Disusun oleh :
B. ETIOLOGI
1. Hipertensi Primer (Esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Factor
yang mempengaruhinya yaitu: genetic, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis
sistem rennin. Angiotensin. Factor-faktor yang meningkatkan resiko: obesitas,
merokok, alcohol.
Seiring dengan bertambahnya usia, elastisitas dinding pembuluh darah
semakin menurun. Demikian pula dengan jenis kelamin, laki-laki memiliki resiko
hipertensi di bandingkan pada wanita. Hal ini berkaitan dengan adanya hormone
estrogen pada wanita yang berkontribusi pada kelenturan pembuluh darah (Yusuf,
2018). Penurunan produksi hormone estrogen pada usia menoupose membuat
resiko pada wanita juga meningkat.
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakan dampak dari penyakit tertentu. Angka kejadiannya
berkisar antara 10-20% saja. Beberapa kelainan yang dapat
menimbulkan hipertensi sekunder :
1) Glomerulosnefritisakut. Hipertensi terjadi secara tiba-tiba dan memburuk
dengan cepat.
2) Sindromnefrotik. Penyakit ini bersifat lambat dan menimbulkan gejala
klinis sindrom nefrotik seperti proteinuria berat, hippoproteinemia, dan
edema yang berat.
3) Hipertensirenovaskular. Hipertensi ini disebabkan oleh adanya lesi pada
arteri renalis. (Yasmara, Deni dkk, 2016)
C. PATOFISIOLOGI
Tekanan darah merupakan hasil interaksi antara curah jantung (cardiac
out put) dan derajat dilatasi kontruksi arteriola (resistensi vascular
sistemik).Tekanan darah arteri dikontrol dalam waktu singkat oleh
baroreseptor arteri yang mendeteksi perubahan tekanan pada arteri utama, dan
kemudian melalui mekanisme umpan balik hormonal menimbulkan berbagai
variasi respons tubuh seperti frekuensi denyut jantung, kontraksi otot jatung,
kontraksi otot polos pada pembuluh darah dengan tujuan mempertahankan
tekanan darah dalam batas normal. Baroreseptor dalam komponen
kardiovaskuler tekanan rendah, seperti vena, atrium dan sirkulasi pulmonary,
memainkan peranan penting dalam pengaturan hormonal volume vascular.
Penderita hipertensi dipastikan mengalami peningkatan salah satu atau kedua
komponenini, yakni curah jantung dan atau resistensi vascular
sistematik(Rohimah & Dewi, 2022).
Hipertensi bertambah berat dan jantung mulai mengalami pembesaran,
curah jantung mengalami penurunan secara progresif meskipun belum terdapat
tanda-tanda gagal jantung. Hal ini disebabkan resistensi perifer semakin tinggi
dan kecepatan ejeksi ventrikel kiri semakin menurun, penurunan curah jantung
ini akan menyebabkan gangguan perfusi ke organ tubuh, terutama ginjal.
Kondisi ini berdampak penurunan volume ekstrasel dan perfusi ginjal ini akan
mengaktivasi system rennin angiostensin. Renin yang dikeluarkan oleh ginjal
ini akan merangsang angiotensinogen untuk mengeluarkan angiotensionogen
I (AI) yang bersifat vasokonstriktor lemah. Adanya angiotensin I pada
peredaran darah akan memicu pengeluaran angiotensin converting enzym
(ACE) di endothelium pembuluhparu. ACE ini kemudian akan mengubah
angiotensin I menjadi angiotensin II (AII) yang merupakan vasokonstriktor
kuat sehingga berpengaruh pada sirkulasi tubuh secara keseluruhan. Selain
sebagai vasokonstriktor kuat, AII memiliki efek lain yang pada akhirnya
meningkatkan tekanan darah. Dampak yang timbul oleh AII antara lain
hipertrofi jantung dan pembuluh darah, stimulasi rasa haus, memicu produksi
oldesteron dan anti-diuretic hormone (ADH) (Yasmara, Deni dkk, 2016)
Rennin diekskresikan sebagai respons tubuh terhadap beberapa kondisi
diantaranya stimulasi system saraf simpatik, hipotensi, dan penurunan asupan
natrium. Kemudian rennin akan menginduksikan angiotensinogen untuk
berubah menjadi angiotensi I (AI). Angiotensin converting enzyme (ACE)
yang dihasilkan oleh endothelium pembuluh darah paru mengubah AI
menjadiangiotensin II (AII). Peningkatan tekanan darah sebagai dampak dari
adanya AII ini terjadi melalui dua cara utama yaitu efek fasokontruksi dan
perangsangan kelenjar adrenal(Herlinah et al., 2013). Vasokontruktoryaitu
AII menebabkan vasokontruksi baik pada arteriol
maupun vena. Kontruksi arteriol akan meningkat tahanan perifer sehingga
membutuhkan usaha jantung lebih besar dalam melakukan pemompaan.
sedangkan pada vena dampak , tetapi sudah mampu menimbulkan peningkatan
aliran balik darah vena ke jantung. Perangsangan kelenjar endokrin yaitu AII
merangsang kelenjar adrenal untuk mengeluarkan hormone aldosteron,
hormone inibekerja pada tubulus distal nefron. Dampak dari keberadaan
hormone aldesteron ini adalah peningkatan penyerapan kembali air dan NACl
oleh tubulus distal nefron. Hal ini akan mengurangi pengeluaran garam dan air
melalui ginjal. Kondisi ini membuat volume darah meningkat yang diikuti pula
dengan peningkatan tekanan darah. Berat ringannya gejala hipertensi sendiri
sangat di pengaruhi oleh seberapa banyak dan seberapa vital organ yang
terkena dampak dari penurunan perfusi darah akibat tingginya resisitensi
sistemik tersebut.
D. MANIFESTASI KLINIK
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual, muntah
6) Kesadaran menurun
E. KOMPLIKASI
1. Stroke
Stroke dapat terjadi karena hemorogi akibat tekanan darah tinggi di otak,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak ang terpajan
tekanan tinggi. stroke dapat terjadi pada penyakit hipertensi kronis, apabila
arteri yang memperdarai otak mengalami hipertrofi dan penebalan.
2. Gagal jantung
Tekan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk
memompa darah. Kondisi ini berakibat otot jantung akan menebal dan
meregang sehingga daya pompa oto menurun. Pada akhirnya, terjadi
kegagalan kerja otot jantung (Yuli, 2018).
3. Gagal ginjal
Gagal ginjal bisa terjadi sebab kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler glomerulus gijal. Denganrusaknya glomerulus, aliran darah
kenefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi kematian dan
hipoksik (Bianti Nuraini, 2015).
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti:
hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / keratin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glucose: hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d. Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
2. CTScan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
3. EKG : dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang p adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4. Photo dada : menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
G. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi nonfarmakologi meliputi:
a. Diet
1) Mengurangi makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi.
2) Retriksi garam secara moderat dari 10gr/hr menjadi 5gr/hr.
3) Penurunan berat badan.
4) Makanan dan minuman dalam kaleng.
5) Mengurangi konsumsi alcohol dan merokok.
b. Latihan fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi seperti lari, jongging, bersepeda,
berenang dan lain-lain. Lama latihan berkisar 20-15 menit.
2. Terapi Farmakologi
Klasifikasi obat hipertensi yaitu sebagai berikut:
a. Diuretic: diberikan dengan tujuan agar memacu aktivitas keluaran
natrium dan air melewati ginjal. Penggunaanya harus dilakukan
secara ahti-hati karena efek sampingnya bisa menyebabkan terjadinya
hyponatremia dan hipokalemia, seperti chlorthalidone lasix,
Aldoctone, Drenium diuretic.
b. Amlodipine merupakan obat antihipertensi Calcium Channel
Blockers (CCB). Obat ini digunakan sebagai pengobatan pertama
hipertensi dan dapat digunakan sebagai agen tunggal untuk
mengontrol tekanan darah.
H. PATHWAY
Hipertensi
Informasi yang
Suplai O2 ke miokardium ↓ aliran darah Beban kerja
Gangguan mikroinfark minim
menurun ke otak jantung meningkat
di jaringan
Defisit pengetahuan
Hipertensi ↓ suplai O2 ke Hipertropi (D.0111)
Obstruksi pembuluh
ventrikel otak
darah otak
Kompensasi dilatasi
Angina ↓ metabolisme
anerob Resiko perfusi cerebral
tidak efektif (D.0017)
Gagal jantung
Nyeri dada Penumpukkan
asam laktat Curah jantung menurun
h. Masalah Kesehatan
Berdasarkan hasil SMD pada bulan Desember 2022 di Wilayah Dusun Cinaga RT 02 RW
01, Desa Panaragan, Kecamatan Cikoneng, didapatkan beberapa jawaban responden
mengenai masalah kesehatan sebagai berikut :
a. Akses pelayanan dan pembiayaan keseahatan
1. Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Tabel 3.9
Data Frekuensi Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
A1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Puskesmas 25 83,3 83,3 83,3
Praktek Dokter 0 0 0 83,3
Valid Swasta
Diobati Sendiri 5 16,7 16,7 100,0
Total 30 100,0 100,0
2. Jarak dari Rumah ke Fasilitas Kesehatan
Tabel 3.10
Data Frekuensi dari Rumah ke Fasilitas Kesehatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
<1 Km 0 0 0 0
1-5 km 30 100 100 100
Valid 6-10 km 0 0 0
>10 km 0 0 0
Total 30 100 100
3. Sarana Transfortasi untuk Akses ke Fasilitas Kesehatan
Tabel 3.11
Data Frekuensi Sarana Transfortasi untuk Akses ke Fasilitas Kesehatan
A3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Jalan Kaki 0 0 0 0
Valid Kendaraan Pribadi 30 100 100 100
Angkutan Umum 0 0 0
Total 30 100 100
A4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
BPJS 11 36,6 36,6 36,6
Valid Asuransi Swasta 0 0 0 0
Tidak Mengikuti 19 63,3 63,3 100
Sama Sekali
Total 0 100,0 100,0
6. Penolong Persalinan
Tabel 3.18
Data Frekuensi Penolong Persalinan
B6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak Memberi 0 0 0 0
Jawaban
Valid Tenaga Kesehatan 30 100 100 100
Dukun Bayi 0 0 0
Lain-lain 0 0 0
Total 30 100 100
7. Kejadian Kematian pada Bayi
Tabel 3.19
Data Frekuensi Kejadian Kematian Balita
B7a
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Tidak Memberi 0 0 0 0
Jawaban
Valid Ya 0 0 0 0
Tidak 30 100 100 100
Total 30 100 100
c. Surveilans
Dalam 3 bulan terakhir apakah ada anggota keluarga yang sakit :
1. Batuk Pilek
Tabel 3.34
Batuk Frekuensi Keluarga dengan Anggota Keluarga dalam 3 bulan
Terakhir Sakit Batuk Pilek
C1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 5 16,6 16,6 16,6
Valid Tidak 25 83,3 83,3 100
Total 30 100 100
2. Diare
Tabel 3.35
Data Frekuensi Keluarga dengan Anggota Keluarga dalam 3 bulan Terakhir Sakit Diare
C2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 1 3,3 3,3 3,3
Valid Tidak 29 96,6 96,6 100
Total 30 100 100
3. Hipertensi
Tabel 3.36
Data Frekuensi Keluarga dengan Anggota Keluarga dalam 3 bulan Terakhir Sakit
Hipertensi
C3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 26 86,6 86,6 86,6
Valid Tidak 4 13,3 13,3 100
Total 30 100 100
6. Demam Tifus
Tabel 3.39
Data Frekuensi Keluarga dengan Anggota Keluarga dalam 3 bulan
Terakhir Sakit Demam Tifus
C6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 0 0 0 0
7. Gatal-gatal
Tabel 3.40
Data Frekuensi dengan Anggota Keluarga dalam 3 bulan Terakhir
Sakit Gatal-gatal
C7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 0 0 0 0
Valid Tidak 0 0 0 0
Total 0 0 0 0
8. Campak
Tabel 3.42
Data Frekuensi dengan Anggota Keluarga dalam 3 bulan Terakhir
Sakit Campak
C8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 0 0 0 0
Valid Tidak 0 0 0 0
Total 0 0 0 0
9. Hepatitis
Tabel 3.42
Data Frekuensi dengan Anggota Keluarga dalam 3 bulan Terakhir
Sakit Hepatitis
C9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak 30 100 100 100
e. Perilaku
1. Data Frekuensi Anggota Keluarga Merokok
Tabel 3.65
Data Frekuensi Anggota Keluarga Merokok
E1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 30 100 100 100
Valid Tidak 0 0 0
Total 30 100 100
2. Data Frekuensi Anggota Keluarga Terbiasa Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS)
Tabel 3.66
Data Frekuensi Anggota Keluarga Terbiasa CTPS
E2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Ya 15 50 50 50
Valid Tidak 15 50 50 100
Total 30 100 100
DO :
- 63,3 % warga tidak
mempunyai sarana
pembuangan limbah
dapur atau rumah
tangga dan dibuang
secara terbuka
2 DS : Resiko terjadinya Kurangnya kesadaran
Ibu Eva mengatakan hampir peningkatan penyakit dan kemauan warga
semua laki – laki usia 30 akibat partikel atau zat untuk berhenti
tahun yang terkandung dalam merokok
keatas merupakan perokok rokok ( kabon monoksida,
aktif . nikotin, hidrogen sianida,
DO : benzena, formaldehida,
100 % warga yang arsenik, dan amonia)
mempunyai anggota
keluarga yang merokok
3 DS : Resiko terjadinya Karena banyaknya
Ibu Eva peningkatan tekanan darah masyarakat yang
mengatakan 11 lansia yang karena adanya faktor usia, kurang berolahraga ,
ada di Rw 08 dan 09 Dusun strees, dan pola hidup strees, juga dari faktor
Pereng dan 15 warga usia usia.
sekitar 45 s/d 55 tahun
mengidap hipertensi
DO :
Rata – rata tekanan darah
pada 11 lansia yang ada di
Rw 08 dan 09 Dusun
Pereng dan
15 warga usia sekitar 45 s/d
55 tahun yaitu 150/ 90
C. Prioritas Masalah
Tabel 3.74
Prioritas Masalah
No Masalah Kesehatan A B C D E F G H I J K L Total
1. Resiko terjadinya
peningkatan kasus berbasih 5 5 5 3 3 3 5 4 4 4 4 4 49
lingkungan (saluran cerna
DBD,ISPA dan lainnya).
2. Terjadinya peningkatan
penyakit akibat zat yang
terkandung dalam rokok 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 50
(nikotin, karbon monoksida,
benzene, dan ammonia)
seperti penyakit hipertensi
3. Resiko terjadinya
peningkatan tekanan darah
karena adanya faktor usia, 5 5 5 3 3 5 3 4 4 4 4 5 50
strees, dan pola hidup
Keterangan (skoring) :
5 : sangat tinggi
4 : tinggi
3 : cukup
2 : rendah
1 : sangat rendah
2. Resiko terjadinya peningkatan penyakit akibat partikel atau zat yang terkandung dalam
rokok ( kabon monoksida, nikotin, hidrogen sianida, benzena, formaldehida, arsenik,
dan amonia) berhubungan dengan kurangnya kesadaran dan kemauan warga untuk
berhenti merokok. Ditandai dengan :
DS :
• Ibu Eva mengatakan hampir semua laki – laki usia 30 tahun keatas merupakan
perokok aktif .
DO :
• 100 % warga yang mempunyai anggota keluarga yang merokok
3. Resiko terjadinya peningkatan tekanan darah karena adanya faktor usia, strees, dan
pola hidup berhubungan dengan karena banyaknya masyarakat yang kurang
berolahraga , strees, juga dari faktor usia. Ditandai dengan :
DS :
• Ibu Eva mengatakan 11 lansia yang ada di RT 002 Dusun Pereng dan 15 warga
usia sekitar 45 s/d 55 tahun mengidap hipertensi
DO :
• Rata – rata tekanan darah pada 11 lansia yang ada di RT 002 Dusun Pereng dan
15 warga usia sekitar 45 s/d 55 tahun yaitu 150/ 90
E. Intervensi Keperawatan
N DX.Kep Tujuan Tujuan Strategi Rencana Evaluasi Sumber Tempat PJ
o Kom Khusus khusus intervensi kegiatan
Kriteria standar
1. Resiko Setelah Setelah Pemberday Gotong Adanya Adanya Petugas Wilayah Kepala
terjadinya dilakukan dilakuka aan royong sarana sarana kesehat dusun desa
peningkatan Tindakan n masyarakat pembuan pembuan an, Pereng Panara
kasus berbasih keperawata Tindakan tentang gan gan kader, gan
lingkungan n selama 2 selama 2 pengadaan limbah limbah dan
(saluran cerna, hari hari di sarana dapur, dapur, kepala
DBD, ISPA dan diharapakn dusun pembuang sampah sampah desa
lainnya) tidak Pereng, a n limbah pekarang pekarang
berhubungan terjadi diharapa dapur, an dan a n dan
dengan peningkata kan : sampah limbah limabah
lingkungan yang n dalam 1. Terdapa pekaranga kamar kamar
kurang sehat kasus t sarana n maupun mandi mandi
karena tidak penyakit pembua limbah 100% 60%
adanya saluran yang ngan kamar
pemuangan air berbasis limbah mandi
limbah ditandai lingkungan dapur,
dengan : ( saluran sampah
DS : cerna, pekaran
• Ibu Meri DBD, gan,
Arianti ( kader) ISPA, Dll) maupun
mengatakan di dusun limbah
banyak sampah Cinaga kamar
baik dari limbah mandi,
dapur ataupun 2. Tidak
limbah rumah ada
tangga yang media
dikumpulkan dalam
dan dibakar perkem
dipekarangan banga n
rumah jentik
• Ibu Meri nyamuk
Arianti juga
mengatakan
banyak sampah
dari limbah
dapur dan
rumah tangga
yang dibakar di
pekarangan
rumah.
DO :
• 63,3 % warga
tidak
mempunyai
sarana
pembuangan
limbah dapur
atau rumah
tangga dan
dibuang secara
terbuka.
2. Terjadinya Setelah Setelah Kegiatan Adanya Kegiatan Kegiatan Petugas Wilayah Kepala
peningkatan dilakukan dilakuka inovatif kegiatan inovatif inovatif kesehat dusun Kelura
penyakit akibat tindakan n tidak penkes tidak tidak an, pereng han
zat yang keperawata tindakan merokok mengena merokok merokok kader, Benten
terkandung n selama 2 keperawa dan i dilaksana dilaksana dan g
dalam rokok hari, tan peningkata bahayany kan pada k an pada kepala
(nikotin, karbon diharapkan selama 2 n minta a asap masyarka masyarka desa
monoksida, warga ada hari, masyarakat rokok t RW t
benzene, dan keinginan diharapk untuk apabila 008/009 / RW
ammonia) untuk an melakukan terhirup dusun 008/
seperti penyakit berhenti presentas gaya hidup yang Pereng di 009
hipertensi merokok e warga sehat berhubun Kelurahan dusun
berhubungan yang gan benteng pereng di
dengan merokok dengan kelurahan
berhubungan menurun Terjadin benteng
dengan dari ya dari 30%
kurangnya 100% peningka menjadi
kesadaran dan menjadi tan pada 70%
kemauan warga 30% penyakit
untuk berhenti hipertens
merokok. i
Ditandai dengan
:
DS :
• Ibu Meri
Arianti
mengatakan
hampir semua
laki – laki usia
30 tahun keatas
merupakan
perokok aktif .
DO :
• 100 % warga
yang
mempunyai
anggota
keluarga yang
merokok
3. Resiko Setelah Setelah Memberik Penkes Adanya Petugas Dusun Kader
terjadinya dilakukan dilakuka an edukasi mengena kegiatan kesehata pereng keluraha
peningkatan tindakan n tentang apa i penyuluh n dan rw 09 n pereng
tekanan darah keperawata tindakan itu hipertens an kader keluraha
karena adanya n selama 2 selama 2 hipertensi, i kegiatan n pereng
faktor usia, hari hari di cara hipertens
strees, dan pola diharapkan dusun pencegaha i bagi
hidup tekanan cinaga nnya, penderita
berhubungan darah desa tanda dan hipertens
dengan karena masyarakat panaraga gejala i di
banyaknya lebih stabil n hipertensi dusun
masyarakat diharapk cinaga
yang kurang an desa
berolahraga , tekanan panaraga
strees, juga dari darah n
faktor usia. masyarak
Ditandai dengan at lebih
: stabil
DS :
Ibu Meri Arianti
mengatakan 11
lansia yang ada
di RT 002
Dusun Cinaga
dan 15 warga
usia sekitar 45
s/d 55 tahun
mengidap
hipertensi
DO :
Rata – rata
tekanan darah
pada 11 lansia
yang ada di RT
002 Dusun
Cinaga dan 15
warga usia
sekitar 45 s/d 55
tahun yaitu
150/ 90
F. Rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) Asuhan keperawatan komunitas
Tabel 3.75
Rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) Asuhan
keperawatan komunitas
No Upaya kegiatan tujuan sasaran Target PJ Vol. jadwal pelaksanaan Lokasi biaya
dx kesehatan sasaran keg
1. P2P Pemberdaya Tentang Tidak 1. Kepala 1. Musyawara 1. Aula
pengadaan lurah Karang
an terjadinya 100% h
sarana Bente Taruna
masyarakat angka pelaksanaa dusun
pembuanga ng
kejadian 2 hari 07 n cinaga Kas
nlimbah 2. Pj P2P 2. Wilaya
penykit Desember pembuatan kelura
UPTD h
ISPA dan PKM 2023 sarana han
dusun
saluran Cikone pembuang pereng Bente
cerna ng an limbah ng
diwilayah 3. PJ 2. Gotong
Dusun UKM royong
Pereng PKM
Cikone
ng
2. Penkes dan Kegiatan Meningkatk Wilayah 50% di Promosi Posyan Kas
Promosi inovatif tidak an cakupan dusun wilaya 1. Kepala Bulan Kesehatan du kelua
Kesehatan merokok dan PHBS rumah Benteng h lurah Desem Sosialasi Pereng rahan
3 hari
peningkatan tangga dusun Bente ber mengenai Bente
minta dengan paren
ng 2023 ‘bahayanya ng
masyarakat kategori g
2. PJ Rw asap rokok
untuk sehat
melakukan terutama 08 dan 09 apabia
gaya hidup pada Dusun terhirup
sehat indikator peren yang
tidak g berhubunga
merokok PJ UKM n dengan
masyara peningkatan
kat
pada
dusun
pereng penyakit
hipertensi”
Table 3.76
Implementasi dan Evaluasi
No Hari/tanggal/jam Implementasi Pelaksana Evaluasi
1. Senin, 07 Desember 2023 Penkes mengenai hipertensi Mahasiswa STIKes S: Peserta
Jam : 14.00 WIB Muhammadiyah memahami
Ciamis mengenai materi
yang disampaikan
O: Peserta antusias
dengan adanya
kegiatan penkes
mengenai hipertensi
dan promosi
Kesehatan
mengenai
bahayanya asap
rokok terhadap
hipertensi
A: Sebagian
peserta
mempunyai
keinginan untuk
mencegah
hipertensi
tidak merokok
P: Lanjutkan
kegiatan denganpj
UKM UPTD
PKM Ciamis
Selasa, 07 Desember 2023 1. Bermusyawarah Mahasiswa STIKes S: Peserta
Jam : 09.00 WIB dalam pelaksanaan Muhammadiyah memahami
pembuatan sarana Ciamis mengenai
pembuangan limbah pentingnya
2. Bergotong royong mencegah
peningkatan kasus
penyakit berbasis
lingkungan (saluran
cerna DBD,ISPA
dan
lainnya)
O: Peserta antusias
dalam bergotong
royongA: Warga
akan membuat
sarana pembuangan
limbah
P: Laksanakan
kegiatan dalam
bermusyawarah untuk
menciptakan sarana
pembuangan limbah
(dusun Sukahurip RT
25)
Dokumentasi