Anda di halaman 1dari 2

DAKARA

Masa lalu tidak pernah hilang, ia ada tetapi tidak tahu jalan pulang, untuk itu ia menitipkan
surat, kadang kepada sesuatu yang tidak kita duga, kita menyebutnya KENANGAN. Bunga bunga
yang setiap hari kita nikmati kini hanya dapat ku nikmati sendirian. Dan sekarang bunga ini hanya
milikku, bukan milik kita lagi.
Namanya Rumi, seorang pria yang bekerja pada Perusahaan kecil dan sedang jatuh cinta pada
seorang gadis yang juga bekerja di Perusahaan itu, gadis itu bernama Ambar. Dengan romantisnya,
setiap hari Rumi memberikan setangkai bunga mawar kertas yang ia lipat sendiri. Tentu dengan
senang hati, Ambar menerima cinta dari Rumi.
Mereka sering menghabiskan waktu Bersama di sebuah taman dekat Perusahaan kecil
tersebut. Namun cinta mereka tidak direstui oleh orang tua Ambar. Karena yang dilihat orang tua
Ambar akan Rumi yang bekerja di Perusahaan kecil tersebut tidaklah memiliki masa depan yang
cerah.
Hingga suatu hari Ambar berkata dengan berat hati,
“Rumi, kamu harus berubah, kamu harus dapat membuktikan jika kamu dapat berhasil,
begitupun denganku, aku akan pergi ke Jepang untuk melanjutkan pendidikanku, carilah Wanita lain
yang bisa menerimamu, lupakanlah diriku dan jangan pernah mencariku lagi”.
Mendengar apa yang dikatakan Ambar, Rumi hanya tersenyum sambil menahan air mata yang
hendak menetes dari matanya,
“Aku akan menghargai keputusanmu, aku akan melakukan apa yang kau mau, melupakanmu
dan tidak akan pernah mencarimu lagi, tapi ingatlah satu hal, Melupakan seseorang lalu mencintai
seseorang yang lain itu tidaklah semudah menguras bak mandi lalu mengisinya Kembali”.
Hari demi hari pun berlalu, Rumi sudah tidak mendengar kabar Ambar lagi, tapi untuk
melupakannya tentu saja dia tak bisa. Perasaan cintanya tidak meredup, tidak pula hilang. Semakin
dia mengingat Ambar, semakin bertambah rasa cintanya. Hingga suatu hari Rumi melihat dua orang
tua yang tidak asing baginya turun dari mobilnya dan berjalan ke sebuah rumah sakit.
Karena penasaran Rumi mengikuti mereka yang tidak lain adalah orang tua Ambar. Tanpa pikir
Panjang Rumi menghampiri mereka dengan mobilnya untuk membuktikan bahwa sekarang dia
sudah menjadi orang kaya dan meminta untuk bertemu Ambar serta meminta restu pada mereka.
Namun kedua orang tua Ambar mengantarnya ke sebuah ruang perawatan, dari jendela
terlihat seorang Wanita yang sedang terlelap. Semakin dekat terlihat jelas bahwa diruangan
tersebut terlihat wajah Ambar yang sedang terlelap. Kedua orang tua Ambar menjelaskan apa yang
sebenarnya terjadi, Ambar tidak pergi ke Jepang tetapi dia terkena kanker ganas stadium stadium
akhir yang membuatnya dirawat di rumah sakit.
Ambar tidak ingin melihatmu sedih dan berbohong pergi ke Jepang saat tau umurnya tidak
lama lagi. Mendengar hal tersebut Rumi tidak bisa menahan air matanya dan disaat yang
bersamaan Ambar terbangun dari tidurnya. Dengan suaranya yang sangat lemas Ambar memanggil
Rumi,
“Ru…mi…? Kau kah itu?”
Rumi bergegas lari dan memeluk Ambar seraya berkata,
“Iya benar ini aku, aku disini, lihatlah aku sudah sukses, aku sudah menjadi orang kaya, ayo
kita menikah Ambar”.
“Benarkah? Syukurlah kalau begitu, carilah Wanita lain aku yakin dengan keadaanmu yang
sekarang banyak Wanita yang mau denganmu, lupakanlah Wanita dengan penyakit ini”.
“Bukankah sudah kubilang, tidak semudah itu. Didalam hatiku sudah terukir namamu dan
tidak ada yang bisa menggantikannya”.
Setelah mendengar perkataan Rumi, Ambar tersenyum dan disaat itu juga Ambar
menghembuskan nafas terakhirnya.

Anda mungkin juga menyukai