DISUSUN OLEH :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Pendidikan Kewarganegaraan tentang Rule
Of Law dan Ham Serta UU nomor 39 tahun 1999. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Dr.Sri Suneki,M.Si selaku dosen bidang Pendidikan Kewarganegaraan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senanitiasa memberikan
petunjuk serta memberikan kekuatan kepada kita semua dalam menyelesaikan tugas
Pendidikan Kewarganegaraan tentang Rule Of Law dan Ham Serta UU nomor 39 tahun
1999. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
dunia pendidikan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang kami buat ini jauh
dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
kami.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………..………1
KATA PENGANTAR…………………………………………..………..………2
DAFTAR ISI……………………………………………………..…………….…3
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang……………………………………………………...………4
II. Tujuan Penulisan Makalah………………………………………...………7
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA………………………………...…………………………18
3
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Hak asasi manusia adalah hak dan kebebasan fundamental bagi semua
orang, tanpa memandang kebangsaan, jenis kelamin, asal kebangsaan atau etnis, ras,
agama, bahasa atau status lainnya. Hak asasi manusia mencakup hak sipil dan politik,
seperti hak untuk hidup, kebebasan dan kebebasan berekspresi. Selain itu, ada juga
hak sosial, budaya dan ekonomi, termasuk hak untuk berpartisipasi dalam
kebudayaan, hak atas pangan, hak untuk bekerja dan hak atas pendidikan. Hak asasi
manusia (HAM) sebagai gagasan serta kerangka konseptual tidak lahir secara tiba-
tiba sebagaimana kita lihat dalam Universal Declaration of Human Right 10
Desember 1948, namun melalui suatu proses yang cukup panjang dalam sejarah
peradaban manusia. Awal perkembangan HAM dimulai ketika ditandatangani
Magna Charta (1215), oleh Raja Jhon Lacklaand. kemudian juga penandatanganan
Petition of Right pada tahun 1628 oleh Raja Charles I. Dalam hubungan inilah maka
perkembangan hak asasi manusia ini sangat erat hubungannya dengan
perkembangan demokrasi.
4
pelaku tindak pidana. Tidak hanya itu di dalam penjara sendiri perlindungan hak
asasi terhadap anak pun menjadi lolos pantauan ini terbukti dengan di temukannya
kakak beradik yang gantung diri di dalam rumah tahanan itu sendiri.
Bukan hanya anak sebagai pelaku tindak pidana yang menjadi perhatian
untuk diberikan hak asasi manusianya tapi juga anak sebagai objek dari pelanggran
hak asasi manusia itu sendiri. Misalnya saja memperkerjakan anak menjadi
pembantu rumah tangga dan tidak sedikit diantaranya menjadi korban kekerasan
oleh majikannya sendiri. Menurut Organisasi Perburuhan Internasional
(Internasional Labor Organization ), terdapat sekitar 200 juta anak-anak bekerja atau
aktif secara ekonomi di luar rumah karena kemiskinan atau urbanisasi. Sementara di
Indonesia sendiri menurut data yang di kelurkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS),
diperkirakan sejumlah 2,4 juta anak-anak usia 10 samapai dengan 14 tahun aktif
secara ekonomi. Belum lagi anak yang berada di bawah usia 10 tahun. Angka yang
di kelurkan oleh BPS konservatif, artinya masih kecil jika dibandingkan dengan
realitas anak-anak usia belajar yang putus sekolah yang diperkirkan berjumlah 6,5
juta, bahkan peneliti dari berbagai lembaga yang peduli dengan masalah pekerja
anak menyebut angka yang lebih besar. Dr. Irwanto mengungkap angka 6 juta anak
bekerja, dan penelitian lain memperkirakan sekitar 10 juta jiwa. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak
yang melekat pada hakikat dan keberdaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dijunjung oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia. Jadi, Hak Asasi Manusia (HAM) adalah
hak-hak dasar yang dimiliki manusia yang dibawanya sejak lahir yang berkaitan
dengan martabat dan harkatnya sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang tidak
boleh dilanggar, dilenyapkan oleh siapa pun juga. Berhubung hak asasi manusia
merupakan hak-hak dasar yang dibawa manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan
Yang Maha Esa, maka perlu dipahami bahwa hak asasi manusia tersebut tidaklah
bersumber dari Negara dan hukum,tetapi semata-mata bersumber dari Tuhan sebagai
pencipta alam semesta beserta isinya, sehingga hak asasi manusia itu tidak bisa
dikurangi (non derogable rights). Tidak terkecuali seorang anak yang masih dibawah
tanggung jawab oarang tuanya. Maraknya terjadi pelanggaran hak asasi manusia di
Indonesia misalnya kasus yang sedang hangat-hangatnya di bicarakan yaitu tentang
pencurian sendal jepit yang dilakukan oleh anak dibawah umur dan diadili dengan
ancaman pidana yang sangat memberatkan. Dapat terlihat jelas bahwa kurangnya
perlindungan hak asasi manusia terhadap anak pelaku tindak pidana. Tidak hanya itu
di dalam penjara sendiri perlindungan hak asasi terhadap anak pun menjadi lolos
pantauan ini terbukti dengan di temukannya kakak beradik yang gantung diri di
5
dalam rumah tahanan itu sendiri. Bukan hanya anak sebagai pelaku tindak pidana
yang menjadi perhatian untuk diberikan hak asasi manusianya tapi juga anak sebagai
objek dari pelanggran hak asasi manusia itu sendiri. Misalnya saja memperkerjakan
anak menjadi pembantu rumah tangga dan tidak sedikit diantaranya menjadi korban
kekerasan oleh majikannya sendiri.
Permasalahan hak asasi manusia bagi anak ini tidak luput menjadi
perhatian negara di dunia termasuk Indonesia. Berbicara tentang sejarah
perkembangan hak anak dimulai dengan usaha perumusan draf hak-hak anak yang
dilakukan oleh Mrs. Eglantynee Jebb, yaitu seorang pendiri Save the Children Fund.
Setelah melakukan programnya merawat para pengungsi anak-anak di Balkan
setelah Perang Dunia Pertama, Jebb membuat draf “Piagam Anak” pada tahun 1923
beliau menulis: “Saya percaya bahwa kita harus menuntut hak-hak tertentu bagi
anak-anak dan memperjuangkannya untuk mendapat pengakuan universal”.6 PBB
sendiri mengesahkan Konvensi Anak pada tanggal 20 November 1989 dan diikuti
oleh negara di dunia. Indonesia sendiri meratifikasi konvensi hak anak tersebut pada
tahun 1990 dan kemudian dilanjutkan pada saat peringatan Hari Anak Nasional
tanggal 23 Juli 1997 yang mana pada saat itu Presiden Republik Indonesia
mencanangkan “Gerakan Nasional Perlindungan Anak” dan sejak saat itu
perlindungan anak menjadi bagian dari proses dinamika pembangunan, khususnya
pembangunan sumberdaya manusia. Penegakan hak-hak anak sebagai manusia dan
anak sebagai anak ternyata masih memprihatinkan. Ini terbukti dengan kasus yang
baru-baru ini di bicarakan Irwanto. “Pekerja Anak di Tiga Kota Besar: Jakarta,
Surabaya, Medan”, 1995. Muhammad Joni, dkk. Aspek Hukum Perlindungan Anak
Dalam Prespektif Konvensi Hak Anak. Sampai saat ini, problematika anak belum
menarik para pihak untuk membelanya. Padahal permasalahan anak ini sudah
termasuk dalam pelanggaran hak asasi manusia dimana seharusnya pemerintah lebih
berperan aktif dalam memberikan jaminan perlindungan hak asasi manusia terhadap
anak. Jaminan perlindungan hak asasi manusia terhadap anak tidak hanya diberikan
bagi anak-anak yang berada dilingkungan masyarakat pada umumnya tetapi juga
harus diperhatikan bagi anak yang berada didalam lembaga pemasyrakatan
(LAPAS). Kebebasan dan kemerdekaan karena nilainya sangat tinggi dan
merupakan milik dari setiap insani, maka berbagai Undang-undang memberikan
perlindungan secara khusus terhadap kebebasan dan kemerdekaan manusia tersebut.
Kebebasan dan kemerdekaan bukan hanya hak segala bangsa, akan tetapi hak dari
setiap manusia. Dalam Pasal 17 Undang-Undang HAM diatur bahwa setiap orang
tanpa diskriminasi berhak untuk memperoleh keadilan serta diadili melalui proses
peradilan yang bebas serta tidak memihak, oleh karena itu perlu ditekankan adanya
keadilan dalam mengadili seseorang.
6
II. Tujuan Penulisan Makalah
7
BAB II
PEMBAHASAN
Hukum ini adalah merupakan suatu konsep common law atau juga civil
law yang dapat membuat seluruh lapisan yang ada di dalam masyarakat serta dari
lembaga yang memang mengepankan supremasi hukum yang di landasi dengan
prinsip keadilan dan juga egalitarian.
Konsep Rule of Law memiliki beberapa unsur dasar yang diuraikan oleh
Albert Venn Dicey, seorang ahli hukum Inggris. Unsur-unsur tersebut adalah:
8
1.2. Penerapan Rule of Law di Indonesia
Sebagai negara yang berdasarkan hukum (rechstaat) dan bukan
berdasarkan kekuasaan (machstaat), Indonesia juga menerapkan konsep Rule of
Law sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 ayat (3), Pasal 27 ayat (1), dan Pasal
28D ayat (1)UUD 1945.[2]
Penerapan Rule of Law di Indonesia dapat dilihat dari beberapa aspek dan
perspektif. Berikut adalah beberapa contoh penerapan Rule of Law di Indonesia:
Selain itu, penerapan Rule of Law di Indonesia juga dapat dilihat dari
diterapkannya peraturan perundang-undangan sebagai dasar peran lembaga negara
dan pelayanannya secara administratif. Selain itu, penerapan sistem hukum
Pancasila juga merupakan salah satu perwujudan Rule of Law di Indonesia, di
mana hakim memiliki kewenangan untuk menafsirkan dan berpendapat di luar
9
ketentuan hukum dalam memutus sebuah perkara, dengan mempertimbangkan
aspek formal dan materiil hukum.
10
1.2. Penerapan
Penerapan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia (HAM) di Indonesia melibatkan beberapa langkah dan mekanisme untuk
memastikan pengakuan dan perlindungan hak-hak dasar warga negara. Berikut
adalah beberapa cara di mana UU ini diterapkan di Indonesia:
11
7. Kerjasama Internasional :
Pemerintah Indonesia berpartisipasi dalam kerjasama
internasional untuk memperkuat perlindungan HAM, melalui keterlibatan
dengan lembaga-lembaga internasional dan implementasi standar HAM
yang diakui secara internasional.
Rule of Law
Rule of law adalah prinsip hukum yang menyatakan bahwa setiap orang,
termasuk pemerintah, harus tunduk pada hukum yang sama dan adil. Prinsip ini
menjamin bahwa kekuasaan pemerintah dibatasi oleh hukum, dan hak-hak
individu dilindungi.
12
Jadi, UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia memiliki
hubungan yang erat dengan prinsip rule of law, karena UU ini merupakan
instrumen hukum yang bertujuan untuk melindungi dan menghormati hak asasi
manusia setiap individu di Indonesia, serta memperkuat rule of law di negara ini.
IV. Studi Kasus : Tantangan dan Peluang dalam Implementasi UU Nomor 39 Tahun
1999
Implementasi UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
(HAM) di Indonesia memiliki tantangan dan peluang yang perlu diperhatikan. UU
ini bertujuan untuk melindungi dan menghormati hak asasi manusia setiap individu
di Indonesia.
13
Peningkatan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat: Implementasi UU No.
39 tahun 1999 dapat menjadi peluang untuk meningkatkan kesadaran dan
partisipasi masyarakat dalam melindungi dan mempromosikan hak asasi manusia.
Dengan melibatkan masyarakat secara aktif, implementasi UU ini dapat lebih
efektif dan berdampak positif.
14
BAB III
PENUTUP
15
3. Partisipasi Masyarakat : Melibatkan masyarakat secara aktif dalam
perlindungan dan pemajuan hak asasi manusia dapat meningkatkan efektivitas
implementasi UU ini.
B. Saran
1. Pendidikan dan Kampanye : Meningkatkan pendidikan masyarakat tentang hak
asasi manusia melalui kampanye publik, pendidikan formal, dan pelatihan.
16
II. Penutup
Indonesia memiliki landasan hukum yang kuat untuk melindungi hak asasi
manusia, dan dengan kerjasama yang baik dan kesadaran yang meningkat, masa
depan yang lebih cerah dan adil dapat diwujudkan. Semoga melalui implementasi
yang efektif dan konsisten dari UU Nomor 39 Tahun 1999, Indonesia dapat
menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam menjunjung tinggi prinsip-prinsip
hak asasi manusia dan Rule of Law. Dengan demikian, setiap warga negara
Indonesia dapat hidup dalam lingkungan yang menghormati martabat manusia dan
memastikan bahwa keadilan dan kesetaraan dihadirkan untuk semua, tanpa
memandang latar belakang, status, atau keyakinan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Albert Venn Dicey. 1959. Introduction to the Study of the Law of the Constitution.
London: Macmillan and Co.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). 2011. Tantangan dan
Peluang Implementasi UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM di Indonesia. Jakarta:
Komnas HAM.
Husein, Amirudin. 2008. Hukum Administrasi Negara Indonesia. Jakarta: PT. Raja
Grafindo.
Andreas Agranat. 2005. Rule of Law: Konsep dan Penerapannya. Yogyakarta: UII
Press.
Jurnal
Zaid Afif. Konsep Negara Hukum Rule of Law dalam Sistem Ketatanegaraan
Indonesia. Jurnal Pionir LPPM Universitas Asahan, Vol.2 No.5. Juli-Desember
2018.
18
Internet
Smith, A. (2022, Januari 1). Rule of Law in Modern Society. Legal Insights, 28
Oktober 2023 https://www.legalinsights.com/rule-of-law-modern-society
Perundang-undangan
19