Anda di halaman 1dari 62

USULAN PENELITIAN

HALAMAN JUDUL
PENYALAHGUNAAN WEWENANG OLEH TENAGA
KESEHATAN DAN PENYELENGGARA SISTEM
ELEKTRONIK DALAM IMPLEMENTASI REKAM MEDIS
ELEKTRONIK

PUTU DANIS RUMANGGI

NIM 2282721018

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM KESEHATAN

PASCA SARJANA

UNIVERSITASUDAYANA

2024

i
PENYALAHGUNAAN WEWENANG OLEH TENAGA
KESEHATAN DAN PENYELENGGARA SISTEM
ELEKTRONIK DALAM IMPLEMENTASI REKAM MEDIS
ELEKTRONIK

Tesis ini untuk Memperoleh Gelar Magister


Pada Program Studi Magister Hukum Kesehatan,
Pascasarjana Universitas Udayana

OLEH:

PUTU DANIS RUMANGGI


NIM. 2282721018

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM KESEHATAN

PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

2024

ii
Lembar Persetujuan Pembimbing

USULAN PENELITIAN TESIS INI TELAH DISETUJUI


PADA TANGGAL ………20

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. I Wayan Parsa, SH., M.Hum Dr.Piers Andreas Noak, SH.,M.Si.
NIP. 195912311986021007 NIP. 196302171988031001

Mengetahui

Koordinator Program Studi Magister Hukum Kesehatan


Pascasarjana Universitas Udayana,

Prof.Dr. dr. R.A. Tuty Kuswardhani, Sp.PD.KGer, M.Kes, M.H


NIP. 195911041989032004

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah...........................................................................1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................5
1.3. Tujuan Penelitian.....................................................................................5
1.4. Manfaat Penelitian...................................................................................6
1.5. Batasan Penelitian....................................................................................7
BAB II KAJIAN PUSTAKA..................................................................................8
2.1. Landasan Teori.........................................................................................8
2.2. Konsep Penelitian...................................................................................20
1. Konsep Pengaturan Rekam Medis.........................................................20
2. Konsep Rekam Medis Elektronik..........................................................21
3. Konsep Aspek Hukum Rekam Medis....................................................22
4. Konsep Profesional Pemberi Asuhan.....................................................26
2.3. Landasan Teori.......................................................................................29
1. Teori Efektivitas Hukum........................................................................29
2. Teori Perlindungan Hukum....................................................................30
3. Teori Kepastian Hukum.........................................................................31
4. Teori Interoperabilitas............................................................................32
2.4. Konsep Hak dan Kewajiban...................................................................34
2.5. Konsep Penelitian...................................................................................41
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................43
3.1. Pendekatan Penelitian............................................................................43
3.2. Jenis Sumber Data/ Bahan Hukum........................................................44
3.3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data.................................................45
3.4. Teknik Analisis Data..............................................................................46
3.5. Penyajian Hasil Analisis Data................................................................47

iv
3.6. Kebaruan (Novelty)................................................................................47
3.7. Kerangka (Berpikir) Penelitian .............................................................51
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................52

v
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bangsa maju dan berdikari adalah bangsa yang senantiasa menjaga

kesejahteraan setiap warga negaranya, terutama dalam hal kesehatan. Maka dari

itu sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

1945, untuk dapat mencerdaskan kehidupan bangsa perihal kesehatan merupakan

landasan dasar. Dewasa ini, seiring berkembangnya teknologi dan beragam

inovasi dalam dunia kesehatan khususnya pelayanan, banyak menimbulkan

dampak positif, namun tidak sedikit pula memunculkan akibat kurang baik

terhadap pelayanan kesehatan tersebut. Pelayanan kesehatan yang baik dan

optimal harus ditunjang dengan tenaga kesehatan yang profesional, serta

berpegang teguh pada integritas, loyalitas dan kejujuran. Dengan adanya inovasi

informasi teknologi yang terus memberikan solusi kemudahan, pun perihal

pelayanan kesehatan tidak luput dari sentuhan sistem teknologi, guna menunjang

kinerja profesionalitas tenaga kesehatan pada fasilitas layanan kesehatan.

Dalam fasilitas layanan kesehatan, rekam medis pasien dapat dikatakan

sebagai salah satu unsur yang mencerminkan bagaimana tolak ukur kinerja

seorang tenaga kesehatan. Dengan adanya sistem elektronik bahkan sangat

mempermudah kinerja, sehinga lebih cepat, tepat, dan akurat. Namun, tidak

sedikit permasalahan yang timbul akibat adanya layanan sistem elektronik rekam

medis yang tujuannya untuk lebih optimal, akan tetapi dapat berdampak tidak

1
baik. Mengingat segala

2
3

bentuk rekam medis yang merupakan data dokumentasi pribadi terkait kesehatan

pasien bersangkutan, yang bukan merupakan konsumsi khalayak umum adalah

menyangkut hak asasi manusia yang perlu kita hormati sesuai dengan harkat dan

martabatnya.

Membahas rekam medis elektronik dari sisi regulasi, Undang – Undang

Kesehatan No 17 Tahun 2023, Pasal 173 huruf (c) mewajibkan fasilitas pelayanan

kesehatan untuk menyelenggarakan rekam medis. Pasal 189 huruf (h) bahwa

setiap rumah sakit wajib menyelenggarakan rekam medis. Pasal 269 memberi

penegasan bahwa setiap tenaga medis dan tenaga kesehatan yang memberikan

pelayanan kesehatan wajib membuat rekam medis, penyelenggaraan rekam medis

merupakan tanggung jawab fasilitas pelayanan kesehatan, dan harus segera

dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan. Pengelolaan data

rekam medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 298 meliputi perumusan

kebijakan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, pengamanan, transfer data

dan pengawasan. Kementerian Kesehatan menetapkan Kebijakan Rekam Medis

dengan Peraturan Menteri Kesehatan No 24 tahun 2022 sebagai pembaharuan dari

Peraturan Menteri No 269 Tahun 2008. Ketentuan umum pada Peraturan Menteri

Kesehatan No 24 Tahun 2022, Pasal 1 menjabarkan Rekam Medis Elektronik

adalah Rekam Medis yang dibuat dengan menggunakan sistem elektronik yang

diperuntukkan bagi penyelenggaraan rekam medis. Terselenggaranya manajemen

informasi kesehatan dimulai dengan dibuatnya rekam medis secara baik dan benar

oleh tenaga kesehatan pada sarana pelayanan kesehatan yang kemudian dikelola
4

secara terencana melalui teknologi informasi dan komunikasi berkelanjutan.1

Data rekam medis elektronik memiliki kedudukan yang sama dengan

rekam medis manual sebagaimana dijelaskan Undang – undang No 11 Tahun

2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang diatur dalam pasal 5 dan 6

yaitu infomasi elektronik dan atau dokumen elektronik dan atau hasil cetakannya

merupakan alat bukti yang sah. Dokumen elektronik dianggap sah sepanjang

informasi yang tercantum di dalamnya dapat diakses, ditampilkan, dijamin

keutuhannya dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu

keadaan. Peran alih media rekam medis manual ke rekam medis elektronik

diharapkan mampu mengurangi beban waktu dan biaya yang dibutuhkan fasilitas

pelayanan kesehatan dalam memenuhi aspek kelengkapan rekam medis.

Pemanfaatan perangkat komputer sebagai sarana dokumentasi dan pengiriman

informasi medis merupakan upaya yang dapat mempercepat dan bergeraknya

informasi medis untuk kepentingan ketepatan tindakan medis. Standar

pelaksanaan pembuatan dan penyimpanan rekam medis yang selama ini berlaku

bagi rekam medis berbasis kertas harus pula diberlakukan pada dokumen

digital/elektronik.

Perkembangan teknologi informasi kesehatan membawa paradigma baru

dalam bidang informasi kesehatan di Indonesia. Rekam medis sebagai salah satu

media komunikasi dan dokumentasi PPA (Profesional Pemberi Asuhan) beralih

media dari manual ke elektronik. Rekam medis pasien mulai beralih menjadi

berbasis elektronik dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan (PMK)

1 Gemala Hatta, 2017, Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan


Kesehatan, Revisi 3, UI Press, Jakarta ; hal 72
5

nomor 24 tahun 2022 tentang Rekam Medis. Melalui kebijakan Pasal 30 Peraturan

Menteri Kesehatan nomor 24 Tahun 2022 (Kemenkes RI, 2022), fasilitas

pelayanan kesehatan (Fasyankes) diwajibkan menjalankan sistem pencatatan

riwayat medis pasien secara elektronik. Peraturan Menteri Kesehatan dimaksud

merupakan kerangka regulasi pendukung dari implementasi transformasi

teknologi kesehatan yang menjadi bagian dari pilar ke-6 transformasi kesehatan.

Konferensi Pers secara virtual yang dipublikasikan pada 9 September 2022 terkait

Pemanfaatan Rekam Medis Elektronik menyebutkan kebijakan ini hadir sebagai

pembaharuan dari aturan sebelumnya yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

269 Tahun 2008 yang dimutakhirkan menyesuaikan dengan ilmu pengetahuan dan

teknologi, kebutuhan pelayanan, kebijakan dan hukum di masyarakat2.

Dari uraian tersebut di atas, diketahui bahwa peran serta integritas dari

masing – masing pelaku pelaksana sistem elektronik baik itu tenaga kesehatan

maupun penyelenggara sistem penyelenggara elektronik perlu ditekankan,

sehingga tidak adanya oknum untuk melakukan perihal meyimpang dalam

pelaksanaannya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul: “Penyalahgunaan Wewenang Oleh Tenaga Kesehatan Dan

Penyelenggara Sistem Elektronik Dalam Implementasi Rekam Medis

Elektronik”.

1.2. Rumusan Masalah

2Siti Nadia Tarmizi, “Fasyankes Wajib Terapkan Rekam Medis Elektronik – Sehat Negeriku,”
Sehatnegeriku.Kemkes, last modified 2022, accessed October 17, 2023,
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20220909/0841042/fasyankes-wajib-terapkan-
rekam-medis-elektronik/.
6

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

usulan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1 Bagaimanakah fasilitas layanan kesehatan dalam menyikapi adanya

penyalahgunaan wewenang tenaga kesehatan dan penyelenggara sistem

elektronik dalam pelaksanaan rekam medis elektronik?

2 Apa yang menjadi hambatan sehingga penyalahgunaan wewenang itu terjadi?

3 Apa akibat yang ditimbulkan apabila implementasi rekam medis elektronik

tidak terintegrasi dengan baik oleh tenaga kesehatan dan penyelenggara

sistem elektronik?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1.3.1. Tujuan Umum

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan

pengetahuan/ pemikiran dalam bidang Ilmu Hukum khususnya Hukum Kesehatan

hubungannya dalam implementasi rekam medis elektronik oleh profesional

kesehatan. Melatih mahasiswa dalam usaha menyatakan pikiran ilmiah secara

tertulis, Untuk perkembangan ilmu pengetahuan hukum kesehatan serta

melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu penelitian terhadap

penggunaan rekam medis elektronik.

1.3.2. Tujuan Khusus

1 Untuk mengetahui dan memahami kebijakan Pemerintah dalam penerapan

sistem rekam medik elektronik jika terjadi penyalahgunaan wewenang.


7

2 Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pelaksanaan sistem rekam

medis berbasis elektronik.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari usulan penelitian ini dapat dibedakan dari dua manfaat yaitu

manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.4.1. Manfaat Teoritis

Dalam manfaat teoritis, penting untuk menuliskan kata kunci yang tepat

dalam sebuah pemikiran yang dibangun, hal-hal ini umumnya berupa

pengembangan dari pengetahuan yang sudah ada. Lebih lanjut, istilah teoritis

bukan hanya sebatas mengetahui teori saja, teoritis adalah penggambaran informal

untuk menggambarkan istilah teori yang dapat diuji di lain waktu dengan alasan

secara tes tertentu, teorinya tidak layak atau sulit secara teknis. Ini juga didukung

dengan contoh mengenai penerimaan sebuah teori yang tidak mengharuskan

semua prediksi utamanya diuji jika sudah didukung oleh bukti yang cukup kuat.

Akibatnya, jika prediksinya tidak benar, ini dapat menyebabkan revisi

atau penolakan teori yang mengacu pada kata teoritis. Menjelaskan bahwa hasil

penelitian bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran atau memperkaya

konsep-konsep, teori-teori terhadap ilmu pengetahuan dari penelitian yang sesuai

dengan bidang ilmu dalam suatu penelitian. Hasil Penelitian ini secara teoritis

diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya

wawasan konsep tentang penggunaan sistem rekam medis elektronik di fasilitas

pelayanan kesehatan.

1.4.2. Manfaat Praktis


8

Manfaat praktis adalah usaha untuk mencoba memberikan tindakan

berupa pemahaman yang tepat kepada masyarakat, pemerintah, maupun fasilitas

layanan kesehatan tentang pentingnya peran dan tanggungjawab dalam ruang

lingkup pekerjaannya. Kesimpulannya, manfaat praktis harus menunjukkan

pengembangan strategi yang disesuaikan dengan kebutuhan sosial dalam ruang

lingkup pembahasan yang ada. Menjelaskan bahwa hasil penelitian bermanfaat

memberikan sumbangan pemikiran bagi pemecahan masalah yang berhubungan

dengan topik atau tema sentral dari suatu penelitian.

Penelitian ini berguna secara teknis untuk memperbaiki, meningkatkan

dan lain sebagainya suatu keadaan berdasarkan penelitian yang dilakukan dan

mencari solusi bagi pemecahan masalah yang ditemukan pada penelitian. Hasil

penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran

terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan masalah penyelenggaraan

sistem elektronik yang tidak terintergasi dengan baik.

1.5. Batasan Penelitian

Penelitian ini membahas rekam medis elektronik dari sisi dokumentasi

asuhan pasien beserta dampak, hambatan dan solusi dalam hal kesalahan input

data pada rekam medis elektronik. Menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan

pendekatan deskriptif analitikberikut metode penelitian hukum normatif.

Penelitian dilakukan dengan periode tertentu yang dianggap cukup menghasilkan

analisis data untuk hasil dan pembahasan dalam penelitian ini.


BAB II KAJIAN PUSTAKA
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Grand Teori adalah sebuah istilah yang ditemukan oleh seorang ahli

sosioligis bernama Charles Wright Mills dalam bukunya yang berjudul “The

Sociological Imagination” untuk menunjukan bentuk teori abstraksi tinggi yang

mana pengaturan formal dan susunan dari konsep-konsep lebih penting

dibandingkan pengertian terhadap dunia sosial. Dalam pandangannya , Grand

Teori kurang lebih dipisahkan dari perhatian nyata kehidupan sehari-hari dan

berbagai variasinya dalam ruang dan waktu.

Dalam tulisan ini yang erat relevansinya dengan pendataan rekam medis,

perlu disampaikan beberapa teori tentang dasar-dasar hukumnya. Bahwa Teori

Rekam Medis, Teori HAM (Hak Asas Manusia), dan juga Teori Penegakan

Hukum, menjadi dasar dibentuknya tulisan ini dari sisi Grand Teori.

2.1.1. Teori Rekam Medis

Fungsi rekam medis/rekam kesehatan (kertas) atau rekam kesehatan

elektronik (RKE) adalah untuk menyimpan data dan informasi pelayanan pasien.

Agar fungsi itu tercapai, beragam metode dikembangakn secara efektif seperti

dengan melaksanakan ataupun mengembangakn sejumlah sistem, kebijakan, dan

proses pengumpulan, termasuk menyimpannya secara mudah diakses disertai

dengan keamanan yang baik. Menjaga keamanan, dalam menyimpan

data/informasi, unsur keakuratan data/informasi dan kemudahan akses

9
menjadi

10
11

tuntutan pihak organisasi pelayanan kesehatan, praktisi kesehatan serta pihak ke-

3 yang berwenang. Sedangkan pihak yang membutuhkan data/informasi harus

senantiasa menghormati privasi pasien.

Secara keseluruhan, keamanan (security), privasi (privacy), kerahasiaan

(confidentiality), dan keselamatan (safety) adalah perangkat yang membentengi

data/informasi dalam rekam kesehatan (format kertas maupun elektronis).

Dengan begitu, berbagai pihak yang berwenang yang membutuhkan

data/informasi yang lebih rinci sesuai dengan tugasnya harus senantiasa menjaga

keempat unsur di atas. Sejalan dengan semakin majunya teknologi informasi dan

komunikasi juga membawa pengaruh terhadap perubahan rekam kesehatan yang

berbasis kertas dan elektronik. Meskipun perkembangan teknologi informasi ini

membawa pengaruh pada perluasam tujuan, pengguna dan fungsi rekam

kesehatan, namun rekam kesehatan tetap sebagai pusat penyimpanan data dan

informasi pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. Untuk itu kualitas

data tetap menjadi andalan yangharus ditegakkan sesuai dengan kriteria yang

mempersyaratinya1.

2.1.2. Teori Rekam Medis Elektronik

Rekam medis elektronik adalah merupakan pemakaian metode elektronik

dalam kegiatan pengumpulan, penyimpanan, pengolahan serta pengaksesan

rekam medis pasien di Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang telah tersimpan dalam

suatu sistem manajemen basis data multimedia, dimana dalam sistim ini

tersimpan berbagai sumber data medis Menurut Calvin Anthony Rekam medis

elektronik juga merupakan lingkungan aplikasi yang mencakup penyimpanan


12

data klinis, sistem pendukung keputusan klinis, standardisasi istilah medis, entri

data terkomputerisasi, dan dokumentasi medis dan farmasi . Secara yuridis

berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2022 tentang Rekam

Medis, bahwa rekam medis elektronik adalah rekam medis yang dibuat dengan

menggunakan sistem elektronik yang diperuntukan bagi penyelenggara rekam

medis. Dari beberapa pengertian diatas rekam medis elektronik dapat diartikan

sebagai sistem elektronik yang berisikan data kesehatan pasien yang dikelola,

disimpan dan didistribusikan dalam mendukung asuhan pasien serta pengambilan

keputusan bagi penyelenggara rekam medis elektronik.

Penggunaan teknologi informasi dalam penyelenggaraan rekam medis

dapat memastikan ketepatan tindakan medis terhadap pasien, penggunaan

jaringan komputer dalam pembuatan dan pengiriman informasi medis dapat

mempersingkat waktu dan meningkatkan ketepatan pengiriman informasi

tersebut . Secara hukum data dalam RME merupakan rekaman legal dari

pelayanan yang telah diberikan pada pasien dan rumah sakit memiliki hak untuk

menyimpan data tersebut. Menjadi tidak legal, bila oknum di rumah sakit

menyalah gunakan data tersebut untuk kepentingan tertentu yang tidak

berhubungan dengan pelayanan kesehatan pasien . Setiap penyelenggaraan rekam

medis elektronik harus menyelenggarakan sistem elektronik secara andal aman

serta bertanggungjawab terhadap pelaksanaan sistem elektronik sebagai sebagai

wujud memberikan kepastian keamanan dan kehandalaan sistem elektronik

dalam pelaksanaannya

2.1.3. Manfaat Rekam Medis Elektronik


13

Manfaat Rekam Medis Elektronik memudahkan pekerjaan dokter dan

kebutuhan pasien dalam mendapatkan layanan medis. Hal ini meliputi

mendokumentasikan, monitoring dan mengelola pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada pasien di rumah sakit . Selain itu rekam medis elektronik juga

memiliki berbagai karakteristik yang dapat memberikan manfaat. karakteristik

tersebut antara lain :

1. Akses dapat di lihat dari berbagai tempat

2. Tampilan data dapat dilihat dari berbagai pendekatan

3. Data entry lebih terstruktur

4. Dilengkapi dengan sistem pendukung keputusan

5. Mempermudah dalam analisis data

6. Mendukung pertukaran data secara elektronik dan pemanfaatan data secara

bersama – sama (data sharing)

7. Dapat bersifat multimedia

Dari karakteristik diatas tersebut dapat memberikan tambahan manfaat lainnya

yang menguntungkan bahkan memudahkan petugas dalam memberikan

pelayanan rekam medis. Adapun manfaat dari pelaksanaan rekam medis

elektronik yang lainnya adalah:

1. Penelusuran dan pengiriman informasi mudah

2. Bisa dikaitkan dengan informasi diluar rumah sakit

3. Penyimpanan lebih ringkas, data dapat ditampilkan dengan epat sesuai

kebutuhan

4. Pelaporan lebih mudah dan secara otomatis


14

5. Kualitas data dan standar dapat dikendalikan

6. Dapat diintegrasikan dengan perangkat lunak pendukung keputusan.

7. Lebih cepat dan efisien dalam memberikan pelayanan kepada pasien

8. Keamanan data pasien yang berada di rumah sakit terjamin

9. Tidak membutuhkan kertas, sehingga dapat menghemat penggunaan kertas

10. Dapat melakukan copy cadangan informasi yang dapat diambil apabila

terjadi kehilangan data yang asli.

11. Dapat memproses data yang banyak dalam waktu yang singkat.

12. Dapat mengurangi medical error

Terdapat tiga gambaran manfaat penerapan rekam medis elektronik di rumah

sakit meliputi :

a. Mengurangi Duplikasi Pemeriksaan Rekam medis elektronik dapat

membantu mengurangi duplikasi pemeriksaan yang diakibatkan

kehilangan hasil pemeriksaan berupa kerta. Dikarenakan dalam rekam

medis elektronik data tersimpan dengan rapi.

b. Kontinuitas Perawatan dan Perencanaan Pelayanan Rekam medis

elektronik membantu tenaga medis dalam melakukan kontinuitas perawatan

untuk pasien yang membutuhkan pemantauan dalam jangka waktu yang

lama yang di sebabkan karena rekma medis elektronik menyediakan data

administrative dan klinis pasien yang terintegrasi dan lengkap.

c. Kolaborasi dan Komunikasi Antartenaga Kesehatan Rekam medis

elektronik mebantu dalam menangani pasien dengan kondisi medis yang

kompleks karena data yang disajikan pada rekma medis elektronik tercatat
15

lengkap sehingga tenaga medis dapat lebih memahami kondisi pasien dan

meningkatkan komunikasi antar tenaga kesehatan.

Efisiensi Pelayanan Terdapat fitur advanced dan reminder yang digunakan

untuk mengingat pasien melakukan control pengobatan hal ini memiliki

manfaat untuk kontroling pengobatan atau pemantauan kepada kondisi

medis pasien tersebut.

2.1.4. Dasar Hukum Penyelenggaraan Rekam Medis Elektronik

Penyelenggaraan rekam medis elektronik tentunya memiliki dasar

pengaturan yang mengatur untuk dapat mewujudkan keadilan,

kepemanfaatan dan kepastian hukum dalam penyelenggaraan rekam medis

elektronik di fasilitas pelayanan kesehatan. adapun beberapa peraturan

yang mengatur mengenai penyelenggaran rekam medis elektronik sebagai

berikut

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan

a. Pasal 296 fasilitas pelayanan kesehatan wajib untuk menyelenggarakan

rekam medis dan setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama,

waktu dan tanga tangan medis atau tenaga kesehatan yang memberikan

pelayanan atau tindakan.

b. Pasal 300 dalam menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat,

Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan wajib membuatan catatan

pelayanan kesehatan dan dintegrasikan ke dalam sistem data pasien

yang terintegrasi dengan sistem informasi nasional.


16

2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Pelindungan Data

Pribadi . Pasal 4 Ayat 2 salah satu data pribadi yang bersifat khusus

adalah data dan informasi kesehatan pribadi seseorang.

3. Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik 20

a. Pasal 1 Ayat 4 dokumen elektronik adalah setiap informasi elektronik

dibuat, diteruskan, dikirmkan, diterima atau disimpan dalam bentuk

analog, digital, elektromagnetik, optikal atau sejenisnya, yang dapat

dilihat, ditampilkan, dan atau didengar melalui komputer atau sistem

elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, huruf, tanda,

angka, kode akses, symbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti

atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2022 tentang Rekam

Medis.

a. Pasal 1 Ayat 1 rekam medis adalah dokumen yang beridikan data

identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain

yang telah diberikan kepada pasien.

b. Pasal 2 pengaturan rekam medis bertujuan untuk memberikan kepastian

hukum dalam penyelenggaraan rekam medis serta menjamin keamanan,

kerahasiaan, keutuhan dan ketersediaan data rekam medis serta

mewujudkan pelayanan rekam medis berbasis digital.

c. Pasal 3 Ayat 1 setiap fasilitas kesehatan wajib menyelengarakan rekam

medis elektronik
17

2.1.5. Rekam Medis Sebagai Alat Bukti Hukum

Dalam bidang layanan kesehatan, dokumen rekam medis ini sangat penting

karena mereka berisi semua informasi tentang pasien selama mendapatkan

perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Dari catatan tersebutlah yang

nantinya dapat digunakan sebagai bukti dalam persidangan ketika pasien atau

tenaga medis meminta rujukan atau tuntutan . Pasal 35 Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 24 Tahun 2022 tentang rekam medis menetapkan bahwa isi

rekam medis dapat dibuka tanpa adanya persertujuan pasien apabila dibutuhkan

dalam pemenuhan permintaan aparat penegak hukum dalam rangka penegakan

sengketa hukum. Hal tersebut dipertegasa dalam fungsi rekam medis dapat

digunakan sebagai bahan pembuktian hukum .

Rekam medis sebagai alat bukti hukum berdasarkan Pasal 184 KUHP

menyatakan bahwa rekam medis termasuk dalam katagori surat keterangan ahli

dalam hal ini tenaga kesehatan. Sistem pembuktian dalam acara pidana

(KUHAP) didefinisikan sebagai upaya mendapatkan keterangan melalui alat

bukti dan barang bukti untuk memperoleh keyakinan atas benar tidaknya

perbuatan pidana yang didakwakan serta untuk mengetahui apakah terdakwa

melakukan kesalahan .Isi rekam medis diperlukan sebagai alat bukti dalam hakim

menentukan perkara sebelum memutuskan seseorang tersebut bersalah atau

tidaknya dalam sengketa antara pasien dengan tenaga keseahtan.

Dalam hal integritas dan autentikasi isi rekam medis sangat dibutuhkan

melihat bahwa kesalahan atau ketidakakuratan isi rekam medis berpotensi

merugikan pasien maupun tenaga keseahtan. Integritas dan autentikasi


18

merupakan aspek dalam menjaga keamanan dan keaukuratan data beserta

informasi yang terkandung didalam rekam medis elektronik. integritas sendiri

memberikan jaminan bahwa data dan informasi rekam medis tidak terdapat

perubahan tanpa sepengetahuan dari tanaga kesehatan yang mengisi rekam

medis.

Autentikasi merupakan aspek yang berhubungan dengan hak akses, yang

artinya tenaga kesehatan yang memiliki kewenangan yang dapat mengakses

informasi dalam rekam medis elektronik 40 . kedua aspek tersebut dapat di

peroleh dengan menerapkan tanda tangan elektronik sebagai alat verifikasi dan

autentifikasi atas isi rekam medis dan penanda tangan atau pembuatan catatan

rekam medis berdasarkan Pasal 31 Ayat 1 Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun

2022 tentang rekam medis. Penerapan tanda tangan elektronik pada rekam medis

elektronik merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban seseorang karena

tanda tangan elektronik merupakan suatu cara menjamin keaslian suatu dokumen

elektronik serta menjaga supaya yang membuat atau menginput dalam suatu

waktu tidak dapat menyangkal bahwa dialah yang membuat atau penginput data

tersebut . Hal inilah sangat dibutuhkan dalam rekam medis sebagai alat bukti

hukum agar tidak ada nir-sangkal ketika rekam medis menjadi dijadikan alat

pembuktian perkara persidangan.

Menurut Hj. Efa Laela Fakhriah dalam jenis alat bukti yang dapat

dikatagorikan sebagai alat bukti elektronik yakni :

1. Foto dan hasil rekaman

2. Hasil print out dari mesin faximili


19

3. Microfilm

4. Email/surat elektronik

5. Video teleconference

2.1.6. Tujuan dan Kegunaan Rekam Medis

a. Tujuan Rekam Medis

Peraturan Menteri Kesehatan No 24 Tahun 2022, pasal 25 : Dokumen

Rekam Medis milik Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Fasilitas Pelayanan

Kesehatan bertanggung jawab atas hilang, rusak, pemalsuan dan/atau

penggunaan oleh orang, dan/atau badan yang tidak berhak terhadap dokumen

Rekam Medis. Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan No 24 Tahun 2022

menjelaskan bahwa pengaturan rekam medis bertujuan untuk :

1) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan;memberikan kepastian hukum

dalam penyelenggaraan dan pengelolaan rekam medis;

2) Menjamin keamanan, kerahasiaan, keutuhan, dan ketersediaan data rekam

medis; dan

3) Mewujudkan penyelenggaraan dan pengelolaan rekam medis yang

berbasis digital dan terintegrasi.

b. Kegunaan Rekam Medis

1) Aspek Administrasi

Rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut

tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis

dan para medis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan. Seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khusunya dalam bidang


20

teknologi informasi yang sudah memasuki bidang kesehatan, maka

penggunaannya di dalam rekam medis saat ini sangat diperlukan karena kita

melihat proses pengobatan dan tindakan yang diberikan atas diri seorang

pasien dapat diakses secaara langsung oleh bagian yang berwenang atas

pemeriksaan tersebut. Kemudian pengolahan data-data medis secara

komputerisasi juga akan memudahkan semua pihak yang berwenang dalam

hal ini petugas administrasi disuatu instansi pelayanan kesehatan dapat segera

mengetahui rincian biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien selama pasien

yang menjalani pengobatan di rumah sakit.

2) Aspek Medis

Suatu rekam medis mempunyai nilai medis, karena catatan tersebut

dipergunakan sebagai dasar untuk mrencenakan pengobatan/ perawatan yang

diberikan kepada seorang pasien dan dalam rangka mempertahankan

sertameningkatkan mutu pelayanan melalui kegiatan audit medis, manajemen

resiko klinis serta keamanan/ keselamatan pasien dan kendali biaya.

3) Aspek Hukum

Suatu rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya

menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan,

dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan sebagai

tanda bukti untuk menegakkan keadilan, Rekam Medis adalah milik Dokter

dan Rumah Sakit sedangkan isinya yang terdiri dari Identitas Pasien,

Pemeriksaan, pengobatan, Tindakan dan Pelayanan lain yang telah diberikan

kepada pasien adalah sebagai informasi yang dapat dimiliki oleh pasien
21

sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku Undang-

Undang Praktik Kedokteran RI No 29 Tahun 2004 Pasal 46 ayat (1).

4) Aspek Keuangan

Semua rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya mengandung

data atau informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek keuangan.

Kaitannya rekam medis dengan aspek keuangan sangat erat sekali dalam hal

pengobatan, terapi serta tindakan-tindakan apa saja yang diberikan kepada

seorang pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit, oleh karena itu

penggunaan sistem teknologi didalam proses penyelenggaraan rekam medis

sangat diharapkan sekali untuk diterapkan pada setiap instansi pelayanan

kesehatan.

5) Aspek-Aspek Penelitian

Suatu rekam medis mempunyai nilai penelitian karena isinya

menyangkut data dan informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek

pendukung penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang

kesehatan.

6) Aspek Pendidikan

Suatu rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya

menyangkut data dan informasi tentang perkembangan kronologis dan

kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien, informasi tersebut

dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pengajaran dibidang profesi

pendidikan kesehatan.

7) Aspek Dokumentasi
22

Suatu rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya

menyangkut seumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai

sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit. Perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dapat diaplikasikan penerapannya

didalam penyelenggaraan dan pengelolaan rekam medis seorang pasien dapat

dilaksanakan dengan mudah dan efektif sesuai aturan serta prosedur yang

telah ditetapkan.

2.2. Konsep Penelitian

1. Konsep Pengaturan Rekam Medis

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan

Pasal 176 ayat (1) :”setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus

menyimpan rahasia kesehatan pribadi pasien”.

Pasal 274 huruf c : “ tenaga medis dan tenaga kesehatan dalam

menjalankan praktik wajib menjaga rahasia kesehatan pasien “.

Huruf d : “ membuat dan menyimpan catatan dan / atau dokumen

tentang pemeriksaan, asuhan dan tindakan yang dilakukan

Pasal 301 ayat (1) : “ setiap tenaga medis dan tenaga kesehatan dalam

melaksanakan pelayanan kesehatan wajib menyimpan rahasia

kesehatan pribadi pasien”.

b. Peraturan Menteri Kesehatan No 36 Tahun 2012 tentang Rahasia

Kedokteran Pasal 1 : Rekam medis adalah berkas yang berisikan

catatan dan dokumententang identitas pasien, pemeriksaan,


23

pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang diberikan kepada

pasien, termasuk dalam bentuk elektronik.

c. Peraturan Menteri Kesehatan No 55 Tahun 2013 tentang

Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis Pasal 1: Rekam medis

adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas

pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang

diberikan kepada pasien pada fasilitas pelayanan kesehatan.

d. Permenkes No 24 Tahun 2022 Tentang Rekam Medis Pasal 1: Rekam

Medis adalah dokumen yang berisikan data identitas pasien,

pemeriksaan, pengobatan, tindakan,dan pelayanan lain yang telah

diberikan kepada pasien.

2. Konsep Rekam Medis Elektronik

Rekam Medis Elektronik (RME) merupakan teknologi pendukung yang

memungkinkan memberikan pelayanan yang berkualitas dan cepat dibandingkan

dengan rekam medis berbasis kertas.Berbagai rumah sakit di dunia termasuk di

Indonesia telah menggunakan rekam medis elektronik sebagai pengganti atau

pelengkap rekam medis berbasis kertas. Seiring perkembangannya rekam medis

elektronik adalah pusat atau bisa dikatakan sebagai jantungnya informasi dalam

sistem informasi rumah sakit itu sendiri.

a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2022 Pasal 1: Rekam Medis

Elektronik adalah rekam medis yangdibuat dengan menggunakan sistem

elektronik yangdiperuntukkan bagi penyelenggaraan Rekam Medis.


24

b. Rekam Medis Elektronik (RME) merupakan sistem informasi kesehatan

terkomputerisasi yang berisi data sosial dan data medis pasien, serta dapat

dilengkapi dengan sistem pendukung keputusan (Andriani, R., Kusnanto, H.,

& Istiono, W, 2017). 3

c. Rekaman/catatan elektronik tentang informasi terkait kesehatan

(healthrelated information) seseorang yang yang dibuat, dikumpulkan,

dikelola, digunakan dan dirujuk oleh dokter atau tenaga kesehatan yang

berhak (authorized) di satu organisasi pelayanan kesehatan.

d. Rekam medis elektronik adalah gudang penyimpanan informasi secara

elektronik mengenai status kesehatan dan layanan kesehatan yang diperoleh

pasien sepanjang hidupnya, tersimpan sedemikian hingga dapat melayani

berbagai pengguna rekam yang sah (Shortliffe, 2001)4

3. Konsep Aspek Hukum Rekam Medis

Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023tentang Kesehatan Pasal

192, Rumah Sakit bertanggungjawab secara hukum terhadap semua kerugian

yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh Sumber Daya Manusia

Kesehatan Rumah Sakit. Tanggung jawab hukum rumah sakit dalam pelaksanaan

pelayanan kesehatan terhadap pasien dapat dilihat dari aspek etika profesi,

hukum adminstrasi, hukum perdata dan hukum pidana. Pasien dan dari waktu-

kewaktu.Kewajiban untuk penyelenggaraan rekam medis untuk rumah sakit

3Rika Andriani, Hari Kusnanto, and Wahyudi Istiono, “Analisis Kesuksesan Implementasi Rekam
Medis Elektronik Di Rs Universitas Gadjah Mada,” Jurnal Sistem Informasi 13, no. 2 (2017): 90,
https://jsi.cs.ui.ac.id/index.php/jsi/article/view/544/354.

4 Shorthliffe, H. Edward, 2001, Medical Informatics : computer applications in health care.


Springer Journal , diakes 30 Maret 2023 dari https://link.springer.com/book/10.1007/978-0-387-
21721-5
25

diatur dalam Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan Pasal

296 mengenai kewajiban rumah sakit, ayat (2) : “ dalam hal pelayanan kesehatan

perseorangan dilaksanakan pada fasilitas pelayanan kesehatan selain tempat

praktik mandiri, penyelenggaraan rekam medis merupakan tanggung jawab

fasilitas pelayanan kesehatan”. Pada pasal 300 ayat (1), “ dalam

menyelenggarakan Upaya Kesehatan masyarakat, Tenaga Medis dan Tenaga

Kesehatan wajib membuat catatan Pelayanan Kesehatan.

Kepemilikan dan isi rekam medis diatur dalam Peraturan Menteri

Kesehatan No 24 Tahun 2022 dalam Pasal 25 :

a. Dokumen Rekam Medis milik Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan bertanggung jawab atas hilang, rusak,

pemalsuan dan/atau penggunaan oleh orang, dan/atau badan yang tidak berhak

terhadap dokumen Rekam Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Selanjutnya pada pasal 26 dijelaskan lebih lanjut :

a. Isi Rekam Medis milik Pasien.

b. Isi Rekam Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada

Pasien.

c. Selain kepada Pasien, Rekam Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dapat disampaikan kepada keluarga terdekat atau pihak lain.

d. Penyampaian Rekam Medis kepada keluarga terdekat sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) dilakukan dalam hal:

a. Pasien di bawah umur 18 (delapan belas) tahun; dan/atau

b. Pasien dalam keadaan darurat.


26

e. Penyampaian Rekam Medis kepada pihak lain sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Pasien.

f. Isi Rekam Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit terdiri

atas:

1) identitas Pasien;

2) hasil pemeriksaan fisik dan penunjang;

3) diagnosis, pengobatan, dan rencana tindak lanjut pelayanan kesehatan;

dan nama dan tanda tangan Tenaga Kesehatan pemberi pelayanan

kesehatan.

g. Rekam Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dibuat oleh

penanggung jawab pelayanan.

h. Rekam Medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus diberikan kepada

Pasien rawat inap dan rawat darurat pada saat pulang, atau kepada Fasilitas

Pelayanan Kesehatan penerima rujukan pada saat melakukan rujukan.

i. Selain untuk Pasien rawat inap dan rawat darurat sebagaimana dimaksud pada

ayat (8), Rekam Medis dapat diberikan kepada Pasien rawat jalan apabila

dibutuhkan.

j. Rekam Medis yang ditujukan kepada Fasilitas Pelayanan Kesehatan

penerima rujukan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) menjadi bagian dari

surat rujukan dalam sistem rujukan pelayanan kesehatan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

k. Rekam Medis yang diberikan pada saat Pasien pulang sebagaimana

dimaksud pada ayat (8) dan ayat (9) berupa surat yang dikirimkan dan
27

diterima dalam bentuk elektronik dengan menggunakan jaringan supervisi

atau alat komunikasi elektronik lain termasuk ponsel atau dalam bentuk

tercetak.

Rumah sakit bertanggung jawab untuk melindungi informasi yang ada di

dalam rekam medis terhadap kemungkinan hilangnya keterangan atau pun

memasukkan data yang ada di dalam berkas medis atau dipergunakan oleh orang

tidak berwenang menggunakannya. Rekam medis harus diberi data yang cukup

terperinci, sehingga dokter lain dapat mengetahui bagaimana pengobatan dan

perawatan serta tindakan yang diberikan kepada pasien dan konsulen dapat

memberikan pendapatan yang tepat setelah dia memeriksanya ataupun dokter

yang bersangkutan dapat memperkirakan kembali keadaan pasien yang akan

datang dari prosedur yang telah dilaksanakan.

Gemala R. Hatta dalam makalahnya yang berjudul Peranan Rekam Medis

(medical record) dalam Hukum Kedokteran, menyatakan rekam medis

dirumuskan sebagai kumpulan segala kegiatan yang dilakukan oleh para pelayan

kesehatan yang ditulis, digambarkan, atas aktivitas terhadap pasien. Rekam medis

harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik.

Berdasarkan Undang – Undang Praktik Kedokteran No. 29 Tahun 2009

Pasal 46 ayat (1) menyatakan bahwa setiap Dokter atau Dokter gigi dalam

menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis. Tanggung jawab

utama atas kelengkapan pengisian rekam medis terletak pada dokter dan dokter

gigi yang merawat. Dokter atau dokter gigi yang merawat bertanggung jawab

akan kelengkapan dan kebenaran isi rekam medis. Dalam mencatat beberapa
28

keterangan seperti riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan ringkasan keluar

(resume kemungkinan dapat didelegasikan pada asisten ahli dan dokter lainnya).

Sanksi hukum, sanksi disiplin dan etik bisa dikenakan kepada dokter dan

dokter gigi yang tidak membuat rekam medis sesuai dengan Undang – Undang

Praktik Kedokteran, Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia, Kode Etik

Kedokteran Indonesia (KODEKI) dan Kode Etik Kedokteran Gigi Indonesia

(KODEKGI). Sesuai dengan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor

16/KKI/PER/VIII/2006 tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan

Pelanggaran Disiplin MKDKI dan MKDKIP (Konsil Kedokteran Indonesia,

2006c), Pemberian sanksi disiplin bisa berupa beberapa supervisi yaitu :

a. Pemberian peringatan tertulis.

b. Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat izin

c. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan

kedokteran atau kedokteran gigi. 5

4. Konsep Profesional Pemberi Asuhan

Rencana strategis yang tertuang dalam Permenkes No 21 tahun 2020

tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2020-2024 terkait rekam

medis disebutkan :

a. Pengembangan juga dilakukan terhadap sistem rekam medis elektronik yang

dapat mendukung pertukaran data resume medis pasien antar rumah sakit

(smart care).

5Konsil Kedokteran Indonesia, Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia (Indonesia, 2014),


https://peraturan.go.id/files/bn438-2014.pdf.
29

b. Inovasi dan pemanfaatan teknologi dalam pelayanan kesehatan meliputi

perluasan sistem rujukan online termasuk integrasi fasilitas kesehatan swasta

dalam sistem rujukan, perluasan cakupan dan pengembangan jenis layanan

telemedicine, digitalisasi rekam medis dan rekam medis online.

c. Perluasan cakupan dan pengembangan jenis layanan telemedicine, digitalisasi

rekam medis dan rekam medis online; perluasan pelayanan kesehatan bergerak

(flying health care) dan gugus pulau.

d. Persentase RS yang menerapkan Rekam Medis Elektronik (RME) terintegrasi

sebesar 100%.

e. Revisi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang

Rekam Medis.

Melihat dari rencana strategis dan telah di sahkan Peraturan Menteri

Kesehatan No 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis Elektronik , maka dalam

pengaturan tenaga kesehatan pemberi pelayanan disebutkan : Tenaga Kesehatan

adalah setiap orang yang mengabdikandiri dalam bidang kesehatan serta

memiliki pengetahuandan/atau keterampilan melalui pendidikan di

bidangkesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukankewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan.Pasien adalah setiap orang yang melakukan

konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang

diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung di Fasilitas Pelayanan

Kesehatan.

Undang – Undang No 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan menyebutkan :

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
30

kesehatan serta memiliki sikap profesional, pengetahuan, dan keterampilan

melalui pendidikan tinggi yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan

untuk melakukan Upaya Kesehatan.Profesional pemberi asuhan adalah mereka

yang secara langsung memberikan asuhan kepada pasien antara lain dokter,

perawat, bidan, ahli gizi, apoteker, psikolog klinis, fisioterapis, dan tenaga

kesehatan lainnya. Profesi kesehatan yang disebutkan sebagai profesional

pemberi asuhan adalah tenaga kesehatan sesuai dengan Pasal 197 - 199 Undang –

Undang Kesehatan No 17 disebutkan sumber daya manusia kesehatan terdiri dari

tenaga medis, tenaga kesehatan dan tenaga pendukung atau penunjang kesehatan.

a. Tenaga medis Dokter meliputi dokter, dokter spesialis dan dokter sub

spesialis.

b. Tenga medis dokter gigi terdiri atas dokter gigi, dokter gigi spesialis dan

dokter gigi sub spesialis.

c. Tenaga psikologi klinis

d. Tenaga keperawatan

e. Tenaga kebidanan

f. Tenaga kefarmasian

g. Tenaga kesehatan masyarakat

h. Tenaga kesehatan lingkungan

i. Tenaga gizi

j. Tenaga keterapian fisik

k. Tenaga keteknisian medis

l. Tenaga teknik biomedika


31

m.Tenaga kesehatan tradisional

n. Tenaga kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri

2.3. Landasan Teori

Penggunaan teori – teori hukum dan konsep pada dasarnya sangat penting

sebagai pisau analisis atau dasar pemikiran dalam memecahan suatu masalah

pada suatu penelitian. Penelitian ini menggunakan 4 (lima) landasan teori dan 4

(lima) konsep sebagimana sudah dijabarkan dalam konsep diatas yang digunakan

sebagai pisau analisis atau dasar pemikiran beserta kerangka pemikiran pada

penelitian ini.

1. Teori Efektivitas Hukum

Efektivitas merupakan kata dalam bahasa Inggris yaitu effective yang

memiliki arti berhasil ditaati. Menurut pendapat Amin Tunggal Widjaya dalam

bukunya, efektivitas merupakan hasil dari sebuah keputusan yang mengarah

kepada tindakan yang benar yang dapat membantu memenuhi pencapaian misi

atau tujuan perusahaan. Sementara Permata Wesha memberikan pendapat bahwa

efektifitas adalah suatu upaya yang dilakukan manusia dan dikatakan berhasil dan

upaya tersebut berguna bagi masyarakat lainnya. Pada umumnya, untuk

mengukur efektivitas kerja digunakan 4 (empat) pertimbangan yaitu ,

pertimbangan psikologi, pertimbangan ekonomi, pertimbangan fisiologi dan

pertimbangan sosial.Berdasarkan teori efektivitas hukum yang dikemukakan

Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa “ efektif atau tidaknya suatu peraturan

ditentukan oleh 5 (lima) faktor, yakni :


32

a. Faktor hukum itu sendiri, yaitu hukum berfungsi untuk keadilan, kepastian

dan kemanfaatan

b. Faktor penegak hukum, yaitu dalam berfungsinya hukum, mentalitas atau

kepribadian aparat penegak hukum memainkan peran penting, jika

peraturannya sudah baik, namun aparat petugas hukum kurang baik, maka

terjadi ketimpangan

c. Faktor sarana dan fasilitas, yaitu sarana atau fasilitas yang mempunyai

peranan yang sangat penting dalam penegakan hukum.

d. Faktor masyarakat, masyarakat dalam hal ini menjadi salah satu faktor yang

cukup berpengaruh

e. Faktor kebudayaan, dimana kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat

penting bagi manusia, yaitu mengatur agar manusai dapat mengerti

bagaimana seharusnya bertindak, berbuat dan menentukan sikap mereka

ketika berhubungan dengan orang lain6.

2. Teori Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu

konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian,

kemanfaatan, dan kedamaian. Terdapat beberapa pendapat terkait perlindungan

hukum yaitu :

a. Menurut Satjipto Raharjo perlindungan hukum adalah adanya upaya

melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu hak

asasi manusia kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka

6Brigitta Maria Bereklau and Kadek Agus Sudiarawan, “Implemetasi Teori Efektivitas Terhadap
Fungsi Posbakum Di Pengadilan Tata Usaha Negara Denpasar,” Kerttha Desa 8, no. 8 (2020): 6,
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthadesa/article/view/66333/37256.
33

kepentingan tersebut

b. Menurut Soerjono Soekanto, perlindungan hukum pada dasarnya merupakan

perlindungan yang diberikan kepada subjek hukum dalam bentuk perangkat

hukum.

c. Menurut Setiono perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk

melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang

tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan

ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya

sebagai manusia.

d. Menurut Muchsin perlindungan hukum adalah kegiatan untuk melindungi

individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang

menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban

dalam pergaulan hidup antara sesama manusia.

e. Menurut Philipus M.Hadjon, perlindungan hukum adalah perlindungan

harkat dan martabat serta pengakuan terhadap hak asasi manusia yang

dimiliki oleh subjek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari

kesewenangan.

3. Teori Kepastian Hukum

Kepastian hukum dimaknai sebagai suatu keadaan dimana telah pastinya

hukum karena adanya kekuatan yang konkret bagi hukum yang bersangkutan.

Van Apeldoom menjelaskan bahwa kepastian hukum memiliki dua segi, yaitu

dapat ditentukannya hukum dalam hal yang konkret dan keamanan hukum.

Kepastian hukum menunjuk kepada pemberlakuan hukum yang jelas, tetap dan
34

konsisten dimana pelaksanaannya tidak dapat dipengaruhi oleh keadaan –

keadaaan yang sifatnya subjektif. Gustav Radburch memberi kontribusi mendasar

pada topik kepastian hukum, dimana kepastian hukum memiliki 3 (tiga) tujuan

atau nilai dasar yaitu keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. Pada

pelaksanaannya, kepastian hukum bisa berbenturan dengan kemanfaatan atau

keadilan. Mengantisipasi hal tersebut, Gustav Radbruch memberikan jalan keluar

melalui ajaran prioritas baku dengan memeberikan patokan yakni prioritas

pertama keadilan, kedua manfaat dan ketiga kepastian hukum. 7

Teori kepastian hukum digunakan untuk menjawab permasalahan pertama

dan kedua dalam penelitian ini. Teori ini dimaksudkan untuk menunjukkan dan

memebrikan kepastian hukum terhadap pendokumentasian rekam medis

elektronik oleh professional pemberi asuhan. Kepastian hukum dalam pengaturan

rekam medis elektronik dalam Peraturan menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun

2022 dalam hal ini mengatur pendokumentasian rekam medis hingga reaktivasi

rekam medis jika terdapat kesalahan input data sehingga perlu dikaji

pelaksanaannya agar sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

4. Teori Interoperabilitas

Informasi kesehatan seharusnya dibagikan secara mudah antara perangkat

medis dan sistem enterprise untuk mengoptimalkan layanan kesehatan. Informasi

tersebut harus memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan dan fungsi kesehatan

masyarakat, serta informasi tersebut harus komprehensif, terintegrasi dan

berkualitas. Selain itu, informasi kesehatan pasien seharusnya dapat

7Mohammad Muslih, “Negara Hukum Indonesia Dalam Perspektif Teori Hukum Gustav
Radbruch,” Legalitas 4, no. 1 (2013): 130–152,
http://legalitas.unbari.ac.id/index.php/Legalitas/article/view/117.
35

dipertukarkan antar penyedia layanan kesehatan, lembaga resmi dan harus

tersedia untuk orang yang tepat, pada waktu dan tempat yang tepat. Untuk

tercapainya pertukaran informasi kesehatan, sistem informasi kesehatan yang

berbeda, baik di dalam maupun di luar organisasi harus interoperabel.

Interoperabilitas penting untuk perawatan pasien karena data vital pasien dapat

dibagikan di antara pemangku kepentingan, yang akan mengurangi kesalahan

medis, tes yang tidak perlu, dan pengambilan keputusan yang efisien.

Pemahaman interoperabilitas layanan kesehatan adalah kemampuan sistem

teknologi informasi dan aplikasi perangkat lunak yang berbeda untuk

berkomunikasi, bertukar data secara akurat, efektif dan konsisten dan

menggunakan informasi yang telah dipertukarkan.

Mengatakan bahwa dua atau lebih sistem informasi adalah interoperabel, tidak

hanya kemampuan untuk bertukar informasi, tetapi mereka juga harus dapat

menggunakan informasi yang dipertukarkan. Interoperabilitas membutuhkan

standar untuk memastikan data yang dibagikan dalam sistem kesehatan tersedia

dan mempertahankan makna dan konteks yang sama di seluruh proses perawatan

klinis yang berbeda. Interoperabilitas dimungkinkan oleh penerapan standar.

Interoperabilitas dalam penelitian ini akan digunakan untuk menjawab masalah

gap antara pendokumentasian rekam medis konvensional ke rekam medis

elektronik. Bagaimana hasil perubahan metode pendokuementasian yang telah

dilakukan untuk melihat dampak perubahan sistem elektronik yang dijalankan.

2.4. Konsep Hak dan Kewajiban

2.4.1. Konsep Hak dan Kewajiban


36

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2023 tentang

Kesehatan (Pemerintah Pusat Indonesia, 2023b) menyebutkan Pasien adalah

setiap orang yang memperoleh Pelayanan Kesehatan dari Tenaga Medis dan/ atau

Tenaga Kesehatan.

a. Hak adalah kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki seseorang atau badan

hukum untuk mendapatkan atau memutuskan untuk berbuat sesuatu, sedang

kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan, hak pasien yaitu hak pribadi

yang dimiliki setiap manusia sebagai pasien (Danny Wiradharma,2010). Pasien

sebagai konsumen kesehatan memiliki perlindungan diri dari kemungkinan upaya

pelayanan kesehatan yang tidak bertanggung jawab seperti penelantaran, pasien

juga berhak atas keselamatan, keamanan dan kenyamanan terhadap pelayanan

jasa Kesehatan yang diterimanya, dengan hak tersebut maka konsumen akan

terlindungi dari praktek profesi yang mengancam keselamatan atau Kesehatan.

Hak pasien sebenarnya merupakan hak yang asasi yang bersumber dari hak dasar

individu dalam bidang kesehatan, (the right of self determination), meskipun

sebenarnya sama fundamentalnya, namun hak atas pelayanan kesehataan sering

dianggap lebih mendasar, dalam hubungan dokter–pasien,secara relatif pasien

berada dalam posisi yang lemah, kekurang mampuan pasien untuk membela

kepentingannya dalam situasi pelayanan kesehatan menyebabkan timbulnya

kebutuhan untuk mempermasalahkan hak-hak pasien dalam menghadapi para

profesional kesehatan.

a. Hak Pasien
37

Beberapa hak telah diakui dan dihormati dalam hubungan profesional

dokter pasien, hak-hak tersebut tertuang pada Pasal 4 UU Kesehatan antara lain:

1. Hak atas informasi medik

Dalam hal ini pasien berhak mengetahui segala sesuatu yang berkaitan

dengan keadaan penyakit, yakni tentang diaknosis, tindak medik yang akan

dilakukan, resiko dari dilakukan atau tidak dilakukannya tindak medik tersebut.

Informasi medik yang berhak diketahui oleh pasien, termasuk pula dengan

identitas dokter yang merawat serta aturan-aturan yang berlaku di rumah sakit

tempat pasien dirawat (misalnya tentang tarif dan cara pembayaran pada rumah

sakit tersebut). Dokter dapat menahan informasi, apabila hal tersebut akan

melemahkan daya tahan pasien.

2. Hak memberikan persetujuan medik

Persetujuan tindak medik (informed consent) merupakan hal yang sangat

prinsip dalam profesi kedokteran, bila ditinjau dari sudut hukum perdata maupun

pidana, dari sudut perdata, hubungan professional dokter dengan pasien

merupakan suatu kontrak trapeutikdan demikian hukum perikatan berlaku

sepenuhnya, hanya saja perlu diingat bahwa kontrak terapeutik itu bukanlah

perikatan berdasarkan hasil (resultaatsverbitennis), melainkan termasuk dalam

kategori perikatan berdasarkan upaya/usaha yang maksimal

(inspanningsverbitennis), dapat disebut wanprestasi (ingkar janji) apabila salah

satu pihak tidak melaksanakan, terlambat melaksanakan atau salah melaksanakan

hal yang diperjanjikan.

3. Hak untuk memilih dokter atau rumah sakit


38

Walaupun pada dasarnya setiap dokter dianggap memiliki kemampuan

yang sama untuk melakukan tindak medik dalam bidangnya, namun pasien tetap

berhak memilih dokter atau Rumah Sakit yang dikehendakinya, hak ini dapat

dilaksanakan oleh pasien tentu saja dengan pelbagai konsekuensi yang harus

ditanggungnya, misalnya masalah biaya.

4. Hak atas rahasia medik.

Rumusan rahasia medik seperti yang tercantum dalam beberapa literatur, adalah:

1) Segala sesuatu yang disampaikan oleh pasien (secara sadar atau tidak

sadar) kepada dokter.

2) Segala sesuatu yang diketahui oleh dokter sewaktu mengobati dan

merawat pasien. Etika kedokteran menyatakan bahwa rahasia ini harus

dihormati oleh dokter, bahkan setelah pasien meninggal.

5. Hak untuk menolak pengobatan atau perawatan serta tindak medik.

Hak ini sebagai hak untuk memutuskan hubungan antara dokter-pasien,

dan hal ini memberikan keleluasaan kepada pasien untuk memperoleh

alternatif tindak medik yang lain. Hak ini merupakan perwujudan pasien

untuk menentukan nasibnya sendiri (the right of self-determination),

dengan demikian dokter atau Rumah Sakit tidak boleh memaksa pasien

untuk menerima suatu tindak medik tertentu, melainkan dokter harus

menjelaskan risiko atau kemungkinan yang terjadi bila tindakan medik itu

tidak dilakukan, bila setelah menerima penjelasan pasien tetap menolak,

maka pasien harus menandatangani penolakannya itu, dalam kategori ini,

dapat dimasukkan hak pasien untuk menghentikan perawatan atau


39

pengobatan atas dirinya, meskipun tidak juga dapat diterapkan secara

kaku (misalnya tidak ada lagi uang untuk membiayai pengobatan

tersebut).

6. Hak atas second opinion

Dalam usaha untuk mendapatkan “second opinion” dari dokter lain, maka

dokter pertama tidak boleh tersinggung, demikian pula dengan keputusan pasien

setelah mendapatkan second opinion, tentu saja akibat yang timbul dari perbuatan

pasien itu merupakan konsekuensi pasien itu sendiri.

7. Hak untuk mengetahui isi rekam medik

Secara umum telah diketahui bahwa pasien adalah pemilik isi rekam medik,

tetapi dokter atau rumah sakit merupakan pemilik berkas rekam medik serta

bertanggung jawab penuh atas rekam medik tersebut, apabila pasien

menghendaki keluarga atau pengacaranya untuk mengetahui rekam medik

tersebut, maka pasien harus membuat ijin tertulis atau surat kuasa untuk itu,

berdasarkan ijin itu, dokter atau rumah sakit dapat memberikan ringkasan atau

fotokopi rekam medik tersebut, meskipun dokter atau rumah sakit harus tetap

menjaga rekam medik tersebut dari orang yang tidak berhak (Agustina, Enny,

2020).

8. Hak pasien yang lainnya sebagai konsumen adalah hak untuk didengar

dan mendapatkan ganti rugi apabila pelayanan yang didapatkan tidak

sebagaimana mestinya, masyarakat sebagai konsumen dapat menyampaikan

keluhannya kepada pihak rumah sakit sebagai upaya perbaikan Rumah Sakit

dalam pelayanannya.
40

b. Kewajiban pasien

Sama halnya dengan hak, tentu saja pasien mempunyai kewajiban-

kewajiban yang harus dipenuhi, guna untuk tercapainya kesembuhan dan sebagai

imbangan dari hak-hak yang telah diperolehnya, karena pada hakekatnya

keseimbangan hak dan kewajiban merupakan tolak ukur tercapainya suatu

keadilan didalam suatu tindakan, dalam hal hubungan antara dua pihak (dokter-

pasien), maka hak yang satu harus diimbangi oleh kewajiban pihak yang lainnya,

begitu juga dengan sebaliknya.

Pasal 5 ayat (1) UU Kesehatan menyatakan kewajiban pasien yaitu :

a. mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat Kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya;

b. menjaga dan meningkatkan derajat Kesehatan bag orang lain yang

menjadi tanggung jawabnya;

c. menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan yang

sehat;

d. menerapkan perilaku hidup sehat dan menghormati hak Kesehatan orang

lain;

e. mematuhi kegiatan penanggulangan KLB atau Wabah; dan

f. mengikuti program jaminan kesehatan dalam sistem jaminan sosial

nasional

Selan itu kewajiban yang harus dilakukan pasien :

1. Memberikan informasi, berupa anamnesis mengenai keluhan utama,

keluhan tambahan, riwayat penyakit. Juga kerjasama pasien diperlukan


41

pada waktu dokter melakukan pemeriksaan fisik, misalnya apabila timbul

perasaan tertentu sewaktu diperiksa, pasien harus memberitahu dokternya.

Dengan demikian dokter bisa lebih tepat menegakkan diagnosis

penyakitnya

2. Mengikuti petunjuk atau nasehat untuk mempercepat proses kesembuhan

3. Mentaati peraturan rumah sakit yang pada dasarnya dibuat dalam rangka

menunjang upaya penyembuhan pasien-pasien yang dirawat, misalnya

jam kunjungan keluarga, kerabat, kebersihan,dan lain-lain

4. Melunasi biaya perawatan

5. Mentaati atau melaksanakan petunjuk atau nasehat dokter

6. Menyimpan rahasia pribadi dokter yang diketahui oleh pasien tersebut

Konsep ini penting sebagai bahan pembahasan memberi arah dalam

analisis permasalahan dalam rumusan pertama sehingga menjadi jelas, hak dan

kewajiban pasien yang harus di lindungi dan dipenuhi dalam kerangka kesadaran

atas tanggung jawab yuridis tenaga medis (Agustina, Enny, 2020).

c. Hak dan kewajiban dokter/Tenaga medis

Para ahli dalam bidang kesehatan melaksanakan profesi berdasarkan suatu

pekerjaan yang mengandung resiko. Jika tenaga medis/dokter telah melaksanakan

tugasnya dengan benar menurut tolok ukur profesional (standar profesi), maka

harus mendapat perlindungan hukum (H. Zein Asyhadie,2018).

Dalam pertanggungjawaban hukum maupun profesi dokter dalam praktik

mempunyai hak dan kewajiban.

Kewajiban Dokter adalah:


42

1) Memiliki Surat Izin Praktik (SIP);

2) Melaksanakan standar profesi, standar pelayanan dan standar oprasional

prosedur;

3) Memperkenalkan identitas;

4) Persetujuan tindakan medis;

5) Melaksanakan informed consent;

6) Membuat rekam;

7) Menjaga rahasia dokter;

8) Pengendalian mutu dan biaya;

9) Merujuk pasien;

10) Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan;dan

11) Menambah ilmu dan mengikuti perkembangan dunia kedokteran.

Hak Dokter adalah:

1) Hak untuk bekerja sesuai dengan standar profesi medis;

2) Hak menolak melakukan tindakan medis yang bertolak belakang dengan

hati nuraninya;

3) Hak menolak melaksanakan tindakan medis yang tidak dapat

dipertanggungjawabkan secara professional;

4) Hak untuk memilih pasien;

5) Hak untuk mengakhiri hubungan dengan pasien bila kerja sama sudah

tidak dimungkinkan lagi;

6) Hak atas “privacy”


43

7) Hak atas itikad baik dari pasien dalam memberikan informasi yang

berkaitan dengan penyakitnya;

8) Hak atas suatu “fair play”;

9) Hak untuk membela diri;

10) Hak untuk memperoleh honorarium; dan

11) Hak menolak mendapatkan kesaksian mengenai pasiennya di pengadilan

(Desriza Ratman,2014)

2.5. Konsep Penelitian

Menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon).

Memahami realitas kehidupan masyarakat merupakan sebuah tantangan.

Kebutuhan dan kepentingan individu seringkali bertentangan satu sama lain.

Akibatnya, perbedaan seringkali menimbulkan ketimpangan/disharmoni dalam

masyarakat. Hukum merupakan aturan yang diperlukan bagi interaksi manusia

dalam masyarakat.

Hukum dipandang sebagai salah satu aspek penting dalam masyarakat,

dengan tujuan menciptakan masyarakat yang nyaman dan berkeadilan. Tidak

jarang hukum dilanggar atau bahkan dimanipulasi fungsinya oleh orang-orang

yang mempunyai kepentingan dan menganggap bahwa undang-undang yang ada

tidak penting dalam masyarakat. Mereka adalah orang-orang yang tidak sadar

dan tidak menaati hukum. Hukum menjamin kepastian dan keadilan. Dalam

kehidupan bermasyarakat selalu terdapat perbedaan antara pola tingkah laku atau

aturan tingkah laku yang berlaku dalam masyarakat dengan pola tingkah laku

yang diwajibkan oleh norma (aturan) hukum. Hal ini dapat menimbulkan
44

masalah seperti kesenjangan sosial, yang terkadang mengakibatkan konflik.

Keadaan ini timbul karena undang-undang yang diundangkan diharapkan dapat

dijadikan pedoman (standar) dalam bertindak bagi masyarakat, tanpa kesadaran

hukum maka tidak akan ada kepatuhan hukum.

Dalam pelayanan dirumah sakit, tenaga medis/dokter pengisian rekam

medis elektronik pasien dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan atas dasar

perjanjian terapeutik sebelumnya. Namun jika tindakan tersebut dilakukan secara

tidak tepat, dalam hal ini melanggar seluruh standar prosedur yang ada sehingga

menimbulkan kerugian bagi pasien. Selanjutnya akibat pelanggaran prosedur

medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan pihak terkait dapat

menimbulkan kerugian bagi pasien dan penyelenggara pelayanan kesehatan.

BAB III METODE PENELITIAN


METODE PENELITIAN
45

3.1. Pendekatan Penelitian

Dalam membahas permasalahan penelitian ini, penulis melakukan jenis

penelitian yuridis normatif, Penelitian yuridis normatif yaitu penelitian yang

didasarkan pada peraturan perundang-undangan, teori-teori dan konsep- konsep

yang berhubungan dengan penulisan penelitian, Penelitian ini bersifat deskriptif

analisis yang merupakan pemaparan fakta – fakta hukum yang didapat melalui

penelitian selanjutnya dianalisis secara sistematis, oleh karena hal tersebut

penelitian ini dinamakan Penelitian Hukum. Hukum yang dijadikan sebagai objek

penelitian yaitu sebgai suatu norma kaidah yang mempedomani atau sebagai

patokan dalam perilaku manusia dalam mengambil hukum sebagai obyeknya.

Penelitian hukum memiliki beberapa jenis pendekatan penelitian yaitu

pendekatang perundang – undangan, pendekatan konseptual, pendekatan sejarah

aturan hukum, pendekatan perbandingan dan pendekatan kasus. 8Penelitian ini

menggunakan pendekatan undang – undang (statute approach) yang dilakukan

dengan menelaah semua undang - undang dan regulasi yang bersangkut paut

dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan berikutnya adalah

pendekatan sejarah(historical approach),pendekatan ini membantu peneliti dalam

memahami filosofi aturan hukum dari waktu ke waktu serta perubahan dan

perkembangan filosofi yang melandasi aturan hukum tersebut. 9Pendekatan yang

juga melengkapi penelitian ini adalah pendekatan fakta dimana menurut D.H.M

Meuwissen digambarkan gejala hukum normatif yaitu fakta sosial, bahwa sesuatu

itu benar karena didukung fakta. Penelitian juga menggunakan pendekatan

8 Pasek Diantha, Supasti Dharmawan, Gede Artha, 2018, Metode Penelitian Hukum dan
Penulisan Disertasi, Swasta Nulus, Denpasar Bali, hal 70
9Ibid , hal 166
46

konseptual (conceptual approach)pendekatan ini beranjak dari pandangan –

pandangan dan doktrin – doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum10

3.2. Jenis Sumber Data/ Bahan Hukum

3.2.1. Jenis Data

Adapun data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini yaitu data primer, data

sekunder, dan data tersier yaitu :

1. Bahan hukum primer dalam penelitian ini yaitu: data Rumah Sakit Pengguna

Rekam Medis Elektronik, hasil penelitian, karya ilmiah para sarjana, jurnal ,

buku – buku yang berhubungan erat dengan pokok permasalahan dalam

penelitian ini.

2. Bahan hukum sekunderdalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Undang - Undang Kesehatan No. 17 tahun 2023 tentang Kesehatan


b. Undang - Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan atas Undang -
Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi Transakasi Elektronik
c. Keputusan Menteri Kesehatan No 129 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 55 tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Rekam Medis.
e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan
Perizinan rumah sakit.
f. Peraturan Menteri Kesehatan No 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan 2020 – 2024.
g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 tahun 2022 tentang Rekam Medis.
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 18 Tahun 2022 tentang Satu Data
Kesehatan

3. Bahan hukum lainnya

Bahan hukum lainnya bersumber dari perkembangan dunia maya yang sangat

pesat , situs – situs internet memiliki peranan penting dalam mencari bahan –

bahan hukum.

10Ibid, hal 57
47

3.2.2. Sumber Data

Pada penelitian ini sumber data diperoleh dengan cara melakukan studi

kepustakaan dari berbagai literatur (library research) dan peraturan peraturan

yang berhubungan masalah pengelolaan sumber daya manusia kesehatan.

3.3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif, data

diperoleh dengan cara melakukan studi kepustakaan dari berbagai literatur

(library research) dan peraturan peraturan yang berhubungan masalah

pengelolaan sumber daya manusia kesehatan. Metode dokumentasi yaitu mencari

data mengenai hal – hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat

kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. 11Terkait

dengan Pengaturan Rekam Medis Elektronik di Rumah Sakit, studi dokumentasi

yang diperolah dari pengumpulan data penelitian dengan cara mempelajari

peraturan perundangan sebagai berikut :

a.Undang – Undang Kesehatan No. 17 tahun 2023 tentang Kesehatan


b. Undang – Undang Nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan atas Undang –
Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi Transakasi Elektronik
c.Keputusan Menteri Kesehatan No 129 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 55 tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Rekam Medis.
e.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan
Perizinan rumah sakit.
f. Peraturan Menteri Kesehatan No 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan 2020 – 2024.
g. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 tahun 2022 tentang Rekam Medis.
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 18 Tahun 2022 tentang Satu Data
Kesehatan.

3.4. Teknik Analisis Data

11OpCit…Suharsimi Arikunto hal 274


48

Analisa data dilakukan dengan cara kualitatif dengan pendekatan deskriptif

analitik, metode ini berfungsi untuk mendapatkan data – data secara mendalam,

data – data mana yang mengandung makna dan dapat mempengaruhi substansi

penelitian secara signifikan. Teknik ini digunakan proses berpikir induktif

artinya dalam pengujian hipotesis – hipotesis bertitik tolak dari data yang

terkumpul kemudian disimpulkan. Proses berpikir induktif dimulai dari

keputusan – keputusan khusus (data yang terkumpul) kemudian diambil

kesimpulan secara umum. Teknik ini biasanya digunakan untuk menganalisis

data yang diperoleh dari metode observasi, wawancara tak berstruktur dan

diskusi kelompok terarah (focus group discussion). 12

Analisa data dilaksanakan dengan cara menggabungkan bahan-bahan

hukum (yang merupakan data sekunder) dengan data primer yang diperoleh di

lapangan, diolah sedemikian rupa sehingga analisa dapat diuji kebenarannya.

3.5. Penyajian Hasil Analisis Data

Seluruh data yang terkumpul dengan lengkap dari lapangan dianalisis

sehingga dapat dipergunakan untuk menjawab persoalan penelitian. Menurut

Soerjono Soekanto, analisis data kualitatif adalah suatu cara analisis yang

menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden

secara tertulis atau lisan dan juga perilaku yang nyata, yang diteliti dan

dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.12 Teknik analisis data yang digunakan

untuk menganalisa data adalah analisa kualitatif model interaktif, yaitu

digunakan dengan cara interaksi, baik komponennya maupun dengan proses

pengumpulan data, dalam proses berbentuk siklus. Bahan hukum terkait


12OpCit..Soekidjo Notoatmodjo hal 189
49

dianalisis secara perskriptif dengan pendekatan konseptual dan peraturan

perundang-undangan Triangulasi data adalah validasi data kualitatif.

Pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai

waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik

pengumpulan data dan waktu. Penelitian ini akan mengumpukan sumber

informasi dari wawancara tiga sumber yaitu pimpinan rumah sakit, pengelola

program rekam medis elektronik dan pengguna rekam medis elektronik dalam

hal ini professional pemberi asuhan.

3.6. Kebaruan (Novelty)

Kebaruan dalam penelitian ini diperlukan supaya dapat menunjukkan

letak persamaan dan perbedaan antara penelitian yang terdahulu dengan

penelitian yang sedang dibuat sebagai pembanding dari penelitian yang

dilakukan peneliti. Berikut adalah beberapa penelitian yang relevan membahas

tentang rekam medis elektronik :

No Peneliti Judul Rumusan Masalah

1 Penelitian yang Kajian Yuridis 1. Bagaimana perbandingan


dilakukan oleh Pemakaian Rekam antara rekam medis manual
Cinthia Mutiara Medis Elektronik di dengan rekam medis
Hapsari, Program Rumah Sakit . elektronik ditinjau dari segi
Magister Ilmu keuntungan dan
Hukum kelemahannya?
Universitas Islam 2. Bagaimana keamanan
Indonesia , Tahun penyimpanan rekam medis
2014 elektronik dibandingkan
dengan rekam medis manual ?
3. Apakah rekam medis
elektronik dapat dijadikan
sebagai alat bukti apabila
terjadi kesalahan dalam
pemberian pelayanan
kesehatan?
50

2 Penelitian oleh Implementasi 1. Bagaimana implementasi


Lissa Hamama, Peraturan Menteri Peraturan Menteri Kesehatan
Magister Ilmu Kesehatan Nomor 24 Nomor 24 Tahun 2022
Hukum Tahun 2022 tentang tentang rekam medis
Universitas Bung Rekam Medis (keamanan dan perlindungan
Hatta, Tahun 2023 (Keamanan dan data rekam medis elektronik)
Perlindungan Data di RSUP DR. M Djamil
Rekam Medis Padang?
Elektronik) di RSUP 2. Apa saja kendala – kendala
DR. M Djamil dalam implementasi Peraturan
Padang Menteri Kesehatan Nomor 24
Tahun 2022 tentang rekam
medis (keamanan dan
perlindungan data rekam
medis elektronik) di RSUP
DR. M Djamil Padang?
3. Apa saja upaya – upaya yang
dilakukan RSUP Dr. M.
Djamil Padang untuk
mengatasi kendala –kendala
dalam implementasi Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 24
Tahun 2022 tentang rekam
medis (keamanan dan
perlindungan data rekam
medis elektronik) di RSUP
DR. M Djamil Padang?
3 Penelitian oleh Aspek Yuridis 1. Bagaimana rekam medis
Basyarudin , Rekam Medis elektronik dapat dijadikan
Dosen Sekolah Elektronik Dijadikan sebagai alat bukti apabila
Tinggi Ilmu Alat Bukti Apabila terjadi kesalahan dalam
Hukum Painan, Terjadi Kesalahan pemberian pelayanan
Banten , Tahun Pelayanan Kesehatan kesehatan Berdasarkan
2022 Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 269 Tahun 2008
tentang Rekam Medis

1. Persamaan dengan penelitian dari Cinthia Mutiara Hapsari pada yakni topik

mengenai rekam medis elektronik, perbedaannya terletak pada bahan hukum

primer yang digunakan pada penelitian tersebut masih dengan Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 269 Tahun 2008.13 Perbedaan juga terletak pada

13 Ibid,..Cinthia Mutiara Hapsari, 2014…


51

metodelogi penelitian yang digunakan, pada penelitian yang dilakukan oleh

Cinthia Mutiara Hapsari menggunakan kajian yuridis empiris sedangkan

peneliti menggunakan kajian yuridis normatif. Penelitian yang dilakukan

peneliti juga mencari dampak, hambatan dan solusi dalam hal kesalahan input

data rekam medis elektronik.

2. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lissa Hamama yakni topik

rekam medis elektronik dengan pengaturan dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 24 Tahun 2022.Perbedaan penelitian tersebut dengan yang

dilakukan peneliti adalah tujuan penelitian, dimana Lissa Hamama

menekankan pada implementasi dan upaya mengatasi kendala sedangkan

penelitian ini lebih fokus pada pengaturan penyalahgunaan ERM dan

dampak, hambatan dan solusi dari pendokumentasian rekam medis

elektronik.

3. Persamaan penelitian oleh Basyarudin dengan penelitian ini adalah topik

rekam medis elektronik dan rekam medis sebagai alat bukti pelayanan.

Perbedaan penelitian terletak pada bahan hukum primer, dimana penelitian

oleh Basyarudin masih menggunakan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

269 Tahun 2008 dengan kajian yuridis normatif. 14 Penelitian yang dilakukan

peneliti menggunakan pengaturan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24

Tahun 2022 dengan pendekatan yuridis empiris dengan melihat pengaturan

pendokumentasian rekam medis elektronik serta dampak, hambatan dan

solusi dalam hal kesalahan input data rekam medis elektronik.

14B Basyarudin, “Aspek Yuridis Rekam Medis Elektronik Dijadikan Alat Bukti Apabila Terjadi
Kesalahan Pelayanan Kesehatan,” Jurnal Cakrawala Ilmiah 1, no. 12 (2022): 3495–3510,
https://www.bajangjournal.com/index.php/JCI/article/view/3212.
52
53

3.7. Kerangka (Berpikir) Penelitian


Penyalahgunaan Wewenang Oleh Tenaga Kesehatan Dan Penyelenggara Sistem
Elektronik Dalam Implementasi Rekam Medis Elektronik

Latar Belakang
Implementasi RME juga menghadirkan beberapa tantangan, salah satunya adalah potensi
penyalahgunaan wewenang oleh tenaga kesehatan dan penyelenggara sistem elektronik.
Potensi penyalahgunaan wewenang ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti Akses
yang tidak sah ke data pasien oleh tenaga kesehatan yang tidak berwenang. Penggunaan
data pasien untuk tujuan yang tidak sah, seperti untuk kepentingan pribadi atau komersial.
Perubahan atau manipulasi data pasien, yang dapat membahayakan kesehatan pasien.
Kegagalan untuk menjaga kerahasiaan data pasien. Penting untuk melakukan penelitian
tentang penyalahgunaan wewenang dalam implementasi RME

Rumusan Masalah Kerangka Konseptual dan Teoritik

Bagaimanakah fasilitas layanan Teori Efektifitas Hukum


kesehatan dalam menyikapi adanya Teori Perlindungan Hukum
penyalahgunaan wewenang tenaga Teori Kepastian Hukum
kesehatan dan penyelenggara sistem Teori Interoperabilitas
elektronik dalam pelaksanaan Konsep Rekam Medis
Konsep Tujuan dan Kegunaan Rekam
rekam medis elektronik?
Medis
Apa yang menjadi hambatan Konsep Pengaturan Rekam Medis
sehingga penyalahgunaan Konsep Rekam Medis Elektronik
wewenang itu terjadi ? Konsep Aspek Hukum Rekam Medis
Apa akibat yang ditimbulkan Konsep Profesional Pemberi Asuhan
apabila implementasi rekam medis 11.Konsep Hak Dan Kewajiban Pasien
elektronik tidak terintegrasi dengan 12. Konsep Hak Dan Kewajiban Dokter
baik oleh tenaga kesehatan dan
penyelenggara sistem elektronik?

Metode Penelitian
Dalam membahas permasalahan penelitian ini, penulis melakukan jenis penelitian yuridis normatif
Penelitian yuridis normatif yaitu penelitian yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan, teori-
teori dan konsep- konsep yang berhubungan dengan penulisan penelitian. Data pada penelitian ini terdiri
dari data primer yang diperoleh dari sumber yang tersedia seperti perundang-undangan, hasil penelitian
dan buku.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Kesimpulan dan saran


54

DAFTAR PUSTAKA

Andrian, R., Kusnanto, H. and Istiono, W. (2017) Analisis Kesuksesan


Implementasi Rekam Medis Elektronik Di RS Universitas Gadjah Mada,
Jurnal Sistem Informasi, 13(2), 90-96. Available at:
https://jsi.cs.ui.ac.id/index.php/jsi/article/view/544/354.

Ariana, N. et al. (2021) The Effect of Eudamonic Value on Product Services,


Satisfaction and Happiness of Foreign Tourists in Bali, E-Journal of
Tourism, [S.l.], p. 265-282. Available at:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eot/article/view/82543/43155.

Arikunto, S. (2014) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.

Asshiddiqie and Jimly (2012) Gagasan Negara Hukum Indonesia, Majalah


Hukum Nasional. Available at: http://library.stik-ptik.ac.id/detail?
id=47442&lokasi=lokal.

Basyarudin (2022) Aspek Yuridis Rekam Medis Elektronik Dijadikan Alat Bukti
Apabila Terjadi Kesalahan Pelayanan Kesehatan, Jurnal Cakrawala
Ilmiah. Available at:
https://www.bajangjournal.com/index.php/JCI/article/view/3212.

Bereklau, B. M. and Sudiarawan, K. A. (2020) IMPLEMENTASI TEORI


EFEKTIVITAS TERHADAP PELAKSANAAN FUNGSI POSBAKUM DI
PENGADILAN TATA USAHA NEGARA DENPASAR, Kertha Desa.
Available at:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthadesa/article/view/66333/37256.

Diantha, P., Dharmawan, S. and Gede, A. (2018) Metode Penelitian Hukum dan
Penulisan Disertasi. Denpasar: Swasta Nulus.

Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik (2006) Pedoman Penyelenggaraan


Dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit Di Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (2022) Standar Akreditasi Rumah


Sakit, Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Dort, B. A. Van et al. (2021) Optimizing clinical decision support alerts in


electronic medical records: a systematic review of reported strategies
adopted by hospitals, Journal of the American Medical Informatics
Association. Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7810441/pdf/ocaa279.pd
55

f.

Hamama, L. (2023) Implementasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24


Tahun 2022 Tentang Rekam Medis (Keamanan Dan Perlindungan Data)
Di RSUP Dr. M. Djamil Padang, Universitas Bung Hatta. Available at:
http://repo.bunghatta.ac.id/11235/2/Cover-Pendahuluan.pdf.
HAPSARI, C. M. (2014) Kajian Yuridis Pemakaian Rekam Medis Elektronik Di
Rumah Sakit, Universitas Islam Indonesia. Available at:
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/8953/tesis softcopyy
FIX.pdf?sequence=1.

Hatta, G. R. and Sampurna, B. (2017) Pedoman Informasi Kesehatan Di Sarana


Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Huffman, E. K. (1994) Health Information Management. 10th edn. Edited by J.


Cofer and American Health Information Management Association.
berwyn, illinois: Physicians’ Record Company.

Julyano, M. and Sulistyawan, A. Y. (2019) Pemahaman Terhadap Asas


Kepastian Hukum Melalui Konstruksi Penalaran Positivisme Hukum,
Jurnal Crepido. Available at:
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/crepido/.

Kanal Pengetahuan FKKMK UGM (2022) Penerapan Teknologi Informasi


Dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan, Kanal Pengetahuan
FKKMK UGM. Available at:
https://kanalpengetahuan.fk.ugm.ac.id/penerapan-teknologi-informasi-
dalam-peningkatan-mutu-pelayanan-kesehatan/ (Accessed: 17 October
2023).

Kemenkes RI (2013) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 55 Tahun 2013


Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Rekam Medis. Indonesia.

Kemenkes RI (2019) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019


tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Indonesia.

Kemenkes RI (2022) Peraturan Menteri Kesehatan RI No 24 tahun 2022 tentang


Rekam Medis. Indonesia.

Kemenkes RI (2022) Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 18


Tahun 2022 Tentang Sistem Informasi, Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Indonesia.

Kemenkes RI (2023) Rekam Kesehatan Elektronik | Resource Center -


Kementerian Kesehatan RI., Kemenkes RI. Available at:
https://rc.kemkes.go.id/id/rekam-kesehatan-elektronik (Accessed: 1 July
56

2023).

Keshta, I. and Odeh, A. (2021) Security and privacy of electronic health records:
Concerns and challenges, Egyptian Informatics Journal. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.eij.2020.07.003.

Konsil Kedokteran Indonesia (2006) Manual Rekam Medis, Buku Manual Rekam
Medis. Indonesia. Available at:
http://www.kki.go.id/assets/data/menu/Manual_Rekam_Medis.pdf.

Konsil Kedokteran Indonesia (2006) Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia


Nomor 15/KKI/PER/VIII/2006 Tentang Tata Cara Penanganan Kasus
Dugaan Pelanggaraan Disiplin MKDKI dan MKDKIP, Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018. Indonesia.

Konsil Kedokteran Indonesia (2006) Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia


Nomor 16/KKI/PER/VIII/2006 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia Dan Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia Di Tingkat Provinsi.
Indonesia.

Konsil Kedokteran Indonesia (2014) Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia,


Konsil Kedokteran Indonesia.

Lestari, S. (2021) Peran Rekam Medis Elektronik Sebagai Alat Bukti Transaksi
Terapeutik Di Rumah Sakit, Universitas 17 Agustus 1945 Semarang.
Available at:
https://arpusda.semarangkota.go.id/uploads/data_karya_ilmiah/20220112
103723-2022-01-12data_karya_ilmiah103720.pdf.

Marzuki, M. (2017) Penelitian Hukum: Edisi Revisi. Prenada Media.

Muhaimin (2020) Metode Penelitian Hukum, Mataram University Perss.


Available at: http://eprints.unram.ac.id/20305/1/Metode Penelitian
Hukum.pdf.

Muslih, M. (2013) Negara Hukum Indonesia Dalam Perspektif Teori Hukum


Gustav Radbruch, Legalitas: Jurnal Hukum. Available at:
http://legalitas.unbari.ac.id/index.php/Legalitas/article/view/117.

Nelson, R. (2022) Analisis Yuridis Mengenai Pembuktian Informasi Elektronik


(Digital Evidence) Sebagai Alat Bukti Yang Sah Dalam Hukum Acara
Pidana, Lex Privatum. Available at:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexprivatum/article/view/42831.

Notoatmodjo, S. (2018) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


57

Pemerintah Pusat Indonesia (2016) Penerapan Ipteks Undang-Undang Nomor 19


Tahun 2016 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik. Indonesia.

Pemerintah Pusat Indonesia (2023) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


17 Tahun 2023, DATABASE PERATURAN JDIH BPK. Available at:
https://peraturan.bpk.go.id/Details/258028/uu-no-17-tahun-2023.

Pemerintah Pusat Indonesia (2023) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan. Indonesia.
Rustiyanto, E. (2009) Etika Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Salma (2023) Penelitian Deskriptif: Pengertian, Kriteria, Metode, dan Contoh,


deepublish. Available at: https://penerbitdeepublish.com/penelitian-
deskriptif/. (Accessed: 21 November 2023).

Setyadi, D. and Nadjib, M. (2023) The Effect of Electronic Medical Records on


Service Quality and Patient Satisfaction: A Literature Review, Journal
Research of Social Science, Economics, and Management. Available at:
https://jrssem.publikasiindonesia.id/index.php/jrssem/article/view/500.

Setyawan, D. A. (2017) Handout MK. Sistem Informasi Kesehatan Rekam Medis


Elektronik (RME), Prodi Diploma IV Kebidanan Jurusan Kebidanan
Poltekkes Surakarta. Available at:
https://adityasetyawan.files.wordpress.com/2017/03/handout-rme-2017
(Accessed: 12 October 2022).

Sitanggang, T. (2017) Aspek Hukum Kepemilikan Rekam Dihubungkan Dengan


Hak Pasien, Penelitian Pendidikan Sosial Humaniora. Available at:
https://www.neliti.com/publications/288156/aspek-hukum-kepemilikan-
rekam-medis-ihubungkan-dengan-perlindungan-hak-pasien.

Soekanto, S. (2014) Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sugiyono (2012) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


alfabeta.

Tarmizi, S. N. (2022) Fasyankes Wajib Terapkan Rekam Medis Elektronik –


Sehat Negeriku, Sehatnegeriku.Kemkes. Available at:
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20220909/0841042/fasya
nkes-wajib-terapkan-rekam-medis-elektronik/ (Accessed: 17 October
2023).

Anda mungkin juga menyukai