Anda di halaman 1dari 3

Jadi Pemimpin itu Berat

Mau diakui atau tidak oleh para buzzer dan cebonger, semua orang bisa merasakan bahwa saat ini kita
sedang diserbu beragam permasalahan. Masalah yang satu belum tertaklukkan, masalah lainnya sudah
datang mengepalkan tangan.

Namun, masasalah-masalah tersebut sebetulnya akan lebih mudah teratasi bila ditangani oleh
kepemimpin yang ahli. Sebaliknya, berbagai permasalahan akan menjadi ruwet tak terkendali jika
dihadapi oleh kepemimpinan yang amatir dan cuma jago selfi. Atau malah jangan-jangan krisis
kepemimpian itu sendirilah yang menjadi biang kerok dari segala permasalahan ini? Ah, jawab saja
dalam hati.

Yang pasti, kepemimpinan adalah hal yang sangat penting dan signifikan dalam menuntaskan berbagai
persoalan. Karena itulah, Islam secara khusus mengajarkan ikhwal kepemimpinan ini, dari kepemimpian
rumah tangga hingga kepemimpinan negara. Sebab, sebuah kepemimpinan akan diberi amanah untuk
mengurus berbagai urusan dari orang-orang yang dipimpin. Suami harus dapat mengayomi anak-istinya;
kepala negara dapat harus mengayomi rakyatnya.

Nabi Muhammad saw. bersabda,

‫…اِإلَم اُم َر اٍع َو َم ْس ُئوٌل َع ْن َر ِع َّيِتِه‬


“…Imam (Pemimpin/Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas
pengurusannya (terhadap rakyat)…” (HR al-Bukhari no. 844).

Karena itu, seorang pemimpin negara bukan hanya mesti mampu mengurus permasalahan wabah,
ekonomi, hukum, politik, atau militer saja, tetapi juga sampai urusan detail kehidupan dari rakyatnya.
Maka saat rakyat mengadukan urusannya kepada sang kepala negara, tak pantaslah dijawab dengan
“bukan urusan saya” atau yang semisalnya. Justru urusan rakyat adalah kepala negara. Suka-duka rakyat
adalah suka-dukanya.

Kepemimpin yang profesional pernah dicontohkan oleh Umar bin Khattab tatkala beliau menjadi kepala
negara. Kerap kali Umar melakukan aksi belusukan untuk melihat secara langsung kondisi rakyatnya. Ia
lakukan itu dalam rangka mengayomi seluruh warga, bukan untuk membangun pencitraan bagi dirinya.

Dalam kitab Tarikh Khulafa karya Imam As-Suyuthi, diceritakan bahwa suatu malam, saat Umar melewati
rumah seorang wanita Arab yang tertutup rapat, ia mendengar suara seseorang yang tengah
melantunkan sebuah puisi.

Malam mini serasa demikian panjang dengan bintang-bintang yang berjalan

Dia seakan iba melihatku taka ada bantal yang bisa kucandai

Demi Allah, andaikata tidak ada siksa Allah yang saya khawatirkan pedihnya

Maka akan bergoyanglah pinggir-pinggir ranjang tidurku

Namun, aku takut akan malaikat yang Allah perintahkan untuk mengawasi kita
Para malaikat yang tidaku pernah lalai menulis sepanjang masa

Dan rasa pada Tuhan telah menghalangiku berbuat itu

Saya berharap suamiku memperoleh martabat yang demikian besar

(As-Suyuthi, 2000: 162)

Puisi tersebut mengungkapan kerinduan seorang istri terhadap suaminya yang pergi berjihad dalam
waktu yang cukup lama. Sang istri berupaya menahan rindunya dengan tetap berada dalam keataan
pada-Nya. Ia berupaya mengingat dosa dan siksa dari Allah guna meredam gejolak manusiawinya.

Mendengar puisi itu, Umar betul-betul berusaha memahami inti permasalahan yang tersirat di
dalamnya. Memang ketika itu banyak istri yang harus LDR dengan suaminya yang berprofesi sebagai
tentara. Suami yang wajib berjihad sekaligus mencari nafkah dengan berprofesi sebagai tentara,
memang harus pergi ke medan perang dan menginggalkan istinya di rumah. Padahal saat itu, tentunya
belum ada gadget untuk bisa VC dengan istri di rumah.

Mengetahui permasalahan tersebut, Umar pun gercep untuk mencari solusi. Imam As-Suyuthi
menuliskan bahwa Umar pun berkonsultasi dengan anak perempuannya yang bernama Hafshah
mengenai kasus LDR tersebut. Ia bertanya kepada Hafshah, “Berapa lama seorang wanita mampu
menahan rindu kepada suaminya?” Mendengar itu, Hafshah menundukkan kepalanya, karena malu
ditanya hal demikian. Umar kemudian berkata, “Sesungguhnya Allah tidak malu mengatakan yang
benar.” Hafshah kemudian memberi isyarat tiga bulan, jika tidak, maka empat bulan. Lalu, Umar
memerintahkan agar bala tentara yang dikirim ke medan perang tidak boleh tinggal lebih dari tiga
hingga empat bulan. (As-Suyuthi, 2000: 165)

Demikianlah contoh kepemimpinan yang professional dan bertanggung-jawab. Setiap permasalahan


rakyat direspon dengan sigap. Syariat memang memang mewajibkan setiap pria untuk pergi berjihad,
tetapi juga mewajibkan suami untuk memenuhi kebutuhan lahir dan batin istrinya. Dengan
mempedoman itu, Umar pun membuat kebijakan bahwa masa LDR bagi pasutri hanya boleh sekitar tiga
hingga empat bulan saja.

Kepemimpinan yang berkualitas seperti itu tentu bisa terwujud bukan saja karena sosok Umar semata,
melaikan ada faktor lainnya. Dalam Islam, setidaknya kepemimpian terdiri dari dua unsur utama, yakni
pemimpin yang baik dan sistem kepemimpinan yang baik. Artinya, tidak cukup sosok pemimpinnya saja
yang harus berkualitas, tetapi prinsip, cara, atau sistem kepemimpinannya juga harus berkualitas. Jika
salah satunya tak ada, maka akan kacau jadinya.

Sebagai manusia biasa, Umar bin Khatab tentu bisa salah dan lupa. Karena itu, ia tentu harus memiliki
pedoman dalam melaksanakan kepemimpinannya. Pedoman itulah yang di antaranya mengharuskan
bahwa sebagai pemimpin, ia wajib benar-benar mengurus segala urusan rakyatnya. Selian itu,
ditetapkan pula bahwa jika sengaja lalai dalam mengayomi rakyatnya, ada dosa dan siksa yang akan
diterimanya. Pedoman tersebut juga berisi ketentuan bahwa setiap persoalan harus diselesaikan dengan
syariat dari-Nya. Syariat yang diberikan oleh Allah Yang Maha Tahu pastilah tepat dalam menuntaskan
seluruh persoalan manusia. Nah, pedoman kepemimpinan berdasarkan syariat Islam itulah khilafah
namanya.
Rasjid (2019: 495) mengatakan, “Al-khilafah ialah suatu susunan pemerintahan yang diatur menurut
ajaran agama Islam, sebagaimana yang dibawa dan dijalankan oleh Nabi Muhammad Saw. semasa
beliau hidup, dan kemudian dijalankan oleh Kahulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman
bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib). Kepala negaranya dinamakan khalifah.”

Allahu a’lam bishshawab.

Gebang, 26 Juli 2020

Anda mungkin juga menyukai