Anda di halaman 1dari 2

Indeks Persepsi Korupsi

Semenjak tahun 1995, Transparansi Internasional telah menerbitkan Indeks Persepsi


Korupsi (IPK) setiap tahun yang mengurutkan negara-negara di dunia berdasarkan persepsi
(anggapan) publik terhadap korupsi di jabatan publik dan politis.
Survei tahun 2003 mencakup 133 negara. Hasilnya menunjukan tujuh dari setiap sepuluh
negara (dan sembilan dari setiap sepuluh negara berkembang) memiliki indeks 5 poin dari 10.
Pada 2006 survei mencakup 163 negara. Indonesia berada pada peringkat 130 dari 163 negara
tersebut dengan nilai indeks 2,4. Pada 2007 survei mencakup 180 negara. Indonesia berada
pada peringkat 145 dari 180 negara tersebut dengan nilai indeks 2,3. Pada tahun 2009 survei
mencakup 178 negara. Indonesia berada pada peringkat 110 dengan nilai indeks 2,8, dan pada
2010 naik menjadi peringkat 100 dari 182 negara dengan nilai indeks 3,0.
Nilai dari indeks ini sedang didebatkan, karena berdasarkan survei, hasilnya tidak bisa
dihindarkan dari bersifat subjektif. Karena korupsi selalu bersifat tersembunyi, maka mustahil
untuk mengukur secara langsung, sehingga digunakan berbagai parameter untuk mengukur
tingkat korupsi. Contohnya adalah dengan mengambil sampel survei persepsi publik melalui
berbagai pertanyaan, mulai dari "Apakah Anda percaya pada pemerintah?" atau "Apakah
korupsi masalah besar di negara Anda?". Selain itu, apa yang didefinisikan atau
dianggap sah sebagai korupsi berbeda-beda di berbagai wilayah hukum: sumbangan politis
sah di satu wilayah hukum mungkin tidak sah di wilayah lain; sesuatu yang dianggap sebagai
pemberian tip biasa di satu negara bisa dianggap sebagai penyogokan di negara lain. Dengan
demikian, hasil survei harus dimengerti secara khusus sebagai pengukuran persepsi
(anggapan) publik, bukannya satu ukuran yang objektif terhadap korupsi.

Kritik Terhadap Index

Statistik dari tahun yang berlainan belum tentu mampu dibandingkan. ICCR sendiri
menjelaskan, perubahan dari tahun ke tahun di hasil dari satu negara ditimbulkan bukan
hanya dari perubahan persepsi terhadap penampilan suatu negara, namun juga dari perubahan
sampel dan metodologi. Setiap tahun, beberapa sumber tidak diperbaharui dan wajib
dihilangkan dari IPK, sementara sumber baru dan tepercaya ditambahkan. Dengan berbeda-
bedanya peserta dan metodologi, perubahan skor suatu negara mampu juga mengadakan
komunikasi dengan kenyataan bahwa pandangan-pandangan berlainan telah dikumpulkan dan
pertanyaan-pertanyaan berlainan telah diberikan (walaupun telah ada) reformasi antikorupsi...
(atau) penyibakan skandal korupsi terbaru, Yaitu sulit bagi memperbaiki IPK skor dalam
waktu singkat, seperti dalam dua tahun. IPK yaitu sesuai dari data selama tiga tahun terakhir
(lihat narasumber di bawah). Ini gunanya bahwa perubahan dalam persepsi korupsi hanya
akan muncul dalam indeks selama waktu yang semakin lama." Mereka pun telah
membicarakan bahwa dalam waktu yang lama mereka telah bergeser dari survei publik di
suatu negara ke survei para pakar, dan mereka telah meningkatkan jumlah survei para pakar
dari negara-negara mengembang tentang persepsi mereka tentang korupsi di negara-negara
maju

Anda mungkin juga menyukai