Anda di halaman 1dari 7

Nama : Amira Divinia

NPM : 1220210109
Soal 1
Menurut “Corruption Perception Index (CPI), padatahun 2020
Indonesia berada di skor 37 padaperingkat 102 dari 180 negara . terjadi penurunan 3
poin dibandingkan tahun sebelumnya . padatahun 2019 Indonesia mendapatkan skor
40 padaperingkat 85 dari 180 negara .
Pertanyaan :
a. Menurut pendapat saudara faktor faktor apa sajayang menjadi penyebab turunnya C
orruption Perception Index Indonesia di tahun 2020 ?
b. Usulkan upaya apa yang harus dilakukanpemerintah agarCPI
Indonesia pada berikutnyatidak semakin turun ?

Jawab :
a. Penurunan Corruption Perception Index (CPI) Indonesia di tahun 2020 dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
• Kasus Korupsi yang Terpapar: Adanya kasus-kasus korupsi yang terkenal
dan terpapar secara luas di media dapat memberikan kesan bahwa korupsi
masih merajalela di Indonesia.
• Kinerja Penegakan Hukum: Keefektifan penegakan hukum dalam mengatasi
korupsi dapat memengaruhi CPI. Jika lembaga penegak hukum dianggap
tidak bekerja secara transparan atau efisien, hal ini dapat mempengaruhi
persepsi tentang tingkat korupsi.
• Transparansi Pemerintah: Tingkat transparansi dalam pemerintahan,
termasuk dalam proses pengadaan proyek dan pengelolaan anggaran, bisa
memengaruhi CPI.
• Faktor Ekonomi: Kondisi ekonomi dan stabilitas politik suatu negara juga
dapat memengaruhi persepsi tentang korupsi. Ketidakstabilan ekonomi atau
politik bisa memperburuk persepsi korupsi.
• Kepatuhan terhadap Standar Antikorupsi: Adopsi dan implementasi
standar-standar internasional untuk melawan korupsi, seperti UN
Convention Against Corruption, dapat memengaruhi CPI.
• Faktor-faktor Regional: Perbandingan dengan negara-negara tetangga dan
regional juga dapat memainkan peran dalam penilaian CPI.
b. Untuk meningkatkan Corruption Perception Index (CPI) Indonesia pada masa
mendatang, pemerintah dapat mengambil berbagai upaya, antara lain:
• Penguatan Penegakan Hukum: Memastikan bahwa lembaga-lembaga
penegak hukum memiliki otonomi, sumber daya, dan kapasitas yang cukup
untuk menyelidiki, menuntut, dan menghukum kasus-kasus korupsi tanpa
adanya intervensi politik atau tekanan eksternal.
• Transparansi dan Akuntabilitas: Mendorong transparansi dalam proses
pengadaan proyek, penggunaan anggaran publik, dan keputusan
pemerintah. Masyarakat harus memiliki akses yang lebih besar terhadap
informasi yang berkaitan dengan kebijakan dan pengelolaan dana publik.
• Pencegahan Korupsi: Menerapkan langkah-langkah pencegahan korupsi,
seperti penyusunan kode etik untuk pegawai pemerintah, pelatihan anti-
korupsi, dan promosi budaya integritas di sektor publik.
• Partisipasi Masyarakat: Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam
pengawasan terhadap pemerintah dan proyek-proyek pembangunan.
Inisiatif seperti pelaporan whistleblowing dan portal pelaporan korupsi
online dapat digunakan untuk melibatkan masyarakat.
• Reformasi Hukum: Memperbarui dan memperkuat undang-undang yang
berkaitan dengan korupsi, serta memastikan hukuman yang tegas bagi
pelaku korupsi. Reformasi peradilan juga penting untuk memastikan proses
hukum yang adil dan cepat.
• Keterlibatan Swasta: Menggandeng sektor swasta dalam upaya anti-korupsi
dengan mendorong praktik bisnis yang transparan dan etis.
• Edukasi dan Kesadaran: Melakukan kampanye edukasi untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak negatif korupsi dan
pentingnya melaporkan tindakan korupsi.
• Kerja Sama Internasional: Terus berpartisipasi dalam kerja sama
internasional dalam melawan korupsi, seperti bergabung dengan inisiatif
internasional dan mematuhi konvensi anti-korupsi.
• Evaluasi Berkala: Melakukan evaluasi berkala terhadap upaya anti-korupsi
yang dilakukan pemerintah untuk memastikan bahwa strategi dan kebijakan
yang diterapkan efektif.
• Tanggung Jawab Pemimpin: Pemimpin pemerintah harus memberikan
contoh integritas dan berkomitmen untuk memerangi korupsi dalam
pemerintahan.
Soal 2
Apakah yang dimaksud dengan Akuntansi Forensik dan Audit investigasi? Dan apa
bedanya dengan Fraud Examinatian, dikaji dari faktor : Timing, Scope, Obyective,
Relationship, Methodology dan Presumption? Jelaskan dan berikan ilustratif
masing-masing.
Akuntansi Forensik, Audit Investigasi, dan Fraud Examination adalah bidang-
bidang yang berkaitan erat dalam mendeteksi, mencegah, dan menangani kasus-
kasus kecurangan (fraud) dalam organisasi. Meskipun terkait, ketiganya memiliki
perbedaan dalam beberapa faktor utama:
1. Timing
• Akuntansi Forensik: Biasanya dilakukan setelah terjadinya dugaan atau
indikasi kecurangan. Penelitian forensik ini berfokus pada penyelidikan
setelah tindakan kecurangan terjadi.
• Audit Investigasi: Dilakukan sebagai tanggapan terhadap dugaan pelanggaran
atau kecurangan yang teridentifikasi selama proses audit keuangan tahunan.
Ini adalah langkah investigasi yang dilakukan oleh auditor.
2. Scope (Lingkup)
• Akuntansi Forensik: Melibatkan penyelidikan yang lebih luas untuk
mengungkap kecurangan, mencakup berbagai aspek seperti akuntansi,
keuangan, dan perilaku individu atau entitas.
• Audit Investigasi: Lingkupnya lebih terbatas, fokus pada kasus-kasus yang
terkait dengan laporan keuangan yang diaudit.
3. Objective (Tujuan)
• Akuntansi Forensik: Tujuannya adalah mengidentifikasi, mengungkap, dan
mengumpulkan bukti-bukti yang kuat untuk penggunaan dalam proses
hukum, misalnya dalam pengadilan.
• Audit Investigasi: Tujuannya adalah untuk menilai apakah ada pelanggaran
yang signifikan terhadap kebijakan atau prosedur perusahaan yang perlu
diperbaiki.
4. Relationship (Hubungan)
• Akuntansi Forensik: Biasanya dilakukan oleh ahli forensik yang
independen atau tim forensik internal dalam situasi di mana terdapat
kecurangan yang diduga.
• Audit Investigasi: Dilakukan oleh auditor internal atau eksternal yang telah
terlibat dalam audit keuangan organisasi.
5. Methodology (Metodologi)
• Akuntansi Forensik: Menggunakan metode investigasi seperti wawancara,
analisis dokumen, dan analisis data untuk mengungkap kecurangan.
• Audit Investigasi: Metodologi lebih terfokus pada evaluasi internal dan
penilaian terhadap kontrol internal.
6. Presumption (Asumsi):
• Akuntansi Forensik: Sering kali didasarkan pada asumsi bahwa kecurangan
telah terjadi dan mencari bukti yang mendukung asumsi ini.
• Audit Investigasi: Lebih netral dalam pendekatan dan berfokus pada
pencarian pelanggaran terhadap kebijakan atau peraturan perusahaan.
Ilustrasi:
Misalnya, sebuah perusahaan menemukan adanya penarikan uang yang
mencurigakan dari rekening banknya. Dalam situasi ini:
Akuntansi Forensik akan dilakukan jika perusahaan mencurigai bahwa ada
kecurangan yang terjadi. Tim forensik akan melakukan penyelidikan yang
komprehensif, mencari bukti terkait, dan mengumpulkan data untuk memperkuat
kasus kecurangan yang diduga.
Audit Investigasi akan terjadi jika penarikan uang yang mencurigakan terdeteksi
selama proses audit tahunan. Auditor akan menginvestigasi masalah ini untuk
menentukan apakah ada pelanggaran terhadap kebijakan perusahaan yang perlu
diperbaiki.
Keduanya berfokus pada tujuan yang berbeda dan memiliki metode yang berbeda,
tergantung pada konteks dan sumber dugaan kecurangan.

Soal 3
Akuntan Publik memiliki Standar Profesi AkuntanPublik (SPAP),
yang secara sederhana dapatartikan sebagai ukuran mutu. Sedangkn auditor Investig
atif juga memiliki Standar Audit. Sebutkan 7 standar audit investigasi tersebut, dan j
elaskanmasing-masing.
Berikut adalah 7 standar audit investigasi yang biasanya diterapkan:
• Standar 1: Penetapan Ruang Lingkup (Standard for the Foundation for Fraud
Examination and Fraud Deterrence): Standar ini menetapkan dasar-dasar untuk
melakukan pemeriksaan kecurangan, termasuk penetapan tujuan, pemahaman
kasus, dan penetapan ruang lingkup investigasi.
• Standar 2: Perencanaan dan Penilaian Risiko (Standard for Fraud Examination
and Fraud Deterrence Programs and Plans): Standar ini berfokus pada
perencanaan investigasi dan penilaian risiko kecurangan yang dapat terjadi. Ini
mencakup identifikasi sumber informasi, metode pemeriksaan, dan
pengelolaan risiko.
• Standar 3: Pengumpulan Bukti (Standard for Acquiring Information and
Evidence): Standar ini berkaitan dengan pengumpulan bukti-bukti yang kuat
dan sah untuk mendukung investigasi. Ini mencakup metode pengumpulan
informasi dan penggunaan sumber daya eksternal.
• Standar 4: Analisis dan Interpretasi Bukti (Standard for Examination and
Evaluation of Information and Evidence): Standar ini mencakup proses analisis
dan interpretasi bukti yang telah dikumpulkan untuk mengidentifikasi pola
kecurangan dan kesimpulan investigasi.
• Standar 5: Pemberian Laporan (Standard for Reporting Results of
Examinations): Standar ini mengatur cara penyajian hasil investigasi kepada
pihak yang berkepentingan. Ini mencakup format laporan, komunikasi temuan,
dan rekomendasi.
• Standar 6: Penggunaan Teknologi dan Alat Bantu (Standard for the Use of
Technology in Fraud Examination): Standar ini mencakup penggunaan
teknologi dan alat bantu dalam mendukung investigasi, seperti analisis data
komputer, forensik digital, dan perangkat lunak analisis.
• Standar 7: Etika dan Profesionalisme (Standard for Fraud Examiners and
Deterrence): Standar ini menegaskan pentingnya etika dan profesionalisme
dalam melakukan audit investigasi. Ini mencakup isu-isu seperti konflik
kepentingan, kerahasiaan informasi, dan integritas
Soal 4
Lembaga-lembaga berikut erat kaitannya dengan bidang akuntansi forensik dan audit
investigatif: BPK, KPK, dan APIP (Aparat Pengawas Intern Pemerintah). Jelaskan
perbedaan tugas antara ketiga lembaga tersebut.
Jawab :
1. BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)
• Tugas Utama: BPK adalah lembaga pemeriksa keuangan negara yang
bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan atas pengelolaan
keuangan negara, termasuk pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah
dan entitas yang menggunakan dana negara.
• Peran dalam Akuntansi Forensik: BPK memiliki peran dalam mendeteksi
dan mencegah potensi penyelewengan keuangan negara. Mereka dapat
melakukan pemeriksaan forensik ketika ada indikasi kecurangan dalam
pengelolaan keuangan negara.

2. KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)


• Tugas Utama: KPK adalah lembaga independen yang bertugas untuk
memberantas tindak pidana korupsi di Indonesia. Mereka menyelidiki dan
menindak tindak korupsi di sektor publik.
• Peran dalam Akuntansi Forensik: KPK sering kali terlibat dalam investigasi
akuntansi forensik ketika ada dugaan korupsi dalam proyek-proyek
pemerintah atau instansi pemerintah. Mereka menyelidiki kecurigaan tindak
pidana korupsi dengan menggunakan metode forensik.
3. APIP (Aparat Pengawas Intern Pemerintah)
• Tugas Utama: APIP adalah lembaga pengawas intern pemerintah yang
bertugas untuk melakukan pengawasan intern di instansi pemerintah,
termasuk pemantauan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan publik.
• Peran dalam Akuntansi Forensik: APIP dapat terlibat dalam pemeriksaan
akuntansi forensik jika mereka menemukan indikasi penyelewengan
keuangan dalam pengelolaan dana publik di instansi pemerintah yang
mereka awasi.
Perbedaan tugas utama ketiga lembaga ini adalah bahwa BPK fokus pada
pemeriksaan keuangan negara, KPK berfokus pada pemberantasan korupsi, dan APIP
bertugas melakukan pengawasan intern di instansi pemerintah. Namun, dalam
konteks akuntansi forensik dan audit investigatif, semua tiga lembaga dapat terlibat
dalam penyelidikan dan pemeriksaan kecurangan yang melibatkan pengelolaan
keuangan negara.

Soal 5
Segitiga akuntansi forensik terdiri atas tiga titik konsep, yaitu perbuatan melawan
hukum, kerugian, dan hubungan kausalitas. Jelaskan cara membaca segitiga akuntansi
forensik tersebut dari masing-masing konsep dan keterkaitannya, disertai dengan
contoh
Jawab :
Segitiga akuntansi forensik adalah konsep yang digunakan untuk memahami
penyelidikan keuangan dan identifikasi kecurangan. Ini terdiri dari tiga titik konsep
utama: perbuatan melawan hukum, kerugian, dan hubungan kausalitas.

• Perbuatan Melawan Hukum


Ini merujuk pada tindakan atau perilaku yang melanggar hukum atau peraturan
yang berlaku. Perbuatan ini mencakup berbagai jenis kecurangan, termasuk
penipuan, penggelapan, manipulasi akuntansi, dan tindakan ilegal lainnya.
• Kerugian
Kerugian mengacu pada dampak finansial atau ekonomi yang ditimbulkan oleh
perbuatan melawan hukum. Ini bisa berupa kerugian keuangan secara langsung,
seperti kehilangan uang atau aset, atau kerugian tidak langsung, seperti reputasi
yang rusak atau penurunan nilai saham.
• Hubungan Kausalitas
Hubungan kausalitas adalah ikatan antara perbuatan melawan hukum dan kerugian
yang ditimbulkannya. Dalam konteks akuntansi forensik, penting untuk memahami
bagaimana perbuatan ilegal tersebut berkontribusi secara langsung atau tidak
langsung terhadap kerugian yang dialami oleh organisasi atau individu.
Contoh Ilustratif:
Misalkan seorang pegawai dalam sebuah perusahaan melakukan tindakan
penipuan dengan mencuri uang dari rekening perusahaan. Dalam hal ini:
- Perbuatan Melawan Hukum: Perbuatan melawan hukum adalah tindakan
pencurian uang perusahaan oleh pegawai tersebut, yang jelas melanggar hukum.
- Kerugian: Kerugian yang ditimbulkan adalah jumlah uang yang dicuri oleh
pegawai tersebut dari perusahaan.
- Hubungan Kausalitas: Hubungan kausalitas terjadi ketika tindakan pencurian ini
secara langsung menyebabkan kerugian finansial bagi perusahaan, karena uang
yang dicuri tidak lagi tersedia untuk digunakan dalam operasi perusahaan atau
investasi.
Dengan memahami segitiga akuntansi forensik ini, penyelidik dapat mengidentifikasi
tindakan ilegal, mengukur dampaknya pada kerugian, dan membuktikan hubungan
kausalitas antara tindakan ilegal dan kerugian yang terjadi. Ini menjadi dasar bagi
penyelidikan keuangan yang efektif dan penyelamatan aset yang mungkin
terpengaruh oleh kecurangan.

Anda mungkin juga menyukai