KORUPSI DI INDONESIA
MK. ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK
DISUSUN OLEH:
MUHAMMAD NUR
NIM: E013221021
Kasus
Su
mber: Komisi Pemberantasan Korupsi
Selanjutnya dalam laporan yang disampaikan oleh Transparency
International melaporkan, Indeks Persepsi Korupsi (IPK) atau corruption
perception index (CPI) Indonesia mengalami penurunan sebanyak empat poin
menjadi 34 pada tahun 2022 dari 38 pada 2021 silam.
Kemerosotan poin IPK Indonesia ini turut menurunkan peringkat
Indonesia pada skala global. Berdasarkan data, ranking IPK Indonesia
tercatat berada di urutan ke-110 pada 2022. Peringkat IPK Indonesia
menurun sebanyak 14 poin dari tahun 2021 yang berada di peringkat ke-96.
Dalam mengukur Indeks Persepsi Koruspi menggunakan sembilan
indikator, yaitu Political Risk Service (PRS.) International Country Risk
Guide, Global Insight Country Risk Ratings, dan IMD World
Competitiveness Yearbook. Selanjutnya, penilaian IPK memakai indikator
Economist Intelligence Unit Country Ratings, Bertelsmann Foundation
Transform Index, PERC Asia Risk Guide, World Justice Project-Rule of Law
Index, serta Varieties of Democracy Project.
Jika dilihat berdasarkan statistik, tren IPK Indonesia 2022 terlihat cukup
membaik dibandingkan satu dekade lalu pada tahun 2012, yang saat itu
mendapatkan skor 32 poin. Sementara, skor IPK Indonesia tertinggi terjadi
pada tahun 2019 silam dengan perolehan 40 poin.
Berdasarkan laporan IPK oleh Transparency International, Indonesia
menempati peringkat ke-110 dari total 180 negara di dunia pada 2022.
Adapun, skor 0 artinya negara bersangkutan sangat rawan korupsi.
Sedangkan, jika mendapat skor 100, negara bersangkutan bebas dari kasus
korupsi. Sementara itu, Indonesia tercatat menempati posisi kelima dalam
daftar skor indeks korupsi terburuk di kawasan Asia Tenggara berdasarkan
laporan dari TII. Myanmar menduduki peringkat pertama sebagai negara
terkorup di kawasan Asia Tenggara dengan skor IPK 23 poin di tahun 2022.
Disusul oleh Kamboja dengan skor IPK 24 poin, Laos 31 poin, dan
Filipina dengan skor 33 poin. Sedangkan, Singapura menjadi negara yang
paling minim korupsi dengan skor IPK mencapai 83 poin. Angka ini juga
mengantarkan Singapura menjadi negara terbaik di peringkat kelima dalam
skala global setelah Norwegia.
Data-data di atas menunjukkan bahwa pemberantasan korupsi di
Indonesia belum maksimal dan terindikasi mengalami penurunan dari tahun
ke tahun.
A. DEFINISI MASALAH
Tindakan koruptip atau prilaku korupsi adalah tindakan yang sejak lama
terjadi di Indonesia dan terjadi di banyak negara lainnya. Praktek-praktek
seperti penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan (abuse of power), jual beli
jabatan, penyuapan, penyogokan, pemberian uang pelican, pungutan liar,
pemberian imbalan atas dasar KKN, dan penggunaan uang negara untuk
kepentingan pribadi. Kesemuanya itu adalah tindakan-tindakan koruptif yang
sering banyak terjadi baik di pemerintahan pusat maupun daerah. Hasil
Penelitian yang diterbitkan di Jurnal Ekonomi Internasional bereputasi
menyebutkan “korupsi memiliki dampak yang kuat pada pembangunan
ekonomi dan sosial dan tunduk pada berbagai kondisi kelembagaan,
yurisdiksi, sosial, dan ekonomi”. (Eugent Dimant)
B. PERILAKU UTAMA
Dari berbagai kasus yang ada dapat disimpulkan sementera bahwa
faktor-faktor penyebab korupsi di Indonesia terdiri atas 4 (empat) aspek,
yaitu:
D. UKURAN EFEKTIVITAS
Dalam mengukur efektivitas pemberatasan korupsi dapat dilihat dari
pengukuran Penilaian Indeks Persepsi Koruspi (IPK) dan jumlah data kasus
korupsi di Indonesia tiap tahunnya serta indikator-indikator lainnya terkait
tingkat korupsi di Indonesai.
REFERENSI:
Dimant E. and Tosata Guglielmo (2017). “Causes and Effects of Corruption:
What Has Past Decade’s Empirical Research Taught Us? A Survey.”
Journal of Economic Survey. Vol.00 No. 0 p. 1-22