Anda di halaman 1dari 1

BATIK JUMPUTAN

Nama jumputan berasal dari kata / Kata ini mempunyai pengertian berhubungan dengan cara
pembuatan kain yang dicomot (di tarik) atau di jumput dalam bahasa jawa. Kain jumputan dibuat dengan
kain putih ditarik atau dijumput kemudian diiket dengan tali. Tali dipilih yang tidak menyerap warna
misalnya karet, rafia, dan benang berlapis lilin. Setelah diikat sesuai pola, kain dicelup dalam pewarna.
Setelah agak kering/lembab ikatan dilepas dan dibilas dengan air mengalir. Pada dasarnya kain jumputan
adalah kain yang didapat dari proses pewarnaan rintang. Pada dasarnya teknik pewarnaan rintang
mengakibatkan tempat-tempat tertentu akan terhalang atau tidak tembus oleh penetrasi zat warna. Pada
umumnya motif yang ada pada kain jumputan berupa lingkaran-lingkatran kecil, kotak-kotak, garis
bergelombang, garis lurus dan garis zig-zag.

Kain jumputan merupakan produk kerjajinan tekstile yang diciptakan dengan teknik tie and die. Di
Indonesia, istilah tie dye jarang digunakan karena banyak masyarakat lebih familiar dengan nama kain
jumputan. Proses pembuatannya yang hand made dan hasilnya yang unik, menjadikan kain jumputan
banyak dikenal dan dikagumi.

Teknik tye die diduga berasal dari seni bandhu yang uasianya hampir sama dengan negeri India. Sedangkan
arkeolog menyebutkan bahwa tye die sudah ada sejak 5000 yang lalu di Mesopotamia, India, Peru, Mexico,
Yunani dan juga di Roma. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya sebuah mumi dari tahun 1000 SM di Mesir
yang dibalut dengan kain unik menyeruapi kain jumputan. Kain tersebut diduga kuat berasal dari India dan
menyebar higga ke Mesir.

Bukti lain dari keberadaan teknik tie dye terdapat pada Prasasti Sima yang dibuat padaabad ke-10. Prasasti
tersebut menunjukan bahwa di Indonesia telah berkembang pesat teknologi pembuatan kain yang
memiliki pola hias seperti tie dye atau jumputan. Hanya saja istilah yang digunakan oleh masyarakat untuk
menyebut kain tersebuat berbeda-beda. Masyarakat Palembang menyebut kain tie dye dengan istilah kain
pelangi. Masyarakat Banjarmasin, Kalimantan Selatan, menyebutnya dengan nama kain sasirangan
sedangkan di Jawa disebut dengan kain Jumputan.

Kepopuleran teknik tie dye menjadi semakin meninkat ketika kaum hippies Amerika sering menggenakan
busana yang dibuat dengan teknik tersebut pada akhir tahun 1970-an. Motif-motif yang ditampilkan
sebagian besar memuat nilai kehidupan dan kebebasan yang terispirasi dari sejarah perang nuklir tahun
1950-an.

Kain yang diidentikan dengan unsur tradisional ini pada awalnya dibuat dengan bahan pewarna alami yang
diperloeh dari lingkungan sekitar. Namun seiring dengan perkembangan dunia mode, teknik tie dye mulai
dimodifikasi menjadi sebuah teknik modern yang dapat diaplikasikan pada berbagai produk fasion seperti
kaos, rompi, jaket, jeans, legging, aksesoris dan lain sebaginya.

Meskipun teknik ikat celup dapat diterapkan pada berbagai macam jenis kain, kain berbahan sutera atau
katun tetap menjadi pilihan terbaik untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Anda mungkin juga menyukai