PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kain ikat celup pada awalnya digunakan sebagai busana dan pelengkap busana,
namun produk ikat celup mengalami banyak perkembangan di antaranya dalam hal bahan,
keindahan, maupun prosesnya. Perkembangan fungsi dari kain ikat celup ikut mendorong
adanya pengembangan estetika/keindahan ragam hias ini, sehingga motif yang dibuat
sekarang sangat beragam dan tidak kalah menarik dengan ragam hias tekstil yang lain.
Proses ikat celup juga berkembang, sehingga tidak hanya jumput, tritik yang seperti yang
telah dikerjakan selama ini. Saat ini kain ikat celup telah mengalami banyak perkembangan
dalam proses pengerjaan untuk memperkaya corak, warna dan fungsinya. Perkembangan
saat ini mengarahkan penggunaan kain ikat celup untuk benda-benda lain, seperti tas wanita,
payung, topi, pelengkap rumah tangga dan benda cinderamata lainnya. Menuangkan ide
kedalam sebuah rancangan dapat terinspirasi oleh berbagai hal, salah satunya kekayaan
budaya. Dalam perancangan kali ini penulis mengangkat tema ikat celup dengan teknik
cabut warna. Gagasan ini diangkat sebagai alternative perancangan utuk bahan produk
tekstil pakaian Alternatif sebuah rancangan untuk bahan pakaian dengan kain ikat celup,
akan dituangkan dalam berbagai bentuk corak dan warna yang sesuai dengan karakter ikat
celup cabut warna.
Keindahan kain ikat celup dengan teknik cabut warna, terdapat pada bagian yang di
ikat saja yang masih ada warnanya, yang menghasilkan corak garis bayangan yang detail dan
tegas pada ikatannya. Diharapkan dengan di angkatnya kain ikat celup dengan teknik cabut
warna sebagai tema perancangan untuk bahan pakaian kali ini dapat di jadikan alternatif
penggunaan kain dengan ragam hias ikat celup sesuai dengan kemajuan zaman. Sehingga
dapat menjadi trend dan dapat memenuhi permintaan konsumen serta dapat diterima
masyarakat luas. Pada dasarnya kain ikat celup tidak kalah indahnya dengan kain lainnya,
karena kain dengan nuansa tradisional sebenarnya memiliki daya tarik sendiri dan setiap
rancangan pasti memiliki potensi pasar, begitu juga bahan pakaian dengan sentuhan
tradisional.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Sebutan ikat celup berasal dari kosakata bahasa Inggris tie-dye. Tie-dye merupakan
salah satu bentuk seni tekstil warisan kaum Hippies atau Flower Generation yang
berkembang pada akhir 1960-an dan awal 1970-an di Amerika. Coraknya yang penuh
warna seolah mewakili semangat kebebasan yang dilambangkan melalui gaya berbusana,
gaya hidup, seks bebas, rock n roll, dan mariyuana. Tie-dye diaplikasikan pada baju mereka
agar terlihat lebih berwarna dan mendapatkan motif yang lebih trippy seperti efek
psikotropika. Tak heran bila ikat celup juga dianggap sebagai sebuah bentuk psychedelic art.
Motif ini kemudian identik dengan kaum hippies dan menjadi bagian dari hippie style, sama
halnya dengan rambut gondrong dan ikat kepala. Baju ikat celup semakin popular saat para
musisi rock menggunakannya sebagai pakaian panggung, misalnya almarhum Jimmy
Hendrix dan Janis Joplin. Di Indonesia sendiri, baju yang kerap dijual dengan sebutan baju
bali, baju reggae, baju pantai, baju laskar pelangi atau baju Nidji ini memang baru popular
setelah Giring, vokalis band Nidji, memakainya dalam video klip Laskar Pelangi. Seluruh
personel Nidji pun kemudian memakai kaos yang sama pada malam penghargaan MTV
Indonesia Awards 2008. Sejak saat itu, baju ikat celup banyak dicari dan menghiasi gerai-
gerai pakaian di tanah air. Berdasarkan apa yang dikemukakan diatas maka kain jumputan
(istilah Sewan Susanto) dapat pula dikatakan sebagai batik celup ikat atau “string resist
dyed”.
Batik celup ikat adalah batik yang dibuat tanpa menggunakan malam sebagai bahan
perintang akan tetapi menggunakan tali yang diikatkan pada kain yang berfungsi merintangi
warna masuk keserat kain. Tali dibuka setelah pencelupan selesai. Karena ikatan tali pada
kain akan timbul motif tertentu. Bentuk motif yang terjadi terbatas pada kemungkinan
bentuk ikatan tali tersebut.
B. Bahan-Bahan Dan Alat Pembuatan Batik Ikat Celup
1. Bahan - Bahan
2. Alat
a) Gunting h) Koran
b) Karet gelang i) Kertas
c) Tali raffia j) Ember
d) Plastik
e) Kerikil
f) Botol aqua
g) Gawang jemuran
C. Langkah Pembuatan
D. PENGELUARAN
a) Pewarna Rp. 13.000 X 4 = Rp. 52.000
b) Karet (1 bks) Rp. 1000
c) Plastik Rp. 2000
d) Tali raffia Rp. 1500
JUMLAH Rp. 56.500
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Batik dapat berkembang pesat di Indonesia bahkan mulai dikenal di luar negeri,
Proses pembuatan batik memang mempunyai ciri tertentu karena keindahannya dan
ketelitiannya serta keunikannya, sehingga banyak dikagumi orang-orang asing.
B. Saran
Di era globalisasi, batik bukan hanya dijadikan sebagai barang yang memiliki nilai
magic dan hanya dimiliki oleh kalangan atas saja, tetapi batik bisa dijumpai di mana-mana
dengan motif yang beragam, batik bukan hanya digemari oleh masyarakat Indonesia saja
tetapi para Tourisme yang berkunjung ke Indonesia pun tertarik dengan batik. Oleh karena
itu batik perlu dikembangkan dengan motif-motif yang beragam, untuk menambah kekayaan
DAFTAR PUSTAKA