Anda di halaman 1dari 21

RECIST

(RESPONSE EVALUATION CRITERIA IN SOLID TUMOURS)


Pendahuluan
Sejarah Singkat
• Pada 1979,WHO mempublikasikan Objective Tumour Response
Criteria • Pada tahun 2000 untuk memperbaiki interpretasi dan
aplikasi
penerapannya maka disusun RECIST (RESPONSE EVALUATION
CRITERIA IN SOLID TUMOURS)
• RECIST banyak digunakan dalam evaluasi ujicoba klinis untuk
menilai respon dan progresivitas penyakit
• Modifikasi dengan mengurangi jumlah target lesi dari 10 menjadi 5
dengan maksimum 2 lesi per organ
• Diameter terpanjang 10 mm
• Pembesaran limfonodi dengan diameter terpanjang 10 mm
Dalam implementasi pelaksanaannya untuk mengevaluasi Respon
Terapi dengan mengukur lesi (tumor atau kanker termasuk Kanker Paru
dan rongga toraks) secara radiologis, ada beberapa lesi yang tidak
dapat diklasifikasikan dengan jelas, sehingga perlu dilakukan revisi
terhadap sistem RECIST sehingga diperbaiki dengan sistem RECIST 1.1

Dibanding RECIST 1.0,perubahan pada RECIST 1.1 adalah


1. Mengurangi jumlah lesi target
2. Mendiskripsikan limfonodi dan lesi baru dengan lebih
spesifik
RECIST 1.1
Evaluasi respon terapi
Dokumentasi lesi target dan non target
Saat ada lebih dari satu lesi terukur pada pemeriksaan baseline, seluruh lesi hingga maksimal total
5 lesi yang mewakili organ terlibat (maksimal 2 lesi perorgan) harus di identifikasi sebagai lesi target,
dan akan dicatat serta diukur pada pemeriksaan baseline (Eisenhauer, 2009; Schwartz et al., 2016).

Lesi target harus dipilih berdasarkan ukurannya (lesi dengan diameter terpanjang) sebagai
representatif organ yang terlibat, dan dipilih berdasarkan lesi yang dapat diukur secara berkelanjutan.
Pada kasus dimana lesi terbesar disimpulkan sulit untuk dapat dilakukan pengukuran berulang pada
pemeriksaan selanjutnya, maka lesi terbesar berikutnya yang dapat diukur berulanglah yang dijadikan
lesi target berdasarkan urutan ukurannya. (Eisenhauer, 2009; Schwartz et al., 2016; Rastogi et al., 2019).

Nodus limfe dengan ukuran sumbu pendek ≥10mm akan tetapi <15mm dimasukan sebagai lesi non
target, sedangkan nodus limfe dengan sumbu pendek <10 mm tidak dimasukan sebagai nodul
patologis dan tidak dicatat atau diikuti. (Eisenhauer, 2009)
RECIST 1.1
Evaluasi respon terapi

Dokumentasi lesi target dan non target

Total Diameter (yang terpanjang untuk lesi non limfe nodus, sumbu pendek untuk lesi limfe nodus)
untuk seluruh lesi target akan dihitung dan dicatat sebagai Diameter Baseline Total

Seluruh lesi lainnya diluar lesi target (lesi non target), termasuk nodus limfe patologis, juga harus
dicatat pada baseline, akan tetapi tidak harus dihitung ukurannya dan hanya ditandai sebagai “ada
(present)” atau “tidak ada (abscent)”

Sebagai tambahan, juga dimungkinkan untuk merekam multiple lesi non target sebagai sebuah
kesatuan (contohnya “multiple liver metastase”)
Pengukuran Tumor pada Awal

Terukur Tidak terukur


tumor berdiameter terpanjang Semua lesi lainnya, termasuk
dengan ukuran minimal ≥ lesi kecil (diameter terpanjang
10mm <10 mm atau kelenjar getah
bening patologis dengan
kelenjar getah bening ≥ 15 mm sumbu pendek >10 hingga <15
pada sumbu pendek bila dinilai mm)
dengan CT scan
Lesi yang benar-benar tidak
dapat diukur seperti penyakit
meningeal Lepto, asites, efusi
pleura atau perikardial.
Target VS Non Target

Lesi yang dapat diukur Sertakan lesi yang dapat diukur dan
tidak dapat diukur
Maksimal 5 total lesi, dan 2 lesi
per organ yang mewakili semua Lesi terukur yang melebihi jumlah
organ yang terlibat, harus maksimum lesi target yang dapat
dipilih dan diidentifikasi diterima
sebagai lesi target Pilihan untuk lesi non-target pada titik
waktu tindak lanjut adalah:
Harus dipilih berdasarkan
hilangnya total (atau resolusi ke ukuran
ukuran (yang memiliki
normal, untuk node),
diameter terpanjang) dan kehadiran yang berkelanjutan,
kesesuaian untuk pengukuran kemajuan yang tegas/jelas
berulang yang akurat
RECIST 1.1
Evaluasi respon terapi
Dokumentasi lesi target dan non target
EVALUASI LESI TARGET
• Complete Response (CR): menghilangnya seluruh lesi target. Seluruh
nodus limfe patologis (baik target maupun non-target) harus tereduksi
sumbu pendeknya menjadi <10mm.
• Partial Response (PR): setidaknya menurun 30% Diameter Total lesi
targetnya, sebagai pembandingnya adalah Diameter Total Baseline.
• Progressive Disease (PD): setidaknya meningkat 20% Diameter Total
lesi targetnya, sebagai pembandingnya adalah Diameter Total terkecil yang terekam selama
evaluasi terapi. Sebagai tambahan selain peningkatan relatif Diameter Total sebesar 20%, harus juga
ada peningkatan absolut Diameter Total sepanjang 5mm. (catatan : kehadiran satu lesi baru atau
lebih juga dimasukan ke dalam kriteria ini).
• Stable Disease (SD): tidak terdapat penurunan atau peningkatan yang cukup untuk dimasukan ke
dalam kriteria PR atau PD, sebagai pembandingnya adalah Diameter Total terkecil yang tercatat
selama evaluasi.
Lesi Target

Tumor
Sebaiknya pilih lesi berukuran besar dengan gambaran jelas untuk
diukur dengan diameter terpanjang ≥ 10 mm, maksimal dua lesi per
organ dan maksimal lima untuk keseluruhan penelitian.

Kelenjar getah bening


Kelenjar getah bening dapat digunakan sebagai target lesi asalkan
diameter sumbu pendek maksimum melebihi 15 mm.
Contoh Lesi Non Target
Kelenjar getah bening <10 mm dianggap normal.
Kelenjar getah bening 10-14mm dianggap patologis,
namun tidak cocok untuk lesi target.
Mereka dapat digunakan sebagai lesi non-target.
Ketika kelenjar getah bening target mengecil ke ukuran
normal (<10 mm), pengukurannya tetap harus
dimasukkan dalam jumlah diameter terpanjang (SLD).
Kriteria lesi target
Lesi Target

Garis dasar 3cm


1cm  67% penurunan ukuran panjang  Respon Parsial
1. 3cm  30% meningkat dari B tetapi < 5mm Stabil terhadap Penyakit
1,6cm, bertambah 3mm dari C tetapi 6mm dari B ( Nadir )  Penyakit Progresif
Cara menggunakan RECIST 1.1  Target lesi Tumor Paru
A. Garis dasar sasaran lesi 2,8cm

B. Ukuran 1,3cm  54% pengurangan ukuran


panjang  PR

C. Peningkatan ukuran 1,7cm ( 30%) tetapi <


5mm dari B  SD ( peningkatan > 20% dan
kurang dari 5mm ) terapi dilanjutkan

D. Ukuran 2cm  Menambah 3mm (<20%) dari


C tetapi 7mm (54%) dari B (Nadir)  penyakit
progresif
Case 1
52YOM, adeno ca T3N0M1a, paska khemoterapi siklus 3
Laporan RECIST
Case 1
Thank you
for listening
Catatan khusus tentang penentuan lesi target
•Lesi tulang
Pada lesi tulang litik atau campuran litik-blastik, hanya komponen jaringan lunak
yang dapat diidentifikasi yang sesuai untuk pengukuran sebagai lesi target.
Lesi blastik tidak dapat diukur.

•Lesi kistik
Kista sederhana tidak boleh dianggap sebagai lesi ganas atau dijadikan sebagai
target lesi.
Dugaan metastasis kistik atau nekrotik mungkin terjadi, namun jika ada metastasis
padat yang terjadi bersamaan.

•Terapi lokal-regional
Lesi yang terletak di suatu area yang telah menjalani terapi loko-regional
(misalnya radioterapi), dianggap tidak dapat diukur.
Ilustrasi yang menggambarkan pengukuran lesi target di NSCLC
berdasarkan kriteria RECIST dan Lee.
Menurut kriteria RECIST, ukuran lesi target pada
kanker paru-paru diukur dengan memasukkan
komponen solid dan ground-glass opacity (GGO) (a).

Menurut kriteria Lee, ukuran lesi target diukur


dengan komponen padat saja pada pencitraan
jendela jaringan lunak (b).

Jika lesi target mempunyai kavitasi intra tumor,


ukuran lesi target diukur dengan hanya memasukkan
komponen jaringan lunak dan tidak termasuk
komponen udara.

(pengurangan diameter rongga dari diameter


terpanjang massa tumor) (b - c)

Anda mungkin juga menyukai