Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM RANCANGAN OBAT


SINTESIS P-NITROASETANILIDA

Dosen Pengampu : Ayik Rosita Puspaningtyas Dr. M. Farm., Apt

Disusun oleh :

KELOMPOK 5

Ananda Windi Amelia (19040004)


Anang Setyawan (19040007)
Aninda Fellysia Wibowo (19040008)
Faiqotul Humairoh (19040040)
Fanny Maya Putri Arinda (19040044)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL (JIS)
2021
SINTESIS P-NITROASETANILIDA

A. Tujuan Percobaan
Mengenal reaksi nitrasi

B. Alat dan Bahan


1. Alat :
 Erlenmeyer 250 ml
 Erlenmeyer 100 ml
 Cawan petri
 Gelas ukur 10 ml
 Corong Buchner
 Gelas Filtrasi
 Kertas sraing
 Melting point tester
 Pot plastic

2. Bahan :
 Asetanilid
 Asam asetat glasial
 Asam sulfat pekat
 Asam nitrat pekat

C. Cara Kerja
1. Masukkan 2 g asetanilid ke dalam labu erlenmeyer 100 ml
2. Tambahkan ke dalamnya 2 ml asam asetat glasial dan 4 ml asam sulfat pekat
3. Dinginkan labu dalam air es.
4. Campur hati-hati masing-masing 1 ml asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat
dalam labu erlenmeyer 100 ml kemudian dinginkan labu dalam air es
5. Teteskan campuran nitrasi ini tetes demi tetes ke dalam labu erlenmeyer yang
berisi asetanilid sambil diaduk dan temperatur dijaga agar tidak lebih dari 10˚C,
6. Apabila penetesan telah selesai keluarkan labu dari air es dan biarkan selama 1
jam
7. Setelah itu tuangkan ke dalam gelas beker 250 ml yang berisi 100 ml air dan
beberapa potong es
8. Aduk perlahan-lahan, kristal p-nitroasetanilid akan memisah dan biarkan selama
15 menit
9. Saring kristal dengan corong buchner, cuci beberapa kali dengan air es kemudian
lakukan rekristalisasi dengan etanol.
10. Keringkan di oven pada temperatur 100
11. Timbang dan tentukan titik leburnya.

D. Mekanisme Reaksi Kimia

CH3COOH
+ HNO3
H2SO4

Acetanilide p-nitroacetanilide

E. Hasil Percobaan
1. Hasil percobaan sintesis para-nitroasetanilida, didapatkan data sebagai berikut:
 Penimbangan asetanilda = 2,0023 gram
 Volume asam nitrat = 1 ml
 Bobot cawan kosong = 44,5199 gram
 Bobot cawan + rendemen hari 1 = 47,5378 gram
 Bobot cawan + rendemen hari 2 = 47,1329 gram
 Bobot cawan + rendemen hari 3 = 46,9765 gram
 Bobot cawan + rendemen hari 4 = 46,6439 gram
 Bobot cawan + rendemen hari 5 = 46,1754 gram
 Bobot cawan + rendemen hari 6 = 45,8630 gram
 Bobot cawan + rendemen hari 7 = 45,43329 gram (Konstan)

2. Evaluasi menggunakan KLT


 Jarak yang ditempuh asetanilida = 3,7 cm
 Jarak yang ditempuh sebelum nitrasi = 3,6 cm
 Jarak yang ditempuh setelah setelah nitrasi = 3,3 cm
 Jarak yang ditempuh setelah 1 jam = 3,3 cm
 Jarak yang ditempuh rekristalisasi = 3,1 cm
 Jarak yang ditempuh oleh pelarut = 4,5 cm
F. Perhitungan
Data :
 Berat Asetanilida : 2,0023 gram
 Berat Molekul Asetanilida : 135 g/mol
 Volume Asam Nitrat : 1mL
 Berat Molekul Asam nitrat : 63 g/mol
 Berat jenis Asam nitrat : 1,51g
 Berat Molekul -Nitroasetanilida : 180 g/mol
 Berat cawan kosong : 44,5199gram

Menghitung Mol Asetanilida


Mol= = = 0,01483 X 1000= 14,83 mmol
= 0,015mol
Menghitung Mol asam Nitrat

=
Massa = 1,51g
Mol= = = 0,024mol

Menghitung Mol asam sulfat

=
Massa = 7,36g
Mol= = = 0,075mol

Menghitung Mol asam asetat glasial

=
Massa = 2,1g
Mol= = = 0,034mol
CH3COOH
+ HNO3
H2SO4

Mula-mula = 0,015 0,024 -


Reaksi = 0,015 0,015 0,015
Sisa = - 0,009 -

Menghitung Berat Teoritis


Berat-Nitroasetanilida = mol-Nitroasetanilida x Mr -Nitroasetanilida
0,015mol x 180g/mol = 2,7 gram

Menghitung Rendemen
Rendemen =

Berat rendemen = 45,43329- 44,5199 gram = 0,91339 gram

Rendemen =

G. Pembahasan
Pada praktikum daring kai ini mempelajari tentang sintesis para-nitroasetanilid
yang bertujuan untuk mengetahui dan mengenal suatu reaksi nitrasi. Reaksi nitrasi
merupakan suatu reaksi subsitusi aromatik elektrofilik, substitusi aromatik elektrofilik
yaitu mensubstitusikan senyawa elektrofil dimana gugus nitro akan menggantikan
hidrogen pada senyawa aromati. .Sintesis para-nitroasetanilid biasanya terbuat dari
serbuk asetanilida, dimana asetanilida merupakan suatu turunan dari senyawa asetil
amina aromatis yang digolongkan dalam amida primer. Dimana satu atom hidrogen
pada anilin igntikan dengan satu gugus asetil. Asetanilida berbentuk butiran warna
purih tidak larut dalam minyak parafin dan larut dalam air dengan bntuan kloral
anhidrat (Ahluwalia and raghav, 1997). Para-nitroasetanilid terbentuk dengan
mereaksikan asetanilida dengan asam sulfat pekat, asam nitrat pekat dan asam asetat
glasial, dimana asam sulfat jika bereaksi dengan asam nitrat akan membentuk ion
nitronium (NO2+), ion nitronium dapat menyerang molekul asetanilid untuk
menghasilkan molekul para-nitroasetanilid. Dimana hal tersebut dikenal dengan
proses reaksi nitrasi. Senyawa dari para-nitroasetanilid berbentuk kristal, sehingga
pemurniannya dilakukan dengan cara kristalisasi dan rekristalisasi (Indri dan
Windyasari, 2011). Reaksi kimia pembentukan para-nitroasetanilid sebagai berikut :

CH3COOH
+ HNO3

H2SO4

Acetanilide p-nitroacetanilide

Langkah pertama yang dilakukan pada praktikum yaitu dengan menyiapkan


alat dan bahan yang diperlukan pada praktikum, selanjutnya mencampurkan 2 gram
asetanilid, 2 mL asam asetat glasial dan 4 mL asam sulfat pekat dalam erlenmayer 100
mL, selanjutnya didinginkan dalam air es. Penambahan asam asetat glasial berfungsi
sebagai pelarut karena asetanilida mempunyai kelarutan yang besar terhadap asam
asetat sehingga diharapkan reaksi akan berlangsung degan baik, dan penambahan
asam sulfat bertujuan untuk mempercepat reaksi atau sebagai katalis. Kelarutan akan
berlangsung cepat dikarenakan asam sulfat menghasilkan panas. Kelarutan tersebut
dietakkan dalam air es bertujuan agar asetanilid tidak mengalami reaksi oksidasi dan
tidak mengalami perubahan.
Langkah selanjutnya yang dilakukan bersamaan yaitu dengan mencampurkan
asam nitrat pekat sebanyak 1 mL dan asam sulfat pekat dalam erlenmayer yang lain
dengan volume 100 mL, penambahan ini merupakan proses dari reaksi nitrasi pada
senyawa aromatis asetanilida, selanjutnya teteskan campuran nitrasi dalam
erlenmayer yang berisi asetanilid, penambahan ini dilakukan dalam keadaan dingin
dengan menggunakan air es kemudian diaduk dan temperatur dijaga agar tidak lebih
dari 10°C, penambahan dilakukan dengan cara meneteskan campuran nitrasi dengan
hati-hati agar meminimalisir adanya panas yang dihasilkan dari reaksi eksoterm antara
asam sulfat pekat dengan asam nitrat pekat dengan energi yang cukup besar.
Pencampuran dari kedua larutan bertujuan agar asam nitrat akan berubah menjadi
elektrofil yang disebabkan karena adanya asam sulfat.
Asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat akan bereaksi membentuk ion
nitronium dan air yang nantinya akan mengalami reaksi dengan asetanilid seingga
membentuk para nitro asetanilida dan H3O+ yng merupakan produk samping. Ion
nitronium merupakan pengarah orto dan para. Dalam hal ini memungkinkan
terbentuknya para lebih besar dari pada orto karena isomer pra dpt membentuk kisi
kristal yang lebih teratur dan simetris pada kedaan yang padat, sehingga enyebabkan
keadaan para lebih stabil dibangdingkan keadaan orto.
Larutan yang dihasilkan dari asam sulfat dan asam nitrat pekat yang
ditambahkan dengan cara tetes demi tetes selain untuk menminimalisir terjadinya
reaksi eksoterm juga dapat bertujuan untuk meghasilkan produk dari kristal para-
nitroasetanilid dalam jumlah yang maksimal dan larutan tersebut dijaga dalam
temperatur tidak lebih dari 10°C dengan tujuan agar tidak menghasilkan panas yang
berlebih dan pada suhu yang rendah nitro terbentuk pada posisi para sedangkan jika
menggunkaan suhu yang tinggi akan menyebabkan nitro terdapat pada posisi orto
akan terbentuk dan jika tidak diatur pada suhu rendah menyebabkan nitro terbentuk
pada ke tiga atom C hal tersebut dapat memicu tejadinya ledakan, Selanjutnya
erlenmayer dibiarkan dalam air es dan selama 1 jam, hal ini bertujuan agar proses
nitrasi pada asetanilida dapat berlngsung secara sempurna. Pencampuran dari kedua
erlenmayer bertujuan agar terjadi reaksi substitusi elektrofilik. Nitrasi merupakan
masuknya gugus nitro ke dalam benzena pada posisi para karena amida merupkaan
pengarah orto para, dan hal tersebut tidak memungkinkan nitro masuk dalam posisi
orto karena cabang amida dalam kondisi yang crowded, sehingga posisi para akan
semakin banyak dan akan semakin baik dalam perlakuan sintesis.Dan substitusi
elektrofilik pada cincin aromatik asetanilid dan deprotonasi membentuk para-
nitroasetanilid.
Setelah proses pendiaman, langkah selajutnya yaitu proses penuangan dimana
larutan dituangkan dalam dalam gelas beker 250 mL yang bersisi 100mL air dan
beberapa potong es.Hal ini bertujuan agar kristal para-nitroasetanilid terbentuk, air es
tersebut sangat baik untuk proses kristalisasi karena memiliki perbedaan titik didih
yang cukup jauh. Aduk perlahan-lahan dan Kristal para-nitroasetanilid akan memisah
dan biarkan selama 15 menit, dengan tujuan agar pemisahan tersebut dapat terjadi
secara optimum, kristal yang terbentuk berwarna putih kekuningan, Selanjutnya
kristal yang terbentuk disaring dengan menggunakan corong buchner dan dicuci
dengan air es, pencucian dilakukan dengan menggunakan air es dan menggunakan
pipet tetes bertujuan agar kristal dari para-nitroasetanilid tidak mengalami kerusakan,
kemudian dilakukan rekristalisasi, dimana rekristalisasi, rekristalisasi adalah
melarutkan dengan pelarut, dimana kristal akan larut dalam suasana panas dan tidak
larut dalam suasana dingin, proses ini dilakukan untuk memperoleh senyawa para-
nitroasetanilid murni, dan rekristalisasi dalam praktikum ini menggunakan pelarut
organik berupa etanol panas, untuk memperoleh para-nitroasetanilid yang
murrni.etanol panas memiliki kemampuan yang baik untuk melarutkan para-
nitroasetanilid dengan penambahan suhu. Terdapat 2 cara untuk melarutkan kristal
dalam etanol, yaitu cara pertama dengan memaskan pelarut etanol kemudian dituang
dalam kristal, cara kedua yaitu dengan kristal ditambakan dengan etanol dan
kemudian dipanaskan.
Selanjutnya kristal yang terbentuk disaring sehingga diperoleh kristalnya.
Kristal selanjutnya di oven agar dapat ditimbang untuk mendapatkan massa dan titik
leburnya. Dalam praktikum ini senyawa para-nitroasetanilid yang diperoleh sebesar
0,91339 gram dan randemen sebesar 33,82%. Randemen dan berat yang diperole dari
praktikum ini sedikit, hal ini dikarenakan terdapat kristal yang masih tertinggal dalam
gelas ukur sehingga mempengaruhi massa yang diperoleh dan tidak sempurnanya
proses kristalisasi dan rekristalisasi sehingga pembentukkan kristal kurang optimal.
Pada proses randemen dari hari 1-7 mengalami sedikit perbedaan dikarenakan
kemungkinan dari hari ke hari masih belum terjadi pengeringan total. Terdapat 2
proses kristalisasi menggunakan pelarut etanol, cara pertama yaitu dengan kristal
yang dilarutkan dalam etanol direndam dengan air es proses ini cukup cepat tetapi
kristal yag dihasilkan memiliki ukuran yang lebih kecil, cara kedua yaitu dengan
kristal direndam dengan etanol pada suhu ruang selama 24 jam dan kristal yang
diperoleh memiliki ukuran yang lebih besar. Untuk proses pengeringan yaitu dengan
oven dan suhu 100°C, dalam praktikum ini suhu yang digunakan 100°C karena
sintesis yang dibuat yaitu sintesis para-nitroasetanilid dimana titik leburnya sudah
diketahui.
Evaluasi KLT dilakukan untuk uji kemurnian, dimana jarak yang ditempuh
oleh asetanilida sebesar 3,7 cm sebagai bahan awal, jarak yang ditempuh sebelum
nitrasi 3,6 cm, jarak yang ditempuh setelah nitrasi 3,3 cm dapat diartikan bahwa dari
bahan awal sampai dengan nitrasi terdapat perubahan dari RF, sehingga terdapat
perubahan reaksi kimia, dimana reaksi kimia dapat dilihat secara visual yaitu dapat
dilihat dari warna,terdapat buih. Jarak yang ditempuh setelah 1 jam 3,3, jarak yang
ditempuh setelah rekristalisasi 3,1 cm, yang dapat diartikan bahwa RF yang dihasilkan
1 jam masih dipengaruhi oleh pengotor dan setelah reksristalisasi memiliki nilai RF
berubah, dan jarak yang ditempuh oleh pelarut (etanol) 4,5 cm, sehingga dari bahan
awal sampai dengan setelah proses rekristalisasi terdapat perubahan RF, sehingga
senyawa produk sudah terbentuk. Dan juga dapat melalui evaluasi titik lebur, dimana
jika jarak lebur kurang dari 2°C maka senayawa yang dihasilkan murni, dan jika lebih
dari 2°C maka senyawa yang dihasilkan masih terdapat pengotor.

H. Kesimpulan

Dari praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa suatu senyawa para-


nitroasetanilid dapat disintesis dari dari senyawa asetanilida melaui reaksi substitusi
elektrofilik dimana gugus nitro masuk ke dalam benzena pada posisi para karena amida
merupakan pengarah orto para, proses ini jug disebut sebagai proses nitrasi. Berat kristal
yang didapat dalam praktikum ini sebesar 0,91339 gram dengan randemen sebesar
33,82%.

I. Daftar Pustaka

Aluwalia and raghav, 1997. Comprehensive Experimental Chemistry. Indi: New Age
International Publisher

Indri, Anietta dan Widyasari, 2011. “Sintesis para-nitroasetanilid”. Surabaya : Universitas


Airlangga.

Hidayati, Sholihatil. 2021. Petunjuk Praktikum Rancangan Obat. Jember: Universitas dr.
Soebandi jember.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai