Anda di halaman 1dari 2

kata pengantar

Puji syukur yang tak terhingga atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
limpahan rahmat dan karunianya sehingga Buku kenangan, Milad 50 tahun pernikahan Pak
Saidoe dan Ibu Wisni Saidoe dapat di jadikan pegangan. semoga judul “Panutan” dalam buku
tersebut dapat menjadi rujukan bagi kita semua.
Sebagai pribadi, Saya mengenal beliau pada saat kami Bersama-sama. Beliau sebagai
pimpinan tertinggi kabupaten Buton (1991-2001), dan saya sebagai tenaga di Departemen
vertical yaitu di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan ( DEPNAKER ) saat itu. Yang selalu
beliau sampaikan dan saya sendiri rasakan, “tanamkan dalam diri kita kedisiplinan yang
prima dalam menghadapi persoalan pembangunan di daerah kita”. Kedisiplinan ini
merupakan kultur/budaya beliau sebab umma-nya atawa ( Paman saya) ayah beliau dulu
adalah seorang petugas Ke-Polisian pada zaman dulu, yang kita tahu betul sebagai pegawai
pada zaman dulu, terutama di bidang keamanan seperti Polisi dan keTentaraan, kedisiplinan
itu selalu di pegang teguh, dan itu bukan hanya sekedar Lipservice, akan tetapi merupakan
kepribadian dan keseharian dalam menjalankan tugas. Kedisiplinan ini yang juga yang selalu
kami sampaikan, khususnya saya pribadi sebab, beliau menganggap saya sebagai Adik-nya.
Syahdan, di Wajo pada saat itu transportasi masih sangat terbatas, dan sekolah kami
berada di Batulo yang jaraknya…. Sebelum berangkat sekolah, kami harus membersihkan
diri, sementara dulu air masih sangat sulit. Hanya Sungai yang disebut Uwe Wajo saat itu
satu-satunya tempat yang di pakai warga, untuk mencuci dan kebutuhan air minum. Jadi, jauh
sebelum pukul 07.00, kami harus membersihkan diri atawa mandi. Sehingga itu menjadi
kebiasaan kami dulu termasuk beliau ( Pak Saidoe ), hal ini saya dengar dari penuturan
Umma. Bahkan sebelum jam Subuh kami harus selesai mandi. Hal ini memerlukan
kedisiplinan yang tinggi, tanpa kedisiplinan yang tinggi kita akan selalu terlambat pada saat
jam Sekolah di mulai.
Tentang rumah tangga beliau, yang kita sama-sama ketahui berbeda Etnis,
kebudayaan, dan kebiasaan antara Sumatera barat lebih khusus Padang dan Buton. kita
sebagai bangsa Indonesia saat ini tidak boleh lagi memilih antar Etnis, zaman sekarang
pernikahan semacam ini sangat massif terjadi. Akan tetapi pada saat beliau berumah tangga,
nilah positif yang bisa kita ambil adalah dalam berumah tangga tidak tertutup kemungkinan
suatu saat ada perbedaan pendapat dalam rumah tangga tersebut, jika orang-orang tidak
beriman, tentu berakibat pada hal-hal yang tidak di inginkan. Sepanjang yang saya amati
dalam kehidupan rumah tangga beliau, yang berbeda Etnis, gejala yang demikian tidak
pernah kami dengarkan, kemungkinan pertengkaran itu ada, akan tetapi tidak sampai keluar
dari dinding kamar beliau berdua. Hal ini merupakan pengendalian diri yang tinggi, patut kita
apresiasi dan perlu kita ambil dalam mengemban pola kehidupan berumah tangga. Tidak bisa
kita pungkiri bahwa, akhir-akhir ini termasuk mereka yang berpendidikan tinggi, terjadi
perselisihan bahkan terjadi putusnya hubungan dan yang sangat kita sesalkan, begitu berpisah
saling membuka aib dari pada pasangannya. Hal ini yang tidak kita inginkan.
Yang saya kagumi dari Ibu Saidoe pada saat saya sebagai Kepala SPG di Kendari.
Beliau datang berdua, tidak menunggu berapa lama sesampainya di Kendari, seluruh keluarga
di kunjungi-nya, bahkan anak-anak beliau senantiasa di perkenalkan kepada kami saudara-
nya Bapak. Silahturrahmi ini tetap terjaga sampai beliau ( Pak Saidoe ) di tugaskan sebagai
Bupati Buton. sesibuk apapun tugas yang di emban beliau, senantiasa ada ruang buat
keluarga, untuk tetap bersiturrahmi dalam rangka menjaga semangat kebersamaan dan
kekeluargaan. Hari sabtu, akhir pekan biasanya beliau selalu menyempatkan waktu khusus
untuk keluarga. Tiada bulan terlewat tanpa berkumpul keluarga.
Berkenaan dengan syukuran penikahan beliau Berdua, saya atas nama keluarga Prof.
Sadif, mengucapkan selamat memperingati 50 tahun pernikahan beliau, dengan harapan dan
Doa. Semoga senantiasa di berikan keberkahan, Panjang usia dan senantiasa memberikan
dorongan kepada kami generasi berikutnya dalam mengelola rumah tangga, hidup,
berkehidupan salama-lamanya. Amiin.

Prof. Hasidin Sadif

Anda mungkin juga menyukai