Nim : 180105067
Artinya : “Dari Ibnu Umar RA dari Nabi SAW sesunggguhnya bersabda: sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda: setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta
pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara adalah pemimpin
atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya.
Seorang suami adalah pemimpin atas anggota keluarganya dan akan ditanya perihal
keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri adalah pemimpin atas rumah tangga dan anak-
anaknya dan akan ditanya perihal tanggungjawabnya. Seorang pembantu rumah tangga
adalah bertugas memelihara barang milik majikannya dan akan ditanya atas pertanggung
jawabannya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya atas
pertanggungjawabannya (HR. Muslim).”
Salah satu syarah (penjelasan atas hadits tersebut menyatakan bahwa sejak
penghujung abad yang lalu hingga sekarang, diskursus mengenai pemimpin atau
kepemimpinan mencuat ke permukaan. Sebagian sosiolog menyatakan bahwa terjadinya
gejala semacam itu memiliki beberapa sebab. Menurut pendapat mereka, ada dua
penyebabnya utamanya. Pertama, banyak pemimpin dalam berbagai bidang terlibat
pelanggaran moral (Moral Hazard). Kedua, mungkin karena usianya yang makin menua,
dunia kita sekarang tidak ber-‘kuasa’ lagi melahirkan pemimpin-pemimpin besar (Great
Leader) seperti pada masa-masa silam.
Kenyataan ini dikeluhkan – misalnya -- oleh seorang sosiolog Barat, Jeremie
Kubicek (2011) dalam bukunya yang sangat kontroversial, “Leadershipis Dead: How
Influence is Riviving it” (Kepemimpinan Telah Mati: Bagaimana Pengaruh yang
Merupakan Inti Kepemimpinan Bisa Dihidupkan Kembali). Dikatakan olehnya, bahwa
para pemimpin di masa sekarang ini lebih banyak menuntut, bukan memberi, menikmati,
bukan melayani, dan banyak mengumbar janji, bukan memberi bukti
Sabda Rasulullah s.a.w.,
.َم ْن الَ يَرْ َح ُم الَ يُرْ َح ُم
Artinya:
“Orang yang tak memiliki kasih sayang, tak bisa diharap (kebaikan) kasih-
sayang darinya.” (Hadits Riwayat al-Bukhari dari Jarir bin Abdullah, Shahîh al-
Bukhâriy, juz VIII, halaman 12, hadits nomor 6013)
Bagi ulama besar dunia, seperti Muhammad Rasyid Ridha, tiga panduan akhlak
Rasulullah s.a.w. ini wajib hukumnya dimiliki oleh setiap pemimpin umat. Karena, tanpa
ketiga panduan akhlak ini, seorang pemimpin, demikian Muhammad Rasyid Ridha
menyatakan, bisa dipastikan ‘Dia’ tidak akan mampu bekerja – dengan baik dan benar --
untuk kepentingan rakyat, bahkan bisa jadi ‘Dia’ hanya bisa bekerja untuk kepentingan
diri, keluarga, dan kelompoknya saja.
Maka jadilah seorang pemimpin yang baik dan bertanggung jawab, karena setiap
orang merupakan pemimpin. Jika setiap orang mempunyai rasa kepemimpinan dalam
dirinya maka kehidupan akan damai dan sejahtera. Karena itulah seorang pemimpin
seharusnya mengerti tentang pengertian pemimpin itu sendiri, tujuan dan betapa
pentingnya tugas pemimpin itu. Dia tak hanya membawa satu orang tapi seluruh warga di
bawah kepemimpinannya.
3. Jelasakna kedudkan anda saat ini, berkaitan degan hadist tersebut di atas !
Jawab:
Saat ini kedudukan saya hanya sebagai mahasiswa biasa yang dalam artian tidak sedang
dalam keadaan menjadi pemimpin baik dari sebuah lembaga atau organisasi apapun,
kendati demikian berdasarkan hadis di atas tetaplah saya tidak terlepas dari tanggung
jawab saya sebagai pemimpin atas diri saya sendiri. Karena Pada dasarnya semua hal
yang Allah ciptakan tidak tanpa alasan. Apa saja yang Allah ciptakan memiliki maksud
dan tujuan tertentu, salah satunya ialah penciptaan manusia. Manusia adalah ciptaan
Allah yang paling sempurna. Memiliki akal pikiran dan hawa nafsu, selalu berbuat baik
meski terkadang terpengaruh berbuat hal-hal yang terlarang. Itu merupakan bentuk
kesempurnaan manusia. Tidak terlepas dari itu semua, menjadi seorang pemimpin juga
merupakan tujuan dari penciptaan manusia.
Sebagai seorang mahasiswa saya masih harus terus belajar bagaimana bertanggung jawab
termasuk memimpin diri sendiri dan orang lain, karena setiap perbuatan dan tindakan
memiliki resiko yang harus dipertanggung jawabkan.