Di susun oleh :
2022 – 2023
KARYA TULIS ILMIAH
Di susun Oleh :
2022 – 2023
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Asuhan Keperawatan Dasar Pada Tn. T dengan
Tumor Paru di ruang mawar Rumah Sakit Paru Dr. Goenawan” telah disetujui
untuk dipertahankan di hadapan tim penguji Karya Tulis Ilmiah SMK Kesehatan
Al-Ikhlas Cisarua Bogor.
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiaih yang berjudul “Asuhan Keperawatan dasar pada Tn. T dengan
Tumor Paru di Ruang Mawar Rumah Sakit Paru Dr. Goenawan” telah disetujui,
diperiksa untuk dipertahankan dihadapkan tim penguji Karya Tulis Ilmiah SMK
Kesehatan Al-Ikhlas Cisarua Bogor.
Penguji I Penguji II
________________________ _______________________
Menyetujui,
Kepala Sekolah
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia Allah SWT penulius dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiaih ini.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan pada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa risalah islam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keimanan, sehingga dapat menjadi bekal hidup
kita baik di dunia maupun akhirat kelak.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir di SMK
Kesehatan Al-Ikhlas Cisarua Bogor. Judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah,
1. drh. Eni Nuraeni, M. Pd. Selaku Kepala SMK Kesehatan Al-Ikhlas yang
selalu memberi arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
2. dr. Ida Bagus Sila Wiweka Sp. P (K) MARS. Sebagai Direktur Utama Rumah
Sakit Paru Dr. M. Goenawan yang telah memeberikan izin kepada SMK
Kesehatan AL-Ikhlas untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan.
3. Ns. Amirudin, S.Kep. Sebagai Kepala Ruang Mawar yang telah memberikan
arahan selama Praktik di Rumah Sakit Pulmonary Dr. M. Goenawan.
4. Ns. Zainal Azhar, S. Kep. Sebagai CI di Ruang Mawar yang telah
memberikan arahan selama Praktik di Rumah Sakit Pulmonary Dr. M.
Goenawan.
5. Tn. T berserta keluarga yang telah meluangkan waktu dan berkerjasama
dalam melakukan Asuhan Keperawatan.
6. Ns. Ganjar Permana S. Kep, Selaku pembimbing I yang telah memberi
masukan dan arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
7. Drh. Eni Nuraeni, M. Pd. Selaku Pembimbing II yang selalu memberi arahan
dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
8. Agung Panca W, SE. Sebagai Wali Kelas XII-B yang telah memberikan
motivasi dan masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
9. Guru-guru SMK Kesehatan Al-Ikhlas yang telah mendukung dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
10. Ns. Nurul Siti Atiyah, S.Kep selaku perawat di ruang mawar yang telah
memberikan arahan dan semangat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
11. Ayah dan mamah, selalu mendukung dan memberikan semangat dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
12. Keluarga besar tercinta yang sudah memberikan semangat
13. Anak umi (Windi Aulia K, Nurul Azmi, Salwa Hikmah B, Zahra Rahmawati)
yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini
14. Teman-teman seperjuangan Angkatan 17 SMK Kesehatan Al-ikhlas
terimakasih atas semangat dan dukungan dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah.
Dalam segala kerendahan hati ini, semoga apa yang penyusun tuangkan dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini semoga bermanfaat dalam menambah
pengetahuan bagi para pembaca dan tenaga ksehatan khususnya perawat. Mohon
maaf apabila ada kata-kata yang berkenan dihati. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun Karya Tulis Ilmiah ini
dari pembaca. Penyusun mengucapkan banyak terimakasih.
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................ii
KATA PENGANTAR .....................................................................................iii
DAFTAR ISI .....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ix
DAFTAR BAGAN ............................................................................................x
A. Pengkajian .....................................................................................31
1. Biodata ....................................................................................31
a. Identitas pasien ................................................................31
b. Identitas penanggung jawab pasien .................................31
2. Riwayat penyakit ....................................................................32
a. Keluhan utama .................................................................32
b. Riwayat penyakit sekarang ..............................................32
c. Riwayat penyakit dahulu .................................................32
d. Riwayat penyakit sekarang ..............................................32
e. Genogram ........................................................................33
3. Pola fungsi kesehatan .............................................................34
1. Persepsi terhadap kesehatan-manajemen kesehatan ........34
2. Pola aktivitas dan latihan .................................................34
3. Pola istirahat dan tidur .....................................................35
4. Pola nutrisi dan metabolik ...............................................36
5. Pola eliminasi ..................................................................37
a. Eliminasi urine .........................................................36
b. Eliminasi alvi ............................................................37
6. Cairan dan elektrolit ........................................................38
7. Oksigenasi .......................................................................38
4. Pemeriksaan fisik ....................................................................38
1. Keadaan umum ................................................................38
2. Kesadaran GCS ...............................................................38
3. Tanda - tanda vital ..........................................................38
4. Pemeriksaan fisik head to toe .........................................38
5. Data penunjang .........................................................................43
1. Pemeriksaan labolatorium ..............................................43
2. Terapi medis ....................................................................45
3. Diet ..................................................................................46
B. Pengelompoakn data .....................................................................47
C. Diagnosis keperawatan ..................................................................48
D. Intervensi keperawatan ..................................................................50
E. Implementasi keperawatan ..........................................................54
F. Eveluasi ........................................................................................73
A. Kesimpulan ..................................................................................87
B. Saran ........................................................................................88
LAMPIRAN .......................................................................................90
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR BAGAN
3.1 Genogram.......................................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor paru adalah tumor ganas paru premier yang berasal dari saluran nafas
atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan adanya pertumbuhan sel
yang tidak normal, tidak terbatas dan merusak sel-sel jaringan normal. Proses
keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan
pertama yang terjadi bentuk epitel dan menghilangnya silia. (Ina, 2019)
Tumor paru menjadi salah satu tumor yang paling banyak ditemui di dunia.
Tumor paru adalah tumbuhnya benjolan abnormal pada jaringan paru yang dapat
bersifat jinak atau ganas, serta berasal dari tumor ganas, serta berasal dari tumor
ganas epitel premier saluran nafas terutama bronkus yang dapat menginvasi
struktur jaringan disekitarnya dan berpotensi menyebar ke seluruh tubuh melalui
aliran darah dan sistem limfatik. (Tandi, dkk, 2015).
Pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak
(benign). Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor
jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat
sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang
memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka
pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi. (Hasanuddin,
2011)
World Health Organisation (WHO) tahun 2020 melaporkan bahwa insidens
penyakit tumor di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan angka kejadian 13 %.
Di negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris, kematian akibat tumor
menduduki peringkat kedua setelah penyakit kardiovaskuler. Salah satu penyakit
tumor yang menyebabkan kematian tertinggi di dunia adalah tumor paru. WHO
World Report 2020 melaporkan, angka kejadian tumor paru pada tahun 1999 di
dunia 2,1%. Menurut WHO, Cause Specific Death Rate (CSDR) tumor trakea,
bronkus, dan paru di dunia 13,2 per 100.000 penduduk dengan angka kejadian
2,3% (WHO, 2020).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang di maksud dengan Tumor paru?
2. Apa saja diagnosa keperawatan pada penyakit Tumor paru?
3. Bagaimana evaluasi tindakan pada penyakit Tumor Paru?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dengan tersusunnya Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan penulis mampu
untuk merangkum pengalaman dan pencegahan masalah dalam bidang keahlian
ini. Serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan terjadi pada
seluruh masyarakat tentang arti dari tumor paru dengan dijadikan Karya Tulis
Ilmiah. Dan di harapkan mampu menerapkan Asuhan Keperawatan Dasar pada
Tn. T dengan tumor paru.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan dua
metode, yaitu :
1. Objektif
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan metode secara objektif
dimana data-data yang diperoleh tidak berdasarkan keluhan pasien namun
berdasarkan data-data pendukung seperti hasil tanda-tanda vital, hasil
laboratorium maupun pemeriksaan fisik.
2. Subjektif
Sedangkan data subjektif adalah perolehan data langsung dari pasien
ataupun dari keluarga pasien. Selain dua metode tersebut, dalam penulisan
karya tulis ilmiah ini ada empat metode yang dilakukan dalam pengumpulan
data yaitu :
B. Sistematika Penulisan
Sistematika penyusunan mencakup :
BAB I, PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang, tujuan penyusunan,
rumusan masalah, metode penyusunan, dan sistematika penyusunan.
BAB II, TINJAUAN TEORITIS yang berisikan pengertian, klasifikasi, anatomi
fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik.
BAB III, TINJAUAN KASUS yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
BAB IV, PENUTUP yang terdiri dari simpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA pada bagian ini akan dipaparkan sumber-sumber literatur
dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah
LAMPIRAN pada bagian ini akan dipaparkan hal-hal yang dapat mendukung
dan melengkapi ini dari Karya Tulis Ilmiah
2. Klasifikasi
a. Tumor jinak paru
Tumor jinak paru jarang dijumpai, hanya sekitar 2% dari seluruh tumor
paru, biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan rutin, karena
tumor jinak jarang memberikan keluhan dan tumbuh lambat sekali. Tumor
jinak paru yang sering dijumpai adalah hamartoma. Jenis tumor jinak lain
yang lebih jarang dijumpai adalah fibroma, kondroma, lipoma,
perlakuan maka hanya dapat bertahan 2 sampai 4 bulan. 80% dari total
kejadian kanker paru adalah jenis NSCLC. Secara garis besar dibagi menjadi
3 yaitu Adenocarsinoma, jenis ini adalah yang paling banyak ditemukan
(40%), karsinoma Sel Sekuamosa, banyaknya kasus sekitar 20-30%, dan
karsinoma Sel Besar, banyaknya kasus sekitar 10-15%. Sebagian besar pasien
yang didiagnosa dengan NSCLC (70-80%) sudah dalam stadium lanjut III -
IV. Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam
golongan kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma,
tipe-tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya.
a) Karsinoma sel skuamosa (epidermoid)
Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan,
berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk
metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas
mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak
sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter
tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar
secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan
mediastinum. Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki daripada
perempuan.
b) Adenokarsinoma
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer
segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan
parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali
meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering
bermetastatis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.
c) Karsinoma bronkoalveolus
Dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru
tumor paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan
berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran
inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru
3. Anatomi Fisisologi
Sistem pernafasan terdiri dari rongga hidung, tenggorokan, faring,
laring trakea, pulmo (paru-paru), bronkus, bronkiolus, samapai dengan
alveoli.
a. Rongga hidung
Hidung dalam bahasa latin yaitu nasal, artinya adalah bagian
menonjol pada wajah yang memiliki rongga (cavum nasal), dimana proses
penghantaran dan pengaturan udara baik suhu, kelembaban dan kebersihan
udara di proses sebelum di hantarkan ke paru-paru. Hidung terdiri atas dua
rongga, yaitu rongga eksternal yang terdiri dari tulang rawan (kartilago)
dimana berbentuk tonjolan pada wajah, dan cavum nasal. Di dalam rongga
hidung eksternal banyak terdapat bulu hidung, dan silia dan selaput lendir,
sedangkan pada cavum nasal terdapat struktur yang disebut concha, pada
concha ini terdapat banyak kapiler darah dan selaput lendir. Dalam hal ini
syaraf olfaktorius syaraf yang bekerja pada indra penciuman berada pada
selaput lendir di rongga hidung atas. Pada hidung juga terdapat rongga
berisi udara yang disebut sinus, yang berfungsi sebagai pengatur kondisi
udara, penahan suhu, resonansi suara, produksi mukus.
Fungsi rongga hidung antara lain :
1) Menghirup udara
Hidung adalah bagian atau saluran pertama pada proses pernapasan
yang dilalui oleh udara yang dihirup oleh tubuh.
2) Menyaring udara
Pada rongga hidung terdapat selaput lendir dan bulu halus yang
berfungsi sebagai penyaring udara, dimana lendir akan menangkap
kotoran yang di hisap oleh hidung, dan bulu hidung akan menyaring
udara dari kotoran yang ikut terhisap pada saat terjadinya proses
inspirasi. Selain itu lendir yang mengandung leukosit berperan sebagai
pertahanan terhadap kuman dan bakteri.
3) Menghangatkan udara
Terdapat suara struktur yang disebut concha. Permukaan concha ini
diliputi banyak pembuluh darah kapiler, sehingga suhunya selalu
hangat. Udara yang menuju paru-paru bila melaluinya akan
dihangatkan.
4) Melembabkan udara
Selaput lendir yang terdapat pada hidung selain berfungsi menahan
kotoran, juga berfungsi melembabkan udara yang masuk kedalam
hidung sebelum dihantarkan masuk kedalam paru-paru.
5) Indra penciuman
Terdapat sel syaraf olfaktorius berperan sebagai sensor yang akan
menerima stimulus dari udara yang masuk kedalam hidung, kemudian
akan dihantarkan ke sistem syaraf pusat untuk diterjemahkan sebagai
bau tertentu, sehingga dapat mencegah pemasukan gas-gas yang
membahayakan ke dalam paru-paru.
6) Pembentukan suara fonetik (suara bahasa)
Rongga hidung juga berperan pembentukan suara-suara fonetik
dimana ia berfungsi sebagai ruang resonansi.
b. Tenggorokan
Tenggorokan memiliki 2 bagian dengan fungsi berbeda, yakni sebagai
jalan pernapasan dan pencernaan. Untuk pernapasan sendiri, tenggorokan
memiliki panjang sekitar 12-14 cm pada bagian pangkal. Dalam biologi
kita menyebutnya sebagai laring, dengan bentuk mengerucut sekitar 3-4
cm. Laring sendiri terdiri dari 9 macam tulang rawan dan serabut otot
untuk dapat bekerja secara maksimal.
c. Faring (tekak)
Faring merupakan saluran yang memiliki panjang kurang lebih 13-15
cm yang menghubungkan nasal dan rongga mulut kepada laring pada dasar
tengkorak. Faring terdiri atas :
1) Nasofaring
Saluran penghubung antara nasopharinx dengan telinga bagian tengah,
yaitu tuba eustachius dan tuba auditory ada pharingeal tonsil
(adenoids), terletak pada bagian posterior nasopharinx, merupakan
bagian dari jaringan limfatik pada permukaan posterior lidah.
2) Orofaring
Merupakan bagian tengah faring antara platum lunak dan tulang
hyoid, refleks menelan berawal dari orofaring menimbulkan dua
perubahan, makanan terdorong masuk ke saluran (esophagus) dan
secara simultan katup menutup laring untuk mencegah makanan
masuk kedalam saluran pernapasan.
3) Laringofaring
Merupakan posisi terendah dari faring. Pada bagian bawahnya, sistem
respirasi menjadi terpisah dari sistem digestil. Makanan masuk ke
bagian belakang, esophagus dan udara masuk ke arah depan masuk ke
laring.
d. Laring (pangkal tenggorokan)
Laring terletak pada garis tengah bagian depan leher, terbenam dalam
kulit, kelenjar thyroid dan beberapa otot kecil, serta pada bagian depan
laringopharinx dan bagian atas esophagus, laring bukan hanya berfungsi
sebagai jalan udara dari faring ke saluran napas lainnya, namun juga
menghasilkan sebagian besar suara yang dipakai untuk berbicara.
e. Trakea (batang tenggorokan)
Trakea adalah saluran pernapasan berbentuk tabung diameter sekitar 2,5
cm dan panjang sekitar 10-12 cm, terletak dibagian esophagus , dari mulai
bagian bawah krikoid kartilago laring dan berakhir setinggi vertebrae
torakal IV atau V. Trakea bercabang menjadi bronkus kiri dan kanan.
Trakea terbentuk dari 16-20 cincin kartilago yang terbentuk C
dihubungkan satu sam lainnya dengan jaringan fibrosa. Trakea dilapisi
oleh sel efitel bersilia dan sel goblet. Sel goblet menghasilkan mukus dan
silia berfungsi menyapu partikel yang berhasil lolos saringan dari hidung,
kearah faring untuk ditelan atau diludahkan atau dibatukkan.
f. Pulmo (paru-paru)
Paru-paru adalah organ pernapasan dimana proses pertukaran gas
terjadi, manusia memiliki 2 paru-paru, kanan dan kiri. Setiap paru
memiliki bagian yang disebut dengan lobus, tedapat perbedaan mendasar
antara paru kanan dan kiri, paru kanan memiliki 3 lobus, yaitu lobus
superior, medial dan inferior. Sedangkan paru kiri memiliki 2 lobus, lobus
superior dan inferior. Tiap lobus dibatasi oleh pembatas yang disebut
fisura, fisura berdasarkan arahnya membagi bagian paru dibedakan atas
fisura horizontal dan fisura obliq (miring) yang hanya terdapat pada paru
kanan. Lobus sendiri tersusun atas lobulus, ada sekitar 130.000 lobulus
yang terdapat pada paru, dan tiap lobulus terdapat alveoli, setiap paru-paru
diperkirakan memiliki lobulus berjumlah kurang lebih 300 juta buah,
tempat dimana pertukaran gas berlangsung melalui proses difusi.
Berdasarkan letak, paru berada pada rongga torak, di dalam rongga torak
terdapat rongga dimana paru-paru berada, rongga tersebut adalah rongga
pleura. Rongga pleura terdapat cairan pleura bening dan tidak berbau yang
berfungsi sebagai pelicin ketika paru bergerak mengembang dan
mengempis. Normalnya volume cairan pleura sekitar 0,1-0,2 ml/ kg berat
badan pleura sendiri adalah membran tipis yang memiliki 2 lapisan, yaitu
pleura viceralis dan pleura parietalis. Berdasarkan bentuk, paru kanan
lebih pendek dengan paru kiri sekitar 5 cm, hal ini disebabkan posisi
diafragma lebih tinggi akibat tekanan hati, namun paru kanan lebih luas
dari paru kiri karena keberadaan jantung yang terletak pada dada sebelah
kiri.
g. Bronkhus
Bronkhus adalah percabangan dari trakea yang membagi jalur
pernapasan menuju paru kanan dan kiri, memiliki struktur hampir sama
dengan trakea, yang membedakan hanya ukurannya yang lebih kecil,
dindingnya lebih halus, strukturnya lebih halus, dan tulang rawan yang
tidak teratur dibandingkan dengan trakea.
h. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus. Bronkiolus bercabang
cabang menjadi saluran yang semakin halus, kecil dan dindingnya semakin
tipis. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan tetapi rongga nya bersilia.
Setiap bronkiolus bermuara pada alveoli.
i. Alveoli
Berupa saluran buntu membentuk gelembung-gelembung udara seperti
bola-bola mungil, dindingnya tipis setebal selapis sel, lembab dan
berlekatan dengan kapiler darah, tempat dimana terjadi pertukaran gas
antara O2 dengan CO2.
4. Etiologi
Paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik
merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti
kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain. Dibawah ini akan diuraikan mengenai
faktor risiko penyebab terjadinya tumor paru:
a. Merokok
Merokok merupakan faktor yang berperan paling penting dalam
menyebabkan terjadinya tumor paru yaitu 85% dari seluruh kasus (Wilson.
2005). Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah
diidentifikasi dapat menyebabkan tumor ganas. Kejadian tumor paru pada
perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang
diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti
merokok (Stoppler, 2010). Tingginya kebiasaan merokok merupakan salah
satu faktor risiko terjadinya tumor ganas pada paru. Penelitian terbaru juga
membuktikan bahwa faktor resiko lain yang juga berpengaruh adalah usia
>40 tahun, sedangkan jenis kelamin yang tersering mendapat tumor ganas
pada paru ialah laki-laki dibandingkan perempuan (Hulma, 2014).
b. Perokok pasif
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang
tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat tumor
paru meningkat dua kali. Diduga ada 3.000 kematian akibat tumor ganas
paru tiap tahun di Amerika Serikat terjadi pada perokok pasif (Stoppler,
2010).
c. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah
perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga
menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat
dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada
mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini dapat dijelaskan dari
kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung
hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara
kemungkinan besar lebih tercemar oleh polisi. Suatu karsinogen yang
ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4
benzpiren.
d. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien tumor paru berisiko lebih
besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler
memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan
tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru.
Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-gen K-
ras dan mye) dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor
e. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik
juga dapat menjadi risiko tumor paru. Seseorang dengan penyakit paru
obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena
kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).
5. Patofisiologi
Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, faktor lingkungan
seperti polusi udara, merokok, bekerja di industri, semunya berkaitan dengan
risiko terjadinya tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya
zat yang bersifat intiation yang merangasang permulaan terjadinya perubahan
sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk
memicu timbulnya penyakit tumor. Intitation agen biasanya bisa berupa unsur
kimia, fisik atau biologis yang berkemampuan bereaksi langsung dan merubah
struktur dasar dari komponen genetik (DNA).
Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama ditandai
dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal ini
berlangsung lama mingguan sampai tahunan.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia, hyperplasia, dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia, dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus diikuti dengan
supurasi di bagian distal. Gejala - gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptysis. dispnea, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengar
pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke
struktur-struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium,
otak, tulang rangka. Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan
kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah
karsinoma epidermoid (sel skuamosa). Karsinoma sel kecil (se loat), karsinoma
sel besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma, Sel skuamosa dan
karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial.
Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk dijalan napas utama bronkial.
6. Manifestasi Klinis
Tumor dapat mengenai lapisan saluran pernapasan, parenkim paru, pleura,
atau dinding dada. Penyakit terjadi secara lambat (biasanya selama beberapa
dekade) dan seringkali asimptomatik sampai lanjut dalam perkembangannya.
Tanda dan gejala tergantung pada letak dan ukuran tumor, tingkat obstruksi,
dan keluasaan metastase ke tempat regional atau ketempat yang jauh,
Karsinoma epidermoid sering tumbuh sentral, memberikan gejala klinik yang
sesuai dengan pertumbuhan endobronkial. Meliputi batuk, sesak nafas akibat
obstruksi, atelektasis, wheezing atau post obstuktif pneumonia. Berbeda
dengan adeno karsinoma dan large cell carcinoma, yang sering terletak pada
bagian perifer memberikan gejala yang berhubungan dengan pertumbuhan
tumor di perifer seperti nyeri pleuritis, pleural effusi, atau nyeri dari dinding
dada. Beberapa tanda gejala yang terjadi adalah:
a) Gejala yang paling sering adalah batuk kering, tidak produktif pada tahap
akhir batuk menghasilkan dahak kental dan purulen.
b) Mengi (wheezing, stridor) terjadi jika mengalami obstruksi secara parsial:
pengeluaran sputum yang berwarna merah darah adalah hal yang umum
terjadi pada pagi hari. Sputum menjadi berwama darah karena sputum
melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi Mengi terjadi karena
sebagaian bronkus tersumbat oleh tumor.
c) Sesak napas, hal ini diakibatkan pembesaran pada tumor
d) Nyeri adalah gejala akhir, seringkali berhubungan dengan metastasis
tulang
e) Nyeri dada, kekakuan, suara serak, disfagia, edema pada leher dan kepala
f) Kelemahan, anoreksia, penurunan berat badan dan anemia
7. Pemeriksaan Diagnostik
Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk
diagnosis tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal
penyakit kanker/tumor paru. Batuk disertai dahak yang banyak dan kadang-
kadang bercampur darah, sesak nafas dengan suara pernafasan nyaring
(wheezing), nyeri dada, lemah, berat badan menurun, dan anoreksia
merupakan keadaan yang mendukung. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan pada pasien tersangka kanker/tumor paru adalah faktor usia,
jenis kelamin, kebiasaan merokok, dan terpapar zat karsinogen yang dapat
menyebabkan nodul soliter paru. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk
menemukan kelainan- kelainan berupa perubahan bentuk dinding toraks dan
trakea, pembesaran kelenjar getah bening dan tanda-tanda obstruksi parsial,
infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura
a. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui adanya resiko imunologi terhadap sel
tumor. Pemeriksaan laboratorium pada kanker paru ditujukan pada 5 hal,
antara lain: Untuk menilai kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker terhadap
paru. Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru
(adanya kegagalan pernapasan), kelainan elektrolit Na, K. Cl. Ca. P. untuk
menilai kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada jaringan tubuh
yang disebabkan oleh tumor primer atau metastasisnya dan untuk menilai
reaksi imunologi yang terjadi.
b. Gambaran radiologi
Pemeriksaan radiologi digunakan dalam menegakkan diagnosis pada
kanker paru terutama pada kelompok berisiko tinggi (high risk group).
Pemeriksaan foto dada merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat
mendeteksi adanya kanker paru. Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral,
kelainan dapat dilihat bila masa tumor berukuran lebih dari 1 cm. Tanda
yang mendukung keganasan adalah tepi yang ireguler, disertai indentasi
pleura. tumor satelit. Pada foto toraks juga dapat ditemukan invasi ke
dinding dada, efusi pleura, efusi perikard dan metastasis intrapulmoner.
Pemeriksaan dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dilakukan untuk
yakni didapat bahan untuk sitologi dan informasi metastasis KGB subkarina
atau paratrakeal.
g. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB)
Jika lesi kecil dan lokasi agak di perifer serta ada sarana untuk
fluoroskopimaka biopsi paru lewat bronkus (TBLB) harus dilakukan.
Spesimen yang diperoleh adalah bahan pemeriksaan histopatologi.
h. Transthoracic Needle Aspiration (TTNA)
Jika lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm. TTNA dilakukan
dengan bantuan fluoroskopi atau USG. Namun, jika lebih kecil dari 2 cm
dan terletak sentral dapat dilakukan TTNA dengan tuntunan CT-Scan.
Spesimen yang diperoleh adalah bahan pemeriksaan sitologi.
i. Transthoracic Biopsy (TTB)
Jika lesi kecil dan TTNA tidak memberikan hasil yang representatif
sebaiknya dilakukan TTB dengan tuntunan CT-Scan. Pengambilan sampel
dengan teknik ini akan memberikan hasil yang lebih informatif. Spesimen
yang diperoleh adalah bahan pemeriksaan histopatologi.
j. Aspirasi Jarum Halus
Dikenal juga fine needle aspiration (FNA) dapat dilakukan bila terdapat
pembesaran KGB atau teraba masa yang dapat terlihat superfisial. Dari
teknik yang sangat sederhana tingkat resiko paling rendah. Spesimen yang
diperoleh adalah bahan pemeriksaan sitologi.
k. Sitologi sputum
Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah dan
murah. Pada kanker yang letaknya sentral, pemeriksaan sputum yang baik
dapat memberikan hasil positif 67-85% pada karsinoma sel skuamos.
Pemeriksaan sitologi sputum dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin dan
screening untuk diagnosis dini kanker paru. Ketepatan diagnosis sitologi
sputum pada karsinoma epidermoid adalah 84,5%, karsinoma sel kecil
sebesar 70% dan adenokarsinoma sebesar 57%. Pemeriksaan sitologi tidak
selalu memberikan hasil positif, hal ini bergantung pada letak tumor
terhadap bronkus, jenis tumor, teknik mengeluarkan sputum, jumlah sputum
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis yang dapat diakukan adalah sebagai berikut:
a. Pembedahan
Pembedahan adalah tindakan pengangkatan jaringan tumor dan kelenjar
getah bening di sekitarnya. Tindakan pembedahan biasanya dilakukan untuk
tumor yang belum menyebar hingga ke jaringan lain di luar paru-paru.
Pembedahan bertujuan untuk mengangkat tumor secara total berikut
kelenjar getah bening disekitarnya. Hal ini biasanya dilakukan pada kanker
paru yang tumbuh terbatas pada paru kecuali pada kanker paru jenis SCLC.
Luas reseksi atau pembedahan tergantung pada luasnya pertumbuhan tumor
di paru. Pembedahan dapat juga dilakukan pada stadium lanjut. akan tetapi
lebih bersifat paliatif. Pembedahan paliatif mereduksi tumor agar radioterapi
dan kemoterapi lebih efektif. Pembedahan tidak perlu dilakukan jika kanker
telah menyebar keluar paru-paru, kanker terlalu dekat dengan trakea, dan
penderita memiliki keadaan yang serius (misalnya penyakit jantung atau
penyakit paru- paru yang berat). Pembedahan untuk mengobati kanker paru
dapat dilakukan dengan cara:
a) Wedge Resection, yaitu melakukan pengangkatan bagian paru yang
berisi tumor, bersamaan dengan margin jaringan normal.
b) Lobektomi, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari satu paru.
c) Pneumonektomi, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan. Hal ini
akan menurunkan fungsi paru. Tindakan ini hanya dilakukan jika
diperlukan dan jika pasien memang sanggup bernafas dengan satu paru.
Teknik operasi untuk melakukan jenis-jenis pembedahan di atas dapat
dilakukan dengan cara Toraktomi dan Torakoskopi (VATS: Video
Assisted Thoracic Surgery)
b. Radioterapi
Radioterapi dapat digunakan untuk tujuan pengobatan pada kanker paru
dengan tumor yang tumbuh terbatas pada paru. Radioterapi dapat dilakukan
pada NCLC stadium awal atau karena kondisi tertentu tidak dapat dilakukan
pembedahan, misalnya tumor terletak pada bronkus utama sehingga teknik
pembedahan sulit dilakukan dan keadaan umum pasien tidak mendukung
untuk dilakukan pembedahan. Terapi radiasi dilakukan dengan
menggunakan sinar X untuk membunuh sel kanker. Dosis radiasi yang
diberikan secara umum adalah 5000-6000 cGy. dengan cara pemberian 200
cGy/x, 5 hari perminggu, Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah
Hb> 10 g%, Trombosit 100.000/mm3, dan Leukosit> 3000/dl.
c. Kemoterapi
Tujuan pemberian kemoterapi paliatif adalah mengurangi atau
menghilangkan gejala yang diakibatkan oleh perkembangan sel kanker
tersebut sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas hidup
penderita. Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker paru.
Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan beberapa obat antikanker
dalam kombinasi regimen kemoterapi. Pada keadaan tertentu, penggunaan !
jenis obat anti kanker dapat dilakukan. Syarat standar yang harus dipenuhi
sebelum kemoterapi tampilan > 70-80, pada penderita dengan PS < 70 atau
usia lanjut, dapat diberikan obat antikanker dengan regimen tertentu
dan/atau jadwal tertentu, Hb> 10 g, granulosit > 1500/mm, tombosit
100.000/mm. fungsi hati baik, fungsi ginjal baik (creatinin clearance lebih
dari 70 ml/menit).
d. Immunoterapi
Beberapa penelitian menunjukkan adanya hasil yang baik pada
pemberian imunoterapi untuk kasus karsinoma bronkogenik. Keuntungan
9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada klien dengan tumor paru adalah:
a. Efusi pleura Penumpukan cairan di ruang yang mengelilingi paru-paru di
rongga dada (ruang pleura).
b. Hemathoraks Adanya darah didalam rongga pleura
c. Atelektasis Paru yang sulit mengembang/kollaps
d. Pneumonitis Hal ini terjadi akibat radiasi kemoterapi
e. Penurunan fungsi jantung paru yang disebabkan oleh radiasi
f. Emphisema Merupakan pengumpulan cairan dalam kapasitas pleural.
Pada gejala tumor paru klien akan mengalami batuk. Karena adanya
bejolan sehingga mengakibatkan penyumbatan secret
g. Tamponade jantung adalah pengumpulan cairan di dalam kantong
jantung (kantong perikardium) yang menyebabkan penekanan terhadap
jantung dan kemampuan memompa jantung
h. Sindroma vena cava superior Terjadi jika tumor menyumbat seluruh vena
cava superior yang mengalirkan darah dari tubuh bagian atas bagian
jantung.
i. Abses paru Lesi paru yang disertai dengan nekrosis jaringan didalamnya.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah alasan pasien masuk rumah sakit. Merupakan
penjelasan dari permulaan pasien merasakan keluhan sampai dengan
dibawa ke rumah sakit.
f) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya pembesaran kelenjar tiroid,
karena adanya proses menerang yang salah.
g) Paru
Perhatikan bentuk kesimetrisan dada, frekuensi respirasi, amati
getaran taktil premitus, amati normal atau tidaknya suara paru.
h) Jantung
Perhatikan ada atau tidaknya ictus cordis, dan amati suara
jantung.
i) Abdomen
Perhatikan bentuk dan gerakan-gerakan perut, dengarkan suara
peristaltic usus dan ketahui apakah ada nyeri tekan.
j) Ekstermitas
Perhatikan mobilisasi, kekuatan otot, tulang dan persendian
apakah mengalami gangguan tertentu.
Kekuatan otot :
0 : Tidak ada pergerakan otot
1 : Pergerakan otot yang dapat terlihat namun tidak ada
pergerakan sendi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Kronis (D.0078)
b. Pola Nafas Tidak efektif (D. 0005)
c. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (D.0001)
d. Defisit Perawatan Diri : Berpakaian (D.0109)
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri Kronis
Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan intensitas nyeri
2) Identifikasi skla nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6) Identifikasi budaya terhadap repon nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah di
berikan
9) Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis umtuk mengurangi rasa
nyeri (kompres hangat/kompres dingin)
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangakan jenis dan sumber rasa nyeri dalam strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu rasa nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, (jika perlu)
4. Implemetasi Keperawatan
Tindakan intervensi atau rencana yang telah dilakukan, serta respon pasien
terhadap tindakan yang telah dilakukan tersebut, bak berupa data subjektif
maupun data objektif
5. Evaluasi Keperawatan
Penentuan hasil akhir setelah dilakukan tindakan-tindakan medis maupun
keperawatan, berupa respon pasien, peningkatan atau penurunan keadaan
pasien dan apakah masalah sudah teratasi atau belum.
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 06 September 2022 pukul 13.20 WIB
1. BIODATA
a. Identitas pasien
Nama : Tn. T
Umur/tanggal lahir : 62 tahun, 10 Maret 1960
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pe ndidikan : S1 Ekonomi
Perkerjaan : Administrasi di RRI
Suku/bangsa : Betawi
Status perkawinan : Menikah
Alamat : Kp. Pahlawan Rt 04/Rw 17
Tanggal masuk RS : 06 September 2022
No. RM : 33-13-99
Diagnosa medis : Tumor Paru
2. RIWAYAT PENYAKIT
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri dibagian dada kanan
e. Genogram
Keterangan :
: Laki- laki
: Perempuan
: Pasien
: Anak
: Menikah
: Meninggal
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi
di tempat tidur
Pindah
Ambulasi
Naik tangga
5) Pola Eliminasi
Eliminasi Urine
Tabel 3.4 Eliminasi Urine
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi Pasien mengatakan Pasien mengatakan
sebelum sakit Buang Air saat sakit Buang Air
Kecil (BAK) sebanyak 6 Kecil (BAK) 4 kali
kali sehari sehari
Pancaran Pasien mengatakan Pasien mengatakan
sebelum sakit setiap Buang saat sakit Buang Air
Air Kecil (BAK) sebanyak Kecil (BAK)
120 cc sebanyak 150 cc
Jumlah Urine dihasilkan sebanyak Urine dihasilakn
120cc x 6 = 720 cc sebanyak 150 cc x 4
= 600 cc
Bau Pasien mengatakan bau Pasien mengatakan
nya khas bau nya khas
Warna Pasien mengatkan warna Pasien mengatakan
urinenya kuning jernih warna urinenya
kuning tua
Perasaan setelah Pasien mengatakan terasa Pasien mengatakan
BAK lega terasa lega
Total produksi Jumlah total urine yang Jumlah total urine
urin dikeluarkan per harinya yang dikeluarkan
sebanyak 720 cc per harinya
sebanyak 600 cc
Eliminasi Alvi
Tabel 3.5 Eliminasi Alvi
KETERANGAN SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
Frekuensi Pasien mengatakan pasien mengatakan
sebelum sakit Buang saat sakit belum
Air Besar (BAB) 1 Buang Air Besar
kali sehari (BAB)
Konsistensi Pasien mengatakan Pasien mengatakan
Buang Air Besar saat sakit belum
(BAB) lunak Buang Air Besar
(BAB)
Bau Pasien mengatakan Pasien mengatakan
bau nya khas saat sakit belum
Buang Air Besar
(BAB)
Warna Coklat kekuningan Pasien mengatakan
saat sakit belum
Buang Air Besar
(BAB)
Pada saat sakit pasien minum sebanyak 2 botol air mineral (1200 ml)
sehari, pasien terpasang infus dengan kombinasi obat NaCl 0,9 %
sebanyak 500 ml dan Tramadol sebanyak 1 ampul selang 12 jam.
7) Oksigenasi
Pada saat pengkajian pada tanggal 06 September 2022 pasien tampak
tidak menggunakan alat bantu oksigen hasil pengukuran oksigen
(Spo2) sebesar 90% dan respirasi 24x/menit.
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Pasien tampak lemas
b. Kesadaran GCS : Compos Mentis
Pada saat dikaji GCS pasien
a) Respon Eye :4
b) Respon Verbal :5
c) Respon Motorik :6
d. Kepala
a) Inspeksi
Pada saat pemeriksaan dengan metode inspeksi kepala terlihat
oval, rambut berwarna hitam beruban dan rambut terlihat bersih
b) Palpasi
Pada saat pemeriksaan dengan metode palpasi tidak ada benjolan
dan tidak ada nyeri tekan
e. Wajah
a) Inspeksi
Pada saat pemeriksaan dengan metode inspeksi tidak ada lesi dan
benjolan
b) Palpasi
Pada saat pemeriksaan dengan metode palpasi tidak ada benjolan
dan tidak ada nyeri tekan
f. Mata
a) Inspeksi
Pada saat pemeriksaan dengan metode inspeksi ukuran pupil
isokor, lapang pandang normal reflek kedip baik, dan terlihat
ananemis
b) Palpasi
Pada saat pemeriksaan dengan metode palpasi tidak ada benjolan
dan tidak ada pembengkan
c) Fungsi
Pasien terlihat menggunakan alat bantu kacamata
g. Hidung
a) Inspeksi
Pada saat pemeriksaan dengan metode inspeksi tidak ada
inflamasi dan tidak ada sekret pada hidung
b) Palpasi
Pada saat pemeriksaan dengan metode palpasi tidak ada nyeri
tekan dan tidak ada lesi pada hidung
c) Fungsi
Penciuman pasien baik dan mampu membedakan bau
h. Mulut
a) Inspeksi
Pada saat pemeriksaan dengan metode inspeksi terdapat karang
gigi, bibir kering, bibir tampak pucat dan pecah - pecah
b) Palpasi
Pada saat pemeriksaan dengan metode palpasi tidak ada benjolan
dan lesi
c) Fungsi
Pasien mampu merasakan manis, asam, pait, dan asin
i. Telinga
a) Inspeksi
Pada saat pemeriksaan dengan metode inspeksi telinga tampak
simetris, tidak ada lesi dan tampak bersih
b) Palpasi
Pada saat pemeriksaan dengan metode palpasi nyeri tekan dan
tidak ada benjolan
c) Fungsi
Pasien mampu mendengar dengan baik
j. Leher
a) Inspeksi
Pada saat pemeriksaan dengan metode inspeksi tidak ada luka
b) Palpasi
Pada saat pemeriksaan dengan metode palpasi tidak ada benjolan
dan pembengkakan pada kelenjar tiroid
k. Dada
a) Inspeksi
Pada saat pemeriksaan dengan metode inspeksi tidak ada lesi
b) Palpasi
Pada saat pemeriksaan dengan metode palpasi tidak ada benjolan
dan tidak ada nyeri tekan
c) Perkusi
Pada saat pemeriksaan dengan metode perkusi terdengar pekak
kanan-kiri
d) Auskultasi
Pada saat pemeriksaan dengan metode auskultasi suara nafas
terdengar ronkhi
l. Jantung
a) Inspeksi
Pada saat pemeriksaan dengan metode inspeksi tidak ada lesi
b) Palpasi
Pada saat pemeriksaan dengan metode palpasi tidak ada nyeri
tekan, tidak ada benjolan, teraba ictus cordis
c) Perkusi
Pada saat pemeriksaan dengan metode perkusi suara perkusi
pekak
d) Auskultasi
Pada saat pemeriksaan dengan metode auskultsi terdengar suara
S1 dan S2 “ Lup-Dup”
m. Abdomen
a) Inspeksi
Pada saat pemeriksaan dengan metode inspeksi tidak ada lesi
b) Palpasi
Pada saat pemeriksaan dengan metode palpasi tidak ada benjolan
dan tidak ada nyeri tekan
c) Perkusi
Pada saat pemeriksaan dengan metode perkusi terdengar bunyi
timpani
d) Auskultasi
n. Genitalia
Pasien menolak untuk pemeriksaan
o. Ekstremitas Atas
a) Inspeksi
Pada saat pemeriksaan dengan metode inspeksi tidak ada lesi dan
tampak simetris
b) Palpasi
Pada saat pemeriksaan dengan metode palpasi tidak ada nyeri
tekan dan tidak ada benjolan
c) Tonus Otot
4 4
4 4
p. Ekstremitas Bawah
a) Inspeksi
Pada saat pemeriksaan dengan metode inspeksi pada saat di
inspeksi terdapat bekas luka jahitan di lutut dan terlihat simetris
b) Palpasi
Pada saat di palpasi tidak ada nyeri tekan dan tidak benjolan
c) Tonus Otot
4 4
4 4
Keterangan :
0 : Tidak ada pergerakan otot
1 : Pergerakan otot yang dapat terlihat namun tidak ada pergerakan
sendi
2 : Pergerakan sendi namun tidak dapat melawan gravitasi
3 : Pergerakan melawan gravitasi namun tidak melawan tahanan
4 : Pergerakan melawan tahanan namun kurang normal
5 : Kekuatan normal
5. DATA PENUNJANG
a. Pemeriksaan labolatorium
Tabel 3.6 Pemeriksaan Labolatorium
TANGGAL / N.REF/
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN
JAM TERAPI
06 September HEMATOLOGY
2022 Hemoglobin 9,5 13-16 g/dl
15. 13 WIB Leukosit 11060 5000-10000 / ul
Hitung jenis
Bisofil 0 0-1 %
Eosinofil 1 1-3 %
Batang 1 2-6 %
Segmen 76 50-70 %
Limfosit 16 20-40 %
Monosit 6 2-8 %
LED(ALIFAX
EDTA)
Hematokrit 30,3 40-48 mm / jam
Eritrosit 5,20 4,5-5,5 vol. %
Trombosit 341 150-400 juta /
ulx1000/ul
COAGULATION
APTT 29,7 29,0-40,2 detik
Kontrol
RENAL
PROSTATE
Ureum 47 20-40 mg / dl
Creatinin 0,7 0,5-1,5 mg / dl
GLUCOSE
GD sewaktu 83 <= 200 mg / dl
BLOOD GAS
ELECT
Natrium 139 135-147 mmol / l
Kalium 4,9 3,5-5,5 mmol / l
Chlorida 106 97-108 mmol / l
06 September HEPATITIS B
2022 HbsAg NON
15.13 WIB (Kromatografi) REAKTIF
b. Terapi Medis
Tabel 3.7 Terapi Medis
HARI NAMA OBAT DOSIS WAKTU
RUTE
/TANGGAL (KANDUNGAN) (mg) (WIB)
Selasa, 06 Tramadol 1 ampul 12 jam Drip
September
2022 Nitrocap 2 x 2,5 mg Oral
Rabu, 07 Tramadol 1 ampul 12 jam Drip
September
2022 NAC 3x200 mg 06.00, 12.00, Oral
22.00
c. Diet
Pasien tidak melakukan diet apapun
B. PENGELOMPOKAN DATA
Tabel 3.8 Pengelompokan Data
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
Pasien mengatakan nyeri pada Pasien tampak meringis
dada bagian kanan Kesakitan
Pasien mengatakan nyeri yang Pasien gelisah dan memegang
dirasakan terus menerus area yang sakit
Pasien mengatakan nyeri yang Pasien tampak sulit
dirasakan dari skala 1-10 yaitu mengeluarkan dahak dan sulit
skala 8 (berat) batuk
Pasien mengatakan nyeri yang Pasien dan keluarga pasien
dirasakan sudah 7 bulan yang tampak tidak mampu mengganti
lalu pakain karena pasien terpasang
Pasien mengatakan sulit infus
mengeluarkan dahak Pasien terpasang nasal canul 3lt
Pasien mangatakan sulit batuk Tanda – Tanda Vital (TTV):
Pasien mengatakan sesak napas Tekanan darah : 110/60 mmHg
Pasien mengatakan sulit Nadi : 100x/ menit
berganti pakaian karena Respirasi : 24x/ menit
terpasang infus Spo2 : 90%
Suhu : 36,6℃
canul 3 liter
TTV:
TD : 110/60mmHg
N : 100x/menit
RR : 24x/menit
Spo2 : 90 %
S : 36,6℃
3. Selasa, 06 DS : BERSIHAN JALAN
September - Pasien mengatakan sulit NAFAS TIDAK
2022 Mengeluarkan dahak, EFEKTIF
sulit batuk dan sesak D.0001
napas
DO :
- Pasien tampak sulit
mengeluarkan dahak dan
sulit batuk
TTV:
TD : 110/60mmHg
N : 100x/menit
RR : 24x/menit
Spo2 : 90 %
S : 36,6℃
3. Selasa, 06 DS : DEFISIT
September - Pasien mengatakan sulit PERAWATAN
2022 berganti pakaian karena DIRI :
terpasang infus BERPAKAIAN
DO : D.0109
- Pasien tampak tidak
mampu mengganti
pakain karena terpasang
infus
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tabel 3.10 Intervensi Keperawatan
DIAGNOSIS
NO HARI / TUJUAN
/ MASALAH INTERVENSI
. TANGGAL DAN KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN
1. Selasa, 06 Nyeri Kronis Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
September keperawatan selama 1 x 24 jam Observasi
2022 diharapkan manajemen nyeri teratasi 1) Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas dan
Skal Skala intensitas nyeri
Indikator a target 2) Identifikasi faktor yang
awal memperberat dan memperingan
Keluhan nyeri 1 5 rasa nyeri
Meringis Terapeutik
1 5
1) Berikan teknik non farmakologi
Pola nafas 1 5 untuk mengurangi rasa nyeri
Keterangan (kompre hangat)
1 = Meningkat Edukasi
2 = Cukup Meningkat 1) Jelaskan strategi meredakan nyeri
4 = Cukup Menurun
5 = Menurun
3. Selasa, 06 Bersihan Jalan Nafas setelah dilakukan tindakan Latihan batuk efektif
September Tidak Efektif keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi
2022 diharapkan kemampuan 1) Identifikasi kemampuan batuk
membersihkan sekret membaik dengan 2) Monitor adanya retensi sputum
kriteria hasil : Terapeutik
Indikator Skala Skala 1) Atur posisi semi-fowler atau
awal target fowler
Batuk efektif Edukasi
2 5
1) Anjurkan batuk dengan kuat
Produksi sputum langsung setelah tarik nafas dalam
2 5
yang ke-3
Dispnea 2 5
Kolaborasi
Keterangan : 1) Kolaborasi pemberian mukolitik
1 = Meningkat atau ekspektoren, (jika perlu)
2 = Cukup Meningkat
3 = Sedang
4 = Cukup Menurun
5 = Menurun
4. Selasa, 06 Defisit Perawatan Setelah dilakuka tindakan keperawatan Dukungan perawatan diri: Berpakaian
September Diri : berpakaian selama 2 x 24 jam di harapkan Observasi
2022 perawatan diri berpakian teratasi 1) Identifikasi pemenuhan kebutuhan
dengan kriteria hasil : pakaian dan berhias
Skal Skala Terapeutik
Indikator a target 1) Jaga privasi selama berpakaian
awal Edukasi
Kemampuan 1) Informasikan pakaian yang
Mengenakan 3 5 tersedia untuk dipilih, ( jika perlu)
pakian
Verbalisasi
keingianan 3 5
perawatan diri
Keterangan
1 = Menurun
2 = Cukup Menurun
3 = Sedang
4 = Cukup Meningkat
5 = Meningkat
E. IMPLEMENTASI KEPERWATAN
Tabel 3.11 Implementasi Keperawatan
NO HARI / JAM TINDAKAN RESPON
No.Dx
. TANGGAL (WIB) KEPERAWATAN PASIEN
1. Rabu, 07 Ⅰ 08.49 Identifikasi lokasi, karakteristik, DS :
September durasi, frekuensi, kualitas dan - Pasien mengatakan masih
2022 intensitas nyeri merasakan nyeri
P : Saat beraktivitas
Q : Seperti di remas - remas
R : Dada bagian kanan
S : 8 (Berat)
T : Terus – menerus
DO :
- Pasien tampak memegang area yang
sakit, meringis kesakitan dan pasien
tampak lemas
DO :
- Pasien tampak meringis dengan skla
8
hangat
DO :
- Pasien terlihat meringis
DO :
- Pasien tampak sulit mengeluarkan
dahak
DO :
- Pasien tampak menggunakan posisi
semi-fowler untuk tidur
mengganti pakaian
DO :
- Pasien tampak kompres hangat
DO :
- Siswi menutup goreden saat pasien
mengganti pakaian
IV 14.25 Informasikan pakaian yang tersedia DS :
untuk dipilih, (jika perlu) - Pasien mengatakan ingin
mengenakan pakaian lengan pendek
dan menggunkan jaket
DO : -
F. EVALUASI
Tabel 3.12 Evaluasi
DIAGNOSIS /
NO. HARI /
MASALAH
TANGGAL EVALUASI
KEPERAWATAN
1. Rabu, 07 Nyeri Kronis S:
September 2022 - Pasien mengatakan nyeri
P : Saat beraktivitas
Q : Seperti di remas - remas
R : Dada bagian kanan
S : 8 (Berat)
T : Terus – menerus
O:
- Pasien tampak memegang area yang sakit pasien tampak meringis
kesakitan Pasien tampak lemas
- TD : 110/60 HT : 100 RR : 24x/menit S : 36,6℃ Spo2 :90%
A:
- Masalah Nyeri kronis belum teratasi
Pola nafas
1 5 2
P : Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan rasa nyeri
Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
(kompre hangat)
- Jelaskan strategi meredakan nyeri (tarik nafas dalam)
- Kolaborasi pemberian analgetik, (jika perlu)
O:
- Pasien tampak sesak dan terpasang nasal canul 3lt
A:
- Masalah Pola napas tidak efektif belum teratasi
Dipsnea 1 5 2
Pemgginaan otot
2 5 2
bantu nafas
Pemanjangan fase
1 5 2
ekspresi
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
- Monitor pola nafas ( seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, chyne-stokes, biot,ataksik)
- Jelaskan tujuan dari prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, (jika perlu)
Produksi sputum
2 5 2
Dispnea
1 5 2
P : Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi kemampuan batuk
- Monitor adanya retensi sputum
Keluhan nyeri
2 5 3
Meringis
2 5 3
Pola nafas
2 5 3
P : Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan inten
sitas nyeri
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan rasa nyeri
berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
(kompre hangat)
- Jelaskan strategi meredakan nyeri (tarik nafas dalam)
- Kolaborasi pemberian analgetik, (jika perlu)
Dipsnea 1 5 3
Pemgginaan otot
2 5 3
bantu nafas
Pemanjangan fase
1 5 3
ekspresi
P : Intervensi dilanjutkan
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
- Monitor pola nafas ( seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, chyne-stokes, biot,ataksik)
- Jelaskan tujuan dari prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, (jika perlu)
Produksi sputum
2 5 3
Dispnea
2 5 3
P : Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan rasa nyeri
Meringis
3 5 4
Pola nafas
3 5 4
S:
Pola nafas tidak efektif
Dipsnea 3 5 5
Pemgginaan otot
3 5 5
bantu nafas
Pemanjangan fase
3 5 5
ekspresi
P : Intervensi dihentikan
O:
- Pasien tampak mampu melakukan batuk dengan efektif dan
mengeluarkan dahak
A:
- Masalah Bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi
Skala Skala Skala
Indikator
awal target akhir
Batuk efektif 3 5 5
Produksi sputum 3 5 5
Dispnea 3 5 5
P : Intervensi Dihentikan
B. Saran
Melakukan kerja sama antara berbagai pihak, oleh karena itu penyusun
memberikan saran-saran yang dapat diterima sebagai bahan pertimbangan
sebagai berikut.
1. Untuk institusi pendidikan
a. Diharapkan untuk pihak pendidikan memaksimalkan sarana dan
prasarana diperpustakan selengkap-lengkapnya, terutama menyediakan
buku tentang tumor paru.
b. Untuk tenaga kerja produktif agar lebih produktif dan memaksimalkan
waktu mengajarnya agar dapat memberikan materi – materi
keperawatan dan agar dapat tersampaikannya materi-materi terhadap
siswa-siswi.
2. Untuk pelajar
a. Diharapkan pelajar dapat lebih meningkatkan ilmu pengetahuan,
terutama ilmu pengetahuan dalam memeberikan asuhan keperawatan
pada pasien.
b. Diharapkan pada pelajar dapat lebih bisa menjaga kesehatan dan
keselamatan diri sendiri dari berbagai penyakit.
3. Untuk pasien dan keluarga pasien
Diharapkan kepada pasien dan keluarga pasien agar lebih memperhatikan
kesehatan dalam keluarganya, di antaranya jika ada keluhan-keluhan yang sulit
ditangani atau di atasi segera konsuktasikan kepada dokter maupun instansi
kesehatan terdekat untuk diberikan pengarahan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Z. 2009. Kanker Paru : Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing
(Benjolan).Bandung
https://diskes.jabarprov.go.id/informasipublik/unduh/
Ync5dDVqcXpURCs4Z3hTWFhLemxWQT09
Elisna,Syahruddin.et,al, 2010. Kemoterapi Kanker Paru. Jurnal Respirologi
Indonesia.: http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Okto09JRI/Penatalaksanaan
%20tumor%
Elizabeth, J. Corwin. 2009. Buku saku patofisiologi. EGC, Jakarta
Hapipah, Ners., & Kep, M 2022 Asuhan sistem pernafasan, Gangguan dan
Penatalaksaan Medis. Ilmu keperawatan medikal bedah dan gawat darurat,
Herdman, T. H dan Kamitsuru, S. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi Dan
Klasifikasi 2015-201. EGC, Jakarta
Machsoos, 2009. Pendidikan Diagnostik Tumor Padat : Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : Interna Publishing
Noer, Syaifulla. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI Gaya Baru
PPNI, (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Tandi, M., Vonny N. T., dan Simanjuntak, M., Gambaran Tumor Paru
Dibagian/SMF Radiologi FK Unsrat RSUP Prof. DR.R.D Kandou Manado
periode Oktober 2014 – September 2015
World Health Organization, Source : Globocan 2020 diterbitkan melalui
https://gco.iarc.fr/
LAMPIRAN