Anda di halaman 1dari 107

KURIKULUM OPERASIONAL

SATUAN PENDIDIKAN FORMAL


SD NEGERI TANJUNGSARI I
TAHUN PELAJARAN 2023/2024

Disusun Oleh:
Tim Penyusun Kurikulum SD Negeri SD Negeri Tanjungsari I

Kp. Lampeni, Desa.Tanjungsari, Kec. Cikaum

Kab. Subang, Provinsi Jawa Barat

TAHUN 2023
1
LEMBAR PENGESAHAN

Berdasarkan hasil musyawarah Dewan Pendidikan Komite Sekolah,


Kepala Sekolah SPF SD Negeri Tanjungsari 1
Tahun Pelajaran 2023/2024

Ditetapkan di : Cikaum
Pada Tanggal : Juli 2023

Menyetujui Kepala Sekolah


Ketua Komite Sekolah

DAKIM KARTALIM, S.Pd.MM


NIP. 19640810 198803 1 007

Mengetahui,

Korwil Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Pengawas SD


Kecamatan Cikaum Kecamatan Cikaum

ENDIN MUHTADIN,SPd. ENDIN MUHTADIN,SPd.


NIP. 19650124 198603 1 008 NIP. 19650124 198603 1 008

Mengesahkan,
An. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Subang
Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar

SUYATNO,S.Pd,M.M
NIP. 19661008200003 1 002

2
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Potret pendidikan di masa sekarang dan mendatang yang merupakan Era Revolusi
Industri 4.0 harus disesuaikan dengan kebutuhan pada masa tersebut supaya siswa dapat
hidup dengan layak pada zamannya. Era Revolusi Industri 4.0 merupakan era
transformasi digital yang mengubah tatanan hidup manusia menjadi serba digital. Pada
era ini, penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan internet yang masif
(internet of things) menjadi penciri utama proses transformasi digital dari era-era
sebelumnya mulai dari Revolusi Industri. Revolusi yang terjadi terhadap dunia industri
membawa perubahan terhadap peradaban atau kebudayaan masyarakat (society).
Revolusi industri mengubah tatanan hidup masyarakat termasuk tatanan pendidikan. Oleh
karena itu, praktik pendidikan, termasuk pembelajaran harus beradaptasi dengan
kebutuhan siswa pada era revolusi industri yang sedang dialaminya.
Pembelajaran merupakan proses interaksi antarsiswa, siswa dengan guru, dan
siswa dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran yang relevan
dengan Era Revolusi Industri 4.0 sebagai era disrupsi memiliki beberapa ciri, di
antaranya: pembelajaran yang diarahkan oleh siswa sendiri (self-directed learning),
pembelajaran dengan multisumber belajar (multi-sources), pembelajaran sepanjang hayat
(life-long learning), pembelajaran berbasis TIK (ICT based learning), pembelajaran yang
adaptif (adaptive learning), dan pembelajaran yang dapat membangun cara pandang
(growth mindset).
Pesatnya perkembangan teknologi pada era transformasi digital menghadirkan
peluang dan tantangan dalam bidang pendidikan, terutama terkait fasilitasi tumbuh
kembang siswa. Proses pembelajaran pada era transformasi digital sebaiknya
dilaksanakan secara berkualitas melalui proses membangun sikap aktif-produktif
dibanding pasif- reseptif dan sikap kritis yang bertanggung jawab dibanding dengan sikap
kritis yang dogmatis-idealogis. Dengan demikian, proses pembelajaran akan berkualitas
jika difasilitasi oleh guru yang memiliki kecakapan literasi digital, literasi teknologi, dan
literasi manusia yang memadai sehingga mereka memiliki kemampuan dan kesadaran
untuk menggunakan TIK secara cerdas dan aman bagi siswa.
Profil pendidikan masa depan harus relevan dengan kebutuhan siswa di masa
mendatang sehingga siswa dapat hidup dengan layak pada masanya adalah sebagai
berikut

3
: pendidikan yang merdeka dan memerdekakan, pendidikan yang tidak intelektualistis
dan materialistis, pendidikan dengan multisumber, pendidikan sepanjang hayat,
pendidikan berbasis TIK, ppendidikan yang adaptif, dan pendidikan yang membangun
cara pandang. Dewantara (2004) menyatakan bahwa indikator tercapainya tujuan
pendidikan adalah jika setiap diri siswa berkembang sesuai dengan kodratnya masing-
masing (minat, bakat, dan potensi) yang hanya dapat diwujudkan jika setiap diri mampu
menguasai diri dan memiliki pandangan hidup. Setiap diri akan memiliki pandangan
hidup jika diberikan kelonggaran/ kemerdekaan. Dengan demikian, guru harus mampu
menguasai diri, memiliki pandangan hidup, empati, patuh/taat, toleran, dan terbuka untuk
mewujudkan pendidikan yang merdeka sebagai tujuan pendidikan nasional.
Profil guru dari perspektif ilmiah didasarkan pada teori dan hasil penelitian
tentang Tantangan Pendidikan Abad 21 serta relevansinya dengan perilaku atau karakter
yang harus dimiliki oleh guru Hasil kajian Organization of Economic Cooperation &
Development(OECD) melalui World Economic Forum (WEF) bahwa kecakapan yang
harus dimiliki oleh manusia pada abad ke-21 terdiri atas paling tidak 16 kecakapan yang
dikategorikan ke dalam tiga kategori besar, meliputi literasi dasar (fondational literacies),
kompetensi Abad ke-21 (competencies), kualitas karakter (character qualities). Kategori
kemampuan literasi dasar terdiri atas enam kecakapan literasi, yaitu literasi bahasa dan
sastra, numerik, sains, finansial, teknologi informasi dan komunikasi, serta budaya dan
kewarganegaraan. Kategori kompetensi Abad ke-21 terdiri atas empat kecakapan
(4C/4K), yaitu berpikir kritis dan pemecahan masalah, berpikir kreatif dan inovasi,
komunikasi, dan kolaborasi. Sementara itu, kategori kualitas karakter terdiri atas enam
kecakapan, yaitu rasa ingin tahu, inisiatif, pantang menyerah, adaptasi, kepemimpinan,
dan sosial budaya (World Economic Forum, 2015). Kecakapan Abad ke-21 tersebut
harus dikembangkan sejak dini pada diri peserta didik melalui pendidikan, supaya di usia
produktif mereka dapat hidup dengan layak di lingkungan masyarakat dunia. Dengan
demikian, guru harus literat, kompeten, dan berkarakter untuk mewujudkan generasi
mendatang yang juga literat, kompeten, dan berkarakter.
Keterampilan abad ke-21 yang disebut dengan 4C adalah guru harus melakukan
komunikasi dengan baik terhadap siswa secara terus menerus dalamberbagai keadaan.
Sososialisasi pada siswa diperlukan karena masa anak-anak adalah masa bermain.
Ketikasiswa bermain dengan teman sebayanya, siswa akan secara alami melakukan
interaksi sosial dengan temannya.Sering mengajak siswa berkomunikasi memberikan
dampak positif untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi anak. Hal ini akan

4
menstimulasi otak anak untuk mencontoh penggunaan kalimat yang baik.Selain itu
keterampilan abad ke-21 siswa dilatih untuk menjelaskan dan bertukar informasi dengan
temannya ketika proses pembelajaran berlangsung, belajar cara menyampaikan informasi
dengan benar, sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh temannya. Peran guru disini
adalah sebagai fasilitator. Keterampilan abad ke-21dapat menumbuhkan dan
meningkatkan kerjasama dalam suatu kelompok untuk menyelesaikan masalah tertentu,
meningkatkan rasa toleransinya terhadap perbedaan pendapat teman, berusaha untuk
berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan permasalahan tentang mengkaitkan sesuatu.
Hasil kajian tentang Kerangka Kompetensi Abad ke-21 yang lebih memfokuskan
proses pendidikan kepada kecakapan hidup dan karier (life &carier skills), kecakapan
belajar dan inovasi (learning skills & innovation), dan kecakapan media dan TIK
(media& TIK skills). Dengan demikian, proses pembelajaran akan efektif sesuai dengan
kerangka tersebut jika guru profesional dalam bekerja, pebelajar sepanjang hayat,
inovatif, dan adaptif terhadap kemajuan zaman. Kerangka kerja studi internasional
Program Internasional Student Assement(PISA) Tahun 2022 yang lebih memfokuskan
kajian penilaian internasional terhadap ketahanan, keberanian, kolaborasi, berpikir kritis,
komunikasi, kreativitas, rasa ingin tahu, dan kemampuan metakognisi siswa menuntut
guru harus memiliki ketahanan belajar, kolaboratif, kritis, komunikatif, kreatif, memiliki
rasa ingin tahu, dan reflektif.Berdasarkan kajian tentang profil pendidikan masa depan
dan tinjauan secara filosofis, yuridis, historis, dan ilmiah tentang guru dan pendidikan di
atas, profil guru Indonesia masa depan merupakan profil guru Pancasila yang tentunya
sangat relevan dengan profil pendidikan dan profil siswa Indonesia pada masa
mendatang.
Siswa SD ke depan diharapkan merupakan siswa yang relevan dengan falsafah
hidup bangsa, yakni Pancasila yang dirumuskan ke dalam Profil Pelajar Pancasila,
meliputi beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia,
mandiri, bernalar kritis, kreatif, gotong royong, dan berkebhinekaan global. Profil Pelajar
Pancasila adalah karakter dan kemampuan yang di tuangkan dalam keseharian dan di
hdupkan dalam diri setiap individu pesrta didik melalui budaya sekolah, pembelajaran
intakulikuler, projek menguatan profil pelajar pancasila, maupun ekstrakulikuler. Pelajar
Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang
memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Nilai
karakter yang ada dalam setiap sila sila Pancasila mulai dari adanya nilai religius, peduli
sosial, kemandirian, patriotisme atau rela berkorban untuk bangsa dan negara,

5
kebersamaan serta demokratis dan keadilan. Hasil kajian nasional tentang Profil Pelajar
Pancasila bahwa lulusan setiap

6
jenjang pendidikan harus memiliki karakter beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, gotong royong, dan
berkebinekaan global. Untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila di atas, guru sebagai
teladan juga harus beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak
mulia, mandiri, kritis, kreatif, kolaboratif, dan berkebinekaan global.

B. LANDASAN

KURIKULUM (1).

Landasan Filosifis

Hakekat pendidikan seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara adalah


memanusiakan manusia, dimana pendidikan yang dilaksanakan harus tetap bermuara
pada bagaimana menciptakan proses pembelajaran sebagai bagian dari pendidikan yang
berdampak pada murid. Pemikiran bahwa pendidik harus senantiasa menghamba pada
murid merupakan pandangan beliau yang telah dikumandangkan sejak sebelum Indonesia
merdeka. Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah tuntutan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Pemikiran ini membawa kita pada pemahaman bahwa siswa pada kelas kita kelak adalah
merupakan cikal bakal pembentuk masyarakat dengan segenap peradaban dan
kebudayaannya. Maka pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah unsur pembentuk
kebudayaan itu sendiri.

Murid yang merdeka, memerlukan sosok guru yang mampu memahami


kemerdekaan murid, maka guru pun harus diberi keleluasaan dalam menentukan cara
terbaik agar murid menemukan cara belajarnya. Murid yang mampu menemukan cara
belajanya sendiri akan merasakan kenyamananan, keselamatan dan berbahagia. Demikan
halnya guru, juga harus mampu menemukan cara mengajar yang merdeka sehingga
nyaman, aman dan selamat, serta senantiasa berbahagia ketika mengajar muridnya. Hal
inilah landasan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang tetap relevan untuk diterapkan
bahkan melampaui jamannya. Atas pemikiran itu maka lahir konsep Merdeka Mengajar.

Keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya merupakan fokus perhatian

7
Ki Hajar Dewantara yang mengisaratkan bahwa proses pembelajaran harus dapat
diwujudkan dengan mengedepankan kodrat anak atau murid. Kodrat yang menurut beliau

8
adalah kodrat alam dan kodrat zamannya. Kodrat alam merupakan kondisi siswa yang
pada hakekatnya merupakan seorang anak manusia yang terlahir secara alami sebagai
mahkluk yang disebut sebagai manusia, yang memiliki ciri dan karakteristik yang khas,
yang tidak dapat disamakan satu dengan yang lainnya. Sedangkan kodrat zaman
merupakan sebuah kondisi dimana anak yang terlahir tersebut sangat tergantung dari
kapan anak tersebut dilahirkan, sehingga tentu memiliki karakteristik lingkungan yang
berbeda berdasarkan zamannya. Secara kodrati kedua kondisi tersebut memiliki
kebutuhan berbeda dalam belajarnya, baik dari sisi kekahasan alamiah dan kekhasan
zaman ketika mereka dilahirkan.

Proses pendidikan yang terjadi pada anak atau murid jika dilihat dari kodrat
tersebut, maka membutuhkan penanganan yang khas antar satu dengan yang lainnya.
Mereka akan berkembang secara alami sesuai dengan kodrat alamnya, ibarat benih padi
yang ditanam, tidak mungkin akan menjadi jagung. Maka peran guru dalam hal ini adalah
bagaiman mengupayakan agar benih kekhasan alamiah siswa dapat berkembang sesuai
dengan jenis benih benih murid tersebut. Benih padi tersebut akan berkembang baik jika
dipupuk, diberi air, disiangi dari tanaman pengganggu. Padi sangat membutuhkan
kenyamanan dan keselamatan. Demikian halnya anak atau murid sangat memerlukan
kondisi yang aman, damai, bahagia, dan sejahtera untuk dapat berkembang optimal sesuai
kodrat yaitu bakat dan potensinya. Maka hanya kemerdekaan belajar yang akan sanggup
mewujudkan hal itu.

Dewantara (2004) menyatakan bahwa guru harus memiliki kewibawaan


pendidikan (gezag-pedagogiek) agar setiap ucapan yang disampaikan oleh guru akan
selalu diikuti oleh setiap siswa. Artinya, guru merupakan sosok berwibawa yang akan
selalu digugu dan ditiru oleh setiap siswa.

Dewantara (2004) menyatakan bahwa semboyan pendidikan kita adalah Tutwuri


Handayani. Tutwuri/ngemongdalam sudut pandang siswa bermakna bebas/merdeka,
sedangkan dalam sudut pandang guru bermakna memberikan
kelonggaran/kebebasan/kemerdekaan, tetapi tidak nguja (membiarkan begitu saja), tetapi
tetap berdekatan dan mengamati siswa. Dengan demikian, guru harus memiliki sikap
terbuka, toleran, empati, sabar, dan welas asih supaya siswa dapat melaksanakan proses
pembelajaran dengan merdeka dan aman. Sementara itu, Handayani/momongdalam sudut
pandang siswa bermakna ketundukan, sedangkan dalam sudut pandang guru bermakna

9
mencampuri urusan siswa (membimbing, mengarahkan, dan lain-lain) hanya pada saat

10
siswa berada pada jalan yang membahayakannya. Dengan demikian, guru harus memiliki
rasa empati, welas asih, dan sabar supaya siswa aman dalam belajar dan terbebas dari
segala bahaya, baik fisik maupun mental.

Dewantara (2004) menyatakan bahwa kodrat setiap anak dapat dikenali dan
dipahami oleh guru yang memiliki kebersihan budi (wijsheid) yang terdapat dalam
tajamnya angan, halusnya rasa, dan kuatnya kemauan (trisaksi jiwa) untuk selalu
berdekatan dengan sang anak dan berhamba kepada mereka. Dengan demikian, guru
diharapkan memiliki sikap empati, bersih budi, tajam angan, halus rasa, dan kuat
kemauan dalam melaksanakan proses pendidikan sesuai dengan kodrat setiap siswa.
Dewantara (2004) menyatakan bahwa setiap diri siswa yang berkembang sesuai dengan
kodratnya merupakan kemenangan (nang) yang dapat terwujud jika guru dan siswa
memiliki kehanungan/kekuatan jiwa (nung) yang terbangun melalui kesucian jiwa dan
pikiran (ning). Kesucian jiwa dapat dihasilkan oleh proses diam (neng), tidak banyak
bicara, dan tidak banyak tingkah selama proses pendidikan. Dengan demikian, guru harus
memiliki kekuatan jiwa dan kesucian pikiran dalam mendidik agar pendidikan yang
merdeka sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dapat diwujudkan.

(2). Landasan Teoritis

Upaya pemerataan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan intervensi kebijakan


untuk memberdayakan satuan pendidikan agar melakukan transformasi diri sehingga
mampu meningkatkan kualitas pembelajaran secara internal dan berperan aktif sebagai
katalisator perubahan positif bagi sekolah lainnya. Intervensi kebijakan tersebut perlu
dilandasi oleh sebuah teori perubahan yang dapat memberikan gambaran tentang tahapan
dampak perubahan peningkatan mutu pendidikan yang diinginkan. Berikut ini akan
dijelaskan perihal pendekatan teori perubahan (Theory of Change) dan skema replikasi
program (scale out, scale up, dan scale deep) yang dapat menjadi acuan bagi intervensi
kebijakan transformasi sekolah.
Teori of Change (Transformasi Pendidikan); ToC dimulai dengan mengidentifikasi
kondisi awal, yaitu masalah yang hendak ditangani oleh sebuah intervensi, penyebab,
serta konsekuensi dari masalah ini. Kedua, menetapkan strategi, yaitu intervensi yang
akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada. Bentuk intervensi ini sangat
ditentukan dengan telaah kondisi awal yang telah dilakukan, utamanya terkait dengan
sumber daya yang dapat diakses maupun dibutuhkan, tetapi belum dapat diakses.

11
Semakin banyak

12
sumber daya yang dapat diakses akan semakin banyak pula pilihan intervensi yang dapat
dilakukan. Ketiga, menetapkan dampak awal, yaitu sejumlah barang atau jasa yang
dihasilkan dari intervensi yang telah dilakukan (Rogers, 2008). Dampak awal dalam
kerangka ToC ini juga dapat berupa perubahan sikap, nilai-nilai (values), pengetahuan,
dan keterampilan partisipan setelah mendapatkan sejumlah intervensi. Berikutnya
dampak perantara, yaitu manfaat diterima akibat perubahan yang terjadisebagaimana
tampak pada dampak awal. Terakhir, dampak akhir yaitu perubahan atau kondisi akhir
yang diharapkan terjadi pada sebuah organisasi, komunitas, maupun sistem.
Transformasi Pendidikan; Perubahan-perubahan untuk Menunjang Proses Belajar
Manusia Sepanjang Hayat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
transformasi merupakan perubahan rupa dalam wujud bentuk, sifat, fungsi, dan
sebagainya. Sedangkan definisi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yaitu sebagai
proses belajar manusia seutuhnya dengan mempelajari dan mengembangkan kehidupan
sepanjang hidup. Berdasarkan kedua pemahaman tersebut, transformasi pendidikan dapat
diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dilakukan manusia dalam mempelajari dan
mengembangkan kehidupan selama waktu hidupnya.
Pendidikan yang didefinisikan sebagai proses belajar sepanjang hayat tentu akan
mengalami berbagai pergeseran zaman; yang dahulu mengetik menggunakan mesin tik
tetapi sekarang tersedia komputer atau laptop, juga zaman ketika materi belajar hanya
terpaku pada buku teks dan sekarang bahkan dapat mengakses jurnal internasional.
Perkembangan zaman yang terjadi, mau tidak mau, memaksa manusia menjadi makhluk
adaptif mengikuti derasnya arus perubahan.
Teori Replikasi Transformasi (Scalling Out, Scalling Up, dan Scalling
Deep)/Pengembangan Komunitas Belajar; Salah satu kunci dalam keberhasilan
program transformasi sekolah adalah strategi dalam replikasi program. Dalam konteks
program ini, replikasi dipahami dalam tiga pengertian, yaitu pengimbasan program (scale
out), pelembagaan program di tingkat daerah maupun pusat (scale up), dan pembudayaan
program (scale deep). Riddell dan Moore (2015) menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan scaling out adalah cara menyebarkan sebuah inovasi pada penerima manfaat
lainnya. Dalam konteks ini, sekolah diharapkan dapat mengimbaskan praktik baik yang
mereka lakukan kepada sekolah-sekolah di sekitarnya.
Selanjutya, scaling up ditandai dengan adanya perubahan pada institusi, kebijakan,
dan hukum yang menunjukkan komitmen yang lebih kuat dari dalam organisasi untuk
mengubah aturan main yang sudah ada. Pemerintah daerah dan pusat dalam konteks ini

13
diharapkan mampu melahirkan iklim kebijakan dan anggaran yang mendukung pada
pelaksanaan program transformasi sekolah.Terakhir, scaling deep menekankan adanya
perubahan pada cara berpikir, budaya kerja, nilai- nilai yang tertanam sebelum adanya
program dan meningkatkan relasi komunitas terhadap program. Dengan demikian, setiap
pemangku kepentingan dalam program ini baik pada tingkat satuan pendidikan, daerah,
maupun nasional memiliki cara pandang dan nilai-nilai baru yang lebih berorientasi pada
peningkatan mutu pembelajaran bagi anak.
Hal ini untuk memastikan implementasi program dapat berjalan efektif. Fase ini juga
dapat dikatakan sebagai fase adaptasi sekaligus untuk melihat umpan balik dari penerima
manfaat sebelum program diimplementasikan seutuhnya tanpa pendampingan yang ketat.
Namun, tetap saja untuk mempertahankan kualitas program dalam jangka panjang
pemantauan dan evaluasi masih menjadi bagian penting dalam menyukseskan seluruh
program.

(3). Landasan Pedagogis

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi


dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai pendidikan tertentu (UU Sikdiknas, 2003),
Kerangka dasar dan struktur kurikulum ditetapkan oleh pemerintah pusat yang
selanjutnya menjadi pedoman penyusunan kurikulum operasional bagi sekolah.
Pengembangan Kurikulum Operasional berangkat dari Tujuan Pendidikan Nasional yang
tercermin dalam Profil Pelajar Pancasila yang dijabarkan menjadi beberapa elemen
Standar Nasional Pendidikan sebagai landasan penyusunan struktur kurikulum, capaian
pembelajaran dan prinsip pembelajaran dan asesemen.

Sebelum sekolah menentukan lebih jauh terkait strategi pembelajaran dan


asesemen yang dilakukan, diawali dengan mengidentifikasi karakteristik satuan
pendidikan. Karakteristik siswa, orang tua dan lingkungan belajar lainnya yang tersedia
dan relevan merupakan bagian-bagian dari upaya mengidentifikasi peserta didik.
Berdasarkan data kondisi awal tersebut, guru kemudian merancang program dan langkah
pembelajaran, dimana dalam Kurikulum Merdeka diistilahkan dengan Analisis Capaian
Pembelajaran dan Modul Ajar. Berdasarkan hal itu, maka sudah dapat dipastikan layanan
pembelajaran untuk setiap siswa akan berbeda satu dengan yang lainnya tergantung dari
karakteristik peserta didik.

14
Kurikulum Merdeka yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional yaitu Profil Pelajar Pancasila pada ranah pembelajaran secara umum
diharapkan dapat mengembangkan skill sekaligus sikap dan karakter siswa. Maka format
pembelajaran yang dilaksanakan sangat bervariasi, sesuai dengan kebutuhan siswa, guru
dan sekolah. Pelayanan pendidikan dalam bentuk pembelajaran berdiferensiasi dapat
dilakukan secara spesifik melalui model Project Penguatan Karakter, pendekatan tematik
termasuk tematik integratif, pendekan pembelajaran berbasis mata pelajaran, dan
pendekatan pembelajaran lintas mata pelajaran. Rancangan pembelajaran yang disusun
oleh guru yang dalam hal ini diistilahkan dengan modul ajar secara lebih leluasa dengan
menyesuaikan terhadap karakteristik siswa.

Secara pedagogis pendekatan diferensiasi dalam konteks pembelajaran lebih


memungkinkan pembentukan struktur konsep siswa menjadi lebih konstruktif. Konsep
yang dibangun peserta didik melalui proses pembelajaran berdasarkan pemerolehan
pengalaman belajar yang lebih kontekstual, sehingga menghasilkan kebermaknaan belajar
yang tinggi. Pada proses ini siswa lebih diarahkan kepada upaya menggali dan
menemukan sendiri informasi yang diolah menggunakan nalar kritis sehingga konsep
yang dibangun menjadi berdasarkan urutan logika yang kuat. Proses berpikir seperti ini
yang sangat diperlukan oleh generasi masa depan agar mereka dapat memecahkan
permasalahan yang mungkin belum ada dan tidak pernah mereka pikirkan saat ini.

Aspek berikutnya yang menjadi penekanan dari proses belajar yang memberi
ruang kepada siswa dan guru dalam berinteraksi dalam pembelajaran adalah tindakan
siswa setelah melalui proses berpikir tersebut. Tindakan yang diambil merupakan suatu
reaksi sekaligus aksi pengambilan keputusan atas alur pikir logis yang berhasil tumbuh
pada siswa. Pola pikir yang terbentuk saat terjadi adaptasi konsep baru sehingga
menghasilkan struktur kosep baru pada kognisi siswa, masih dalam katagori gagasan atau
ide. Ide dan gagasan sebagai hasil dari proses berpikir yang menghasilkan pola pikir
tersebut, akan berdampak jika telah diaktualisasikan dalam bentuk tindakan. Tindakan
tersebut dapat berupa penyampain gagasan dalam bentuk komunkasi atau tindakan
psikomotorik.

Sikap merupakan cerminan dari terbangunnya struktur konsep kognisi yang kuat
dan mendalam karena proses pemerolehan pengalaman yang berulang sehingga
menghasilkan perilaku yang berdampak baik bagi dirinya dan orang lain. Sikap

15
merupakan pola pikir dan pola tindakan yang cenderung permanen yang terjadi karena

16
proses pembiasaan, dan pemerolehan pengalaman yang berlangsung dalam jangka waktu
yang lama. Maka ketika seseorang telah menunjukkan sikap sebagai reaksi atas sesuatu,
tindakan yang dilakukan yang berdampak pada diri dan orang lain, pola
kecenderungannya akan bersifat konsisten seperti itu. Sehingga proses pembentukan
struktur konsep kognisi sebagai hasil dari proses belajar jangka panjang, baik melalui
pemerolehan pengalaman, dan kegiatan pembiasaan akan sangat sulit diubah.

Upaya mewujudkan pola pikir dan pola tindakan beserta sikap sesuai dengan
tujuan pedidikan nasional yang tercermin dalam Profil Pelajar Pancasila adalah melalui
proses pembelajaran yang konstruktif dan bermakna. Kebermaknaan belajar tercermin
dari proses dan produk belajar, yang secara simultan dirasakan pada langkah pemerolehan
pengalaman belajar sehingga menghasilkan produk belajar yang distimulasi melalui
proses evaluasi dan refleksi yang merupakan proses belajar itu sendiri. Artinya, baik
proses belajar, evaluasi dan refleksi tidak dapat dipisahkan dari proses belajar itu sendiri,
sehingga siswa dalam proses belajar tidak menunggu lama untuk mendapatkan perbaikan
atas keterlambatan belajar dan ketika evaluasi maupun refleksi siswa juga mendapatkan
kesempatan belajar kembali.

Kurikulum pada hakekatnya adalah seperangkat perencanaan menyeluruh dalam


mengupayakan terbangunnya struktur kognisi, yang akan melahirkan tindakan, dan jika
mengalami proses internalisasi secara mendalam akan melahirkan sikap yang bersifat
permanen. Maka dari itu kurikulum nasional dapat dikatakan sebagai sebuah intervensi
negara untuk membentuk sikap sesuai yang diinginkan yaitu Profil Pelajar Pancasila,
kepada peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. Hal ini dilakukan karna negara
yang memiliki tugas dari rakyat yang berdaulat untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat yang berlandaskan Pancasila

(4). Landasan Yuridis

Hal yang menjadi landasarn yuridis atau hukum atas penyusunan Kurikulum
Operasional Sekolah di SD Negeri Tanjungsari 1 ini adalah sebagai berikut:

1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4301);

17
2. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 14, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6762);
3. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2021 tentang Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Nomor 156);
4. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Tenologi Nomor 28 Tahun 2021
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi (Berita Negara Republik Indonesia tahun 2021 Nomor 963);
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana
Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 555);
6. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor 5 Tahun 2022
tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan pada Pendidikan Anak Usia Dini,
Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2022 Nomor 161);
7. Keputusan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Nomor 018/H/KR/2020
Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar elajaran Pada Kurikulum 2013 Pada
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Berbentuk
Sekolah Menengah Atas untuk Kondisi Khusus.
8. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor 7 Tahun 2022
tentang Standar isi pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar dan
Jenjang Pendidikan Menengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor
169);
9. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor 16 Tahun 2022
tentang Standar Proses pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar dan
Jenjang Pendidikan Menengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor
169);
10. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor 21 Tahun 2022
tentang Standar Penilaian pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar
dan Jenjang Pendidikan Menengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022
Nomor 169);

18
11. Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor 262/M/2022
tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran;
12. Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesemen Pendidikan, Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor 033/H/KR/2022 tentang Capaian
Pembelajaran pada Pendidikan Anaka Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang
Pendidikan Menengah pada Kurikulum Merdeka;
13. Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesemen Pendidikan, Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nomor 009/H/KR/2022 tentang Dimensi,
Elemen dan Subelemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka.

C. Karakteristik Sekolah Dasar


1. Karakteristik Sekolah
1.1 Karakteristik Fisik Sekolah
Lokasi SDN Tanjungsari 1, berada di Jalan Lampeni, No. 15, Rt 19/
Wr. 04, Desa Tanjungsari Timur, Kec. Cikaum, Kab. Subang. Karakteristik
penduduk heterogen dilihat dari mata pencaharian orang tua siswanya. SDN
Tanjungsari 1 berdekatan dengan kantor Desa Tanjungsari Timur, Masjid,
Klinik dan Pasar.

19
1. Sarana Prasarana dan lingkungan sekolah
a. Lokasi dan senah sekolah : ( terlampir )
b. Luas tanah : 1.250 m2
c. Luas Bangunan Unit I : 540 m2
d. Luas Bangunan Unit II : 53.76 m2
e. Luas Bangunan Unit III : 23.76 m2
f. Luas Bangunan Unit IV : 86.49 m2

2. Luas Halaman Sekolah : 340 m2


3. Pemanfatan Halaman Sekolah :
a. Taman :-
b. Lapangan Olahraga : 100 m2
c. Lapangan Upacara : 100 m2
d. Kantin : -
e. Parkir : -

1.2 Karakteristik Siswa

Peserta didik SDN Tanjungsari 1 berjumlah 204 orang terdiri dari 97 laki-laki dan 107
perempuan. Berasal dari keluarga yang heterogen. Beragama Islam. Karakteristik siswa-
siswi memiliki bakat, minat, potensi, dan profil belajar yang beragam. Kondisi kesehatan
mereka 100% sehat jasmani dan rohani. Serta telah melaksanakan vaksin covid-19
sebanyak hampi 90%. Peserta didik SDN Tanjungsari 1 memiliki motivasi yang sangat
tinggi dalam belajar dan meraih prestasi dalam bidang akademik dan non akademik. Hal
ini dibuktikan dengan pencapaian prestasi yang diperoleh dari berbagai event kejuaran
yang dilaksanakan setiap tahun di tingkat kecamatan, kabupaten, dan provinsi.
Kemampuan literasi dan numerasi peserta didik SDN Tanjungsari 1 yang
mencapai kompetensi minimum dan indeks karakter kategori berkembang. Literasi, dan
Pengembangan Nilai-nilai Karakter berpengaruh besar terhadap kemampuan kreativitas
warga sekolah. Tingkat literasi yang tinggi adalah faktor yang paling mendukung sebuah
bangsa dengan masyarakatnya menjadi unggul. Dengan literasi, tingkat pemahaman
seseorang dalam mengambil kesimpulan dari informasi yang diterima menjadi lebih baik.
Membantu orang berpikir secara kritis, dengan tidak mudah terlalu cepat bereaksi.
Membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara membaca. Membantu
menumbuhkan serta mengembangkan nilai budi pekerti yang baik dalam diri seseorang.
Diharapkan warga SDN Tanjungsari 1 melek terhadap literasi dasar, literasi sains, literasi
digital, literasi numerasi, literasi finansial, literasi budaya dan kewarganegaraan.

20
Karakter peserta didik SDN Tanjungsari 1 meliputi minat, perkembangan
kognitif, kemampuan awal, gaya belajar, motivasi, perkembangan emosi, perkembangan
social, perkembangan moral dan spiritual, dan perkembangan motoric, kultural, dan
status social heterogen diketahui selama proses belajar mengajar, dan dalam
pengembangan potensinya melalui kegiatan ekstrakurikuler. Harapan peserta didik
bersekolah di SDN Tanjungsari 1 adalah pelayanan pembelajaran yang variasi, memiliki
program-program sekolah yang jelas dan out put lulusan memiliki kompetensi yang dapat
diandalkan ketika masuk ke SMP favorite.

1.3 Karakteristik Orang Tua dan Lingkugan Sekolah


Kondisi orang tua SDN Tanjungsari 1 heterogen dilihat dari latar belakang
pendidikan, pekerjaan, ekonomi, dan sosialnya. Latar Belakang dari dari ekonomi bawah,
menengah, dan atas. Pekerjaan orang tua buruh, pedagang, guru, tenaga medis, dan yang
lainnya. Orang tua mendukung program-program sekolah dengan cara ikut
menyumbangkan pikiran, tenaga, dan materinya untuk kemajuan sekolah. Harapan orang
tua terhadap pelayanan pendidikan di sekolah adalah mutu pembelajaran yang relevan
dengan kebutuhan peserta didik dan zaman. Keamanan dan kenyamanan sekolah yang
terhindar dari perundungan dan kekerasan di sekolah.

1.4 Karakteristik Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Potensi Tenaga Pendidik yang ada di sekolah sudah memenuhi kualifikasi latar
belakang pendidikan yang relevan dan linear untuk satuan pendidikan sekolah dasar.
Jumlah guru yang PNS 7 orang, dan honorer 4 orang.
Membangun komitmen dengan cara menyampaikan tujuan-tujuan yang akan
diraih bersama, menciptakan suasana harmonis di lingkungan kerja dengan lingkungan
kerja yang nyaman akan memberikan energi positif sehingga dalam bekerja merasa
senang dan semangat dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab, menumbuhkan
rasa cinta dan bangga terhadap sekolah, saling memotivasi dan mengispirasi dalam
proses pembelajaran, melakukan refleksi dan evaluasi setiap melaksanakan kegiatan serta
ditindak lanjuti bersama.
Hal-hal baik yang telah dilakukan oleh guru-guru dalam mendukung program
adalah keteladan para guru dapat diwujudkan dengan kemampuan mengembangkan komunikasi
kreatif yang berorientasi pada stimulasi pemikiran dan prilaku kreatif di kalangan anak-anak
(peserta didik). Komunikasi kreatif meliputi sekurangnya lima perilaku komunikasi yaitu

21
melayani, merangsang, menerima, mendukung dan mempromosikan. Melayani
maksudnya adalah bersikap terbuka untuk melayani semua pertanyaan dan tantangan
anak- anak kreatif. Hal ini berkaitan dengan Pencapaian Kecakapan Abad-21 yaitu
berpikir kritis, kreatif, inovatif, komunikasi, dan kolaborasi.
Upaya yang dilakukan guru untuk mendukung pengembangan sekolah di masa
yang akan datang adalah mengembangkan kecakapan abad 21 peserta didik yaitu berpikir
kritis dan memecahkan masalah, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi dalam
pembelajaran. Harapan Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam mendukung
program di sekolah adalah meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik dalam
kualitas capaian
pembelajaran berdasarkan kemampuan literasi, numerasi, dan karakter.

1.5 Karakteristik Sekolah Berdasarkan Asesemen Nasional


1. Kondisi sekolah berdasarkan Hasil Asesmen Nasional dari aspek Kualitas Capaian
Pembelajaran Peserta Didik berdasarkan
a. Kemampuan Literasi
b. Kemampuan Numerasi
c. Indeks Karakter

22
2. Kondisi sekolah berdasarkan Hasil Asesmen Nasional dari aspek Kualitas Proses
Pembelajaran Peserta Didik berdasarkan:
a. Iklim Keamanana Sekolah
b. Iklim Inklusifitas Sekolah
c. Indeks Kualitas Pembelajaran
d. Indeks Refleksi Guru
e. Kepemimpinan Instruksional

23
3. Kondisi sekolah berdasarkan Hasil Asesmen Nasional dari aspek Kualitas
Sumber Daya Manusia dan Satuan Pendidikan
a. Proporsi GTK Bersertifikat
b. Kehadiran Guru di Kelas
c. Nilai Ujian Kompetensi Guru
d. Pengalaman Pelatihan GTK
e. Proporsi GTK Penggerak

2.2 Analisis Karakteristik Sekolah


SDN Tanjungsari 1 menghubungkan setiap aspek karakteristik sekolah dengan upaya
memajukan sekolah dengan cara menilai kualitas pendidikan satuan pendidikan melalui analisis
raport pendidikan satuan pendidikan.
Kualitas pendidikan merupakan sebuah output yang dipengaruhi oleh proses
pembelajaran di satuan pendidikan. Proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik jika didukung
oleh input SDM dan sumber daya satuan pendidikan yang mumpuni. Setelah mengetahui kualitas
pendidikan di sekolah, mari kita lihat bagaimana proses pembelajaran di sekolah sebagai faktor
yang berperan dalam membentuk mutu pembelajaran.

24
2.1 Hasil Belajar Peserta Didik
Hasil belajar peserta didik bisa dilihat dari aspek kognitif dan nonkognitif. Aspek kognitif diukur
dari kemampuan literasi dan numerasi peserta didik, sementara aspek nonkognitif diukur dari
karakter dan perilaku yang sejalan dengan nilai Pancasila.

Setelah mengetahui mutu proses pembelajaran di sekolah Anda, mari kita lihat bagaimana
kualitas sumber daya manusia dan sekolah sebagai faktor yang mempengaruhi kualitas proses
pembelajaran.

25
2.2. Keamanan dan Inklusivitas

Perasaan dan interaksi peserta didik di sekolah sangat menendtukan kualitas pembelajaran.
Peserta didik yang merasa tidak aman, misalnya karena mengalami perundungan atau
diskriminasi agama, ras, sosial ekonomi, atau kondisi fisiknya, akan kesulitan dalam mengikuti
pelajaran.

2.3. Kualitas Pengajaran

Untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas, guru perlu melakukan refleksi dan evaluasi
terhadap cara mengajar saat ini. Tetapi, rencana perkembangan guru juga harus didukung oleh
program dan kebijakan dari kepala sekolah.

26
Setelah mengetahui mutu proses pembelajaran di sekolah, kita lihat bagaimana kualitas sumber
daya manusia dan sekolah sebagai faktor yang mempengaruhi kualitas proses pembelajaran.

2.4 Kompetensi dan Kinerja GTK

Tingkat kompetensi GTK bisa dilihat dari proposi GTK yang bersertifikat dan nilai Uji
Kompetensi Guru (UKG). Sementara itu, jumlah kehadiran GTK di kelas bisa menggambarkan
bagaimana kinerja mereka sehari-hari. Tak hanya melihat kondisi saat ini, kita juga perlu melihat
potensi perkembangan mutu dengan keikutsertaan GTK ke berbagai pelatihan dan keterlibatan
mereka menjadi GTK penggerak.

27
Setelah mengetahui kompetensi dan kinerja GTK di sekolah Anda, mari kita lihat bagaimana
kualitas proses mengelola sekolah itu sendiri.

28
2.5 Pengelolaan Sekolah yang Partisipatif, Transparan, dan Akuntabel

Dalam pelaksanaan dan pengembangan aktivitas, sekolah penting untuk melibatkan warga
sekolah (orang tua dan peserta didik). Dari sisi pengelolaan dana, perlu diperhatikan proporsi
jenis belanja yang dilakukan, dan bagaimana tingkat pemanfaatan TIK dalam melakukan
perencanaan dan pembelanjaan anggaran.

Semua rincian Rapor Pendidikan satuan pendidikan SDN Tanjungsari 1 dibagikan ke rekan GTK
dan orang tua peserta didik untuk menyusun rencana pengembangan satuan pendidikan secara
menyeluruh.
Rencana pengembangan sekolah dilihat dari hasil capaian mana yang perlu ditingkatkan dari
capaian tersebut yang bertujuan untuk memajukan sekolah, kemudian dikaitkan dengan Profil
Pelajar Pancasila.
Prioritas pokok kaitan dengan Pengelolaan Sekolah yang Partisipatif, Transparan, dan Akuntabel
dimana hasil capaian masih rendah.

29
BAB II
VISI, MISI, DAN TUJUAN

A. Visi SDN Tanjungsari 1

Terwujudnya sekolah kepercayaan masyarakat dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran


yang di dasari kebersamaan dalam rangka membentuk sumber daya manusia yang berkarakter
dan memiliki potensi target pencapaian pada tahun 2024.

B. Misi SDN Tanjungsari 1

Berdasarkan Visi di atas, maka Sekolah Dasar Tanjungsari 1 menyusun Misi sebagai
berikut :
1. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
2. Memperkuat keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
3. Mengembangkan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan dalam
kehidupan bermasyarakat.
4. Membentuk siswa menjadi cerdas dan berkarakter.
5. Meningkatkan Mutu Pendidikan dengan menjalin Kemitraandengan komite Sekolah.
6. Membangkitkan peran serta masyarakat untuk peduli terhadap Pendidikan.

C. Tujuan Sekolah

Untuk mewujudkan visi dan misi, Sekolah menyusun tujuan sebagai berikut:
Jangka Panjang Jangka Menengah Jangka Pendek

Menyelenggarakan
proses
Menyediakan sarana yang
pembelajaran yang
mendukung
mengembangkan
kecakapan diri (personal kegiatan olahraga, seni, dan
potensi siswa
skills), kecakapan berpikir budaya serta edukasi
secara seimbang
rasional (thinking skills),
(kognitif, sosial,
kecakapan sosial (social skills), Memfasilitasi sesi dukungan
emosional, dan
kecakapan akademis (academic psikologis dan sosial secara
fisik) melalui
skills), dan kecakapan berkala.
kegiatan yang
vokasional (vocational skills).
terintegrasi
sehingga terampil.

Menyelenggarakan Menjalin kerja sama dengan


Menyelenggarakan kegiatan
pendidikan dan berbagai lembaga untuk
Keagaamaan seperti BTQ,
pembelajaran, memfasilitasi penyelenggaraan
Mabit, Pembiasaan Yasinan,
serta kegiatan.

30
pembiasaan Shalat Berjamaah, JUmat
keagamaan. Menyelenggarakan berbagai Sodaqoh
kegiatan yang menumbuhkan
sikap beriman. Melaksanakan puasa sunat
setiap hari Senin dan Kamis

Melaksanakan peringatan
keagaamaan pada hari- hari
besar Nasional
Menyelenggarakan kegiatan
Menjalin kerja sama dengan Pekan Budaya, Pahlawanku,
berbagai lembaga untuk Idolaku, Detik-Detik
memfasilitasi penyelenggaraan Proklamasi.
kegiatan.
Mewujudkan
Melaksanakan upacara
sikap Nasionalis
Menyelenggarakan berbagai bendera setiap hari Senin
kegiatan yang menumbuhkan
nasionalisme serta sikap Melaksanakan Upacara
bangga dan cinta tanah air. bendera pada hari- hari
besar Nasional
Menyelenggarakan
proses
pembelajaran yang
90% kelas menerapkan 80% kelas menerapkan
berpusat pada
pembelajaran yang berpusat pembelajaran yang berpusat
siswa di semua
pada peserta didik pada peserta didik
kelas melalui
pembinaan dan
pendampingan.

1. Semua kelas memiliki


Kesepakatan Kelas sebagai
bentuk penerapan nilai-nilai
baik.
2. Semua warga sekolah
menerapkan 3S (senyum
Menciptakan sapa dan salam )
budaya sekolah Merancang konsep pendidikan 3. Semua warga sekolah
melalui karakter dan Program SDN memiliki kesadaran
pembiasaan Tanjungsari 1 Gemilang membuang sampah pada
penerapan nilai- tempatnya
nilai baik. 4. Semua warga sekolah
selalu menjaga kerukunan
dan keharmonisan dengan
membiasakan ucapan :
terima kasih, maaf, silakan,
permisi, tolong.

1. Semua kelas memiliki


Merancang konsep sekolah Kesepakatan Kelas sebagai
Menciptakan Ramah Anak dan Bebas bentuk penerapan sekolah
Sekolah Aman dan Kekerasan (SERAMAH ramah anak dan bebas
Nyaman BESAN) kekerasan.
2. Semua warga sekolah
menerapkan prinsip-prinsip

31
sekolah ramah anak dan
bebas kekerasan.
3. Semua warga sekolah
memiliki kesadaran sopan
santun dan ramah tamah.
4. Semua warga sekolah
selalu menjaga kebersihan
lingkungan sekolah agar
terlihat bersih, asri, aman
dan nyaman

Mewujudkan
komunitas belajar Membangun berbagai Menyelenggarakan:
melalui berbagai komunitas belajar, pelatihan literasi dan
kegiatan seperti komunitas numerasi untuk guru.
pengembangan literasi, Forum Group sesi bincang literasi dan
pembelajaran Discussion. numerasi untuk orang tua.

Membangun
kesadaran warga
sekolah dalam Melibatkan warga sekolah
meningkatkan Melibatkan warga sekolah dalam kegiatan SDN
kualitas pendidikan dalam kegiatan edukasi, sosial, Tanjungsari 1 SEramah
melalui budaya, dan kerohanian. Besan dan Pekan Budaya.
keterlibatan dalam
berbagai kegiatan.

Meningkatkan
kualitas pendidikan Melakukan survei kualitas
Melaksanakan evaluasi diri
melalui kegiatan penyelenggaraan
sekolah melalui berbagai
evaluasi yang pendidikan dan pelayanan.
teknik pengambilan data.
berkesinambungan.

Menyelenggarakan
proses
pembelajaran
90% kelas menerapkan 80% kelas menerapkan
dengan kecakapan
pembelajaran yang berpikir pembelajaran yang berpikir
Abad 21 yaitu
tingkat tinggi (HOTS) pada tingkat tinggi (HOTS) pada
berpikir kritis,
peserta didik peserta didik
kreatif,
komunikasi, dan
kolaborasi.

32
BAB III
PENGORGANISASIAN PEMBELAJARAN

A. Pembelajaran Intrakurikuler
(1). Struktur Mata Pelajaran Wajib dan Muatan Lokal Kurikulum 2013
Struktur Kurikulum SDN Tanjungsari 1 merupakan pengorganisasian kompetensi
inti, mata pelajaran, beban belajar, kompetensi dasar, dan muatan pembelajaran pada
setiap Sekolah Dasar. Struktur kurikulum merupakan salah satu bagian terpenting dalam
kurikulum sebuah satuan pendidikan. Struktur kurikulum berisi alokasi waktu belajar
setiap mata pelajaran setiap minggunya untuk setiap jenjang kelas. Struktur kurikulum
terdiri atas alokasi belajar mata pelajaran kelompok A yang merupakan mata pelajaran
inti dan kelompok B yang merupakan muatan lokal. Kelompok A terdiri dari Pendidikan
Agama dan Budi Pekerti, PPKN, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS. Kelompok
B terdiri atas muatan lokal yang disesuaikan dengan satuan pendidikan masing-masing.
Berdasarkan kompetensi inti disusun mata pelajaran dan alokasi waktu yang
sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Susunan mata pelajaran dan alokasi waktu
untuk SDN Tanjungsari 1 sebagaimana tabel berikut:
Tabel 3.1 Struktur Kurikulum 2013 SDN Tanjungsari 1

ALOKASI WAKTU PER MINGGU


MATAPELAJARAN
I II III IV V VI
Kelompok A
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 4 4 4 4
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran 5 6 5 5
3. Bahasa Indonesia 9 10 7 7
4. Matematika 6 6 6 6
5. Ilmu Pengetahuan Alam - - 3 3
6. Ilmu Pengetahuan Sosial - - 3 3
Kelompok B
1. Seni Budaya dan Prakarya 4 4 4 4
2. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 4 4 4 4
3 Bahasa dan Sastra Sunda 2 2 2 2
4. Kesenian Sisingaan 2 2
JUMLAH ALOKASI WAKTU PER MINGGU 34 36 40 40
Keterangan:

33
 Mata pelajaran Kelompok A merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan
dan acuannya dikembangkan oleh pusat.
 Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan
dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat dilengkapi dengan
muatan/konten lokal. Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran
muatan local yang berdiri sendiri.
 Muatan lokal wajib SDN Tanjungsari 1 memuat Bahasa dan Sastra Sunda
(Referensi Pergub)/Permendikbud 79/2014) ciri khas dan potensi daerah Provinsi
Jawa Barat dan Kesenian Sisingaan sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 75
Tahun 2020 (Muatan Lokal Kesenian Sisingaan). Pemerintah Kabupaten Subang
menetapkan Mata Pelajaran Kesenian Sisingaan sebagai mata pelajaran muatan
lokal, diajarkan pada jenjang pendidikan dasar yaitu Sekolah Dasar (SD). Pada
Sekolah Dasar Muatan Lokal Kesenian Sisingaan diberikan dari kelas 4 sampai
dengan kelas 6. Hal ini didasarkan pada konsepsi psikologis yang berkaitan dengan
kamampuan peserta didik dalam menerima beban muatan pelajaran.
 Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 35 menit.
 Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri, maksimal 40% dari
waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan.
 Sekolah menambah beban belajar per minggu sesuai dengan kebutuhan belajar
peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang
dianggap penting.
 Pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran Tematik-Terpadu kecuali
mapel Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Matematika, dan PJOK bagi kelas IV,
V, dan VI.

Tahun Pelajaran 2022 / 2023 ini sudah berlaku Kurikulum Merdeka


secara Mandiri Berubah untuk kelas 1 dan 4 sehingga pengorganisasian
pembelajaran untuk Kelas 2, 3, 5, dan 6 menggunakan KI KD Esensial seperti
halnya materi Kurikulum Merdeka. KI dan KD yang dipergunakan adalah KI
dan KD Kurikulum 2013 Untuk Kondisi Khusus di massa pandemi ini
tertuang dalam Keputusan Kabalitbang Nomor 018/H/KR/2020 tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah
Berbentuk Sekolah Menengah Atas Untuk Kondisi Khusus.

34
Kompetensi Inti (KI) adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus peserta didik miliki. Kompetensi inti merupakan
terjemahan atau operasionalisasi SKL, sedangkan KI berbentuk kualitas yang harus
peserta didik miliki yang dinyatakan dengan telah menyelesaikan pendidikan pada satuan
pendidikan tertentu.Setiap tingkat kelas atau program harus mengupayakan pencapaian
Kompetensi Inti sebagai landasan pengembangan Kompetensi Dasar.
Kompetensi Inti (KI) terdiri dari KI-1 sampai dengan KI-4. Rumusan setiap KI
berbeda dengan aspeknya. Berikut ini adalah rumusan Kompetensi Inti (KI).
1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual.
2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial.
3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan.
4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organising element)


Kompetensi Dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, KI merupakan pengikat untuk
organisasi vertikal dan organisasi horisontal KD. Organisasi vertikal KD adalah
keterkaitan KD satu kelas dengan kelas lain di atasnya, sehingga memenuhi prinsip
belajar, yaitu terjadi akumulasi yang berkesinambungan antarkompetensi yang peserta
didik pelajari. Organisasi horisontal adalah keterkaitan antara KD satu mata pelajaran
dengan KD dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu kelas yang sama sehingga
saling memperkuat.Kompetensi Inti sikap spiritual (KI-1) dan Kompetensi Inti sikap
sosial (KI- 2) tercapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu
keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata
pelajaran dan kebutuhan serta kondisi peserta didik.

Kompetensi Dasar (KD) merupakan kemampuan untuk mecapai kompetensi inti,


atau pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus peserta didik capai untuk
menunjukkan penguasaan standar kompetensi yang telah ditetapkan.

Kompetensi dasar merupakan penjabaran dari standar kompetensi. Kompetensi


Dasar ini berisi sejumlah kemampuan yang harus peserta didik kuasai dalam mata
pelajaran tertentu, sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu
pelajaran. Setiap rumusan Kompetensi Dasar, terdapat unsur kemampuan berpikir yang
terlihat dalam kata kerja dan materi. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan
memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, dan ciri suatu mata
pelajaran. Kompetensi Dasar (KD)

35
pada kurikulum 2013 berisi kemampuan dan muatan pembelajaran untuk mata pelajaran
yang mengacu pada Kompetensi Inti (KI).

Rumusan Kompetensi Dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik


dan kemampuan peserta didik dan karakteristik mata pelajaran.Kompetensi Dasar untuk
mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta mata pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan meliputi empat kelompok sebagai berikut.

 Kelompok 1 : kelompok KD sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1.


 Kelompok 2 : kelompok KD sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2.
 Kelompok 3 : kelompok KD sikap pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3.
 Kelompok 4 : kelompok KD sikap keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4.

Kompetensi Dasar yang berkaitan dengan sikap spiritual (mendukung KI-1) dan
sikap sosial (mendukung KI-2) ditumbuhkan melalui pembelajaran tidak langsung, yaitu
pada saat peserta didik belajar tentan pengetahuan (mendukung KI-3) dan keterampilan
(mendukung KI-4). Adapun pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran
yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Pembelajaran KI-1 dan
KI-2 terintegrasi dengan pembelajaran KI-3 dan KI-4. Berikut ini merupaka beberapa
syarat yang harus dipenuhi untuk dapat merumuskan KD yang baik adalah sebagai
berikut:

1. Rumusan tujuan yang dibuat harus berpusat pada peserta didik, dengan
mengacu terhadap perubahan tingkah laku subjek pembelajaran yaitu peserta
didik.
2. Rumusan dari KD harus mencerminkan tingkah laku operasional yaitu tingkah
laku yang dapat diamati dan diukur yang dirumuskan dengan menggunakan kata-
kata operadional.
3. Rumusan KD berisi makna dari pokok bahasan atau materi pokok yang
akan diajarkan pada saat kegiatan pembelajaran.

Materi yang bersifat esensial, menjadi bentuk pemuliahan dari evaluasi kurikulum
sebelumnya. Fokus materi esensial bisa terwujud karena dipicu oleh hal-hal sebagai
berikut. 1. Pembelajaran yang mendalam (diskusi, kerja kelompok, pembelajaran berbasis
problem dan projek, dll) butuh waktu, tapi juga longgar untuk pengembangan kompetensi
siswa. 2. Materi yang terlalu padat akan mendorong guru untuk menggunakan ceramah
satu arah atau metode lain yang efisien dalam mengejar ketuntasan penyampaian materi.
36
(2). Struktur Mata Pelajaran Wajib dan Muatan Lokal Kurikulum Merdeka
Kegiatan pembelajaran intrakurikuler SDN Tanjungsari 1 dirancang agar anak
dapat mencapai kemampuan yang tertuang di dalam capaian pembelajaran. Intisari
kegiatan pembelajaran intrakurikuler merupakan bermain bermakna sebagai perwujudan
“Merdeka Belajar, Merdeka Bermain”. Kegiatan yang dipilih harus memberikan
pengalaman yang menyenangkan dan mampu meningkatkan capaian anak. Kegiatan
perlu didukung oleh penggunaan sumber-sumber belajar yang nyata dan ada di
lingkungan sekitar anak. Sumber belajar yang tidak tersedia secara nyata dapat
dihadirkan dengan dukungan teknologi dan buku bacaan anak.
Struktur Kurikulum SDN Tanjungsari 1 dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan utama,
yaitu: Pembelajaran intrakurikuler dan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Kegiatan pembelajaran intrakurikuler untuk setiap mata pelajaran mengacu pada capaian
pembelajaran. Kegiatan projek penguatan profil pelajar Pancasila ditujukan untuk
memperkuat upaya pencapaian profil pelajar Pancasila yang mengacu pada Standar
Kompetensi Lulusan. Pemerintah mengatur beban belajar untuk setiap muatan atau mata
pelajaran dalam Jam Pelajaran (JP) pertahun. SDN Tanjungsari 1 mengatur alokasi waktu
setiap minggunya secara fleksibel dalam 1 (satu) tahun ajaran dan menambahkan muatan
lokal yang ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan karakteristik daerah dengan
Satuan pendidikan dapat menambahkan muatan tambahan sesuai karakteristik satuan
pendidikan secara fleksibel dengan mengembangkan mata pelajaran yang berdiri sendiri.

Struktur Kurikulum SDN Tanjungsari 1 sebagai berikut: Struktur Kurikulum


SD/MI/bentuk lain yang sederajat dibagi menjadi 3 (tiga) fase:
a. Fase A untuk kelas I dan kelas II;
b. Fase B untuk kelas III dan kelas IV; dan
c. Fase C untuk kelas V dan kelas VI.
SD/MI dapat mengorganisasikan muatan pembelajaran menggunakan pendekatan mata
pelajaran atau tematik. Alokasi waktu mata pelajaran SD/MI kelas 1 Asumsi 1 Tahun =
36 minggu dan 1 JP = 35 Menit

37
Tabel 3.2 Alokasi Waktu Mata Pelajaran SDN Tanjungsari 1
Kelas I

Kurikulum Operasional
Alokasi waktu Reguler Proyek
Total JP PerTahun

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti* 108 ( 3 ) 36 144

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti* 108 ( 3 ) 36 144

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti* 108 ( 3 ) 36 144

Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti* 108 ( 3 ) 36 144

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti* 108 ( 3 ) 36 144

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti* 108 ( 3 ) 36 144

Pendidikan Pancasila 144 (4) 36 180

Bahasa Indonesia 216 (6)* 72 288

Matematika 144 ( 4 ) 36 180

Seni dan Budaya 108 (3) 36 144


1.Seni Musik
2. Seni Rupa
3. Seni Teater
4. Seni Tari
PJOK 108 (3) 36 144

Bahasa Inggris 72 ( 2 ) 72

Muatan Lokal 72 ( 2 ) 72

Total: 828 ( 23 ) 252 1080

38
Tabel 3.3 Alokasi Waktu Mata Pelajaran SDN Tanjungsari 1
Kelas 4

Kurikulum Operasional
Alokasi waktu mata pelajaran SD/MI kelas IV Kegiatan Proyek
Asumsi 1 Tahun = 36 minggu dan 1 JP = 35 reguler/minggu (minimal 20%
Menit Total JP Per
(pembulatan) dari total per
kls 4 Tahun
tahun)

Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti* 108 ( 3 ) 36 144

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti* 108 ( 3 ) 36 144

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti* 108 ( 3 ) 36 144

Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti* 108 ( 3 ) 36 144

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti* 108 ( 3 ) 36 144

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti* 108 ( 3 ) 36 144

Pendidikan Pancasila 144 (4) 36 180

Bahasa Indonesia 216 (6)* 36 252

Matematika 180 ( 5 ) 36 216

Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial 180 ( 5 ) 36 216

Seni dan Budaya 108 (3) 36 144

PJOK 108 (3) 36 144

Bahasa Inggris 72 ( 2 ) 72

Muatan Lokal 72 ( 2 ) 72

Total: 1044 ( 29 ) 252 1296

39
(3) Area Pembelajaran
a. Matematika
Pembelajaran matematika bersifat kontekstual dan membutuhkan
pembiasaan untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensi matematika.
Pembelajaran dimulai dari hal yang konkret, melalui eksplorasi dan praktik
langsung untuk memberikan kesempatan pada siswa menemukan jawaban.
Kompetensi memecahkan masalah menjadi tujuan utama dalam
pengembangan kurikulum matematika.

Beberapa program disusun untuk mendukung kompetensi matematika


siswa, seperti:
a. Belajar Berhitung yang Menyenangkan (Jari Tangan, Jam Dinding,
Kalender, Papan Ular Tangga, Permainan “Kartu Teplok”)
b. Matematika di Sekitar Kita
c. Matematika Seru (Game)
d. Numerasi Tantangan Kita

b. Sains Dasar
Pembelajaran Sains Dasar berfokus pada peristiwa yang terjadi di sekitar
siswa. Siswa belajar melalui apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Dari
fenomena yang terjadi di sekitarnya siswa belajar menemukan fakta,
mengidentifikasi masalah, dan memecahkannya. Keterampilan berikut ini
dikembangkan secara terus menerusmelalui berbagai kegiatan yang kontekstual
untuk menstimulasi rasa ingin tahu.
1. Mengamati
2. Membuat dugaan
3. Memprediksi
4. Membuat model
5. Mengklasifikasi
6. Mengevaluasi
7. Mengembangkan keterampilan mencari informasi
8. Mengembangkan komunikasi dan interpersonal

40
9. Menganalisis data dan informasi
Beberapa program dirancang untuk mendukung kompetensi
peserta didik di bidang sains dasar seperti, OSN ( Olimpiade Sains
Nasional )

c. Literasi/Bahasa Indonesia
Empat keterampilan literasi: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
diintegrasikan melalui berbagai kegiatan. Kemampuan membaca dan menulis
dikembangkan melalui program berikut:

Tabel 3.4 Program Literasi SDN Tanjungsari 1

Program Membaca Program Menulis

Pemodelan Membaca(Modelled Reading)


Pemodelan Menulis(Modelled
Writing)

Membaca Bersama(Shared Reading ) Menulis Bersama (Shared Writing)

Membaca Terbimbing(Guided Reading) Menulis Terbimbing (Guided Writing)

Membacakan Cerita(Read Aloud) Menulis Asyik (Writing Workshop)

Membaca Senyap

Untuk mendukung program membaca, Sekolah memiliki program kunjungan


rutin ke perpustakaan. Selain itu kelas dilengkapidengan sudut baca yang diisi dengan
buku-buku yang dapat dipinjamsetiap hari oleh siswa

34
d. Agama
Tujuan dari pendidikan agama di SDN Tanjungsari 1 adalah:
 Siswa memliki kehidupan beragama yang baik
 Siswa mempratikkan kegiatan ritual agamanya
 Siswa mampu membaca dan menerapkan ajaran dari kitabsucinya
 Siswa menerapkan adab
Untuk mencapai tujuan di atas, Sekolah menyiapkan guru agama
sesuai dengan agama yang ada. Setiap hari siswa menerapkan kegiatan ritual
agamanya dengan bimbingan guru agama masing- masing, misalnya berdoa
bersama sebelum dan sesudah belajar. Untuk kegiatan membaca kitab suci
Al- Quran, siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan membacanya.

Program keagamaan ditunjang dengan beberapa kegiatan khusus seperti


berikut ini:
Tabel 3.5 Program Agama SDN Tanjungsari 1
Program Keterangan
Tujuan
Siswa dari kelas 1 - 6 melakukan
Sholat Dhuha dan kegiatan sholatdhuha bersama
Meningkatkan keimanan
Tausiah pada Jumat Religi
Menginap di sekolah dan
Meningkatkan
Mabit memperbanyak membaca
kecintaan terhadap
AlQuran.
membaca Al-Quran

e. Pendidikan Pancasila
Siswa mengenal dan menginternalisasi nilai-nilai melalui contoh,
pembiasaan, kejadian sehari-hari, dan dimulai dari lingkungan terdekat. Siswa
dilibatkan dalam proses diskusi untuk menentukan kesepakatan kelas yang
menjadi acuan dalam sikap sehari-hari, sehingga diharapkan menjadi warga yang
baik di sekolah, di rumah, dan di masyarakat.

35
Siswa belajar menghargai diri sendiri, menghargai sesama, menghargai
lingkungan, dan menghargai hasil karya, dan cinta tanahair. Nilai-nilai ini bukan hanya
sekadar dipelajari di dalam kelas, namun diterapkan ketika siswa berinteraksi dengan
orang lain dalam keseharian. Sekolah dan orang tua bekerja sama mewujudkan
penerapan nilai-nilai melalui berbagai kegiatan.
Tabel 3.6 Program Pendidikan Pancasila SDN Tanjungsari 1

Program Tujuan Keterangan


Dilaksanakan setiap hari Senin
Upacara Bendera Menanamkan rasa cinta tanah air diikuti oleh seluruh warga
Sekolah.
Saling mengenal dan mempererat Dilaksanakan di awal dan akhir
silaturahmi antarwarga sekolah tahun ajaran. Setiap moment
Kumpul Warga
(siswa, guru, administrasi, dan yang tepat.
Sekolah
manajemen)
Hari Merdeka Menanamkan rasa cinta tanah air Seluruh warga sekolah, termasuk
Bersama Keluarga melalui hari kemerdekaan orang tua, memperingati hari
kemerdekaan di sekolah
Melaksanakan edukasi yang
Kegiatan Seru Menanamkan kreativitas, percaya melibatkan kreativitas siswa dan
Bersama diri, kerja sama, dan sikap peduli orang tua untuk mempererat
Keluargaku keharmonisan

Mengenal nilai-nilai
Pahlawanku, Idolaku Siswa memperingati hari
kepahlawanan dari pahlawan
pahlawan selama satu hari.
bangsa.
1. Setiap awal tahun ajaran,
Sekolah mengajak warga
sekolah mengenal
kemajemukan di
Menumbuhkan sikap saling
Ya, Kami Berbeda sekelilingnya.
menghargai dalam
2. Setiap hari JUmat sekolah
kemajemukan lewat Program
melakukan kegiatan sedekah
Seramah Besan
yang dikumpulkan dari orang
tua

36
f. Olahraga
Tujuan utama dari pembelajaran olahraga adalah mengenalkan sikap
sportivitas dan hidup sehat melalui permainan-permainan yangmengembangkan
motorik kasar. Sikap disiplin, kerja sama, dan memerhatikan keamanan (safety)
diri dan orang lain dilatih saat siswaberkegiatan. Pengembangan pembelajaran
olahraga didukung oleh program berikut:
Tabel 3.7 Program Olah Raga SDN Tanjungsari 1
Program Tujua Keterangan
n
SDN Tanjungsari 1 Mengenalkan berbagai 1. Dilaksanakan Minggu ke-
Sehat Lahir Batin pola hidup sehat 1 tiap bulan
Mengenalkan Hakikat 2. Dilaksanakan setelah senam
Sehat Lahir Batin tiap Sabtu oleh Guru PJOK dan
kelas inspirasi

GGB (Gaya, Menumbuhkan minat Diikuti oleh seluruh warga sekolah


Gerak, dan untukberolahraga secara dan dilaksanakan setiap hari Sabtu di
Bugar) rutin pagi hari.

SSB (Sarapan Mengenalkan berbagai Dilaksanakan setelah siswa


Sehat menu sarapan sehat mengikuti GGB.
Bersama) sambil berinteraksi
antarangkatan.

Hari Sayuran dan Mengenalkan Dilaksanakan setiap hariSelasa


Buah pentingnya dan Sabtu
mengonsumsi buah

Pekan Olahraga Menumbuhkan Dilaksanakan di akhir semester 2


sportivitas, kerja sama, bergantian dengankegiatan khusus
dan sikap kompetitif lainnya dengan melibatkan orang tua.
melalui berbagai
kegiatan olahraga.

37
g. Seni ( Musik, Suara dan Menggambar )
Pelajaran seni mengedepankan dan mengembangkan kreativitas, berpikir kritis,
sensitivitas, harmonisasi, percaya diri, danapresiasi. Selain itu, melalui pelajaran seni
visual, siswa dapat mengembangkan keterampilan visual dan spatial.
Program seni bertujuan:
1. Mengembangkan kemampuan seni
2. Menumbuhkan kesadaran terhadap budaya
3. Meningkatkan disiplin
4. Mengembangkan keterampilan bersosialisasi
5. Menstimulasi pertumbuhan otak dan daya
ingat. Berikut program untuk mencapai tujuan
di atas:

Tabel 3.8 Program Seni SDN Tanjungsari 1


Program Tujuan Keterangan
Assembly Mengembangkan Dilaksanakan sekali sepekan/
kreativitas, percaya hari Sabtu dan diikuti oleh
diri, kerja sama, dan semua siswa kelas 1-6. Setiap
apresiasi kelas tampil secara
bergiliran.
Pentas Seni Mengembangkan Dilaksanakan di akhir tahun
kreativitas, percaya ajaran melalui penampilan
diri, kerja sama, dan khusus yang disaksikan oleh
apresiasi orang tua.
Cinta Musik Menumbuhkan kesadaran Siswa kelas 1 - 3 memainkan
Tradisional terhadap seni budaya dan alat musik angklung
apresiasi Siswa kelas 5 dan 6 belajar
alat musik tradisional calung

Pekan Seni Mengekspresikan berbagai Dilaksanakan di akhir semester 2


karya seni danbelajar dari bergantian dengan kegiatan khusus
karya oranglain. lainnya dengan melibatkan orang
tua.

h. Bahasa Inggris
Sebagai bahasa yang banyak digunakan oleh warga dunia, peserta didik
SDN Tanjungsari 1 belajar bahasa Inggris sejak kelas 1. Tujuan utama
pembelajaran bahasa Inggris adalah berkomunikasi secara aktif.

38
Siswa belajar melalui berbagai media dan kegiatan, seperti
mendengarkan lagu, bercerita, memasak, permainan, menonton video, serta
bermain peran. Selama pelajaran bahasa Inggris, Sekolah menciptakan
lingkungan kelas aktif berbahasa Inggris.

Pengadaan berbagai buku cerita bergambar di sudut baca mendukung


siswa untuk mengembangkan perbendaharaan kosakata. Pengembangan empat
keterampilan berbahasa merujuk kepada sebuah tema yang diambil dari buku
cerita atau menyesuaikan dengantema yang dikembangkan oleh guru kelas.
Program penunjang pelajaran Bahasa Inggris sebagai berikut:

Tabel 3.9 Program Bahasa Inggris SDN Tanjungsari 1

Program Membaca Program Menulis


Pemodelan Membaca (Modelled
Pemodelan Menulis (Modelled Writing)
Reading)
Membaca Bersama (Shared Reading ) Menulis Bersama (Shared Writing)
Membaca Terbimbing (Guided
Reading) Menulis Terbimbing (Guided Writing)
Membacakan Cerita (Read Aloud)
Menulis Asyik
Membaca Senyap
Mengenal kosakata melalui kegiatan memasak
English Through Cookery sederhana.
Guru tamu hadir secara berkala dan
Let’s Speak English with A Native!
melakukan berbagai kegiatan dalam
bahasa Inggris bersama siswa.

B. Pembelajaran Kokurikuler
(1). Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Projek penguatan profil pelajar Pancasila adalah pembelajaran lintas disiplin
ilmu dalam mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungan
sekitar untuk menguatkan berbagai kompetensi dalam Profil Pelajar Pancasila.
Berdasarkan Kemendikbudristek No.262/M/2022, projek penguatan profil
pelajar Pancasila merupakan kegiatan kokurikuler berbasis projek yang dirancang
untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil
pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Pelaksanaan
projek penguatan profil pelajar Pancasila dilakukan secara fleksibel dari segi muatan,
kegiatan, dan waktu pelaksanaan.

39
Projek penguatan profil pelajar Pancasila SDN Tanjungsari 1 dirancang
terpisah dari intrakurikuler. Tujuan, muatan, dan kegiatan pembelajaran projek tidak
harus dikaitkan dengan tujuan dan materi pelajaran intrakurikuler. Satuan pendidikan
dapat melibatkan masyarakat dan/atau dunia kerja untuk merancang dan
menyelenggarakan projek penguatan profil pelajar Pancasila.
Projek adalah serangkaian kegiatan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu
dengan cara menelaah suatu tema menantang. Projek didesain agar peserta didik dapat
melakukan investigasi, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Peserta didik
bekerja dalam periode waktu yang telah dijadwalkan untuk menghasilkan produk
dan/atau aksi. Pendidik dapat tetap melaksanakan pembelajaran berbasis projek di
kegiatan mata pelajaran (intrakurikuler). Pembelajaran berbasis projek di
intrakurikuler bertujuan mencapai Capaian Pembelajaran (CP), sementara projek
penguatan profil pelajar Pancasila bertujuan mencapai kompetensi profil pelajar
Pancasila.

Tabel 3.9 ALur Perencanaan Projek Profil SDN Tanjungsari 1

40
SDN Tanjungsari 1 merancang pembelajaran berbasis proyek untuk penguatan
Profil Pelajar Pancasila. Pembelajaran ini masuk ke dalam ko-kurikuler yang dirancang
dalam sesuai tema besar yang telah ditentukan dengan mengintegrasikan beberapa
mata pelajaran sebagai bentuk proyek implementasi Profil Pelajar Pancasila di satuan
pendidikan. Penguatan Profil Pelajar Pancasila dikemas dalam dua proyek utama yang
dapat ditampilkan secara terpadu dari kelas 1 dan 4. Pengalokasian waktu untuk
kegiatan ini terpisah dari alokasi waktu kegiatan intrakurikuler sehingga tidak
mengurangi kegiatan regular mingguan. Selain kedua proyek besar tersebut, dimensi
Profil Pelajar Pancasila pun dikembangkan dalam proses pembelajaran intrakurikuler
dalam pembelajaran tema dan mata pelajaran, dan kegiatan ekstrakurikuler.
Pembelajaran berbasis proyek untuk penguatan Profil Pelajar Pancasila SDN
Tanjungsari 1 diselaraskan dengan potensi lokal yang menjadi ciri khas yaitu
mengambil Tema Kearifan Lokal dan Kewirausahaan karena dapat mengakomodir
keragaman minat bakat peserta didik dan mampu mengembangkan kecakapan hidup
peserta didik sesuai dengan program unggulan SDN Tanjungsari 1. Penguatan Profil
Pelajar Pancasila terdiri dari enam dimensi yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri,
bernalar kritis dan kreatif.

(2) Tema Projek Profil SDN Tanjungsari 1

Tema-tema utama projek penguatan profil pelajar Pancasila yang dapat dipilih oleh
SDN Tanjungsari 1 adalah sebagai berikut.

Tabel 3.10 Tema Projek Profil SDN Tanjungsari 1


Gaya Hidup Peserta didik memahami dampak aktivitas manusia, baik
Berkelanjutan jangka pendek maupun panjang, terhadap kelangsungan
kehidupan di dunia maupun lingkungan sekitarnya. Peserta
didik juga membangun kesadaran untuk bersikap dan
berperilaku ramah lingkungan, mempelajari potensi krisis
keberlanjutan yang terjadi di lingkungan sekitarnya serta
mengembangkan kesiapan untuk menghadapi dan
memitigasinya.
Kearifan Lokal Peserta didik membangun rasa ingin tahu dan kemampuan
inkuiri melalui eksplorasi budaya dan kearifan lokal

41
masyarakat sekitar atau daerah tersebut, serta
perkembangannya.

Bhinneka Peserta didik mengenal dan mempromosikan budaya


Tunggal Ika perdamaian dan anti kekerasan, belajar membangun dialog
penuh hormat tentang keberagaman serta nilai-nilai ajaran
yang dianutnya. Peserta didik juga mempelajari perspektif
berbagai agama dan kepercayaan, secara kritis
dan reflektif menelaah berbagai stereotip negatif dan
dampaknya terhadap terjadinya konflik dan kekerasan.
Rekayasa dan Peserta didik melatih daya pikir kritis, kreatif, inovatif,
Teknologi sekaligus kemampuan berempati untuk berekayasa
membangun produk berteknologi yang memudahkan
kegiatan diri dan sekitarnya. Peserta didik dapat membangun
budaya smart society dengan menyelesaikan persoalan-
persoalan di masyarakat sekitarnya melalui inovasi dan
penerapan teknologi, mensinergikan aspek sosial dan aspek
teknologi.

Kewirausahaan Peserta didik mengidentifikasi potensi ekonomi di tingkat


lokal dan masalah yang ada dalam pengembangan potensi
tersebut, serta kaitannya dengan aspek lingkungan, sosial
dan kesejahteraan masyarakat. Melalui kegiatan ini,
kreativitas dan budaya kewirausahaan akan
ditumbuhkembangkan. Peserta didik juga membuka
wawasan tentang peluang masa depan, peka akan kebutuhan
masyarakat, menjadi problem solver yang terampil, serta
siap untuk menjadi tenaga kerja
profesional penuh integritas.

(3) Waktu Pelaksanaan Proyek Profil SDN Tanjungsari 1


Mengalokasikan 1-2 jam pelajaran di akhir hari, khusus untuk mengerjakan projek
profil. Bisa digunakan untuk eksplorasi di sekitar satuan pendidikan sebelum peserta
didik pulang.

42
SDN Tanjungsari 1 mengatur jadwal belajar yang membuka ruang untuk kolaborasi
mengajar antar pendidik dari mata pelajaran yang berbeda. Berdasarkan identifikasi tingkat
kesiapan untuk menentukan tahapan menjalankan projek maka posisi SDN Tanjungsari 1 ada
pada tahap awal dan berkembang. Hal ini dikarenakan adanya perpindahan dan pergantian
tenaga kependidikan di tahun pelajaran 2022/2023.

1. Tahap Awal
o Satuan pendidikan belum memiliki sistem dalam mempersiapkan
dan melaksanakan pembelajaran berbasis projek
o Konsep pembelajaran berbasis projek baru diketahui pendidik
o Sekolah menjalankan projek secara internal (tidak melibatkan pihak luar)
2. Tahap Berkembang
o Sekolah sudah memiliki dan menjalankan pembelajaran berbasis projek
o Konsep pembelajaran berbasis projek sudah dipahami sebagian pendidik
o Sekolah mulai melibatkan pihak di luar sekolah untuk membantu salah
satu aktivitas projek
3. Tahap Lanjutan
o Pembelajaran berbasis projek sudah menjadi kebiasaan sekolah
o Konsep pembelajaran berbasis projek sudah dipahami semua pendidik
o Sekolah sudah menjalin kerja sama dengan pihak mitra di luar sekolah
agar dampak projek dapat diperluas dan direplikasi secara berkelanjutan

43
C. Pembelajaran Ektrakurikuler (Wajib dan Pilihan)

Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan


pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan
dan berkewenangan di sekolah/ madrasah (Depdiknas, 2006:13). Kegiatan
ekstrakurikuler memberikan ruang yang tepat kepada peserta didik untuk
mempraktikkan secara langsung (learning by doing) berbagai aktivitas yang dapat
diarahkan pada upaya pembentukan karakter tertentu. Kegiatan ekstrakurikuler
merupakan salah satu jalur pembinaan kesiswaan. Kegiatan ekstrakurikuler yang
diikuti dan dilaksanakan oleh siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah,
bertujuan agar siswa dapat memperkaya dan memperluas diri. Memperluas diri ini
dapat dilakukan dengan memperluas wawasan pengetahuan dan mendorong
pembinaan sikap dan nilai-nilai

1. Pengembangan Diri Terprogram


Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh
guru. Pengembangan diri bertujuan untuk meningkaatkan keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa (imtaq), kebugaran, prestasi olah raga dan
peningkatan potensi, bakat, minat, dan kemampuan diri peserta didik sesuai kondisi
sekolah. Kegiatan pengembangan diri dibiayai dari partisipasi sukarela dari
orangtua, perwalian kelas, komite sekolah, masyarakat peduli pendidikan atau
DUDI. Dibimbing dan dilatih oleh guru, tenaga kependidikan , dan tenaga
Profesional/pelatih luar atas kesepakatan dengan komite sekolah yang dilakukan
dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan
melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi
dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik.
Kepala sekolah sebagai penanggung jawab kegiatan di SDN Tanjungsari 1, dan
tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan instruktur sebagai pengembang dan
pembina kegiatan ekstrakurikuler. Komite dilibatkan sebagai mitra sekolah yang
mewakili orang tua.

44
Tabel 3.11
Pengembangan Diri Secara Terprogram (Ekstrakurikuler)
Satuan Pendidikan Formal SDN Tanjungsari 1

No Bidang Nama Pembimbing Kegiatan Kelas


1. Pramuka 1. Wahidin, S.Pd Keg. Siaga I –III
2. N. Rohati, S.Pd Keg. Penggalang IV – VI
2. Keagamaan Muhamad Jazuli, S.Pd.I BTQ I – VI

3. UKS Veny Deyanti, S.Pd Penyuluhan IV –VI


Kesehatan, P3K
4. Tini Kurniawati, S.Pd Atletik I – VI
Olah Raga
1. Tintin Sugiharti, S.Pd Vocal Group I – VI
5. Seni
dan Budaya 2. Siti Juharohi, S.Pd Tari I – VI

Literasi Madli, S.Pd Pembiasaan,


6. Pengembangan, III-VI
Pembelajaran

2. Pengembangan Diri Tidak Terprogram ( Pembiasaan)


Kegiatan pengembangan diri secara Tidak Terprogram dapat dilaksanakan sebagai
berikut:

Tabel 3.12
Pengembangan Diri Secara Tidak Terprogram
Satuan Pendidikan Formal SDN Tanjungsari 1

Kegiatan Contoh

Rutin, yaitu kegiatan yang  Piket kelas


dilakukan terjadwal  Berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran
 Yasinan berjemaah
 Asmaul Husna
 Upacara Bendera hari Senin dan hari Besar nasional
 Tadarus Al Qur’an ( hafalan surat- surat pendek )
 Pesantren Kilat Ramadhan (dilaksanakan)
 Pelaksanaan Hari Besar Agama Islam
 Peringatan hari Besar Nasional (contoh hari Kartini,
Hari Kemerdekaan RI, Hardiknas dll)

45
Kegiatan Contoh

 PKS/ Pekan Kreativitas Siswa

 Festival Agama Islam

 O2SN

 Kunjungan ke Sumber Belajar

 Outbond

 Persami ( lomba tingkat I Penggalang) dan Pesta


Besar Siaga

 Gema Pramuka

 Program SERAMAH BESAN

Spontan, adalah kegiatan  Memberi dan menjawab salam


tidak terjadwal dalam  Meminta maaf
kejadian khusus  Berterima kasih
 Mengunjungi orang yang sakit
 Membuang sampah pada tempatnya
 Menolong orang yang sedang dalam kesusahan
 Melerai pertengkaran

Keteladanan, adalah  Performa guru


kegiatan dalam bentuk  Mengambil sampah yang berserakan
perilaku sehari-hari  Cara berbicara yang sopan
 Mengucapkan terima kasih
 Meminta maaf
 Menghargai pendapat orang lain
 Memberikan kesempatan terhadap pendapat yang
berbeda
 Mendahulukan kesempatan kepada orang tua
 Penugasan peserta didik secara bergilir
 Menaati tata tertib (disiplin, taat waktu, taat pada
peraturan)
 Memberi salam ketika bertemu
 Berpakaian rapi dan bersih
 Menepati janji

46
Kegiatan Contoh

 Memberikan penghargaan kepada orang yang


berprestasi
 Berperilaku santun
 Pengendalian diri yang baik
 Memuji pada orang yang jujur
 Mengakui kebenaran orang lain
 Mengakui kesalahan diri sendiri
 Berani mengambil keputusan
 Berani berkata benar
 Melindungi kaum yang lemah
 Membantu kaum yang fakir
 Sabar mendengarkan orang lain
 Mengunjungi teman yang sakit
 Membela kehormatan bangsa
 Mengembalikan barang yang bukan miliknya
 Antri
 Mendamaikan
 Penanaman Budaya Minat Baca / Baca Senyap
sebelum Belajar

3. Pendidikan Karakter dan Budaya Sekolah

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada


warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa
(YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia
insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus
dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum,
proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas, pemberdayaan sarana prasarana,
pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Nilai-nilai pendidikan karakter perlu dijabarkan sehingga diperoleh
deskripsinya. Deskripsi berguna sebagai batasan atau tolok ukur ketercapain pelaksanaan
nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah. Ada enam elemen dalam Profil Pelajar Pancasila,
yaitu: berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis,
dan
47
kreatif. Keenam elemen ini dilihat sebagai satu kesatuan yang saling mendukung dan
berkesinambungan satu sama lain.

48
ELEMEN KUNCI NILAI-NILAI PROFIL PELAJAR PANCASILA

49
50
Keenam karakteristik ini terwujud melalui penumbuhkembangan nilai-nilai budaya
Indonesia dan Pancasila, yang adalah fondasi bagi segala arahan pembangunan
nasional. Dengan identitas budaya Indonesia dan nilai-nilai Pancasila yang berakar
dalam, masyarakat Indonesia ke depan akan menjadi masyarakat terbuka yang
berkewargaan global - dapat menerima dan memanfaatkan keragaman sumber,
pengalaman, serta nilai-nilai dari beragam budaya yang ada di dunia, namun
sekaligus tidak kehilangan ciri dan identitas khasnya.
51
BAB IV
PERENCANAAN PEMBELAJARAN

Rencana pembelajaran disusun secara rutin untuk memetakan dan merencanakan


proses pembelajaran secara rimci. Rencana pembelajaran merupakan kompas bagi guru dalam
pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang tetap mengusung
kegiatan pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan memotivasi peserta didik menjadi
pembelajar sepanjang hayat.
Tujuan dari penyusunan Rencana pembelajaran adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran menjadi lebih sistematis.
2. Memudahkan analisis keberhasilan belajar peserta didik.
3. Memudahkan guru dalam penyampaian materi ajar.
4. Mengatur pola pembelajaran.
Rencana pembelajaran SDN Tanjungsari 1 terdiri dari silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang disusun rutin secara sederhana, aktual dan mudah dipahami
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai sehingga melalui Rencananya seorang
guru bisa memastikan seluruh proses pembelajaran bisa efektif dan efisien.

A. Strategi Penyusunan Rencana Pembelajaran


4.1. Kurikulum 2013

Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan


guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi
Pembelajaran yang disajikan di SDN Tanjungsari 1 untuk kelas 2,3, 5, dan 6 adalah dalam
bentuk metode pembelajaran yang nyata yaitu Strategi Problem Based Learning (PBL)
(Pembelajaran berbasis masalah), Strategi Project Based Learning (PJBL) (Pembelajaran
Berbasis proyek) dan Strategi Saintifik Learning (SL) ( Pembelajaran Ilmiah). Metode
pembejaran yang bisa dipilih dari konsep strategi pembelajaran adalah 1. Ceramah, 2. Diskusi
kelompok, 3. Demonstrasi , 4. Simulasi, 5. Pengalaman lapangan, 6. Mind Mapping, 7.
Drama.dan lain-lain.

52
Gambar 4.1 Alur Strategi Problem Based Learning

Berikut adalah penggunaan sintaks dari model pembelajaran problem based learning:
01. Konsep Dasar (Basic Concept)
Guru menyampaikan dasar pengetahuan yang terdiri dari konsep dasar, instruksi,
sumber, koneksi dan keterampilan yang dibutuhkan dalam mata pelajaran yang akan
disampaikan. Ini bermanfaat agar siswa bisa menangkap maksud dari apa yang
disampaikan. Sehingga suasana pembelajaran akan terkoneksi dengan mudah dan visi
misi pembelajaran bisa tercapai.
02. Pendefinisian Masalah (Defining The Problem)
Pada bagian ini guru mengutarakan skenario atau permasalahan, lalu siswa melaksanakan
aktivitas brainstorming, ini berarti setiap siswa dalam grup harus menyatakan ide dan
pendapat. Langkah ini bisa melahirkan berbagai macam gagasan yang tidak terduga
sebelumnya.
03. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Siswa diharuskan menemukan referensi belajar lain dari banyak sumber agar
permasalahan yang ada akan semakin jelas. Referensi belajar bisa artikel, video, tempat
baru, perpustakaan, berita, situs internet, buku dan apapun itu asalkan bahan berasal dari
sumber yang relevan.

53
Investigasi mengenai sumber belajar baru ini mempunyai misi penting : Pertama agar
siswa bisa menemukan sumber informasi dan memahami permasalahan dengan baik.
Kedua agar siswa bisa bersatu dengan satu tujuan dalam mengutarakan isu di depan kelas
secara akurat dan relevan.
04. Pertukaran Pengetahuan (Exchange Knowledge)
Sesudah siswa memperoleh referensi yang diinginkan untuk penajaman materi. Pada sesi
selanjutnya siswa diminta untuk berdiskusi dalam sebuah grup untuk mematangkan bahan
sumber yang ada lalu merumuskan solusi untuk permasalahan grup. Sehingga pertukaran
pengetahuan dalam grup diskusi bisa dilaksanakan dengan baik.
05. Penilaian (Assessment)
Terdapat tiga aspek penilaian yang perlu digaris bawahi, diantaranya adalah sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Seluruh penilaian yang akan dicatat sebagai hasil akhir
terdiri dari laporan, catatan, pekerjaan rumah, kuis, ujian tengah semester, dan ujian akhir
semester.

Gambar 4.2 Alur Strategi Problem Based Learning

Alur Pembelajaran (Learning Path) Model Project Based Learning


Menurut Rais dalam Lestari (2015) langkah-langkah model pembelajaran Project Based
Learning adalah sebagai berikut:

54
1. Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the big question)
Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan driving question yang dapat memberi
penugasan pada peserta didik untuk melakukan suatu aktivitas. Topik yang diambil
hendaknya sesuai dengan realita dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi
mendalam.
2. Merencanakan proyek (design a plan for the project).
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dengan peserta didik.
Dengan demikian peserta didik diharapakan akan merasa memiliki atas proyek
tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial dengan mengintegrasikan berbagai
subjek yang mendukung, serta menginformasikan alat dan bahan yang dapat
dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek.
3. Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule).
Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Waktupenyelesaian proyek harus jelas, dan peserta didik diberi
arahan untuk mengelola waktu yang ada. Biarkan peserta didik mencoba menggali
sesuatu yang baru, akan tetapi pendidik juga harus tetap mengingatkan apabila
aktivitas peserta didik melenceng dari tujuan proyek. Proyek yang dilakukan oleh
peserta didik adalah proyek yang membutuhkan waktu yang lama dalam
pengerjaannya, sehingga pendidik meminta peserta didik untuk menyelesaikan
proyeknya secara berkelompok di luar jam sekolah. Ketika pembelajaran dilakukan
saat jam sekolah, peserta didik tinggal mempresentasikan hasil proyeknya di kelas.
4. Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the project).
Pendidik bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik
selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi
peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, pendidik berperan sebagai mentor
bagi aktivitas peserta didik. Pendidik mengajarkan kepada peserta didik bagaimana
bekerja dalam sebuah kelompok. Setiap peserta didik dapat memilih perannya masing
masing dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok.
5. Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome).
Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian standar,
berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing masing peserta didik, memberi umpan
balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai oleh peserta didik, serta
55
membantu

56
pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian produk
dilakukan saat masing-masing kelompok mempresentasikan produknya di depan
kelompok lain secara bergantian.
6. Evaluasi (evaluate the experience).
Pada akhir proses pembelajaran, pendidik dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan
baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.

Gambar 4.3 Alur Strategi Saintifik Learning

Berikut adalah penjelasan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

1. Mengamati (observing)

Peserta didik menggunakan panca inderanya untuk mengamati fenomena yang


relevan dengan apa yang dipelajari. Fenomena yang diamati pada materi pelajaran
yang satu dengan lainnya berbeda. Misalnya, untuk pelajaran IPA, peserta didik
mengamati perubahan wujud zat; untuk pelajaran Bahasa Inggris, mendengarkan
percakapan; untuk pelajaran Bahasa Indonesia, membaca teks; untuk Prakarya,
mencicipi makanan. Hasil yang diharapkan dari aktivitas mengamati ini adalah peserta
didik mendapatkan pengetahuan faktual, pengalaman, dan serangkaian informasi yang
belum diketahui (gap of knowledge).

Supaya kegiatan mengamati dapat berlangsung dengan baik, maka sebelumnya


guru perlu menemukan fenomena yang akan diamati,merancang, menyiapkan, dan

57
menyediakan sumber belajar yang relevan dengan kompetensi dasar atau materi
pembelajaran.

2. Menanya (questioning)

Peserta didik merumuskan pertanyaan tentang informasi yang tidak


dipahaminya. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dapat mencakup tentang
pertanyaan yang bersifat faktual, konseptual, maupun prosedural, sampai pada
pertanyaan yang berisfat hipotetik. Hasil kegiatan ini adalah serangkaian pertanyaan
peserta didik, terutama yang mengarah atau relevan dengan indikator-indikator
kompetensi dasar yang sudah dirumuskan. Guru membantu peserta didik untuk
merumuskan pertanyaan berdasarkan daftar hal-hal yang ingin atau perlu diketahui
agar dapat melakukan sesuatu. Misalnya, guru membantu peserta didik dengan
merumuskan pertanyaan pancingan terkait apa yang sedang diamati.

3. Mengumpulkan infomasi/mencoba (observing)

Peserta didik mengumpulkan data melalui berbagai teknik, misalnya


melakukan eksperimen, mengamati objek atau kejadian, melakukan wawancara
dengan narasumber, dan membaca literasi. Guru menyediakan sumber-sumber belajar,
lembar kerja (worksheet), media, alat peraga, serta alat dan bahan eksperimen. Guru
juga membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk mengisi lembar kerja,
menggali informasi tambahan yang dapat dilakukan secara berulang-ulang sampai
peserta didik memperoleh informasi atau data yang dibutuhkan. Hasil dari kegiatan ini
adalah serangkaian data atau informasi yang relevan dengan serangkaian kompetensi
dasar.

4. Menalar/mengasosiasi (associating)

Peserta didik mengolah informasi yang sudah dikumpulkan. Di dalam langkah


ini, peserta didik memecah, memilah informasi, mengklasifikasi, atau menghitung
dengan cara tertentu untuk menemukan kesimpulan. Pada langkah ini, guru
mengarahkan agar peserta didik dapat mengidentifikasi, mengklasifikasi, atau
menghubungkan data dan informasi yang diperoleh. Hasil akhir dari kegiatan
menalar/mengasosiasi adalah simpulan-simpulan yang merupakan jawaban atas
pertanyaan yang dirumuskan.

58
5. Mengomunikasikan (communicating)

Peserta didik menyampaikan simpulan hasil analisis secara lisa, tertulis, atau
menyampaikan melalui media lain. Pada kegiatan ini, peserta didik juga dapat memajang atau
memamerkan hasilnya di ruang kelas atau mengunggah (upload) melalui blog yang dimiliki.
Guru memberikan umpan balik, penguatan, serta penjelasan secara lebih luas, membantu
peserta didik untuk menentukan butir-butir penting yang akan dipresentasikan, baik dengan
atau tanpa memanfaatkan teknologi informasi.

( Contoh silabus dan RPP pada lampiran )

4.2. Kurikulum Merdeka

Pembelajaran dan asesmen pada kurikulum merdeka ini mempunyai masing-masing


lima prinsip pembelajaran dan lima prinsip asesmen. Prinsip-prinsip ini merupakan salah satu
hal yang diatur oleh pemerintah pusat, namun untuk implementasi selanjutnya satuan
pendidikan ataupun guru yang mendesainnya.

4.2.1. Prinsip-Prinsip Pembelajaran

1. Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan


tingkat pencapaian peserta didik saat ini, sesuai kebutuhan belajar, serta
mencerminkan karakteristik dan perkembangan yang beragam sehingga
pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan.

Sesuai dengan prinsip ini guru SDN Tanjungsari 1 dalam membuat perangkat ajar
memetakan dulu kemampuan awal siswa dan disesuaikan juga perangkat ajar tersebut
dengan kebutuhan siswa. Maka untuk mewujudkan hal tersebut guru perlu
menganalisis lingkungan sekolah, sarana dan prasarana untuk mendukung
pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa serta memvariasikan
model/metode pembelajaran sesuai dengan gaya belajar, jenis kecerdasan, minat, dan
bakat siswa.

Di samping itu guru menyesuaikan tuntutan pembelajaran dalam hal produk


pembelajaran divariasikan sesuai dengan gaya belajar, minat, kebutuhan, dan
bakat siswa. Contoh differensiasi produk ini adalah sebagai berikut:
59
● Untuk kelompok siswa yang gemar menulis dan visual, bisa dengan tugas
menulis laporan dengan ilustrasi atau infografis.

● Untuk kelompok yang yang gemar bercerita tugas berupa membuat rekaman
sandiwara radio atau rekaman siaran/pot cast tentang siklus air.

● Untuk kelompok peserta didik yang kinestetik, bisa melakukan presentasi


dalam bentuk drama singkat atau gerakan yang menunjukkan siklus air.

2. Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas untuk


menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Pada prinsip ini diharapkan peran guru SDN Tanjungsari 1 sebagai fasilitator betul-
betul dilaksanakan. Pembelajaran dimulai
dengan memberikan stimulus berupa pertanyaan pemantik, siswa
berkolaborasi, ada umpan balik antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa,
dan melibatkan siswa dengan kebiasaan bertanya sehingga pada akhirnya akan muncul
pemahaman bermakna. Kalau hal ini sudah terbiasa, maka nantinya siswa dapat
menjadi pribadi yang mandiri dalam belajar. Sebagai catatan bagi guru
sesuai prinsip ini adalah dengan menghindari metode ceramah, hanya memberi
tugas tanpa umpan balik, dan lebih banyak melaksanakan penilaian sumatif (akhir)
daripada formatif (proses).

3. Proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan karakter


peserta didik secara holistik.

Pada prinsip ini guru harus menerapkan metode pembelajaran terbaru untuk
mewujudkan kompetensi peserta didik. Metode pembelajaran ini
misalnya metode/model inkuiri, projek, berbasis masalah, berbasis tantangan,
dan pembelajaran differensiasi. Selain itu juga guru perlu melihat kegiatan
pembelajaran dari berbagai perspektif yang mendukung kognitif, sosial emosi, dan
spiritual. Kemudian juga guru harus melihat profil pelajar pancasila itu sebagai target
cerminan karakter pada peserta didik dan bukan sebagai sesuatu yang harus diajarkan
dan dihafal.

60
Selanjutnya agar pembelajaran dapat memotivasi siswa, maka perlu lingkungan
belajar meliputi susunan kelas secara personal, sosial, dan fisik. Lingkungan belajar
juga harus disesuaikan dengan kesiapan dan minat peserta didik dalam belajar.

Contoh pengkondisian ini antara lain adalah:

● Menyiapkan meja dan kursi peserta didik yang mudah untuk dipindah
tempatkan dan diatur tata letaknya untuk menyesuaikan dengan aktivitas
pembelajaran.

● Sediakan sudut baca kelas untuk mendekatkan peserta didik pada buku
sebagai salah satu sumber belajar.

● Buat jam kunjung ruang multimedia, agar peserta didik dapat meluangkan
waktu secara khusus mengakses informasi tanpa terganggu tugas atau aktivitas
lainnya.

● Gunakan semua tempat di sekolah untuk memfasilitasi pembelajaran, misal:


taman sekolah untuk untuk pembelajaran IPAS, dll.

● Melibatkan peserta didik untuk membantu mengatur, menata, menyusun


tempat yang aman dan nyaman dimana mereka bisa mengakses dan memilih
sumber belajar sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan berani mencoba
aktivitas belajar baru.

4. Pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai konteks,


lingkungan dan budaya peserta didik, serta melibatkan orang tua dan
masyarakat sebagai mitra.

Pada prinsip ini menekankan pada pembelajaran yang kontekstual. Pembelajaran


kontekstual ini menghubungkan pembelajaran dengan dunia nyata atau kehidupan
siswa sehingga siswa tersebut merasa terlibat dalam pembelajaran dan pada
akhirnya pembelajaran tersebut bermanfaat baginya. Orang tua harus dijadikan
mitra dalam pembelajaran sehingga terdapat komunikasi dua arah dan saling
memberikan umpan balik antara guru dengan orang tua. Selain itu dalam pembelajaran

61
yang kontekstual dapat melibatkan tenaga ahli profesional, masyarakat, ataupun
lembaga lain dalam pembelajaran baik sebagai narasumber primer ataupun sekunder.
Jadi sumber belajar itu bukan hanya guru ataupun buku melainkan juga pihak lain yang
bisa diajak ke sekolah ataupun siswa yang diajak berkunjung atau ditugaskan ke suatu
tempat atau lembaga tertentu sesuai dengan konteks pembelajarannya.

5. Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.

Pada prinsip ini guru harus merubah paradigmanya dalam pembelajaran. Pembelajaran
itu membangun pemahaman bermakna dengan memberi dukungan lebih banyak di
awal untuk kemudian perlahan melepas sedikit demi sedikit dukungan tersebut untuk
akhirnya menjadi pembelajar yang mandiri dan merdeka. Supaya pemahaman
bermakna tersebut dapat dikuasai siswa maka dalam pembelajarannya guru harus
membelajarkan keterampilan abad 21 bukan sekedar hanya mengetes atau menilai
keterampilan tersebut dalam suatu pembelajaran.

4.2.2. Pembelajaran Bermakna

Pembelajaran bermakna adalah sebuah proses yang bertujuan untuk membangun pemahaman
konsep yang dipelajari. Agar bermakna proses ini bersifat aktif, konstruktif, dan melibatkan
peserta didik dalam seluruh prosesnya.

Pertimbangan yang perlu dilakukan dalam merancang pengalaman belajar yang bermakna
antara lain adalah:

1. Pengetahuan yang akan dipelajari harus masuk akal bagi peserta didik. Konsep
yang dipelajari dan aktivitas yang dilakukan dapat dihubungkan dengan kondisi
nyata dalam kehidupan sehari-hari yang harus dipecahkan atau dicarikan solusinya
oleh siswa..
2. Pendekatan yang berpusat kepada siswa. Ketika siswa lebih terlibat dalam proses
belajar, mereka akan memiliki pemahaman lebih baik tentang tujuan pembelajaran.
Guru mengajukan pertanyaan terbuka, mendorong kolaborasi dan proyek
kelompok, serta memberi tugas yang melatih kemampuan refleksi dan sintesa.
3. Melibatkan banyak referansi dan sumber belajar. Siswa dapat belajar dari
berbagai buku, majalah, jurnal penelitian, TV, internet, narasumber/profesional.

62
4.2.3. Pembelajaran Diffrensiasi

Pembelajaran differensiasi dapat berarti bahwa membelajarkan suatu konten


pembelajaran yang sama kepada semua siswa dengan menggunakan berbagai strategi
pembelajaran atau mungkin mengharuskan guru untuk memfasilitasi pembelajaran
berdasarkan pada berbagai tingkat kesulitan berdasarkan kemampuan masing-masing siswa.

Guru SDN Tanjungsari 1 dalam menerapkan pembelajaran differensiasi di dalam


pembelajarannya dapat berupa:

1. merancang pembelajaran berdasarkan gaya belajar siswa.


2. kelompokkan siswa berdasarkan minat, topik, atau kemampuan bersama untuk
menyelesaikan suatu tugas.
3. menilai suatu pembelajaran lebih menggunakan penilaian formatif.
4. mengelola kelas untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung.
5. terus melakukan refleksi dan menyesuaikan materi pembelajaran untuk memenuhi
kebutuhan siswa.

4.2.4. Empat Cara untuk Penerapan Pembelajaran Diffrensiasi


Penerapan pembelajaran differensiasi dapat dilaksanakan melalui isi, proses, produk, dan
lingkungan belajar.
1. Isi
Guru dapat memdedakan konten atau isi pembelajaran dengan merancang kegiatan
untuk kelompok siswa yang mencakup berbagai tingkat Taksonomi Bloom
(pengklasifikasian tingkat perilaku intelektual dari keterampilan berpikir tingkat
rendah ke keterampilan berpikir tingkat tinggi). Keenam tingkatan tersebut adalah:
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Siswa yang belum bisa dan belum terbiasa dengan pembelajaran tuntutan tingkat tinggi
dapat diminta untuk menyelesaikan tugas pada yang tingkat rendah: mengingat dan
memahami. Siswa dengan kemampuan tingkat penguasaan sedang dapat diminta untuk
menerapkan dan menganalisis konten, dan siswa yang memiliki tingkat penguasaan
yang tinggi dapat diminta untuk menyelesaikan tugas di bidang mengevaluasi dan
mencipta.

63
Contoh kegiatan differensiasi dari sisi isi atau konten antara lain adalah:
● Mencocokkan kosakata dengan defenisi
● Membaca bagian teks dan menjawab pertanyaan terkait
● Pikirkan situasi yang terjadi pada karakter dalam cerita dan hasil berbeda
● Membedakan fakta dari opini dalam cerita
● Identifikasi posisi penulis dan berikan bukti untuk mendukung sudut pandang
● Buat presentasi power point, peta konsep, dan graphic organizer untuk
mengungkapkan hasil pembelajaran.

2. Proses
Setiap siswa mempunyai gaya belajar yang disukai dan pembelajaran differensiasi
yang berhasil mencakup cara penguasaan materi atau kompetensi ke setiap gaya
belajar: visual, auditori, dan kinestetik. Metode terkait proses ini juga menjawab
fakta bahwa tidak semua siswa memerlukan jumlah dukungan yang sama dari guru,
dan siswa dapat memilih untuk belajar secara berpasangan, kelompok kecil,
ataupun individu. Sementara itu beberapa siswa yang lain mungkin bisa berinteraksi
langsung dengan guru atau temannya sebagai tutor sebaya dan siswa lainnya lagi
dapat maju dengan sendirinya. Jadi guru dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan menawarkan dukungan berdasarkan kebutuhan siswa
sebagai individu yang unik dan berbeda antara satu sama lainnya.
Contoh untuk kegiatan pembelajaran differensiasi berdasarkan proses antara lain adalah:
● Menyediakan buku teks untuk siswa visual dan kata
● Biarkan siswa auditori mendengarkan buku audio
● Berikan siswa kinestetik kesempatan untuk menyelesaikan tugas secara online

3. Produk
Pembelajaran differensiasi dari sisi produk adalah apa yang siswa hasilkan di akhir
pembelajaran untuk menunjukkan penguasaan pembelajaran sesuai tujuan
pembelajaran yang sudah ditetapkan. Produk ini bisa berupa poyek, laporan, video,
audio, dan lain-lain. Guru dapat menugaskan siswa untuk menyelesaikan kegiatan
yang menunjukkan penguasaan kompetensi dengan cara yang disukai siswa dan
berdasarkan gaya belajar.

64
Contoh pembelajaran differensiasi produk adalah sebagai berikut:
● Siswa visual dapat membuat peta konsep atau graphic oragnizer dari suatu cerita
● Siswa auditori memberikan laporan lisan
● Siswa kinestetik membangun diorama yang menggambarkan cerita
● Siswa dengan kecerdasan linguistik dengan menulis buku laporan

4. Lingkungan Belajar
Kondisi pembelajaran yang optimal mencakup unsur fisik dan psikis. Tata letak
ruang kelas yang fleksibel adalah kuncinya, menggabungkan berbagai jenis furnitur
dan pengaturan untuk mendukung kerja individu dan kelompok. Secara psikologis
guru harus menggunakan teknik pengelolaan kelas yang mendukung lingkungan
belajar yang aman dan mendukung.
Contoh pembelajaran differensiasi dari sisi lingkungan belajar antara lain adalah:
● Bagi beberapa siswa ke dalam kelompok membaca untuk mendiskusikan tugas
● Izinkan siswa untuk membaca secara individuual jika diinginkan
● Ciptakan ruang yang tenang dimana tidak ada gangguan

4.2.5. Contoh Strategi Pembelajaran Differensiasi


1. Strategi Pembelajaran Differensiasi Mata Pelajaran Matematika
● Menyediakan siswa dengan papan pilihan. Siswa dapt memiliki piihan untuk
belajar tentang probalitas dengan bermain game dengan teman sebaya,
menonoton video, membaca buku teks, atau mengerjakan soal di lembar kerja.
● Buat pembelajaran untuk kelompok kecil kepada individu atau kelompok
siswa yang tidak memahami konsep/kompetensi dalam pembelajaran secara
klasikal atau secara keseluruhan siswa. Ini juga memberikan waktu untuk
kegiatan pengayaan bagi siswa yang telah menguasai konsep/kompetensi yang
ditetapkan.
● Gunakan bahan manipulatif dalam pembelajaran matematika, terutama
untuk siswa yang sulit memahami konsep. Bahan manipulatif adalah alat bantu
pembelajaran yang digunakan terutama untuk menjelaskan konsep dan
prosedur matematika. Alat ini merupakan bagian langsung dari mata pelajaran
matematika, dan dapat dimanipulasikan oleh peserta didik (dibalik, dipotong,

65
digeser, dipindah, digambar, ditambah, dipilah, dikelompokkan atau
diklasifikasikan).
● Mintalah siswa yang sudah mengusai konsep/kompetensi pembelajaran
membuat catatan untuk siswa yang masih dalam tahap belajar untuk
memahami.
● Bagi siswa yang sudah menguasai konsep/kompetensi tuntut mereka untuk
memberikan penjelasan secara mendalam, langkah demi langkah proses
penyelesaiannya dengan tetap tidak kaku terhadap proses tersebut dengan siswa
yang masih dalam tahap mempelajarinya sampai pada jawaban yang benar.

2. Strategi Pembelajaran Differensiasi Mata Pelajaran IPA/IPS


● Menyiapkan “Stasiun Bantuan” dimana siswa saling membantu. Mereka yang
memiliki lebih banyak pengetahuan tentang konsep/kompetensi dapat
mengajarkan kepada siswa yang masih berjuang memahami
konsep/pengetahuan sebagai kegiatan bimbingan dalam pemahaman
konsep/kompetensi.
● Siapkan sesi “Tanya Jawab” dimana siswa dapat mengajukan pertanyaan
kepada guru atau siswa yang lain untuk mengisi kesenjangan pengetahuan
sebelum mencoba suatu eksperimen/kegiatan.
● Buat dinding visual. Gunakan gambar dan label yang sesuai untuk membantu
siswa mengngat istilah sulit.
● Siapkan pusat minat. Contohnya saat belajar tentang dinosaurus, guru
mungkin memiliki pusat “penggalian”, pusat membaca, proyek seni yang
berfokus pada anatomi mereka dan pusat video.
● Menyediakan konten pembelajaran dalam berbagai format seperti menayangkan
video tentang dinosaurus, membagikan lembar kerja dengan gambar dinosaurus
dan labelnya, dan menyediakan lembar kerja isian dengan fakta-fakta menarik
tentang dinosaurus.

3. Strategi Pembelajaran Differensiasi Mata Pelajaran Bahasa


● Kerja kelompok dalam mata pelajaran itu penting. Dengan cara ini siswa lebih
banyak terlibat aktif dalam mengusai kompetensi bahasa. Siswa
memungkinkan diberi tugas dalam kelompok sesuai kebutuhan mereka seperti
66
menggambar dan meneliti.

67
● Tugas berjenjang dapat digunakan dalam keterampilan membaca untuk
memungkinkan siswa menunjukkan apa yang telah mereka pelajari pada
tingkat yang sesuai dengan mereka. Satu siswa mungkin membuat papan cerita
visual (peta konsep, graphic organizer) sementara siswa lain mengkin menulis
laporan buku.
● Kelompok membaca dapat memilih buku berdasarkan minat atau ditugaskan
berdasarkam tingkat kemampuan membacanya.
● Guru dapat juga memberikan instruksi dengan memberikan sedikit penjelasan
eksplisit yang jelas dengan visual. Jelaskan sedikit tentang topik secara verbal
dan visual, kemudian gunakan bagan jangkar/graphic organizer, gambar,
diagram, dan panduan referensi untuk mendorong pemahaman yang lebih jelas.
Jika memungkinkan sediakan klip video untuk ditonton siswa.
● Gunakan pengelompokan yang fleksibel. Siswa mungkin berada dalam
kelompok untuk phonics berdasarkan tingkat penilaian mereka tetapi memilih
untuk berada di kelompok lain untuk membaca karena mereka tertarik pada
buku itu.

4.2.6 Proses Perencanaan Pembelajaran

1. Menganalisis dan Memahami Capaian Pembelajaran

Capaian Pembelajaran merupakan kompetensi pembelajaran yang harus dicapai


peserta didik pada setiap tahap perkembangan untuk setiap mata pelajaran pada satuan
pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan mengah. CP memuat
sekumpulan kompetensi dan lingkup materi yang disusun secara komprehensif dalam
bentuk narasi dan menyesuaikan tahap perkembangan peserta didik. Beberapa contoh
dalam pemanfaatan capaian pembelajaran dalam perencanaan pembelajaran
diantaranya
: Pembelajaran yang fleksibel, pembelajaran yang sesuai dengan kesiapan peserta
didik, dan pengembangan rencana pembelajaran yang kolaboratif.

Analisis Capaian Pembelajaran (CP) dalam menyusun Tujuan Pembelajaran dan


Alur Tujuan Pembelajaran
Contoh 1 Prosedur Penyusunan Alur Tujuan Pembelajaran
a. Melakukan analisis Capaian Pembelajaran (CP) mata pelajaran pada fase yang
68
akan dipetakan.

69
b. Identifikasi kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai peserta didik pada fase
tersebut.
c. Rumuskan tujuan pembelajaran dengan mempertimbangkan kompetensi yang
akan dicapai, konten yang akan dipelajari dan variasi keterampilan berpikir apa
yang perlu dikuasai peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

d. Identifikasi elemen dana tau subelemen Profil Pelajar Pancasila yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

70
e. Setelah tujuan pembelajaran dirumuskan, susun tujuan pembelajaran secara
linear sebagaimana urutan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dari hari ke
hari.

2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran


Setelah memahami capaian pembelajaran, guru mulai mendapatkan ide-ide tentang apa
yang harus dipelajari peserta didik dalam dalam satu fase. Penggunaan kata kunci yang
telah dikumpulkan pada tahap sebelumnya untuk merumuskan tujuan pembelajaran.
Komponen-komponen dalam penulisan tujuan pemebelajaran minimal memuat dua
komponen diantaranya kompetensi dan lingkup materi.
3. Menyusun Alur Tujuan Pembelajaran
Langkah berikutnya dalam perencanaan pembelajaran adalah Menyusun alur tujuan
pembelajaran, alur tujuan pembelajaran perlu disusun secara linear, satu arah,
sebagaimana urutan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dari hari ke hari, guru
dapat menggunakan contoh alur pembelajaran yang tersedia atau memodifikasi sesuai
kebutuhan peserta didik, karakteristik dan kesiapan satuan Pendidikan.
Alur Tujuan Pembelajaran menggambarkan urutan pengembangan kompetensi yang
harus dikuasai peserta didik. Alur tujuan pembelajaran dalam satu fase
menggambarkan cakupan dan tahapan pembelajaran yang linear dari awal hingga akhir
fase. Alur tujuan pembelajaran pada keseluruhan fase menggambarkan cakupan dan
tahapan pembelajaran yang menggambarkan tahapan perkembangan kompetensi
antarfase dan jenjang.

71
4. Merancang Pembelajaran
Pembelajaran dirancang untuk memandu guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran sehari-hari untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan,
rencana pembelajaran yang dibuat masing-masing guru dapat berbeda-beda karena
rencana pembelajaran diranvang dengan memperhatikan berbagai faktor termasuk
faktor peserta didik yang berbeda, lingkungan sekolah, ketersediaan sarana dan
prasarana pembelajaran dan sebagainya.

4.3. Model Asesmen

4.3.1. Prinsip-Prinsip Asesmen


1. Asesmen merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, memfasilitasi
pembelajaran, dan menyediakan informasi yang holistik sebagai umpan balik
untuk pendidik, peserta didik, dan orang tua, agar dapat memandu mereka
dalam menentukan strategi pembelajaran selanjutnya.
Asesmen pada pembelajaran paradigma baru mengarah kepada kompetensi dengan
ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan dilaksanakan secara terpadu dan tidak
terpisah dari pembelajaran.
Selain terpadu asesmen juga melibatkan siswa dalam melakukan asesmen, melalui
penilaian diri (self assessment), penilaian antarteman (peer assessment), refleksi diri,
dan pemberian umpan balik antar teman (peer feedback).

72
2. Asesmen dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen tersebut,
dengan keleluasaan untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaan asesmen agar
efektif mencapai tujuan pembelajaran.
Membangun komitmen dan menyusun perencanaan asesmen yang berfokus pada
asesmen formatif. Jadi dalam melakukan asesmen lebih banyak asesmen formatif
yang menilai proses pembelajaran sebagai umpan balik dalam suatu pembelajaran dan
bukan sekedar untuk mengumpulkan nilai untuk mengisi rapor nantinya.

Menggunakan beragam jenis, teknik dan instrumen penilaian formatif dan sumatif
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran
dan kebutuhan siswa.
Mengkomunikasikan kepada siswa tentang jenis, teknik, dan instrumen penilaian yang
akan digunakan. Harapannya, siswa akan berusaha mencapai kriteria yang terbaik
sesuai dengan kemampuannya.
Asesmen Formatif
Penilaian atau asesmen formatif bertujuan untuk memantau dan memperbaiki proses
pembelajaran, serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran. Asesmen ini
dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik, hambatan atau
kesulitan yang mereka hadapi, dan juga untuk mendapatkan informasi perkembangan
peserta didik. Informasi tersebut merupakan umpan balik bagi peserta didik dan juga
pendidik.
● Bagi peserta didik, asesmen formatif berguna untuk berefleksi,
dengan memonitor kemajuan belajarnya, tantangan yang dialaminya, serta
langkah-langkah yang perlu ia lakukan untuk meningkatkan terus capaiannya.

73
Hal ini merupakan proses belajar yang penting untuk menjadi pembelajar
sepanjang hayat.
● Bagi pendidik, asesmen formatif berguna untuk merefleksikan strategi
pembelajaran yang digunakannya, serta untuk meningkatkan efektivitasnya
dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Asesmen ini juga
memberikan informasi tentang kebutuhan belajar individu peserta didik
yang diajarnya.
Agar asesmen memberikan manfaat tersebut kepada peserta didik dan pendidik, maka
beberapa hal yang perlu diperhatikan pendidik dalam merancang asesmen formatif,
antara lain sebagai berikut:
● Asesmen formatif tidak berisiko tinggi (high stake). Asesmen formatif
dirancang untuk tujuan pembelajaran dan tidak seharusnya digunakan untuk
menentukan nilai rapor, keputusan kenaikan kelas, kelulusan, atau keputusan-
keputusan penting lainnya.
● Asesmen formatif dapat menggunakan berbagai teknik dan/atau instrumen.
Suatu asesmen dikategorikan sebagai asesmen formatif apabila tujuannya
adalah untuk meningkatkan kualitas proses belajar.
● Asesmen formatif dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran yang
sedang berlangsung sehingga asesmen formatif dan pembelajaran menjadi
suatu kesatuan.
● Asesmen formatif dapat menggunakan metode yang sederhana, sehingga
umpan balik hasil asesmen tersebut dapat diperoleh dengan cepat.
● Asesmen formatif yang dilakukan di awal pembelajaran akan memberikan
informasi kepada pendidik tentang kesiapan belajar peserta didik. Berdasarkan
asesmen ini, pendidik perlu menyesuaikan/memodifikasi rencana pelaksanaan
pembelajarannya dan/ atau membuat diferensiasi pembelajaran agar sesuai
dengan kebutuhan peserta didik.
● Instrumen asesmen yang digunakan dapat memberikan informasi tentang
kekuatan, hal-hal yang masih perlu ditingkatkan oleh peserta didik dan
mengungkapkan cara untuk meningkatkan kualitas tulisan, karya atau performa
yang diberi umpan balik. Dengan demikian, hasil asesmen tidak sekadar sebuah
angka.

74
Contoh-contoh pelaksanaan asesmen formatif.
● Pendidik memulai kegiatan tatap muka dengan memberikan pertanyaan
berkaitan dengan konsep atau topik yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.
● Pendidik mengakhiri kegiatan pembelajaran di kelas dengan meminta peserta
didik untuk menuliskan 3 hal tentang konsep yang baru mereka pelajari, 2 hal
yang ingin mereka pelajari lebih mendalam, dan 1 hal yang mereka belum
pahami.
● Kegiatan percobaan dilanjutkan dengan diskusi terkait proses dan hasil
percobaan, kemudian pendidik memberikan umpan balik terhadap pemahaman
peserta didik.
● Pendidik memberikan pertanyaan tertulis, kemudian setelah selesai menjawab
pertanyaan, peserta didik diberikan kunci jawabannya sebagai acuan
melakukan penilaian diri.
● Penilaian diri, penilaian antarteman, pemberian umpan balik antar teman dan
refleksi. Sebagai contoh, peserta didik diminta untuk menjelaskan secara lisan
atau tulisan (misalnya, menulis surat untuk teman) tentang konsep yang baru
dipelajari.

Asesmen Sumatif
Penilaian atau asesmen sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran dan/atau CP peserta didik
sebagai dasar penentuan kenaikan kelas dan/atau kelulusan dari satuan pendidikan.
Penilaian pencapaian hasil belajar peserta didik dilakukan dengan membandingkan
pencapaian hasil belajar peserta didik dengan kriteria ketercapaian tujuan
pembelajaran.
Sementara itu, pada pendidikan anak usia dini, asesmen sumatif digunakan untuk
mengetahui capaian perkembangan peserta didik dan bukan sebagai hasil evaluasi
untuk penentuan kenaikan kelas atau kelulusan. Asesmen sumatif berbentuk laporan
hasil belajar yang berisikan laporan pencapaian pembelajaran dan dapat ditambahkan
dengan informasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Adapun asesmen sumatif dapat berfungsi untuk:
● alat ukur untuk mengetahui pencapaian hasil belajar peserta didik dalam satu
75
atau lebih tujuan pembelajaran di periode tertentu;

76
● mendapatkan nilai capaian hasil belajar untuk dibandingkan dengan kriteria
capaian yang telah ditetapkan; dan
● menentukan kelanjutan proses belajar siswa di kelas atau jenjang berikutnya.

Asesmen sumatif dapat dilakukan setelah pembelajaran berakhir, misalnya pada akhir
satu lingkup materi (dapat terdiri atas satu atau lebih tujuan pembelajaran), pada akhir
semester dan pada akhir fase; khusus asesmen pada akhir semester, asesmen ini
bersifat pilihan. Jika pendidik merasa masih memerlukan konfirmasi atau informasi
tambahan untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, maka dapat
melakukan asesmen pada akhir semester. Sebaliknya, jika pendidik merasa bahwa data
hasil asesmen yang diperoleh selama 1 semester telah mencukupi, maka tidak perlu
melakukan asesmen pada akhir semester. Hal yang perlu ditekankan, untuk
asesmen sumatif, pendidik dapat menggunakan teknik dan instrumen yang beragam,
tidak hanya berupa tes, namun dapat menggunakan observasi dan performa (praktik,
menghasilkan produk, melakukan projek, dan membuat portofolio).

3. Asesmen dirancang secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya


(reliable) untuk menjelaskan kemajuan belajar dan menentukan keputusan tentang
langkah selanjutnya.
Menerapkan moderasi asesmen, yaitu berkoordinasi antar pendidik untuk menyamakan
persepsi kriteria, sehingga tercapai prinsip keadilan. Jadi dalam melaksanakan asesmen
bukan hanya secara sepihak, libatkan juga siswa baik dalam menyusun kriterianya
maupun dalam pelaksanaannya.

4. Laporan kemajuan belajar dan pencapaian peserta didik bersifat sederhana dan
informatif, memberikan informasi yang bermanfaat tentang karakter dan
kompetensi yang dicapai serta strategi tindak lanjutnya.
Laporan kemajuan belajar hendaknya didasarkan pada bukti dan pencatatan
perkembangan kemajuan belajar siswa. Untuk format rapor diserahkan kepada satuan
pendidikan dan bisa saja lebih mengutamakan hasil asesmen formatif.
Di bawah ini salah contoh pilihan rapor yang lebih mengutamakan asesmen formatif
dalam merancang laporannya.

77
5. Hasil asesmen digunakan oleh peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan
orang tua sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Satuan pendidikan memiliki strategi agar hasil asesmen digunakan sebagai refleksi oleh
siswa, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua untuk meningkatkan mutu
pembelajaran. Hasil asesmen bukan untuk membandingkan antar siswa.
Asesmen tanpa umpan balik hanyalah data administratif yang kurang bermanfaat untuk
peningkatan kualitas pembelajaran dan asesmen. Hasil asesmen peserta didik pada
periode waktu tertentu dapat dijadikan sebagai umpan balik bagi pendidik untuk
melakukan refleksi dan evaluasi.

Refleksi oleh siswa


Asesmen/refleksi oleh siswa bertujuan untuk:
● membangun kemandirian dan tanggung jawab dalam proses pembelajaran dan
kehidupan sehari-hari;
● membangun budaya transparansi, objektivitas, saling menghargai,
dan mengapresiasi keragaman pendapat dalam menilai proses
pembelajaran;
● membangun suasana pembelajaran yang partisipatif dan untuk memberi umpan
balik kepada pendidik dan siswa;
● melatih siswa untuk mampu berpikir kritis.

78
Refleksi oleh guru
Guru perlu melakukan refleksi diri terhadap perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran dan asesmen yang telah dilakukan. Guru yang bersangkutan perlu
melakukan refleksi paling sedikit satu kali dalam satu semester.
Dalam melakukan refleksi diri terhadap proses perencanaan dan proses pembelajaran,
pendidik dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan berikut untuk membantu
melakukan proses refleksi:
● Apa tujuan saya mengajar semester/tahun ini?
● Apa yang saya sukai dari proses belajar mengajar semester/tahun ini?
● Aspek/hal apa dalam pengajaran dan asesmen yang berhasil?
● Aspek/hal apa dalam pengajaran dan asesmen yang perlu peningkatan?
● Apa yang perlu saya lakukan tahun ini untuk hal yang lebih baik
tahun depan?
● Apa saja tantangan terbesar yang saya hadapi dalam semester/tahun ini?
● Bagaimana cara saya mengatasi tantangan-tantangan tersebut?
Pertanyaan-pertanyaan ini dapat ditambah dan dikembangkan sendiri sesuai dengan
kebutuhan. Selain untuk refleksi diri, pertanyaan ini juga dapat digunakan oleh sesama
guru dan kepala sekolah.

Refleksi Sesama Guru


Penilaian oleh sesama guru merupakan asesmen oleh sesama guru atas perencanaan
dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Hal ini
ditujukan untuk membangun budaya saling belajar, kerjasama dan saling mendukung.
Sebagaimana refleksi diri, refleksi sesama guru dilakukan paling sedikit satu kali
dalam satu semester.
Berikut adalah tiga hal yang dapat dilakukan oleh sesama guru:
● berdiskusi mengenai proses perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran (dapat
menggunakan/menyesuaikan pertanyaan untuk refleksi diri);
● mengamati proses pelaksanaan pembelajaran;
● melakukan refleksi terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.

79
Refleksi oleh Kepala Sekolah
Penilaian oleh kepala sekolah bertujuan untuk:
● membangun budaya reflektif, merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mendorong terjadinya refleksi atas proses pembelajaran secara terus menerus
dan menjadi bagian yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses
pembelajaran itu sendiri;
● memberi umpan balik yang konstruktif, merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh kepala Satuan Pendidikan untuk memberi masukan, saran, dan
keteladanan kepada pendidik untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Berkaitan dengan refleksi ini, maka kepala sekolah dan pengawas satuan pendidikan
dapat melakukan beberapa hal di bawah ini.

Untuk Kepala Sekolah:


● Kepala sekolah dapat memfasilitasi Pendidik dalam proses refleksi. Dengan
mengadakan diskusi tentang apa yang perlu dilakukan sekolah untuk
membantu proses Pembelajaran.
● Kepala Sekolah dapat pula memberikan pertanyaan-pertanyaan pemantik untuk
peningkatan kualitas pembelajaran dan asesmen.
● Kepala sekolah dapat juga secara acak masuk untuk observasi untuk melihat
langsung proses pembelajaran di dalam kelas.

Untuk Pengawas:
Pada saat Pengawas melakukan kunjungan, diharapkan dapat mendampingi Pendidik
dalam melakukan refleksi. Refleksi ini bisa dalam bentuk refleksi dialogis dan bersifat
non-judgmental. Dengan kata lain, guru diajak berdialog dan berpikir terbuka namun
tanpa harus menghakimi atau menyalahkan. Dalam proses refleksi, Pengawas tidak
dianjurkan meminta laporan administrasi yang membebani Pendidik.

4.3.2. Merencanakan Asesmen


Apabila pendidik menggunakan modul ajar yang disediakan, maka ia tidak perlu
membuat perencanaan asesmen. Namun, bagi pendidik yang mengembangkan sendiri
rencana pelaksanaan pembelajaran dan/atau modul ajar, ia perlu merencanakan
asesmen formatif yang akan digunakan.
80
● Rencana asesmen dimulai dengan perumusan tujuan asesmen. Tujuan ini tentu
berkaitan erat dengan tujuan pembelajaran.
● Setelah tujuan dirumuskan, pendidik memilih dan/atau mengembangkan
instrumen asesmen sesuai tujuan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
memilih/mengembangkan instrumen, antara lain: karakteristik peserta didik,
kesesuaian asesmen dengan rencana/tujuan pembelajaran dan tujuan asesmen,
kemudahan penggunaan instrumen untuk memberikan umpan balik kepada
peserta didik dan pendidik.

Contoh Instrumen Asesmen


Berikut adalah contoh instrumen penilaian atau asesmen yang dapat menjadi inspirasi
bagi pendidik, yaitu:
● Rubrik. Merupakan pedoman yang dibuat untuk menilai dan mengevaluasi
kualitas capaian kinerja peserta didik sehingga pendidik dapat menyediakan
bantuan yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja. Rubrik juga dapat
digunakan oleh pendidik untuk memusatkan perhatian pada kompetensi yang
harus dikuasai. Capaian kinerja dituangkan dalam bentuk kriteria atau dimensi
yang akan dinilai yang dibuat secara bertingkat dari kurang sampai terbaik.
● Ceklis. Merupakan daftar informasi, data, ciri-ciri, karakteristik, atau elemen
yang dituju.
● Catatan Anekdotal. Merupakan catatan singkat hasil observasi yang
difokuskan pada performa dan perilaku yang menonjol, disertai latar belakang
kejadian dan hasil analisis atas observasi yang dilakukan.
● Grafik Perkembangan (Kontinum). Merupakan grafik atau infografik yang
menggambarkan tahap perkembangan belajar.
Instrumen asesmen dapat dikembangkan berdasarkan teknik penilaian yang digunakan
oleh pendidik. Di bawah ini diuraikan contoh teknik asesmen yang dapat diadaptasi,
yaitu :
● Observasi. Merupakan penilaian peserta didik yang dilakukan secara
berkesinambungan melalui pengamatan perilaku yang diamati secara berkala.
Observasi dapat difokuskan untuk semua peserta didik atau per individu.
Observasi dapat dilakukan dalam tugas atau aktivitas rutin/harian.

81
● Kinerja. Meruipakan penilaian yang menuntut peserta didik untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam berbagai
macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Asesmen kinerja dapat
berupa praktik, menghasilkan produk, melakukan projek, atau membuat
portofolio.
● Projek. Merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan, yang harus diselesaikan dalam
periode/waktu tertentu.
● Tes Lisan. Merupakan pemberian soal/pertanyaan yang menuntut peserta
didik menjawab secara lisan, dan dapat diberikan secara klasikal ketika
pembelajaran.
● Penugasan. Merupakan pemberian tugas kepada peserta didik untuk mengukur
pengetahuan dan memfasilitasi peserta didik memperoleh atau meningkatkan
pengetahuan.`
● Portofolio. Merupakan kumpulan dokumen hasil penilaian, penghargaan, dan
karya peserta didik dalam bidang tertentu yang mencerminkan perkembangan
(reflektif-integratif) dalam kurun waktu tertentu.
● Tes Tertulis. Merupakan tes dengan soal dan jawaban disajikan secara tertulis
untuk mengukur atau memperoleh informasi tentang kemampuan peserta didik.
Tes tertulis dapat berbentuk esai, pilihan ganda, uraian, atau bentuk-bentuk tes
tertulis lainnya.

4.4 Model Rencana Pembelajaran

SDN Tanjungsari 1 belum mampu mengembangkan Modul Ajar secara mandiri, hal
yang dilakukan adalah memodifikasi perangkat ajar yang telah ada di Platform Merdeka
Mengajar (PMM). Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada pendidik untuk
mengembangkan modul dengan 2 cara, yaitu: Memilih atau memodifikasi modul ajar yang
sudah disediakan pemerintah untuk menyesuaikan modul ajar dengan karakteristik peserta
didik, atau Menyusun sendiri modul ajar sesuai dengan karakteristik peserta didik.

82
1. Komponen Modul Ajar di Kurikulum Merdeka

Secara umum modul ajar memiliki komponen sebagai berikut:

Komponen informasi umum terdiri atas:

 Identitas penulis modul


 Kompetensi awal
 Profil Pelajar Pancasila
 Sarana dan prasarana
 Target peserta didik
 Model pembelajaran yang digunakan

Komponen inti modul ajar sebagai

berikut:

 Tujuan pembelajaran
 Asesmen
 Pemahaman bermakna
 Pertanyaan pemantik
 Kegiatan pembelajaran
 Refleksi peserta didik dan

pendidik Lampiran

 Lembar kerja peserta didik


 Pengayaan dan remedial
 Bahan bacaan pendidik dan peserta didik
 Glossarium
 Daftar pustaka

Pada komponen modul ajar kurikulum merdeka, ada 3 istilah yang penting.
Ketiga komponen itu sebagai berikut:

Pemahaman bermakna : Kalimat pernyataan yang mendeskripsikan proses belajar


yang tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi
merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk membangun pemahaman
yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan membentuk
perilaku. Dalam bahasa Inggris sering disebut sebagai Enduring Understanding,
Conceptual Understanding, Big Idea, Central Idea, atau Statement of Inquiry.
Pertanyaan pemantik adalah kalimat pertanyaan yang digunakan untuk memantik
rasa ingin tahu, memulai diskusi, dan memulai penelitian. Bentuk pertanyaan
83
pemantik

84
sebaiknya dalam bentuk terbuka dengan menggunakan kata tanya seperti mengapa,
bagaimana, atau apa sajakah.
Lembar belajar adalah lembar yang bisa dipergunakan sebagai lembar refleksi,
lembar grafik organisasi, lembar kerja, maupun soal.
Pembelajaran dirancang untuk memandu guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran sehari-hari untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan,
rencana pembelajaran yang dibuat masing-masing guru dapat berbeda-beda karena
rencana pembelajaran diranvang dengan memperhatikan berbagai faktor termasuk
faktor peserta didik yang berbeda, lingkungan sekolah, ketersediaan sarana dan
prasarana pembelajaran dan sebagainya.

2. Strategi pengembangan modul ajar (MA) kurikulum merdeka SDN


Tanjungsari 1 dengan 11 langkah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran yang bisa dikelompokkan dalam satu


lingkup materi. Satu MA bisa mencakup beberapa tujuan pembelajaran.
2. Lakukan asesmen diagnosis mengidentifikasi penguasaan kompetensi awal
peserta didik.
3. Tentukan teknik dan instrumen asesmen sumatif beserta indikator
keberhasilan asesmen sumatif yang akan dilakukan pada akhir lingkup materi.
4. Tentukan periode waktu atau jumlah JP yang dibutuhkan.
5. Lalu tentukan teknik dan instrumen asesmen formatif berdasarkan
aktivitas pembelajaran.
6. Buat rangkaian kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir.
7. Pastikan aktivitas pembelajaran selaras dengan tujuan pembelajaran.
8. Setiap kegiatan dilengkapi dengan pemahaman bermakna dan pertanyaan
esensial yang menjadi acuan.
9. Persiapkan lembar belajar, materi belajar, dan media belajar sesuai dengan
kesiapan, minat, dan profil belajar peserta didik.
10. Lampirkan instrumen asesmen seperti ceklis, rubrik atau lembar observasi
yang dibutuhkan.
11. Periksa kembali kelengkapan komponen modul ajar.

85
4.5. Model Rencana Projec Penguatan Pelajar Pancasila

Proyek Profil Pelajar Pancasila adalah sarana pencapaian profil pelajar


Pancasila, yang mana akan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
“mengalami pengetahuan” sebagai proses penguatan karakter sekaligus kesempatan
untuk belajar dari lingkungan sekitarnya. Lebih lanjut, kegiatan Proyek Profil Pelajar
Pancasila ini, peserta didik memiliki kesempatan untuk mempelajari tema-tema atau
isu penting seperti perubahan iklim, anti radikalisme, kesehatan mental, budaya,
wirausaha, teknologi, dan kehidupan berdemokrasi sehingga peserta didik dapat
melakukan aksi nyata dalam menjawab isu-isu tersebut sesuai dengan tahapan belajar
dan kebutuhannya. Implementasi Profil Pelajar Pancasila di SDN Tanjungsari 1
dilakukan dengan melaksanakan kegiatan (pembelajaran, program, proyek, dsb) yang
tujuannya adalah ketercapaian Profil Pelajar Pancasila. Kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan, dan pelaku pendidikan lainnya juga diharapkan untuk memiliki profil
ini, dengan kerjasama antara satuan pendidikan, orangtua, dan masyarakat serta
didukung oleh para pemangku kepentingan dan pemangku kebijakan. Dalam
penyusunannya, Profil Pelajar Pancasila sudah memetakan/merujuk PPK sehingga
dalam implementasinya, tidak akan
bertentangan.
Kegiatan proyek penguatan merupakan kegiatan yang dilaksanakan di luar jam
pelajaran kegitan ini dimaksudkan untuk lebih memperdalam dan menghayati materi
pelajaran yang telah dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler didalam kelas. Kegiatan
ini dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Pelaksanaan kegiatan proyek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila bisa dilaksankan di awal, di tengah atau pada akhir
semester. Peserta didik harus menyelesaikan 3 tema di tiap semester dengan alokasi
waktu 4 minggu. Tema yang diambil mengacu pada Profil Pelajar Pancasila dan
penentuan pemilihan tema ditentukan oleh guru pengampu. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah dalam penilaian. Pelaksanaan proyek tersebut adalah kolaborasi antara
beberapa mata pelajaran namun dengan penilaian dan jenis proyek yang berbeda tiap
mata pelajaran.
Alur /tahapan pelaksanaan proyek yang tiap mata pelajaran adalah sebagai
berikut: 1) Penentuan tema proyek Profil Pelajar Pancasila tiap mata pelajaran
dilaksanakan pada saat pembelajaran di kelas; 2) Tiap kelas menentukan tema yang
akan dipilih dengan didampingi guru mata pelajaran masing-maisng kelas; 3) Guru
86
mata pelajaran saling berkoordinasi untuk menetukan kolaborator yang sesuai; 4)
Kelompok

87
mata pelajaran kemudian mendesain proyek yang sesuai dengan tema yang dipilih; 5)
Guru mata pelajaran kemudian merancang kisi-kisi, materi dan penilaian proyek
beserta Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD).
Kegiatan proyek profil pelajar Pancasila dilaksanakan dengan mengacu pada
model pembelajaran berbasis proyek (PJBL). Langkah Kegiatan pembelajaran berbasis
proyek ini antara lain: 1) Mengambil topik yang sesuai denga realitas dengan
mentukan pertanyaan mendasar untuk memulai proyek;2) Mendesain pelaksaan
proyek ;3) Menyusun jadwal proyek;4) memonitor peserta didik dan kemjuan
proyek ;5) Menguji Hasil; 6) Mengevaluasi pengalaman yang sudah diperoleh oleh
peserta didik. Pelaksanaan kegiatan ini didampingi oleh guru mata pelajaran, pembina
dan wali kelas dengan tetap melibatkan orang tua baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pihak sekolah mengadakan pemantauan terkait kegiatan proyek tersebut.
Contoh proyek pelajar Pancasila di SD / MI Proyek penguatan profil pelajar
Pancasila di jenjang SD dibedakan menjadi tiga kategori sesuai fase usia peserta didik
di jenjang sekolah dasar. Ketiganya adalah Fase A (usia 6-8 tahun), Fase B (usia 8-10
tahun), Fase C (10-12 tahun).

Tabel Contoh Projek Profil SDN Tanjungsari 1


Gaya Hidup Fase A: Proyek membuat sistem pembuangan dan pemilahan
Berkelanjutan sampah sederhana di rumah dan di satuan pendidikan, misal
piket, waktu rutin khusus untuk kebersihan.
-Fase B: Proyek membuat infografik hasil survei kebiasaan
membuang dan memilah sampah di rumah dan sekolah
beserta dampaknya, dilengkapi usulan solusi.
-Fase C: Proyek membuat kampanye sederhana untuk
memecahkan isu lingkungan, seperti cara pencegahan
kebakaran hutan atau banjir.
Kearifan Lokal -Fase A: Proyek membuat sistem pembuangan dan
pemilahan sampah sederhana di rumah dan di satuan
pendidikan, seperti piket dan waktu rutin khusus untuk
kebersihan.
-Fase B: Proyek membuat infografik hasil survei kebiasaan
membuang dan memilah sampah di rumah dan sekolah
beserta dampaknya, dilengkapi usulan solusi. -Fase C:
Proyek membuat kampanye sederhana untuk memecahkan
isu lingkungan, seperti cara pencegahan kebakaran hutan
atau banjir.

Peserta didik membangun rasa ingin tahu dan kemampuan


88
inkuiri melalui eksplorasi budaya dan kearifan lokal

89
masyarakat sekitar atau daerah tersebut, serta
perkembangannya.

Bhinneka -Fase A: Proyek menyusun buku kumpulan doa dan puisi


Tunggal Ika
bertema rasa syukur.

-Fase B: Proyek membuat buku kumpulan cerita pendek


yang membawa pesan tentang perbedaan individu
memperkaya relasi sosial dalam masyarakat dan
mengampanyekannya dalam keseharian di satuan
pendidikan.

-Fase C: Proyek merancang maket prototipe tata kota yang


memenuhi kebutuhan warganya secara adil dan merata,
dilengkapi dengan ruang publik yang dipakai jadi fasilitas
kesehatan, pendidikan, keagamaan, dan lain sebagainya

Rekayasa dan Fase A: Proyek menciptakan berbagai mainan yang


Teknologi
menggunakan prinsipprinsip fisika.

Fase B: Proyek merancang model dan maket gedung yang


menerapkan prinsip hemat energi dan ramah lingkungan. -
Fase C: Proyek menciptakan alur upcycling barang bekas
menjadi bendabenda fungsional sebagai salah satu solusi
penanganan sampah anorganik.
Kewirausahaan -Fase A: Proyek Pasar Kreasi, yakni mengadakan pasar jual
beli berbagai kreasi mandiri berupa benda fungsional
sederhana dari barang bekas.

-Fase B: Proyek membuat pementasan seni sederhana untuk


menggalang dana kemanusiaan.

-Fase C: Proyek merancang panduan pembuatan catatan


pengelolaan uang pribadi (uang jajan) dan kolektif (kas
kelas).

90
Tahap dalam mendesain projek penguatan Profil Pelajar Pancasila di SDN
Tanjungsari 1 adalah :
1. Merancang alokasi waktu dan dimensi Profil Pelajar Pancasila
Kepala SDN Tanjungsari 1 menentukan alokasi waktu pelaksanaan projek dan
dimensi untuk setiap tema, agar dapat memetakan sebaran pelaksanaan projek pada
satuan pendidikan tersebut.
2. Membentuk tim fasilitasi projek
Kepala SDN Tanjungsari 1 menentukan pendidik yang tergabung dalam tim fasilitasi
projek yang berperan merencanakan projek, membuat modul projek, mengelola
projek, dan mendampingi peserta didik dalam Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila.
3. Identifikasi tingkat kesiapan satuan pendidikan
Kepala SDN Tanjungsari 1 dapat menilai tahap pelaksanaan projek berdasarkan
tingkat kesiapan satuan pendidikan.
4. Pemilihan tema umum
Tim fasilitasi bersama Kepala SDN Tanjungsari 1 memilih minimal 2 tema (Fase A,
B, C) tema yang ditetapkan oleh Kemendikbud-Dikti untuk dijalankan dalam satu
tahun ajaran berdasarkan isu yang relevan di lingkungan peserta didik. Tujuh tema
tersebut adalah:
o Gaya Hidup Berkelanjutan
o Kearifan lokal
o Bhinneka Tunggal Ika
o Berekayasa dan Berteknologi untuk Membanguan NKRI
o Kewirausahaan
5. Penentuan topik spesifik
Dari tema besar, tim fasilitasi projek (dapat juga bersama peserta didik) menentukan
ruang lingkup isu yang spesifik sebagai projek.
6. Merancang modul projek
Tim fasilitasi bekerja sama dalam merancang modul projek dan berdiskusi dalam
menentukan elemen dan sub-elemen profil, alur kegiatan projek, serta tipe asesmen
yang sesuai dengan tujuan dan kegiatan projek

91
BAB V

PENDAMPINGAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN


PROFESIONAL

Pendampingan, evaluasi, dan pengembangan profesional SDN Tanjungsari 1 dilakukan


secara internal oleh satuan pendidikan untuk memastikan pembelajaran berjalan sesuai
rencana untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Proses ini dikelola oleh Kepala Sekolah
dan/atau guru yang dianggap sudah mampu untuk melakukan peran ini. Pendampinga,
evaluasi, dan pengembangan profesional dilakukan secara bertahap dan mandiri agar terjadi
peningkatan kualitas secara berkelanjutan di satuan pendidikan, sesuai dengan kemampuan
satuan pendidikan.
Dalam melakukan pendampingan dan pengembangan professional ditekankan pada
prinsip reflektif dan pengembangan diri bagi guru, serta menggunakan alat penilaian yang
jelas dan terukur. Proses pendampingan dirancang sesuai kebutuhan dan dilakukan oleh
Kepala Sekolah dan/atau guru yang berkompetensi berdasarkan hasil pengamatan atau
evaluasi. Proses pendampingan dan pengembangan professional ini dilakukan melalui;
a. Program Regular Supervisi Sekolah, yang dilakukan minimal satu bulan sekali oleh
Kepala Sekolah.
b. Program Coaching yang dilakukan secara rutin oleh Kepala sekolah dan guru
dalam Program Sekolah Ramah Anak dan Bebas Kekerasan ( Seramah Besan).
c. Kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) SDN Tanjungsari 1, yang dilaksanakan sesuai
program kerja KKG secara reguler, seperti kegiatan mingguan untuk pendampingan
penyusunan atau revisi alur tujuan pembelajaran dan modul ajar. Kegiatan ini
merupakan pendampingan oleh Kepala Sekolah dan guru yang berkompetensi.
d. Pelaksanaan in-house training (IHT) atau focus group discussion (FGD), dilakukan
minimal enam bulan sekali atau sesuai kebutuhan dengan mengundang narasumber yang
berkompeten dari beberapa Kepala Sekolah, Pengawas, atau Perguruan Tinggi yang
telah bekerja sama, instansi terkait dan praktisi pendidikan.

SD Negeri Tanjungsari 1 melakukan evaluasi kurikulum secara regular, yaitu jangka


pendek satu tahun sekali dan jangka panjang 4 tahun sekali dengan mempertimbangkan
perubahan yang terjadi baik perubahan kebijakan maupun update perkembangan terkini dalam

92
proses pembelajaran. Evaluasi kurikulum dilakukan berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran
yang dilakukan secara reflektif, yaitu:
1. Evaluasi Harian, dilakukan secara individual oleh guru setelah pembelajaran
berdasarkan catatan anekdotal selama proses pembelajaran, penilaian dan refleksi
ketercapaian tujuan pembelajaran. Hasil evaluasi ini digunakan untuk perbaikan rencana
pembelajaran atau RPP pada hari berikutnya.
2. Evaluasi Per Unit Belajar, dilakukan secara kelompok (team teaching) setelah satu unit
pembelajaran atau tema selesai. Hasil ini digunakan untuk merefleksikan proses belajar,
ketercapaian tujuan dan melakukan perbaikan maupun penyesuaian terhadap proses belajar
dan perangkat ajar, yaitu alur tujuan pembelajaran dan modul ajar.
3. Evaluasi Per Semester, dilakukan secara kelompok team teaching) setelah satu
semester selesai. Evaluasi ini dilakukan berdasarkan refleksi pembelajaran dan hasil
asesmen peserta didik yang telah disampaikan pada laporan hasil belajar peserta
didik.
4. Evaluasi Per Tahun, merupakan refleksi ketercapaian profil lulusan, tujuan sekolah,
misi dan visi sekolah.
SDN Tanjungsari 1 melaksanakan Kegiatan Pengembangan Profesi Guru. Setiap guru
wajib melakukan berbagai kegiatan dalam melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya.
Lingkup kegiatan guru tersebut meliputi : (1) mengikuti pendidikan, (2) menangani proses
pembelajaran, (3) melakukan kegiatan pengembangan profesi dan (4) melakukan kegiatan
penunjang. Berkaitan dengan program Bimbingan Penulisan Karya Ilmiah, maka penulisan
karya ilmiah adalah salah satu dari kegiatan pengembangan profesi guru. Kegiatan
pengembangan profesi adalah kegiatan guru dalam rangka penerapan dan pengembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan keterampilan untuk meningkatkan mutu proses
pembelajaran dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan pada
umumnya maupun lingkup sekolah pada khususnya.
Pada bidang pengembangan profesi tersebut meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Melakukan kegiatan karya tulis/karya ilmiah (KTI) di bidang pendidikan;
2. Membuat alat pelajaran/alat peraga atau alat bimbingan;
3. Menciptakan karya seni;
4. Menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan;
5. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

93
Pelaksanaan evaluasi kurikulum SDN Tanjungsari 1 dilakukan oleh tim pengembang
kurikulum sekolah bersama kepala sekola dan komite sekolah serta pihak lainnya yang telah
mengadakan kerja sama dengan sekolah. Evaluasi dilaksanakan berdasarkan data yang telah
dikumpulkan pada evaluasi pembelajaran, hasil supervisi Kepala Sekolah, laporan kegiatan
Kelompok Kerja Guru, hasil kerja peserta didik dan kuesioner peserta didik dan orang tua.
Informasi yang berimbang dan berdasarkan data tersebut diharapkan menjadi bahan evaluasi
untuk semakin meningkatkan kualitas pelayanan sekolah kepada peserta didik, peningkatan
prestasi dan hubungan kerja sama dengan pihak lain.

94
KALENDER PENDIDIKAN
SEKOLAH DASAR NEGERI SDN TANJUNGSARI 1
TAHUN PEMBELAJARAN 2022 / 2023 JUMLAH HARI EFEKTIF
SEMESTER 1

95
KALENDER PENDIDIKAN
SEKOLAH DASAR NEGERI SDN TANJUNGSARI 1
TAHUN PEMBELAJARAN 2023 / 2024 JUMLAH HARI EFEKTIF
SEMESTER 2
KALENDER PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
NEGERI TANJUNGSARI 1
TAHUN PEMBELAJARAN 2023/2024
ANALISIS HARI EFEKTIF SEMESTER 1


KALENDER PENDIDIKAN
SEKOLAH DASAR NEGERI TANJUNGSARI 1
TAHUN PEMBELAJARAN 2023/2024
ANALISIS HARI EFEKTIF SEMESTER 2
BAB VI
PENUTP

Kurikulum Sekolah SDN Tanjungsari 1 merupakan acuan dan pedoman bagi


guru-guru yang akan melaksanakan program pembelajaran di sekolah. Berdasarkan
dokumen Kurikulum SDN Tanjungsari 1 , selanjutnya guru-guru kelas dan setiap mata
pelajaran membuat program pembelajaran yang serupa program tahunan, program
semester, silabus/ Alur Tujuan Pembelajaran , RPP / Modul Ajar dan instrumen
penilaian/ Assasmen
Guru diberi kebebasan dan keleluasaan dalam menyusun program pembelajaran
misalnya dalam mendeskripsikan indikator hasil belajar, menetapkan tujuan
pembelajaran dan menetapkan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kondisi dan
lingkungan sekolah serta untuk memotivasi siswa dalam mengolah dan menggali
sendiri potensi-potensinya. Kebebasan dan keleluasaan guru-guru dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas merupakan bagian dari implementasi Kurikulum SDN
Tanjungsari 1 sesuai dengan komitmen guru-guru dalam meningkatkan mutu
pendidikan, maka kurikulum yang telah disusun akan dilaksanakan sesuai program
yang telah ditetapkan. Semoga dengan tersusunnya kurikulum SDN Tanjungsari 1 ini akan
menjadi sekolah unggul yang sesuai dengan visi , misi dan tujuan sekolah. Ami.

Anda mungkin juga menyukai