Anda di halaman 1dari 2

BORU NI RAJA bukan PRINCESS

Oleh: Joice J. Siagian

Sebagai anak yang lahir dari keluarga Batak, tidaklah heran kalau saya sudah diajarkan
adat istiadat Batak, mulai dari bahasa sampai kebiasaan-kebiasaan orang Batak. Batak adalah
salah satu suku yang sering menjadi perhatian dan bahan studi. Teringat akan perkataan dosen
saya yang memang meneliti perilaku orang Batak, bahwa setinggi apa pun pendidikan orang
Batak, sejauh apa pun mereka tinggal bahkan di luar negeri sekalipun kalau berhubungan
dengan lahir, kawin, dan kematian, pasti kembali ke adat. Hal ini sudah berlaku turun-temurun.
Itulah yang terjadi dalam keluarga saya mulai dari keluarga kecil sampai keluarga besar, hidup
saya tidak pernah lepas dari falsafah nilai-nilai orang Batak.

Dimulai dari bahasa, bagaimana orang tua saya terbiasa berbicara dalam bahasa Batak
di rumah dan juga kepada kami, walaupun dalam bicara saya kaku tetapi bukan berarti tidak
bisa. Saya mengerti bahasa Batak itu sama persis dengan saya mengerti bahasa Indonesia. Di
kemudian hari ternyata banyak keuntungan, di samping bisa menjadi bahasa rahasia, saya juga
bisa berkomunikasi dengan orang-orang tua yang tidak bisa berbahasa Batak, dan nasihat-
nasihat (umpasa) Batak yang sering disampaikan pada acara adat yang nilainya bagus sekali.
Selanjutnya kami juga diajari hubungan kekerabatan dan silsilah, jadi saya sudah tahu
bagaimana bersikap kepada sanak family dan bagaimana bersikap dan menempatkan diri
walaupun kadang ada yang berlebihan. Selanjutnya adalah saya juga diajarkan oleh ibu saya
untuk mengenal makanan dan kain-kain tradisional Batak. Untuk makanan saya sangat suka
terutama Na Niura dan karena kami penganut Kristen Advent maka makanan Batak yang non-
halal kami ganti menjadi halal. Bahwa ternyata dari makanan itu terkandung juga nilai-nilai
tersendiri dan bagaimana makanan itu terhidang dalam setiap acara adat. Kain tradisional
Batak, terutama ulos juga diperkenalkan ibu saya. Ulos-ulos itu memiliki motif yang berbeda
dan penggunaan juga berbeda dan tidak boleh sembarangan. Awalnya sangat sulit untuk
membedakan tetapi sedikit demi sedikit saya mulai mengerti dan kemudian mencintai. Sama
seperti halnya makanan, ulos juga menjadi bagian penting dalam setiap acara adat Batak. Ulos
adalah lambang kasih, lambang cinta, lambang kehormatan. Ulos adalah kain yang di dalamnya
terkandung doa-doa bagi pemakainya. Bagaimana ibu saya bercerita bahwa dulu ompung boru
saya (nenek) tidak sembarangan dalam menenun ulos, ada ritual tersendiri, seperti doa-doa dan
makanan yang harus dimakan saat membuatnya.

Yang paling sering dikatakan saat saya remaja adalah bahwa saya adalah boru ni raja.
Setiap laki-laki Batak itu selalu dianggap raja, mengapa? Karena memang laki-laki Batak adalah
raja dalam keluarganya, semua dianggap terhormat. Sebagai perempuan disebut boru ni raja,
artinya dia itu harus bisa menjaga kehormatan dirinya. Caranya adalah dengan bertutur dan
bertingkah laku yang baik dan beradab, memiliki pengetahuan yang baik, bijaksana, singkatnya
memang seorang perempuan yang penting karena menjaga kehormatannya dengan baik.
Apalagi jika dia bisa membawa diri dengan mengerti adat isitiadat seperti yang saya telah
sebutkan di atas. Karena hal itu selalu ditanamkan orang tua maka nilai itu meresap dalam diri
saya. Saya menyadari bahwa sebagai perempuan Batak harus memiliki kualitas yang lebih luar

Fimela.com My Cultures Matters


dalam. Tujuannya tidak hanya mendapatkan jodoh yang baik tetapi memang pantaslah yang
datang kepada saya itu adalah laki-laki yang baik dari keluarga terhormat karena memang saya
sudah menunjukkan kualitas saya sebagai boru ni raja, atau istilah kerennya sekarang personal
branding saya sudah mantap.

Tidak hanya sebelum menikah, setelah sekarang berumah tangga pun falsafah boru ni
raja masih saya pegang teguh. Sebagai istri dan ibu yang memiliki peran di dalam dan di luar
rumah, haruslah menjaga Wibawa suami dan anak-anak. Efeknya juga banyak, saya semakin
mencintai budaya saya sendiri walaupun mungkin dengan sentuhan modern. Kemampuan
berbahasa Batak menjadi nilai lebih di jaman modern sekarang, memiliki pengetahuan tentang
budaya sendiri ternyata menjadi sarana yang baik untuk menunjukkan keunggulan bangsa kita
sendiri, bangsa Indonesia. Kecintaan akan kain tradisional tidak hanya kain ulos tetapi kepada
semua kain tradisional Indonesia atau wastra Nusantara. Wastra Nusantara adalah kain-kain
yang menunjukkan keluhuran budaya setiap suku di Indonesia, di situlah terkandung doa dan
makna kepada si pemakai dengan pembuatan yang teliti dan hati-hati. Memakai kain
tradisional atau pakaian dari kain tradisional Indonesia menjadikan saya merasa sangat cantik
dan bangga sebagai boru ni raja. I am proud being Batak and love being Indonesian.

Fimela.com My Cultures Matters

Anda mungkin juga menyukai