Anda di halaman 1dari 6

Materi 29

Panduan Pembuatan CV Taaruf

Bismillahirrahmanirrahmim

Berikut ini merupakan contoh CV Taaruf berupa data diri dan kriteria calon yang
diharapkan untuk taaruf. CV Taaurf yang baik tentu harus jelas dan lebih panjang dalam
mendeskripsikan semuanya. CV yang baik ialah yang jujur, rinci, tapi tetap menarik dan serius.
Hal yang sangat bahaya dalam pernikahan adalah saling tidak mengetahui kekurangan calon
pasangan. Oleh sebab itu, mohon jujur dan utuh dalam menuliskan semuanya.

Saya dulu membuat CV Taaurf mungkin lebih dari 5 halaman. Mungkin teman-teman di
sini juga boleh lebih dari 5 halaman. Jangan terlalu singkat. Karena dari cara menulis, orang lain
dapat mengetahui karakter teman-teman semua. Dalam nanti Taaruf, silahkan gunakan segala
media yang bisa dipakai untuk mengenali calon pasangan, seperti sosial media, orang-orang
terdekatnya, atau langsung wawancara / interogasi / silaturahim kepada orang tersebut tanpa
berkhalwat.
Dari contoh CV Taaruf berikut, silahkan ditulis ulang dengan format yang sama. Saya
sengaja tulis lebih hiperbolik supaya tidak salin tempel begitu saja.
CV TAARUF
Fulanah binti Fulani

1. Foto Asli Wajah dan Separuh Badan, Tampak Depan dan Samping (4 cm x 6 cm).

Depan Samping

2. Biodata

Nama Lengkap (Jenis, Usia) : Fulanah (Perempuan, 22 Tahun)

Tempat Belajar Islam : Halaqah Santri Asiyah di Muhammadiyah

TTL : Kota Makassar, 10 Mei 1997

Status Anak : Anak ke-4 dari 7 Bersaudara

Bahasa yang Dikuasai : Indonesia, Minangkabau, dan Sedikit Bahasa Inggris

Tempat Tinggal Sekarang : Kabupaten Tegal

Sifat Utama : Plegmatis: Damai + Malas / Koleris: Pemimpin + Bossy

/ Sanguinis: Ceria + Manja / Melankolis: Rajin + Baper

Status Pendidikan : Lulus SMK Peternakan Kuda, Sedang Kuliah di LIPIA Depok

Tinggi, Berat Badan : 160 cm, 51 kg


Golongan Darah, Rhesus : B positif

Pekerjaan (Penghasilan) : Bidan di Klinik (+- 3 juta rupiah per bulan)

Hafalan Quran : 3 juz hafalan kuat, 5 juz hafalan lemah

Cita-Cita yang Sedang Dikejar: Hafal Quran 30 juz via Sekolah Tahfidz Setiap Sabtu

Hobi di Waktu Luang : Main Layangan

Prinsip Hidup : Adab Sebelum Ilmu, Ilmu Sebelum Amal

3. Sejarah Pribadi

Saya lahir di sini. Dari kecil saya dibesarkan di sini bersama orang tua. Saya dibesarkan
dalam lingkungan suku Jawa. Saya sekolah di sini dan sana. Saya kursus bahasa inggris selama
belasan tahun. Saya mulai hijrah saat SMP dengan ikut rohis. Saya akhirnya bisa kuliah dan
bekerja di sini.

Saya dari kecil mendalami ilmu busana. Saya belajar desain pakaian dan jahitannya. Saya
tawarkan pakaian di toko online. Saya berhasil memiliki toko baju dengan bekerja sama dengan
teman.

Saya semenjak sekolah terbiasa berkegiatan aktif. Saya merintis rumah kursus bahasa
isyarat bagi orang-orang yang ingin berkomunikasi dengan para tuli atau tuna rungu. Teman-
teman mengenal saya senang memimpin, dan terkadang galak juga. Anehnya, saya sering
memukul seseorang ketika tertawa.

Semenjak kuliah, saya sudah pindah pulau dan merantau. Saya harus bisa menitipkan diri
pada lingkungan. Di perantauan, saya berteman dengan sebanyak mungkin orang. Saya akhirnya
disukai teman-teman, tetangga, termasuk dicintai kucing-kucing di kosan.

Ketika bekerja, saya terpaksa harus ikut dinas ke pelosok desa. Di desa, saya menjadi
dokter yang mengabdi bagi kampung setempat. Seringkali masyarakat berterima kasih dengan
membawa sebagian hasil panen ke ruang praktik. Saya paling senang ketika petani memberikan
saya hadiah bebek-bebek ketika panen di peternakannya.

Kini saya sudah besar. Saya tinggal dekat orang tua lagi. Sekarang saya mengasuh adik-
adik saya dan membantu mereka supaya bisa melanjutkan pendidikan tingginya.
4. Sejarah Keluarga

Ayah saya adalah seorang nelayan. Ia berada di laut setiap malam. Ibu saya adalah
seorang perawat. Ia bekerja di rumah sakit Muhammadiyah Solo. Kakak saya ada banyak. Adik
saya laki-laki semua.

Keluarga saya dulu kaya raya sebagai pedagan di pasar. Tapi, semenjak kebakaran, toko
kami gulung tikar bersamaan dengan luluh lantahnya pasar tersebut. Akhirnya ayah beralih
profesi menjadi nelayan. Ayah saya juga membuka tambak ikan arwana dari ikan bayi sampai
bisa dipanen. Kalau sudah besar, ikan arwana tersebut sebagian kami makan, sebagian lagi dijual
kiloan di pasar basah.

Ibu saya sangat pandai merawat orang. Ia jadi suster teladan dan diidolakan oleh para
pasien ibu-ibu di rumah sakitnya. Namun, ibu saya tetap tidak lupa rumahnya. Seringkali pasien
di rumah sakit merasa kehilangan bila ibu saya sedang pulang. Tapi biarlah, karena keluarga di
rumah lebih merasa kehilangan dari pada pasien-pasien tersebut.

Kakak saya ada tiga. Semuanya sekarang sedang kuliah di Arab untuk belajar Islam. Ada
yang kuliah di Madinah, di Libya, dan ada yang di Maroko. Semuanya kuliah sambil bekerja.
Pekerjaan mereka semua adalah pedagang. Ada yang pedagang dinar, ada yang pedagang
elektronik, dan ada juga yang berdagang otomotif. Semuanya sukses dan bisa mengirimi kami
uang meski tidak banyak.

Adik saya semuanya sedang di pesantren. Pesantrennya walau setara SD, tapi sudah full
bahasa Arab dan Inggris. Saya kadang bingung kalau mereka sudah pulang dan berbicara dengan
bahasa Arab tapi saya tidak mengerti.

5. Kelebihan dan Kekurangan Diri

Saya punya sejumlah kelebihan. Saya pandai sejarah Islam. Saya ahli memasak. Saya
bisa menyetir mobil. Diantara kelebihan yang paling saya banggakan adalah saya pandai digital
marketing dan bisa menjualkan barang-barang pabrik langsung dari rumah via iklan di sosial
media. Dengan kelebihan tersebut, saya bisa membantu perekonomian keluarga dan membantu
adik-adik melanjutkan ke sekolah tinggi. Memang saya juga punya kelebihan pandai memasak,
tapi masalahnya saya jadi kelebihan berat badan.
Saya punya banyak kekurangan. Saya tidak bisa menyetir motor sehingga harus selalu
dibonceng ayah kalau pergi ke madrasah. Saya punya riwayat penyakit alergi kacang sehingga
seluruh masakan saya dipisahkan. Saya mudah menangis ketika melihat hujan turun karena
pernah punya kenangan masa lalu. Saya belum pandai mencuci baju sehingga pernah baju jadi
bau karena terlalu lama direndam. Namun, kekurangan saya yang merepotkan adalah saya
mudah malu kalau berbicara di depan banyak orang. Hal ini membuat pipi saya merah dan dada
saya sesak. Tangan saya bergetar sehingga saya lebih baik turun panggung dan diantar pulang.

6. Amal Ibadah Harian

Saya terbiasa shalat lima waktu di masjid. Seringkali saya bangun tahajjud dan sahur
untuk shaum Senin-Kamis. Saya terbiasa shalat Dhuha dan baca Quran hatam per 2 bulan. Saya
terbiasa ikut liqa dan majelis ta’lim tiap malam Jumat. Saya sudah hafal juz 30 dan juz 1. Saya
terbiasa membaca buku sejarah Islam dan fiqih. Diantara semua ibadah wajib, saya belum pernah
berangkat haji. Haji tahun ini tertunda karena pandemi. Apalagi saya bingung kalau harus
berangkat tapi belum ada mahram. Mudah-mudahan yang baca CV saya bisa jadi suami saya
sehingga bisa membayarkan biaya saya untuk berangkat haji.

6. Visi Misi Keluarga

Secara agama harus toleran pada sesama Ahlu Sunnah. Ikut Ustadz Adi Hidayat dan
Ustadz Abdul Somad dalam menghadapi berpedaan pendapat para ulama. Mahar nikah minimal
rumah dan isinya dicicil 20 tahun sampai lunas. Pokoknya semua anak harus hafal Quran, dari
kecil dikirim ke pondok yang biaya terjangkau walaupun harus jauh ke ujung pulau sana. Saya
ingin fokus jadi ibu rumah tangga dan sampingannya mengatur ekspor-impor dari rumah. Tidak
ada yang boleh lupa tahajjud. Anak-anak harus jadi ulama, dokter, dan pegiat politik. Keluarga
saya akan dididik dalam Madzhab Syafi’i terlebih dahulu sebelum masuk perbandingan
madzhab. Saya memahami membatasi keturunan hukumnya haram. Saya izinkan suami poligami
saat usia saya 30 tahun. Saya ingin hidup sederhana dengan semua barang harus bermanfaat
tanpa kemewahan. Saya ingin menikah tahun depan pokoknya harus ada jodohnya. Orang tua
saya sudah mendukung saya penuh untuk menikah. Saya siap langsung hamil karena kuliah
sudah tingkat akhir. Saya ingin mendukung penuh suami untuk dakwah di organisasi dan jamaah
dakwah setempat. Semuanya tidak ada istirahat kecuali kaki kanan sudah mengijakkan kaki di
surga.
7. Kriteria Calon yang Diharapkan

Calonnya harus ahli masjid. Tidak boleh merokok. Harapannya ahli bahasa Arab.
Usianya maksimal 24 tahun. Berat badannya wajib ideal. Warna kulit harus cerah. Kelas
ekonomi menengah ke atas. Pendidikan minimal SMK. Harus bisa benerin barang elektro. Tidak
boleh sakit-sakitan. Keluarganya tinggal di provinsi yang sama. Pokoknya ia harus tampan walau
dilihat dari kejauhan. Saya ingin menikah dengan suami yang bisa menafkahi saya lahir batin.
Saya ingin dipimpin shalat tahajudnya oleh suami, jadi suami harus punya hafalan panjang. Saya
maunya suami yang pemalu dan tidak bisa marah pada istrinya. Suami harus mendukung saya
supaya bisa berketurunan banyak dan menjadi madrasah keluarga seperti keluarga shahabat nabi.
Suami saya harus bisa diuji pengetahuannya terkait Sirah Nabawiyah.

Demikian CV ini, mudah-mudahan bisa menjelaskan siapa saya sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai