Anda di halaman 1dari 6

RANCANGAN AKTUALISASI

PENYUSUNAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PELAYANAN PERBEKALAN FARMASI
UNTUK PASIEN KEGAWATDARURATAN
DI DEPO FARMASI IGD
RSUD Dr. HARJONO S. PONOROGO

Disusun Oleh :
IVO NILA CHRISNA, S. Farm., Apt
NIP. 19880313 202012 2 007
APOTEKER AHLI PERTAMA

PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL


GOLONGAN III ANGKATAN XXXVI
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PROVINSI JAWA TIMUR
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara, idealnya Aparatur Sipil Negara memiliki integritas,
professional, netral, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek
korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan
publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur
perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Aparatur Sipil
Negara (ASN) sebagai unsur utama sumber daya manusia mempunyai
peran yang menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan. Oleh sebab itu, seorang ASN harus terus menerus
mengembangkan kompetensi dan keterampilannya.
Pegawai Negeri Sipil (PNS) professional harus memiliki pemahaman
yang lengkap tentang kelima dasar profesi PNS yang akan menjadi modal
yang sangat berarti bagi PNS untuk merancang suatu rangkaian kegiatan
aktualisasi yang akan dilaksanakan di tempat tugas masing-masing
kemudian dilaporkan hasil aktualisasi tersebut dalam seminar.
Sesuai dengan Peraturan Kepala LAN-RI, Nomor 1 Tahun 2021
tentang Pelatihan Dasar Pegawai Negeri Sipil, peserta diklat mengikuti
proses pembelajaran yang mencakup kompetensi pembentukan karakter PNS
yang profesional sesuai bidang tugas yaitu menunjukkan sikap perilaku bela
negara, mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS dalam pelaksanaan tugas
jabatannya, mengaktualisasikan kedudukan dan peran PNS dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan menunjukkan penguasaan kompetensi
teknis yang dibutuhkan sesuai dengan bidang tugas. Hal ini bertujuan membekali
peserta dengan nilai-nilai dasar yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas
jabatan PNS secara profesional, sebagai pelayan masyarakat yang meliputi 5
kemampuan (ANEKA), yaitu: berakuntabilitas, mengedepankan kepentingan
nasional, menjunjung tinggi standar etika publik, berinovasi untuk peningkatan
2
mutu pelaksanaan tugas jabatannya, tidak korupsi dan mendorong percepatan
pemberantasan tindak pidana korupsi di lingkungan instansinya.
Menurut Undang-undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah
sakit, rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dan
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, serta gawat darurat.
Pelayanan kegawatdaruratan diatur dalam Permenkes Nomor 47 Tahun
2018 pasal 3 dengan kriteria kegawatdaruratan meliputi mengancam
nyawa, membahayakan diri dan orang lain/lingkungan, adanya gangguan
pada jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi, adanya penurunan kesadaran,
adanya gangguan hemodinamik dan/atau memerlukan tindakan segera.
Instalasi farmasi adalah unit pelaksanaan fungsional yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di rumah
sakit. (Ismediyah, I., dan Rahayu, S. 2019). Berdasarkan Permenkes
Republik Indonesia No. 72 Tahun 2016, standar pelayanan
kefarmasian di rumah sakit bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga
kefarmasian, dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan
obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient
safety). Salah satu bentuk pelayanan kefarmasian yaitu pengelolaan
sediaan farmasi. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di rumah sakit
harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang
aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau. Pengelolaan perbekalan farmasi
di instalasi farmasi harus dilakukan berdasarkan standar prosedur operasional
yang jelas dan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu (Arpianto, 2008).
RSUD Dr. Harjono S. Ponorogo adalah rumah sakit daerah yang sudah
menggunakan sistem informasi manajemen rumah sakit (SIM-RS). SIM-RS
adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan
mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan rumah sakit dalam bentuk
jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh
informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari Sistem Informasi

3
Kesehatan (Permenkes No. 83 Tahun 2013). Seluruh instalasi di RSUD Dr.
Harjono S. Ponorogo saat ini telah terkoneksi dan terpantau secara online pada
server induk yang dikelola oleh Pusat Data Elektronik (PDE) RSUD Dr. Harjono
S. Ponorogo.
Instalasi Farmasi RSUD Dr. Harjono S. Ponorogo memiliki 5 sub instalasi
yaitu Gudang Farmasi, Depo Farmasi IGD, Depo Farmasi Rawat Jalan, Depo
Farmasi Rawat Inap, dan Pelayanan Informasi Obat. Depo Farmasi IGD RSUD
Dr Harjono S. Ponorogo melayani pelayanan kefarmasian selama 1x24 jam.
Selain difokuskan pada kecepatan, ketepatan dan ketelitian untuk kasus
kegawatdaruratan yaitu permintaan perbekalan farmasi dari IGD dan
Instalasi Hemodialisa, Depo Farmasi IGD juga melayani resep untuk
Depo Farmasi Rawat Jalan dan Rawat Inap saat kedua depo tersebut
tutup. Terdapat 732 item barang persediaan di Depo Farmasi IGD RSUD Dr
Harjono S. Ponorogo yang dikelola menggunakan SIM-RS dan terintegrasi
dengan sistem utama rumah sakit. Modul sistem ini terdiri dari fungsi pemesanan
obat, pelayanan resep obat pasien, dan stock opname.
Masalah yang muncul di Depo Farmasi IGD RSUD Dr Harjono S.
Ponorogo berdasarkan pengamatan penulis adalah adanya perbedaan antara
jumlah stok perbekalan farmasi secara fisik dengan jumlah stok perbekalan
farmasi yang tercantum dalam modul stok opname SIM-RS. Hal ini berdasarkan
hasil stok opname rutin pada bulan maret 2021. Terdapat 10% dari total 732 item
perbekalan farmasi, mengalami stok selisih. Dari 10% itu terdapat 8,6%
perbekalan farmasi untuk tindakan kegawatdaruratan dengan stok selisih.

Diagram 1.1 Selisih Stok Perbekalan Farmasi

4
Masalah ini dapat menyebabkan ketidakjelasan stok barang, memperlambat
pelayanan, mengurangi tercapainya sasaran keselamatan pasien,
mengurangi kepuasan pasien, bahkan mengakibatkan kerugian di pihak
rumah sakit.
Masalah tersebut penulis amati disebabkan oleh:
1. Belum adanya standar prosedur operasional yang mengatur
penggunaan perbekalan farmasi oleh perawat IGD untuk tindakan
kegawatdaruratan sebelum adanya resep.
2. Belum maksimalnya pengisian buku pencatatan perbekalan farmasi
untuk tindakan kegawatdaruratan sebelum adanya resep.
3. Penyimpanan dan penataan perbekalan farmasi yang kurang tepat
dan kurang rapi mengingat ruangan Depo Farmasi IGD yang terbatas.
4. Kondisi pasien IGD yang mengharuskan penanganan cepat.
5. Kurangnya double checking saat penerimaan maupun pengeluaran
perbekalan farmasi.
Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis menyusun rencana
aktualisasi yang berjudul “Penyusunan Standar Prosedur Operasional
Pelayanan Perbekalan Farmasi untuk Pasien Kegawatdaruratan Di
Depo Farmasi IGD RSUD Dr. Harjono S. Ponorogo”.
Pelaksanaan aktualisasi ini juga mendukung sistem pembelajaran
pada Pendidikan dan Pelatihan Dasar CPNS Golongan III yang menuntut
setiap peserta untuk mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN melalui
proses pembelajaran aktualisasi ini.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Menjadikan PNS yang memiliki kompetensi tinggi agar dapat
menjalankan sistem pemerintahan yang lebih baik dimasa datang.
b. Mengimplementasikan nilai-nilai dasar ANEKA (Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi), peran
kedudukan sebagai PNS dan memberikan inovasi.
c. Menginternalisasikan nilai-nilai dasar peran dan kedudukan dalam tugas

5
pokok dan fungsi sebagai PNS dalam kehidupan masyarakat.
d. Meningkatkan kinerja petugas Depo Farmasi IGD RSUD Dr. Harjono S.
Ponorogo
2. Secara Khusus
a. Menyusun standar prosedur operasional pelayanan perbekalan
farmasi untuk pasien kegawatdaruratan di Depo Farmasi IGD
RSUD Dr. Harjono S. Ponorogo.
b. Memaksimalkan pengisian buku pencatatan perbekalan farmasi
kegawatdaruratan sebelum penulisan resep.

C. Manfaat
1. Bagi Penulis
a. Memahami dan melaksanakan fungsi ASN sebagai pelaksana kebijakan
publik, pelayan publik, dan perekat serta pemersatu bangsa.
b. Dapat mengaktualisasikan nilai-nilai ANEKA, Manajemen ASN,
Pelayanan Publik dan Whole of Government.
2. Bagi Instansi
a. Sebagai bahan masukan dan usulan untuk melakukan perbaikan
pelayanan kefarmasian dengan menerapkan nilai ANEKA.
b. Adanya standar prosedur operasional pelayanan perbekalan
farmasi untuk pasien kegawatdaruratan dan buku pencatatan
perbekalan farmasi kegawatdaruratan di Depo Farmasi IGD RSUD
Dr. Harjono S. Ponorogo.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar ANEKA pada RSUD Dr.
Harjono S. Ponorogo mulai tanggal 20 Mei-24 Juni 2021 dengan berdasarkan
penugasan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi apoteker di Instalasi Farmasi
serta kegiatan dari inisiatif saya sendiri sesuai profesi saya sebagai apoteker.

Anda mungkin juga menyukai