Anda di halaman 1dari 2

MASALAH-MASALAH EKONOMI INDONESIA DAN DUNIA

FZ-2022
(Korupsi di Indonesia)
Aurelia Putri Helena, 230413603841, Prodi: S1 Manajemen

Abstrak
Dewasa ini fenomena korupsi di Indonesia telah menjadi isu perdebatan yang cukup panas, baik
secara teoritis maupun empiris. Korupsi merupakan penyakit sosial yang mengancam semua aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian materiil
keuangan negara yang sangat besar. Bentuk perampasan dan pengurasan keuangan negara demikian
terjadi hampir di seluruh wilayah tanah air. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku
korupsi di Indonesia, kebijakan pemerintah, dan dampak korupsi, khususnya dalam bidang
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian dilakukan dengan
metode penelitian kualitatif dengan sumber data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh
dari beberapa jurnal internasional, artikel, dan penelitian terdahulu yang relevan dengan masalah yang
dikaji.
Kata Kunci: korupsi, pertumbuhan ekonomi, kualitatif.

Abstract
The phenomenon of corruption in Indonesia today has become a hotly debated issue, both
theoretically and empirically. Corruption is a social disease that threatens all aspects of life in
society, nation and state. Corruption has resulted in huge material losses to state finances. Such
forms of deprivation and drain of state finances occur in almost all regions of the country. This study
aims to analyze corruption behavior in Indonesia, government policies, and the impact of corruption,
especially in the field of economic development in Indonesia. To achieve this goal, research is carried
out with qualitative research methods with data sources used in the form of secondary data obtained
from several international journals, articles, and previous research relevant to the problem studied.
Keywords: corruption, economic growth, qualitative.

Pendahuluan
Korupsi di Indonesia semakin hari semakin merajalela, sehingga berbagai upaya pun dengan gencar
dilakukan termasuk pencegahan melalui kegiatan-kegiatan layanan iklan, dan melalui pemampangan
para koruptor dalam media elektronik maupun cetak. Upaya penindakan terhadap pelaku korupsi
telah dilakukan oleh pemerintah bersama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan
lembaga peradilan. Tingginya angka korupsi di Indonesia membuat pemerintah Indonesia semakin
selektif dalam berbagai kegiatan dan pembangunan, terutama dengan adanya otonomi daerah, sesuai
data hasil penelitian (Ervianto, 2018). Perkembangan korupsi sampai saat ini pun sudah merupakan
akibat dari sistem penyelenggaraan pemerintahan yang tidak tertata secara tertib dan tidak terawasi
secara baik karena landasan hukum yang dipergunakan juga mengandung banyak kelemahan-
kelemahan dalam implementasinya.
Tindak pidana korupsi merupakan masalah yang sangat serius, karena tindak pidana korupsi dapat
membahayakan stabilitas dan keamanan negara dan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial,
politik dan ekonomi masyarakat, bahkan dapat pula merusak nilai-nilai demokrasi serta moralitas
bangsa karena dapat berdampak membudayanya tindak pidana korupsi tersebut. Sehingga harus
disadari meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa dampak yang
tidak hanya sebatas kerugian negara dan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Di Indonesia, jumlah kasus korupsi yang dilaporkan untuk di investigasi
meningkatsignifikan setiap tahunnya. Berdasarkan data Indonesia Corruption Watch (ICW), ada 579
kasus korupsi yang telah ditindak di Indonesia sepanjang 2022. Jumlah itu meningkat 8,63%
dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebanyak 533 kasus. Dari berbagai kasus tersebut, ada
1.396 orang yang dijadikan tersangka korupsi di dalam negeri. Jumlahnya juga naik 19,01%
dibandingkan pada 2021 yang sebanyak 1.173 tersangka. Adapun, korupsi paling banyak terjadi di
sektor desa pada 2022, yakni 155 kasus. Jumlah itu setara dengan 26,77% dari total kasus korupsi
yang ditangani penegak hukum pada 2022. Selain di desa, korupsi banyak terjadi di sektor utilitas
pada 2022, yakni 88 kasus. Setelahnya ada sektor pemerintahan dengan 54 kasus korupsi sepanjang
tahun lalu. Sebanyak 40 kasus korupsi terjadi di sektor pendidikan pada 2022. Kemudian, korupsi
yang terjadi di sektor sumber daya alam dan perbankan sama-sama sebanyak 35 kasus (ICW, 2022).
Ini artinya korupsi di Indonesia masih merupakan permasalahan serius yang sampai sekarang
belum bisa ditangani.

Pembahasan
A. Kajian Teori
Secara definitif pengertian korupsi mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
negara saat ini. Seperti yang dikemukakan oleh Robert Klitgaard yang menyatakan bahwa Korupsi
adalah suatu tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi jabatannya dalam negara, dimana
untuk memperoleh keuntungan status atau uang yang menyangkut diri pribadi (perorangan, keluarga
dekat, kelompok sendiri), atau melanggar aturan pelaksanaan yang menyangkut tingkah laku pribadi
(Robert Klitgaard, 1998). Menurut undang-undang Republik Indonesia, Korupsi adalah perbuatan
melawan hukum dengan melakukan perbuatan mem-perkaya diri sendiri atau orang lain sehingga
menimbulkan kerugian keuangannegara atau perekonomian negara (UU No. 20/2001).
Secara Istilah korupsi berasal dari bahasa latin yakni corruptio. Dalam bahasa Inggris adalah
corruption atau corrupt, dalam bahasa Perancis disebut corruption dan dalam bahasa Belanda disebut
dengan coruptie. Agaknya dari bahasa Belanda itulah lahir kata korupsi dalam bahasa Indonesia.
Korup berarti busuk, buruk; suka menerima uang sogok (memakai kekuasaannya untuk kepentingan
sendiri dan sebagainya). Korupsi adalah perbuatan yang buruk (seperti penggelapan uang, penerimaan
uang sogok dan sebagainya).
Dalam memahami suatu peristiwa tindak pidana korupsi, ada beberapa teori-teori penyebab terjadinya
tindak pidana korupsi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Robert Klitgaard, korupsi
terjadi karena adanya faktor kekuasaan dan monopoli yang tidak dibarengi dengan akuntabilitas, teori
ini sering disebut sebagai CDMA Theory, dimana Corruption = Directionary + Monopoly –
Accountability (Robert Klitgaard). Selain itu, teori yang disebut sebagai GONE Theory yang
dikemukakan oleh Jack Bologne ini mengatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
korupsi adalah keserakahan (greed), kesempatan (opportunity), kebutuhan (needs), dan pengungkapan
(expose). Dalam teori ini, faktor keserakahan potensial dimiliki setiap orang dan berkaitan dengan
individu pelaku korupsi. Faktor kesempatan, berkaitan dengan keadaan organisasi, instansi, atau
masyarakat yang sedemikian rupa, sehingga terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan
kecurangan. Faktor kebutuhan berkaitan dengan faktor-faktor yang dibutuhkan individu untuk
menunjang hidupnya yang wajar. Dan, faktor pengungkapan berkaitan dengan tindakan atau
konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan
kecurangan. Gone = Greed + Opportunity + Need + Expose (Jack Bologne).

Anda mungkin juga menyukai