1. Industry tersebut berdampak pada aspek ekonomi, social dan politik
a. Pada aspek ekonomi, industri e-commerce sangat berdampak pada pertumbuhan ekonomi terutama pada saat pandemi seperti ini yang mengharuskan orang-orang memberlakukan physical distancing. Peningkatan pertumbuhan ini dapat dilihat melalui pertumbuhan penjualan e-commerce seperti Shopee dan Tokopedia. Peningkatan yang signifikan dalam aktivitas belanja online dipengaruhi oleh pergeseran pola belanja serta minat masyarakat untuk belanja secara daring juga didorong oleh adanya promo dari e-commerce tersebut. Contonya promo angka kembar seperti 9.9 pada 9 September 2021 dan seterusnya. Pada promo angka kembar atau festival belanja 9.9 Super Shopping Day mencatat 1,8 juta transaksi dalam waktu satu menit dan dua jam pertama secara regional, bahkan pencatatan jumlah pesanan produk UMKM selama 9.9 naik 6 kali lipat dibandingkan hari biasa. Selama pandemi, terdapat peningkatan jumlah penjual di Tokopedia dari 7,3 juta menjadi lebih dari 11 juta saat ini. Jumlah pengguna aktif naik dari 90 juta menjadi 100 juta. Peningkatan ini kemudian akan memberikan pertumbuhan ekonomi melalui pajak atau pun devisa negara. b. Pada aspek sosial, industri e-commerce berdampak pada perubahan fungsi sosial media, sehingga sekarang media sosial juga menjadi tempat untuk berjualan, banyak penggunanya memanfaatkannya sebagai tempat berjualan, tempat promosi barang atau jasanya baik pelaku usaha atau pun konsumen. Perilaku ini kemudian disempurnakan perusahaan media sosial dengan menyediakan fitur atau platform khusus bagi mereka, yang ingin melakukan kegiatan jual-beli lewat media sosial, contohnya Instagram Shop. Fitur ini menjadi tempat pelaku bisnis untuk membuat etalase digital di Instagram mereka. Tujuannya untuk memudahkan konsumen berburu barang impian dengan mudah di Instagram tanpa perlu keluar dari aplikasi. Fenomena ini memiliki istilah khusus yaitu social commerce. c. Pada aspek politik, industri e-commerce berdampak pada perbaikan dalam regulasi pemerintahan yang menuntut adanya regulasi yang lebih baik, terutama pada e- commerce yang semakin berkembang pesat ditengah pandemi ini.
2. Industri Kendaraan Listrik
a. Peralihan ke sektor industri kendaraan listrik tepat diterapkan di Indonesia, iklim Indonesia adalah iklim tropis yang bisa mengalami cuaca panas yang ekstrim, hingga hujan deras yang menyebabkan banjir. Pada dasarnya baterai mobil listrik tidak bisa bekerja optimal pada suhu yang terlalu dingin atau terlalu panas. Namun untuk di Indonesia, kendaraan listrik bisa dibilang sangat cocok dipakai dibandingkan di negara dengan empat musim. Hal ini dikarenakan baterai mobil, misalnya saran suhu baterai operasinya ada di temperatur sekitar 30 derajat celcius sampai 60 derajat celcius. Adapun untuk perangkat lainnya kurang lebih sama seperti mobil konvensional, yang sebetulnya tidak punya kendala signifikan dengan cuaca. Jadi, Indonesia sebetulnya negara yang cocok untuk kendaraan listrik. Tidak perlu banyak modifikasi, tambahan heater untuk baterai, dan sebagainya, sudah bisa langsung digunakan. b. Investasi tersebut akan berdampak baik pada aspek lingkungan. Hal ini disebabkan mobil listrik diharapkan dapat ikut mengurangi emisi karbon dari sektor transportasi. Mobil listrik dianggap mendukung kontribusi bagi peningkatan gas rumah kaca di atmosfir. Sejumlah negara pun telah berkomitmen untuk secara bertahap menghapus penggunaan kendaraan konvensional berbahan bakar fosil untuk kemudian bergantung sepenuhnya pada pemakaian mobil listrik. Sejak beberapa tahun lalu, mobil listrik mulai diperkenalkan oleh beberapa produsen kendaraan ke pasar Indonesia. Produsen mobil asal Jerman, Jepang dan Korea sebagian produk mobil listriknya telah memasuki pasar Indonesia Di pasaran Indonesia sekarang ini terdapat sekurangnya tiga tipe mobil listrik. Ketiga tipe itu adalah mobil listrik berteknologi plug-in hybrid electric vehicle (PHEV), hybrid electric vehicle (HEV), dan tipe battery electric vehicle (BEV). c. AMDAL sangat diperlukan, seiring kemajuan teknologi yang mendorong penggunaan mobil listrik membuat baterai menjadi barang yang sangat dibutuhkan, sehingga bahan baku baterai yaitu bijih nikel sangat dibutuhkan. Dengan jumlah produksi nikel yang besar, Indonesia sangat berpotensi untuk menjadi produsen baterai kendaraan listrik yang saat ini didominasi oleh Amerika Serikat dan Tiongkok. Sehingga membuat pemerintah harus sigap dalam membuat kebijakan-kebijakan khususnya dalam perkembangan proses pertambangan dan penjualan nikel di Indonesia. Ekspor bijih nikel mentah seharusnya dapat dibatasi dan lebih difokuskan dalam pembangunan smelter untuk menambah nilai jual nikel dalam negeri. Kemudian, AMDAL dijadikan sebagai tolak ukur bagi pemerintah untuk merencanakan proses penambangan nikel yang dapat mengantisipasi resiko yang dapat merusak lingkungan.