Anda di halaman 1dari 2

KISAH DAN PROSES DI BALIK IKAT CELUP

LKP Batik Soendari

A. Kisah di Balik Ikat Celup


Kain ikat celup saat ini menjadi tren. Sebut saja tie dye maupun shibori dari
Jepang. Teknik kreasi kain ini sudah dikenal setidaknya sejak abad ke-5 pada masa
Dinasti Sui, Tiongkok (Wada, 2011). Indonesia juga memiliki aneka ragam kain ikat
celup. Di Jawa dan Palembang, Sumatera Selatan disebut sebagai kain jumputan.
Sebutan lain di Jawa adalah kain tritik. Sementara di Banjarmasin, Kalimantan
Selatan disebut dengan kain sasirangan.
Popularitas kain ikat celup tidak terlepas dari relatif mudahnya proses serta
biaya bahan baku yang relatif murah. Selain itu, kain ikat celup modern juga
melambangkan kebebasan dalam berekspresi utamanya dalam segi warna. Oleh
karena itu, pada tahun 1960 hingga 1970-an, kaos ikat celup identik dengan kaum
hippies yang mengutamakan kebebasan.

B. Proses Membuat Kain Ikat Celup


Sebelum membuat kain ikat celup, terdapat beberapa alat dan bahan yang perlu
disiapkan. Alat dan bahan tersebut antara lain:

1. Alat
a. Bak
b. Karet gelang
2. Bahan
a. Kain katun
b. Waterglass (pengunci warna)
c. Pewarna remazol

Setelah alat dan bahan siap, maka tahap selanjutnya adalah proses ikat celup.
Langkah-langkah yang dilakukan antara lain:
1. Mempersiapkan kain katun yang akan diproses
2. Melipat kain sesuai pola yang diinginkan
3. Mengikat kain dengan karet
4. Mencelup kain yang sudah diikat ke dalam bak berisi waterglass
5. Mengoleskan warna pada kain sesuai keinginan
6. Menjemur kain di bawah sinar matahari hingga kering
7. Membilas kain dengan air bersih
8. Menjemur kain yang sudah dibilas

Anda mungkin juga menyukai