Anda di halaman 1dari 67

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), Aparatur Sipil
Negara adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah. Peran Aparatur Sipil Negara (ASN) yaitu sebagai
perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan nasional, melalui pelaksanaan
kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari
intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
Sebagai bagian dari ASN, apoteker mempunyai peranan yang
besar dalam pemberian pelayanan kefarmasian terutama pelayanan
informasi obat kepada pasien atau keluarga pasien di rumah sakit.
Seperti dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit dijelaskan bahwa apoteker adalah sarjana farmasi yang
telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan
apoteker.
Rumah sakit merupakan salah satu dari industri jasa yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sebagai
salah satu Organisasi Perangkat Daerah, Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) dr. H. Moh. Anwar berperan penting sebagai unsur
pendukung atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah di bidang
pelayanan kesehatan. Untuk melaksanakan kegiatan kefarmasian,
RSUD dr. H. Moh. Anwar memiliki instalasi farmasi yang terbagi
menjadi empat unit yaitu instalasi farmasi rawat inap, instalasi farmasi
rawat jalan, instalasi farmasi gawat darurat, dan gudang farmasi.
Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) rawat jalan dapat
2

didefinisikan sebagai suatu departemen/unit atau bagian di suatu


rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker yang memenuhi
persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
kompeten secara profesional, tempat atau fasilitas penyelenggara
yang bertanggungjawab atas seluruh pekerjaan dan pelayanan
kefarmasian yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup
perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan
kesehatan/sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi
pasien rawat jalan, pengendalian mutu, dan pengendalian distribusi
dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit,
pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis, mencakup pelayanan
langsung pada pasien dan pelayanan klinik yang merupakan program
rumah sakit secara keseluruhan. Di IFRS rawat jalan RSUD dr. H.
Moh. Anwar terdiri dari 1 (satu) orang apoteker sebagai
penanggungjawab ruangan, 1 (satu) orang asisten apoteker sebagai
kepala ruangan, 2 (dua) orang asisten apoteker, dan 1 (satu) tenaga
administrasi. IFRS rawat jalan di RSUD dr. Moh. Anwar adalah unit
farmasi yang memiliki mobilitas paling tinggi dengan jumlah resep di
atas 100 lembar setiap hari.
KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) adalah suatu proses
penyampaian informasi antara apoteker dengan pasien atau keluarga
pasien yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan
kesempatan kepada pasien atau keluarga pasien dan membantu
meningkatkan pengetahuan, pemahaman sehingga pasien atau
keluarga pasien memperoleh keyakinan akan kemampuan dalam
penggunaan obat yang benar. Tujuan dari KIE sendiri adalah agar
farmasis dapat menjelaskan dan menguraikan penggunaan obat yang
benar dan baik bagi pasien sehingga tujuan terapi pengobatan dapat
tercapai dan pasien merasa aman dengan obat yang dikonsumsi.
Berdasarkan hasil pengamatan langsung di IFRS Rawat Jalan
RSUD dr. H. Moh. Anwar selama 3 (tiga) bulan ini didapatkan data
bahwa pelaksanaan KIE pada pasien rawat jalan belum berjalan
3

optimal. Dalam masa habituasi penulis akan mengaktualisasikan nilai-


nilai akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, anti
korupsi (ANEKA), manajemen ASN, pelayanan publik, whole of
government dalam proposal rancangan aktualisasi yang nantinya
akan diimplementasikan di tempat kerja yang berjudul : Optimalisasi
Pemberian KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) pada Pasien di
Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUD dr. H. Moh. Anwar
Sumenep.

1.2 Tujuan dan Manfaat Aktualisasi


1.2.1 Tujuan
Tujuan dari kegiatan aktualisasi dan habituasi adalah
mengidentifikasi isu permasalahan yang terjadi di instalasi
farmasi rawat jalan RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep untuk
meningkatkan pelayanan kefarmasian terutama pelayanan
KIE pada pasien sebagai bukti pertanggungjawaban tindakan
pelayanan kerfarmasian di rumah sakit yang akuntabel.

1.2.2 Manfaat Aktualisasi


Optimalisasi pemberian KIE pada pasien di instalasi
famasi rawat jalan yang dicapai dengan indikator terisinya
formulir PMR (Patient Medical Record) dapat memberikan
manfaat berupa :
1. Meningkatnya pengetahuan pasien tentang obat yang telah
diterima dari apoteker di instalasi farmasi rawat jalan.
2. Meningkatnya mutu layanan rumah sakit khususnya di
bidang kefarmasian.
3. Meningkatkan peran apoteker sebagai edukator.

1.3 Ruang Lingkup Aktualisasi


Adapun ruang lingkup atau batasan rancangan kegiatan
aktualisasi ini meliputi :
4

1. Nilai – nilai dasar Profesi Aparatur Sipil Negara (ANEKA) yakni :


Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan
Anti Korupsi.
2. Nilai – nilai dasar peran serta kedudukan Aparatur Sipil Negara
yakni : Whole of Governement, Manajemen Aparatur Sipil
Negara, dan Pelayanan Publik.
3. Kegiatan pelaksanaan pelayanan informasi obat pada pasien di
instalasi farmasi rawat jalan RSUD dr. H. Moh. Anwar dengan
persetujuan dari pihak-pihak terkait.
5

BAB II
GAMBARAN UNIT KERJA

2.1 Deskripsi Organisasi


2.1.1 Sejarah RumahSakit
Rumah Sakit Daerah dr. H. Moh. Anwar Kab. Sumenep
secara sah berdiri berdasarkan keputusan Bupati Sumenep
tahun 1973 yang pada saat itu masih bernama Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Sumenep. Sebelum tahun 1973,
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sumenep masih
menjadi satu pengelolaan dengan Dinas Kesehatan Daerah
Kabupaten Sumenep (waktu itu dinamakan Kantor Malaria)
yang berlokasi di Jl. Dr. Soetomo Desa Pajagalan Kecamatan
Kota Sumenep dan dipimpin oleh Dr. A. Husada. Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Sumenep didirikan bertujuan
memberikan pelayanan kesehatan rujukan dari seluruh sarana
pelayanan kesehatan yang ada di Kabupaten Sumenep.
Pembangunan fisik gedung lokasi baru Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Sumenep yang terletak di Jl. Dr. Cipto No.
42 Desa Kolor Kecamatan Kota SUmenep (di lokasi sekarang)
dimulai tahun 1980. Pembangunan tersebut selesai dan
diresmikan oleh Menteri Kesehatan dan Keluarga Berencana
Republik Indonesia yaitu Bapak DR. Suwardjono Suryaningrat
pada tahun 1981.
Diatur dalam peraturan Daerah (Perda) tahun 2005, Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Sumenep berubah nama
menjadi Rumah Sakit dr. H. Moh. Anwar Kabupaten Sumenep.
Nama dr. H. Moh. Anwar merupakan nama dokter putra daerah
yang pertama kali mendharmabaktikan profesinya sebagai
dokter di Kabupaten Sumenep. Pada tahun 2006 rumah sakit
dari Rumah Sakit Daerah dr. H. Moh. Anwar Kabupaten
Sumenep kembali berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum
6

Daerah dr. H. Moh. Anwar Kabupaten Sumenep dituangkan


dalam Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2006 tentang
Pembentukan Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah dr. H.
Moh. Anwar Kabupaten Sumenep.

2.1.2 Dasar Hukum


Beberapa produk hukum yang melandasi status RSUD dr.
H. Moh. Anwar Sumenep sebagai berikut :
a. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2006 tentang
Pembentukan Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah dr. H.
Moh. Anwar Kabupaten Sumenep
b. Keputusan Bupati Sumenep Nomor : 188/459/435.013/2011
tanggal 28 Desember 2011 tentang RSUD dr. H. Moh.
Anwar Sumenep sebagai Satuan Kerja Pemerintah Daerah
yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah,
c. Peraturan Bupati Sumenep Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Investasi BLUD pada RSUD dr. H. Moh. Anwar
Sumenep,
d. Peraturan Bupati Sumenep Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pejabat Pengelola BLUD,
e. Peraturan Bupati Sumenep Nomor 3 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pembentukan Dewan Pengawas Badan Layanan
Umum Daerah pada RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep,
f. Peraturan Bupati Sumenep Nomor 4 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Barang Badan Layanan Umum Daerah RSUD
dr. H. Moh. Anwar Sumenep,
g. Peraturan Bupati Sumenep Nomor 5 Tahun 2012 tentang
Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah,
h. Peraturan Bupati Sumenep Nomor 7 Tahun 2012 tentang
Tata Cara Penyusunan, Pengajuan, Penetapan, dan
7

Perubahan Rencana Bisnis dan Anggaran, serta Dokumen


Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum Daerah,
i. Peraturan Bupati Sumenep Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Pedoman Remunerasi Pejabat Pengelola, Dewan
Pengawas, Sekretaris Dewan Pengawas dan Pegawai
Badan Layanan Umum Daerah pada RSUD dr. H. Moh.
Anwar Sumenep,
j. Peraturan Bupati Sumenep Nomor 9 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal pada Badan Layanan Umum Daerah.

2.1.3 Analisa Situasi RSUD Dr. H. Moh. Anwar Sumenep


Kabupaten Sumenep terdiri dari 27 kecamatan (19
kecamatan daratan dan 8 kecamatan kepulauan) dan memiliki
126 pulau. Posisi geografis Kabupaten Sumenep terletak
diantara 113o32’54” sampai 116o16’48” bujur timurdan 4o55’
sampai 7o24’ lintang selatan, dengan batas-batas sebelah
selatan berbatasan dengan Selat Madura, sebelah utara
berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Pamekasan, sebelah timur berbatasan
dengan Laut Jawa dan Laut Flores.
Penduduk di Kabupaten Sumenep pada Tahun 2017
mencapai 1.081.204 jiwa, yang terdiri laki-laki sebanyak
514.288 jiwa dan perempuan sebanyak 566.916 jiwa, dengan
luas wilayah sekitar 2.093,47 km2. Pemerintah Kabupaten
Sumenep memiliki fasilitas kesehatan berupa 3 rumah sakit, 30
puskesmas, dan 71 pembantu puskesmas (pustu).
RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep merupakan satu-
satunya rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten Sumenep dari
sejumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di
Kabupaten Sumenep.
8

2.1.4 Ketenagaan
Untuk menjalankan aktivitas pelayanan kesehatan, rumah
sakit membutuhkan tenaga dari berbagai disiplin ilmu baik
tenaga medis , paramedis maupun tenaga non medis. Sampai
dengan tahun 2019, jumlah pegawai RSUD dr. H. Moh. Anwar
Sumenep sebanyak 494 orang (380 orang PNS, 112 orang
tenaga BLUD, 2 orang dokter WKDS).
9

2.1.5 Susunan Organisasi RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep


Gambar 2.1 Bagan Struktur Organisasi RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep
10

2.1.6 Visi, Misi, Tujuan dan Motto serta Nilai-Nilai


1. Visi
RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep yang terbaik,
dikagumi, dan menjadi pilihan utama dalam pelayanan
kesehatan di wilayah kabupaten Sumenep dan sekitarnya.
2. Misi
a. Menjadi rumah sakit terpercaya,
b. Menjadi rumah sakit yang paling sehat dan inovatif dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat,
c. Menjadi rumah sakit yang dikelola secara profesional.
3. Tujuan
a. Memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna dan
terpadu kepada seluruh lapisan masyarakat.
b. Meningkatkan citra pelayanan pemerintah di bidang
pelayanan kesehatan.
4. Motto
a. Salam, sapa dan senyum kami untuk kesembuhan anda,
b. Keselamatan, kesembuhan, dan kepuasan pasien adalah
kebahagiaan kami,
c. Baik, lebih baik, dan terbaik, tidak pernah berhenti,
sampai baik menjadi lebih baik dan lebih baik menjadi
terbaik.
5. Nilai-Nilai Dasar
Dibangun dengan nilai kejujuran, keterbukaan,
kebersamaan, kerendahan hati, kesediaan melayani, kerja
keras, kasih sayang dan loyalitas.

2.1.7 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit


Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, maka Rumah Sakit
mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna.
11

Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4, Rumah Sakit mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan
melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua
dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatan;
d. Penyelenggaraaan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.2 Rincian UraianTugas


Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor: PER/07/M.PAN/4/2008 Tentang Jabatan Fungsional Apoteker
dan Angka Kreditnya, jabatan fungsional apoteker adalah jabatan
yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggungjawab, dan
wewenang untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada unit
pelayanan kesehatan yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil
dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat
yang berwenang. Pekerjaan kefarmasian adalah penyiapan rencana
kerja kefarmasian, pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan
farmasi klinik dan farmasi khusus.
Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) adalah rencana dan target
kinerja yang harus dicapai oleh pegawai dalam kurun waktu penilaian
tertentu dan disepakati pegawai dan atasannya. Di dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 pasal 4a disebutkan bahwa
Sasaran Kinerja Pegawai merupakan salah satu unsur yang
digunakan dalam penilaian prestasi kerja PNS. Sasaran Kinerja
12

Pegawai tersebut memuat tugas jabatan dan target yang harus


dicapai dalam kurun waktu penilaian yang bersifat nyata dan dapat
diukur. Berikut adalah SKP penulis sebagai apoteker ahli pertama :
Nama : Isti Anah, S. Farm., Apt.
NIP : 198803092019032002
Pangkat/Gol. : Penata Muda Tingkat I / IIIB
Jabatan : Apoteker Ahli Pertama
Atasan Langsung : Kepala Instalasi Farmasi

Kedudukan Dalam Struktur Organisasi

DIREKTUR

KABID PENUNJANG

Kepala Instalasi Farmasi

Apoteker Ahli Pertama

Rincian Tugas Jabatan


1. Menelaah atau mengkaji data-data.
2. Membuat rencana kegiatan.
3. Menentukan jenis perbekalan farmasi.
4. Memeriksa perbekalan farmasi.
5. Mengelompokkan perbekalan farmasi.
13

6. Menyusun perbekalan farmasi.


7. Memeriksa catatan atau bukti perbekalan farmasi.
8. Mengkaji permintaan perbekalan farmasi
9. Penyusunan laporan kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi
10. Mengkaji resep
11. Memeriksa obat
12. Pelayanan informasi obat
13. Konseling obat
14. Konsultasi dengan dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya
15. Mengolah data
16. Meracik obat
17. Mengikuti seminar/lokakarya bidang farmasi/kesehatan sebagai
peserta
14

BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI

3.1 Identifikasi, Penetapan Isu, dan Gagasan Pemecahan Isu


3.1.1 Identifikasi Isu
Instalasi Farmasi Rawat Jalan merupakan salah satu
bagian dari instalasi farmasi di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
H. Moh. Anwar Sumenep yang di dalamnya terdapat seorang
apoteker sebagai penanggungjawab ruangan, satu orang
asisten apoteker sebagai kepala ruangan, dua orang asisten
apoteker, dan satu orang tenaga administrasi. Berdasarkan
pengalaman melakukan pelayanan kefarmasian selama tiga
bulan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Moh. Anwar
Sumenep terdapat beberapa kendala yang dihadapi
diantaranya adalah :
1. Terbatasnya sarana dan prasarana dalam hal ini alat yang
digunakan untuk meracik obat seperti kantong puyer
pembungkus obat beserta alat press dan sendok pembagi
puyer sehingga menyebabkan respon time yang terlalu lama
(lebih dari 60 menit) untuk obat racikan puyer.
2. Belum optimalnya apoteker dalam memberikan informasi
obat secara langsung kepada pasien saat menyerahkan obat
yang menyebabkan pelayanan kefarmasian tidak maksimal.
3. Belum adanya ruang khusus untuk melaksanakan pelayanan
informasi obat.
4. Penyerahan obat kepada pasien dilakukan oleh tenaga
kefarmasian selain apoteker.
5. Terjadi penolakan resep umum pasien rawat jalan
dikarenakan instalasi farmasi rawat jalan tidak menyediakan
obat yang tertera pada resep umum.
15

Dari beberapa isu di atas, langkah selanjutnya adalah


menganalisis isu tersebut menggunakan metode AKPL (Aktual
Khalayak Problematik Layak) untuk mengetahui isu mana
yang menjadi isu dominan.

Tabel 3.1 Seleksi Isu Menggunakan Metode AKPL


No ISU A K P L Total

1 2 3 4 5 6 7
1 Terbatasnya sarana dan prasarana 4 2 2 3 11
dalam hal ini alat yang digunakan untuk
meracik obat seperti kantong puyer
pembungkus obat beserta alat press
dan sendok pembagi puyer sehingga
menyebabkan respon time yang terlalu
lama (lebih dari 60 menit) untuk obat
2 Belum optimalnya
racikan puyer. apoteker dalam 4 5 5 5 19
memberikan informasi obat secara
langsung kepada pasien saat
menyerahkan obat yang menyebabkan
3 pelayanan kefarmasian
Belum adanya ruang tidak maksimal.
khusus untuk 3 2 3 4 12
melaksanakan pelayanan informasi

4 obat.
Penyerahan obat kepada pasien 3 4 4 4 15
dilakukan oleh tenaga kefarmasian

5 selain
Terjadiapoteker.
penolakan resep umum pasien 2 2 5 2 11
rawat jalan dikarenakan instalasi
farmasi rawat jalan tidak menyediakan
obat yang tertera pada resep umum.
16

Kriteria penetapan :
Aktual
1 : pernah benar-benar terjadi
2 : benar-benar sering terjadi
3 : benar-benar terjadi dan bukan menjadi pembicaraan
4 : benar-benar terjadi terkadang menjadi bahan

5 pembicaraan
: benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan
Khalayak
1 : tidak menyangkut hajat hidup orang banyak
2 : sedikit menyangkut hajat hidup orang banyak
3 : cukup menyangkut hajat hidup orang banyak
4 : menyangkut hajat hidup orang banyak
5 : sangat menyangkut hajat hidup orang banyak
Problematik
1 : masalah sederhana
2 : masalah kurang kompleks
3 : masalah cukup kompleks namun tidak perlu segera
dicarikan
4 : masalah kompleks
5 : masalah sangat kompleks sehingga perlu dicarikan
segera
Kelayakan
1 : masuk akal
2 : realistis
3 : cukup masuk akal dan realistis
4 : masuk akal dan realistis
5 : masuk akal, realistis, dan relevan untuk dimunculkan
inisiatif

Penetapan prioritas dari isu-isu ditentukan berdasarkan


tingkat kepentingannya menggunakan metode USG (Urgency,
Seriousness,Growth). Metode USG merupakan salah satu alat
manajemen untuk menetapkan urutan prioritas masalah dengan
17

metode teknik scoring 1-5 dalam memberikan penilaian


berdasarkan komponen-komponen dalam USG yaitu :
1. Urgency
Seberapa jauh suatu permasalahan harus dibahas berkaitan
dengan waktu yang tersedia, serta seberapa tinggi persoalan
waktu berpengaruh terhadap masalah tersebut.
2. Seriousness
Seberapa serius suatu permasalahan dibahas dikaitkan
dengan akibat-akibat yang mungkin dapat timbul karena
adanya penundaan penyelesaian masalah tersebut. Suatu
masalah bisa saja dapat mengakar ke masalah lainnya bila
tidak dengan segera diselesaikan.
3. Growth
Seberapa tinggi tingkat kemungkinan suatu permasalahan
dapat berkembang menjadi masalah yang lebih besar dari
masalah awalnya.
Hasil dari USG untuk menentukan prioritas isu pada
lingkungan instalasi farmasi rawat jalan RSUD dr. H. Moh. Anwar
Sumenep :

Tabel 3. 2 Seleksi Isu Menggunakan Metode USG


No Isu U S G Total

1 Belum optimalnya apoteker dalam 5 4 4 13


memberikan informasi obat secara
langsung kepada pasien saat
menyerahkan obat yang menyebabkan
2 Penyerahan obat kepada
pelayanan kefarmasian pasien
tidak maksimal. 4 4 4 12
dilakukan oleh tenaga kefarmasian
3 selain
Belum apoteker.
adanya ruang khusus untuk 4 4 3 11
melaksanakan pelayanan informasi
obat.
18

Berdasarkan pendekatan analisis teknik USG, maka kesimpulan


yang diperoleh mengarah pada isu : ”Belum optimalnya apoteker
dalam memberikan informasi obat secara langsung kepada
pasien saat menyerahkan obat yang menyebabkan pelayanan
kefarmasian tidak maksimal”.

3.1.2 Penetapan Isu


Berdasarkan daftar isu yang diuji dengan menggunakan
pendekatan teknik USG, maka dapat disimpulkan bahwa
”Belum optimalnya apoteker dalam memberikan informasi
obat secara langsung kepada pasien saat menyerahkan
obat yang menyebabkan pelayanan kefarmasian tidak
maksimal” merupakan hal yang urgent, sehingga jika tidak
ditangani maka akan berdampak pada :
1. Pasien kurang pengetahuan tentang obat yang diterima
sehingga dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan terapi
penggunaan obat secara optimal.
2. Timbulnya efek yang tidak diinginkan (Adverse Drug
Reaction) pada penggunaan obat dikarenakan kurangnya
informasi obat yang diberikan kepada pasien.

3.1.3 Gagasan Pemecahan Isu


Sehubungan dengan itu maka gagasan pemecahan isu
yang diusulkan adalah : “Optimalisasi Pemberian KIE
(Komunikasi, Informasi, Edukasi) pada Pasien di Instalasi
Farmasi Rawat Jalan RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep”.
Disadari bahwa core issue ini bersifat complicated atau tidak
bersifat tunggal, maka diusulkan beberapa kegiatan untuk
memecahkan isu tersebut diantaranya adalah :
1. Konsultasi dengan Kepala Instalasi Farmasi terkait
rancangan aktualisasi yang akan dilakukan.
2. Koordinasi dengan Apoteker Penanggungjawab dan Kepala
19

Ruangan Instalasi Farmasi Rawat Jalan.


3. Membuat formulir PMR (Patient Medical Record).
4. Mensosialisasikan formulir PMR pada tenaga kefarmasian di
instalasi farmasi rawat jalan.
5. Pemberian nomor antrian resep pada pasien untuk
memudahkan pengisian data pasien pada saat pemberian
informasi obat dan mencegah resep obat tertukar antar
pasien.
6. Memberikan informasi obat pada pasien pada saat
penyerahan obat.
7. Mengisi formulir PMR saat penyerahan obat kepada pasien.
8. Melakukan monitoring pelaksanaan optimalisasi pemberian
KIE pada pasien di instalasi farmasi rawat jalan.
20

3.2 Diagram Alur Kegiatan Pemecahan Isu


asi dengan Kepala Instalasi Farmasi terkait rancangan aktualisasi yang akan dilakukan.

dengan Apoteker Penanggungjawab dan Kepala Ruangan Instalasi Farmasi Rawat Jalan.

Membuat formulir PMR (Patient Medical Record)

sosialisasikan formulir PMR pada tenaga kefarmasian di instalasi farmasi rawat jalan

ntuk memudahkan pengisian data pasien pada saat pemberian informasi obat dan mencegah resep obat tertukar

Memberikan informasi obat pada pasien pada saat penyerahan obat

Mengisi formulir PMR saat penyerahan obat kepada pasien

onitoring pelaksanaan optimalisasi pemberian KIE pada pasien di instalasi farmasi rawat jalan.
21

Tabel 3. 3 Kalender Kerja Rancangan Aktualisasi

Agustus September
No Kegiatan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Konsultasi dengan Kepala Instalasi Farmasi terkait rancangan aktualisasi yang akan
dilakukan.
2 Koordinasi dengan Apoteker Penanggungjawab dan Kepala Ruangan Instalasi Farmasi
Rawat Jalan.
3 Membuat formulir PMR (Patient Medical Record).
4 Mensosialisasikan PMR pada tenaga kefarmasian di instalasi farmasi rawat jalan.
5 Pemberian nomor antrian resep pada pasien untuk memudahkan pengisian data pasien
pada saat pemberian informasi obat dan mencegah resep obat tertukar antar pasien.
6 Memberikan informasi obat pada pasien pada saat penyerahan obat.
7 Mengisi formulir PMR saat penyerahan obat kepada pasien.
8 Melakukan monitoring pelaksanaan optimalisasi pemberian KIE pada pasien di instalasi
farmasi rawat jalan.
22

3.3 Matriks Rancangan Aktualisasi


Unit Kerja Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Moh. Anwar Sumenep

Identifikasi isu 1. Belum optimalnya apoteker dalam memberikan informasi obat secara langsung
(penyebab) kepada pasien saat menyerahkan obat yang menyebabkan pelayanan
kefarmasian tidak maksimal.
2. Penyerahan obat kepada pasien dilakukan oleh tenaga kefarmasian selain
apoteker.
3. Belum adanya ruang khusus untuk melaksanakan pelayanan informasi obat.
Isu yang diangkat Belum optimalnya apoteker dalam memberikan informasi obat secara langsung
kepada pasien saat menyerahkan obat yang menyebabkan pelayanan kefarmasian
tidak maksimal.
Gagasan pemecahan isu Optimalisasi Pemberian KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) pada Pasien di
Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep
23

Tahapan Kegiatan 1. Konsultasi dengan Kepala Instalasi Farmasi terkait rancangan aktualisasi yang
akan dilakukan.
2. Koordinasi dengan Apoteker Penanggungjawab dan Kepala Ruangan Instalasi
Farmasi Rawat Jalan.
3. Membuat formulir PMR (Patient Medical Record).
4. Mensosialisasikan formulir PMR pada tenaga kefarmasian di instalasi farmasi
rawat jalan.
5. Pemberian nomor antrian resep pada pasien untuk memudahkan pengisian
data pasien pada saat pemberian informasi obat dan mencegah resep obat
tertukar antar pasien.
6. Memberikan informasi obat pada pasien pada saat penyerahan obat.
7. Mengisi formulir PMR saat penyerahan obat kepada pasien.
8. Melakukan monitoring pelaksanaan optimalisasi pemberian KIE pada pasien di
instalasi farmasi rawat jalan.
24

No Kegiatan Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi Penguatan Nilai


Kegiatan Mata Pelatihan Terhadap Visi- Organisasi
Misi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1 Pelaksanaan 1. Menghubungi 1. Terjalinnya 1. Akuntabilitas Menjadi rumah sakit Kebersamaan,
konsultasi Kepala koordinasi (tanggung jawab yang dikelola secara kerendahan hati,
dengan Kepala Instalasi dengan dalam menyusun profesional (rancangan kesediaan
Instalasi Farmasi Farmasi kepala rancangan aktualisasi merupakan melayani, kerja
terkait rancangan (melalui WA instalasi aktualisasi) upaya untuk keras, kasih
aktualisasi yang atau telepon) farmasi. 2. Nasionalisme meningkatkan sayang dan
akan dilakukan. untuk 2. Tersusunnya (musyawarah dengan profesionalitas tenaga loyalitas
berkonsultasi rancangan kepala instalasi kefarmasian di rumah (konsultasi denga
tentang aktualisasi farmasi dalam sakit) kepala instalasi
rancangan yang telah pembuatan farmasi untuk
aktualisasi disetujui oleh rancangan mendapatkan
yang akan kepala aktualisasi) persetujuan
dibuat. instalasi 3. Etika Publik rancangan
farmasi. (hormat, jelas, sopan, aktualisasi yang
santun, dan betujuan
komunikatif saat meningkatkan
menghubungi kepala pelayanan di
instalasi) rumah sakit)
25

2. Meminta 4. Komitmen Mutu


saran dan (rancangan aktualisasi
persetujuan yang dibuat
dari Kepala merupakan langkah
Instalasi untuk meningkatkan
Farmasi. kualitas pelayanan
rumah sakit)
5. Whole of
Government
(koordinasi dengan
kepala instalasi
farmasi sebelum
membuat rancangan
aktualisasi)
26

No Kegiatan Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi Penguatan Nilai


Kegiatan Mata Pelatihan Terhadap Visi- Organisasi
Misi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
2 Koordinasi 1. Membuat 1. Terbentuknya 1. Akuntabilitas Menjadi rumah sakit Keterbukaan,
dengan Apoteker jadwal jadwal (tanggung jawab yang dikelola secara kebersamaan,
Penanggung pertemuan. pertemuan dalam menyusun profesional (Rapat kerendahan hati,
jawab dan Kepala 2. Melakukan 2. Terselenggara jadwal pertemuan) menghasilkan saran kesediaan
Ruangan koordinasi nya rapat 2. Nasionalisme dan masukan untuk melayani, loyalitas
Instalasi Farmasi untuk koordinasi (musyawarah meningkatkan (penyampaian
Rawat Jalan. mendiskusikan 3. Tersusunnya dengan pihak terkait) profesionalisme pelaku rancangan
pelaksanaan notulensi 3. Etika Publik pelayanan di rumah aktualisasi dalam
rancangan rapat yang (hormat, jelas, sakit) rapat koordinasi
aktualisasi. memuat sopan, santun, dan dilakukan secara
saran, komunikatif dalam sopan, hasil rapat
masukan menyampaikan berupa saran dan
dan rancangan masukan
persetujuan aktualisasi saat dilaksanakan
dari pihak rapat) dengan sebaik-
terkait. baiknya untuk
meningkatkan
pelayanan)
27

4. Komitmen Mutu
( hasil rapat berisi
tentang saran dan
masukan yang dapat
meningkatkan kualitas
pelayanan rumah
sakit)
5. Whole of
Government
(koordinasi dengan
apoteker
penanggungjawab
dan kepala ruang
instalasi farmasi
rawat jalan)
28

No Kegiatan Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi Penguatan Nilai


Kegiatan Mata Pelatihan Terhadap Visi- Organisasi
Misi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
3 Pembuatan formulir Membuat Tersedianya 1. Akuntabilitas Menjadi rumah sakit Kejujuran,
PMR (Patient formulir PMR formulir PMR (tanggung jawab terpercaya (dengan keterbukaan,
Medical Record) (Patient Medical (Patient Medical dalam menyusun adanya formulir PMR kesediaan
Record) Record) formulir PMR) maka dapat melayani,
2. Komitmen Mutu dipastikan semua loyalitas (formulir
(Formulir yang pasien yang PMR menuntut
dibuat dapat menerima obat dari apoteker
membantu apoteker instalasi farmasi memberikan
dalam upaya rawat jalan pelayanan
meningkatkan mendapatkan kepada pasien
kualitas pelayanan informasi obat yang secara jujur dan
kefarmasian) diterima sehingga terbuka)
3. Anti Korupsi meningkatkan
(Formulir yang kepercayaan
dibuat merupakan masyarakat terhadap
alat yang dapat pelayanan rumah
sakit)
29

digunakan untuk
memastikan bahwa
pasien telah
mendapatkan haknya
dalam pelayanan
kefarmasian dan
apoteker telah
melaksanakan
kewajibannya)
30
31

No Kegiatan Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi Penguatan Nilai


Kegiatan Mata Pelatihan Terhadap Visi- Organisasi
Misi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
4 Sosialisasi 1. Membuat 1. Tersusunnya 1. Akuntabilitas Menjadi rumah Kejujuran,
formulir jadwal untuk jadwal untuk (tanggungjawab dalam sakit yang dikelola keterbukaan,
PMR pada mensosialisasi mensosialisa pembuatan jadwal secara profesional kesediaan
tenaga kan formulir sikan formulir sosialisasi formulir PMR) (sosialisasi melayani
kefarmasian PMR dengan PMR dengan 2. Nasionalisme formulir PMR (sosialisasi
di instalasi tenaga tenaga (kekeluargaan tercermin dapat memotivasi formulir
farmasi kesehatan kesehatan dalam sosialisasi formulir tenaga disampaikan
rawat jalan. yang ada di yang ada di PMR) kefarmasian untuk kepada tenaga
instalasi instalasi 3. Komitmen Mutu meningkatkan kefarmasian
farmasi rawat farmasi rawat (berorientasi pada mutu profesionalisme bertujuan agar
jalan jalan pelayanan kefarmasian) dalam pelayanan setiap tenaga
2. Mensosialisasi 2. Tersosialisasi 4. Etika Publik (sopan, kefarmasian) kefarmasian
kan formulir nya formulir santun, dan komunikatif memahami
PMR PMR dalam pelaksanaan tentang informasi
sosialisasi formulir PMR) obat yang harus
disampaikan
pada pasien
32

No Kegiatan Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi Penguatan Nilai


Kegiatan Mata Pelatihan Terhadap Visi- Organisasi
Misi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
5 Pemberian Memberi nomor Tersusunnya 1. Akuntabilitas Menjadi rumah Kesediaan
nomor antrian antrian pada resep sesuai (tanggungjawab terhadap sakit terpercaya melayani,
resep pada setiap resep yang nomor antrian pelayanan resep obat (pelayanan resep kasih sayang,
pasien untuk diterima di yang tertempel dengan pemberian nomor obat secara urut loyalitas
memudahkan instalasi farmasi pada resep maka mencegah resep nomor resep (pemberian
pengisian rawat jalan. tertukar antar pasien) mencegah nomor pada
data pasien 2. Etika publik (adanya tertukarnya resep resep
pada saat penomoran resep maka obat antar pasien) menciptakan
pemberian pelayanan berdasarkan pelayanan
informasi obat nomor urut antrian) yang adil,
dan 3. Anti korupsi sesuai
mencegah (memberikan hak pasien dengan nomor
resep obat yaitu mendapatkan obat urut resep)
tertukar antar sesuai nomor urut antrian
pasien. resep)
33
34

No Kegiatan Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi Penguatan Nilai


Kegiatan Mata Pelatihan Terhadap Visi- Organisasi
Misi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
6 Pemberian Memberikan Terlaksananya 1. Akuntabilitas (tanggung 1. Menjadi pilihan Kesediaan
informasi obat informasi obat penmbrian jawab, profesionalisme, utama dalam melayani, kerja
pada pasien pada pasien saat informasi obat transparan dalam pelayanan keras, kasih
saat penyerahan obat pasien saat memberikan informasi kesehatan sayang, loyalitas
penyerahan di instalasi penyerahan obat di pada pasien saat 2. Menjadi rumah (pemberian
obat. farmasi rawat instalasi farmasi penyerahan obat) sakit terpercaya informasi obat
jalan rawat jalan 2. Komitmen Mutu (pemberian pada pasien
(Berorientasi mutu, informasi obat merupakan
pemberian informasi pada pasien wujud kesediaan
obat bertujuan akan melayani, kerja
meningkatkan meningkatkan keras, kasih
rasionalitas pengobatan) pelayanan sayang,
3. Etika publik kefarmasian di loyalitas)
(komunikatif, rumah sakit)
sopan,santun pada saat
pemberian informasi
obat pada pasien)
35
36

4. Anti Korupsi
(tanggungjawab,
memberikan hak pasien
dengan memberikan
informasi obat)
5. Pelayanan Publik
(transparan, aksesibel,
pemberian informasi
obat dilakukan pada
setiap pasien yang
menerima obat dari
instalasi farmasi rawat
jalan tanpa membeda-
bedakan status pasien)
37
38

No Kegiatan Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi Penguatan Nilai


Kegiatan Mata Pelatihan Terhadap Visi- Organisasi
Misi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
7 Pengisian Mengisi formulir Terisinya formulir 1. Akuntabilitas 1. Menjadi rumah Kejujuran,
formulir PMR pemberian PMR pemberian (tanggung jawab, sakit yang keterbukaan,
saat pada saat informasi obat profesionalisme, paling sehat kesediaan
penyerahan penyerahan obat pasien pada saat terisinya formulir PMR dan inovatif melayani, kerja
obat kepada kepada pasien. penyerahan obat merupakan wujud 2. Menjadi rumah keras, kasih
pasien. kepada pasien. pelaksanaan sakit yang sayang, loyalitas.
tanggungjawab dikelola secara (formulir diisi
apoteker) profesional merupakan bukti
2. Komitmen Mutu (pengisian bahwa apoteker
(Berorientasi mutu, formulir telah melakukan
pengisian formulir merupakan pelayanan
PMR dapat menjaga bukti bahwa kefarmasian)
kualitas pelayanan apoteker telah
kefarmasian) melakukan
pelayanan
kefarmasian)
39

No Kegiatan Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi Penguatan Nilai


Kegiatan Mata Pelatihan Terhadap Visi- Organisasi
Misi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
3. Pelayanan Publik
(transparan,
pengisian formulir
merupakan bukti
telah
dilaksanakanya
kewajiban apoteker
sebagai pelayan
jasa kefarmasian)
40
41

No Kegiatan Tahapan Output/Hasil Keterkaitan Substansi Kontribusi Penguatan Nilai


Kegiatan Mata Pelatihan Terhadap Visi- Organisasi
Misi Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
8 Monitoring 1. Melakukan 1. Terlaksananya 1. Akuntabilitas (tanggung 1. Menjadi pilihan Kejujuran,
pelaksanaan pengecekan pengecekan jawab, profesionalisme utama dalam keterbukaan,
optimalisasi formulir PMR kesesuaian terhadap pelaksanaan pelayanan kerendahan
pemberian KIE yang sudah antara formulir rancangan aktualisasi) kesehatan hati, kesediaan
pada pasien di terisi apakah yang telah 2. Komitmen Mutu 2. Menjadi rumah melayani, kerja
instalasi farmasi sudah sesuai terisi dengan (Berorientasi mutu, sakit terpercaya keras, kasih
rawat jalan. dengan resep resep obat pelaksanaan kegiatan (selalu sayang,
pasien. pasien. merupakan upaya melakukan loyalitas.
2. Melakukan 2. Terisinya meningkatkan mutu monitoring (monitoring
pengecekan pernyataan pelayanan rumah terhadap kegiatan
ulang apakah bahwa sakit). pelaksanaan dilakukan untuk
pasien/keluarg pasien/keluarga kegiatan memastikan
a pasien sudah pasien terutama pasien/keluarga
memahami memahami kegiatan yang pasien
informasi yang dengan jelas berfungsi memahami
diberikan informasi yang meningkatkan informasi yang
apoteker. diberikan pelayanan diberikan
apoteker. kesehatan). apoteker)
42
43

BAB IV
PELAKSANAAN AKTUALISASI

4.1 Deskripsi Kegiatan Aktualisasi


Aktualisasi nilai-nilai dasar diawali dengan penyusunan rancangan
aktualisasi yang menghasilkan sebuah dokumen yang disebut dengan
rancangan aktualisasi nilai-nilai dasar profesi PNS. Setelah rancangan
diselesaikan dan diseminarkan maka akan dilakukan kegiatan aktualisasi
di unit kerja masing-masing peserta pelatihan dasar. Apabila terjadi
perubahan jadwal atau perubahan kegiatan pada saat melaksanakan
aktualisasi, maka peserta wajib menyampaikan perubahan tersebut
kepada mentor atau coach.
Mentor berkewajiban mengontrol kesesuaian pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan aturan yang berlaku dan coach berkewajiban mengontrol
ketepatan pemaknaan nilai-nilai dasar pada setiap hasil kegiatan,
kontribusi hasil kegiatan terhadap visi dan misi organisasi, dan kontirbusi
hasil kegiatan terhadap penguatan nilai-nilai dasar organisasi. Dalam
proses kegiatan aktualisasi, setiap peserta dituntut untuk
mendokumentasikan kegiatan tersebut dalam bentuk output kegiatan,
foto pelaksanaan kegiatan, dan dokumen lain yang terkait dengan
pelaksanaan kegiatan.
Pada saat peserta melakukan aktualisasi di unit kerja termasuk di
dalamnya membuat laporan pelaksanaan aktualisasi di bawah bimbingan
coach dengan memanfaatkan berbagai media komunikasi dan
menggunakan format laporan yang sederhana disertai lampiran bukti-
bukti.
Setelah menyelesaikan laporan aktualisasi di unit kerja, peserta
dituntut untuk mempresentasikan hasil aktualisasi nilai-nilai dasar
tersebut. Tujuan presentasi ini adalah untuk menggambarkan
pelaksanaan dan manfaat aktualisasi nilai-nilai dasar.
44

Berikut adalah uraian kegiatan pelaksanaan aktualisasi di unit kerja :


1. Kegiatan 1
Kegiatan Konsultasi dengan Kepala Instalasi Farmasi terkait
rancangan aktualisasi yang akan dilakukan.
Waktu Senin, 12 Agustus 2019
Pelaksanaan
Tempat Ruang Kepala Instalasi Farmasi
Pelaksanaan
Daftar Lampiran Lampiran 1 (foto kegiatan, kartu bimbingan
mentor)
Deskripsi Kegiatan dan Keterkaitan dengan Nilai-Nilai Dasar ASN
Dalam kegiatan ini dilakukan pemaparan mengenai pelaksanaan
aktualisasi yaitu Optimalisasi Pemberian KIE (Komunikasi, Informasi,
Edukasi) pada Pasien di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUD dr. H.
Moh. Anwar Sumenep kepada Kepala Instalasi Farmasi. Kegiatan
menghasilkan beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk
melaksanakan aktualisasi seperti rancangan formulir PMR (Patient
Medical Record) dan rencana monitoring terhadap pemahaman
pasien/keluarga pasien setelah mendapatkan KIE dari apoteker.
Akuntabilitas : nilai ini tercermin dengan adanya tanggungjawab
dalam menyelesaikan rancangan aktualisasi yang akan dilaksanakan
selama masa habituasi di unit kerja.
Nasionalisme : nilai nasionalisme dapat dilihat dalam musyawarah
dengan Kepala Instalasi Farmasi untuk membahas pelaksanaan
rancangan aktualisasi.
Etika Publik : nilai dasar ini muncul dalam komunikasi yang terjalin
dengan Kepala Instalasi Farmasi yaitu hormat, jelas, sopan santun,
dan komunikatif.
Whole of Government : nilai dasar ini terlihat dengan adanya
konsultasi dengan Kepala Instalasi Farmasi sehingga terwujud
45

koordinasi antara penulis dan mentor.


Tahapan Kegiatan
Kegiatan ini diawali dengan menghubungi Kepala Instalasi Farmasi
melalui telepon untuk menentukan waktu dan tempat konsultasi.
Setelah disepakati bersama maka dilakukan konsultasi. Saat
konsultasi penulis meminta saran, masukan, dan persetujuan dari
mentor mengenai pelaksanaan kegiatan aktualisasi.
Kontribusi Terhadap Visi dan Misi Organisasi
Pelaksanaan kegiatan aktualisasi ini sesuai dengan visi misi RSUD
dr. H. Moh. Anwar yaitu menjadi rumah sakit yang dikelola secara
profesional, karena pelaksanaan aktualisasi menuntut tenaga
kesehatan agar lebih profesional dalam melakukan pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat.
Penguatan Nilai Organisasi
Dengan melakukan kegiatan konsultasi dengan atasan maka dapat
menciptakan nilai kebersamaan (bermusyawarah), kerendahan hati
(komunikasi dengan sopan santun), kesediaan melayani (bertujuan
meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat), kerja keras
(bertanggungjawab melaksanakan keputusan atasan), kasih sayang,
dan loyalitas.
Hambatan
Hambatan dalam kegiatan ini adalah padatnya jadwal Kepala Instalasi
Farmasi sehingga konsultasi dilakukan dalam waktu yang singkat,
untuk konsultasi selanjutnya dapat melalui telepon atau email.
Manfaat
Kegiatan ini dapat meningkatkan komunikasi yang efektif antara
Kepala Instalasi Farmasi dengan staf apoteker sehingga penulis
mendapatkan masukan yang berguna untuk melaksanakan kegiatan
aktualisasi.
46

2. Kegiatan 2
Kegiatan Koordinasi dengan Apoteker Penanggungjawab
dan Kepala Ruangan Instalasi Farmasi Rawat
Jalan.
Waktu Senin, 12 Agustus 2019
Pelaksanaan
Tempat Instalasi Farmasi Rawat Jalan
Pelaksanaan
Daftar Lampiran Lampiran 2 (foto kegiatan, notulensi hasil
pertemuan koordinasi)
Deskripsi Kegiatan dan Keterkaitan dengan Nilai-Nilai Dasar ASN
Kegiatan ini dilakukan untuk mengkoordinasikan hasil konsultasi
dengan Kepala Instalasi Farmasi mengenai pelaksanaan kegiatan
aktualisasi bersama dengan apoteker penanggungjawab dan kepala
ruangan instalasi farmasi rawat jalan. Dengan adanya koordinasi yang
baik maka diharapkan pelaksanaan kegiatan aktualisasi dapat
berjalan sesuai jadwal dan rancangaan yang telah disusun.
Akuntabilitas : nilai ini tercermin dengan adanya tanggungjawab
dalam menyusun jadwal pertemuan dengan apoteker
penanggungjawab dan kepala ruangan instalasi farmasi rawat jalan.
Nasionalisme : nilai nasionalisme dapat dilihat dalam musyawarah
dengan apoteker penanggungjawab dan kepala ruangan instalasi
farmasi rawat jalan untuk membahas hasil konsultasi dengan kepala
instalasi farmasi mengenai pelaksanaan kegiatan aktualisasi.
Etika Publik : nilai dasar ini muncul dalam komunikasi yang terjalin
dengan apoteker penanggungjawab dan kepala ruangan instalasi
farmasi rawat jalan yaitu hormat, jelas, sopan santun, dan komunikatif.
Komitmen Mutu : nilai dasar ini terlihat dalam hasil koordinasi
dengan apoteker penanggungjawab dan kepala ruangan instalasi
farmasi rawat jalan yang menghasilkan saran dan masukan untuk
47

meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.


Whole of Government : nilai dasar ini terlihat dengan adanya
koordinasi dengan apoteker penanggungjawab dan kepala ruangan
instalasi farmasi rawat jalan untuk melaksanakan kegiatan aktualisasi.
Tahapan Kegiatan
Kegiatan ini diawali dengan membuat jadwal pertemuan dengan
apoteker penanggungjawab dan kepala ruangan instalasi farmasi
rawat jalan. Setelah jadwal disepakati bersama maka dilakukan
koordinasi untuk membahas hasil konsultasi dengan kepala instalasi
farmasi tentang pelaksanaan kegiatan aktualisasi. Pertemuan
menghasilkan saran, masukan, dan persetujuan dari pihak terkait
untuk melakukan kegiatan aktualisasi.
Kontribusi Terhadap Visi dan Misi Organisasi
Pelaksanaan kegiatan aktualisasi ini sesuai dengan visi misi RSUD
dr. H. Moh. Anwar yaitu menjadi rumah sakit yang dikelola secara
profesional. Dengan adanya pertemuan koordinasi dihasilkan saran
dan masukan untuk meningkatkan profesionalisme pemberi layanan
kesehatan di rumah sakit..
Penguatan Nilai Organisasi
Dengan melakukan kegiatan koordinasi dengan apoteker
penanggungjawab dan kepala ruangan instalasi farmasi rawat jalan
maka dapat menciptakan nilai keterbukaan, kerendahan hati,
kesediaan melayani, loyalitas yaitu penyampaian hasil konsultasi
dengan kepala instalasi farmasi dalam pertemuan koordinasi
dilakukan secara sopan. Hasil pertemuan koordinasi berupa saran dan
masukan dilaksanakan sebaik-baiknya untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
Hambatan
Hambatan dalam kegiatan ini adalah padatnya kegiatan apoteker
penanggungjawab dan kepala ruangan instalasi farmasi rawat jalan
48

sehingga pertemuan koordinasi dilakukan dalam waktu yang singkat


agar tidak mengurangi waktu pelayanan resep obat pasien rawat
jalan.
Manfaat
Kegiatan ini dapat meningkatkan komunikasi yang efektif serta
koordinasi antara apoteker penanggungjawab dan kepala ruangan
instalasi farmasi rawat jalan dengan staf apoteker sehingga penulis
mendapatkan masukan yang berguna untuk melaksanakan kegiatan
aktualisasi.

3. Kegiatan 3
Kegiatan Membuat formulir PMR (Patient Medical Record).
Waktu Selasa, 13 Agustus 2019
Pelaksanaan
Tempat Instalasi Farmasi Rawat Jalan
Pelaksanaan
Daftar Lampiran Lampiran 3 (foto kegiatan, formulir PMR)
Deskripsi Kegiatan dan Keterkaitan dengan Nilai-Nilai Dasar ASN
Kegiatan ini dilakukan untuk membuat formulir PMR (Patient Medical
Record) yang akan digunakan sebagai bukti telah dilakukan
pemberian KIE pada pasien/keluarga pasien di instalasi farmasi rawat
jalan. Formulir PMR diisi oleh apoteker saat obat diserahkan pada
pasien.
Akuntabilitas : nilai ini tercermin dengan adanya tanggungjawab
dalam penyusunan formulir PMR yang lengkap.
Komitmen Mutu : nilai dasar ini terlihat pada formulir PMR yang
dibuat dapat membantu apoteker dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
Anti Korupsi : nilai dasar ini terlihat dalam pembuatan formulir PMR
yang berfungsi sebagai alat untuk memastikan bahwa pasien/keluarga
49

pasien telah mendapatkan haknya dalam pelayanan kefarmasian dan


apoteker telah melakukan kewajibannya.
Tahapan Kegiatan
Kegiatan ini merupakan pelaksanaan dari hasil konsultasi dengan
kepala instalasi farmasi. Pembuatan formulir PMR dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari kepala instalasi farmasi tentang format
PMR yang lengkap.
Kontribusi Terhadap Visi dan Misi Organisasi
Pelaksanaan kegiatan aktualisasi ini sesuai dengan visi misi RSUD
dr. H. Moh. Anwar yaitu menjadi rumah sakit yang terpecaya. Dengan
adanya formulir PMR maka dapat dipastikan semua pasien rawat jalan
yang menerima obat mendapatkan informasi obat yang diterima
sehingga meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan
rumah sakit.
Penguatan Nilai Organisasi
Dengan melakukan kegiatan pembuatan formulir PMR dapat
menciptakan nilai kejujuran, keterbukaan, kesediaan melayani, dan
loyalitas. Formulir PMR menuntut apoteker selalu meberikan
pelayanan pada pasien secara jujur dan terbuka.
Hambatan
Hambatan dalam kegiatan ini adalah formulir PMR harus dapat
memberikan gambaran tentang segala informasi tentang pemahaman
pasien terhadap obat yang diterima dan pemberian KIE oleh apoteker
sehingga pembuatan formulir PMR harus lengkap agar dapat
berfungsi dengan baik sebagai dokumen pelayanan KIE.
Manfaat
Kegiatan ini dapat meningkatkan pelayanan kefarmasian di rumah
sakit karena apoteker dituntut untuk selalu memberikan KIE pada
pasien/keluarga pasien melalui pengisian formulir PMR.
50

4. Kegiatan 4
Kegiatan Mensosialisasikan formulir PMR pada tenaga
kefarmasian di instalasi farmasi rawat jalan.
Waktu Jumat, 16 Agustus 2019
Pelaksanaan
Tempat Instalasi Farmasi Rawat Jalan
Pelaksanaan
Daftar Lampiran Lampiran 4 (foto kegiatan)
Deskripsi Kegiatan dan Keterkaitan dengan Nilai-Nilai Dasar ASN
Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan informasi pada tenaga
kefarmasian di instalasi farmasi rawat jalan tentang adanya formulir
PMR yang harus diisi saat penyerahan obat ke pasien. Selain itu,
kegiatan ini juga berfungsi untuk mengingatkan apoteker agar selalu
memberikan KIE pada pasien/keluarga pasien karena dengan
dilakukannya KIE maka apoteker dapat mengetahui tingkat
pemahaman pasien terhadap obat yang diterima.
Akuntabilitas : nilai ini tercermin dengan adanya tanggungjawab
dalam pembuatan jadwal sosialisasi dan melaksanakannya untuk
menyampaikan informasi pada tenaga kefarmasian tentang adanya
formulir PMR yang harus diisi saat penyerahan obat pada pasien.
Nasionalisme : nilai kekeluargaan tercermin dalam proses sosialisasi
formulir PMR bersama tenaga kefarmasian di instalasi farmasi rawat
jalan.
Komitmen Mutu : kegiatan yang dilakukan berorientasi pada mutu
pelayanan kefarmasian.
Etika Publik : nilai dasar ini terlihat dalam proses sosialisasi yang
menggunakan bahasa sopan, santun, dan komunikatif dalam
pelaksanaannya.
Tahapan Kegiatan
Kegiatan ini diawali dengan pembuatan rencana/jadwal sosialisasi
51

dengan tenaga kefarmasian di instalasi farmasi rawat jalan. Setelah


jadwal disepakati maka dilakukan kegiatan sosialisasi yang dihadiri
tenaga kefarmasian di instalasi farmasi rawat jalan.
Kontribusi Terhadap Visi dan Misi Organisasi
Pelaksanaan kegiatan aktualisasi ini sesuai dengan visi misi RSUD
dr. H. Moh. Anwar yaitu menjadi rumah sakit yang dikelola secara
profesional. Dengan adanya sosialisasi formulir PMR dapat memicu
motivasi apoteker untuk selalu meningkatkan profesionalisme dalam
memberikan layanan kefarmasian termasuk KIE.
Penguatan Nilai Organisasi
Dengan melakukan kegiatan sosialisasi formulir PMR dapat
menciptakan nilai kejujuran, keterbukaan, kesediaan melayani.
Kegiatan sosialisasi formulir PMR disampaikan pada tenaga
kefarmasian bertujuan agar setiap tenaga kefarmasian memahami
tentang informasi obat yang harus disampaikan pada pasien/keluarga
pasien.
Hambatan
Hambatan dalam kegiatan ini adalah ruangan instalasi farmasi rawat
jalan yang sempit dan kurang memadai untuk melakukan presentasi,
sehingga presentasi hanya dilakukan dengan peralatan seadanya.
Manfaat
Kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman apoteker dan tenaga
kefarmasian lain di instalasi farmasi rawat jalan mengenai apa saja
informasi yang harus disampaikan pada pasien/keluarga pasien dalam
proses KIE, serta cara pengisian formulir PMR sebagai dokumentasi
kegiatan KIE yang telah dilakukan.

5. Kegiatan 5
Kegiatan Pemberian nomor antrian resep untuk
memudahkan pengisian data pasien pada saat
52

pemberian informasi obat dan mencegah resep


obat tertukar antar pasien.
Waktu Senin, 15 Agustus 2019 – Senin, 2 September
Pelaksanaan 2019
Tempat Instalasi Farmasi Rawat Jalan
Pelaksanaan
Daftar Lampiran Lampiran 5 (foto kegiatan, foto resep obat yang
diberi nomor)
Deskripsi Kegiatan dan Keterkaitan dengan Nilai-Nilai Dasar ASN
Kegiatan ini dilakukan pada setiap lembar resep yang diterima di
instalasi farmasi rawat jalan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
mencegah resep obat tertukar antar pasien, selain itu juga
memudahkan pengisian data dalam formulir PMR. Resep obat dilayani
berdasarkan nomor urut yang tertempel pada lembar resep.
Akuntabilitas : nilai ini tercermin dengan adanya tanggungjawab
dalam pelayanan resep obat, dengan pemberian nomor pada resep
mencegah resep tertukar antar pasien.
Etika Publik : adanya penomoran resep maka pelayanan
berdasarkan sistem antrian.
Anti Korupsi : memberikan hak pasien yaitu mendapatkan obat
sesuai nomor urut antrian resep.

Tahapan Kegiatan
Resep obat yang didapatkan pasien saat periksa di poli rawat jalan
diserahkan kepada petugas kefarmasian di instalasi farmasi rawat
jalan. Petugas kefarmasian menempelkan nomor pada lembar resep
obat yang diterima. Nomor antrian resep terdiri dari tiga lembar, satu
lembar diberikan kepada pasien, satu lembar menempel di resep, dan
satu lembar ditempelkan pada pembungkus obat yang sudah siap
untuk diserahkan pasien. Saat mengambil obat, pasien/keluarga
53

pasien harus menunjukkan bukti nomor antrian resep untuk


dicocokkan dengan lembar resep dan obat yang akan diserahkan
pada pasien/keluarga pasien.
Kontribusi Terhadap Visi dan Misi Organisasi
Pelaksanaan kegiatan aktualisasi ini sesuai dengan visi misi RSUD
dr. H. Moh. Anwar yaitu menjadi rumah sakit terpercaya. Pelayanan
resep obat secara urut nomor antrian resep mencegah tertukarnya
resep obat antar pasien.
Penguatan Nilai Organisasi
Dengan melakukan kegiatan aktualisasi ini dapat menciptakan nilai
kesediaan melayani, kasih sayang, loyalitas. Pemberian nomor pada
resep menciptakan pelayanan yang adil, yakni pelayanan resep obat
sesuai dengan nomor urut resep.
Hambatan
Hambatan dalam kegiatan ini adalah pasien belum terbiasa dengan
sistem pemberian nomor antrian resep sehingga ada beberapa pasien
yang meletakkan resep di instalasi farmasi rawat jalan kemudian
langsung meninggalkan resep tersebut.
Manfaat
Kegiatan ini dapat meningkatkan sistem pelayanan kesehatan di
instalasi farmasi rawat jalan. Dengan pemberian nomor antrian resep
maka dapat dipastikan semua resep obat terlayani dan resep obat
tidak tertukar antar pasien.

6. Kegiatan 6
Kegiatan Memberikan informasi obat pada pasien pada
saat penyerahan obat.
Waktu Senin, 15 Agustus 2019 – Senin, 2 September
Pelaksanaan 2019
Tempat Instalasi Farmasi Rawat Jalan
54

Pelaksanaan
Daftar Lampiran Lampiran 6 (foto kegiatan)
Deskripsi Kegiatan dan Keterkaitan dengan Nilai-Nilai Dasar ASN
Kegiatan ini dilakukan setelah resep obat telah dilayani dan obat siap
untuk diserahkan kepada pasien. Saat apoteker menyerahkan obat
pada pasien/keluarga pasien maka apoteker wajib memberikan segala
informasi mengenai obat yang akan digunakan pasien. Selain itu
apoteker juga harus menjawab semua pertanyaan pasien yang
berkaitan dengan obat yang digunakan pasien.
Akuntabilitas : nilai ini tercermin dengan adanya tanggungjawab,
profesionalisme, transparan dalam memberikan informasi pada
pasien/keluarga pasien saat penyerahan obat.
Komitmen Mutu : kegiatan berorientasi pada mutu, yaitu pemberian
informasi obat bertujuan meningkatkan rasionalitas pengobatan pada
pasien.
Etika Publik : saat berkomunikasi dengan pasien/keluarga pasien
menggunakan kalimat yang sopan, santun.
Anti Korupsi : bertanggungjawab dalam memberikan hak pasien
dengan memberikan informasi obat pada pasien/keluarga pasien.
Pelayanan Publik : transparan, aksesibel, pemberian informasi
obat/KIE dilakukan pada setiap pasien yang menerima obat dari
instalasi farmasi rawat jalan tanpa membeda-bedakan status pasien.
Tahapan Kegiatan
Resep obat baik racikan maupun sediaan obat jadi diletakkan dalam
keranjang sesuai nomor urut resep dan nama pasien. Sebelum obat
diserahkan, apoteker mengecek terlebih dahulu kesesuaian antara
obat yang akan diserahkan dengan data dalam resep pasien. Setelah
sesuai, obat diserahkan oleh apoteker disertai dengan pemberian
informasi obat pada pasien/keluarga pasien.
Kontribusi Terhadap Visi dan Misi Organisasi
55

Pelaksanaan kegiatan aktualisasi ini sesuai dengan visi misi RSUD


dr. H. Moh. Anwar yaitu menjadi pilihan utama dalam pelayanan
kesehatan dan menjadi rumah sakit terpercaya. Proses pemberian
informasi obat pada pasien akan meningkatkan pelayanan
kefarmasian di rumah sakit.
Penguatan Nilai Organisasi
Dengan melakukan kegiatan aktualisasi ini dapat menciptakan nilai
kesediaan melayani, kerja keras, kasih sayang, loyalitas. Dalam
proses KIE apoteker berusaha untuk menjelaskan secara profesional
tentang obat yang diterima pasien. Jika pasien/keluarga pasien belum
memahami informasi yang disampaikan oleh apoteker, maka apoteker
wajib menjelaskan kembali sampai pasien benar-benar paham
mengenai obat yang akan diterima.
Hambatan
Hambatan dalam kegiatan ini adalah jumlah pasien yang sangat
banyak menyebabkan proses KIE oleh apoteker tidak kondusif
sehingga harus diulang-ulang dalam memberikan penjelasan terhadap
pasien/keluarga pasien.
Manfaat
Kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan pasien/keluarga pasien
terhadap obat yang akan digunakan untuk terapi sehingga diharapkan
tujuan pengobatan dapat tercapai.

7. Kegiatan 7
Kegiatan Mengisi formulir PMR saat penyerahan obat
kepada pasien.
Waktu Senin, 15 Agustus 2019 – Senin, 2 September
Pelaksanaan 2019
Tempat Instalasi Farmasi Rawat Jalan
Pelaksanaan
56

Daftar Lampiran Lampiran 6 (foto kegiatan, formulir PMR yang


terisi)
Deskripsi Kegiatan dan Keterkaitan dengan Nilai-Nilai Dasar ASN
Kegiatan ini dilakukan saat penyerahan obat pada pasien/keluarga
pasien. Saat menyerahkan obat, apoteker memberikan informasi
sejelas-jelasnya pada pasien/keluarga pasien yang mengambil obat.
Akuntabilitas : nilai ini tercermin dengan adanya tanggungjawab,
profesionalisme, dan terisinya formulir PMR dengan lengkap.
Komitmen Mutu : kegiatan berorientasi pada mutu, yaitu pengisian
formulir PMR dapat menjaga mutu pelayanan kefarmasian.
Pelayanan Publik : transparan, pengisian formulir PMR merupakan
bukti apoteker telah melaksanakan kewajibannya dalam melayani
pasien.
Tahapan Kegiatan
Apoteker memberikan informasi obat pada pasien/keluarga pasien
yang mengambil obat. Saat melakukan KIE apoteker mengisi formulir
PMR sesuai data pasien.
Kontribusi Terhadap Visi dan Misi Organisasi
Pelaksanaan kegiatan aktualisasi ini sesuai dengan visi misi RSUD
dr. H. Moh. Anwar yaitu menjadi rumah sakit yang paling sehat dan
inovatif dan menjadi rumah sakit yang dikelola secara profesional.
Pengisian formulir PMR merupakan bukti apoteker telak
melaksanakan kewajibannya sebagai pelayan kesehatan. Dengan
adanya formulir PMR memberikan motivasi kepada apoteker untuk
selalu meningkatkan profesionalisme dalam memberikan KIE.
Penguatan Nilai Organisasi
Dengan melakukan kegiatan aktualisasi ini dapat menciptakan nilai
kejujuran, keterbukaan, kesediaan melayani, kerja keras, kasih
sayang, loyalitas.
Hambatan
57

Hambatan dalam kegiatan ini adalah pengisian formulir PMR


membutuhkan waktu sehingga pelayanan resep obat setiap pasien
sampai selesai memakan waktu yang cukup lama.
Manfaat
Kegiatan ini dapat digunakan sebagai bukti bahwa apoteker telah
memberikan KIE pada pasien/keluarga pasien yang mengambil obat
dan memberikan informasi tentang riwayat pengobatan dan kondisi
pasien rawat jalan saat periksa.

8. Kegiatan 8
Kegiatan Melakukan monitoring pelaksanaan optimalisasi
pemberian KIE pada pasien di instalasi farmasi
rawat jalan.
Waktu Senin, 15 Agustus 2019 – Senin, 2 September
Pelaksanaan 2019
Tempat Instalasi Farmasi Rawat Jalan
Pelaksanaan
Daftar Lampiran Lampiran 6 (foto formulir PMR yang terisi)
Deskripsi Kegiatan dan Keterkaitan dengan Nilai-Nilai Dasar ASN
Kegiatan ini dilakukan setelah pemberian KIE pada pasien/keluarga
pasien yang mengambil obat. Apabila pasien/keluarga pasien telah
memahami penjelasan yang diberikan apoteker maka pasien/keluarga
pasien harus mengisi pernyataan telah memahami pada bagian akhir
formulir PMR.
Akuntabilitas : nilai ini tercermin dengan adanya tanggungjawab,
profesionalisme dalam melakukan monitoring pemberian KIE pada
pasien/keluarga pasien.
Komitmen Mutu : kegiatan berorientasi pada mutu, yaitu monitoring
terhadap pemberian KIE dapat menjaga mutu pelayanan kefarmasian.
Tahapan Kegiatan
58

Apoteker melakukan pengecekan terhadap formulir PMR yang sudah


terisi, apakah sudah sesuai dengan data pasien penerima resep obat.
Setelah itu apoteker melakukan pengecekan pada pasien/keluarga
pasien apakah sudah memahami penjelasan yang diberikan apoteker.
Hal ini dibuktikan dengan pasien yang dapat menjelaskan kembali
tentang aturan pakai dan cara penggunaan obat yang diterima.
Apabila pasien/keluarga pasien telah memahami maka dilakukan
penanda tanganan pada bagian akhir formulir PMR sebagai bukti
pernyataan pasien telah memahami penjelasan yang diberikan oleh
apoteker.
Kontribusi Terhadap Visi dan Misi Organisasi
Pelaksanaan kegiatan aktualisasi ini sesuai dengan visi misi RSUD
dr. H. Moh. Anwar yaitu menjadi pilihan utama dalam pelayanan
kesehatan dan menjadi rumah sakit terpercaya.
Penguatan Nilai Organisasi
Dengan melakukan kegiatan aktualisasi ini dapat menciptakan nilai
kejujuran, keterbukaan, kerendahan hati, kesediaan melayani, kerja
keras, kasih sayang, loyalitas.
Hambatan
Hambatan dalam kegiatan ini adalah monitoring pemberian KIE
membutuhkan waktu sehingga pelayanan resep obat setiap pasien
sampai selesai memakan waktu yang cukup lama.
Manfaat
Kegiatan ini dapat digunakan sebagai bukti bahwa pasien/keluarga
pasien telah memahami penjelasan yang diberikan apoteker dalam
kegiatan KIE dan memastikan pasien/keluarga pasien benar-benar
memahami tentang obat yang digunakan sehingga tujuan pengobatan
dapat tercapai.

4.2 Hasil Capaian Pelaksanaan Aktualisasi


59

4.2.1 Hasil Capaian Pelaksanaan Aktualisasi


No Kegiatan Hasil Capaian
1. Konsultasi dengan Kepala 1. Kepala Instalasi Farmasi
Instalasi Farmasi terkait memiliki persepsi yang sama
rancangan aktualisasi yang terhadap kegiatan yang akan
akan dilakukan. dilakukan.
2. Kegiatan aktualisasi
mendapat dukungan dan
persetujuan penuh dari
Kepala Instalasi Farmasi.
3. Mendapatkan saran dan
masukan dari Kepala Instalasi
Farmasi.
2. Koordinasi dengan Apoteker 1. Apoteker Penanggungjawab
Penanggungjawab dan Kepala dan Kepala Ruangan
Ruangan Instalasi Farmasi Instalasi Farmasi Rawat Jalan
Rawat Jalan. memiliki persepsi yang sama
terhadap kegiatan yang akan
dilakukan.
2. Mendapatkan saran dan
masukan dari Apoteker
Penanggungjawab dan
Kepala Ruangan Instalasi
Farmasi Rawat Jalan.
3. Membuat formulir PMR Tersusunnya formulir PMR
(Patient Medical Record). (Patient Medical Record).

4. Mensosialisasikan PMR Tenaga kefarmasian di Instalasi


pada tenaga kefarmasian Farmasi Rawat Jalan
60

di instalasi farmasi rawat mengetahui adanya formulir


jalan. PMR yang harus diisi dan cara
pengisiannya.
5. Pemberian nomor antrian 1. Pencetakan nomor antrian
resep pada pasien untuk resep.
memudahkan pengisian 2. Penempelan nomor antrian
data pasien pada saat pada lembar resep obat yang
pemberian informasi obat diterima dari pasien.
dan mencegah resep obat 3. Pelayanan resep obat sesuai
tertukar antar pasien. nomor antrian resep.
4. Obat yang diserahkan pasien
harus memiliki nomor antrian
yang sama dengan nomor
antrian yang dibawa pasien.
6. Memberikan informasi obat 1. Pasien/keluarga pasien
pada pasien pada saat menerima informasi obat dari
penyerahan obat. apoteker saat penyerahan
obat.
2. Pasien/keluarga pasien
mengetahui aturan pakai dan
cara penggunaan obat.
7. Mengisi formulir PMR saat Terisinya formulir PMR secara
penyerahan obat kepada lengkap.
pasien.

8. Melakukan monitoring 1. Pasien/keluarga pasien


pelaksanaan optimalisasi mendapatkan KIE dari
pemberian KIE pada apoteker sesuai dengan
pasien di instalasi farmasi resep obat yang diterima.
61

rawat jalan. 2. Pasien/keluarga pasien


memahami penjelasan
apoteker mengenai obat
yang akan digunakan.

4.2.2 Analisa Dampak


No Kegiatan Nilai Dasar Dampak bila tidak
dilaksanakan
1. Konsultasi dengan 1. Akuntabilitas 1. Kurangnya
Kepala Instalasi (tanggungjawab) dukungan dari
Farmasi terkait 2. Nasionalisme kepala instalasi
rancangan (musyawarah) farmasi
aktualisasi yang 3. Etika Publik terhadap
akan dilakukan. (hormat, jelas, kegiatan yang
sopan, santun, dilakukan.
dan komunikatif) 2. Tidak ada saran
4. Komitmen Mutu dan masukan
(meningkatkan dari kepala
mutu pelayanan) instalasi
5. Whole of farmasi.
Government 3. Perbedaan
(koordinasi) persepsi
dengan kepala
instalasi farmasi
terhadap
kegiatan
aktualisasi yang
dilakukan.
2. Koordinasi dengan 3. Akuntabilitas 1. Perbedaan
Apoteker (tanggungjawab) persepsi dengan
62

Penanggungjawab 4. Nasionalisme Apoteker


dan Kepala (musyawarah) Penanggungjaw
Ruangan Instalasi 4. Etika Publik ab dan Kepala
Farmasi Rawat (hormat, jelas, Ruangan
Jalan. sopan, santun, Instalasi
dan komunikatif) Farmasi Rawat
6. Komitmen Jalan terhadap
Mutu kegiatan yang
(meningkatkan dilakukan.
kualitas 2. Tidak
pelayanan rumah mendapatkan
sakit) saran dan
7. Whole of masukan dari
Government Apoteker
(koordinasi) Penanggungjaw
ab dan Kepala
Ruangan
Instalasi
Farmasi Rawat
Jalan.
3. Membuat formulir 4. Akuntabilitas Tidak ada
PMR (Patient (tanggung dokumentasi data
Medical Record). jawab) pasien yang
5. Komitmen mendapatkan KIE
Mutu dari apoteker.
(meningkatkan
kualitas
pelayanan
kefarmasian)
6. Anti Korupsi
63

(memberikan hak
pasien)
4. Mensosialisasikan 5. Akuntabilitas Tenaga
PMR pada tenaga (tanggungjawab) kefarmasian di
kefarmasian di 6. Nasionalisme instalasi farmasi
instalasi farmasi (kekeluargaan) rawat jalan tidak
rawat jalan. 7. Komitmen Mutu mengetahui adanya
(berorientasi formulir PMR
pada mutu beserta cara
pelayanan pengisiannya.
kefarmasian)
8. Etika Publik
(sopan, santun,
dan komunikatif)
5. Pemberian 4. Akuntabilitas 1. Pelayanan
nomor antrian (tanggungjawab) resep obat tidak
resep pada 5. Etika publik sesuai nomor
pasien untuk (pelayanan urut antrian.
memudahkan berdasarkan 2. Kemungkinan
pengisian data nomor urut tertukarnya
pasien pada saat antrian) resep obat antar
pemberian 6. Anti korupsi pasien.
informasi obat (memberikan hak
dan mencegah pasien)
resep obat
tertukar antar
pasien.

6. Memberikan 6. Akuntabilitas 1. Kurangnya


64

informasi obat (tanggung jawab, pengetahuan


pada pasien profesionalisme, dan
pada saat transparan) pemahaman
penyerahan 7. Komitmen Mutu pasien/keluarga
obat. (meningkatkan pasien terhadap
rasionalitas obat yang
pengobatan) digunakan.
8. Etika publik 2. Tidak
(komunikatif, tercapainya
sopan,santun) tujuan terapi
9. Anti Korupsi obat.
(memberikan hak
pasien)
10. Pelayanan
Publik
(transparan,
aksesibel)
7. Mengisi formulir 4. Akuntabilitas 1. Tidak ada
PMR saat (tanggung jawab, dokumentasi
penyerahan obat profesionalisme) data pemberian
kepada pasien. 5. Komitmen Mutu KIE tiap pasien.
(Berorientasi 2. Tenaga
mutu pelayanan kefarmasian
kefarmasian) tidak
6. Pelayanan mengetahui
Publik riwayat
(transparan, pengobatan dan
apoteker sebagai kondisi pasien
pelayan jasa rawat jalan saat
kefarmasian) periksa.
65

8. Melakukan 3. Akuntabilitas Apoteker tidak


monitoring (tanggung jawab, dapat memastikan
pelaksanaan profesionalisme) apakah
optimalisasi 4. Komitmen Mutu pasien/keluarga
pemberian KIE pada (upaya pasien telah
pasien di instalasi meningkatkan memahami aturan
farmasi rawat jalan. mutu pelayanan pakai dan cara
rumah sakit). penggunaan obat
yang benar.
66

BAB V
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tujuan dari kegiatan aktualisasi dan habituasi adalah
mengidentifikasi isu permasalahan yang terjadi di instalasi farmasi rawat
jalan RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep untuk meningkatkan pelayanan
kefarmasian terutama pelayanan KIE pada pasien sebagai bukti
pertanggungjawaban tindakan pelayanan kerfarmasian di rumah sakit
yang akuntabel. Berdasarkan hasil analisis dari beberapa isu
permasalahan yang terjadi di instalasi farmasi rawat jalan RSUD dr. H.
Moh. Anwar Sumenep, maka kesimpulan yang diperoleh mengarah pada
isu : ”Belum optimalnya apoteker dalam memberikan informasi obat
secara langsung kepada pasien saat menyerahkan obat yang
menyebabkan pelayanan kefarmasian tidak maksimal”.
Pemecahan isu yang dilakukan adalah “Optimalisasi Pemberian
KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) pada Pasien di Instalasi
Farmasi Rawat Jalan RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep”. Dari
kegiatan pemecahan isu dapat diambil kesimpulan bahwa
pasien/keluarga pasien mengetahui dan memahami tentang informasi
obat yang diberikan oleh apoteker dengan bukti formulir PMR yang telah
67

terisi dan ditandatangani pasien pada bagian akhir formulir.

3.2 Saran
Setelah pelaksanaan kegiatan aktualisasi selesai, disarankan agar
pemberian KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) pada pasien rawat jalan
dan pengisian formulir PMR oleh apoteker dapat terus dilakukan. Dengan
adanya pemberian KIE pada pasien/keluarga pasien apoteker dapat
memastikan bahwa pasien/keluarga pasien benar-benar memahami
aturan pakai dan cara penggunaan obat yang diterima sehingga tujuan
terapi dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai