Anda di halaman 1dari 12

BAGIAN ILMU FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN September 2022


UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU

Chain Of Custody

Oleh:
Zunaidah Soleman (13 19 777 14 390)
Maghfira Rusmiady (15 19 777 14 362)
Muh Yaqub Basri (16 20 777 14 397)

Pembimbing:
DR. dr. Hj. Annisa Anwar Muthaher, S.H., M.Kes., Sp.F

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
KEDOKTERAN PENCEGAHAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Nama/No. Stambuk : Zunaidah Soleman (13 19 777 14 390)

Maghfira Rusmiady (15 19 777 14 362)

Muh Yaqub Basri, S.Ked (16 20 777 14 397)

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Pendidikan Dokter

Universitas : Alkhairaat

Judul Referat : Chain Of Custody

Bagian : IKK-IKP

Ilmu Forensik dan Medikolegal


Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran
Universitas Alkhairaat

Palu, September 2022

Pembimbing

DR. dr. Hj. Annisa Anwar Muthaher, S.H., M.Kes., Sp.F

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyelidikan dan penyidikan tindak pidana merupakan suatu tanggung
jawab yang besar yang diemban oleh seorang penyidik. Muaranya adalah
terbuktinya sebuah tindak pidana di pengadilan dan memperoleh keputusan yang
memiliki kekuatan hukum tetap. Namun permasalahan timbul ketika pembuktian
tindak pidana tersebut tidak kuat, dan tidak dapat membentuk keyakinan Hakim
bahwa telah terjadi suatu tindak pidana, yang bagi Hakim akan menjadi dasar
adanya penjatuhan hukuman terhadap terdakwa. Barang bukti elektronik sendiri
merupakan barang bukti yang berwujud atau dengan kata lain memiliki wujud
yang nyata seperti: komputer, smartphone, tablet, laptop serta perangkat
penyimpanan lainnya. Barang bukti elektronik yang ditemukan di tempat kejadian
perkara akan disita untuk selanjutnya dilakukan penyidikan oleh PPBB (Pejabat
Pengelola Barang Bukti). Penanganan barang bukti digital harus dilakukan dengan
benar dengan memperhatikan 5 aspek yaitu: admissible (dapat diterima), authentic
(asli), complete (lengkap), reliable (dapat dipercaya), believeable (terpercaya) hal
ini agar barang bukti digital dapat dipresentasikan di pengadilan.1,2
Permasalahan yang selama ini muncul adalah barang bukti tersebut tidak
terdokumentasi dan terkoordinir dengan baik sesuai dengan kasus yang dihadapi.
Hal ini dapat melemahkan pembuktian suatu kasus berdasarkan bukti digital
tersebut di Pengadilan. Beberapa hal yang bisa menyebabkan barang bukti
menjadi tidak diterima yaitu proses ekstraksi atau pengambilan barang bukti yang
tidak profesional, tidak ada kesesuaian antara perkara dengan alat bukti yang
ditampilkan, atau tidak terdokumentasinya dengan baik antara kasus yang sedang
ditangani dengan bukti-bukti yang didapatkan di TKP.3
Dalam penanganan pengumpulan barang bukti dari suatu tindak kejahatan
haruslah mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang supaya
dapat menjaga keaslian dari barang bukti itu sendiri. Salah satu prosedur yang
harus dilakukan adalah mendokumentasikan setiap aktivitas saat melakukan
pengumpulan barang bukti untuk keperluan investigasi secara lengkap dan urut.

1
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pendokumentasian barang bukti suatu perkara
2. Untuk mengetahui sistem pendokumentasian barang bukti forensik dengan
Chain of Custody
3. Untuk memenuhi tugas ilmiah referat sebagai persyaratan dalam kepanitraan
klinik Ilmu Forensik dan Medikolegal FK UNISA Palu
1.3 Manfaat
1. Dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai pendokumentasian
barang bukti suatu perkara pengadailan
2. Dapat mengetahui dan memahami sistem pendokumentasian barang bunkti
forensik dengan metode Chain of Custody
3. Sebagai pemenuhan persyaratan dalam menyelesaikan kapanitraan klinik
Ilmu Forensik dan Medikolegal FK UNISA Palu

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Chain of Custody
Chain Of Custody (CoC) adalah kronologis pendokumentasian barang
bukti, dari mulai di temukan di TKP hingga penduplikasian dan
penyimpanannya baik secara fisik ataupun digital.
Hal ini berfungsi untuk mengetahui kronologis penanganan barang bukti
secara urut dan terperinci dengan jelas, dimulai dari bagaimana kondisi
barang bukti saat pertama kali ditemukan, siapa saja yang berinteraksi dan
mengakses barang buti tersebut, bagaimana kondisi terakhir barang bukti
ketika sudah sampai pada laboratotrium forensik, apakah barang bukti
tersebut sudah terkontaminasi oleh area sekitar atau tidak, karena keaslian
barang bukti akan berpengaruh pada kualitas dan integritas barang bukti itu
sendiri saat diajukan didepan pengadilan.
2.2 Bukti digital
Forensika digital dan bukti digital memiliki keterkaitan, namun keduanya
memiliki definisi yang berbeda. Forensika digital adalah metode yang dapat
dijelaskan secara ilmiah dan dapat dibuktikan. Tujuan dari aktivitas forensika
digital ini adalah untuk menjaga, mengumpulkan memvalidasi,
mengidentifikasi menganalisis, menafsirkan, mendokumentasikan dan
menyajikan bukti digital yang terdokumentasi dalam bentuk chain of custody
untuk dipresentasikan di pengadilan.
Pendapat lain tentang prosedur forensika digital, bahwa secara umum
terdapat 4 proses utama dalam forensika digital, yaitu: collection,
examination, analysis dan reporting, berikut adalah proses dari forensika
digital.
Berikut adalah penjelasan proses utama dalam forensika digital
1. Collection, bukti digital dikumpulkan dan dillakukan proses imaging.
2. Examination, mencari dan menentukan metode yang bertujuan untuk
menguji bukti digital.

3
3. Analysis, langkah untuk menganalisis yang bertujuan untuk menemukan
bukti digital yang sesuai dengan informasi yang dibutuhkan oleh otoritas
yudisial atau keadilan.
4. Reporting, fase persiapan dokumentasi untuk diajukan ke otoritas
pengadilan.

Gambar 1. Siklus Pengumpulan Data Forensik


Definisi bukti digital adalah jejak yang dinginkan maupun tidak
diinginkan yang berasal dari perubahan data digital pada perangkat
elektronik. Berdasarkan sumbernya, bukti digital terbagi menjadi 2 kategori,
yaitu closed system dan open system. Closed system merupakan sistem yang
pernah terkoneksi internet.
2.3 Konsep Lemari Penyimpanan Bukti Digital
Munculnya konsep lemari penyimpanan bukti digital didasarkan atas
permasalahan dalam penanganan bukti digital yang berkutat dalam beberapa
hal yaitu: model bisnis dari bagian-bagian yang berhubungan langsung
dengan bukti digital, penyimpanan informasi metadata bukti digital maupun
kontrol akses dan kemananan terhadap digital CoC. Konsep ini diperkenalkan
pada penelitian berjudul Digital Evidence Cabinets : A Proposed Frameworks
for Handling Digital Chain of Custody. Dalam penelitiannya disebutkan
bahwa lemari penyimpanan bukti digital merupakan sistem yang dibuat untuk
penanganan CoC dari setiap bukti digital yang telah diperoleh. Konsep ini

4
dibangun atas 3 pendekatan, yaitu: Digital Evidence Management
Frameworks, kantong bukti digital dan keamanan.
2.4 Sistem informasi
Sistem informasi dapat diartikan sebagai kerangka kerja yang
mengkoordinasikan sumber daya manusia atau komputer untuk mengubah
masukan menjadi informasi, guna mencapai sasaran. Sistem manajemen
inventory secara online dapat melakukan pengawasan menjadi lebih baik.
Lemahnya pengawasan menjadi dampak buruk bagi manajemen sehingga
pelaporan penerimaan atau pengeluaran barang dan pengawasan terhadap
penggunaan barang menjadi terhambat. Tujuan penelitian ini adalah membuat
sistem informasi manajemen inventory menggunakan Framework EasyUI
yang dapat diakses dan diawasi secara online. Perancangan sistem
menggunakan Unified Modelling Language, bahasa pemrograman PHP dan
database MySQL. Penelitian ini menghasilkan sistem informasi manajemen
inventory yang memberikan informasi stok secara real-time dan laporan
semester penerimaan dan pengeluaran barang, sehingga proses pelaporan dan
pengontrolan informasi stok dapat dilakukan dengan baik
2.5 Kepentingan Chain of Custody
Suatu bukti membutuhkan penanganan yang cermat untuk mencegah
terjadinya gangguan. Rantai pengawasan (Chain of Custody) dikatakan
sebagai dokumentasi berurutan atau jejak yang menjelaskan urutan
penahanan, kontrol, transfer, analisis, dan disposisi bukti fisik atau elektronik.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa barang bukti tersebut terkait
dengan dugaan kejahatan, dikumpulkan dari tempat kejadian, dan dalam
kondisi asli/tidak berubah daripada telah dirusak atau "ditanam" secara
curang untuk membuat seseorang tampak bersalah. Rantai pengawasan
menjaga integritas sampel. Ketertelusuran rekaman kontrol, transfer, dan
analisis sampel menunjukkan transparansi prosedur.
Mempertahankan pengawasan berantai (Chain of Custody) sangat
penting dalam praktik forensik. Langkah dokumentasi ini sangat penting
karena segala sesuatu yang dilakukan untuk pemeriksaan dan analisis sampel

5
barang bukti harus disahkan dan dicatat. Tanggung jawab atas kondisi
tersebut terletak pada semua orang yang bersentuhan dengannya.
Pendokumentasian harus lengkap dengan informasi mengenai keadaan
pengumpulan barang bukti, orang yang menangani barang bukti, jangka
waktu perwalian barang bukti, kondisi penyimpanan selama penanganan
dan/atau penyimpanan barang bukti, dan cara penyerahan barang bukti
kepada penjaga selanjutnya setiap waktu transfer terjadi (bersama dengan
tanda-tanda individu yang terlibat pada tahap masing-masing). Ini mencegah
petugas polisi dan laboratorium/pejabat hukum lain yang terlibat dalam
mengganggu bukti atau salah menaruhkan bukti karena pada akhirnya akan
dapat dilacak kembali, dan mereka akan bertanggung jawab atas hal yang
sama.
Ada lima elemen penting dalam proses digital chain of custody (DCoC):
1. Karakteristik: Ini termasuk sumber seperti PC, perangkat digital, dan
cloud.
2. Dinamika: Ini termasuk orang-orang yang terlibat dalam proses, yaitu
tersangka, korban, profesional hukum, penyidik forensik. Rantai
pengawasan selalu menjadi proses orang.
3. Faktor: Ini menjawab pertanyaan berikut: Apa bukti digitalnya? Mana
bukti digitalnya? Siapa yang mengelola dengan bukti digital? Mengapa
melakukannya? Kapan bukti digital ditangani? Bagaimana ditangani
dengan digital bukti? Pertanyaan-pertanyaan ini dapat dijawab dengan
menggunakan sidik jari, biometrik, stempel waktu, pencari GPS,
kumpulan prosedur, dan praktik terbaik.
4. Institusi: Ini akan mencakup penegakan hukum, militer, badan keamanan,
bank, asuransi, perusahaan institusi, dan individu.
5. Integritas: Teknik untuk memastikan integritas bukti digital termasuk
CRC (Checksum Redundancy Check), tanda tangan digital, enkripsi, cap
waktu, dan watermarking

6
2.6 Relevansi Rantai Penelusuran (Chain of Custody)
Dokumentasi rantai penelusuran melayani tiga tujuan utama; untuk
mengajukan pertanyaan yang relevan mengenai bukti ke laboratorium
analitik, untuk memelihara catatan pelacakan (Chain of Custody), dan untuk
mendokumentasikan bahwa sampel/bukti hanya ditangani oleh personel yang
disetujui dan tidak dapat diakses untuk dirusak sebelum analisis.
Penyidik atau penanggung jawab pengumpulan barang bukti harus
melengkapi label wadah/kantong sampel dan formulir Chain of Custody
untuk memungkinkan pelacakan sampel. Setiap label wadah sampel harus
menerima kode identifikasi unik dan informasi lain yang relevan seperti
lokasi, tanggal dan waktu pengambilan, nama, dan tanda tangan orang yang
mengambil sampel, serta tanda tangan saksi. Sangat penting bahwa barang
bukti dikemas dengan tepat untuk menghindari kerusakan selama
pengangkutan dan sebaiknya disegel dalam kantong anti-rusak/tahan atau
dengan pita anti-rusak.
2.7 Bukti Penahanan (Custody of The Evidance)
Setiap kali biaya barang bukti diubah, semua tanda tangan, tanggal, dan
waktu diperlukan untuk formulir pelacakan. Suatu sampel akan dianggap
dalam penahanan jika sampel tersebut benar-benar dimiliki secara fisik oleh
kustodian yang berwenang di tempat yang aman tanpa akses ke personel yang
tidak berwenang atau adanya kesempatan untuk dirusak.
Ilustrasi rantai penahanan (Chain of Custody) dalam kasus pemulihan
batang besi yang berlumuran darah di TKP pembunuhan yang digambarkan
dalam teks rutin adalah sebagai berikut:
"Petugas investigasi Steve mengumpulkan batang besi, mengemasnya,
dan menyerahkannya kepada analis forensik Jack. Analis forensik Jack
menganalisis batang besi di laboratorium dan mengumpulkan sidik jari dan
darah dari batang besi. Jack kemudian menyerahkan batang besi dan semua
barang bukti yang dikumpulkan dari batang besi ke petugas penerima barang
bukti Tom. Petugas penerima barang bukti, Tom, kemudian menyimpan
barang bukti di loker penyimpanan barang bukti. Tom menyimpan catatan
semua orang yang telah mengakses barang bukti asli."

7
Gambar 2. Proses Utama Digital Forensik
2.8 Catatan Rantai Pengawasan (Chain of Custody)
Dalam setiap investigasi, PPBE harus mampu memberikan justifikasi
pada semua data dan perangkat yang diakuisisi pada saat berada dalam
pengawasan PPBE. Catatan rantai pengawasan (Chain of custody record)
adalah dokumen yang mengidentifikasi kronologi pemindahan dan
penanganan Bukti Elektronik potensial. Catatan ini harus dibuat mulai dari
proses Koleksi atau Akuisisi. Rantai Pengawasan sedikitnya mengandung
beberapa informasi berikut:
a. Tanda pengenal bukti yang unik;
b. Siapa yang mengakses bukti dan waktu serta lokasi terjadinya;
c. Siapa yang memeriksa bukti di dalam dan di luar dari fasilitas Preservasi
bukti dan kapan hal itu terjadi;
d. Mengapa bukti tersebut diperiksa (kasus dan tujuan) dan otoritas yang
relevan, jika ada;
e. Setiap perubahan yang tidak dapat dihindari pada Bukti Elektronik
potensial, serta nama individu yang bertanggung jawab karenanya dan
justifikasi untuk pengubahan

8
BAB III
KESIMPULAN
Mempertahankan rantai pengawasan sangatlah penting untuk proses
kredibilitas bukti digital dan kesaksian akhirnya. Sebuah rantai yang disusupi
dapat membatalkan proses hukum dan membuang-buang waktu penyelidikan
selama bertahun-tahun. Profesional hukum harus erat kaitannya dengan rantai
pengawasan digital sehingga mereka dapat menantang lawan dengan bukti digital
yang tidak valid. Mereka seharusnya mampu mengumpulkan informasi yang
berguna, kompatibel, konsisten, dan terhubung di sepanjang rantai pengawasan.
Chain of Custody merupakan pendokumentasian dari setiap aktivitas yang
dilakukan saat penanganan dan pengumpulan barang bukti. Lembaga yang
berwenang tidak menetapkan form yang baku sehingga terdapat banyak form
yang berbeda saat digunakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing
lembaga/organisasi.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. T. F. Efendi. Manajemen Barang Bukti Fisik Dan Chain of Custody (CoC)


Pada Penyimpananan Laboratorium Forensika Digital. SEMANTIK. 2019.
2. K. Widatama, Y. Prayudi, and B. Sugiantoro, “Application of RC4
Cryptography Method to Support XML Security on Digital Chain of Custody
Data Storage,” Int. J. Cyber- Security Digit. Forensics, vol. 7, no. 3, pp. 230–
237, 2018.
3. Badiye A, Kapoor N, Menezes RG. Chain of Custody. StatPearl. NCBI.
Februari 2022. Cited on: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551677/
4. Hoiriyah. Rancangan Form Chain of Custody. Magister Teknik Informatika,
Fakultas Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia. 2015. Cited on:
https://penakuliah.wordpress.com/2015/12/11/rancangan-form-chain-of-
custody/
5. Sadiku M, Shadare AE, Musa SM. Digital Chain of Custody. International
Journals of Advanced Research in Computer Science and Software
Engineering. Juli 2017. Vol: 7(7). Cited on: 10.23956/ijarcsse/V7I6/01619
6. MENKOMINFO. Tentang Tata Cara Penanganan Pertama Bukti Elektronik
Tahun 2021. No: 1120. Berita Negara Republik Indonesia.

10

Anda mungkin juga menyukai