Anda di halaman 1dari 14

Bab 8

Asuhan Keperawatan Keluarga


dengan Hipertiroid

8.1 Pendahuluan
Hipertiroid adalah respon jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon
tiroid yang berlebihan. Hipertiroid ditemukan pada 0,8 – 1,3% pada populasi
di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi hipertiroid mencapai 6,9%.
Hipertiroid bisa disebabkan oleh stimulasi reseptor Thyroid-Stimulating
Hormone (TSH) yang berlebihan, sekresi otonom hormon tiroid, kerusakan
folikel tiroid dengan pelepasan hormon tiroid, dan sekresi hormon tiroid dari
sumber ekstratiroidal. Hipertiroid paling banyak disebabkan oleh penyakit
Graves yang merangsang aktivitas berlebihan kelenjar tiroid melalui
reseptornya (Rotua Dinarta Sihombing, Stella and Lannasari, 2021).
Kelenjar tiroid merupakan salah satu kelenjar yang berfungsi untuk mengatur
proses metabolisme dan fisiologi. Apabila terjadi gangguan maka akan
menghambat kerja metabolisme sel didalam tubuh. Pola hidup yang kurang
sehat merupakan salah satu penyebab tejadinya gangguan pada kelenjar tiroid.
Seperti pola makan, pola aktifitas, kurangnya menjaga kebersihan diri,
konsumsi obat-obatan, tembakau, dan merokok. Beberapa faktor etiologi
terjadinya hipertiroid seperti konsumsi alkohol, rokok, dan tembakau dalam
jangka panjang, serta faktor makanan dan faktor genetik (Irfandy & Rahman,
2015). Masalah kesehatan ini juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, serta
jenis makanan yang banyak mengandung iodin (Susanto & Irawan, 2016).
Dengan gaya hidup yang kurang sehat mampu memperberat dan
memperparah penyakit ini. Bisa jadi akan berkembang menjadi kanker tiroid,
dan dapat menyebabkan komplikasi yang akan menjalar ke oragan-organ
terdekat seperti jantung, paru-paru, dan otak. Selain itu dapat menyebabkan
kerusakan pada pita suara karena letaknya yang berdekatan dengan pita suara.
Umumnya proses penyembuhan pasien dengan hipertiroid berlangsung lama
dan membutuhkan konsistensi dalam pengobatan. Proses penyembuhan Pasien
dengan hipertiroid setidaknya membutuhkan waktu satu sampai dua tahun
dengan terapi obat dan akan dihentikan Ketika hipertiroid terkendali. Oleh
sebab itu pasien dengan hipertiroid membutuhkan dukungan keluarga (Dewi
Prajayanti M, 2019).
Dukungan keluarga atau Family support dibutuhkan pasien untuk mengontrol
penyakit. Suatu penelitian di Brazil menemukan bahwa kelurga berpengaruh
positif dalam mengontrol penyakit. Kesulitan dalam hubungan keluarga,
perhatian keluarga terhadap keturunannya, dan keterlibatan kecil dalam
perawatan pasien mempengaruhi kesembuhan pasien. Pasien yang memiliki
dukungan dari keluarga mereka menunjukkan perbaikan perawatan dari pada
yang tidak mendapat dukungan dari keluarga. Dukungan keluarga dapat
berupa perhatian mengenai penyakit mereka atau mengingatkan untuk minum
obat. Penelitian lain di Durango menemukan bahwa ada hubungan yang kuat
antara dukungan keluarga dan keberhasilan terapi pada pasien (Efendi and
Larasati, 2017).

8.2 Konsep Hipertiroid


Menurut American Thyroid Association dan American Association of Clinical
Endocrinologists, hipertiroid didefinisikan sebagai kondisi berupapeningkatan
kadar hormon tiroid yang disintesis dan disekresikan oleh kelenjar tiroid
melebihi normal (Bahn et al, 2011).
Hipertiroid merupakan salah satu bentuk thyrotoxicosis atau tingginya kadar
hormon tiroid, T4, T3 maupun kombinasi keduanya, di aliran darah.
Peningkatan kadar hormon tiroid menyebabkan paparan berlebihan pada
jaringan-jaringan tubuh yang menyebabkan munculnya berbagai manifestasi
klinik yang terkait dengan fungsi hormon tiroid dalam berbagai proses
metabolisme tubuh (Bartalena, 2011).

2.2.1 Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai
penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif TH terhadap pelepasan
keduanya. Hipertiroid akibat malfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar
TH dan TSH yang tinggi. TRF akan rendah karena umpan balik negatif dari
HT dan TSH. Hipertiroid akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan
Bab 2 Hakikat Pembelajaran Daring 3

HT yang tinggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan. Beberapa penyakit
yang menyebabkan Hipertiroid yaitu : Penyakit Graves, Toxic Nodular Goiter,
Minum obat hormon tiroid berlebihan, produksi TSH yang abnormal, tiroiditis,
dan komsumsi iodium berlebihan (Musoddaq, Hidayat and Samsudin, 2022).

2.2.2 Tanda dan Gejala


Menurut (Srikandi, 2020) Penderita penyakit hipertiroid akan mengalami
tanda dan gejala sebagai berikut :
1. peningkatan frekuensi denyut jantung
2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap
katekolamin.
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas,
intoleran terhadap panas, keringat berlebihan.
4. Penurunan berat badan, tetapi peningkatan rasa lapar (Nafsu makan baik)
5. Peningkatan frekuensi buang air besar
6. Gondok (biasanya), peningkatan kelenjar tiroid
7. Gangguan reproduksi
8. Cepat lelah

2.2.4 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut (Iskandar, 2021) Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon
berikut ini:
1. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan 2.
TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat
susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
3. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
4. Bebas T4 (tiroksin)
5. Bebas T3 (triiodotironin)
4. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan
pembesaran kelenjar tiroid
5. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
6. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan
hiperglikemia.
4 Dasar-Dasar Manajemen: Teori, Tujuan dan Fungsi

2.2.5 Komplikasi
Menurut (Rotua Dinarta Sihombing, Stella and Lannasari, 2021) komplikasi
dari penyakit hipertiroid meliputi :
1. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol keluar, hal
ini disebabkan karena penumpukkan cairan pada rongga orbita bagian
belakang bola mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves
2. Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
3. Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami demam
tinggi, takikardia berat, derilium, dehidrasi, dan iritabilitas ekstrim. Keadaan
ini merupakan keadaan emergency sehingga penganganan lebih khusus.
Faktor presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah
hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi,
ablasitiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark, overdosis obat.

2.2.6 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid
yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak
jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal), obat antitiroid
digunakan dengan indikasi:

1. Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang


menetap, pada pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan
tirotoksikusis
2. Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase seblum pengobatan, atau
sesudah pengobatan pada pasien yg mendapt yodium radioaktif
3. Persiapan tiroidektomi
4. Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia
5. Pasien dengan krises tiroid

8.3 Pengkajian Keperawatan Keluarga


dengan Hipertiroid
Pengkajian adalah suatu tahapan di mana perawat mengumpulkan data secara
terus menerus terhadap anggota keluarga. Pengumpulan data merupakan
syarat utama untuk pengidentifikasian masalah. Namun demikian, walaupun
Bab 2 Hakikat Pembelajaran Daring 5

pengkajian merupakan langkah awal proses keperawatan, pengumpulan data


terus menerus dilakukan selama pemberian pelayanan keperawatan. Hal ini
menunjukkan sifat dinamis, dinamis, interaktif dan dan fleksibel dari proses
keperawatan. Data yang dikumpulkan diperoleh dari berbagai sumber antara
lain: Anggota keluarga, informasi tertulis dari lembaga yang menangani
keluarga, atau anggota tim kesehatan lain. Data dapat diperoleh dengan
berbagai cara seperti: Wawancara dengan anggota keluarga, observasi
terhadap anggota keluarga dan lingkungannya, pemeriksaan fisik terhadap
seluruh anggota keluarga dan data sekunder yang berasal dari fasilitas
kesehatan (Alberta, 2012).
Hal- hal yang perlu dikaji dalam pengkajian keperawatan keluarga adalah:
Data umum yang meliputi: Identitas keluarga, tipe keluarga, suku bangsa,
agama, status sosial ekonomi keluarga, aktivitas rekreasi keluarga. Selanjutnya
dilakukan pengkajian terhadap riwayat dan tahap perkembangan keluarga
yang meliputi: Tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan
keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti dan riwayat keluarga
sebelumnya. Pengkajian lingkungan mencakup: Karakteristik rumah,
karakteristik tetangga dan komunitas RW, mobilitas geografis keluarga,
perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung
keluarga .
Selain itu juga dilakukan pengkajian struktur keluarga yaitu: Pola komunikasi
keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran, nilai atau norma dan
pengkajian fungsi keluarga yaitu: Fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi
perawatan kesehatan, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi. Hal lain yang perlu
dikaji adalah stres dan koping keluarga meliputi: Stresor jangka pendek dan
panjang, kemampuan keluarga berespon terhadap stressor, strategi koping
yang digunakan, strategi adaptasi disfungsional yang digunakan. Pemeriksaan
fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga baik yang sakit maupun yang
sehat. Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada (Alberta, 2012).

8.4 Diagnosa Keperawatan Keluarga


dengan Hipertiroid
Diagnosa keperawatan keluarga dengan hipertiroid meliputi (Pratama, 2020) :
6 Dasar-Dasar Manajemen: Teori, Tujuan dan Fungsi

Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan pola koping yang


berbeda diantara klien dengan orang terdekat yang dibuktikan dengan merasa
diabaikan, tidak memenuhi kebutuhan anggota keluarga, tidak toleran,
mengabaikan anggota keluarga. Kategori: Psikologis, Subkategori:
Integritas ego, Kode: D.0093.
Defisit pengetahuan tentang hipertiroid berhubungan dengan kurang terpapar
informasi yang dibuktikan dengan keluarga menanyakan masalah yang
dihadapi, menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukkan persepsi
yang keliru terhadap masalah. Kategori: Perilaku, Subkategori:
Penyuluhan dan pembelajaran, Kode: D.0111.
Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
kompleksitas program perawatan/pengobatan dibuktikan dengan
mengungkapkan tidak memahami masalah kesehatan yang diderita,
mengungkapkan kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan, aktivitas
keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan tidak tepat. Kategori: Perilaku,
Subkategori: Penyuluhan dan pembelajaran, Kode: D.0115.

8.5 Intervensi Keperawatan Keluarga


dengan Hipertiroid
Langkah awal dalam perencanaan keperawatan keluarga adalah
penyusunan tujuan keperawatan keluarga. Tujuan merupakan pernyataan
spesifik tentang hasil yang diharapkan dalam asuhan keperawatan
keluarga. Tujuan keperawatan keluarga terdiri dari tujuan umum dan
tujuan khusus yang dilengkapi dengan kriteria dan standar. Dalam
penyusunan tujuan keperawatan, sangat diperlukan kerja sama dengan
keluarga. Hal ini bertujuan selain memiliki efek positif terhadap interaksi
dengan keluarga juga agar keluarga bertanggung jawab dalam mengatasi
diagnose keperawatan yang dialaminya. Selain itu, bila penentuan tujuan
dilakukan bersama keluarga, maka dapat dibedakan masalah-masalah
yang dapat diselesaikan oleh keluarga sebagai pelaku perawatandiri,
masalah-masalah yang dapat diselesaikan oleh perawat keluarga secara
mandiri dan masalah-masalah yang harus diselesaikan oleh tim
Kesehatan lain atau tim lain yang bukan berasal dari profesi kesehatan.
Bab 2 Hakikat Pembelajaran Daring 7

Dengan demikian melalui penyusunan tujuan bersama dengan keluarga


menjadikan perencanaan keperawatan keluarga lebih efektif.
Langkah selanjutnya dalam perencanaan keperawatan keluarga adalah
membuat pendekatan alternatif dan mengidentifikasi sumber-sumber.
Pendekatan yang digunakan diharapkan dapat meningkatkan kemandirian
pihak keluarga, ditunjang oleh sumber- sumber yang dimiliki keluarga,
memperkokoh kemampuan koping keluarga, mempertahankan motivasi
dan komitmen anggota keluarga. Pendekatan yang direncanakan
dengankeluarga diharapkan bersifat realistis dan menggambarkan suatu
perbaikan terhadap situasi keluarga saat ini. Sumber-sumber keluarga
meliputi kekuatan-kekuatan yang dimiliki keluarga yang berasal dari
dalam dirinya sendiri maupun dari lingkungannya. Keluarga diarahkan
untuk menemukan kekuatan- kekuatan yang mereka miliki untuk
selanjutnya dimanfaaatkan dalam membantu mengatasi masalah
keperawatan keluarga.
selanjutnya dilakukan penyusunan prioritas rencana tindakan. Dalam
menyusun prioritas tindakan, diharapkan perawat mengutamakan
keterlibatan keluarga karena ada beberapa faktor realita yang harus
dipertimbangkan bersama keluarga antara lain: Kebijakan-kebijakan
lembaga, kesulitan uang dan waktu serta ketersediaan tenaga dan
sumbersumber lain. Disamping itu, juga hendaknya Tindakan
keperawatan keluarga dapat merangsang keluarga untuk mengenal dan
menerima masalah kesehatan, membantu keluarga dalam menentukan
Tindakan keperawatan dan menumbuhkan kepercayaan keluarga terhadap
perawat kesehatan keluarga.

Berdasarkan diagnosa yang telah disusun maka intervensi keperawatan


keluarga dengan hipertiroid meliputi :

Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan pola koping


yang berbeda diantara klien dengan orang terdekat yang dibuktikan
dengan merasa diabaikan, tidak memenuhi kebutuhan anggota keluarga,
tidak toleran, mengabaikan anggota keluarga.
Subjektif: merasa diabaikan, terlalu khawatir dengan anggota keluarga, merasa
tertekan (depresi).
8 Dasar-Dasar Manajemen: Teori, Tujuan dan Fungsi

Objektif: Tidak memenuhi kebutuhan anggota keluarga, tidak toleran,


mengabaikan anggota keluarga.
Tujuan dan kriteria hasil: Koping keluarga L.09088
Status koping keluarga membaik dengan kriteria hasil kepuasan terhadap
perilaku bantuan anggota keluarga lain meningkat, keterpaparan informasi
meningkat, perasaan diabaikan menurun, kekhawatiran tentang anggota
keluarga menurun, perilaku mengabaikan anggota keluarga menurun, perasaan
tertekan (depresi) menurun.
Intervensi utama: Promosi Koping I.09312
Observasi
Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai tujuan.
Identifikasi kemampuan yang dimiliki.
Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan.
Identifikasi pemahaman proses penyakit.
Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan.
Identifikasi metode penyelesaian masalah.
Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial.
Terapeutik
Diskusikan perubahan peran yang dialami.
Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri.
Diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku
sendiri.
Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa malu.
Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri.
Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancam.
Edukasi
Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan yang
sama.
Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi.
Anjurkan keluarga terlibat.
Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik.
Latih penggunaan teknik relakasasi.
Latih keterampilan sosial, sesuai kebutuhan.
Latih menggunakan penilaian obyektif.
Bab 2 Hakikat Pembelajaran Daring 9

Defisit pengetahuan tentang epilepsi berhubungan dengan kurang


terpapar informasi yang dibuktikan dengan keluarga menanyakan
masalah yang dihadapi, menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran,
menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah.
Subjektif: menanyakan masalah yang dihadapi.
Objektif: menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukkan persepsi
yang keliru terhadap masalah.
Tujuan dan kriteria hasil: Tingkat pengetahuan L.12111
Tingkat pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil perilaku sesuai anjuran
meningkat, verbalisasi minat dalam belajar meningkat, kemampuan
menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat, kemampuan
menggambarkan pengalaman yang sebelumnya sesuai topik meningkat,
perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat, pertanyaan tentang masalah
yang dihadapi menurun, persepsi yang keliru terhadap masalah menurun.
Intervensi Utama: Edukasi proses penyakit I.12444
Observasi
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
Terapeutik
Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.
Berikan kesempatan untuk bertanya.
Edukasi
Jelaskan penyebab dan faktor risiko penyakit.
Jelaskan proses patofisiologi munculnya penyakit.
Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit.
Jelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi.
Ajarkan cara meredakan atau mengatasi gejala yang dirasakan.
Ajarkan cara meminimalkan efek samping dari intervensi atau pengobatan.
Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
kompleksitas program perawatan/pengobatan dibuktikan dengan
mengungkapkan tidak memahami masalah kesehatan yang diderita,
mengungkapkan kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan,
aktivitas keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan tidak tepat.
10 Dasar-Dasar Manajemen: Teori, Tujuan dan Fungsi

Subjektif: mengungkapkan tidak memahami masalah kesehatan yang diderita,


mengungkapkan kesulitan menjalankan perawatan yang ditetapkan.
Objektif: gejala penyakit anggota keluarga semakin memberat, aktivitas
keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan tidak tepat.
Tujuan dan kriteria hasil: Manajemen kesehatan keluarga L.12105
Manajemen kesehatan keluarga meningkat dengan kriteria hasil kemampuan
menjelaskan masalah kesehatan yang dialami meningkat, aktivitas keluarga
mengatasi masalah kesehatan tepat meningkat, verbalisasi kesulitan
menjalankan perawatan yang ditetapkan menurun.
Intervensi utama: Dukungan keluarga merencanakan perawatan I.13477
Observasi
Identifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan.
Identifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan bersama keluarga.
Identifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.
Identifikasi tindakan yang dapat dilakukan keluarga
Terapeutik
Motivasi pengembangan sikap dan emosi yang mendukung upaya kesehatan
Gunakan sarana dan fasilitas yang ada dalam keluarga.
Ciptakan perubahan lingkungan rumah secara optimal.
Edukasi
Informasikan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di lingkungan keluarga.
Anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
Ajarkan cara perawatan yang bisa dilakukan keluarga.

8.6 Implementasi Keperawatan Keluarga


dengan Hipertiroid
Implementasi keperawatan pada keluarga dengan hipertiroid merupakan
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat keluarga untuk membantu
klien dan keluarga mengatasi masalah kesehatan tentang Hipertiroid. Dalam
melakukan implementasi, salah satu aspek yang harus diperhatikan perawat
keluarga adalah hubungan perawat dan keluarga harus terbina dengan baik
Bab 2 Hakikat Pembelajaran Daring 11

(Nies and McEwen, 2019). Implementasi asuhan keperawatan keluarga bukan


hanya pada penderita hipertiroid, tetapi juga anggota keluarga yang lainnya.
Implementasi yang dilakukan pada individu yaitu (Riasmini et al., 2017):
a. Tindakan keperawatan langsung.
b. Tindakan kolaboratif dan pengobatan dasar.
c. Tindakan observasi.
d. Tindakan pendidikan kesehatan.

Implementasi keperawatan pada keluarga meliputi:


a. Meningkatkan kesadaran keluarga mengenai masalah kesehatan
yang dialami oleh anggota keluarga.
b. Membantu keluarga dalam memutuskan perawatan yang tepat
untuk angggota keluarga yang sakit, mendiskusikan tentang
konsekuensi setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan kepada keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit dengan cara mengajarkan bagaimana
melakukan perawatan, menggunakan peralatan yang tersedia di
rumah dan memanfaatkan fasilitas yang ada.
d. Membantu keluarga bagaimana membuat lingkungan yang sehat
dengan menemukan sumber-sumber yang bisa digunakan oleh
keluarga, serta membantu keluarga melakukan perubahan
lingkungan seoptimal mungkin.
e. Memberikan motivasi kepada keluarga agar memanfaatkan dan
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

8.7 Evaluasi Keperawatan Keluarga


dengan Hipertiroid
Tahapan evaluasi dapat dilakukan selama proses asuhan keperawatan atau
pada akhir pemberian asuhan keperawatan. Jika tindakan keperawatan yang
dilakukan belum atau tidak berhasil, maka perawat harus memodifikasi
tindakan keperawatan kepada klien dan keluarga. Perawat keluarga
bertanggung jawab untuk mengevaluasi bagaimana status dan kemajuan klien
12 Dasar-Dasar Manajemen: Teori, Tujuan dan Fungsi

dan keluarga terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah
ditetapkan. (Riasmini et al., 2017).
Dalam melakukan evaluasi perawat harus memperhatikan hal-hal penting
yaitu perawat memperkirakan kapan pertemuan terakhir dengan keluarga
dalam memberikan asuhan keperawatan, perlu dicatat bahwa keluarga
mungkin tidak siap untuk dilakukan terminasi (Nies and McEwen, 2019).
Bab 2 Hakikat Pembelajaran Daring 13

Pustaka
Alberta, L.T. (2012) ‘Pelayanan Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan
Pendekatan Proses Keperawatan’, Jurnal Keperawatan, v(3), pp. 147–152.
Available at:
http://journal.poltekkesdepkes-sby.ac.id/index.php/KEP/article/viewFile/
554/466.
Dewi Prajayanti M, D.W.H.S.C. (2019) ‘Gambaran Kadar Thyroid
Stimulating Hormone Pada Pasien Disfungsi Tiroid Di Laboratorium Klinik
Niki Diagnostic Center Denpasar’, Kemampuan Koneksi Matematis (Tinjauan
Terhadap Pendekatan Pembelajaran Savi), 53(9), pp. 1689–1699.
Efendi, H. and Larasati, T. (2017) ‘Dukungan Keluarga dalam Manajemen
Penyakit Hipertensi’, Jurnal Majority, 6(1), pp. 34–40.
Iskandar (2021) ‘Kehamilan dengan Hipertiroid’, Jurnal Kedokteran
Nanggroe Medika, 4(1), pp. 16–21.
Musoddaq, M.A., Hidayat, T. and Samsudin, M. (2022) ‘The Relationship
between Stress Level and Hyperthyroid Incidence in Women of Childbearing
Age’, Mgmi, 14(1), pp. 11–22.
Nies, M. A. and McEwen, M. (2019) ‘Keperawatan kesehatan komunitas dan
keluarga’. Elsevier.
Pratama, Y. (2020) ‘DENGAN HIPERTIROID DI PUSKESMAS
SEKAYUN BENGKULU TENGAH TAHUN 2020 KARYA TULIS
ILMIAH OLEH : PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ( DIII )
FAKULTAS ILMU KESEHATAN ( FIKES ) UNIVERSITAS DEHASEN
BENGKULU TAHUN 2020 DENGAN HIPERTIROID DI PUSKESMAS
SEKAYUN BENGKULU TENGAH TAHUN 2020’, (Diii).
Riasmini, N. M. et al. (2017) ‘Panduan Asuhan Keperawatan Individu,
Keluarga, Kelompok, Dan Komunitas Dengan Modifikasi NANDA, ICNP,
NOC Dan NIC Di Puskesmas Dan Masyarakat’, IPKKI: Jakarta. Halaman,
pp. 33–52.
Rotua Dinarta Sihombing, Stella, S. and Lannasari (2021) ‘Hubungan Status
Hipertiroid dengan Tingkat Depresi Usia Dewasa Tengah di Komunitas Pita
Tosca Wilayah DKI Jakarta’, Journal of Nursing Education and Practice,
14 Dasar-Dasar Manajemen: Teori, Tujuan dan Fungsi

1(2), pp. 46–51. Available at: https://doi.org/10.53801/jnep.v1i2.33.


Srikandi, P.R. (2020) ‘Hipertiroidismee Graves Disease:Case Report’, Jurnal
Kedokteran RAFLESIA, 6(1), pp. 30–35. Available at:
https://doi.org/10.33369/juke.v6i1.10986.

Biodata Penulis:
Erviana lahir di Majene, pada 15 November 1992. Lulus
S1 di Program Studi Keperawatan dan Profesi di Stikes
Marendeng Majene tahun 2017, dan lulus S2 di Program
Magister Keperawatan di Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta tahun 2019. Saat ini ia aktif sebagai salah satu
dosen keperawatan di Universitas Sulawesi Barat, Majene,
mengampu matakuliah Keperawatan Komunitas dan
Keluarga.

Anda mungkin juga menyukai