Anda di halaman 1dari 3

1. Bagaimana digital era akan memberikan dampak bagi industry energi di Indonesia ?

Lengkapi jawaban anda dengan pandangan tentang isu energi dan akuntansi di dalam
Kawasan ASEAN Economic Community ?
Dampak era digital terhadap industry energy dan minyak & gas:
a. Manajemen siklus umur aset digital.
Teknologi digital baru dikombinasikan dengan wawasan berbasis data dapat mengubah
operasi, meningkatkan ketangkasan dan pengambilan keputusan strategis, dan menghasilkan
model bisnis baru.
b. Ekosistem kolaboratif melingkar.
Menerapkan platform digital terintegrasi meningkatkan kolaborasi di antara peserta
ekosistem, membantu mempercepat inovasi, mengurangi biaya dan memberikan transparansi
operasional.
c. Beyond the barrel.
Model keterlibatan pelanggan yang inovatif menawarkan fleksibilitas dan pengalaman yang
dipersonalisasi, membuka peluang pendapatan baru untuk operator minyak dan gas, dan
layanan baru bagi pelanggan.
d. Memberi energi pada energi baru.
Digitalisasi sistem energi mempromosikan sumber dan pembawa energi baru dan mendukung
model inovatif untuk mengoptimalkan dan memasarkan energi. Agar tetap relevan bagi
pelanggan, industri minyak dan gas harus memahami dampak penuh dari perubahan ini pada
sistem energi yang lebih luas
Upaya pemerintah agar Indonesia menerapkan revolusi industri 4.0 dianggap tak bisa
berjalan jika mengesampingkan isu energi. Dengan revolusi industri 4.0, tentu aktivitas
industri lebih masif dengan bantuan Artificial Intelligence alias kecerdasan buatan, robotik,
dan berbagai mesin canggih. Untuk menggerakannya, tentu perlu energi ekstra yang
berkelanjutan. Namun, di sisi lain, jika energi yang digunakan tak ramah lingkungan, maka
akan memperburuk kondisi iklim Indonesia maupun dunia.
Pelaksanaan industri revolusi 4.0 yang menggunakan AI, robotik, tidak akan dapat
terlaksana kalau tidak disertai revolusi energi. Penerapan pelaksanaan dari green energy.
hingga tahun ini, pemerintah masih banyak menggunakan dirty energy ketimbang green
energy untuk industri. Produksi dan pembangunan masih banyak menggunakan minyak, gas,
dan batu bara yang menghasilkan emisi berbahaya bagi lingkungan. Hal ini yang
menyebabkan efek rumah kaca karena kandungan karbon dioksida sangat tinggi. Akibatnya,
belakangan bencana alam banyak terjadi di daerah yang sebelumnya tak bermasalah.
mencontohkan angin puting beliung yang terjadi di Bogor, Jawa Barat. menjadi alarm bagi
Indonesia untuk segera beralih ke green energy. Pemerintah telah mendorong adanya energi
baru dan terbarukan, namun dampaknya belum begitu terasa. Dari hal tersebut. bisa dilihat
pentingnya memahami keterkaitan pembangunan dengan energi. Jika terus menerus
mengandalkan energi fosil, dampak jangka panjangnya sangat buruk. Salah satu caranya
yakni dengan melakukan elektrifikasi, termasuk kendaraan. Ia mendukung penerapan mobil
listrik untuk mengurangi emisi secara signifikan. Cara lainnya dengan menggunakan air,
angin, dan cahaya matahari untuk sebagai sumber energi tanpa polusi. "Maka mulai kurangi
penggunaan fossil fuel yang banyak menghasilkan CO2. Kita menuju penggunaan angin,
matahari, air
Setelah sistem pasar bebas diberlakukan dalam rangka menciptakan Masyarakat Ekonomi
ASEAN tahun 2015 lalu, Indonesia digadang-gadang mampu menjadi pemain penting di
regional. Apalagi di saat ini juga muncul tren ekonomi digital di berbagai dunia dan
imbasnya juga berdampak pada perekonomian di Indonesia. Banyak pihak menilai adanya
ekonomi digital dapat membawa keuntungan besar bagi perekonomian sebuah negara mulai
dari transaksi hingga investasi industri digital di Indonesia.
Peluang Indonesia dalam menghadapi pasar bebas dan ekonomi digital sebenarnya
memiliki potensi yang baik. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah dari segi
populasi. Dengan jumlah penduduk yang pesat dan terbesar di Asia Tenggara dengan jumlah
264 juta jiwa, berdampak pula pada penggunaan internet di tanah air. Persebaran penduduk
di wilayah perkotaan, latar belakang pendidikan, gaya hidup dan profesi juga menjadi faktor
pendukung lainnya.
Untuk kasus di Indonesia, data yang dirilis oleh Kepios pada September 2017 lalu
menyebutkan jika hampir 55 persen penduduk Indonesia ada di perkotaan. Sementara dari
segi penggunaan intenet ada sekitar 133 jiwa pengguna dan ini setara dengan 50 persen
populasi. Jumlah tersebut masih dibagi lagi dengan berapa banyak berapa pengguna aktif
media sosial. Dari jumlah data yang diolah, muncullah angka 155 juta jiwa pengguna.
Melihat jumlah populasi inilah, banyak pihak menilai Indonesia bakalan menjadi salah satu
pemain utama dalam industri dan ekonomi digital.
Pesatnya ekonomi digital di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan membuka
peluang baru bagi dunia industri, terutama bagi industri kreatif dan digital. Industri kreatif
yang memiliki unique selling point akan memiliki peluang besar dan tumbuh dengan pesat
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi negara. Tidaklah mengherankan bila kini banyak
pihak mulai melakukan ekspansi dan investasi industri digital di Indonesia.
Meski sebenarnya Indonesia memiliki potensi besar dalam investasi industri digital,
bukan berarti tidak ada tantangan yang dihadapi. Tantangan pertama yang dihadapi Indonesia
adalah mengenai peraturan atau regulasi dalam perekonimuan digital harus dibuat sejelas
mungkin. Mulai dari masalah perpajakan, perizinan dan sebagainya guna mendukung
perekonomian digital yang kondusif.
Selain itu, masalah koneksi, terutama di daerah terpencil. Namun, beberapa waktu lalu
pemerintah kembali meluncurkan satelit baru bernama Satelit Nusantara Satu yang
diharapkan mampu meningkatkan layanan internet di berbagai wilayah di Indonesia.
Terakhir, adanya sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya memiliki
keuangan non-tunai dalam era ekonomi digital.
Berdasarakan survei Indonesia Millennial Report 2019 yang dirilis IDN Times, keuangan
non-tunai sebagian besar dimiliki oleh generasi milenial dan kartu debit masih menjadi
favorit di urutan teratas dengan persentase 64.2 persen. Namun, apakah semua masyarakat
memiliki keuangan non-tunai tersebut? Inilah yang menjadi tantangan berikutnya. Dengan
adanya keuangan non-tunai membuat pembayaran apapun semakin mudah dan nilai transaksi
dari ekonomi digital di Indonesia semakin meningkat.
Hal di atas memang perlu dukungan oleh banyak pihak, terlebih untuk investasi digital di
Indonesia. Apabila iklim ekonomi semakin kondusif dan persaingan pasar bebas yang sehat,
bukan tidak mungkin Indonesia dapat memainkan peran lebih dalam menghadapi ekonomi
digital di era Revolusi Industri 4.0.

Anda mungkin juga menyukai