Anda di halaman 1dari 21

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Malnutrisi

2.1.1 Pengertian Malnutrisi

Arti sebenarnya adalah gizi yang salah, yang mencakup kurang gizi

maupun gizi yang lebih. Di Indonesia dengan masih tingginya angka kejadian gizi

kurang, istilah malnutrisi lazim dipakai untuk keadaan ini. Secara umum gizi

kurang disebabkan oleh kekurangan energi dan protein. Anak dengan defisiensi

protein biasanya disertai pula dengan defisiensi energi atau protein yang lazim

disebut kekurangan kalori protein (KKP)/kurang energi protein (KEP) atau

malnutrisi energi protein (MEP) (Markum, 2002: 164).

Malnutrisi dapat terjadi sebagai akibat pemasukan bahan makanan yang

tidak tepat dan atau yang tidak mencukupi atau dapat timbul sebagai akibat

penyerapan makanan yang tidak memadai (Nelson, 1994: 297).

2.1.2 Jenis-Jenis Malnutrisi

2.1.2.1 Menurut derajat keadaan gizi:

2.1.2.1 Gizi lebih

2.1.2.2 Gizi kurang

2.1.2.3 Gizi buruk (MEP)

2.1.2.2 Menurut jenis bahan yang kurang:

2.1.2.2.1 PCM/PEM/MEP:

a. Marasmus: defisiensi kalori

b. Kwarsiorkor: defisiensi protein

c. Maramic kwarsiorkor: defisiensi kalori dan protein


8

2.1.2.2.2 Kekurangan vitamin/mineral

a. Anemi defisiensi Fe

b. Defisiensi vitamin A

c. Gondok endemik

d. Defisiensi zat nutrien lain

2.1.3 Tanda-Tanda Gizi kurang/Gizi Buruk

2.1.3.1 Tanda gizi kurang adalah:

Berat badan tak seimbang dengan umur atau tinggi badan, pertumbuhan

linier mengurang atau terhenti, maturasi tulang terhambat, penurunan ketebalan

lipatan kulit, mata tampak cowong, rambut berwarna kemerahan.

2.1.3.2 Tanda gizi buruk:

2.1.3.2.1 Marasmus

Parameter antropometri menurun, pengurusan disertai dengan

menghilangnya turgor kulit sehingga kelihatan keriput dan longgar, vena

superfisial tampak jelas, ubun-ubun cekung, tulang pipi menonjol, perut cekung,

gambaran usus jelas, otot atropi, suhu subnormal, nadi lambat, BMR menurun,

anak iritabel, penakut (Nelson, 1994: 298).

2.1.3.2.2 Kwarshiorkor

Defisiensi protein: oedema, acites, rambut: flag sign, kulit; kering,

hiperpigmentasi, bersisik; saluran cerna: anoreksia, muntah, diare, hepatomegali:

perlemakan hepar; jantung: cardiomegali pada stadium lanjut; ginjal: penurunan

renal plasma flow, renal tubuler, GFR menurun, anemia ringan, imunodefisiensi

(Nelson, 1994: 299).


9

2.1.4 Faktor yang mempengaruhi terjadinya malnutrisi

2.1.4.1 Penyebab Langsung

Pada umumnya para ahli gizi sependapat, bahwa status gizi secara

langsung ditentukan oleh asupan makanan dan penyakit, khususnya penyakit

infeksi.

2.1.4.2 Faktor tidak langsung

Banyak faktor tidak langsung yang mempengaruhi status gizi. Beberapa

faktor diantaranya adalah:

2.1.4.2.1 Faktor ekonomi

Penghasilan keluarga mempengaruhi dan menentukan daya beli keluarga

termasuk makanan, tersedia atau tidaknya makanan dalam keluarga akan

menentukan kualitas bahan makanan yang dikonsumsi oleh anggota yang

sekaligus mempengaruhi asupan gizi (Prawirohartono, 1996: 1).

2.1.4.2.2 Faktor budaya

Masih ada kepercayaan pantangan terhadap makanan tertentu yang

dipandang dari segi gizi sebenarnya mengandung gizi yang baik untuk balita,

wanita hamil dan menyusui (Prawirohartono, 1996: 1).

2.1.4.2.3 Faktor pendidikan dan pekerjaan

Faktor pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan menyerap

pengetahuan gizi yang diperoleh Ibu yang bekerja mempunyai pengaruh negatif

terhadap bayinya karena berpengaruh pada pemberian ASI yaitu bilamana Ibu

bekerja lebih dari 40 jam seminggu, apalagi dengan upah minimum

(Prawirohartono, 1996: 1).


10

2.1.4 Faktor kebersihan lingkungan

Kebersihan lingkungan yang jelek akan memudahkan anak menderita

penyakit seperti infeksi saluran pencernaan, infeksi saluran nafas dan penyakit

parasit (Prawirohartono, 1996: 1).

2.1.5 Pengelolaan Malnutrisi

Pengelolaan pada balita yang mengalami penurunan barat badan yang

sesuai standart WHO-NCHS berada pada status gizi kurang yaitu ibu dianjurkan

untuk memperhatikan dan memberikan makanan yang biasa dikonsumsi dengan

jumlah gizi yang seimbang disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan serta

pemantauan secara berkesinambungan.

2.2 Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Anak Balita

2.2.1 Pengertian dan Batasan

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita KEP (Kurang Energi

Protein) adalah program makanan tambahan bagi balita yang menderita KEP,

guna melengkapi makanan yang sudah diberikan sehari-hari, untuk mencukupi

kebutuhan zat gizi balita agar meningkat status gizinya (Ditjen Binkesmas, 1997).

Pemberian Makanan Tambahan merupakan salah satu komponen penting

Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dan program yang dirancang oleh

pemerintah. Pemberian Makanan Tambahan sebagai sarana pemulihan gizi dalam

arti kuratif, rehabilitatif dan sebagai sarana untuk penyuluhan merupakan salah

satu bentuk kegiatan pemberian gizi berupa makanan dari luar keluarga, dalam

rangka program UPGK. Makanan Tambahan ini diberikan setiap hari, sampai

keadaan gizi penerima makanan tambahan ini menunjukkan perbaikan dan

hendaknya benar-benar sebagai penambah dengan tidak mengurangi jumlah


11

makanan yang sudah dimakan setiap hari dirumahnya (Ditjen Binkesmas, 1980:

2).

2.2.2 Tujuan PMT

PMT ini bertujuan memperbaiki keadaan golongan rawan gizi yang

menderita kurang gizi pada balita terutama balita. Bahan makanan yang

digunakan dalam PMT hendaknya bahan-bahan yang ada atau dapat dihasilkan

setempat, sehingga kemungkinan kelestarian program lebih besar. Diutamakan

bahan makanan sumber kalori dan protein tanpa mengesampingkan sumber zat

gizi lain seperti: padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, biskuit, susu.

2.2.3 Sasaran

Sasaran dari PMT ditujukan untuk anak-anak balita yang tiga kali berturut-

turut tidak naik timbangannya, anak-anak balita yang berat badannya berada pda

status gizi kurang, Ibu-ibu hamil trimester, Ibu-ibu menyusui yang kriterianya

masih perlu dikembangkan.

2.2.4 Jenis-jenis PMT

Jenis-jenis bahan makanan yang pada umumnya diberikan sebagai PMT

dapat dilihat pada lampiran. Komposisi dan jumlah bahan makanan untuk PMT,

sebagai sarana pemulihan diperhitungkan menurut kebutuhan masing-masing

golongan, yang diperkirakan kandungan gizi makanan: untuk anak balita kalori

300-400 kkal, protein 6-8 gram.

2.2.5 Waktu dan lama pemberian

Apabila berat badan berada diatas garis putus-putus dalam KMS, PMT

diberikan selama 2 bulan; berat badan diantara garis putus-putus dan garis merah,

PMT diberikan selama 3 bulan; berat badan berada dibawah garis merah, PMT
12

diberikan selama 4 bulan. Biasanya anak sudah mengalami kenaikan berat badan

dalam waktu 1 bulan, bagi sasaran yang sesudah waktu tersebut belum

menunjukkan kenaikan berat badan, perlu pengawasan yang lebih intensif, dengan

merujuk ke Puskesmas/Rumah Sakit.

2.2.6 Susu Formula

Salah satu susu formula yang biasa diberikan sebagai PMT terhadap bayi

malnutrisi dengan status gizi kurang adalah dengan memberikan susu formula

(Health Foods Division)

Susu formula ini diformulasikan khusus sebagai makanan cair rendah sisa

dan bebas laktosa yang dapat diminum secara langsung ataupun melalui sonde.

Susu Formula yang diberikan mempunyai distribusi kalori 67% karbohidrat, 21%

lemak, 11% protein dimana sumber utama adalah karbohidrat kompleks. Susu

formula ini mempunyai kandungan gizi lengkap dan seimbang, sehingga berguna

mempercepat dan mendukung nutrisi yang adekuat pada:

 Saat kebutuhan nutrisi tidak dipenuhi dari makanan biasa

 Kesulitan mengunyah dan menelan

 Gangguan pencernaan dan penyerapan, malabsorpsi

 Persiapan operasi, malnutrisi dan anoreksia

2.2.6.1 Komposisi Gizi Susu Formula

Susu formula yang diberikan mengandung mikromineral selenium yang

berfungsi sebagai antioksidan dan mendukung kerja vitamin E dalam membantu

mencegah kerusakan yang diakibatkan radikal bebas (Health Foods Division).

Komposisi secara umum yaitu maltodekstrin, kaseinat, sukrosa, minyak nabati,


13

coklat bubuk, aroma coklat, lesitin, kedelai, vitamin dan mineral. Nilai gizi

entrasol secara rinci dapat dilihat pada tabel (Health Foods Division).

Tabel 2.1 Informasi Nilai Gizi/Nutrition Fact

% AKG
Komposisi Per Saji
(% Daily Value)

Energi/energy KKal/Kcal 250 11


1048
Lemak/fat g 6
SFA g 1,6
MUFA g 2,5
PUFA g 1,6
Karbohidrat g 42 13
Laktosa g 0
Protein(N = 1,1) g 7 14
Mineral g 1,2
Air g 1,7
Vitamin A IU 555 30
Vitamin D3 IU 33 15
Vitamin E mg 3,3 35
Vitamin K1 13 20
VitaminC mg 17 30
Vitamin B1 mg 0,46 40
Vitamin B2 mg 0,42 30
Niasin mg 3,2 20
Vitamin B6 mg 0,37 30
VitaminB12 0,5 20
Asam Folat 67 15
Asam Pantotenat mg 1
Biotin 12
Kalsium mg 133 20
Fosfor mg 100 15
Magnesium mg 63 25
Besi mg 1,7 6
Seng mg 3,3 30
Yodium mg 25 20
Selenium mg 12 35
Natrium mg 130 6
Klorida mg 183
Kalium mg 180 6
% AKG berdasarkan diet 2000 kalori
Takaran Saji: 5 sendok takar (± 58 g).
2.2.7 Petunjuk penggunaan
14

Susu Formula dapat digunakan sebagai makanan tambahan atau pengganti

makan total sesuai dengan petunjuk Dokter/Ahli gizi (Health Foods Division).

2.2.7.1 Secara oral

Susu Formula dapat diminum segera setelah disiapkan.

2.2.7.2 Makanan sonde

Ikuti petunjuk Dokter/Ahli gizi dalam pemberian melalui sonde.

2.3 Peran Pemberian Makanan Tambahan Terhadap Perbaikan Gizi dan

Tumbuh Kembang anak.

Perbaikan gizi dan tumbuh kembang anak sangat erat kaitannya dengan

asupan makanan atau intake anak. Hal ini mengingat bahwa makanan yang

dikonsumsi atau yang diberikan kepada anak mengandung makronutrien yang

sangat diperlukan oleh fungsi sel tubuh sehingga dapat menjalankan fungsinya

dengan baik. Manfaat kandungan zat gizi yang terdapat dalam atau lebih

khususnya pada susu formula terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak

adalah sebagai berikut.

a. Lemak

Tersedianya lemak di dalam tubuh ternyata banyak mamfaatnya, hal ini

dapat diketahui dari fungsi-fungsi lemak. Fungsi utamanya sebagai penghasil

energi; sebagai pembangun/pembentuk susunan tubuh, pelindung kehilangan

panas tubuh dan pengatur temperatur tubuh; sebagai penghemat protein; sebagai

pelarut vitamin tertentu.

Terjadinya kekurangan lemak dalam tubuh akan menunjukkan hal-hal

antara lain dapat menimbulkan pengurangan ketersediaan energi karena energi

harus dipenuhi maka terjadilah katabolisme atau perombakan protein, cadangan


15

lemak yang semakin berkurang akan sangat berpengaruh terhadap penurunan

berat badan; dapat mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan, berupa timbulnya

kelainan pada kulit khususnya pada Balita berupa terjadinya luka pada kulit

(Kartasapoetra dan Marsetyo, 2003: 71-72).

b. Karbohidrat

Karbohidrat yang penting bagi gizi ialah polisakarida, disakarida, sukrosa,

laktosa, monosakarida, glukosa dan fruktosa. Fungsi karbohidrat menyediakan

keperluan energi bagi tubuh (yang merupakan fungsi utamanya), melaksanakan

dan melangsungkan proses metabolisme lemak, melangsungkan aksi penghematan

terhadap protein, menyiapkan cadangan energi siap pakai sewaktu-waktu

diperlukan dalam bentuk glikogen, mengatur gerak peristaltik usus terutama usus

besar (Kartasapoetra dan Marsetyo, 2003: 49).

c. Vitamin

Vitamin adalah sekelompok senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh

dalam jumlah yang sedikit tetapi penting untuk reaksi metabolisme spesifik dalam

sel, sehingga sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan pada umumnya

(Prawirohartono, 1997: 29).

d. Protein

Kandungan protein tinggi terutama terdapat pada susu bubuk, daging,

ikan, keju, dan biji-bijian. Protein merupakan senyawa asal nitrogen organik yang

sangat kompleks dimana asam amino merupakan unit strukturnya. Protein sebagai

zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-

organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak karena

penyakit dan lainnya (Uripi, 2004: 8). Fungsi protein adalah untuk menunjang
16

pertumbuhan karena protein ialah bahan padat utama dari otot, organ dan granula

endokrin, juga merupakan unsur utama dari matriks tulang dan gigi, kulit, rambut,

sel darah, dan serum (Sacharin, 1996: 185).

e. Mineral

Mineral diperlukan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya yang normal.

Mineral dalam makanan dan dalam tubuh pada umumnya dalam bentuk ion. Ion

positif (kation) pada umumnya dalam bentuk logam misalnya natrium, kalium dan

kalsium; sedangkan bukan logam seperti belerang, klorida dan fosfat. Fungsi

mineral dalam tubuh sebagai komponen cairan tubuh juga komponan senyawa

lainnya. Keseimbangan ion akan mempengaruhi kerja enzim, mempertahankan

keseimbangan asam basa dan tekanan osmotik, mempermudah transport melalui

membran sel, dan mempertahankan iritabilitas sel syaraf. Mineral juga berperan

pada proses tumbuh kembang dan merupakan bagian jaringan tubuh

(Prawirohartono, 1997: 46).

f. Air

Air merupakan komponen terbesar tubuh manusia, karena air merupakan

pelarut dari berbagai macam zat dalam tubuh dan berperan di dalam proses

pencernaan, penyerapan di usus, bagian darah yang berfungsi mengangkut zat gizi

keseluruh tubuh, pelarut zat sewaktu menembus dinding sel, pembuangan zat

sampah melalui ginjal, usus, paru dan kulit. Air juga berperan sebagai pelicin

untuk mempermudah gerakan bagian tubuh dan mengatur temperatur tubuh

dengan penguapan melalui kulit (Prawirohartono, 1997: 78).

g. Asam Folat
17

Asam folat juga berperan dalam pembentukan butir-butir darah merah dan

pertumbuhan. Kekurangan vitamin ini menyebabkan anemia dan hambatan

pertumbuhan (Uripi, 2004: 25).

h. Iodium

Merupakan mineral utama untuk pembentukan hormon tiroksin (hormon

yang dikeluarkan kelenjar gondok). Fungsi hormon ini mengatur metabolisme

tubuh serta unsur penting bagi perkembangan fisik dan mental. Kekurangan

Iodium pada bayi yang masih dalam kandungan menyebabkan anak “cebol” dan

terhambat perkembangan mentalnya (Uripi, 2004: 25).

i. Fosfor

Merupakan mineral yang berfungsi dalam pertumbuhan tulang dan gigi

bersama dengan kalsium dan vitamin D. Menurut Aven-Hen (1992), mineral ini

juga berperan dalam pertumbuhan dan perbaikan sel-sel jaringan tubuh serta

aktivitas otot dan saraf. Fosfor memegang peran yang penting dalam

pembentukan energi dari karbohidrat.

Kekurangan fosfor dapat menyebabkan anak menjadi lemah dan lesu,

kelainan tulang dan gigi, nafsu makan hilang, gangguan saraf serta kehilangan

berat badan (Uripi, 2004: 30).

j. Niasin

Utamanya, vitamin ini berperan dalam fungsi otak dan peredaran darah.

Kekurangan vitamin ini menyebabkan sakit kepala, sakit pada anggota badan,

anak lesu dan tidak bergairah serta gangguan pencernaan makanan (Uripi, 2004:

25).

k. Biotin
18

Merupakan vitamin yang berperan dalam pertumbuhan, dapat mencegah

penyakit eksem (bintik merah dan terasa gatal) pada kulit kepala (Uripi, 2004:

25).

l. Kalsium

Utamanya, mineral ini berperan dalam pertumbuhan dan kesehatan tulang

serta gigi. Disamping itu, kalsium berperan dalam proses pembekuan darah jika

luka dan pengaturan denyut jantung. Kekurangan kalsium menyebabkan

hambatan pertumbuhan, pengeroposan tulang dan gigi (Uripi, 2004: 31).

2.4 Pertumbuhan Anak Balita

2.4.1 Pengertian Pertumbuhan

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,

jumlah, ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (centimeter,

meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium ukuran dan

dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang biasanya diukur dengan nitrogen

tubuh) (Soetjiningsih, 1998: 1).

2.4.2 Pertumbuhan Balita Usia 1-2 tahun

Anak balita adalah anak yang berusia 1-5 tahun. Pada masa balita ini

terdapat pula usia yang sangat rawan yaitu usia 1-2 tahun bahkan sampai 3 tahun.

Dalam masa ini selain kebutuhan akan berbagai gizi meningkat karena anak mulai

aktif melakukan gerakan-gerakan fisik, pertumbuhan dan perkembangan tubuh

berlangsung relatif cepat (Jurusan Gizi, 2003: 8).

Umur satu tahun berat badan merupakan kelipatan 3 kali berat lahir,satu

tahun kemudian berat badan tidak sampai mencapai 4 kali berat badan lahir.

Panjang badan pada usia satu tahun bertambah 50%, maka panjang badan 2 kali
19

panjang lahir baru dicapai pada usia 4 tahun (Prawirohartono, 1997: 33). Untuk

melihat pertumbuhan, dapat dilakukan melalui penimbangan berat badan atau

pengukuran panjang/tinggi badan. Anak yang sehat, dengan bertambah umurnya

akan bertambah pula berat badannya atau panjang/tinggi badannya.

2.4.3 Gangguan Pertumbuhan pada Balita Malnutrisi Usia 1-2 Tahun

Ditandai oleh adanya hal berikut; perlambatan atau terhentinya

pertumbuhan linier, perlambatan/terhentinya kenaikan berat badan, bahkan dapat

berkurang, rasio berat badan terhadap tinggi badan berkurang, seringnya terjadi

infeksi dan anemia.

2.5 Perkembangan Balita 1-2 Tahun

2.5.1 Pengertian Perkembangan

Perkembangan anak balita adalah meningkatnya kemampuan anak balita

dari segi fungsi gerakan otot, kecerdasan, perasaan, dan pergaulan sejak dari usia

1 tahun sampai usia 4 tahun (Dirjen Binkesmas, 1995: 3)

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)

dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan

dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut

adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan

sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat

memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan

tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998:

1).

Perkembangan anak berjalan bertahap dalam waktu tertentu dari

kemampuan yang sederhana, menjadi kemampuan yang sulit, anak yang diberikan
20

stimulus meliputi biopsikososio, serta ditunjang dengan asupan yang optimal dan

seimbang, cepat mengalami perkembangan. Anak dapat dilihat perkembangannya

setelah sebulan mendapatkan stimulus. Pada dasarnya pola perkembangan anak

adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya berbeda antara satu anak

dengan lainnya. Perkembangan anak akan optimal bila dipengaruhi beberapa

faktor antara lain; makanan yang bergizi seimbang, kesehatan, stimulasi dini

(rangsangan), kasih sayang, rasa aman dan perhatian (UNICEF, 2000: 129).

Menurut Harlock (1996) perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh berbagai

kondisi yaitu sifat dasar genetik, tingkat intelegensi (IQ), Stimulasi dan

rangsangan dari lingkungan, kelahiran prematur/BBLR, kondisi fisik/kecacatan,

pola asuh orang tua, kesehatan gizi.

Tabel 2.2 Kemampuan Perkembangan yang Harus Dicapai Anak Usia 12-24
bulan Sacharin, 1996: 16) adalah
21

MOTORIK/
UMUR SOSIAL BAHASA MANIPULATIF
SENSORIK

1 Merangkak Menurut Mengucapkan Memegang gelas


Tahun dengan baik,perintah kata-kata untuk minum.
menarik sederhana, tunggal.
badan sendiri
meniru orang
untuk dewasa.
berdiri; dapat
Memperlihatkan
berjalan berbagai emosi.
dengan Ingin bermain
dibimbing. dekat dengan
1½ anak-anak lain.
Tahun Berjalan Meminta Telah Mencoret-coret,
tanpa minum. menggunakan membalik-
ditopang; Mengenal sekitar 20 balikkan
menaiki gambar-gambar kata-kata halaman, bermain
tangga atau binatang. yang dapat dengan balok-
peralatan Mengenal dimengerti. balok bangunan
rumah berbagai bagian secara
tangga tubuh konstruktif.
(kursi). Mulai bermain
dengan anak-
anak yang lain.

2 Mulai Berpakaian
Tahun Mampu menggunakan sendiri; tidak
berlari, dua atau tiga mampu untuk
memanjat, kata secara mengikat atau
menaiki bersama. memasang
tangga, kancing.
membuka
pintu.

Sumber: Sacharin, 1996: 16).

2.5.2 Gangguan Perkembangan pada Balita Malnutrisi Usia 1-2 Tahun

Penyelidikan dalam bidang pertumbuhan dan fungsi otak, Winick dan

Rosso (1975) berpendapat bahwa dampak jangka panjang mengurangi potensi

terutama kecerdasan (Pudjiadi). Resiko yang paling buruk adalah kemungkinan

berpengaruh pada pertumbuhan otak dan perkembangan intelektual.yang meliputi


22

gagal tumbuh, retardasi perkembangan sosial maupun motorik, gagap bahkan

dapat mengakibatkan hambatan perkembangan yaitu adanya retardasi mental

(Markum, 2002: 28).

2.6 Alat Ukur Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Usia 1-2 Tahun

2.6.1 Pengukuran Pertumbuhan Balita

Pada umumnya alat ukur yang sering digunakan untuk pertumbuhan

adalah antropometri karena alatnya mudah didapat dan digunakan, pengukuran

dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif dan hasilnya mudah

disimpulkan (Jurusan gizi, 2003: 79). Namun selain itu terdapat parameter lain

dalam menentukan status gizi balita. Penilaian status gizi adalah proses yang

dipergunakan untuk mengevaluasi status gizi, mengidentifikasi malnutrisi, dan

menentukan individu mana yang sangat membutuhkan bantuan gizi. Penilaian gizi

Penilaian status gizi terdiri dari riwayat nutrisi, pengukuran antropometrik,

penilaian fisik, dan analisa laboratorium (Moore, 1997: 6).

2.6.1.1 Riwayat Nutrisi

Beberapa metode dapat dipergunakan untuk mendapatkan informasi

tentang riwayat gizi, metode yang sering digunakan adalah:

2.6.1.2 Ingatan selama 24 jam/recall

Individu diminta untuk mengingat segala sesuatu yang dimakan sehari

sebelumnya. Keuntungan metode ini mudah dan cepat dikerjakan. Sedangkan

kerugiannya orang tersebut tidak dapat mengingat dengan tepat apa yang ia makan

dan minum (Moore, 1997: 8).

2.6.1.3 Kuesioner frekuensi makan


23

Metode ini memberikan infomasi tentang beberapa kali dalam sehari,

seminggu, atau sebulan seseorang makan makanan tertentu. Keuntungan, bila

digunakan bersama metode recall 24 jam maka dapat membantu memisahkan

ketepatan dari ingatan dan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang

makanan yang dimakan oleh orang tersebut (Moore, 1997: 11).

2.6.1.4 Catatan Makanan

Catatan dari seluruh makanan yang dimakan oleh seseorang, berikut

besarnya porsi, ukuran, atau perkiraannya. Biasanya hal ini dilakukan selama tiga

kali sehari pada akhir pekan dan dua hari pada hari kerja. Metode ini memberikan

informasi yang lebih banyak daripada recall 24 jam, terutama dalam hal jumlah

yang dimakan (Moore, 1997: 12).

2.6.1.5 Riwayat Diet

Individu diwawancarai secara luas untuk mendapatkan informasi yang

jelas mengenai status gizi, kesehatan umum, status ekonomi dan kebudayaannya

yang mempunyai pengaruh pada nutrisi. Riwayat diet memberikan suatu petunjuk

mengenai kebiasaan makan selama lebih dari beberapa bulan atau tahun (Moore,

1997: 16).

2.6.1.6 Pengukuran Antropometri

Pengukuran antropometrik merupakan pengukuran tubuh manusia (Moore,

1997). Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometrik gizi berhubungan

dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, 2002: ).

Antropometri yang digunakan pada studi penilaian gizi, berat badan

dianggap indikator yang paling baik. Akan sangat berguna bila penimbangan berat
24

badan ini dilakukan berturut-turut dan teratur misalnya setiap bulan, karena

kenyataannya semua kasus KEP pada tingkat awal disertai dengan BB yang

mendatar dan kemudian terjadi penurunan BB yang nyata. Kebaikannya antara

lain BB terhadap umur dianggap sebagai indikator yang baik secara keseluruhan,

baik digunakan untuk anak umur 0-2 tahun, karena sensitif terhadap perubahan

status gizi yang kecil sekalipun yang tercermin pada BB dan merupakan indikator

yang baik untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan, alat yang digunakan hanya

timbangan dan kartu monitor (KMS) sehingga mudah dibawa kemana-mana dan

relatif murah.

Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang

sering disebut reference. Baku antropometri yang digunakan di Indonesia adalah

WHO-NCHS. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes dalam pemantauan status

gizi (PSG) anak balita tahun 1999 menggunakan baku rujukan World Health

Organization- National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS).

Untuk mengintepretasikannya dibutuhkan ambang batas, yang dapat

disajikan kedalam tiga cara yaitu persen terhadap median, persentil dan standar

deviasi unit.

2.6.1.6.1 Persen terhadap median

Dalam antropometri gizi median sama dengan persentil 50.Nilai median

ini dinyatakan sama dengan 100% (untuk standar).

Tabel 2.3 Status Gizi Berdasarkan Indeks Antropometri.

Status Gizi Indeks


BB/U TB/U BB/TB
25

Gizi baik >80% > 90% > 90%


Gizi sedang 71% - 80% 81% - 90% 81% - 90%
Gizi kurang 62% - 70 % 71% - 80% 71% - 80%
Gizi buruk ≤ 60% ≤ 70% ≤ 70%

Catatan: persen dinyatakan terhadap median baku NCHS

2.6.1.6.2 Persentil

Persentil 50 sama dengan median atau nilai tengah dari jumlah populasi

diatasnya dan setengahnya berada dibawahnya. NCHS merekomendasikan

persentil ke-5 sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas

gizi lebih atau gizi baik.

2.6.1.6.3 Standar Deviasi Unit (SD).

Standar Deviasi Unit disebut sebagai Z-score. WHO menyarankan

menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan.

a. 1 SD unit (1 Z-score) kurang lebih sama dengan 11% dari median BB/U.

b. 1 SD unit (1 Z-score) kira-kira 10% dari median BB/TB.

c. 1 SD unit (1 Z-score) kira-kira 5% dari median TB/U (Supariasa dkk, 2001:).

2.6.4 Pengukuran Perkembangan Balita

Alat ukur yang biasa digunakan untuk mengetahui perkembangan anak

adalah Tes Skrining Perkembangan Menurut Denver (Denver Developmental

Screening Test/DDST). DDST (Denver Developmental Screening Test) adalah

salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, tes ini

bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan yang

diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20

menit), dapat diandalkan dan menunjukan validitas yang tinggi. Dari beberapa

penelitian yang pernah dilakukan DDST secara efektif 85-100% bayi dan anak-
26

anak prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan (Soetjiningsih,

1998: 71).

Frankenburg dkk (1981) mengemukakan 4 parameter perkembangan yang

dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu: Personal Sosial

(kepribadian/tingkah laku sosial) yaitu aspek yang berhubungan dengan

kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya;

Gerakan Motorik Halus yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak

untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian

tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi

yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu

benda; Bahasa adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara,

mengikuti perintah dan berbicara spontan; Perkembangan Motorik Kasar (Gross

Motor) adalah aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh

(Soetjiningsih, 1998: 71).

Alat yang digunakan seperti alat peraga: wol merah, kismis/manik-manik,

kubus warna merah-hijau-biru, permainan anak, botol kecil, bola tennis, bel kecil,

kertas dan pencil; lembar formulir DDST; buku petunjuk sebagai referensi yang

menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara penilaiannya (Soetjiningsih, 1998).

Penilaian sesuai dari buku petunjuk terdapat penjelasan tentang bagaimana

melakukan penilaian, apakah lulus (Passed = P), gagal (Fail = F) ataukah anak

tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = N.O). Kemudian

ditarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horizontal tugas

perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-masing

sektor, berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan


27

dalam: Abnormal bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan pada 2 sektor atau

lebih, bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus 1

sektor atau lebih dengan keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut tidak

ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.

Meragukan (Questionable) bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau

lebih, bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sector

yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis

vertikal usia) (Soetjiningsih, 1998: 72).

Anda mungkin juga menyukai