhatikan hubungan gigi yang akan dicabut dengan gigi

yang impaksi maupun gigi lain yang berdekatan


5. Ada kemungkinan pencabutan gigi dapat melukai atau
mengeser gigi dibawahnya
6. Bila akan mencabut akar gigi juga harus diperhatikan keadaan
sekitarnya akar tsb
7. Pengangkatan tulang harus dilakukan secara bijaksana dan
dilakukan bila diperlukan
8. HUBUNGAN ANTARA GIGI DENGAN
JARINGAN VITAL SEKITAR GIGI
1. HAL PENTING SAAT MELAKUKAN PENCABUTAN
GIGI MOLAR MAKSILA :
- Hubungan akar gigi molar dengan dasar sinus maksilaris
- Bila dipisahkan dengan tulang tipis, dpt terjadi perforasi
sinus maksilaris
- Perlu pertimbangan pembedahan
- Memisahkan akar dengan gigi (dengan separasi)
2. MUNGKIN AKAR GIGI PREMOLAR BAWAH
BERDEKATAN DENGAN KANALIS ALVEOLARIS
INFERIOR (PREMOLAR IMPAKSI)
- Perlu penangan lebih hati-hati, karena bisa terjadi kerusakan

kanalis yang berakibat kerusakan syaraf alveolaris inferior


- Pembuatan radiografi periapikal harus mencakup foramen

mentalis
- Dokter gigi hrs tahu dimana letak foramen mentalis dalam

proses pencabutan
9. KONFIGURASI AKAR GIGI
1. PENILAIAN HASIL RADIOGRAFI PADA GIGI YANG AKAN
DIEKSTRAKSI, MEMBERIKAN KONTRIBUSI UNTUK
MENENTUKAN TENTANG KESULITAN EKSTRAKSI
2. FAKTOR PERTAMA YANG PERLU DIEVALUASI ADALAH
JUMLAH AKAR GIGI YANG AKAN DIEKSTRAKSI
3. GIGI DENGAN AKAR YANG KHAS ATAU ABNORMAL,
PERLU DILAKUKAN RENCANA PEMBEDAHAN GUNA
MENCEGAH FRAKTUR AKAR
4. DALAM PERENCANAAN PENCABUTAN, DOKTER GIGI HRS
MENGETAHUI BAIK LENGKUNG MAUPUN DIVERGENSI AKAR

5. BENTUK AKAR GIGI YANG MENGERUCUT AKAN LEBIH


MUDAH, NAMUN PERLU DIPERTIMBANGKAN BILA AKAR
GIGI PANJANG, MELENGKUNG DAN MUNGKIN UJUNGNYA
MENGAIT PADA AKHIR APIKAL

6. AKAR GIGI YANG PANJANG MEMBULAT DAN


HIPERSEMENTOSIS AKAN LEBIH SULIT DALAM PENCABUTAN
7. RADIOGRAFI PERIAPIKAL PADA PASIEN ORANG TUA DIPERIKSA

HARUS LEBIH HATI2 KARENA KEMUNGKINAN ADANYA


HIPERSEMENTOSIS AKIBAT PROSES PENUAN

8. SEORANG DOKTER GIGI HARUS DAPAT MENGAMATI PERLUASAN

KARIES SAMPAI AKAR GIGI. KARENA HAL INI MENDASAR DAPAT


TERJADINYA FRAKTUR KETIKA FORSEP DITEMPATKAN PADA GIGI
DENGAN SUATU KEKUATAN

9. PADA PEMERIKSAAN RADIOGRAFI ; PERLU DIPERHAIKAN RESORPSI

AKAR BAIK INTERNAL MAUPUN EKSTERNAL, KARIES PADA AKAR


GIGI KARENA HAL TSB DAPAT MENIMBULKAN FRAKTUR AKAR .
UNTUK INI PERLU DIPERTIMBANGKAN PENDEKATAN PEMBEDAHAN
10. KEADAAN TULANG SEKITAR GIGI
1. PEMERIKSAAN RADIOGRAFI PERIAPIKAL, BILA TULANG
SEKITAR GIGI MENUNJUKAN GAMBARAN RADIOLUSEN
(KURANG PADAT) MAKA PENCABUTAN AKAN LEBIH MUDAH
2. BILA TULANG SEKITAR GIGI MENUNJUKAN GAMBARAN
RADIOOPAK DENGAN ADANYA OSTEITIS ATAU SKLEROSIS,
MAKA KEMUNGKINAN PENCABUTAN GIGI AKAN LEBIH SULIT
3. TULANG SEKITAR JUGA HARUS DITELITI UNTUK MELIHAT
KELAINAN2 PATOLOGI
4. GIGI YANG NONVITAL, KEMUNGKINAN MEMILIKI
RADIOLUSEN DIDAERAH PERIAPIKALNYA DENGAN MEMBERI
GAMBARAN GRANULOMA ATAU KISTA
5. BILA ADA GAMBARAN SEPERTI DIATAS, MAKA KELAINAN TSB
PERLU DIANGKAT
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH
Oleh :
Dr. Jeffrey, drg., Sp.KGA
jeffrey_dent2000@yahoo.com
She's smiling because she's happy!
She is safe from early childhood caries.
 Memiliki pengetahuan tentang morfologi gigi
 Aplikasi penggunaan tang ekstraksi yang
dikaitkan dengan morfologi gigi: bentuk gigi,
jumlah akar  berkaitan dengan jenis tang
 Penggunaan tang ekstraksi: untuk RA/RB
 Penggunaan elevator
 Posisi operator dan pasien
 Diperlukan sikap kooperatif pasien
 Periksa nama pasien
 Posisikan pasien dalam posisi terlentang di
atas dental unit
 Periksa gigi yang akan diekstraksi
 Lakukan anestesi (dengan/tanpa sedasi)
 Lakukan ekstraksi
 Berikan instruksi setelah pencabutan
 Ukuran: lebih kecil dari berbagai dimensi
 Bentuk: mahkota lebih bulbous, akar lebih
mengembang, dan furkasinya lebih ke arah
servikal dibandingkan gigi permanen
 Fisiologi: akar mengalami resorpsi secara
alami, bila terjadi pada gigi permanen maka
hal ini menunjukkan terjadinya suatu
patologis
 Suport: tulang alveolar lebih elastik
 Persistensi gigi sulung
 Gigi sulung dengan tingkat mobility yang
parah
 Karies yang luas sekali  Gigi yang tidak
dapat direstorasi
 Gigi sulung yang terangkat secara alami
 Gigi dengan keterlibatan furkasi yang parah
 Gigi dengan kelainan periodontal yang parah
(periodontitis  resorpsi tl alveolar  gigi
mobility)
 Resorpsi internal gigi yang parah
 Perforasi dasar kamar pulpa
 Keperluan perawatan ortodontik
 Gigi dengan infeksi yang serius
 Gigi yang terletak pada garis fraktur rahang
 Gigi fraktur yang kompleks dan tidak dapat
direstorasi: gigi dengan fraktur vertikal,
fraktur akar gigi sulung
 Apabila mahkota gigi permanen sudah
menekan akar gigi sulung.
 Gigi yang mengalami trauma
 Gigi yang dikaitkan dengan keadaan patologi:
◦ Abses
◦ Infeksi
◦ Kista
◦ Tumor

Kondisi ini harus diekstraksi untuk menghindari


terjadinya kerusakan/gangguan pada
perkembangan benih gigi permanen.
Misal : gigi M1 sulung yang terinfeksi
 Anak yang sulit mendapatkan perawatan
endodontik seperti pulpektomi, sehingga
ekstraksi lebih dipilih
 Gigi dengan anomali perkembangan
 Kondisi crowding yang parah pada periode
mix denttion  serial ekstraksi
 Penderita kelainan darah dan koagulasi,
contoh :
◦ leukemia : trombosit rendah  perdarahan post
operatif + infeksi
◦ Apabila gigi sangat rusak : lakukan perawatan
endodontic untuk meminimalkan resiko
 Waktu erupsi gigi permanen tidak diketahui /
belum waktunya
 Kondisi dimana harus mempertahankan
lengkung rahang
 Hipodonsia dikaitkan dengan sindroma
tertentu, contoh: ectodermal displasia
 Kehilangan ruang kosong yang pada akhirnya
akan meningkatkan maloklusi
 Menurunkan fungsi pengunyahan
 Gangguan perkembangn bicara
 Gangguan psikologis
 Trauma saat anestesi dan bedah
Apabila ekstraksi gigi sulung terpaksa
dilakukan sebelum waktu erupsi gigi
permanen maka diperlukan pemasangan
space maintainer/space regainer
Tujuan space management: mencegah
driftingnya gigi ke daerah yang tidak bergigi
Gigi Erupsi
I1 RA 7-8 tahun
I2 RA 8-9 tahun
C RA 11-12 tahun
P1 RA 10-11 tahun
P2 RA 10-12 tahun
M1 RA 6 tahun
M2 RA 12-13 tahun
M3 RA 17-21 tahun
Gigi Erupsi
I1 RB 6-7 tahun
I2 RB 7-8 tahun
C RB 9-10 tahun
P1 RB 10-12 tahun
P2 RB 11-12 tahun
M1 RB 6-7 tahun
M2 RB 11-13 tahun
M3 RB 17-21 tahun
TEKNIK EKSTRAKSI
DENGAN PENYULIT
Florence Meliawaty
INDIKASI

• Morfologi akar yang tidak biasa


• Ujung akar gigi hipersementosis
• Gigi dengan akar dilaserasi
• Akar gigi ankylosis
• Impaksi
KONTRA INDIKASI

• Ujung akar fraktur, pulpa vital, lokasi dalam


Resiko masuk sinus maksilaris, melukai
nervus alveolaris inferior, mental atau
lingual
• prosessus alveolar yang besar
1. Buat flap
2. Menghilangkan tulang
3. Ekstraksi gigi atau akar dengan elevator
4. Perawatan post operasi luka dengan
penjahitan
MENGATASI KOMPLIKASI
YANG SERING TERJADI PADA
PENCABUTAN GIGI
Pendahuluan
INDIKASI KONTRA INDIKASI

PENCABUTAN GIGI

PENCEGAHAN

KOMPLIKASI PERAWATAN
Persiapan pencegahan/
meminimalkan komplikasi
§ Penilaian preoperatif yang cermat
Anamnesa
Pemeriksaan klinis : gigi,
jar. pendukung, jar sekitar
Pemeriksaan radiografis
* Rencana perawatan
Konsul ?
KOMPLIKASI
§ SAAT PROSEDUR PENCABUTAN :
ú Fraktur dentoalveolar
ú Pendarahan
ú OAC
§ SETELAH PENCABUTAN
ú Odem
ú Trismus
ú Hematom
ú Parestesi
ú Nervus paralisis
ú Dry socket
FRAKTUR DENTOALVEOLAR/
TUBEROSITAS
- tekanan alat kurang terkontrol
- karies luas
- perawatan endodontik
- akar divergen, bengkok
- ankilosis
- malposisi gigi
- dasar sinus tipis
Perawatan
Fraktur alveolar
• Penghalusan tulang alveolar
• Reposisi tulang alveolar/ tuberositas
PERDARAHAN
• Pencabutan gigi/ prosedur bedah mengancam
mekanisme hemostatik tubuh karena :

• rongga mulut/ rahang kaya vaskularisasi


• meninggalkan luka terbuka
• sulit menempatkan bahan penutup luka
• pasien cenderung memainkan daerah luka
Insidensi Pendarahan Post
ekstraksi
• Komplikasi ekstraksi 7% - 10%
• 4,3% komplikasi ekstraksi di mandibula
• 1,2% komplikasi ekstraksi di maksila

• 25% kasus perdarahanà riwayat


pribadi atau keluarga
Perdarahan pasca ekstraksi :
• Penyebab sistemik
• Ganguan bekuan darah , hemofilia, leukemia, sirosis hepatis,
sedang terapi antikoagulan
• Penyebab lokal :
• Terbukanya kanalis mandibularis
• Terkoyaknya gingiva , mukosa bukal, dasar mulut
• Jaringan granulasi
• Pencabutan saat infeksi akut
• Tulang alveolar tajam
• Mempermainkan luka
• infeksi
Menanggulangi perdarahan

• Pembersihan luka
• Identifikasi sumber perdarahan
• Jaringan granulasi dikuret
• Tulang alveolar tajam dihaluskan
• Penekanan kuat/ gigit tampon/ kain kasa 20-30 menit
• Jika tdk berhenti, aplikasi spone gelatin (spongostan),
surgicel, kolagen granule, fibrin foam, bone wax
• Gigit tampon 30 menit, bila perlu dijahit
• Intruksi ke pasien
Penanganan karena peny sistemik

• Penanganan lokal & konsul ke RS


DRY SOCKET ?
DRY SOCKET/
ALVEOLITIS
§ Hari ke 3-4 pasca ekstraksi
§ Sakit hebat, menyebar seluruh gigi, ke
telinga
§ Tulang alveolar terbuka/tertutup
sebagian bekuan darah
§ Socket tertutup kotoran
§ Gingiva meradang
§ HALITOSIS
ETIOLOGI DRY SOCKET
• TRAUMA/ EKTRAKSI PENYULIT
• OBAT SISTEM FIBRINOLITIK
• PEROKOK/ PENGHAMBAT/ POLUTAN/ EFEK
PENYEDOTAN
• VASOKONSTRIKTOR ANASTESI
PERAWATAN
§ Pembersihan socket dg Normalsalin
§ Aplikasi Iodoform gauze
§ PASTA YG MENGANDUNG, ZOE, ANASTESI &
ANTIBIOTIK (METRONIDAZOL)
§ Antiseptik dresing mengandung eugenol + topikal anastesi
§ Obat-obat ini diganti tiap hari, 3-5 hari
§ OBAT KUMUR CHLORHEKSIDIN 0,12 %
§ Obat antibiotik gol penisilin, clindamisin/ lincomisisn
Jika dry socket > 10 hari :

OSTEOMILITIS ?

§ Perlu intervensi bedah


ú Kuretase
ú Nekrotomi
ú Alveolektomi
ú Perlukaan baru
ú Menutup socket/ gingiva
TRISMUS

• ETIOLOGI :
• Trauma otot/pembuluh darah ruang
infratemporal
• Insersi jarum terlalu dalam
• Perdarahan hebat
• Cairan yg mengandung alkohol/
sterilisasi lain/iritasi
Terapi
• Kompres hangat 20 mt/ jam
• Analgesik/antiinflamsi
• Muscle relaxan
• Fisioterapi pembukaan/penutupan mulut
HEMATOMA ?
HEMATOMA
• Etiologi:
• Rupture pemburuh darah pada saat
insersi jarum
Perawatan :
v penekanan pada daerah perdarahan
v Kompres dingin
v pemberian analgesik/antiinflamsi/
muscle relaksan
OEDEM
§ ETIOLOGI :
ú Trauma
ú Alergy
ú Hemoragi
ú Infeksi
ú Injeksi/ iritasi cairan
EDEMA/ PEMBENGKAKAN

• 3 – 5 hari tidak hebat == normal


• > 5 hari hebat == abnormal ,
Penanganan :
Kompres dingin
Pembalut tekan
Obat anti inflamasi
Perawatan
• Analgetik/ antiinflamsi
• Antialergi
• corticosteroid
OROANTRAL COMMUNICATIONS
(OAC) / FISTULA ORO ANTRAL

§PENYEBAB :
ú Volume sinus luas
ú Akar gigi dekat sinus
ú Pencabutan gigi Molar
ú Pemakaian elevator tidak terkontrol
Menegakkan diagnosa OAC

• Tulang menempel pada ujung akar gigi


• Perasaan air masuk hidung saat kumur
• Nose-blowing test
• Dental Foto Rontgen
PERAWATAN

§ Ukuran < 2 mm
ú sembuh sendiri
ú pertahankan bekuan darah
ú instruksi tdk meniup udara keras,
ú tidak sering kumur
ú tidak ngisap rokok
PERAWATAN

• Ukuran 2-6 mm :
• Pertahankan bekuan darah
• Dibantu penjahitan 10-14 hari
• Ditutup periodontal pack
• Ditutup akrilik
• Pemberian obat
• antibiotik,
• mukolitik,
• dekongestan nasal spary
Perawatan

• Ukuran > 7 mm
• Penutupan dengan prosedur flap.
Penutupan OAC
perluasan flap
dari bukal
Penutupan OAC
dg flap dari palatal
Cedera Pembuluh Syaraf
• N alveolaris, N mentalis, N lingualis, N nasopalatinus, N fasialis
• Gejala :
• parestesi 2-6 bulan, >6 bl bisa permanen
• bell palsy sementara
• Pencegahan :
• Hindari manipulasi berlebihan di daerah lingual posterior
Perawatan : hindari infeksi dgn antibiotik,
antiinflamasi, roboransia, neurotropik
KESIMPULAN
• Komplikasi pencabutan gigi dapat membahayakan pasien
jika tdk segera ditangani

• Pencegahan/meminimalisir komplikasi lebih penting,


dengan cara anamnesa & pemeriksaan klinis cermat,
pemeriksan radiografi, alat yang memadai, peningkatan
pengetahuan & keterampilan drg
Prinsip Tata Laksana Bedah Mulut
pada Pasien Kompromi Medis

Tichvy Tammama, drg., Sp.BM.


Blok 19 (Bedah Mulut dan Maksilofasial 1)
FKG Unjani
Pendahuluan
• Tindakan bedah mulut umumnya relatif aman dilakukan pada pasien-pasien sehat.
• Namun, stres fisiologis akibat prosedur bedah dan teknik anestesi dapat
menyebabkan morbiditas yang serius dan mortalitas.
• Terutama pada pasien dengan berbagai dekompensasi organ akibat penyakit atau
kondisi komorbid.
• Sehingga, pasien dengan kondisi medis tertentu kadang perlu modifikasi dalam
perawatan bedah mulut.

Tujuan mata kuliah: membahas situasi kompromi medis umum


yang dapat mempengaruhi keberhasilan tindakan bedah mulut.
Kondisi-kondisi Kompromi Medis

1 2 3 4

Kardiovaskular Paru-paru Ginjal Hepar


• Penyakit jantung • Asma • Gagal ginjal
iskemik • Penyakit paru • Transplantasi ginjal/
• Stroke obstruktif kronis lainnya
• Distritmia (PPOK) • Hipertensi
• Endokarditis infektif
• Gagal jantung
kongestif
(hipertropik
kardiomiopati)
Kondisi-kondisi Kompromi Medis

5 6 7 8

Gangguan endokrin Hematologi Neurologi Kehamilan


• Diabetes mellitus • Koagulopati • Kejang • Hamil
• Insufisiensi adrenal herediter • Alkoholisme • Post partus
• Hipertiroidisme • Terapi antikoagulan
• Hipotiroidisme
NEXT

GANGGUAN KARDIOVASKULAR

• Ischemic Heart Disease (IHD) :


• Angina Pectoris

PADA PASIEN DENGAN KOMPROMI MEDIS


• Disritmia
• Congestive Heart Failure (CHF)/ Kardiomiopati hipertropik

EKSTRAKSI GIGI
ISCHEMIC HEART DISEASE

Ketidakseimbangan antara kebutuhan oksig


en pada miokardium dan kemampuan arteri
koroner untuk menyuplai darah yang memb
a. ANGINA PECTORIS awa oksigen (demand and supply).

PADA PASIEN DENGAN KOMPROMI MEDIS


Penyakit jantung yang disebabkan oleh
Pada angina, miokardium dapat menjadi
penyempitan atau spasme (atau keduany iskemi à sensasi ditekan berat/diremas
a) yang progresif pada satu atau lebih pada daerah substernum pasien yang meny
arteri koroner. ebar ke bahu kiri & lengan dan bahkan hingg
a daerah mandibula.
NEXT Pasien biasanya mengeluh sulit bernafas
secara adekuat.

EKSTRAKSI GIGI
Kebutuhan O 2 miokardium ↑ saat olahraga/cemas.
ISCHEMIC HEART DISEASE

MI biasanya terjadi apabila pada daerah


arteri koroner yang menyempit terdapat
bekuan yang memblokir seluruh atau
b. INFARK MIOKARDIU sebagian besar aliran darah.
M

PADA PASIEN DENGAN KOMPROMI MEDIS


NEXT

EKSTRAKSI GIGI
ISCHEMIC HEART DISEASE

Disritmia/aritmia yaitu gangguan pada


irama jantung, akibat terjadi gangguan
pada sistem kelistrikan jantung yang
DISRITMIA mengatur denyut jantung

PADA PASIEN DENGAN KOMPROMI MEDIS


Denyut jantung dapat menjadi lebih
lambat, lebih cepat, atau tidak
beraturan. Pada pasien ini, perlu
dilakukan pemeriksaan denyut nadi
dan auskultasi jantung.
NEXT

EKSTRAKSI GIGI
ISCHEMIC HEART DISEASE

CHF terjadi apabila miokardium rusak dan tidak


dapat mengantarkan cardiac output yang
dibutuhkan oleh tubuh. Gejala CHF :
c. CONGESTIVE HEART • Orthopnea
• Paroxysmal nocturnal
FAILURE (CHF)

PADA PASIEN DENGAN KOMPROMI MEDIS


• Dyspnea (pada gagal jantung kiri, pasien lebih
memilih posisi setengah duduk atau duduk)
/ KARDIOMIOPATI • Edema pergelangan kaki (pada gagal jantung
kanan)
HIPERTROPIK
NEXT Gejala lain: Penambahan berat badan dan
kesulitan bernafas saat olah raga.

EKSTRAKSI GIGI
NEXT

Penatalaksanaan Pasien dengan


Penyakit Jantung

PADA PASIEN DENGAN KOMPROMI MEDIS


Pasien dengan penyakit ja Apabila pasien mengonsumi a Pasien sebaiknya ditanga Membatasi penggun
ntung sebaiknya dikonsulk ntikoagulan, disarankan untuk ni dengan protokol redu aan epinefrin maksi
an terlebih dahulu ke dokt dihentikan 5-7 hari sebelum ti ksi-kecemasan dan tand mal 0.04 mg.
er yang merawatnya. ndakan, dapat dilanjutkan seh a vital dimonitor selama
ari setelah pembedahan. tindakan bedah.

EKSTRAKSI GIGI
NEXT

Anxiety
General

Protocol
Reduction

EKSTRAKSI GIGI
PADA PASIEN DENGAN KOMPROMI MEDIS
HIPERTENSI

PADA PASIEN DENGAN KOMPROMI MEDIS


Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan d
arah sistolik >140 mmHg, tekanan darah d
iastolik >90 mmHg, atau menggunakan ob
at antihipertensi.

NEXT

EKSTRAKSI GIGI
NEXT

Penatalaksanaan Pasien dengan


Hipertensi
Pasien hipertensi dapat dilakukan tindakan
bedah mulut apabila :

PADA PASIEN DENGAN KOMPROMI MEDIS


TD sistolik <140 mmHg
TD diastolik <90 mmHg.

Perawatan meliputi :

• Prosedur anti kecemasan

EKSTRAKSI GIGI
• Monitor tanda vital.
• Hati-hati dalam penggunaan anestesi lokal yang mengan
dung epinefrin
• Setelah bedah, pasien disarankan untuk memeriksakan
hipertensinya ke dokter umum atau spesialis penyakit d
alam.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang mung Kontrol Perdarahan :
kin terjadi apabila dila
• Haluskan tulang yang tajam
kukan tindakan pencab • Kuretase jaringan granulasi pada soket
utan gigi pada pasien • Apabila terdapat perdarahan arteri, dikontrol dengan tekanan langsung pada luka atau di
hipertensi dan penggu jepit dengan klem dan dijahit dengan benang nonresorbable
na antikoagulan yaitu r • Menempatkan spons gelatin resorbable pada soket, ditahan dengan jahitan figure of eig

PADA PASIEN DENGAN KOMPROMI MEDIS


ht di atas soket.
esiko terjadinya perdar
• Menutup soket yang berdarah dengan tampon kasa lembap, dilipat hingga dapat dimasu
ahan pasca bedah. kkan ke atas soket, kemudian digigitkan selama minimal 30 menit.
• Infiltrasi lokal dengan anestesi yang mengandung adrenalin.
• Pasien jangan dipulangkan hingga tercapai hemostasis (cek perdarahan soket 30 menitse
telah ekstraksi)
• Instruksi ke pasien mengenai tindakan yang dapat mencegah bekuan darah terlepas kem

EKSTRAKSI GIGI
bali.
• Konsultasi ke hematologis.
Pencegahan Perdarahan
01 Gali riwayat perdarahan pasien

02 Gunakan teknik bedah atraumatik

03 Lakukan tindakan hemostasis yang baik saat


pembedahan

04 Berikan instruksi pada pasien mengenai


perawatan luka ekstraksi dengan baik.
Tipe:

• Diabetes tipe I (insulin-dependent) à dimulai sela


DIABETES MELLITUS ma anak-anak / remaja
• Diabetes tipe II (non-insulin-dependent) à usia de

PADA PASIEN DENGAN KOMPROMI MEDIS


Kondisi kronis akibat kurangnya produks
wasa, diperburuk dengan obesitas
i insulin, sehingga tidak mampu menggu
nakan glukosa secara tepat, menyebabka Pasien dengan diabetes tidak terkontrol biasanya kes
n tingginya angka glukosa di dalam dara ulitan dalam melawan infeksi, akibat perubahan fung
h. si leukosit atau faktor-faktor lain yang memengaruhi
NEXT kemampuan tubuh mengontrol suatu infeksi.

EKSTRAKSI GIGI
TRIAS GEJALA DM

PADA PASIEN DENGAN KOMPROMI MEDIS


POLIURIA POLIDIPSIA POLIFAGIA

Banyak buang air kecil, akib Haus berlebih Banyak makan


at efek osmotik glukosa yan
g terlarut

EKSTRAKSI GIGI
KADAR GULA DARAH

BIOTIN BENEFITS | AMC


NEXT

Penatalaksanaan Pasien dengan


Diabetes Mellitus
Tindakan bedah mulut à kondisi gula darah terkontrol : <200 mg/dl

PADA PASIEN DENGAN KOMPROMI MEDIS


Menggunakan prosedur y Tindakan bedah Pemberian Tanda vital pasien di Jika pasien kemungk
ang dapat mengurangi ras mulut sebaiknya antibiotik monitor; jika terjadi inan akan sulit maka
a cemas dilakukan pada tanda-tanda hipoglik n beberapa saat set
pagi hari emia (hipotensi, lapa elah pembedahan, t
saat stress, simpanan gluk r, mengantuk, mual, unda pemberian ins
osa & protein dari hati ak diaforesis, takikardi, ulin sampai asupan
an menuju aliran darah ag perubahan mood), b kalori normal kemba
ar diolah menjadi energi. eri glukosa oral li
Akhirnya, gula darah dala

EKSTRAKSI GIGI
m darah akan meningkat
Macam-macam Kondisi Sistemik Lain

• Stroke
• Kelainan katup jantung
• Asma
• Penyakit Paru Obstruktif kronis (PPOK)
• Gagal ginjal
• Transplantasi ginjal dan transplantasi organ
• Gangguan hepar
• Insufiensi adrenal
• Hipertiroid
• Hipotiroid
• Koagulopati herediter
• Gangguan kejang (seizure)
• Alkoholisme
KONDISI SISTEMIK LAIN
NEXT

• Stroke yaitu kerusakan pada otak akibat terganggunya suplai darah ke otak
• Perlu dicari kemungkinan adanya hipertensi, DM, dislipidemia.
• Pasien biasanya diresepkan antikoagulan (aspilet), dan obat-obatan untuk
Stroke menurunkan tekanan darah.
• Apabila pasien stroke memerlukan tindakan pembedahan, sebaiknya dilak

PADA PASIEN DENGAN KOMPROMI MEDIS


ukan konsultasi terlebih dahulu kepada dokter yang merawatnya, dan men
unda tindakan hingga tendensi hipertensinya terkontrol.
• Permukaan endokardium dapat menjadi lebih mudah terinfeksi dan memu
ngkinkan bakteri patologis melekat dan bermultiplikasi, sehingga menjadi
Kelainan Katup endokarditis infektif (IE).

EKSTRAKSI GIGI
Jantung • Pasien dengan kelainan katup jantung yang akan menjalani prosedur beda
h mulut sebaiknya diberikan antibiotik profilaksis terlebih dahulu: Amoxicil
lin PO 2 gr 1 jam preop, atau Clindamycin PO 600 mg 1 jam preop.
KONDISI SISTEMIK LAIN
NEXT

• Relatif tinggi frekuensi alergi terhadap AINS.


Asma • Apabila akan melakukan tindakan bedah mulut, pastikan pasien tidak dalam
serangan.

PADA PASIEN DENGAN KOMPROMI MEDIS


• Disebabkan oleh paparan iritan jangka lama pada paru-paru seperti merokok
tembakau, yang menyebabkan metaplasia jaringan saluran nafas paru.
• Pasien dengan PPOK parah biasanya diberi kortikosteroid.
PPOK
• Tindakan bedah mulut dapat dilakukan apabila fungsi paru-paru sudah membaik

EKSTRAKSI GIGI
Hindari penempatan pasien dalam posisi supine, dan monitor respirasi & denyut
nadi.
• Pasien sebaiknya dijadwalkan siang hari agar sekresi lebih bersih.
KONDISI SISTEMIK LAIN
NEXT

• Pasien dengan gagal ginjal kronis memerlukan dialisis ginjal rutin.


• Tindakan bedah mulut elektif sebaiknya dilakukan satu hari setelah dilakukan
perawatan hemodialisis, agar heparin yang digunakan saat dialisis telah hilang
dan pasien berada pada status fisiologis terbaik dalam hal volume intravaskular
Gagal Ginjal
dan produk samping metabolik.
• Hindari pemberian obat-obatan yang bergantung pada metabolisme atau

PADA PASIEN DENGAN KOMPROMI MEDIS


ekskresi di ginjal untuk mencegah toksisitas sistemik, juga obat-obatan yang
relatif nefrotoksik seperti AINS.

• Pasien biasanya menerima terapi kortikosteroid atau imunosupresif lainnya


Transplantasi pada periode perioperatif.

EKSTRAKSI GIGI
Ginjal Seringkali memiliki masalah hipertensi berat.
• Periksa tanda vital sebelum dilakukan tindakan bedah mulut pada pasien.
KONDISI SISTEMIK LAIN
NEXT

• Pasien dengan kerusakan liver parah penting untuk menghindari obat-obatan


yang dimetabolisme di hepar.
• Biasanya pasien mengalami defisiensi faktor-faktor pembekuan darah.
Gangguan Hepar • Pasien dengan penyakit liver dengan penyebab yang tidak diketahui sebaiknya d
ianggap membawa virus hepatitis.
• Perlu diperhatikan terjadinya perdarahan dan transmisi penyakit terhadap oper

PADA PASIEN DENGAN KOMPROMI MEDIS


ator.
• Pada pasien dengan gangguan pembekuan, anestesi lokal sebaiknya diberikan
melalui infiltrasi lokal dibandingkan blok untuk mengurangi perdarahan post
Koagulopati injeksi yang panjang dan pembentukan hematom.
Herediter • Dapat dipertimbangkan penggunaan zat-zat yang mendorong koagulasi pada

EKSTRAKSI GIGI
luka oral, dan pasien diinstruksikan untuk menghindari hal-hal yang dapat
melepas bekuan darah yang telah terbentuk.
KONDISI SISTEMIK LAIN
NEXT

• Jika gangguan kejang terkontrol dengan baik, dapat dilakukan perawatan bedah
Gangguan mulut standar (tetap menggunakan protokol yang mengurangi cemas).
Kejang (seizure) • Jika kejang tidak dapat terkontrol dengan baik, perawatan sebaiknya
menggunakan sedasi di rumah sakit.

PADA PASIEN DENGAN KOMPROMI MEDIS


• Penyebab utama : penggunaan kronis terapi kortikosteroid.
• Seringkali, pasien mengalami moon facies, buffalo humps, serta kulit tipis dan
translusen.
• Saat stres fisiologis, pasien tidak mampu meningkatkan kadar kortikosteroid
Insufiensi endogen sehingga menjadi hipotensif, sinkop, mual, dan demam selama tindakan

EKSTRAKSI GIGI
Adrenal bedah yang kompleks dan lama.
• Disarankan konsultasi terlebih dahulu ke dokter yang merawatnya mengenai
perlunya steroid tambahan.
• Prosedur minor hanya memerlukan protokol yang mengurangi rasa cemas, dan
monitor tanda vital.
KONDISI SISTEMIK LAIN
NEXT

• Masalah kelenjar tiroid yang paling signifikan dalam tindakan bedah mulut yaitu
tirotoksikosis.
• Gejala awal krisis tirotoksik : gelisah, mual, dan kram abdomen, dan gejala
selanjutnya yaitu demam tinggi, diaforesis (berkeringat), takikardi, dan akhirnya
dekompensasi jantung. Pasien mengalami pingsan dan hipotensif, dan jika tidak
ditangani dapat mengalami kematian.
Hipertiroid
• Kelenjar tiroid sebaiknya tidak dipalpasi karena dapat memicu krisis.

PADA PASIEN DENGAN KOMPROMI MEDIS


• Tindakan dilakukan saat pasien dalam keadaan terkontrol dengan baik, untuk
menghindari terjadinya krisis hipertiroid.
• Hindari pemberian cairan yang mengandung epinefrin (mis: pehacain) jika
perawatan hipertiroidnya belum tuntas..

EKSTRAKSI GIGI
• Gejala awal hipotiroid antara lain kelelahan, konstipasi, pertambahan berat badan,
suara serak, sakit kepala, arthralgia, gangguan menstruasi, edema, kulit kering,
Hipotiroid serta rambut dan kuku rapuh.
• Jika gejala hipotiroid ringan, tidak perlu modifikasi khusus dalam perawatan dental
.
KONDISI SISTEMIK LAIN
NEXT

• Masalah utama bagi penyalahgunaan etanol yang berhubungan dengan


perawatan dental: insufisiensi hepar, interaksi obat dengan etanol, fenomena
putus obat.
• Fenomena putus obat pada periode perioperatif terjadi jika mereka mengurangi
asupan etanol secara akut sebelum datang ke dokter gigi.

PADA PASIEN DENGAN KOMPROMI MEDIS


Alkoholisme
• Fenoma dapat ditandai dengan gelisah ringan, tremor, kejang, diaforesis,
(jarang: mengigau dengan halusinasi, sangat gelisah, dan kolaps sirkulasi).
• Pasien yang memerlukan tindakan bedah mulut sebaiknya ditangani di rumah
sakit.
• Lakukan pemeriksaan fungsi liver, profil pembekuan darah, dan konsultasi medis
sebelum dilakukan pembedahan.

EKSTRAKSI GIGI
Klasifikasi ASA
Dan hubungannya dengan tindakan bedah mulut
Status Fisik Fisik Pasien berdasarkan Klasifikasi ASA dan Hubungannya
dengan Tindakan Bedah Mulut

PADA PASIEN DENGAN KOMPROMI MEDIS


EKSTRAKSI GIGI
Tindakan bedah mulut dapat dilakukan pada pasien dengan ASA kelas I atau II
yang relatif sehat, jika di luar itu maka terdapat 4 pilihan:

1 2
Modifikasi perawatan rutin dengan Lakukan konsultasi medis sbg

PADA PASIEN DENGAN KOMPROMI MEDIS


protokol anxiety-reduction, teknik panduan dalam menyiapkan pasie
farmakologi anxiety-control, monitor n untuk dilakukan tindakan bedah
pasien dengan lebih hati-hati selama mulut
perawatan, atau kombinasi semuanya (misal: jangan berbaring
(biasanya dilakukan pada pasien sepenuhnya pada pasien dg CHF)
dengan ASA kelas II).

EKSTRAKSI GIGI
3 4
Menolak untuk melakukan tindakan Merujuk pasien ke spesialis bedah
bedah mulut pada pasien di tempat mulut dan maksilofasial.
praktek.
Daftar Pustaka
01 Hupp JR, Ellis e, Tucker MR. Contemporary Oral and
Maxillofacial Surgery. 7th ed. 2019. Missouri: Elsevier.

02 Sheps, SG. The Sixth Report of the Joint National


Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure. 1997. Nih Publication.

03 Fragiskos FD. Oral Surgery. Berlin: Springer. 2007:9


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai